Anda di halaman 1dari 15

PEILSCHAAL ALAT UKUR KETINGGIAN

AIR SUNGAI

Harga: Rp 350.000,-nego

spek peilschaal ( alat ukur ketinggian air sungai )

Bahan: alumunium cat enamel

Panjang: 100 cm

Skala : 1cm

Warna: putih biru

Model: Lengkung

Geo Multi Digital


Jl ciledug Raya gg masjid No 7D
petukangan utara jak-sel
Kontak person: Mulya
tlp: 081283142478
pin bb: 27fad806
PEMBANGUNAN STASIUN
PENGAMATAN HIDROLOGI DAN
PEMASANGAN PERALATAN
June 13, 2011 1 Comment

PEMBANGUNAN STASIUN PENGAMATAN HIDROLOGI DAN PEMASANGAN


PERALATAN

Stasiun pengamatan hidrologi adalah suatu tempat/lokasi peralatan hidrologi yang dibangun
melalui tahapan survei dan perencanaan jaringan hidrologi yang berfungsi sebagai pemantau
karakteristik hidrologi. Periode pengamatan/pembacaan/perekaman data dari peralatan
pemantauan di lapangan bervariasi tergantung dari kebutuhan data dan jenis peralatan yang
dipasang seperti periode jam – jaman, harian, mingguan, dst.

Tahapan pembangunan stasiun pengamatan hidrologi adalah sebagai berikut :

a. Pekerjaan Persiapan

1. Koordinasi dengan Institusi terkait, dilakukan untuk menginformasikan akan maksud dan
rencana pembangunan stasiun duga muka air.
2. Pembebasan lahan, lahan untuk penempatan stasiun pengamatan hidrologi perlu dibebaskan
kepemilikannya agar tidak terjadi masalah dikemudian hari. Pembebasan lahan harus dilakukan
sebelum pekerjaan/tender konstruksi dimulai.

b. Pengadaan bahan

c. Pelaksanaan pembangunan

d. Pemasangan alat

e. Pelatihan operasi dan pemeliharaan peralatan bagi pengamat

f. Penunjukkan petugas pengamat dipilih dari penduduk setempat yang terdekat dengan
syarat dapat mebaca, menulis, jujur dan bertanggung jawab.
g. Untuk menghindari kehilangan data dalam proses pengiriman, maka pengamat
diwajibkan memiliki buku arsip data pembacaan/rekaman data pengamatan hidrologi.

h. Hasil pembacaan/rekaman data pengamatan harus segera dilaporkan kepada pengelola


hidrologi setiap bulannya.

Stasiun Pengamatan Duga Muka Air

Stasiun duga muka air adalah stasiun pengamatan yang difungsikan untuk mengamati/ mencatat
fluktuasi muka air baik secara manual maupun otomatik (mekanik/elektronik).

Ketentuan teknis yang harus dipenuhi tentang papan duga air/peilskal adalah sebagai berikut :

1. Untuk menghindari pembacaan negative (-) maka 0 (nol) duga muka air dipasang pada elevasi ±
25 cm di bawah muka air minimum di musim kemarau.
2. Untuk pengamatan ketinggian air maksimum maka bagian atas peilskal dipasang ± ½ m di atas
muka air maksimum yang pernah terjadi.
3. Elevasi 0 (nol) duga muka air harus diikatkan pada suatu datum/titik tetap yang dipasang
didekat pos dan elevasi datum tersebut harus dicek setiap tahun dengan BM terdekat.
4. Posisi stasiun duga muka air di pasang secara bertingkat ke arah darat dan tidak harus dalam
satu titik lokasi.

Duga Muka Air Biasa (contoh: 5 buah peilskal)

Stasiun pengamatan duga muka air biasa adalah stasiun pengamatan yang difungsikan untuk
mengamati/mencatat muka air secara manual, dengan cara membaca papan duga muka air 3 kali
sehari.

