G41113303
I. PENDAHULUAN
Tinggi muka air merupakan salah unsur aliran. Data dari tinggi muka air
akan digunakan untuk menghasilkan grafik hidrograf muka air dan hidrograf
debit. Grafik-grafik tersebut merupakan masukan utama untuk analasis hidrologi
terkait dengan hidrologi teknik seperti analisis banjir, ketersediaan air,
sedimentasi waduk.
Tinggi muka air dapat diukur dengan menggunakan rambu ukur.
Pengukuran tinggi muka air dengan alat tersebut dikenal sebagai metode
tradisional pengukuran tinggi muka air dan biasanya terdapat pada bangunan air,
contohnya bendungan.
Pengukuran dengan rambu ukur kurang efektif karena ketinggian air belum
tentu dapat dicatat pada saat kondisi ekstrim (data air minimum dan maksimum),
kecuali pada saat debit besar/banjir, ada petugas pengamat melakukan
pengamatan khusus agar memperoleh data ketinggian air maksimum. Kekurangan
alat sekat pengukur dalam mengukur ketinggian muka air ditutupi oleh AWLR.
AWLR (Automatic Water Level Recorder) adalah alat ukur ketinggian muka
air otomatis. Alat ini merekam fluktuasi muka air terus menerus sehingga
diperoleh data air ekstrim (minimum dan maksimum) sehingga data pengukuran
tinggi muka air terekam secara otomatis. Hasil pengukuran AWLR dan rambu
ukur mungkin memiliki perbedaan karena memiliki prinsip kerja yang berbeda.
Pemahaman mengenai penggunaan AWLR dan prinsip kerja penting untuk
diketahui. Oleh karena itu praktikum “Pengukuran Dasar AWLR” dilakukan agar
mengetahui AWLR, prinsip kerja, dasar pengukuran ketinggian muka air
menggunakan AWLR, dan perbandingan alat ukur manual dan AWLR.
Pada suatu sungai besarnya debit aliran susah untuk diukur, biasanya angka
yang menjadi patokan sebagai pemantau adalah tinggi air. Nilai tinggi air
kemudian digunakan menduga besarnya debit yang terjadi pada sungai atau DAS.
Besarnya debit air sungai selain dipengaruhi oleh limpasan permukaan juga
dipengaruhi aliran bawah permukaan dan air tanah (Sularto, 2006).
Pengamatan permukaan air sungai umumnya ditempatkan pada tempat-
tempat dimana akan dibangun bangunan air, seperti bendungan, bangunan
pengambilan air, dan sejenisnya. Untuk kebutuhan usaha pengendalian atau
pengaturan sungai, maka pengamatan tinggi permukaan dilaksanakan pada tempat
yang dapat memberikan gambaran mengenai banjir, termasuk pada bagian
perubahan tiba-tiba dari penampang sungai (Hariadi, 2015).
Pengukuran tinggi muka air merupakan langkah awal dalam pengumpulan
data aliran sungai sebagai data dasar hidrologi. Pengukuran ketinggian permukaan
air mencakup level puncak (ketinggian puncak ketika banjir) dan kenaikan
permukaan air secara bertahap sebagai fungsi waktu. Pengukuran ini dapat
dilakukan secara manual atau otomatis. Tinggi muka air biasanya dinyatakan
dalam meter atau sentimeter (Hariadi, 2015).
Pemasangan alat ukur permukaan air harus berupa tempat yang
memungkinkan pengamatan seluruh keadaan permukaan air, dari batas terendah
sampai batas tertinggi. Bagian yang menjadi tempat tekanan tinggi atau bagian
kecepatan aliran tinggi pada permukaan air yang tinggi harus dihindari agar alat
tidak mudah menjadi rusak oleh aliran (Triesnawati, 2006).
Pengukuran tinggi muka air dapat dilakukan secara manual dan secara
otomatis. Pengukuran manual dengan menggunakan rambu ukur. Data tinggi
muka air adalah dengan pengamatan langsung dan teratur. Dimanapun akurasi dan
keterbacaan merupakan hal yang utama dalam penggunaan rambu ukur.
Keuntungan dari alat ini adalah murah dan mudah dipasang, kekurangannya
adalah memerlukan tenaga manusia untuk pekerjaan pengamatan yang terus
menerus (Hariadi, 2015).
Reni Pratiwi
G41113303
Cara otomatis menggunakan alat duga air otomatik yang dipasang pada
suatu pos duga air sungai, dikenal dengan istilah AWLR (Automatic Water Level
Recorder). Alat ini mengukur tinggi muka air sungai secara terus menerus dan
hasil pengukurannya berupa hidrograf (Triesnawati, 2006).
Hidrograf adalah suatu diagram yang menggambarkan variasi debit sungai
atau tinggi muka air menurut waktu. Hidrograf menunjukkan tanggapan
menyeluruh DAS terhadap masukan tertentu. Sesuai dengan sifat dan perilaku
DAS yang bersangkutan, hidrograf aliran selalu berubah sesuai dengan besaran
dan waktu terjadinya masukan (Nababan, 2012).
