Anda di halaman 1dari 33

5 DIAGRAM BESI-BESI KARBIDA

Tujuan dan
Sasaran
5.1 Diagram Besi-Karbon
Kegunaan baja sangat bergantung dari pada sifat–sifat baja yang Tujuan dari bab ini adalah
sangat bervariasi yang diperoleh dari pemaduan dan penerapan untuk memberikan
proses perlakuan panas. Sifat mekanik dari baja sangat gambaran tentang sifat–
bergantung pada struktur mikronya. Sedangkan struktur mikro sifat baja dan bervariasi
sangat mudah dirubah melalui proses perlakuan panas. Baja yang diperoleh dari
adalah paduan besi dengan kandungan karbon sampai pemaduan dan
maksimum sekitar 1,5% . Paduan besi dengan karbon di atas penerapan proses
1,5% disebut dengan besi cor (cast iron) perlakuan panas.

Beberapa jenis baja memiliki sifat-sifat yang tertentu Sasarannya adalah untuk:
sebagaimana akibat penambahan unsur paduan. Salah satu 1. Memahami diagrm
unsur paduan yang sangat penting yang dapat mengontrol sifat besi-carbon
baja adalah karbon (C). jika besi dipadu dengan karbon, 2. Meninjau struktur
transformasi yang terjadi pada rentang temperatur tertentu erat mikro yang terjadi
kaitannya dengan kandungan karbon. Diagram yang pada logam besi
menggambarkan hubungan antara temperatur dimana
terjadinya perubahan fasa selama proses pendinginan dan
pemanasan yang lambat dengan kadar karbon disebut dengan
diagram fasa. Diagram ini merupakan dasar pemahaman untuk
semua operasi-operasi Perlakuan Panas seperti diperlihatkan
pada gambar 5.1.

Diagram ini merupakan dasar dari teknik paduan besi (baja &
besi tuang). Simentit (Fe 3 C) terdiri dari 6,65 % terbentuk dari
laju pendinginan yang cepat, jika laju pendinginan lambat maka
akan terbentuk karbon (grafit) yang terpisah. Struktur kristal
sementit adalah orthorombic.

25Page
Diagram keseimbangan besi-zat arang dianggap sebagai suatu diagram phase
ditunjukkan oleh garis putus-putus pada yang metastabil. Kebanyakan baja hanya
diagram phase Fe-Fe3C. Grafit lebih stabil mengandung besi karbid dan bukan grafit,
dari Fe3C. Maka diagram Fe-Fe3C dapat sehingga dalam pemakaian diagram Fe-

Gambar 5-1. Diagram Fe-Fe3C


26
Page

Gambar 5-2. Fasa pada baja eutektoid pada diagram fasa


Fe3C sangat penting. Karbon adalah unsur mencapai 0,8% pada temperatur 5230C. titik
penstabil austenit. Kelarutan maksimum ini biasa disebut sebagai titik eutektoid.
dari karbon pada austenit adalah sekitar Komposisi eutektoid dari baja merupakan
1,5% pada suhu 11400C sedangkan titik rujukan untuk mengklasifikasikan
kelarutan karbon pada ferit naik dari 0% baja. Baja dengan karbon 0,8% disebut baja

Gambar 5-3. Diagram Kesetimbangan Besi - Karbon

pada 9100C menjadi 0,025% pada 5230C. eutektoid sedangkan baja dengan karbon
Pada pendinginan lanjut, kelarutan karbon kurang dari 0,8% disebut baja
pada ferit menurun menjadi 0,008% pada hypoeutektoid. Hypereutektiod adalah
temperatur kamar. baja dengan kandungan karbon lebih dari
0,8%.
Pada gambar 5.3 garis GS tampak bahwa
jika kadar karbon meningkat maka Titik kritik sepanjang garis GS disebut
transformasi austenit jadi ferit akan sebagai garis A3 sedangkan titik kritik
27

menurun dan akan mencapai pada titik S sepanjang garis PSK disebut sebagai garis
Page

yaitu pada saat prosentase karbon A1. dengan demikian setiap titik pada garis
GS dan SE menyatakan temperatur dimana maka austenit akan mengurai dan
transformasi dari austenit dimulai baik membentuk perlit melalui proses
pada saat dipanaskan atau didinginkan. pengintian (nukleasi) dan pertumbuhan.
Perlit yang terbentuk berupa campur ferit
5.2 Struktur Mikro dan dengan sementit yang tampak seperti
Kaitannya dengan Sifat pelat-pelat yang tersusun bergantian.

Mekanik Perlit yang terbentuk sedikit dibawah


temperatur eutektoid memiliki kekerasan
Baja dapat dilakupanas agar diperoleh
vang lebih rendah dan memerlukan waktu
struktur mikro dan sifat yang diinginkan.
inkubasi yang lebih banyak. Penurunan
Struktur mikro dan sifat yang diinginkan
temperatur lebih lanjut waktu inkubasi
tersebut dapat diperoleh melalui proses
yang diperlukan untuk transformasi ke
pemanasan dan pendinginan pada
perlit makin pendek dan kekerasan yang
temperatur tertentu. Jika permukaan dari
dimiliki oleh Perlit lebih tinggi. Pada baja
suatu spesimen baja disiapkan dengan
hipoeutektoid (kadar karbonnya kurang
cermat dan struktur mikronya diamati
dari 0,8%) struktur mikro baja akan terdiri
dengan menggunakan mikroskop, maka
dari daerah-daerah perlit yang dikelilingi
akan tampak bahwa baja tersebut memiliki
oleh ferit. Sedangkan pada baja
struktur yang berbeda-beda. Jenis struktur
hipereutektoid (kadar karbonnya lebih dari
yang ada sangat dipengaruhi oleh
0,8%), pada saat didinginkan dari
kamposisi kimia dari baja dan jenis
austenitnya, sejumlah sementit
perlakuan panas yang diterapkan pada
proeutektoid akan terbentuk sebelum perlit
baja tersebut. Struktur yang akan ada pada
dan tumbuh di bekas batas butir austenit.
suatu baja adalah ferit. Perlit, bainit,
martensit, sementit dan karbida lainnya.
5.2.3 BAINIT
5.2.1 FERIT Bainit adalah suatu fasa yang diberi nama
sesuai dengan nama penemunya yaitu E.C.
Larutan padat karbon dan unsur paduan
Bain. Bainit merupakan fasa yang kurang
lainnya pada besi kubus pusat badan (Feα)
stabil (metastabil) vang diperoleh dari
disebut ferit. Ferit terbentuk pada proses
austenit pada temperatur yang lebih
Pendinginan yang lambat dari austenit baja
rendah dari temperatur transformasi ke
hipoeutektoid pada saat mencapai A3. Ferit
perlit dan lebih tinggi dari temperatur
bersifat sangat lunak, ulet dan memiliki
transformasi ke Martensit. Sebagai contoh
kekerasan sekitar 50-100 BHN dan
jika baja eutektoid yang diaustenisasi
memiliki konduktifitas yang tinggi.
didinginkan dengan cepat ke temperatur
Jika austenit didinginkan di bawah A3, sekitar 250-5000C dan dibiarkan pada
austenit yang memiliki kadar C yang temperatur tersebut, hasil transformasinya
sangat rendah akan bertransformasi ke adalah berupa struktur vang terdiri dari
Ferit (yang memiliki kelarutan C ferit dan sementit tetapi bukan perlit.
maksimum sekitar 0,025 % pada
Struktur tersebut dinamai Bainit.
temperatur 5230C).
Kekerasannya bervariasi antara 45-55 HRC
tergantung pada temperatur
5.2.2 PERLIT
transformasinya. Ditinjau dari temperatur
transformasinya, jika terbentuk pada
Perlit adalah campuran sementit dan ferit
temperatur yang relatif tinggi disebut
yang memiliki kekerasan sekitar 10-30
Upper Bainite sedangkan jika terbentuk
HRC. Jika baja eutektoid (0,8%C)
pada temperatur yang lebih rendah disebut
diaustenisasi dan didinginkan dengan
sebagal Lower Bainite. Struktur upper
cepat ke suatu temperatur dibawah A1,
bainite seperti perlit yang sangat halus
28

misalnya ke temperatur 5000C dan


sedangkan lower bainite menyerupai
dibiarkan pada temperatur tersebut
martensit temper.
Page