Tahapan pembangunan stasiun pengamatan duga muka air biasa:

a. Pekerjaan persiapan

b. Pembelian Bahan:

 2 batang balok kayu 10 x 12 cm @ 4m untuk tiang peilskal


 4 batang balok kayu 7 x 10 cm @ 4m untuk skur
 Semen 1 zak
 Pasir ½ m3
 Batu dan kerikil ½ m3
 Cat dan meni @ 2 kg
 Peilskal 5 buah
 Paku 7 dan 10 cm ½ kg
 1 baut 5/8 inch @ 20 cm untuk BM
c. Pelaksanaan pembangunan/ pemasangan peralatan

Pemasangan peralatan (peilskal/papan duga air) dimulai dengan pemasangan tiang untuk
menempelkan papan duga air yang diperkuat dengan 2 buah skur, dan cukup kuat untuk
menahan banjir. Pemasangan peilskal/papan duga harus dapat mengamati kondisi muka air
rendah hingga muka air banjir.Posisi dari papan duga menghadap ke arah darat sehingga mudah
untuk dibaca oleh pengamat.

d. Pelatihan operasi dan pemeliharaan peralatan bagi pengamat

Pelatihan operasi dan pemeliharaan peralatan bagi pengamat dilakukan segera setelah
pemasangan alat selesai. Materi pelatihan adalah yang berkaitan dengan pengamatan tinggi muka
air sebagai berikut:

1. Pembacaan muka air dilakukan secara manual 3 kali sehari pada jam 7.00, 12.00 dan 17.00.
Untuk kondisi dimana terjadi banjir, pembacaan muka air tertinggi dilakukan dengan cara
membaca bekas banjir di peilschaal / tebing sungai.
2. Hasil pembacaan dicatat dalam formulir pembacaan peilskal dan dilaporkan kepada pengelola
hidrologi setiap bulannya.

Duga Muka Air Otomatik

Stasiun pengamatan duga muka air otomatik adalah stasiun pengamatan yang difungsikan untuk
mengamati/mencatat fluktuasi muka air secara otomatik, hasil pengamatan berupa grafik
hubungan antara fluktuasi muka air dan waktu. Bangunan stasiun duga muka air otomatik terdiri
dari pondasi bangunan, rumah peralatan, peilskal, alat pencatat fluktuasi muka air (AWLR) dan
peralatan lainnya.

Tahapan pembangunan stasiun pengamatan duga muka air otomatik adalah sebagai berikut :

a. Pekerjaan persiapan

b. Pengadaan bahan antara lain:

 batu kali, batu bata


 pasir, semen
 besi beton, besi siku, besi kanal dan besi plat, paku, baut, mur, seng sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan
 pipa diameter 40 cm dapat terbuat dari plat besi atau pvc
 balok kayu, papan, bambu sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
 cat, meni besi, meni kayu
 kunci gembok dan peralatan pengaman lainnya
c. Pelaksanaan pembangunan

Pelaksanaan pembangunan dimulai dari pembersihan lahan, penggalian pondasi, pemasangan


profil rencana bangunan, pembangunan konstruksi AWLR, sampai dengan pekerjaan finishing.
Untuk pembangunan pos duga air tipe konsol selengkapnya dapat dilihat pada buku pedoman
nomor Pd-T-07-1995-3 (Lampira3).

d. Pemasangan alat

Pemasangan alat terdiri dari :

 pemasangan alat (AWLR) pada tempat yang telah disediakan (meja instrument)
 periksa kondisi alat (AWLR) harus dalam kondisi baik
 pemasangan peralatan duga air otomatik (AWLR)
 pemasangan dan penyetelan panjang kabel pelampung dan pemberat disesuaikan dengan posisi
alat (AWLR) dengan ujung pipa sehingga pengamatan dapat dilakukan dari muka air rendah
sampai muka air tinggi
 penyetelan (setting) tinggi muka air pada alat AWLR harus sesuai dengan pembacaan muka air
pada peilskal.
 untuk sungai dengan fluktuasi muka air sangat cepat pengamatan dapat dilakukan dengan
skalawaktu yang lebih kecil (harian).

