Anda di halaman 1dari 33

Negara Republik Indonsia Serikat, menjadi Negara Kesatuan Indonesia, hingga akhirnya melalui

perjanjian antara tiga negara bagian, Yaitu Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia
Timur, dan Negara Sumatera Timur, tepat pada tanggal yang sama, 15 Agustus 1950

demo besar besaran menuntut pembubaran Negara Republik Indonsia Serikat, menjadi Negara
Kesatuan Indonesia,

pendidikanzone.blogspot
Pelantikan Anggota DPR NKRI

Selain menjadi tanggal kemerdekaan, 17 Agustus rupanya juga menjadi hari di


mana Republik Indonesia Serikat (RIS) dibubarkan pada tahun 1950.

Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag Belanda tgl 2 November 1949.

Republik Indonesia Serikat (RIS) lahir atas hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) yang
berlangsung di Den Haag Belanda pada 2 November 1949.
Penandatangan piagam RIS
Pada 27 Desember 1949, Perdana Menteri RIS Mohammad Hatta atas nama pemerintah RIS
menerima kedaulatan dari Ratu Juliana dan Wakil Perdana Menteri RIS, Hamengku Buwono IX
menerima kedaulatan RIS dari wakil tinggi mahkota Belanda, A. H. J. Lovink. (2)

Kronologi Terbentuknya Republik Indonesia Serikat


Republik Indonesia Serikat (RIS), adalah negara federasi yang berdiri pada tanggal 27
Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar
(KMB), Antara Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO),
dan Belanda, Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for
Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB, semantara RIS dikepalai oleh
Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta.

Awal berdirinya negara Republik Indonesia Serikat (RIS), di mulai dengan


adanya Agresi Militer II oleh Belanda pada 19 Desember 1948 dengan serangan
Yogyakarta, sebagai ibu kota Indonesia saat itu,

Serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya.
Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik
Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.

Akibat dari Agresi Militer tersebut, pihak internasional melakukan tekanan kepada
Belanda, terutama dari pihak Amerika Serikat yang mengancam akan menghentikan
bantuannya kepada Belanda, akhirnya dengan terpaksa Belanda bersedia untuk kembali
berunding dengan RI. Pada tanggal 7 Mei 1949, Republik
Indonesia dan Belanda menyepakati Perjanjian Roem Royen.

Lalu pada 23 Agustus hingga 2 November 1949, diadakanlah Konferensi Meja Bundar,
yaitu sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda yang
dilaksanakan di Den Haag, Belanda. Hasil dari pertemuan tersebut
adalah: Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat; Irian Barat akan
diselesaikan setahun setelah pengakuan kedaulatan.
Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda

Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, selang empat


tahun setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Pengakuan ini
dilakukan ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani
di Istana Dam, Amsterdam. Belanda selama ini juga ada kekhawatiran bahwa
mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui
tindakan politionele acties (Aksi Polisionil) pada 1945-1949 adalah ilegal.

Republik Indonesia Serikat terdiri beberapa negara bagian, yaitu:


1. Negara Republik Indonesia (RIS)
2. Negara Indonesia Timur
3. Negara Pasundan, termasuk Distrik Federal Jakarta
4. Negara Jawa Timur
5. Negara Madura
6. Negara Sumatera Timur
7. Negara Sumatera Selatan

Di samping itu, ada juga wilayah yang berdiri sendiri (otonom) dan tak tergabung
dalam federasi, yaitu:
1. Jawa Tengah
2. Kalimantan Barat (Daerah Istimewa)
3. Dayak Besar
4. Daerah Banjar
5. Kalimantan Tenggara
6. Kalimantan Timur (tidak temasuk bekas wilayah Kesultanan Pasir)
7. Bangka
8. Belitung
9. Riau

9:43 AM Kedaulatan, Republik Indonesia Serikat, RIS, Sejarah No comments

Republik Indonesia Serikat, (RIS), adalah negara federasi yang berdiri pada tanggal 27
Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja
Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda.
Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai
perwakilan PBB. RIS dikepalai oleh Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad
Hatta.

Awal Republik Indonesia Serikat diawali dengan adanya Agresi Militer II yang terjadi pada 19
Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu,
serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya
ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik
Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.

Agresi Militer Belanda II

Akibat dari Agresi Militer tersebut, pihak internasional melakukan tekanan kepada Belanda, terutama dari pihak Amerika
Serikat yang mengancam akan menghentikan bantuannya kepada Belanda, akhirnya dengan terpaksa Belanda bersedia untuk
kembali berunding dengan RI. Pada tanggal 7 Mei 1949, Republik Indonesia dan Belanda menyepakati Perjanjian Roem
Royen.

Lalu pada 23 Agustus hingga 2 November 1949, diadakanlah Konferensi Meja Bundar, yaitu sebuah pertemuan antara
pemerintah Republik Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda. Hasil dari pertemuan tersebut
adalah: Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat; Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah pengakuan
kedaulatan.
Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda

Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, selang empat tahun setelah proklamasi kemerdekaan
RI pada 17 Agustus 1945. Pengakuan ini dilakukan ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani
di Istana Dam, Amsterdam. Belanda selama ini juga ada kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka pada
tahun 1945 sama saja mengakui tindakan politionele acties (Aksi Polisionil) pada 1945-1949 adalah ilegal.