sehingga terjadi transformasi isotermal,


5.2.4 MARTENSIT terhadap waktu sepanjang temperaturnya
konstan.
Martensit adalah fasa yang ditemukan oleh
Awal dan akhir dari pembentukan
seorang metalografer yang bernama A.
martensit sangat tergantung pada
Martens. Fasa tersebut merupakan larutan
komposisi kimia dari baja dan cara
padat dari karbon yang lewat jenuh pada
mengaustenisasi. Pada baja karbon,
besi alfa sehingga latis-latis sel satuannya
temperatur awal dan akhir dari
terdistorsi. Sifatnya sangat keras dan
pembentukan martensit (Ms dan Mf)
diperoleh jika baja dari temperatur
sangat tergantung pada kadar karbon.
austenitnya didinginkan dengan laju
Makin tinggi kadar karbon suatu baja
pendinginan yang lebih besar dari laju
makin rendah temperatur awal dan akhir
pendinginan kritiknya.
dari pembentukan martensit tersebut
Dalam paduan besi karbon dan baja, terlihat bahwa untuk baja dengan kadar
austenit merupakan fasa induk dan karbon lebih dari 0,5%, transformasi ke
bertransformasi menjadi martensit pada martensit akan selesai pada temperatur
saat pendinginan. Transformasi ke dibawah temperatur kamar. Dengan
martensit berlangsung tanpa difusi demikian, jika kadar karbon melampaui
sehingga komposisi yang dimiliki oleh 0,5%, maka pada temperatur kamar akan
martensit sama dengan komposisi austenit, terdapat martensit dan austenit sisa. Makin
sesuai dengan komposisi paduannya sel tinggi kadar karbon, pada baja akan makin
satuan martensit adalah Tetragonal pusat besar jumlah austenit sisanya. Austenit:
badan (Body center tetragonal/BCT). Atom yang belum sempat bertransformasi
karbon dianggap menggeser latis kubus menjadi martensit disebut sebagai austeni
menjadi tetragonal. Kelarutan karbon sisa. Untuk mengkonversikan austenit sisa
dalam BCC menjadi lebih besar jika menjadi martensit, kepada baja tersebut
terbentuk martensit, dan hal inilah yang harus diterapkan proses (subzerro
menyebabkan timbulnya tetragonalitas treatment).
(BCT). Makin tinggi konsentrasi karbon,
Disamping karbon, unsur-unsur seperti
makin banyak posisi interstisi yang tersisih
Mn, Si, Ni, Cr Mo dan juga menggeserkan
sehingga efek tetragonalitasnya makin
temperatur Ms. Penurunan titik Ms
besar.
sebanding dengan jumlah unsur yang larut
Pembentukan martensit berbeda dengan dalam austenit. Dari semua unsur tersebut
pembentukan perlit dan bainit, dan secara diatas terlihat bahwa karbon yang memberi
umum tidak tergantung pada waktu. Dari pengaruh lebih besar terhadap penurunan
diagram transformasi. terlihat martensit temperatur Ms. Struktur martensit tampak
mulai terbentuk pada temperatur Ms. Jika seperti jarum atau pelat-pelat halus. Halus
pendinginan dilanjutkan, akan kasarnya pelat atau jarum tergantung pada
bertransformasi ke martensit. Makin ukuran butir dari austenit. Jika butir
rendah temperaturnya, makin banyak austenitnya besar maka martensit yang
austenit yang bertransformasi ke martensit akan diperoleh menjadi lebih kasar.
dan pada titik Mf pembentukan martensit Pembentukan martensit diiringi juga
berakhir. Pada contoh ini, martensit mulai kenaikan volume spesifik sekitar 3%. Hal
terbentuk pada temperatur sekitar 2000C inilah yang menyebabkan mengapa timbul
(Ms) berakhir pada temperatur sekitar 290C tegangan pada saat dikeraskan. Tegangan
yaitu pada saat martensi hampir mencapai yang terjadi dapat menimbulkan distorsi
100%. Bahwa pembentukan martensit tidak dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya
tergantung pada waktu dijelaskan dengan retak.
adanya garis horisontal pada diagram
Penyebab tingginya kekerasan martensit
TTT/CCT. Pada 1000C sekitar 90%
adalah karena latis besi mengalami
martensit telah terbentuk dan
29

regangan yang tinggi akibat adanya


perbandingan ini tidak akan berubah
atom-atom karbon. Berdasarkan hal ini,
Page

kekerasan martensit sangat dipengaruhi


oleh kadar karbon. Kekerasan martensit stabilitas baja tersebut pada temperatur
berkisar antara 20-65 HRC. Makin tinggi tinggi. Keberadaan unsur paduan tersebut
kadar karbon dalam martensit, makin besar pada baja akan menimbulkan
distorsi yang dialami oleh latis besi dalam terbentuknya karbida seperti: M3C, M23C6,
ruang dan mengakibatkan makin tingginya M6C, M5C3 dimana M menyatakan
kekerasan martensit. atom-atom logam sedangkan C
menyatakan kadar karbon.
5.2.5 SEMENTIT Karbida-karbida ini memiliki kekerasan
yang sangat tinggi, sehingga dapat
Sementit adalah senyawa besi dengan meningkatkan ketahanan aus dari baja
karbon yang umum dikenal sebagai perkakas ybs sebanding dengan volume
karbida besi dengan rumus kimianya Fe3C karbida di dalam baja dan harga kekerasan
(prosentase karbon pada sementit adalah dari karbida ybs.
sekitar 6,65 %) Sel satuannya adalah
ortorombik dan bersifat keras dengan Banyaknya karbida yang ada pada suatu
harga kekerasannya sekitar 65-68 HRC. baja perkakas tergantung pada prosentase
Pada struktur hasil anil karbida tersebut karbon dan unsur paduan serta tergantung
akan berbentuk bulat dan tertanam dalam pada jenis karbida yang akan terbentuk.
matrik ferit yang lunak dan dapat berfungsi Pada baja hypereutektoid yang sudah
sebagai Pemotong geram sehingga dapat dikeraskan, keberadaan karbida adalah
meningkatkan mampu mesin dari baja sekitar 5-12%. Sedangkan pada struktur
yang bersangkutan. Keberadaan yang dianil, jumlah tersebut akan
karbida-karbida pada baja-baja yang bertambah banyak. Pada saat diaustenisasi,
dikeraskan, terutama pada HSS dan baja karbida-karbida ini akan memperkaya
cold-worked dapat meningkatkan austenit dengan karbon dan unsur-unsur
ketahanan aus. paduan.

Unsur paduan yang memperkaya austenit


5.2.6 KARBIDA: seperti: Cr, W, Mo atau V akan
menciptakan kondisi yang dapat
Unsur-unsur paduan seperti Karbon,
mempermudah terbentuknya presipitasi
mangan, chrom, wolfram, Molibden dan
karbida-karbida pada saat dikeraskan
Vanadium banyak digunakan pada baja-
maupun pada saat ditemper. Kondisi
baja perkakas (seperti pada baja
seperti itu dapat meningkatkan stabilitas
Cold-worked, baja hot-worked dan HSS)
termal dari baja ybs dan juga
untuk meningkatkan ketahanan baja
meningkatkan kekerasan sekitar 3-5 HRC.
tersebut terhadap keausan dan memelihara
30
Page
6 DIAGRAM TTT DAN CCT
Tujuan dan
Sasaran

6.1 Diagram TTT Tujuan dari bab ini adalah


untuk menggambarkan
Maksud utama dari proses perlakuan panas terhadap baja adalah bagaimana pengaruh
agar diperoleh struktur yang diinginkan supaya cocok dengan proses perubahan
penggunaan yang direncanakan. Struktur tersebut dapat temperatur dan waktu
diperkirakan dengan cara menerapkan proses perlakuan panas terhadap sifat dari
yang spesifik. Struktur yang diperoleh merupakan hasil dari material, secara spesifik
proses transformasi dari kondisi sebelumnya (awal). Beberapa pada logam besi. Sub
proses transformasi dapat dibaca melalui diagram fasa. Diagram pokok bahasan yang akan
fasa Fe-C dapat digunakan untuk memperkirakan beberapa dijelaskan:
kondisi transformasi tetapi untuk kondisi tidak setimbang tidak
dapat menggunakan diagram fasa. Dengan demikian, untuk
setiap kondisi transformasi lebih baik menggunakan diagram 1. Diagram TTT
TTT (Time-Temperature-Transformation). Diagram ini 2. Diagram CCT
menghubungkan transformasi austenit terhadap waktu dan
temperatur. Nama lain dari diagram ini adalah diagram S atau
diagram C. Melalui diagram ini dapat dipelajari kelakuan baja
pada setiap tahap perlakuan panas. Diagram ini dapat juga
digunakan untuk memperkirakan struktur dan sifat mekanik
dari baja yang diquench (disepuh) dari temperatur
austenitisasinya ke suatu temperatur dibawah A1.

Pengaruh laju pendinginan pada transformasi austenit dapat


diuraikan melalui penggunaan diagram TTT untuk jenis baja
tertentu. Pada diagram ini sumbu tegak menyatakan temperatur
sedangkan sumbu datar menyatakan waktu yang diplot dalam
skala logaritmik. Diagram ini merupakan ringkasan dari
beberapa jenis struktur mikro yang diperoleh dari rangkaian
percobaan yang dilakukan pada spesimen yang kecil yang
dipanaskan pada temperatur austenitisasinya, kemudian
diquench pada temperatur tertentu dibawah titik eutektoid A1,
untuk jangka waktu yang tertentu pula sampai seluruh austenit
bertransformasi. Proses transformasi dari austenit pada baja
yang bersangkutan diamati dan dipelajari dengan menggunakan
mikroskop.

Produk yang diperoleh dari transformasi austenit dapat


dikelompokkan kedalam tiga kelompok. Pada rentang
temperatur antara A1 sampai kira-kira akan terbentuk perlit.
Tetapi perlit yang terbentuk pada temperatur sekitar 7000C akan
lebih kasar; sedangkan perlit yang terbentuk pada temperatur
sekitar 5500C akan lebih halus. Dibawah temperatur ini, yaitu
4500C akan terbentuk upper bainite dan pada temperatur sekitar
2500C yaitu sedikit di atas Ms akan terbentuk Iower banite.
Harga kekerasan dari struktur tersebut di atas dapat dibaca pada
31

skala yang terdapat disebelah kanan kurva.