e. Pelatihan operasi dan pemeliharaan peralatan bagi pengamat meliputi :

 Tata cara pengoperasian dan pemeliharaan alat dan bangunan


 Tata cara pembacaan papan duga air dan penempatan posisi pena pada grafik (sesuai dengan
waktu dan tinggi muka air pada saat pemasangan/pengecekan)
 Tata cara pemasangan dan penggantian kertas grafik, pena dan tinta
 Tata cara setting/pencocokan waktu dan tinggi muka air pada peilskal dengan AWLR
 Tata cara pengoperasian jam
 Tata cara pengecekan/pengontrolan yang dilakukan secara periodic 3 hari sekali untuk periode
perekaman mingguan dan setiap minggu untuk yang bulanan, 3 bulanan, dst.

Peralatan yang dipasang pada bangunan stasiun duga muka air otomatik dapat berupa peralatan
pemantau duga muka air dengan sistim mekanik atau sistim elektronik.

a. Sistem Mekanik

Prinsip kerja dari peralatan ini adalah pemantauan fluktuasi muka air dengan menggunakan
pelampung yang dihubungkan dengan peralatan rekam (pena, drum kertas grafik dan jam)
melalui pulley dan kabel pelampung.

Perekaman fluktuasi muka air terpantau pada kertas grafik yang menempel pada drum yang
dihubungkan dengan jam.
b. Sistem Elektronik

Prinsip kerja dari sistim elektronik adalah perekaman fluktuasi muka air sungai dilakukan
dengan menggunakan sensor yang dihubungkan dengan GPA (General Purpose Agent). Data
disimpan dalam memory card berupa data analog (digit). Sistim ini dapat digabungkan dengan
sistim telemetri sehingga data dapat dikirimkan secara tepat waktu dengan interval sesuai dengan
yang dikehendaki.Apabila peralatan ini tidak dihubungkan dengan peralatan telemetri, maka data
akan tersimpan dalam memory card (data logger). Pengambilan data dapat dilakukan maksimum
3 bulan sekali tergantung pada kapasitas data logger dengan menggunakan laptop. Peralatan ini
dapat dioperasikan dengan menggunakan tenaga listrik yang berasal dari listrik PLN, tenaga
surya atau baterai.

Stasiun Pengamatan Curah Hujan

Stasiun pengamatan curah hujan adalah stasiun pengamatan yang difungsikan untuk
mengamati/mencatat curah hujan baik secara manual atau otomatik (mekanik/elektronik).

 Menurut standar WMO (World Meteorological Organization) ketinggian ujung penakar curah
hujan adalah 1.2 m dari permukaan tanah, akan tetapi ada beberapa institusi lainnya yang
memasang ketinggian ujung penakar hujan pada ketinggian 0.2 m, 0.5 m dan 0.7 m.
 Permukaan corong penakar hujan harus terbebas dari halangan (pohon, rumah, dll) dengan
membentuk sudut 45˚ dihitung dari ujung pagar bagian atas.

1. Curah Hujan Biasa

Alat penakar curah hujan biasa (Manual Rain Gauge – MRG) terdiri dari 2 tipe yaitu :

1. Tipe 1 dengan luas permukaan corong 100 cm²


2. Tipe 2 dengan luas permukaan corong 200 cm²

Kedua alat tersebut dilengkapi dengan gelas ukur dengan ukuran yang berbeda.

Pembacaan alat penakar hujan biasa dilakukan setiap pagi pada pukul 7.00 dengan menggunakan
gelas ukur sesuai dengan permukaan corong. Pembacaan pada hari yang bersangkutan
merupakan data ketinggian curah hujan pada hari sebelumnya. Pembacaan harus dilakukan pada
waktu yang sama agar data yang diamati betul – betul merupakan data ketinggian curah hujan
selama 24 jam.