Republik Indonesia Serikat terdiri beberapa negara bagian, yaitu:

1. Negara Republik Indonesia (RIS)

2. Negara Indonesia Timur

3. Negara Pasundan, termasuk Distrik Federal Jakarta

4. Negara Jawa Timur

5. Negara Madura

6. Negara Sumatera Timur

7. Negara Sumatera Selatan

Di samping itu, ada juga wilayah yang berdiri sendiri (otonom) dan tak tergabung dalam federasi, yaitu:

1. Jawa Tengah

2. Kalimantan Barat (Daerah Istimewa)


3. Dayak Besar

4. Daerah Banjar

5. Kalimantan Tenggara

6. Kalimantan Timur (tidak temasuk bekas wilayah Kesultanan Pasir)

7. Bangka

8. Belitung

9. Riau

Republik Indonesia Serikat memiliki konstitusi yaitu Konstitusi RIS. Piagam Konstitusi RIS ditandatangani oleh para Pimpinan
Negara/Daerah dari 16 Negara/Daerah Bagian RIS, yaitu

1. Mr. Susanto Tirtoprodjo dari Negara Republik Indonesia menurut perjanjian Renville.

2. Sultan Hamid II dari Daerah Istimewa Kalimantan Barat

3. Ide Anak Agoeng Gde Agoeng dari Negara Indonesia Timur

4. R. A. A. Tjakraningrat dari Negara Madura

5. Mohammad Hanafiah dari Daerah Banjar

6. Mohammad Jusuf Rasidi dari Bangka

7. K.A. Mohammad Jusuf dari Belitung

8. Muhran bin Haji Ali dari Dayak Besar

9. Dr. R.V. Sudjito dari Jawa Tengah

10. Raden Soedarmo dari Negara Jawa Timur

11. M. Jamani dari Kalimantan Tenggara

12. A.P. Sosronegoro dari Kalimantan Timur

13. Mr. Djumhana Wiriatmadja dari Negara Pasundan

14. Radja Mohammad dari Riau

15. Abdul Malik dari Negara Sumatera Selatan

16. Radja Kaliamsyah Sinaga dari Negara Sumatera Timur


Republik Indonesia Serikat dibubarkan pada 17 Agustus 1950.

____________________________________________________________________________________

Konstitusi Republik Indonesia Serikat


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Artikel atau bagian artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga
isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi
yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu oleh
Pengurus. (Februari 2019)

Wikisource memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini:

Konstitusi Republik Indonesia Serikat

Undang-Undang Republik Indonesia Serikat,Konstitusi Republik Indonesia Serikat atau


lebih dikenal dengan sebutan Konstitusi RIS adalah konstitusi yang berlaku di Republik
Indonesia Serikat sejak tanggal 27 Desember 1949 (yakni tanggal diakuinya kedaulatan
Indonesia dalam bentuk RIS) hingga diubahnya kembali bentuk negara federal RIS menjadi
negara kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus 1950.

Sejak tanggal 17 Agustus 1950, konstitusi yang berlaku di Indonesia adalah Undang-Undang
Dasar Sementara Republik Indonesia, atau dikenal dengan sebutan UUDS 1950.

Daftar isi
 1 Sejarah
 2 Isi Konstitusi
o 2.1 Mukadimah
o 2.2 Bab 1: Negara Indonesia Serikat

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Konstitusi Republik Indonesia Serikat disahkan sebagai undang-undang dasar negara berkaitan
dengan pembentukan Republik Indonesia Serikat oleh hasil Konfrensi Meja Bundar, sejak 27
Desember 1949 berdasarkan poin pertama dan kedua. Pemberlakuan Konstitusi Republik
Indonesia Serikat tidak serta merta mencabut Undang-Undang Dasar Tahun 1945 karena
perbedaan ruang lingkup penerapan. Konstitusi Republik Indonesia Serikat berlaku sampai
dengan tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950 berdasarkan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1950 pada Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71
DPR RIS tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta.

Isi Konstitusi[sunting | sunting sumber]


Konstitusi Republik Indonesia Serikat terdiri atas mukadimah, isi dan piagam persetujuan. Isi
Konsitusi Republik Indonesia Serikat terdiri enam bab dan seratus sembilan puluh tujuh pasal.

Mukadimah[sunting | sunting sumber]

Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat berisi secara ringkas pembukaan Undang-
Undang Dasar Tahun 1945, yang menekankan aspek kesatuan, kedaulatan, ketuhanan dan
filosofi negara (Pancasila).

Bab 1: Negara Indonesia Serikat[sunting | sunting sumber]

Bab 1 Konstitusi Republik Indonesia Serikat ini terdiri atas enam bagian. Empat bagian pertama
merupakan bagian mengenai Bentuk Negara dan Kedaulatan, Daerah Negara, Lambang dan
Bahasa Negara serta Kewarganegaraan dan Penduduk Negara. Empat bagian pertama dalam bab
1 Konstitusi Republik Indonesia Serikat menyatakan bahwa:

1. Negara Indonesia Serikat merupakan negara hukum yang berlandaskan demokrasi dan
berbentuk federasi (pasal 1a), yang kedaulatannya dilaksanakan oleh Pemerintah bersama-sama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat (pasal 1b).
2. Negara Indonesia Serikat meliputi Negara Republik Indonesia berdasarkan Perjanjian Renville,
Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Distrik Federal Jakarta, Negara Jawa Timur, Negara
Madura dan Negara Sumatra Timur dan Daerah-Daerah Otonom (Jawa Tengah, Bangka,
Belitung, Riau, Kalimantan Barat (Daerah istimewa), Dajak Besar; Daerah Bandjar, Kalimantan
Tenggara, dan Kalimantan Timur) (pasal 2).
3. Bendera kebangsaan Republik Indonesia Serikat adalah bendera Sang Merah Putih (pasal 3 ayat
1), Lagu kebangsaan adalah lagu "Indonesia Raya" (pasal 3, ayat 2) dan Bahasa resmi Negara
Republik Indonesia Serikat adalah Bahasa Indonesia (pasal 4).
4. Pemerintah menetapkan meterai dan lambang negara (pasal 3 ayat 3).
5. Kewarganegaraan dan pewarganegaraan (naturalisasi) serta Penduduk diatur oleh undang-
undang federal (pasal 5, ayat 1 dan 2 dan pasal 6).

