Anda di halaman 1dari 5

JUM’ AT, 9 MARET 1990

sejarah Fly-Over pertama kali ada di


Indonesia

1990-03-09 Presiden Soeharto Meresmikan


Penggunaan Jalan Tol Cawang – Tanjung
Priok
Tinggalkan Komentar / Nasional / Oleh Cyril / 1 September 2016 30 Agustus 2016 / Ibu
Soeharto, jalan tol Cawang-Tanjung Priok, Presiden Soeharto, PT Citra Marga Nusaphala

Presiden Soeharto Meresmikan Penggunaan Jalan Tol Cawang – Tanjung


Priok [1]

JUM’ AT, 9 MARET 1990 Pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto meresmikan
penggunaan jalan tol Cawang-Tanjung Priok sepanjang 15,66 kilometer. Jalan tol
yang dibangun oleh PT Citra Marga Nusaphala yang dipimpin oleh Nyonya Siti
Hardiyanti Indra Rukmana itu merupakan jalan tol terpanjang di dunia dengan satu
kolom untuk enam jalur lalu lintas. Proyek ini menghabiskan sebesar Rp291 miliar
dan diselesaikan 10 bulan lebih cepat dari rencana semula.

Acara peresmian berlangsung di gerbang tol Plumpang, Jakarta Utara, ditandai


dengan penandatanganan prasasti oleh Kepala Negara dan pembukaan selubung
patung peringatan peresmian oleh Ibu Soeharto. Setelah acara peresmian, Presiden
dan Ibu Soeharto melakukan peninjauan sampai ke pintu tol Tomang di Jakarta
Barat. (DTS)

[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal
282-283. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin
Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Pernah kepikiran ga gan... Jalanan yang mungkin beberapa dari agan lewati setiap
hari ini atau bisa disebut dengan "Fly-Over" ini berawal ?
Spoiler for Fly-Over:

Silahkan simak yang berikut ini :


Pada tahun 1980-an, Jakarta yang memang sudah mengalami kendala kemacetan
lalu lintas, banyak membangun jalan layang sebagai salah satu solusi meningkatkan
infrastruktur lalu-lintas. Sebagai kontraktor saat itu, PT. Hutama Karya mendapatkan
order membangun jalan raya di atas jalan by pass A. Yani di mana pembangunannya
harus memastikan bahwa jalan itu harus tetap berfungsi.

Dengan permasalahan tersebut, para direksi Hutama Karya berdiskusi setelah


mendapatkan order membangun jalan layang antara Cawang sampai Tanjung Priok
sekitar tahun 1987. Persoalan rumit diurai, yang diperlukan untuk menyangga badan
jalan itu adalah deretan tiang beton, satu-sama lain berjarak 30 meter, di atasnya
membentang tiang beton selebar 22 meter. Batang vertikalnya (pier shaft)
berbentuk segi enam bergaris tengah 4 meter, berdiri di jalur hijau. Hal ini tidak
sulit, yang merepotkon adalah mengecor lengannya (pier head). Jika dengan cara
konvensional, yang dilakukan adalah memasang besi penyangga (bekesting) di
bawah bentangan lengan itu, tetapi bekesting itu akan menyumbat jalan raya di
bawahnya. Cara lain adalah dengan bekesting gantung tetapi membutuhkan biaya
lebih mahal.

Di tengah masalah itu, Ir. Tjokorda Raka Sukawati mengajukan gagasan dengan
membangun tiangnya dulu dan kemudian mengecor lengannya dalam posisi sejajar
dengan jalur hijau, setelah itu diputar membentuk bahu. Hanya saja kendalanya
adalah bagaimana cara memutarnya karena lengan itu nantinya seberat 480 ton.

Inspirasi dari dongkrak hidrolik mobil

Ketika Tjokorda memperbaiki kendaraannya, hidung mobil Mercedes buatan 1974-


nya diangkat dengan dongkrak sehingga dua roda belakang bertumpu di lantai yang
licin karena ceceran tumpahan oli secara tidak sengaja. Begitu mobil itu tersentuh,
badan mobil berputar dengan sumbu batang dongkrak. Satu hal yang ia catat,
dalam ilmu fisika dengan meniadakan gaya geseknya, benda seberat apa pun akan
mudah digeser. Kejadian tadi memberikan inspirasi bahwa pompa hidrolik bisa
dipakai untuk mengangkat benda berat dan bila bertumpu pada permukaan yang
licin, benda tersebut mudah digeser. Bayangan Tjokorda adalah menggeser lengan
beton seberat 480 ton itu.