Tahapan pembangunan stasiun pengamatan curah hujan biasa adalah sebagai berikut:

a. Pekerjaan Persiapan

b. Pengadaan bahan :
1. batu kali, batu bata, pasir, semen
2. besi siku, paku, baut, mur sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
3. kawat harmonica minimum diameter 4 mm
4. cat, meni besi
5. kunci gembok dan peralatan pengaman lainnya

c. Pelaksanaan Pembangunan

Pelaksanaan pembangunan dimulai dari pembersihan lahan, penggalian pondasi, pemasangan


profil rencana bangunan rencana bangunan, pembangunan konstruksi pos hujan, sampai dengan
pekerjaan finishing. Tata cara pembangunan pos curah hujan selengkapnya dapat dilihat pada
buku pedoman nomor Pd M-19-1995-03 tentang Tata cara penentuan lokasi dan pembangunan
pos klimatologi dan pos hujan.

d. Pemasangan alat

1. Periksa kondisi alat harus dalam kondisi baik dan baru


2. Pemasangan alat pada pondasi yang telah disediakan. Posisi alat harus tegak lurus dan datar.

e. Pelatihan operasi dan pemeliharaan peralatan bagi pengamat meliputi :

1. Tata cara pengoperasian dan pemeliharaan alat dan bangunan


2. Tata cara pengukuran curah hujan dengan menggunakan gelas ukur sesuai dengan luas
permukaan corong
3. Tata cara pencatatan data pada formulir yang telah tersedia
4. Tata cara lainnya dapat dilihat pada butir 3 disesuaikan dengan jenis peralatan.

2. Curah Hujan Otomatik

Tahapan pembangunan stasiun pengamatan curah hujan otomatik adalah sebagai berikut:

a. Pekerjaan Persiapan

b. Pengadaan bahan :

1. kali, batu bata, pasir, semen


2. besi siku, paku, baut, mur sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
3. kawat harmonica minimum diameter 4 mm
4. cat, meni besi
5. kunci gembok dan peralatan pengaman lainnya

c. Pelaksanaan pembangunan
Pelaksanaan pembangunan dimulai dari pembersihan lahan, penggalian pondasi, pemasangan
profil, pemasangan pondasi, pemasangan pagar, sampai dengan pekerjaan finishing. Tata cara
pembangunan pos curah hujan selengkapnya dapat dilihat pada buku pedoman nomor Pd M-19-
1995-03 tentang Tata cara penentuan lokasi dan pembangunan pos klimatologi dan pos hujan

d. Pemasangan alat

1. Periksa kondisi alat harus dalam kondisi baik dan baru


2. Pemasangan alat pada pondasi yang telah disediakan. Posisi alat harus tegak lurus dan datar,
pengaturan ini dapat menggunakan bantuan nivo.
3. Pemasangan kertas grafik pada drum
4. Pemasangan dan penyetelan pena
5. Untuk alat penakar hujan otomatik type siphon penyetelan titik 0 (nol) dilakukan dengan cara
menumpahkan air ke dalam corong dan pada saat air yang ditumpahkan mencapai 10 mm ujung
pena harus menyentuh garis teratas pada kertas grafik dan seketika itu air dalam siphon harus
tumpah dan ujung pena harus kembali ke titik 0 (nol).
6. Untuk alat penakar hujan otomatik type tipping bucket penyetelan titik 0 (nol) dilakukan dengan
cara menumpahkan air ke dalam corong dan pada saat air yang ditumpahkan mencapai 0.5 mm
maka air dalam tipping bucket harus tumpah dan ujung pena harus menunjukan angka 0.5 mm
pada grafik.

e. Pelatihan operasi dan pemeliharaan peralatan bagi pengamat meliputi :