Sedangkan, bagian lima dari bab 1 Konstitusi Republik Indonesia Serikat mengatur mengenai
Hak dan Kebebasan Dasar Manusia (dengan kata lain Hak Asasi Manusia). Hal-hal yang diatur
dalam bagian ini antara lain:

1. pengakuan sebagai pribadi terhadap undang-undang (7(1)).


2. perlakuan dan perlindungan yang sama atas hukum (equality before the law) (7(2), 7(3) dan 13).
3. mendapat bantuan hukum (7(4))
4. hak membela diri (7(4))
5. perlindungan atas harta benda (8)
6. mobilitas (9)
7. larangan perbudakan dan aktivitas terkait (10)
8. memperoleh perlakuan yang layak (11)
9. penahanan dan hukuman, harus dilakukan sesuai aturan-aturan yang berlaku (12 dan 14(b))
10. praduga tak bersalah (14(a))

Republik Indonesia Serikat (1949-1950)


Sejarah Indonesia / 01 Oct, 2016 01 Oct, 2016 / By Rifai Shodiq Fathoni

Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, sempat terjadi perubahan bentuk konstitusi.
Perubahan ini terjadi ketika Indonesia masih mengalami pergolakan pasca kemerdekaan.
Perubahan ini menjadikan Indonesia yang sebelumnya merupakan negara kesatuan, menjadi
negara federal layaknya sistem konstitusi negara Barat. Terdapat berbagai pro dan kontra
ketika perubahan bentuk konstitusi ini terjadi, oleh karena itu pembahasan ini akan secara
khusus memaparkan sejarah terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS) hingga
berakhirnya sistem RIS.

Latar Belakang Terbentuknya Republik Indonesia Serikat


Perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia diselesaikan dengan perundingan di Den
Haag pada paruh kedua tahun 1949. Perkembangan dalam perundingan-perundingan ini
memperlihatkan langkah-langkah lebih progresif dari gagasan-gagasan van Mook
sebelumnya, yang telah dipecat dari jabatannya sebagai penguasa tertinggi di Bijeenkomst
voor Federaale Overleg (Musyawarah Negara-Negara Federal atau biasa disingkat BFO).

Sebelum melangkah ke forum internasional, wakil-wakil RI berunding dua kali dengan


wakil-wakil BFO di Yogyakata (22 Juli 1949), dan Jakarta (1 Agustus 1949). Mereka
sepakat mengenai aspek-aspek terpenting dalam usaha menciptakan suatu sistem politik
baru. Perundingan itu kemudian dilanjutkan ke Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den
Haag,
<img class="size-medium wp-image-1732"
src="http://wawasansejarah.com/wp-content/uploads/2016/10/konferensi-meja-bundar-
300x181.jpg" alt="republik indonesia serikat" width="300" height="181"
srcset="http://wawasansejarah.com/wp-content/uploads/2016/10/konferensi-meja-
bundar-300x181.jpg 300w,
http://wawasansejarah.com/wp-content/uploads/2016/10/konferensi-meja-bundar.jpg
415w" sizes="(max-width: 300px) 100vw, 300px" />Konferensi Meja Bundar di Den Haag

KMB digelar pada 23 Agustus 1949, ketika itu delegasi Indonesia dipimpin oleh Mohammad
Hatta, sementara BFO dipimpin oleh Anak Agung Gde Agung. Pada konferensi tersebut,
dibentuk komisi-komisi yang membahas berbagai aspek dalam rangka serah terima dari
Belanda pada Republik Indonesia Serikat, serta persiapan pembentukan Uni Indonesia
Belanda.

<img class="size-medium wp-image-1731"


src="http://wawasansejarah.com/wp-content/uploads/2016/10/penandatangan-piagam-
RIS-300x173.jpg" alt="republik indonesia serikat" width="300" height="173"
srcset="http://wawasansejarah.com/wp-content/uploads/2016/10/penandatangan-
piagam-RIS-300x173.jpg 300w,
http://wawasansejarah.com/wp-content/uploads/2016/10/penandatangan-piagam-RIS-
500x289.jpg 500w,
http://wawasansejarah.com/wp-content/uploads/2016/10/penandatangan-piagam-RIS-
467x270.jpg 467w,
http://wawasansejarah.com/wp-content/uploads/2016/10/penandatangan-piagam-RIS.jpg
640w" sizes="(max-width: 300px) 100vw, 300px" />Penandatangan piagam persatuan RIS

Ketika KMB berlangsung, Konferensi Inter-Indonesia juga dilangsungkan di Belanda untuk


merumuskan konstitusi Republik Indonesia Serikat, sebagai tindak lanjut perundingan di
Yogyakata, dan Jakarta. Tanggal 29 Oktober 1949, piagam persatuan RIS berhasil
ditandatangi di Scheveningen oleh 16 perwakilan masng-masing wakil negara bagian dan
daerah otonom.

Akhirnya, setelah perundingan alot selama lebih dari dua bulan, KMB berakhir pada 2
November 1949. Dengan disetujuinya KMB pada tanggal 2 November 1949 di Den Haag,
maka terbentuklah negara Republik Indonesia Serikat. Hasil KMB salah satunya
menyebutkan kerajaan Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indonesia yang sepenuhnya
kepada RIS dengan tidak bersyarat lagi dengan tidak dapat dicabut, dan karena itu mengakui
RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

Dari hasil tersebut, banyak kalangan menilai, hasil KMB sangat menyimpang dari gerakan
kebangsaan dan semangat proklamasi kemerdekaan Indonesia, yang tidak menginginkan
kemerdekaan sebagai hadiah. Yang dituntut sebenarnya adalah pengakuan atas kemerdekaan
dan kedaulatan Indonesia, bukan penyerahan kedaulatan. Hal ini diperparah dengan
kewajiban Indonesia membayar hutang Hindia-Belanda sebesar 6, 5 milyar gulden, sebelum
akhirnya disepakati menjadi 4, 5 milyar gulden.