Page
Pada diagram TTT; kurva B menyatakan awal dari transformasi austenit, sedangkan kurva E
menyatakan waktu yang diperlukan untuk mentransformasikan seluruh austenit. Daerah
disebelah kiri kurva B menyatakan perioda Inkubasi dimana transformasi dari austenit belum
dimulai. Terlihat bahwa proses transformasi yang paling cepat terjadi pada temperatur
sekitar 5500C, dimana awal transformasi dapat berlangsung kurang dari satu detik. Dan
dalam waktu 5 detik seluruh fasa austenit sudah bertransformasi. Hal ini menunjukkan
bahwa laju pendinginan untuk memperoleh Martensit atau Bainit harus cepat, dan ini hanya
terjadi dengan Jalan dicelup ke dalam air (diquench).

Perlit yang terbentuk pada


temperatur yang lebih tinggi
memiliki kekerasan yang lebih
rendah dibanding Perlit yang
halus. Hal ini erat kaitannya
dengan kelakuan presipitasi
sementit dari austenit,

Bainit yang terbentuk pada


temperatur yang lebih tinggi
memiliki kekerasan yang lebih
rendah dibanding dengan
Bainit yang terbentuk pada
temperatur yang lebih rendah.
Struktur Bainit yang terbentuk
pada temperatur yang lebih
tinggi relatif berbeda dengan
struktur bainit yang terbentuk
pada temperatur yang lebih
rendah.

Pembentukan Martensit
sangat berbeda dibandingkan Gambar 6-1. Diagram Transformasi Isothermal baja Eutectoid 1080.
dengan Pembentukan perlit
atau bainit. Pembentukan
martensit hampir tidak tergantung pada temperatur austenisasinya, kemudian
waktu. Sebagai contoh: Martensit mula diquench pada temperatur tertentu di
terbentuk sekitar 2000C (Ms) dan terus abawah titik eutektoid A1 untuk jangka
berlanjut sampai temperatur mencapai waktu yang tertentu pula sampai seluruh
260C yaitu pada saat Martensit mencapai transformasi austenit.
100% (Mf). Produk yang diperoleh dari transformasi
Pembentukan martensit dikaitkan dengan austenit dapat dikelompokkan ke dalam
waktu pada diagram dinyatakan dengan tiga kelompok. Pada rentang temperatur
garis horizontal. Pada 660C hampir 60 % antara A1 sampai kira-kira 5500C akan
martensit telah terbentuk. Perbandingan terbentuk perlit. Tetapi perlit yang
ini tidak berubah terhadap waktu terbentuk sekitar 7000C akan lebih kasar,
sepanjang temperaturnya dijaga konstan. sedangkan perlit yang terbentuk pada
temperatur 5500C akan lebih halus. Pada
Pada diagram ini, sumbu tegak temperatur sekitar 4500C akan terbentuk
menyatakan temperatur sedangkan sumbu upper bainit dan pada temperatur 2500C
mendatar menyatakan waktu yang diplot yaitu sekitar sedikit di atas Ms akan
dalam skala logaritmik. Diagram ini terbentuk lower bainit. Harga kekerasan
merupakan ringkasan dari beberapa jenis dari struktur-struktur tersebut dapat
32

struktur mikro yang diperoleh dari dibaca pada skala yang terdapat disebelah
rangkaian percobaan yang dilakukan pada
Page

kanan kurva.
spesimen yang kecil yang dipanaskan pada
Perlit yang terbentuk pada temperatur kemudian baja didinginkan dengan
yang lebih tinggi memiliki kekerasan yang berbagai macam variasi pendinginan.
lebih rendah dibanding perlit yang halus. Proses pendinginan diperlihatkan oleh
Hal ini erat kaitannya dengan kelakuan garis miring dimana semakin miring garis
persipitasi sementit dari austenit. Bainit yang terbentuk semakin cepat
yang terbentuk pada temperatur yang lebih pendinginannya. Pendinginan yang paling
tinggi memiliki kekerasan yang lebih lambat (untuk annealing) diperlihatkan
rendah dibanding dengan bainit yang oleh garis lurus v1, pendinginan yang
terbentuk pada temperatur yang lebih sedikit lebih cepat diperlihatkan oleh garis
rendah. Struktur bainit terbentuk pada v2, yang lebih cepat (untuk quenching
temperatur yang lebih tinggi relatif dengan oli) diperlihatkan oleh garis v3 dan
berbeda dengan struktur bainit yang v4 dan yang paling cepat (pendinginan
terbentuk pada temperatur yang lebih dengan air) ditunjukkan oleh garis v5 dan
rendah. v6.

Saat pendinginan paling lambat pada garis


6.2 Diagram CCT v1 yang berpotongan dengan dua buah
Saat kondisi perlakuan panas sebenarnya, kurva transformasi berikut sewaktu awal
transformasi umumnya tidak terjadi saat transformasi berpotongan pada titik a1 dan
kondisi isotermal tetapi terjadi saat kondisi dan kurva akhir transformasi berpotongan
pendinginan yang terus menerus dengan titik b1. Ini berarti bahwa
(Continuous Cooling). Proses ini dapat kita pendinginan yang lambat, austenit
lihat pada diagram CCT (Continuous seluruhnya bertransformasi menjadi
Cooling ransformation) berikut: aggregat ferit-sementit.

Beberapa spemen baja eutektoid Karena transformasi terjadi sewaktu


dipanaskan pada temperatur di atas titik temperatur tertinggi (range temperatur A1-
A1. Temperatur ini ditunjukkan oleh M), butiran ferit-sementit bergumpal dan
diagram CCT di atas sebagai titik t. sedikit menyebar dengan bentuk yang lain
yang disebut dengan
perlit.

Pendinginan yang lebih


cepat (seperti sewaktu
normalizing) garis v2 juga
berpotongan dengan dua
kurva transformasi. Ini
berarti bahwa meskipun
austenit telah seluruhnya
berubah menjadi
gumpalan ferit sementit,
namun pada range a2-b2,
melalui temperatur yang
lebih merata yang disebut
dengan sorbit.

Pendinginan yang tidak


melewati v3, kurva
memperlihatkan proses
pendinginan memotong
kedua kurva
transformasi, yang
menghasilkan
33

Gambar 6-2. Diagram CCT pada baja Karbon dekomposisi austenit


Page

menjadi butiran ferit


sementit. Pendinginan yang lebih cepat v5. Untuk baja karbon pendinginan ini
dari v3, seperti v4, garis v4 hanya memotong sama dengan quenching dalam oli.
kurva pada saat awal transformasi (titik a4),
dan tidak melewati kurva akhir
transformasi. Ini berarti, ferit sementit
mulai terbentuk namun tidak seluruhnya.
Dengan kata lain sebagian volume butir
austenit berubah jadi ferit dan sementit,
namun bagian lainnya menjadi martensit
sewaktu mencapai temperatur M (di titik
M4). Dengan demikian, struktur baja dingin
pada v4 sebagian terdiri dari troostie dan
yang lainnya martensit. Struktur yang
aneh ini pada seluruh baja didinginkan .
lebih cepat dari v3, namun lebih lambat dari
34
Page
7 HARDENABILITY
Tujuan dan
Sasaran
7.1 Hardenability
Tujuan dari bagian ini
Mampu keras merujuk kepada sifat baja yang menentukan adalah untuk
dalamnya pengerasan sebagai akibat proses quench dari memberikan gambaran
temperatur austenisasinya. mengenai perbedaan sifat
Mampu keras tidak dikaitkan dengan kekerasan maksimum pada material akibat
yang dapat dicapai oleh beberapa jenis baja. Kekerasan perbedaan temperatur
permukaan dari suatu komponen yang terbuat dari baja perlakuan dengan
tergantung pada kadar karbon dan laju pendinginan. Dalamnya penekanan pada topik-
pengerasan yang memberikan harga kekerasan yang sama hasil topik berikut:
dari suatu proses quench merupakan fungsi dari mampu keras. 1. hardenability
Mampu keras semata-mata tergantung pada prosentase unsur- 2. beberapa pengujian
unsur paduan, besar butir austenit, temperatur austenisasi, lama berkaitan dengan
pemanasan dan strukturmikro baja tersebut sebelum dikeraskan. kemampjukerasan
Perlu dibedakan antara pengertian kekerasan dan seperti jominy test
kemampukerasan (hardenability). Kekerasan adalah ukuran dari dan Grossman
pada daya tahan terhadap deformasi plastik. Sedangkan
kemampu kerasan adalah kemampuan bahan untuk dikeraskan.

Hubungan antara kekerasan dengan meningkatnya kadar


karbon dalam baja menunjukkan bahwa kekerasan maksimum
hanya dapat dicapai bila terbentuk martensit 70 %. Baja yang
dengan cepat bertransformasi dari austenit menjadi ferit dan
karbida mempunyai kemampukerasan yang rendah, karena
dengan terjadinya teransformasi pada suhu tinggi, martensit
tidak terbentuk.

Sebaliknya baja dengan transformasi yang lambat dari austenit


ke ferit dan karbida mempunyai kemampukerasan yang lebih
keras. Kekerasan mendekati maksimum dapat dicapai pada baja
dengan kemampukerasan yang tinggi, dengan pencelupan
sedang dan di bagian tengah baja dapat dicapai kekerasan yang
tinggi meskipun laju pendinginan lebih lambat.
35Page
7.1.1 Mampu keras kuantitatif.