1. Tata cara pengoperasian dan pemeliharaan alat dan bangunan


2. Tata cara pembacaan gelas ukur dan penempatan posisi pena pada grafik (sesuai dengan waktu
dan ketinggian curah hujan pada saat pemasangan/pengecekan)
3. Tata cara pemasangan dan penggantian kertas grafik, pena dan tinta
4. Tata cara setting/pencocokan waktu dan ketinggian curah hujanpada pos hujan biasa dengan
alat penakar hujan otomatik (ARR)
5. Tata cara pengoperasian jam
6. Tata cara pengecekan/pengontrolan yang dilakukan secara periodic 3 hari sekali untuk periode
perekaman mingguan dan setiap minggu untuk yang bulanan, 3 bulanan, dst.

Jenis alat penakar hujan otomatik terbagi menjadi dua yaitu :

a. Sistem Mekanik

Prinsip kerja dari peralatan ini adalah pemantauan ketinggian curah hujan dengan menangkap
hujan yang terjadi melalui corong dan dialirkan ke dalam system penakaran berupa system
pelampung, system siphon dan system tipping bucket.

System tersebut dihubungkan dengan peralatan rekam (pena, drum kertas grafik dan jam).
Perekaman ketinggian curah hujan terpantau pada kertas grafik yang menempel pada drum yang
dihubungkan dengan jam.
b. Sistem Elektronik

Prinsip kerja dari sistim elektronik adalah perekaman ketinggian curah hujan dilakukan dengan
menggunakan sensor yang dihubungkan dengan GPA (General Purpose Agent). Data disimpan
dalam memory card berupa data analog (digit). Sistem ini dapat digabungkan dengan sistim
telemetri sehingga data dapat dikirimkan secara tepat waktu dengan interval sesuai dengan yang
dikehendaki. Apabila peralatan tidak dihubungkan dengan peralatan telemetri, maka data akan
tersimpan dalam memory card (data logger). Pengambilan data dapat dilakukan maksimum 3
bulan sekali tergantung pada kapasitas data logger dengan menggunakan laptop. Peralatan ini
dapat dioperasikan dengan menggunakan tenaga listrik dari listrik PLN, tenaga surya atau
baterai.

Stasiun Pengamatan Klimatologi

Stasiun pengamatan klimatologi adalah stasiun yang difungsikan untuk mengamati/ mencatat/
merekam parameter iklim baik secara manual, mekanik, maupun elektronik.

Peralatan stasiun pengamat klimatologi umumnya terdiri dari :

 penakar hujan otomatik


 penakar hujan biasa
 termometer maksimum
 termometer minimum
 termometer bola kering
 termometer bola basah
 termohigrograf
 panci penguapan
 tabung penenang
 canting
 dudukan panci penguapan
 pencatat lamanya penyinaran matahari
 aktinograf
 anemometer
 sangkar meteo

Apabila diperlukan parameter tekanan atmosfer maka harus dipasang peralatan tambahan yaitu
barograph.

Tahapan pembangunan stasiun pengamatan stasiun klimatologi adalah sebagai berikut :

a. Pekerjaan Persiapan

b. Pengadaan bahan:
 semen
 batu kali, batu bata
 pasir
 besi siku, paku, baut, mur sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
 kawat harmonica minimum diameter 4 mm
 cat, meni besi
 kunci gembok dan peralatan pengaman lainnya

c. Pelaksanaan pembangunan

Pelaksanaan pembangunan dimulai dari pembersihan lahan, penggalian pondasi, pemasangan


profil, pemasangan pondasi, pemasangan pagar dan pintu, sampai dengan pekerjaan finishing.