Terbentuknya Pemerintahan Republik Indonesia Serikat


Republik Indonesia Serikat (RIS) terdiri dari 7 negara bagian dan 9 daerah otonom[1] dengan
masing-masing mempunyai luas daerah dan jumlah penduduk yang berbeda. Di antara
negara-negara bagian yang terpenting, selain Republik Indonesia yang memiliki luas daerah
dan jumlah penduduk terbanyak, ialah Negara Sumatra Timur, Negara Sumatra Selatan,
Negara Pasundan, dan Negara Indonesia Timur.

Tangggal 14 November 1949, rombongan delegasi Indonesia di bawah pimpinan


Mohammad Hatta tiba kembali di Yogyakarta. Hasil dari KMB perlu diratifikasi oleh semua
negara dan daerah otonom yang menjadi anggota RIS, dalam hal ini oleh pemerintah
Indonesia Indonesia, dan semua negara-negara federal bentukan van Mook.

Pada tanggal 14 November 1949 di Jakarta, wakil dari semua anggota BFO dan pemerintah
Indonesia menandatangani konstitusi RIS. Sementara itu, sejak awal Desember 1949 di
Yogyakarta KNIP mulai membahas hasil KMB.

Ketika sidang pleno KNIP, banyak anggota yang sadar pembentukan RIS sebenarnya adalah
penyelewengan terbesar proklamasi kemerdekaan. Meskipun demikian, KNIP menyadari
tidak ada jalan lain, selain menerima segala naskah yang dibuat oleh KMB di Den Haag.
Ditambah naskah kontitusi RIS, yang tidak dapat dirubah sediki pun. Sehingga mereka hanya
harus menerima dan mengesahkan saja. KNIP juga harus memilih seorang wakil bagi setiap
12 anggota KNIP, untuk duduk dalam dewan perwakilan RIS.

Setelah satu minggu bersidang, diambil pemungutan suara untuk pengesahan seluruh hasil
KMB dengan hasil, 236 suara menerima, dan 62 suara menolak hasil KMB. Taggal 15
Desember 1949, KNIP meratifikasi hasil-hasil KMB.

Selain menunjuk wakil-wakil untuk duduk di Senat RIS, KNIP juga menunjuk wakil-wakil
Indonesia untuk duduk di Dewan Perwakilan Rakyat RIS. Sama halnya dengan negara-
negara anggota BFO, yang mengirim wakil untuk duduk di Senat dan DPR RIS.

Pada tanggal 16 Desember 1949 di Yogyakarta, Panitia Pemilihan Nasional RIS memilih
Soekarno menjadi presiden Indonesia Serikat pertama, dan peresmiannya dilakukan tanggal
17 Desemer 1949. KNIP kemudian mengangkat Mr. Assaat Datuk Mudo, ketua KNIP,
sebagai pemangku jabatan Presiden Indonesia. Dengan demikian, MR. Assaat de facto
presiden Indonesia kedua yang memegang jabatan ini hingga dibubarkannya RIS pada
tanggal 17 Agustus 1950.

DPR RIS kemudian memilih empat orang menjadi formatur kabinet, yaitu Mohammad Hatta,
Anak Agung Gde Agung, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan Sultan Hamid II. Pada 19
Agustus 1949 terbentuk lah kabinet RIS dengan susunan:

Perdana Menteri : Mohammad Hatta

Menteri Luar Negeri : Mohammad Hatta

Menteri Pertahanan : Hamengku Buwono IX

Menter Dalam Negeri : Ide Anak Agung Gde Agung

Menteri Keuangan : Syafruddin Prawiranegara

Menteri Perekonomian : Ir. Juanda

Menteri Perhubungan dan Pekerjaan Umum: Ir. H. Laoh

Menteri Kehakiman : Prof. Dr. Mr. Soepomo

Menteri P dan K : dr. Abu Hanifah

Menteri Kesehatan : dr. Josef Leimena

Menteri Perburuhan : Mr. Wilopo

Menteri Sosial : Mr. Kosasih Purwanegara


Menteri Agama : K. H. Wahid Hasyim

Menteri Penerangan : Arnold Mononutu

Menteri Negara : Sultan Hamid Alkadrie II

Mr. Mohammad Roem

Dr. Suparno

Kabinet ini merupakan Zaken Kabinet(mengutamakan keahlian dari anggota-anggotanya),


dan bukan kabinet koalisasi yang bersandar pada kekuatan partai-partai politik.

Upacara penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada pemerintah Indonesia


Serikat berlangsung bersamaan di dua tempat. Pada 27 Desember 1949 di Paleis op de Dam
di Amsterdam, Belanda. Perdana menteri RIS Mohammad Hatta atas nama pemerintah RIS,
menerima kedaulatan dari Ratu Juliana, dan di Jakarta, Wakil Perdana Menteri RIS,
Hamengku Buwono IX menerima kedaulatan RIS dari wakil tinggi mahkota Belanda, A. H.
J. Lovink.

Permasalahan-Permasalahan yang Dihadapi Republik Indonesia Serikat

Pada masa sistem pemerintahan federal ini, kabinet Hatta disibukkan dengan permasalahan-
permasalahan yang muncul akibat perang kemerdekaan maupun masalah-masalah yang
intern dengan kehidupan suatu negara muda.

Sebagai akibat dari perang kemerdekaan banyak prasarana yang hancur, keadaan ekonomi
yang buruk, dan terdapat pula kerusakan mental di masyarakat. Di bidang ekonomi sendiri
masalah utama adalah munculnya inflasi dan defisit dalam anggaran belanja.

Untuk mengatasi masalah inflasi, pemerintah menjalankan suatu kebijakan dalam bidang
keuangan yaitu mengeluarkan peraturan pemotongan uang pada tanggal 19 Maret 1950, yang
dikenal dengan kebijakan gunting Syafruddin. Peraturan ini menentukan bahwa uang yang
bernilai 2, 50 gulden atau Rp. 5 ke atas dipotong menjadi dua, sehingga nilainya tinggal
setengah.