Mampu keras dapat dinyatakan secara


kuantitatif dengan diameter kritik atau
tebal penampang. Diameter dapat di
definisikan sebagai suatu diameter yang
jika di quench pada medium pendingin
tertentu, dibagian tengahnya akan
diperoleh kekerasan tertentu atau akan
diperoleh suatu struktur yang
mengandung martensit dengan prosentase
tertentu. Biasanya akan terdiri dari 50%
martensit dan 50% perlit. Mampu keras
Gambar 7-1. Alat Jominy Test
suatu baja dapat ditingkatkan dengan
menambah unsur-unsur paduan. Dan ini Dari sejak batang uji dikeluarkan dari
berarti akan ada pula peningkatan tungku sampai diletakkan pada peralatan
terhadap diameter kritiknya. Disamping quench tidak boleh lebih dari 5 detik sesaat
itu diameter kritik tergantung juga pada sesudah batang uji diletakkan air segera
keampuhan jenis medium pendingin. disemprotkan dan lebih kurang 7 menit.
Berdasarkan hal ini ujung batang uji akan
7.2 Pengujian Jominy. mengalami pendinginan yang sangat cepat.
Laju pendinginan akan menurun kearah
Metode yang paling umum dalam
salah satu ujungnya yang lain. Dengan
menentukan mampu keras suatu baja
demikian sepanjang batang uji akan terjadi
adalah dengan cara mencelupkan secara
variasi laju pendinginan. Sepanjang batang
cepat (quench) salah satu ujung dari batang
uji diukur kekerasannya dengan
uji (metode ini dikembangkan oleh Jominy
menggunakan Rockwell dan hasilnya
Boegehold dari Amerika). Metode seperti
diplot pada diagram mampukeras yang
ini disebut uji Jominy. Untuk
standar.
melaksanakan pengujian, suatu batang uji
dengan panjang 70 mm dan diameter 25
7.2.1 Langkah Kerja dan Proses
mm, salah satu ujungnya diperlebar untuk
memudahkan batang uji tersebut
Jominy Test :
digantungkan pada peralatan quench.
1. Siapkan alat dan bahan uji
Salah satu ujung yang lain dari batang uji
(spesimen dengan ukuran
yang akan disemprot air, permukaannya
standar), kemudian masukkan ke
harus dihaluskan. Batang uji tersebut
dalam furnace.
dipanaskan pada tempratur austenisasi
2. Hidupkan/nyalakan dapur
selama 30-35 menit. Atmosfir tungku harus
pemanas sampai temperatur
dijaga netral agar tidak terjadi
austenisasi, kemudian ditahan
pembentukan terak dan karburasi.
sekitar 5 menit agar homogen.
Setelah proses pemanasan selesai, batang (Atmosfir tungku harus dijaga
uji digantungkan pada peralatan quench netral agar tidak terjadi
dan kemudian salah satu ujungnya pembentukan terak dan karburasi)
dicelupkan dengan cepat (quench) pada air 3. Keluarkan spesimen dari dalam
yang bertemperatur 250C. Diameter dari dapur untuk didinginkan (sejak
berkas air yang dipancarkan kira-kira 12 batang uji dikeluarkan dari tungku
mm dan harus memancar 65 mm dari sampai diletakkan pada peralatan
ujung pipa air. quench tidak boleh lebih dari 5
36

detik)
Page
Gambar 7-2. Percobaan Jominy

4. Pendinginan dengan cara batang


uji digantungkan pada peralatan
quench dan kemudian salah satu
ujungnya dicelupkan dengan cepat
(quench) pada air yang
bertemperatur 250C. (Sesaat
sesudah batang uji diletakkan, air
segera disemprotkan lebih kurang
7 menit).
5. Lakukan pengujian kekerasan di
permukaan memanjang benda uji
yang telah ditandai dengan alat uji Gambar 7-3. Grafik hasil pengukuran kekerasan
kekerasan yang tersedia (lihat
7. Lakukan analisa terhadap Kurva
gambar 7-2)
Jominy End Quench Data Test, dan
6. Masukkan data nilai kekerasan
bandingkan grafik tersebut dengan
dari titik-titik pengujian ke posisi
kurva kemampukerasan jenis baja
yang sesuai pada kertas millimeter
lainnya (seperti gambar7-4)
atau kertas yang telah diskalakan .
(seperti gambar 7-3) Penggunaan kurva kemampukerasan.
Kurva kemampukerasan hasil dari Jominy
test memiliki beberapa manfaat praktis
antara lain:

1. Bila laju pendinginan baj


diketahui, kekerasannya langsung
dapat dibaca dari kurva
kemempukerasan tersebut,
37

2. Bila kekerasan pada suatu titik


dapat diukur, laju pendinginan
Page
dari titik tersebut dapat diperoleh 7.3 Pengujian Grossman
dari kurva kemampukerasan
tersebut Grossman telah menetapkan sejumlah
faktor penggali untuk unsur-unsur paduan
utama pada baja seperti Si, Mn, Cr dan Mo,
sedangkan untuk unsur karbon telah
ditentukan sejumlah faktor-faktor yang
dikaitkan dengan diameter kritik dari baja,
dengan kadar karbon tertentu dimana baja
tersebut akan mengeras seluruhnya jika
diquench dengan cara ideal. Bagian luar
dari batang uji dianggap segera mendingin
ke temperatur medium pendinginnya.
Diameter tersebut kemudian dinyatakan
Gambar 7-4. Kurva kemampukerasan untuk sebagai diameter kritik ideal (Di).
beberapa jenis baja, berikut komposisi dan ukuran
butir tertent. Setelah pengujian Jonimy diperoleh
perbedaan kekerasan pada berbagai
komposisi.(data: U.S. Steel)
38
Page
8 PERLAKUAN PANAS
Tujuan dan
Sasaran
Tujuan dari bab ini adalah
8.1 Sekilas Pandang untuk meninjau cara-cara
Perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinginan untuk melakukan proses
material yang terkontrol dengan maksud merubah sifat fisik perlakuan panas terhadap
untuk tujuan tertentu. Secara umum proses perlakuan panas beberapa logam berikut
adalah sebagai berikut: pengaruh dari kegatan
tersebut. Hal ini
1. Pemanasan material sampai suhu tertentu dengan ditujukan agar
kecepatan tertentu pula. mendapatkan
2. Mempertahankan suhu untuk waktu tertentu sehingga pemahaman yang lebih
temperaturnya merata baik tentang:
3. Pendinginan dengan media pendingin (air, oli atau
udara) 1. annealing
2. Stress relieveing
Ketiga hal diatas tergantung dari material yang akan di heat 3. Normalizing
treatment dan sifat-sifat akhir yang diinginkan. Melalui 4. Hardening
perlakuan panas yang tepat tegangan dalam dapat dihilangkan, 5. Tempering
besar butir diperbesar atau diperkecil, ketangguhan ditingkatkan 6. Austempering
atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras di sekeliling
inti yang ulet. Untuk memungkinkan perlakuan panas yang
tepat, susunan kimia logam harus diketahui karena perubahan
komposisi kimia, khususnya karbon(C) dapat mengakibatkan
perubahan sifat fisis.

8.2 Annealing
Proses annealing yaitu proses pemanasan material sampai
temperatur austenit lalu ditahan beberapa waktu kemudian
pendinginannya dilakukan perlahan-lahan di dalam tungku.
Keuntungan yang didapat dari proses ini adalah sebagai berikut:

1. Menurunkan kekerasan
2. Menghilangkan tegangan sisa
3. Memperbaiki sifat mekanik
4. Memperbaiki mampu mesin dan mampu bentuk
5. Menghilangkan terjadinya retak panas
6. Menurunkan atau menghilangkan ketidak homogenan
struktur
7. Memperhalus ukuran butir
8. Menghilangkan tegangan dalam dan menyiapkan
struktur baja untuk proses perlakuan panas.
Proses Anil tidak dimaksudkan untuk memperbaiki sifat
mekanik baja perlitik dan baja perkakas. Sifat mekanik baja
struktural diperbaiki dengan cara dikeraskan dan kemudian
diikuti dengan tempering. Proses Anil terdiri dari beberapa tipe
39

yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai


berikut :
Page
8.2.1 Full Annealing untuk melunakkan baja-baja sebelum
dilakukan proses permesinan. Proses ini
Full annealing terdiri dari austenisasi dari terdiri dari austenisasi pada temperatur
baja yang bersangkutan diikuti dengan annealing (Full annealing) kemudian diikuti
pendinginan yang lambat di dalam dapur. dengan pendinginan yang relatif cepat
Temperatur yang dipilih untuk austenisasi sampai ke temperatur 50-60oC dibawah
tergantung pada karbon dari baja yang garis A1 (menahan secara isothermal pada
bersangkutan. Full annealing untuk baja daerah perlit) .
hipoeutektoid dilakukan pada temperatur
austenisasi sekitar 50oC diatas garis A3 dan 8.2.4 Proses Homogenisasi
untuk baja hipereutektoid dilaksanakan
Proses ini dilakukan pada rentang
dengan cara memanaskan baja tersebut
diatas A 1. Full Annealing akan temperatur 800-1200oC. Proses difusi yang
memperbaiki mampu mesin dan juga terjadi pada temperatur ini akan
menaikkan kekuatan akibat butir-butirnya menyeragamkan komposisi baja. Proses ini
menjadi halus. diterapkan pada ingot baja-baja paduan
dimana pada saat membeku sesaat setelah
8.2.2 Spheroidized Annealing proses penuangan, memiliki struktur yang
tidak homogen. Seandainya
Spheroidized annealing dilakukan dengan ketidakhomogenan tidak dapat
memanaskan baja sedikit diatas atau dihilangkan sepenuhnya, maka perlu
dibawah temperatur kritik A1 (lihat diterapkan proses homogenisasi atau
"diffusional annealing". Proses homogenisasi
Gambar 8.1) kemudian didiamkan pada
dilakukan selama beberapa jam pada
temperatur tersebut untuk jangka waktu
tertentu kemudian diikuti dengan temperatur sekitar 850-1200oC. Setelah itu,
pendinginan yang lambat. Tujuan dari benda kerja didinginkan ke 800-850oC, dan
Spheroidized annealing adalah untuk selanjutnya didinginkan diudara. Setelah
memperbaiki mampu mesin dan proses ini, dapat juga dilakukan proses
memperbaiki mampu bentuk. normal atau anil untuk memperhalus
struktur over-heat. Perlakuan seperti ini
Temperatur (C) hanya dilakukan untuk kasus-kasus yang
1200
1100
khusus karena biaya prosesnya sangat
1000 Austenit Acm
tinggi.
900