Kemudian Tjokorda membuat percobaan dengan membuat silinder bergaris tengah


20 cm yang dibuat sebagai dongkrak hidrolik dan ditindih beban beton seberat 80
ton. Hasilnya bisa diangkat dan dapat berputar sedikit tetapi tidak bisa turun ketika
dilepas. Ternyata dongkrak tersebut miring posisinya. Tjokorda kemudian
menyempurnakannya. Posisinya ditentukan persis di titik berat lengan beton di
atasnya.

Untuk membuat rancangan yang pas, dasar utama Hukum Pascal yang menyatakan:
"Bila zat cair pada ruang tertutup diberikan tekanan, maka tekanan akan diteruskan
segala arah". Zat cair yang digunakan adalah minyak oli (minyak pelumas). Bila
tekanan P dimasukkan dalam ruang seluas A, maka akan menimbulkan gaya (F)
sebesar P dikalikan A. Rumus itu digabungkan dengan beberapa parameter dan
memberikan nama Rumus Sukawati, sesuai namanya. Rumus ini orisinil idenya
karena sampai saat itu belum ada buku yang membahasnya sebab memang tidak
ada kebutuhannya.

Masalah lain yang muncul ada variabelnya yang mempengaruhinya, di antaranya


adalah jenis minyak yang digunakan yang tidak boleh rusak kekentalannya
(viskositas). Urusan minyak menjadi hal yang krusial karena minyak inilah yang
meneruskan tekanan untuk mengangkat beton yang berat itu.
1. Bangun tiang jalan.
1. Bangun tiang jalan.
2. Lengan beton jalan dibangun di antara dua jalur jalan, sejajar dengan jalanan
yang padat di bawahnya.
2. Lengan beton jalan dibangun di antara dua jalur jalan, sejajar dengan jalanan
yang padat di bawahnya.
3. Lengan beton jalan diputar 90 derajat. Jalan layang pun kemudian dibangun di
atas lengan ini.
3. Lengan beton jalan diputar 90 derajat. Jalan layang pun kemudian dibangun di
atas lengan ini.

Setelah semua selesai, Tjokorda mengerjakan rancangan finalnya yakni sebuah


landasan putar untuk lengan beton yang dinamai Landasan Putar Bebas Hambatan
(LBPH). Bentuknya dua piringan (cakram) besi bergaris tengah 80 cm yang saling
menangkup. Meski tebalnya 5 cm, piring dari besi cor FCD-50 itu mampu menahan
beban 625 ton.

Ke dalam ruang di antara kedua piringan itu dipompakan minyak oli. Sebuah seal
(penutup) karet menyekat rongga di antara tepian piring besi itu untuk menjaga
minyak tak terdorong keluar, meski dalam tekanan tinggi. Lewat pipa kecil, minyak
dalam tangkupan piring itu dihubungkan dengan sebuah pompoa hidrolik. Sistem
hidrolik itu mampu mengangkat beban beban ketika diberikan tekanan 78 kg/cm2.
Angka ini sebenarnya angka misteri bagi Tjokorda saat itu.

Uji coba langsung di lapangan


Secara teknik penemuan itu belum diuji coba karena waktu yang terbatas, namun ia
yakin temuannya itu bisa bekerja. Tjokorda bahkan berani bertanggungjawab bila
lengan beton jalan layang itu tidak bisa berputar.

Pada tanggal 27 Juli 1988 pukul 10 malam waktu setempat (Jakarta), pompa hidrolik
dioperasikan hingga titik tekan 78 kg/cm2. Lengan pier head itu, meskipun
bekesting-nya telah dilepas, mengambang di atas atap pier shaft lalu dengan
dorongan ringan sedikit saja, lengan beton raksasa itu berputar 90 derajat.