Meskipun banyak pemilik uang yang terkena dampak peraturan ini, tetapi pemerintah mulai
dapat mengendalikan inflasi agar tidak cepat meningkat. Di samping soal keuangan ini,
ekonomi juga dapat diperbaiki, karena dengan meletusnya Perang Korea, perdagangan ke
luar negeri meningkat, terutama untuk bahan mentah seperti karet. Dengan meningkatnya
ekspor, maka pendapatan negara juga ikut meningkat.

Masalah utama lain terdapat di bidang kepegawaian, baik sipil maupun militer. Setelah
selesainya perang, jumlah pasukan harus dikurangi karena keuangan negara yang tidak
mendukung. Mereka perlu mendapat penampungan bila pemerintah ingin melakukan
program rasionalisasi. Untuk itu pemerintah membuka kesempatan utuk melanjutkan
pelajarannya dalam pusat latihan yang memberi pendidikan keahlian untuk memberi mereka
kesempatan menempuh karier sipil profesional. Selain itu usaha transmigrasi juga dilakukan,
meskipun demikian masalah kepegawaian belum dapat diselesaikan pemerintah RIS.

Dalam pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) intinya diambil
dari TNI, sedangkan lainnya dari kalangan bekas anggota KNIL. Personil KNL yang akan
dilebur ke dalam APRIS meliputi 33.000 orang dengan 30 perwira.

Pembentukan APRIS menimbulkan kegoncangan psikologis bagi TNI. Di satu pihak TNI
keberatan untuk bekerjasama dengan bekas musuh. Sebaliknya dari pihak KNIL terdapat
tuntutan untuk ditetapkan sebagai aparat negara bagian, dan menolak masuknya TNI di
negara tersebut.

Gejala semacam ini tentunya menimbulkan konflik baru di dalam negeri, contohnya di
Bandung berupa gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang mengirimkan ultimatum
kepada Pemerintah RIS, dan Negara Pasundan serta menuntut diakui sebagai tentara
Pasundan dan menolak pembubaran negara tu.

Sementara itu, di Kalimantan Barat Sultan Hamid menolak masuknya TNI serta menolak
untuk mengakui menteri pertahahan RIS dan menyatakan bahwa dia yang berkuasa di daerah
tersebut. Di Makassar muncul gerakan Andi Aziz di Ambon, dengan nama gerakan Republik
Maluku Selatan (RMS).

Keadaan ini sengaja diwariskan oleh kekuatan reaksioner Belanda, dengan tujuan
mempertahankan kepentingan dan membuat kondisi RIS kacau. Jika usaha ini berhasil, maka
dunia Internasional akan menganggap RIS tidak mampu memelihara keamanan dan
ketertiban di wilayahnya. Selain disibukkan dengan suasana nasional yang tidak stabil akibat
bom waktu yang sengaja ditinggalkan pihak kolonialis, pemerintah masih harus menghadapi
pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo.

Kembali ke Bentuk Negara Kesatuan

Wacana kembali ke dalam bentuk negara kesatuan dimulai oleh keinginan Negara Indonesia
Timur (NIT), dan pemerintah Negara Sumatra Timur (NST), yang menyatakan keinginannya
untuk bergabung kembali ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pada 8 April 1950 diadakan konferensi segitiga antara RIS-NIT-NST. Akhirnya, tanggal 12
Mei 1950 Kedua negara bagian tersebut memberikan mandatnya kepada perdana menteri
RIS, Mohammad Hatta, untuk mengadakan pembicaraan mengenai pembentukan negara
kesatuan dengan pemerintah RI.
<img class="size-medium wp-image-1733"
src="http://wawasansejarah.com/wp-content/uploads/2016/10/demonstrasi-penolakan-
negara-Pasundan-300x202.jpg" alt="republik indonesia serikat" width="300" height="202"
srcset="http://wawasansejarah.com/wp-content/uploads/2016/10/demonstrasi-
penolakan-negara-Pasundan-300x202.jpg 300w,
http://wawasansejarah.com/wp-content/uploads/2016/10/demonstrasi-penolakan-negara-
Pasundan.jpg 369w" sizes="(max-width: 300px) 100vw, 300px" />Demonstrasi menuntut
pembubaran Negara Pasundan

Sementara itu, rakyat di negara-negara bagian umumnya juga menuntut agar wilayahnya
dikembalikan kepada Republik Indonesia, seperti yang dilakukan rakyat Jawa Barat pada 8
Maret 1950. Mereka berbondong-bondong melakukan demonstrasi di Bandung menuntut
pembubaran Negara Pasundan, dan seluruh wilayahnya dikembalikan ke dalam RI.

Kesepakatan antara RIS dan RI (sebagai negara bagian) untuk membentuk negara kesatuan
tercapai pada tanggal 19 Mei 1950. Setelah dua bulan bekerja, Panitia Gabungan RIS dan RI
yang bertugas merancang UUD Negara Kesatuan berhasil menyelesaikan tugasnya pada
tanggal 19 Mei 1950.

Setelah itu diadakan pembahasan di masing-masing DPR, rancangan UUD negara kesatuan
itu pun diterima dengan baik oleh Senat, Parlemen RIS, dan KNIP. Tanggal 17 Agustus
1950, bertepatan dengan momen kemerdekaan, presiden Soekarno menandatangani
rancangan UUD tersebut yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar Sementara
Republik Indonesia 1950 (UUDS 1950).