800 A+F
A2 A+C 8.3 Stress Relieving
Ferit
700 A1 723 A 1,3
Stress relieving adalah salah satu proses
600
perlakuan panas yang ditujukan untuk
500 P
menghilangkan tegangan-tegangan yang
400 F+P P+C
ada di dalam benda kerja, memperkecil
300
200
distorsi yang terjadi selama proses
100 perlakuan panas dan, pada kasus-kasus
0 0.4 0.8 1.2 1.6 2.0 tertentu, mencegah timbulnya retak. Proses
Kadar Karbon %
ini terdiri dari memanaskan benda kerja
sampai ke temperatur sedikit dibawah
Gambar 8-1. Diagram untuk temperatur garis A1 dan menahannya untuk jangka
Spheroidized annealing waktu tertentu dan kemudian di dinginkan
di dalam tungku sampai temperatur
kamar. Proses ini tidak menimbulkan
8.2.3 Isothermal Annealing
perubahan fasa kecuali rekristalisasi.
40

Banyak faktor yang dapat menimbulkan


Isothermal annealing dikembangkan dari
timbulnya tegangan di dalam logam
diagram TTT. Jenis proses ini dimanfaatkan
Page

sebagai akibat dari proses pembuatan


logam yang bersangkutan menjadi sebuah adanya transformasi fasa selama
komponen. Beberapa dari faktor-faktor proses pendinginan berlangsung.
tersebut antara lain adalah : Pemesinan, Transformasi fasa senantiasa
Pembentukan, Perlakuan panas, diiringi dengan perubahan volume
Pengecoran, Pengelasan, dan lain-lain. spesifik.
Penghilangan tegangan sisa dari baja 4. Pengecoran: Tegangan dalam
dilakukan dengan memanaskan baja selalu ada pada produk-produk
tersebut pada temperatur sekitar 500- cor sebagai akibat dari tidak
700oC, tergantung pada jenis baja yang meratanya pendinginan dari
diproses. Pada temperatur diatas 500- permukaan ke bagian dalam benda
kerja dan juga akibat adanya
600oC, baja hampir sepenuhnya elastik dan
perbedaan laju pendinginan pada
menjadi ulet. Berdasarkan hal ini, tegangan
berbagai bagian produk cor yang
sisa yang terjadi di dalam baja pada
sama.
temperatur seperti itu akan sedikit demi
5. Pengelasan: Tegangan dalam juga
sedikit dihilangkan melalui deformasi
terjadi pada suatu komponen yang
plastik setempat akibat adanya tegangan
mengalami pengelasan, soldering,
sisa tersebut.
dan brazing. Tegangan tersebut
terjadi karena adanya pemuaian
8.3.1 Timbulnya Tegangan di dalam
dan pengkerutan di daerah yang
Benda Kerja
dipengaruhi panas (HAZ) dan juga
di daerah logam las.
Beberapa faktor penyebab timbulnya
tegangan di dalam logam sebagai akibat
8.3.2 Temperatur Stress Relieving
dari proses pembuatan logam tersebut
menjadi sebuah komponen adalah :
Tegangan sisa yang terjadi di dalam logam
1. Pemesinan: Jika suatu komponen sebagai akibat dari faktor-faktor di atas
mengalami proses pemesinan yang harus dapat dihilangkan, agar sifat yang
berat, maka akan timbul tegangan diinginkan dari komponen tersebut dapat
di dalam komponen tersebut. diperoleh. Proses penghilangan tegangan
Tegangan yang berkembang di sisa biasanya dilakukan dengan cara
dalam benda kerja dapat memanaskan benda kerja di bawah
menimbulkan retak pada saat temperatur A1. Pemanasan menyebabkan
dilaku panas atau mengalami turunnya kekuatan mulur logam.
distorsi. Hal ini disebabkan karena
Penghilangan tegangan sisa pada baja
adanya perubahan pada pola
dilakukan dengan memanaskan baja
kesetimbangan tegangan akibat 0
penerapan proses pemesinan yang tersebut ada temperatur sekitar 550-700 C,
berat. tergantung pada jenis baja yang diproses.
0
2. Pembentukan: Proses metal Pada tempertur di atas 500-600 C, baja
forming juga akan mengakibatkan hampir sepenuhnya elastik dan menjadi
tegangan dalam akan berkembang, ulet. Berdasarkan hal tersebut, tegangan
seperti pada proses coining, sisa yang terjadi di dalam baja pada
bending, drawing, dan sebagainya. temperatur itu akan sedikit demi sedikit
3. Perlakuan Panas: Perlakuan panas dihilangkan melalui deformasi plastik
juga merupakan salah satu setempat akibat adanya tegangan sisa
penyebab timbulnya tegangan tersebut.
dalam komponen. Hal ini terjadi
Setelah dipanaskan sampai temperatur
sebagai akibat tidak homogennya
stress relieving, benda kerja ditahan pada
pemanasan dan pendinginan atau
temperatur itu untuk jangka waktu
sebagai akibat terlalu cepatnya laju
41

tertentu agar diperoleh distribusi


pemanasan ke temperatur
temperatur yang merata di seluruh benda
austenitisasi. Pada beberapa kasus,
Page

kerja. Kemudian didinginkan dalam


tegangan dalam terjadi akibat
tungku sampai temperatur 300 C dan
0 Tegangan sisa bisa juga terjadi pada benda
selanjutnya didinginkan di udara sampai kerja yang dikeraskan akibat kesalahan
ke temperatur kamar. Perlu diperhatikan penggerindaan. Tegangan tersebut bahkan
bahwa selama pendinginan, laju dapat menimbulkan retak pada saat atau
pendinginan harus rendah dan homogen sesudah penggerindaan. Benda kerja
agar dapat dicegah timbulnya tegangan tersebut biasanya diselamatkan dengan
sisa yang baru. cara memberikan stress relieving antara
o
150-400 C pada atau dibawah temperatur
Tabel 8-1. Temperatur stress relieving yang spesifik
dan lazim diterapkan pada beberapa jenis baja tempernya sesaat setelah dilakukan proses
penggerindaan. Pahat-pahat juga akan
Jenis Baja Temperatur memiliki tegangan sisa yang sangat tinggi
HSS 650-7000C pada saat digunakan. Dengan demikian,
Hot-worked 650-6700C sangatlah bermanfaat untuk menerapkan
Cold-worked 650-7000C stress relieving pada pahat-pahat tersebut
Nitriding 550-6000C dengan cara memanaskan pahat tersebut
High Temperature 600-6500C dibawah temperatur tempernya.
Bearing 600-6500C
Free-cutting 600-6500C 8.3.3 Tungku Pemanas untuk Stress
Relieving
Untuk menghilangkan semua tegangan
Siklus stress relieving sangat tergantung
sisa yang ada, proses stress relieving harus
pada temperatur, oleh karena itu
dilakukan pada temperatur mendekati
disarankan untuk menggunakan tungku
temperatur yang tertinggi pada rentang
yang baik, disarankan untuk
temperatur yang diijinkan, tetapi hal ini
menggunakan dapur listrik, dan
akan menimbulkan oksidasi dipermukaan
pendinginan dalam dapur bertujuan untuk
benda kerja dan timbulnya pelunakan pada
menghindari timbulnya tegangan sisa
baja-baja hasil proses pengerasan atau
baru.
temper. Oleh sebab itu disarankan agar
melakukan stress relieving pada
temperatur yang relatif lebih rendah dari
8.4 Normalizing
rentang temperatur yang diijinkan. Proses normalizing atau menormalkan
Semakin tinggi temperatur stress relieving adalah jenis perlakuan panas yang umum
akan menyebabkan makin rendah diterapkan pada hampir semua produk
tegangan sisa yang ada pada benda kerja. cor, over-heated forgings dan produk-produk
Benda kerja yang dikeraskan dan ditemper tempa yang besar. Normalizing ditujukan
harus di stress relieving pada temperatur untuk memperhalus butir, memperbaiki
o
sekitar 25 dibawah temperatur tempernya. mampu mesin, menghilangkan tegangan
sisa dan juga memperbaiki sifat mekanik
Tegangan sisa yang terjadi akibat proses baja karbon struktural dan baja-baja
pengelasan dapat dihilangkan dengan paduan rendah. Normalizing terdiri dari
o
memanaskan benda kerja sekitar 600-650 C proses pemanasan baja diatas temperatur
dan ditahan pada temperatur tersebut kritik A3 atau Acm dan ditahan pada
untuk jangka waktu tertentu. Biasanya, temperatur tersebut untuk jangka waktu
waktu penahanan yang diperlukan sekitar tertentu tergantung pada jenis dan ukuran
3-4 menit untuk setiap mm tebal benda baja (lihat Gambar 8.2). Agar diperoleh
kerja, kemudian didinginkan dengan laju austenit yang homogen, baja-baja
o
pendinginan sekitar 50-100 C per jam hypoeutektoid dipanaskan 30-40oC diatas
o
sampai ke temperatur 300 C. Pendinginan garis A3 dan untuk baja hypereutektoid
yang rendah dan homogen diperlukan dilakukan dengan memanaskan 30-40oC
untuk mencegah timbulnya tegangan sisa
42

diatas temperatur Acm . Kemudian


baru pada saat pendinginan dan untuk
menahannya pada temperatur tersebut
Page

mencegah timbulnya retak.


