Posted on 06/08/2018
Oleh: Apipah
Pada 27 Desember 1949 secara resmi BeIanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia
Serikat (RIS). Indonesia menerima negara RIS dalam kesepakatan KMB hanya sebagai taktik
perjuangan. Hal ini disebabkan apabila tidak mau menerima negara RIS, diduga Belanda
akan memperlambat atau sama sekali tidak akan mengakui kedaulatan negara Indonesia.
Dalam perjalanannya, bentuk negara RIS tidak disukai sebagian besar rakyat negara-negara
bagian sehingga kembali ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
a. Negara-negara bagian, yaitu Republik Indonesia (RI) Negara Indonesia Timur (NIT),
Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatra Timur (NST), dan
Negara Sumatra Selatan.
Di Sulawesi Selatan, Kapten Andi Azis membuat makar di Makassar. la dan pasukannya
menyerang markas TNI di kota itu. Tidak sedikit prajurit TNI menjadi korban. Setelah itu,
pada 5 April 1950 Andi Azis menyatakan Negara Indonesia Timur (NlT) tetap dipertahankan.
Di Maluku Selatan, muncul pula gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS) di bawah
kepemimpinan Dr. Soumokil. Pada 25 April 1950, Soumokil memimpin pemberontakan
terhadap pemerintah RIS dengan cara melakukan praktik intimidasi, teror, dan serangkaian
pembunuhan di berbagai tempat. Gerakan-gerakan separatis seperti itu, tidak saja
menghambat perjuangan menuju ke negara kesatuan, bahkan berusaha menghancurkan
keberadaan RIS yang telah diaku dunia. Sejak saat itu, banyak masyarakat dan kelompok
federalis beralih ke unitaris.
Bertitik tolak dari kesadaran itu, maka rakyat di negara-negara bagian berusaha untuk
kembali ke negara kesatuan. Di berbagai daerah dilancarkan gerakan menuntut pembubaran
negara bagian. Pada awal Februari 1950 rakyat Jawa Barat berdemonstrasi di dalam
Parlemen Pasundan menuntut dibubarkannya Negara Pasundan. Di Jawa Timur rakyat
berdemonstrasi menuntut pembubaran Negara Jawa Timur. Demikian puIa di negara-negara
bagian dan satuan kenegaraan lain. Mereka menuntut penggabungan dengan Negara RI.
Menanggapi situasi politik demikian, pada 8 Maret 1950 Pemerintah RIS di Jakarta
mengeluarkan Undang-undang Darurat No. 11 Tahun 1950 tentang Tata cara Perubahan
Susunan Kenegaraan RIS. Dengan merujuk kepada undang-undang ini, berturut-turut
negara-negara bagian dan satuan kenegaraan menggabungkan diri dengan RI di Jogjakarta.
Sampai 5 April 1950 negara RIS hanya tinggal tiga Negara bagian, yaitu Republik Indonesia
(RI), Negara Sumatra Timur (NST), dan Negara Indonesia Timur (NIT).
Pada 19 Mei 1950 dilangsungkan perundingan antara Pemerintah RIS yang diwakili Moh.
Hatta (dengan
mandat NST dan NIT) dan Pemerintah RI yang diwakili Wakil Perdana Menteri Abdul Halim.
Kedua pemerintahan mengeluarkan kesepakatan bersama yang tertuang dalam piagam
persetujuan yang berisi sebagai berikut.
b. RIS dan RI membentuk panitia bersama yang bertugas menyusun undang-undang dasar
negara kesatuan.
Untuk menyusun konstitusi negara kesatuan yang baru, maka dibentuklah panitia gabungan
RIS-RI dengan ketua bersama, Menteri Kehakiman Prof. Dr. Mr. Soepomo dan Wakil Perdana
Menteri RI, Abdul Halim. Pada 21 Juli 1950, kedua pemerintahan berhasil menyepakati
sebuah rancangan naskah undang-undang dasar Negara kesatuan.
Pada 14 Agustus 1950 Parlemen RI dan Senat RIS mengesahkan Rancangan UUD Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terkenal dengan Undang -Undang Dasar
Sementara Tahun 1950 (UUDS 1950).UUDS 1950 merupakan konstitusi ketiga selama bangsa
Indonesia merdeka. Sehari kemudian, Presiden RIS, Ir. Soekarno, membacakan piagam
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan dinyatakan mulai berlaku
sejak 17 Agustus 1950. Pada hari itu juga Soekarno terbang ke Jogjakarta untuk menerima
kembali jabatan presiden Rl yang sebelumnya dipangku oleh Mr. Asaat. Dengan demikian,
sejak 17 Agustus 1950 negara RIS bubar dan terwujud kembali Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).