UUDS sendiri mengandung unsur-unsur dari UUD 1945 dan undang-undang dari konstitusi
RIS. Menurut UUDS 1950, kekuasaan legislatif dipegang oleh presiden, kabinet, dan DPR.
Pemerintah mempunyai hak untuk mengeluarkan undang-undang darurat atau peraturan
pemerintah, meskipun pada perkembangannya harus disahkan terlebih dahulu oleh DPR.
Selain itu kabinet secara keseluruhan atau perseorangan, masih bertanggung jawab kepada
DPR, yang mempunyai hak untuk menjatuhkan kabinet atau memberhentikan menteri.
Dengan ditandanganinya rancangan UUDS, maka pada tanggal 17 Agustus 1950 secara
resmi RIS dibubarkan, dan dibentuk kembali negara kesatuan yang diberi nama Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

BIBLIOGRAFI

Frederick, William H. 1984. Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan Sesudah Revolusi.
Jakarta: LP3ES.

Hutagalung, Batara R. 2010. Serangan Umum 1 Maret 1949: dalam Kaleidoskop Sejarah
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Yogyakarta: LKIS.

Poesponegero, Marwati Djoened. 1984. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai
Pustaka.

Ricklefs, M. C. 1991. A History of Modern Indonesia. Terj. Dharmono Hardjowidjono.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

[1] 7 negara bagian itu adalah Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara
Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatra Timur, dan Negara Sumatra
Selatan. Sementara yang termasuk ke dalam 9 daerah otonom adalah Jawa Tengah,
Kalimantan Barat, Dayak Besar, Kalimantan Tenggara, Kalimantan Timur, Bangka,
Belitung, dan Riau.

Republik Indonesia Serikat


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Akurasi Terperiksa
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Verenigde Staten van Indonesië


Republik Indonesia Serikat

Republik Otonomi Belanda

1949–1950
Bendera Lambang

Lagu kebangsaan
Indonesia Raya

Peta Republik Indonesia Serikat

Ibu kota Jakarta

Bahasa Bahasa Indonesia

Bentuk
Republik federal
pemerintahan

Presiden

Soekarno
- 1949 - 1950 Assaat Datuk Mudo
(provisional)

Perdana Menteri

- 1949 - 1950 Mohammad Hatta

Era sejarah Pasca Perang Dunia II


- Didirikan 27 Desember 1949

- Dibubarkan 17 Agustus 1950

Pengganti
Pendahulu
Republik Republik
Indonesia Indonesia

Hindia Belanda

Perangko era Republik Indonesia Serikat dengan nominal 25 sen

Bagian dari seri artikel mengenai

Sejarah Indonesia

Garis waktu

Prasejarah[tampilkan]

Manusia Jawa 1.000.000 BP


Manusia Flores 94.000–12.000 BP

Bencana alam Toba 75.000 BP

Kebudayaan Buni 400 SM

Kerajaan Hindu-Buddha[tampilkan]

Kerajaan Salakanagara 130–362

Kerajaan Kutai 350–1605

Kerajaan Tarumanagara 358–669

Kerajaan Kendan 536–702

Kerajaan Kalingga 594–782

Kerajaan Indraprahasta 598–747

Kerajaan Melayu 671–1375

Kerajaan Sriwijaya 671–1183

Kerajaan Sunda 662–1579

Kerajaan Galuh 669–1482

Kerajaan Sumedang Larang 721–1620

Kerajaan Medang 752–1045

Kerajaan Kanjuruhan 800-an

Kerajaan Bali 914–1908

Kerajaan Kahuripan 1019–1045

Kerajaan Pajajaran 1042–1482

Kerajaan Janggala 1045–1136

Kerajaan Kadiri 1045–1222

Kerajaan Singasari 1222–1292


Kerajaan Majapahit 1293–1500

Kerajaan Islam[tampilkan]

Penyebaran Islam 1200–1600

Kerajaan Aru 1225–1613

Kesultanan Ternate 1257–1914

Kesultanan Samudera Pasai 1267–1521

Kesultanan Gowa 1300-an–1945

Kerajaan Pagaruyung 1347–1833

Kesultanan Brunei 1368–1888

Kesultanan Melaka 1405–1511

Kesultanan Sulu 1405–1851

Kesultanan Cirebon 1445–1677

Kesultanan Demak 1475–1554

Kedatuan Giri 1487–1700-an

Kesultanan Aceh 1496–1903

Kesultanan Banten 1526–1813

Kesultanan Kalinyamat 1527–1599

Kesultanan Johor 1528–1877

Kesultanan Pajang 1568–1586

Kesultanan Mataram 1588–1681

Kesultanan Bima 1620–1958

Kesultanan Sumbawa 1674–1958

Kesultanan Kasepuhan 1679–1815


Kesultanan Kanoman 1679–1815

Kasunanan Kartasura 1680–1745

Kesultanan Siak 1723–1945

Kasunanan Surakarta 1745–1946

Kesultanan Yogyakarta 1755–1945

Kesultanan Kacirebonan 1808–1815

Kesultanan Deli 1814–1946

Kesultanan Lingga 1824–1911

Kerajaan Kristen[tampilkan]

Kerajaan Larantuka 1515–1904

Kolonialisme Eropa[tampilkan]

Portugis 1512–1850

VOC 1602–1800

Jeda kekuasaan Prancis dan Britania 1806–1815

Hindia Belanda 1800–1942


1945–1950

Kemunculan Indonesia[tampilkan]

Kebangkitan Nasional 1908–1942

Pendudukan Jepang 1942–1945

Revolusi Nasional 1945–1949

Kemerdekaan[tampilkan]

Republik Indonesia Serikat 1949–1950


Demokrasi liberal 1950–1957

Demokrasi terpimpin 1957–1965

Transisi 1965–1966

Orde Baru 1966–1998

Reformasi 1998–sekarang

Menurut topik[tampilkan]

 Arkeologi
 Mata uang
 Ekonomi
 Militer

Portal Indonesia

 l
 b
 s

Republik Indonesia Serikat, (bahasa Belanda:Verenigde Staten van Indonesië bahasa


Inggris:Republic of the United States of Indonesia) disingkat RIS, adalah suatu negara federasi
yang berdiri pada tanggal 27 Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam
Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan
Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia
(UNCI) sebagai perwakilan PBB.