untuk jangka waktu tertentu sehingga
Temperatur At hardening temperature
structure Austenite + Residual carbide

Holding Tempered martensite residual


carbide + Small quantity
Transformation of Surface of retained austenite
Austenite

Core
Final heating Transformation
of austenite to
martensite
Preheating

Temper - 1

Time
Steel at room temperature structure After quenching structure
Ferrite + Pearlite + Carbide of various Martensite + Retained austenite
compositions Residual carbides

Gambar 8-2. Grafik pemanasan, quenching dan tempering

transformasi fasa dapat berlangsung austenit ynag homogen, baja-baja


diseluruh bagian benda kerja, dan hypoeutektoid dipanaskan pada
selanjutnya didinginkan di udara. temperatur 30-400C di atas garis A3.
Pemanasan pada temperatur austenit yang
Temperatur (C)
1200
terlalu tinggi akan menyebabkan
1100
tumbuhnya butir-butir austenit. Demikian
1000 Austenit Acm juga untuk waktu penahan pada
A2
900 temperatur austenit yang terlalu lama akan
800
A+C mengakibatkan tumbuhnya butir-butir
A+F
Ferit
700 A1 723 A 1,3
austenit.
600
Setelah waktu penahan selesai, benda kerja
500 P
kemudian didinginkan di udara. Struktur
400 F+P P+C
baja hypoeutektoid yang akan dihasilkan
300

200
terdiri dari ferit dan perlit. Perlu diketahui
100 bahwa batas-batas butir yang baru tidak
0 0.4 0.8 1.2 1.6 2.0 ada hubungannya dengan batas-batas butir
Kadar Karbon %
sebelum baja dinormalkan. Setelah
penormalan akan terjadi perbaikan
Gambar 8-3. Diagram untuk temperatur Normalizing
terhadap strukturnya diiringi dengan
Normalizing dilakukan karena tidak timbulnya perbaikan sifat mekaniknya.
diketahui bagaimana proses dari
Sifat mekanik yang akan diperoleh setelah
pembuatan benda kerja ini apakah
proses penormalan tergantung pada laju
dikerjakan dingin (cold Working) atau
pendinginan di udara. Laju pendinginan
pengerjaan Panas (Hot Working). Dimana
yang agak cepat akan menghasilkan
normalizing ini bertujuan untuk
kekuatan dan kekerasan yang lebih tinggi.
mengembalikan atau memperhalus
struktur butir dari benda kerja. Manfaat proses Normalizing adalah sebagai
berikut:
Normalizing terdiri dari proses pemanasan
baja di atas temperatur kritis A3 atau Acm 1. Normalizing biasa digunakan
dan ditahan pada temperatur tersebut untuk menghilangkan struktur
43

untuk jangka waktu tertentu tergantung butir yang kasar yang diperoleh
pada jenis dan ukuran baja. Agar diperoleh
Page

dari proses pengerjaan


sebelumnya yang dialami oleh dan getas. Biasanya baja yang dikeraskan
baja. diikuti dengan proses penemperan untuk
2. Normalizing berguna untuk menurunkan tegangan yang ditimbulkan
mengeliminasi struktur kasar yang akibat quenching karena adanya
diperoleh akibat pendinginan yang pembentukan martensit (Suratman,1994).
lambat pada prses anil.
Tujuan utama proses pengerasan adalah
3. Berguna untuk menghilangkan
untuk meningkatkan kekerasan benda
jaringan sementit yang kontinyu
kerja dan meningkatkan ketahanan aus.
yang mengelilingi perlit pada baja
Makin tinggi kekerasan akan semakin
perkakas.
tinggi pula ketahanan ausnya.
4. Menghaluskan ukuran perlit dan
ferit.
8.5.1 Temperatur Pemanasan
5. Memodifikasi dan menghaluskan
struktur cor dendritik.
Temperatur pengerasan yang digunakan
6. Mencegah distorsi dan
tergantung pada komposisi kimia (kadar
memperbaiki mampu karburasi
karbon). Temperatur pengerasan untuk
pada baja-baja paduan karena
baja karbon hipoeutektoid adalah sekitar 20-
temperatur normalizing lebih tinggi 0
dari temperatur karbonisasi. 50 C di atas garis A3, dan untuk baja
karbon hipereutektoid adalah sekitar 30-
8.5 Hardening 0
50 C diatas garis A13 (lihat Gambar 8.4)
Hardening adalah proses perlakuan panas
Jika suatu baja misalnya mengandung
yang diterapkan untuk menghasilkan
misalnya 0.5 % karbon (berstruktur ferit
benda kerja yang keras. Perlakuan ini
dan perlit) dipanaskan sampai temperatur
terdiri dari memanaskan baja sampai
di bawah A1, maka pemanasan tersebut
temperatur pengerasannya (Temperatur
austenisasi) dan menahannya pada tidak akan mengubah struktur awal dari
temperatur tersebut untuk jangka waktu baja tersebut. Pemanasan sampai
tertentu dan kemudian didinginkan temperatur diatas A1 tetapi masih dibawah
dengan laju pendinginan yang sangat temperatur A3 akan mengubah perlit
tinggi atau di quench agar diperoleh menjadi austenit tanpa terjadi perubahan
kekerasan yang diinginkan. Alasan apa-apa terhadap feritnya.
memanaskan dan menahannya pada
temperatur austenisasi adalah untuk Temperatur (C)
1200
melarutkan sementit dalam austenit E
1100
kemudian dilanjutkan dengan proses 1000 Acm
Austenit
quench. A2
900
A+C
Quenching merupakan proses pencelupan 800 A+F
Ferit
baja yang telah berada pada temperatur 700 A1 723 A 1,3
pengerasannya (temperatur austenisasi), 600
500 P
dengan laju pendinginan yang sangat
tinggi (diquench), agar diperoleh kekerasan 400 F+P P+C
300
yang diinginkan (lihat Gambar 8.3).
200
Pada tahap ini, karbon yang terperangkap 100
0 0.4 0.8 1.2 1.6 2.0
akan menyebabkan tergesernya atom-atom
Kadar Karbon %
sehingga terbentuk struktur body center
tetragonal. Atom-atom yang tergeser dan
karbon yang terperangkap akan Gambar 8-4. Temperatur pemanasan sebelum
menimbulkan struktur sel satuan yang Quenching
44

tidak setimbang (memiliki tegangan


Quenching dari temperatur ini akan
tertentu). Struktur yang bertegangan ini
Page

menghasilkan baja yang semi keras karena


disebut martensit dan bersifat sangat keras
austenitnya bertransformasi ke martensit austenisasinya. Jumlah karbida yang larut
sedangkan feritnya tidak berubah. akan meningkat jika temperatur
Keberadaan ferit dilingkungan martensit austenisasinya dinaikkan. Jika karbida
yang getas tidak berpengaruh pada yang terlarut terlalu besar, akan terjadi
kenaikan ketangguhan. Jika suatu baja peningkatan ukuran butir disertai dengan
dipanaskan sedikit diatas A3 dan ditahan turunnya kekerasan dan ketangguhan
pada temperatur tersebut untuk jangka (lihat Gambar 8.5).
waktu tertentu agar dijamin proses difusi
yang homogen, maka struktur baja akan 8.5.2 Tahapan Pekerjaan Sebelum
bertransformasi menjadi austenit dengan Proses Quenching
ukuran butir yang relatif kecil.
Benda kerja yang akan dikeraskan terlebih
Quenching dari temperatur austenisasi akan dahulu dibersihkan dari terak, oli dan
menghasilkan martensit dengan harga sebagainya, hal ini dilakukan agar
kekerasan yang maksimum. Memanaskan kekerasan yang diinginkan dapat dicapai.
sampai ke temperatur E (relatif lebih tinggi Benda kerja yang memiliki lubang, jika
diatas A3 ) cenderung meningkatkan perlu, terutama baja-baja perkakas, harus
ukuran butir austenit. Quenching dari ditutup dengan tanah liat, asbes atau baja
temperatur seperti itu akan menghasilkan insert sehingga tidak terjadi pengerasan
struktur martensit, tetapi sifatnya, bahkan pada lubang tersebut. Hal ini tidak perlu
setelah ditemper sekalipun, akan memiliki seandainya ukuran lubang cukup besar
harga impak yang rendah. Disamping itu serta cara quench yang tertentu sehingga
mungkin juga timbul retak pada saat permukaan di dalam lubang dapat
diquench. dikeraskan dengan baik.
Pada baja hipereutektoid dipanaskan pada Baja karbon dan baja paduan rendah dapat
daerah austenit dan sementit, kemudian dipanaskan langsung sampai ke
didinginkan dengan cepat agar diperoleh temperatur pemanasannya tanpa
martensit yang halus dan karbida-karbida memerlukan adanya pemanasan awal (pre-
yang tidak larut. Struktur hasil quench heat). sedangkan benda kerja yang besar
memiliki kekerasan yang sangat tinggi dan bentuknya rumit dapat dilakukan
dibandingkan dengan martensit. Jika pemanasan awal untuk mencegah distorsi
karbida yang larut dalam austenit terlalu dan retak akibat tidak homogennya
temperatur di bagian tengah
Size change % Rockwell C hardness Retained austenite %
90
dengan dibagian permukaan.
0.2 65 80 Pemanasan awal biasanya
64 70 dilakukan terhadap baja-baja
0.1 63 60 perkakas karena konduktifitas
62 50 panas baja tersebut sangat
0 61 40 rendah.
60 30