Tata cara pembangunan stasiun pengamatan klimatologi dan curah hujan selengkapnya dapat
dilihat pada buku pedoman nomor Pd M-19-1995-03 tentang Tata cara penentuan lokasi dan
pembangunan pos klimatologi dan pos hujan (Lampiran 3).

d. Pemasangan alat

1. Alat penakar curah hujan biasa


2. Termometer Maksimum

Termometer maksimum adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu udara maksimum.
Alat terbuat dari tabung gelas pipih yang didalamnya terdapat pipa kapiler yang terbuat dari
kaca, dibagian ujung terdapat bejana berbentuk bola yang berisi air raksa. Prinsip kerja dari alat
ini adalah suhu udara akan menggerakan air raksa dalam bejana melalui pipa kapiler yang
dilengkapi dengan skala dalam derajat Celcius (˚C). Pergerakan air raksa akan berhenti pada saat
suhu udara mencapai suhu maksimum. Besarnya suhu maksimum yang terjadi diperoleh dengan
cara membaca air raksa dalam pipa kapiler.

3. Termometer Minimum

Termometer minimum adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu udara minimum. Alat
terbuat dari tabung gelas pipih yang didalamnya terdapat pipa kapiler yang terbuat dari kaca,
dibagian ujung terdapat bejana berbentuk bola yang berisi air raksa. Prinsip kerja dari alat ini
adalah suhu udara akan menggerakan air raksa dalam bejana melalui pipa kapiler yang
dilengkapi dengan skala dalam derajat Celcius (˚C). Pergerakan air raksa akan berhenti pada saat
suhu udara mencapai suhu minimum. Besarnya suhu minimum yang terjadi diperoleh dengan
cara membaca air raksa dalam pipa kapiler.

4. Termometer Bola Kering

Alat ukur suhu udara yang terbuat dari gelas dengan bejana berbentuk bola berisi air raksa dan
ujungnya dalam keadaan kering
5. Termometer Bola Basah

Alat ukur suhu udara yang terbuat dari gelas dengan bejana berbentuk bola berisi air raksa
dimana ujungnya dibalut kain kasa yang dicelupkan kedalam air

6. Termohigrograf

Peralatan no 2 s.d no 6 disimpan dalam sangkar meteo, untuk peralatan no 2 s.d 5 diletakan pada
alat psychrometer standar.

7. Sangkar Meteo

Sangkar meteo berbentuk rumah kecil dengan cat warna putih yang terbuat dari bahan kayu,
dengan ventilasi yang cukup sehingga kondisi cuaca di dalam sangkar dengan di luar sangkar
relative sama. Sehingga variable iklim yang diamati dapat mewakili kondisi iklim disekitarnya.
Sangkar meteo berdiri diatas pondasi dengan ketinggian lantai sangkar 1.2 m dari permukaan
tanah.

8. Panci Penguapan

Panci penguapan diletakan pada dudukan yang terbuat dari kayu dengan maksud agar panas
matahari tidak terserap oleh kayu sehingga penguapan yang terjadi betul–betul hanya
dipengaruhi oleh suhu udara/panas matahari. Penjelasanselengkapnya dapat dilihat pada buku
pedoman nomor Pd M-19-1995-03 tentang Tata cara penentuan lokasi dan pembangunan pos
klimatologi dan pos hujan.

Penguapan yang terjadi adalah besarnya perbedaan muka air di dalam panci pada saat
pembacaan dengan muka air satu hari sebelumnya. Pengukuran tingginya penguapan dilakukan
dengan cara membaca alat ukur yang ada dalam tabung penenang atau dengan cara menghitung
berapa canting air yang ditambahkan ke dalam panci penguapan ditambah dengan curah hujan
yang terjadi pada hari itu (apabila terjadi hujan). Pembacaan dilakukan setiap hari pada jam yang
sama sehingga penguapan yang terjadi betul – betul merupakan penguapan yang terjadi selama
24 jam.

9. Tabung Penenang

Tabung penenang dipasang ditengah panci penguapan, dilengkapi dengan alat ukur berskala
yang berfungsi sebagai alat pengukur kedalaman air dalam panci yang menunjukan tinggi
penguapan yang terjadi.