Republik Serikat Indonesia. Republik Indonesia ditampilkan warna merah.


Daftar isi
 1 Latar Belakang
 2 Negara konstituen
 3 Referensi
 4 Lihat pula
 5 Pustaka

Latar Belakang[sunting | sunting sumber]


Pada Januari 1942, Jepang menduduki bekas wilayah Hindia Belanda, menggusur pemerintah
kolonial Belanda.[1] Pada 17 Agustus 1945, dua hari setelah Jepang menyerah, pemimpin
kalangan nasionalis Republik Indonesia, Ir. Sukarno memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia.[2] Pemerintah Negeri Belanda, melihat Sukarno dan para pemimpin Indonesia telah
menyatakan merdeka dari Jepang, memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan
mengembalikannya menjadi wilayah koloni.[3] Namun, Pasukan Komando Inggris Wilayah Asia
Tenggara di bawah pimpinan Lord Louis Mountbatten, yang memiliki tanggung jawab atas
Hindia Belanda, menolak untuk mengizinkan pasukan Belanda mendarat di Jawa dan Sumatra
dan mengakui otoritas Republik Indonesia secara de facto. Namun, Belanda mampu menegaskan
kembali kendali atas sebagian besar wilayah yang sebelumnya ditempati oleh Angkatan Laut
Jepang, termasuk Kalimantan dan Indonesia bagian timur.

Diskusi antara Inggris dan Belanda menghasilkan Penjabat Gubernur Jenderal Hindia Belanda
Hubertus van Mook yang pada akhirnya mengusulkan penentuan nasib sendiri untuk
persemakmuran Indonesia.[4][5] Pada Juli 1946, Belanda menyelenggarakan Konferensi Malino di
Sulawesi di mana perwakilan dari Kalimantan dan Indonesia bagian timur mendukung proposal
untuk berdirinya Republik Indonesia Serikat yang berbentuk federal, yang memiliki hubungan
dengan Belanda. Republik ini akan terdiri dari tiga elemen, Republik Indonesia, negara bagian di
Kalimantan dan sebuah negara bagian untuk Indonesia Timur.[6][7] Selanjutnya pada tanggal 15
November - dengan Perjanjian Linggajati, di mana Republik Indonesia menyatakan secara
sepihak menyetujui prinsip Indonesia federal.[8][9] Belanda kemudian menyelenggarakan
Konferensi Denpasar pada Desember 1946, yang mengarah pada pembentukan Negara Indonesia
Timur, diikuti oleh sebuah negara di Kalimantan Barat pada tahun 1947.[10]

Hari Ini dalam Sejarah: 17


Agustus 1950 Pembubaran
Republik Indonesia Serikat
(RIS)
Sabtu, 17 Agustus 2019 12:58 WIB

 Home

 Wiki

Share

pendidikanzone.blogspot
Pelantikan Anggota DPR NKRI

Selain menjadi tanggal kemerdekaan, 17 Agustus rupanya juga


menjadi hari di mana Republik Indonesia Serikat (RIS) dibubarkan
pada tahun 1950.

Daftar Isi

1. Sejarah
2. Republik Indonesia Serikat (RIS)
3. Pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS)
 Sejarah

TRIBUNNEWSWIKI.COM - 17 Agustus menjadi tanggal bersejarah


bagi Bangsa Indonesia.

Di tanggal tersebut, 74 tahun silam tepatnya 17 Agustus 1945 Soekarno


didampingi Mohammad Hatta membacakan proklamasi kemerdekaan
Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.

Hal ini menjadi tanda terbebasnya Indonesia dari penjajahan.

Selain menjadi tanggal kemerdekaan, 17 Agustus rupanya juga menjadi


hari di mana Republik Indonesia Serikat (RIS) dibubarkan pada tahun
1950.

 Republik Indonesia Serikat (RIS)

Republik Indonesia Serikat (RIS) lahir atas hasil Konferensi Meja


Bundar (KMB) yang berlangsung di Den Haag Belanda pada 2
November 1949.
Konferensi Meja Bundar
(wawasansejarah.com)

Saat itu, Republik Indonesia Serikat (RIS) terbagai menjadi tujuh negara
bagian dan delapan negara otonom.

Berikut adalah tujuh negara bagian RIS:

Negara Republik Indonesia

Negara Indonesia Timur (NIT)

Negara Pasundan

Negara Jawa Timur

Negara Madura

Negara Sumatra Timur (NST)

Negara Sumatra Selatan (NSS)

Berikut adalah delapan negara otonom RIS:


Jawa Tengah

Kalimantan Barat

Dayak Besar

Daerah Banjar

Kalimantan Tenggara

Kalimantan Timur

Bangka

Belitung

Riau (1)

Pada 16 Desember 1949 di Yogyakarta, Panitia Pemilihan Nasional RIS


memilih Soekarno menjadi presiden Indonesia Serikat pertama, dan
peresmiannya dilakukan tanggal 17 Desemer 1949.