-0.1 59 20 Pemanasan awal biasanya 500-


0
10 600 C, pada temperatur ini
-0.2
840 870 900 930 960 990 1020 1050 1080 1120
tegangan dalam yang
Hardening Temperatur (C) berkembang akibat tidak
Size change in longitudinal direction homogennya pemanasan
Size change in transverse direction
Hardness Rockwell C
dipermukaan dan di bagian
Retained austenite percentage tengah sedikit-demi sedikit dapat
Gambar 8-5. Grafik hubungan antara Temperatur, kekerasan dan dihilangkan. Setelah itu,
kandungan austenit pemanasan diatas temperatur
tersebut dapat dilakukan dengan
sedikit, kekerasan hasil quench akan tinggi.
45

laju pemanasan yang relatif cepat.


Jumlah karbida yang dapat larut dalam Pemanasan awal juga diperlukan jika
Page

austenit sebanding dengan temperatur temperatur pengerasannya tinggi, karena


manahan benda kerja pada temperatur pengerasannya tergantung jenis baja dan
tinggi dalam waktu singkat dapat temperatur pemanasan yang dipilih dari
memperkecil terbentuknya terak dan rentang temperatur yang telah ditentukan
dekarburasi. Benda kerja yang rumit untuk jenis baja yang bersangkutan. Dalam
bentuknya atau baja-baja paduan tinggi banyak hal, umumnya dipilih temperatur
harus diberi pemanasan awal dua kali pengerasan yang tertinggi dari rentang
sebelum mencapai temperatur temperatur pengerasan yang sudah
austenisasinya. ditentukan. Tetapi jika penampang-
penampang dari benda kerja yang diproses
Penting untuk diketahui bahwa benda
menunjukkan adanya perbedaan yang
kerja yang akan dikeraskan harus memiliki
besar, umumnya dipilih temperatur
struktur yang homogen dan halus. Jika
pengerasan yang rendah.
benda kerja yang akan dikeraskan memiliki
struktur yang kasar setelah dikeraskan Pada kasus yang pertama, lama
pemanasannya lebih lama
Time in minutes dibandingkan dengan lama
200
pemanasan pada kasus kedua.
Untuk mencegah timbulnya
160 a pertumbuhan butir, baja-baja
High alloyed steels
a=Wall thickness a for instance yang tidak dipadu dan baja
12%Cr-steels
120 paduan rendah, lama
a pemanasannya harus
a
80
Unalloyed and
diupayakan lebih singkat
low-alloyed steels dibanding baja-baja paduan
40 tinggi seperti baja hot worked
yang memerlukan waktu yang
0 cukup untuk melarutkan
0 40 80 120 160 200 240 280
karbida-karbida yang
Wall thickness in mm (Hardness cross section)
merupakan faktor yang
Gambar 8-6. Grafik lama pemanasan dengan tebal dinding dari penting dalam mencapai
benda kerja yang dihardening
kekerasan yang diinginkan.
Diagram yang tampak pada
akan diperoleh kekerasan yang tidak
Gambar 8.6, dapat dijadikan pegangan
homogen, distorsi dan retak pada saat
untuk menentukan lama pemanasan untuk
dipanaskan maupun pada saat diquench.
baja-baja konstruksi dan perkakas setelah
Agar dijamin hasil dengan kekerasan yang
temperatur pengerasannya dicapai.
tinggi dan seragam dari baja-baja perkakas
setelah pengerasan, maka baja-baja
8.5.4 Media Quenching
sebelum dikeraskan harus memiliki
struktur yang lamelar dan bukan globular. Tujuan utama dari proses pengerasan
Hal ini dikarenakan proses transformasi adalah agar diperoleh struktur martensit
dari suatu struktur yang globular ke yang keras, sekurang-kurangnya di
austenit relatif lebih lambat dibanding dari permukaan baja. Hal ini hanya dapat
perlit ke austenit. Dengan demikian baja dicapai jika menggunakan medium
dengan struktur globular juga tidak akan quenching yang efektif sehingga baja
memiliki kedalaman pengerasan yang didinginkan pada suatu laju yang dapat
tinggi. mencegah terbentuknya struktur yang
lebih lunak seperti perlit atau bainit. Tetapi
8.5.3 Lama Pemanasan berhubung sebagian besar benda kerja
sudah berada dalam tahap akhir dari
Waktu yang diperlukan untuk mencapai
proses , maka kualitas medium quenching
temperatur pengerasan tergantung pada
46

yang digunakan harus dapat menjamin


beberapa faktor seperti jenis tungku dan
agar tidak timbul distorsi pada benda kerja
jenis elemen pemanasnya. Lama
Page

setelah proses quench selesai dilaksanakan.


pemanasan pada temperatur
Hal tersebut dapat dicapai dengan cara dibawah titik didih oli yang bersangkutan
menggunakan media quenching yang (Suratman,1994).
sesuai tergantung pada jenis baja yang
diproses, tebal penampang dan besarnya 8.5.5 Pengaruh Unsur Paduan Pada
distorsi yang diijinkan. Untuk baja karbon, Pengerasan
medium quenching yang digunakan
adalah air, sedangkan untuk baja paduan Sifat mekanik yang diperoleh dari proses
medium yang disarankan adalah oli. perlakuan panas terutama tergantung pada
komposisi kimia. Baja merupakan
Quench ke dalam oli saat ini paling banyak kombinasi Fe dan C. Disamping itu,
digunakan, manfaat dari pendinginannya terdapat juga beberapa unsur yang lain
oli adalah bahwa laju pendinginannya seperti Mn, P, S dan Si yang senantiasa ada
pada tahap pembentukan lapisan uap meskipun sedikit, unsur-unsur ini bukan
dapat dikontrol sehingga dihasilkan unsur pembentuk karbida . Penambahan
karakteristik quenching yang homogen. unsur-unsur paduan seperti Cr, Mo, V, W,
Laju pendinginan untuk baja yang diquench T dapat menolong untuk mencapai sifat-
di oli relatif rendah karena tingginya titik sifat yang diinginkan, unsur-unsur ini
didih dari oli. Memanaskan oli sampai merupakan unsur pembentuk karbida
0
sekitar 40-100 C sebelum proses quenching yang kuat.
akan meningkatkan laju pendinginan (lihat
Gambar 8.7). 8.5.6 Pembentukan Austenit Sisa
Dengan ditingkatkannya temperatur oli Austenit akan bertransformasi menjadi
akan menjadikan oli lebih encer sehingga martensit jika didinginkan ke temperatur
meningkatkan kapasitas pendinginannya. kamar dengan laju pendinginan yang
Faktor-faktor yang mengatur penyerapan tinggi, sementara itu masih ada sebagian
panas dari benda kerja adalah panas yang tidak turut bertransformasi yang
spesifik, konduktivitas termal, panas laten disebut sebagai austenit sisa. Dimana
penguapan dan viskositas oli yang sejumlah austenit sisa yang terbentuk akan
digunakan. Umumnya makin rendah semakin meningkat dengan meningkatnya
viskositas makin cepat laju kadar karbon (lihat Gambar 8.8).
pendinginannya. Temperatur maksimum
0
dari oli yang digunakan harus 25 C

Temperature (C)
900
Standard quenching oil
800
32 C
Super
700 quench
oil 60 C
600
80 C
500
32 C
400
60 C
300
80 C
200

100

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 65
Time (seconds)
47

Gambar 8-7. Pengaruh suhu oli pada kecepatan quenching


Page
sebagian besar baja struktur, proses temper
Percentage of dimaksudkan untuk memperoleh
retained austenite
32 o kombinasi antara kekuatan, duktilitas dan
982 C
ketangguhan yang tinggi. Dengan
28
demikian, proses temper setelah proses
24
pengerasan akan menjadikan baja lebih
o
20 871 C bermanfaat karena adanya struktur yang
16 o lebih stabil.
816 C
12
o
8.6.1 Perubahan Struktur Selama
8 760 C Proses Temper
4
Proses temper terdiri dari memanaskan
0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 baja sampai dengan temperatur di bawah
Percentage of carbon A1 , dan menahannya pada temperatur
tersebut untuk jangka waktu tertentu dan
kemudian didinginkan di udara. Hasil
Gambar 8-8. Hubungan antara kadar karbon dengan
austenit penelitian menunjukkan bahwa pada saat
temperatur dinaikkan, baja yang
dikeraskan akan mengalami 4 tahapan
Kadar karbon yang tinggi akan yaitu (lihat Gambar 8.10):
menurunkan garis Ms, sehingga jumlah
austenit sisanya akan semakin banyak. Rockwell hardness HRC
70
Formation of cubic martensite
Selain itu juga pengaruh temperatur from tetragonal martensite
60 Formation of Fe3C from
pengerasan juga akan menurunkan epsilon carbide
Formation of
temperatur Ms (martensit start), sehingga 50 epsilon carbide

jumlah austenit sisa akan semakin banyak 40 Transformation of


retained austenite
dengan naiknya suhu austenisasi (lihat 30
Gambar 8.9).
20 Growth of Fe3C
particles
Retained austenite % 10
80

