JUM’ AT, 9 MARET 1990 Pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto meresmikan
penggunaan jalan tol Cawang-Tanjung Priok sepanjang 15,66 kilometer. Jalan tol
yang dibangun oleh PT Citra Marga Nusaphala yang dipimpin oleh Nyonya Siti
Hardiyanti Indra Rukmana itu merupakan jalan tol terpanjang di dunia dengan satu
kolom untuk enam jalur lalu lintas. Proyek ini menghabiskan sebesar Rp291 miliar
dan diselesaikan 10 bulan lebih cepat dari rencana semula.
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal
282-283. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin
Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003
Pernah kepikiran ga gan... Jalanan yang mungkin beberapa dari agan lewati setiap
hari ini atau bisa disebut dengan "Fly-Over" ini berawal ?
Spoiler for Fly-Over:
Di tengah masalah itu, Ir. Tjokorda Raka Sukawati mengajukan gagasan dengan
membangun tiangnya dulu dan kemudian mengecor lengannya dalam posisi sejajar
dengan jalur hijau, setelah itu diputar membentuk bahu. Hanya saja kendalanya
adalah bagaimana cara memutarnya karena lengan itu nantinya seberat 480 ton.
Untuk membuat rancangan yang pas, dasar utama Hukum Pascal yang menyatakan:
"Bila zat cair pada ruang tertutup diberikan tekanan, maka tekanan akan diteruskan
segala arah". Zat cair yang digunakan adalah minyak oli (minyak pelumas). Bila
tekanan P dimasukkan dalam ruang seluas A, maka akan menimbulkan gaya (F)
sebesar P dikalikan A. Rumus itu digabungkan dengan beberapa parameter dan
memberikan nama Rumus Sukawati, sesuai namanya. Rumus ini orisinil idenya
karena sampai saat itu belum ada buku yang membahasnya sebab memang tidak
ada kebutuhannya.
Ke dalam ruang di antara kedua piringan itu dipompakan minyak oli. Sebuah seal
(penutup) karet menyekat rongga di antara tepian piring besi itu untuk menjaga
minyak tak terdorong keluar, meski dalam tekanan tinggi. Lewat pipa kecil, minyak
dalam tangkupan piring itu dihubungkan dengan sebuah pompoa hidrolik. Sistem
hidrolik itu mampu mengangkat beban beban ketika diberikan tekanan 78 kg/cm2.
Angka ini sebenarnya angka misteri bagi Tjokorda saat itu.
Pada tanggal 27 Juli 1988 pukul 10 malam waktu setempat (Jakarta), pompa hidrolik
dioperasikan hingga titik tekan 78 kg/cm2. Lengan pier head itu, meskipun
bekesting-nya telah dilepas, mengambang di atas atap pier shaft lalu dengan
dorongan ringan sedikit saja, lengan beton raksasa itu berputar 90 derajat.
Ketika pier shaft itu sudah dalam posisi sempurna, secara perlahan minyak dipompa
keluar dan lengan beton itumerapat ke tiangnya. Sistem LPBH itu dimatikan
sehingga perlu alat berat untuk menggesernya. Namun demikian karena khawatir
kontruksi itu bergeser, Tjokorda memancang delapan batang besi berdiameter 3,6
cm untuk memaku pier head ke pier shaft lewat lubang yang telah disiapkan.
Kemudian satu demi satu alat LBPH itu diterapkan pada kontruksi beton lengan
jembatan layang yang lain.
Hak paten yang diterima adalah dari pemerintah Jepang, Malaysia, Filipina. Dari
Indonesia, Dirjen Hak Cipta Paten dan Merek mengeluarkan patennya pada tahun
1995 sedangkan Jepang memberinya pada tahun 1992. Saat ini teknologi Sosrobahu
sudah diekspor ke Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura. Salah satu jalan
layang terpanjang di Metro Manila, yakni ruas Vilamore-Bicutan adalah buah karya
teknik ciptaan Tjokorda. Di Filipina teknologi Sosrobahu diterapkan untuk 298 tiang
jalan. Sedangkan di Kuala Lumpur sebanyak 135. Saat teknologi Sosrobahu
diterapkan di Filipina, Presiden Filipina Fidel Ramos berujar, "Inilah temuan
Indonesia, sekaligus buah ciptaan putra ASEAN". Sementara Korea Selatan masih
bersikeras ingin membeli hak patennya.
Teknologi Sosrobahu ini dikembangkan menjadi versi ke-2. Bila pada versi pertama
memakai angker (jangkar) baja yang disusupkan ke beton, versi keduanya hanya
memasang kupingan yang berlubang di tengah. Lebih sederhana dan bahkan hanya
memerlukan waktu kurang lebih 45 menit dibandingkan dengan yang pertama
membutuhkan waktu dua hari. Dalam hitungan eksak, konstruksi Sosrobahu akan
bertahan hingga 100 tahun (1 abad).
Menurut Dr. Drajat Hoedajanto pakar strktur dari Institut Teknologi Bandung,
Sosrobahu pada dasarnya hanya metode sangat sederhana untuk pelaksanaannya
(memutar bahu lengan beton jalan layang). Sistem ini cocok dipakai pada elevated
toll road (jalan tol layang dalam kota) yang biasanya mengalami kendala lalu lintas
dibawahnya yang pada. Sosrobahu terbukti bermanfaat dalam proses pembangunan
jalan layang, sangat aplikatif, teruji baik teknis dan ekonomis.
Teknik ini dianggap sangat membantu dalam membuat jalan layang di kota-kota
besar yang jelas memiliki kendala yakni terbatasnya ruang kota yang diberikan,
terutama saat pengerjaan konstruksi serta kegiatan pembangunan infrastrukturnya
tidak boleh mengganggu kegiatan masyarakat kota khususnya arus lalu-lintas dan
kendaraan yang tidak mungkin dihentikan hanya karena alasan pembangunan jalan