10. Canting
Canting adalah tabung yang terbuat dari plat besi yang berfungsi untuk menakar air yang
menguap dari panci. Volume air dalam 1 canting setara dengan besarnya penguapan sebesar 1
mm.

11. Dudukan Panci Penguapan

Rangkaian konstruksi kayu untuk alas atau dudukan panci penguapan yang dipasang pada tempat
tertentu di dalam stasiun klimatologi.

12. Pencatat Lamanya Penyinaran Matahari

Alat ukur lamanya penyinaran matahari (Sunshine Recorder) adalah alat yang digunakan untuk
mengukur berapa persen (%) lamanya matahari bersinar dalam 1 hari. Alat terbuat dari bola kaca
dengan diameter 10.1 cm, yang terpasang pada dudukan yang terbuat dari besi. Penyetelan alat
disesuaikan dengan lokasi stasiun klimatologi terhadap garis khatulistiwa (lintang selatan atau
lintang utara). Alat dipasang diatas tiang pasangan/beton dengan posisi puncak bolasetinggi 1.2m
dihitung dari permukaan tanah.

Lamanya penyinaran matahari terekam pada kertas grafik yang terdiri dari 3 macam kertas grafik
yaitu :

 Kartu S O – 40 U (1400 0-40S) kartu melengkung panjang untuk dipakai pada periode tanggal 15
April sampai 31 Agustus
 Kartu S O – 40 F (1400 0-40 FH) kartu lurus untuk dipakai dalam periode tanggal 1 September
sampai 14 Oktober
 Kartu S O – 40 W (1400 0-40 W)kartu melengkung pendek untuk dipakai dalam periode 15
Oktober sampai 14 April

13. Aktinograf

Alat ukur energi radiasi matahari dalam satuan cal/cm2/hari. Prinsip kerja dari alat ini adalah
sinar matahari ditangkap oleh suatu membrane yang dipasang di bawah kubah kaca. Pemuaian
membrane akibat radiasi matahari akan menggerakan pena yang dihubungkan dengan kertas
grafik yang menempel pada drum yang diputar oleh jam. Besarnya radiasi yang terjadi akan
tergambar dalam grafik hubungan antara waktu dengan energy radiasi matahari. Waktu
pengamatan dari alat ini adalah 7 hari.

14. Anemometer

Alat ukur kecepatan angin adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin dengan
satuan km/hari. Prinsip kerja dari alat ini adalah kecepatan angin yang mendorong canting
berputar pada poros penyangga. Banyaknya putaran yang terjadi dicatat pada alat
penghitung/counter. Pembacaan dilakukan setiap hari pada jam yang sama sehingga kecepatan
angin yang terjadi betul – betul merupakan kecepatan angin yang terjadi selama 24 jam.

Kecepatan angin yang terjadi (km/hari) adalah besarnya perbedaan pembacaan angkadi dalam
counter pada saat pembacaan dengan pembacaan angka dalam counter satu hari sebelumnya
dikalikan dengan nilai konversi yang besarnya tergantung dari alat.

e. Pelatihan operasi dan pemeliharaan peralatan bagi pengamat meliputi :

 Tata cara pengoperasian dan pemeliharaan alat dan bangunan


 Tata cara pembacaan peralatan klimatologi dan penempatan posisi pena pada grafik (sesuai
dengan waktu dan ketinggian curah hujan pada saat pemasangan/ pengecekan)
 Tata cara pemasangan dan penggantian kertas grafik, pena dan tinta untuk beberapa peralatan
yang menggunakan grafik, pena dan tinta
 Tata cara setting/pencocokan waktu dan ketinggian curah hujanpada pos hujan biasa dengan
alat penakar hujan otomatik (ARR)
 Tata cara pengoperasian jam untuk beberapa peralatan yang menggunakan jam
 Tata cara pengecekan/pengontrolan yang dilakukan secara periodic 3 hari sekali untuk periode
perekaman mingguan dan setiap minggu untuk yang bulanan, 3 bulanan, dst.