Ketika pier shaft itu sudah dalam posisi sempurna, secara perlahan minyak dipompa
keluar dan lengan beton itumerapat ke tiangnya. Sistem LPBH itu dimatikan
sehingga perlu alat berat untuk menggesernya. Namun demikian karena khawatir
kontruksi itu bergeser, Tjokorda memancang delapan batang besi berdiameter 3,6
cm untuk memaku pier head ke pier shaft lewat lubang yang telah disiapkan.
Kemudian satu demi satu alat LBPH itu diterapkan pada kontruksi beton lengan
jembatan layang yang lain.

Penamaan Sosrobahu dan pemberian paten

Pada pemasangan ke-85, awal November 1989, Presiden Soeharto ikut


menyaksikannya dan memberi nama teknologi itu Sosrobahu yang diambil dari nama
tokoh cerita sisipan Mahabharata. Sejak itu LBPH tersebut dikenal sebagai Teknologi
Sosrobahu.

Temuan Tjokorda digunakan insinyur Amerika Serikat dalam membangun jembatan


di Seattle. Mereka bahkan patuh pada tekanan minyak 78 kg/cm2 yang menurut
Tjokorda adalah misteri ketika menemukan alat LBPH Sosrobahu itu. Tjokorda
kemudian membangun laboratorium sendiri dan melakukan penelitian dan hasilnya
berupa perhitungan susulan dengan angka teknis tekanan 78,05 kg/cm2, nyaris
persis sama dengan angka wangsit yang diperolehnya sebelum itu.

Hak paten yang diterima adalah dari pemerintah Jepang, Malaysia, Filipina. Dari
Indonesia, Dirjen Hak Cipta Paten dan Merek mengeluarkan patennya pada tahun
1995 sedangkan Jepang memberinya pada tahun 1992. Saat ini teknologi Sosrobahu
sudah diekspor ke Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura. Salah satu jalan
layang terpanjang di Metro Manila, yakni ruas Vilamore-Bicutan adalah buah karya
teknik ciptaan Tjokorda. Di Filipina teknologi Sosrobahu diterapkan untuk 298 tiang
jalan. Sedangkan di Kuala Lumpur sebanyak 135. Saat teknologi Sosrobahu
diterapkan di Filipina, Presiden Filipina Fidel Ramos berujar, "Inilah temuan
Indonesia, sekaligus buah ciptaan putra ASEAN". Sementara Korea Selatan masih
bersikeras ingin membeli hak patennya.

Teknologi Sosrobahu ini dikembangkan menjadi versi ke-2. Bila pada versi pertama
memakai angker (jangkar) baja yang disusupkan ke beton, versi keduanya hanya
memasang kupingan yang berlubang di tengah. Lebih sederhana dan bahkan hanya
memerlukan waktu kurang lebih 45 menit dibandingkan dengan yang pertama
membutuhkan waktu dua hari. Dalam hitungan eksak, konstruksi Sosrobahu akan
bertahan hingga 100 tahun (1 abad).
Menurut Dr. Drajat Hoedajanto pakar strktur dari Institut Teknologi Bandung,
Sosrobahu pada dasarnya hanya metode sangat sederhana untuk pelaksanaannya
(memutar bahu lengan beton jalan layang). Sistem ini cocok dipakai pada elevated
toll road (jalan tol layang dalam kota) yang biasanya mengalami kendala lalu lintas
dibawahnya yang pada. Sosrobahu terbukti bermanfaat dalam proses pembangunan
jalan layang, sangat aplikatif, teruji baik teknis dan ekonomis.

Teknik Sosrobahu merupakan teknik konstruksi yang digunakan terutama untuk


memutar bahu lengan beton jalan layang dan ditemukan oleh Tjokorda Raka
Sukawati. Dengan teknik ini, lengan jalan layang diletakkan sejajar dengan jalan di
bawahnya, dan kemudian diputar 90° sehingga pembangunannya tidak
mengganggu arus lalu lintas di jalanan di bawahnya.

Teknik ini dianggap sangat membantu dalam membuat jalan layang di kota-kota
besar yang jelas memiliki kendala yakni terbatasnya ruang kota yang diberikan,
terutama saat pengerjaan konstruksi serta kegiatan pembangunan infrastrukturnya
tidak boleh mengganggu kegiatan masyarakat kota khususnya arus lalu-lintas dan
kendaraan yang tidak mungkin dihentikan hanya karena alasan pembangunan jalan

Anda mungkin juga menyukai