Pembacaan seluruh keadaan permukaan air dari permukaan yang terendah
sampai yang tertinggi biasanya tidak dapat dilakukan dengan sebuah alat ukur.
Pada keadaan permukaan air yang tinggi, pembacaan telah sulit diadakan pada
alat yang sudah berada hampir di tengah-tengah sungai. Jadi alat ukur biasa ini
dipasang kira-kira setiap 2 m tinggi pada beberapa buah titik dalam penampang
melintang (Hariadi, 2015)
Limpasan air dari suatu daerah aliran sungai yang besar biasanya dimonitor
dengan alat yang disebut AWLR (Automatic Water Level Recorder). Alat ini
mengukur tinggi muka air sungai secara terus menerus. Hasil pengukuran AWLR
berupa grafik hubungan antara tinggi muka air dengan waktu atau lazim disebut
hidrograf (Triesnawati, 2006).
Reni Pratiwi
G41113303
menghasilkan serial pulsa yang dapat diartikan menjadi gerakan, posisi, dan arah.
Sehingga posisi sudut suatu poros benda berputar dapat diolah menjadi informasi
berupa kode digital oleh rotary encoder untuk diteruskan oleh rangkaian kendali.
Rotary encoder tersusun dari suatu piringan tipis yang memiliki lubang-lubang
pada bagian lingkaran piringan.
keluaran dalam suatu pengukuran berulang untuk suatu nilai masukan yang sama
didekati dari arah yang berlawanan (Hariadi, 2015).
Histerisis biasanya dinyatakan dalam % FSO. Penyebab terjadinya histerisis
yaitu bentuk sifat mekanik dan sifat elektrik, magnetisasi, sifat termal, geometri
desain, gesekan, dan perubahan struktur material (Hariadi, 2015).
Sesuai atau tidaknya model matematis tersebut dengan data yang digunakan
dapat ditunjukkan dengan mengetahui besarnya nilai R2 atau juga disebut sebagai
koefisien determinasi. Koefisien determinasi dalam statistika dapat
diinterpretasikan sebagai proporsi dari variasi yang ada dalam nilai y dan
dijelaskan oleh model persamaan regresi (Hariadi, 2015).
Koefisien korelasi menunjukkan ukuran kuantitatif untuk menunjukkan
“kuat”nya hubungan antara variabel tersebut diatas. Kenyataan bahwa fluktuasi
debit aliran berkorelasi dengan presipitasi atau tataguna lahan tidak selalu
mempunyai implikasi bahwa setiap perubahan pola presipitasi atau tataguna lahan
akan selalu mengakibatkan terjadinya perubahan debit aliran (Hariadi, 2015).
Koefisien determinasi (R2) adalah indikator yang digunakan untuk
menggambarkan berapa banyak variasi yang dijelaskan dalam model.
Berdasarkan nilai R2, diketahui tingkat signifikansi atau kesesuaian hubungan
antara variabel bebas dan variabel tak bebas dalam regresi linier (Sinambela, et
al., 2014).
Koefisien determinasi (coefficient of determination) menunjukkan seberapa
jauh kesalahan dalam memperkirakan besarnya y dapat direduksi dengan
menggunakan informasi yang dimiliki variabel x. Model persamaan regresi
dianggap sempurna apabila nilai R2 = 1. Sebaliknya, apabila variasi yang ada pada
nilai y tidak ada yang bisa dijelaskan oleh model persamaan regresi yang
diajukan, maka nilai R2 = 0. Dengan demikian, model persamaan regresi
dikatakan semakin baik apabila besarnya R2 mendekati 1 (Hariadi, 2015).
Reni Pratiwi
G41113303
e. Membandingkan data pengukuran aktual dan data yang ada pada display.
f. Mencatat nilai yang tertera di LCD.
g. Mengolah data di Ms. Office Excel.
Reni Pratiwi
G41113303
4.1 Hasil
R² = 0.9996
30
25
20
15
10
5
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Pembacaan AWLR (cm)
35
R² = 0.9993
30
25
20
15
10
5
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Pembacaan AWLR (cm)
4.2 Pembahasan
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Proses kalibrasi alat dengan tepat dibutuhkan agar memperoleh data tinggi
muka air yang akurat. Selain itu, proses penambahan dan pengurangan air
memerlukan ketelitian agar diperoleh data ketinggian yang legih akurat.
Reni Pratiwi
G41113303
DAFTAR PUSTAKA
Hariadi, 2015. Karakterisasi Alat Ukur Tinggi Muka Air Otomatis Tipe Rotary
Encoder. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Nugraha, A. P., Febby, R., A, B. Z. & Utami, R. T., 2013. Tugas Konservasi
Tanah dan Air. UGM: Yogyakarta.
Sularto, E., 2006. Hubungan Pendugaan Lahan dan Kejadian Banjor pada DAS
Ciliwung Hulu, Katulampa Menggunakan Model Answers.
IPB: Bogor.
LAMPIRAN
A. Tabel Pengamatan
B. Dokumentasi
Jepit Buaya
Aki Kering
Jepit Buaya
Mikrokontroler
Display
Meteran
Pelampung
Ember
Rotatry Pulley
Encoder
Meteran