Pada 19 Agustus 1949 terbentuklah kabinet RIS dengan susunan:

Perdana Menteri: Mohammad Hatta

Menteri Luar Negeri: Mohammad Hatta

Menteri Pertahanan: Hamengku Buwono IX


Menter Dalam Negeri: Ide Anak Agung Gde Agung

Menteri Keuangan: Syafruddin Prawiranegara

Menteri Perekonomian: Ir. Juanda

Menteri Perhubungan dan Pekerjaan Umum: Ir. H. Laoh

Menteri Kehakiman: Prof. Dr. Mr. Soepomo

Menteri P dan K: dr. Abu Hanifah

Menteri Kesehatan: dr. Josef Leimena

Menteri Perburuhan: Mr. Wilopo

Menteri Sosial: Mr. Kosasih Purwanegara

Menteri Agama: K. H. Wahid Hasyim

Menteri Penerangan: Arnold Mononutu

Menteri Negara: Sultan Hamid Alkadrie II, Mr. Mohammad Roem, Dr.
Suparno

Upacara penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada


pemerintah Indonesia Serikat berlangsung bersamaan di dua tempat
yaitu di Paleis op de Dam di Amsterdam, Belanda dan jakarta.
Pada 27 Desember 1949, Perdana Menteri RIS Mohammad Hatta atas
nama pemerintah RIS menerima kedaulatan dari Ratu Juliana dan Wakil
Perdana Menteri RIS, Hamengku Buwono IX menerima kedaulatan RIS
dari wakil tinggi mahkota Belanda, A. H. J. Lovink. (2)

Penandatangan piagam RIS (wawasansejarah.com)

 Pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS)

Tahun 1949 menjadi masa sulit bagi Indonesia karena banyaknya


demonstrasi yang menuntut pembubaran RIS.

Berikut faktor-faktor yang melatarbelakangi pembubaran RIS:

1. Tidak sesuainya negara Republik Indonesia Serikat dalam Konstitusi


Republik Indonesia Serikat dengan tujuan awal dan cita-cita proklamsi
negara Republik Indonesia pada tahun 1945.
2. Sebagian besar rakyat Indonesia tidak puas dengan hasil Koneferensi
Meja Bundar (KMB) yang melahirkan negara Republik Indonesia
Serikat (RIS) sehingga menyebabkan banyaknya demonstrasi menuntut
bergabung kedalam bagian dari Republik Indonesia.

3. Bentuk negara federal merupakan bentukan Belanda dibawah


pimpinan Van Mook sehingga orang yang menyetujui bentuk negaara ini
berarti setuju dengan kembalinya kekuasaan Belanda di Indonesia.

4. Republik Indonesia Serikat (RIS) adalah sistem pemerintahan dari


kolonial Belanda yang tidak menginginkan kekuasaan dan pengaruhnya
hilang begitu saja dari Indonesia setelah berkuasa selama 350 tahun.

5. Tidak hanya memecah belah persatuan dan kesatuan RI namun RIS


juga menimbulkan maslah sosial, ekonomi, dan politik yang
mempengaruhi rakyat Indonesia.

6. Pemerintah tidak berpihak kepada rakyat namun lebih berpihak


kepada Belanda yang jelas-jelas hanya akan menguasai kembali RI.

7. Pendukung unitarisme adalah anggota kabinet sehingga menimbulkan


gerakan untuk membubarkan bentuk negara federal dan
mengembalikanya ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). (1)
Demonstrasi menuntut pembubaran
RIS (wawasansejarah.com)

Pada tanggal 8 Maret 1950 Pemerintah RIS di Jakarta mengeluarkan UU


Darurat No. 11 Tahun 1950 tentang Tata Cara Perubahan Susunan
Kenegaraan RIS.

Berdasarkan UU tersebut, beberapa negara bagian mulai


menggabungkan diri dengan RI di Yogyakarta.

Negara bagian RIS pun tinggal terdiri dari RI, NIT, dan NST.

Pada tanggal 19 Mei 1950, diadakan perundingan antara Pemerintah RIS


yang diwakili Mohammad Hatta setelah mendapat mandat dari NIT dan
NST dangan Pemerintah RI yang diwakili oleh Abdul Halim.

Perundingan itu menghasilkan kesepakatan bersama yang dituangkan


dalam piagam persetujuan yang berisi:

1. RIS dan RI sepakat membentuk negara kesatuan berdasarkan proklamasi


kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Kembali ke Negara Kesatuan
August 25, 2017

Aaliyah Nasywa

Belanda akan memperlambat atau bahkan tidak akan mengakui kedaulatan Indonesia
apabila Indonesia tidak menerima RIS. Hal itu disebabkan karena Belanda ingin
mempertahankan kekuasaan di Indonesia oleh karena itu, Belanda masih
mengharapkan masih bisa menanamkan pengaruhnya melalui negara bentukan
Belanda.

Berdasarkan konstitusi RIS, RIS terdiri dari 7 negara bagian, 9 satuan kenegaraan, dan
3 daerah suapraja sebagai berikut :

a. Negara Bagian terdiri dari RI, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara
Indonesia Timur (NIT), Negara Madura, Negara Sumatera Timur, Negara
Sumatera Selatan.

b. Satuan Kenegaraan terdiri dari Kalbar, Kaltim, Dayak, Banjar,

Kalimantan Tenggara, Bangka, Belitung, Riau Kepulauan, Jawa

Tengah.

c. Daerah Suapraja (Waringin, Sabang, dan Padang)


Disamping Negara Bagian, beberapa daerah lain dinyatakan sebagai daerah otonom
(satuan kenegaraan maupun daerah suapraja). Belanda sangat berharap bahwa
daerah otonom itu, akhirnya berdiri sebagai negara bagian. Sultan Hamid II adalah
orang yang menjadi boneka Belanda yang sangat mendukung berdirinya RIS.

2. RIS dan RI membentuk panitia bersama yang bertugas menyusun


UUD negara kesatuan.

Pada tanggal 21 Juli 1950, Pemerintah RIS dan RI berhasil menyepakati


Rancangan UUD Negara Kesatuan.

Pada tanggal 14 Agustus 1950, Parlemen RI dan Senat RIS


mengesahkan Rancangan UUD Negara Kesatuan menjadi Undang
Undang Dasar Sementara Tahun 1950 (UUDS 1950).

Sehari kemudian, Presiden Soekarno membacakan piagam terbentuknya


NKRI dan dinyatakan mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1950.

Dengan demikian, sejak 17 Agustus 1950 negara RIS secara resmi


dibubarkan dan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia. (3)

Anda mungkin juga menyukai