Seiring dengan kemajuan teknologi ada beberapa parameter tersebut diatas yang diamati secara
otomatis dan direkam dengan menggunakan data logger. Apabila peralatan tersebut
dikombinasikan dengan peralatan telemetri maka data pengamatan dapat dikirim secara otomatis
ke server induk dengan interval waktu sesuai dengan yang dikehendaki.

Stasiun Pengamatan dengan Sistem Telemetri

Duga muka air dengan sistim pemantauan telemetri memungkinkan untuk mendapatkan data
secara tepat waktu. Pengiriman data dapat menggunakan sistim komunikasi dengan radio,
telephone cellular dan kombinasi diantaranya.

1. Sistem Radio

Pembangunan sistim dengan radio dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

 survai dan pengujian propagasi


 pemilihan sistim komunikasi dengan event reporting system atau pooling reporting system
 analisis dan evaluasi land of site
 perencanaan jaringan dan pos pengulang / repeater (bila diperlukan)
 permohonan ijin frekwensi radio.

Prinsip kerja dari system ini adalah data hidrologi diamati dengan menggunakan peralatan
otomatik (mekanik atau elektronik) kemudian dengan menggunakan modem dan transmitter data
tersebut dikirimkan ke stasiun penerima (receiver) dengan interval waktu sesuai yang
dikehendaki. Apabila data diamati dengan menggunakan peralatan otomatik jenis mekanik maka
data tersebut harus dikonversi dari system analog (grafik) ke system digital. Pengiriman data
dilakukan dengan menggunakan frekuensi gelombang radio.

2. Jaringan Selular

Pembangunan sistim dengan jaringan selular dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

 survei dan pengujian propagasi (kekuatan sinyal), apabila pada lokasi tersebut sinyal tidak kuat
maka dapat membuat permohonan pada provider untuk memasang repeater pada daerah
tersebut.
 pemilihan sistim komunikasi dengan event reporting system atau pooling reporting system
 analisis dan evaluasi land of site

Prinsip kerja dari system ini adalah data hidrologi diamati dengan menggunakan peralatan
otomatik (mekanik atau elektronik) kemudian dengan menggunakan modem dan transmitter data
tersebut dikirimkan ke stasiun penerima (receiver) dengan interval waktu sesuai yang
dikehendaki. Apabila data diamati dengan menggunakan peralatan otomatik jenis mekanik maka
data tersebut harus dikonversi dari sistem analog (grafik) ke sistem digital. Pengiriman data
dilakukan dengan menggunakan jaringan seluler.

3. Kombinasi

Pembangunan sistim dengan kombinasi radio dan seluler dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :

 survei dan pengujian propagasi (kekuatan sinyal), apabila pada lokasi tersebut sinyal tidak kuat
maka dapat membuat permohonan pada provider untuk memasang repeater pada daerah
tersebut.
 pemilihan sistim komunikasi dengan event reporting system atau pooling reporting system
 analisis dan evaluasi land of site
 perencanaan jaringan dan pos pengulang / repeater (bila diperlukan)
 permohonan ijin frekwensi radio

Prinsip kerja dari system ini adalah data hidrologi diamati dengan menggunakan peralatan
otomatik (mekanik atau elektronik) kemudian dengan menggunakan modem dan transmitter data
tersebut dikirimkan ke stasiun penerima (receiver) dengan interval waktu sesuai yang
dikehendaki. Apabila data diamati dengan menggunakan peralatan otomatik jenis mekanik maka
data tersebut harus dikonversi dari system analog (grafik) ke system digital. Pengiriman data
dilakukan dengan menggunakan frekuensi gelombang radio atau jaringan seluler.

Anda mungkin juga menyukai