70 0
200 400 600 800 1000 1200 1400
Air
60 Tempering Temperature (C)

50
Gambar 8-10. Perubahan kekerasan dan struktur
40
Oil
selama tempering
30
0
20 1. Pada temperatur 80 dan 200 C,
10 suatu produk transisi yang kaya
0 akan karbon yang dikenal sebagai
800 900 1000 1100 1200
karbida, berpresipitasi dari
Hardening Temperature ( C)
martensit tetragonal sehingga
menurunkan tetragonalitas
Gambar 8-9. Hubungan antara temperatur
martensit atau bahkan mengubah
pengerasan dengan jumlah austenit sisa yang
terbentuk martensit tetragonal menjadi ferit
kubik. Perioda ini disebut sebagai
8.6 Tempering proses temper tahap pertama. Pada
saat ini, akibat keluarnya karbon,
Proses memanaskan kembali baja yang volume martensit berkonstraksi.
telah dikeraskan disebut proses temper. Karbida yang terbentuk pada
Dengan proses ini, duktilitas dapat periode ini disebut sebagai karbida
48

ditingkatkan namun kekerasan dan epsilon.


Page

kekuatannya akan menurun. Pada


2. Pada temperatur antara 200 dan 8.6.2 Pengaruh Unsur Paduan Pada
0
300 C, austenit sisa mengurai Proses Temper
menjadi suatu produk seperti
bainit. Penampilannya mirip Jika baja dipadu, interval diantara tahapan
martensit temper. Perioda ini proses temper akan bergeser kearah
disebut sebagai proses temper temperatur yang lebih tinggi, dan itu
tahap kedua. Pada tahap ini berarti martensit menjadi lebih tahan
volume baja meningkat. terhadap proses penemperan. Unsur-unsur
3. Pada temperatur antara 300 dan pembentuk karbida, khususnya : Cr, Mo,
0 W, Ti dan V dapat menunda penurunan
400 C terjadi pembentukan dan
kekerasan dan kekuatan baja meskipun
pertumbuhan sementit dari
temperatur tempernya dinaikkan. Dengan
karbida yang berpresipitasi pada
jenis dan jumlah yang tertentu dari unsur-
tahap pertama dan kedua. Perioda
unsur tersebut diatas, dimungkinkan
ini disebut sebagai proses temper
bahwa penurunan kekerasan dapat terjadi
tahap ketiga. Perioda ini ditandai 0
dengan adanya penurunan volume pada temperatur antara 400 dan 600 C, dan
dan melampaui efek yang dalam beberapa hal, dapat juga terjadi
ditimbulkan dari penguraian peningkatan kekerasan. Gambar 8-8
austenit pada tahap kedua. menggambarkan fenomena di atas.
4. Pada temperatur antara 400 dan
Hardness HRC
0 70
700 C pertumbuhan terus BT42(BS)

berlangsung dan disertai dengan


60
proses sperodisasi dari sementit. BH13(BS)

Pada temperatur yang lebih tinggi


50
100Cr6
lagi, terjadi pembentukan karbida (DIN)
C60W
kompleks pada baja-baja yang 40 (DIN)

mengandung unsur-unsur
pembentuk karbida yang kuat. 30
0 100 200 300 400 500 600 700
Perioda ini disebut sebagai proses
Tempering Temperature (C)
temper tahap keempat.
Perlu diketahui bahwa rentang temperatur Gambar 8-12. Pengaruh tempering pada baja
yang tertera pada setiap tahap proses paduan
temper, adalah spesifik. Dalam praktek,
Pengaruh unsur paduan terhadap
rentang temperatur tersebut bervariasi
penurunan kekerasan diterangkan dengan
tergantung pada laju pemanasan, lama
presipitasi karbon dari martensit pada
penemperan, jenis dan sensitivitas
temperatur temper yang lebih tinggi. Dilain
pengukuran yang digunakan. Disamping
pihak, peningkatan kekerasan pada
itu juga tergantung pada komposisi kimia
temperatur temper yang lebih tinggi
baja yang diproses.
(secondary hardening) pada baja-baja yang
mengandung W, Mo dan V disebabkan
oleh adanya transformasi austenit sisa
menjadi martensit.

Pada baja yang mengandung Cr yang


tinggi, austenit sisa bertransformasi
menjadi martensit pada saat didinginkan
0
Gambar 8-11. Warna baja pada proses tempering dari temperatur temper sekitar 500 C.
Peningkatan kekerasan sebagai akibat dari
adanya transformasi austenit sisa menjadi
49

martensit merupakan hal yang umum


terjadi pada baja-baja paduan tinggi,
Page

namun sangat jarang terjadi pada baja-baja


karbon dan baja paduan rendah karena Hardness HB 600 500 400 300 T
e
650
jumlah austenit sisanya relatif sedikit. m
ISO 5 p
AISI 9255 600 e
Sedangkan pada baja paduan tinggi jumlah r
O 10 MM i
550 n
austenit sisanya mencapai lebih dari 5-30% g
(C)
(Suratman,1994). 500 T
e
m
450 p
e
8.6.3 Perubahan Sifat Mekanik r
400 a
t
u
350 r
Tempering dilaksanakan dengan cara N/mm2 1960 1770 1570 1370 1180 980 780 % Kpm/cm2 e
Kp/mm2 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
mengkombinasikan waktu dan
temperatur. Proses temper tidak cukup
Gambar 8-13. Pengaruh temperatur tempering
hanya dengan memanaskan baja yang terhadap sifat mekanis
dikeraskan sampai pada temperatur
tertentu saja. Benda kerja harus ditahan 8.7 Austempering
pada temperatur temper untuk jangka
waktu tertentu. Proses temper dikaitkan Austempering dapat diterapkan untuk
dengan proses difusi, karena itu siklus beberapa kelas baja kekuatan tinggi yang
penemperan terdiri dari memanaskan harus memiliki ketangguhan dan keuletan
benda kerja sampai dengan temperatur tertentu. Komponen yang mengalami
dibawah A1 dan menahannya pada proses ini akan memiliki ketangguhan
yang lebih tinggi, kekuatan impaknya
temperatur tersebut untuk jangka waktu
menjadi lebih baik, batas lelahnya dan
tertentu sehingga perubahan sifat yang
keuletannya meningkat dibanding dengan
diinginkan dapat dicapai. Jika temperatur
kekerasan yang sama hasil dari proses
temper yang digunakan relatif rendah
quench konvensional.
maka proses difusinya akan berlangsung
lambat. Baja karbon, baja paduan medium Austempering dilakukan dengan cara
dan baja karbon tinggi, pada saat mengquench baja dari temperatur
0
dipanaskan sekitar 200 C kekerasannya austenisasinya ke dalam garam cair yang
akan menurun 1-3 HRC akibat adanya temperaturnya sedikit di atas temperatur
penguraian martensit tetragonal menjadi Ms nya. Lama penahan di dalam cairan
martensit lain (martensit temper) dan garam adalah sehingga seluruh austenit
karbida epsilon. bertransformasi menjadi bainit. Setelah itu
baja didinginkan di udara sampai ke
Peningkatan lebih lanjut temperatur temperatur kamar seperti terlihat pada
tempering akan menurunkan kekerasan, gambar 8.14 dengan waktu penahan
kekuatan tarik dan batas luluhnya bervariasi 5 sampai dengan 30 menit atau 1
sedangkan elongasi dan pengecilan jam pada temperatur austempering 250-270
penampangnya meningkat. Gambar 8-12 oC. tetapi temperatur perlakuan dan lama

menggambarkan perubahan sifat mekanik penahan yang tepat harus ditentukan dari
baja yang dikeraskan dikaitkan dengan diagram transformasi yang sesuai dengan
proses penemperan. Umumnya makin baja yang akan di austempering.
tinggi temperatur temper, makin besar
penurunan kekerasan dan kekuatannya
dan makin besar pula peningkatan
keuletan dan ketangguhannya. Tempering
0
pada temperatur rendah 150-230 C
(Amstead B.H.) bertujuan meningkatkan
kekenyalan / keuletan tanpa mengurangi
kekerasan. Tempering pada temperatur
0
tinggi 300-675 C meningkatkan kekenyalan
50

/ keuletan dan menurunkan kekerasan.


Gambar 8-14. Skema Diagram TT yang
Page

menggambarkan proses austempering, quenching


dan tempering. thermalprocessing.com
Kekerasan bainit yang diperoleh dari 1. Mengambil panas dengan cepat di
transformasi pada suatu kondisi tertentu daerah temperatur yang tinggi
secara kasar identik dengan kekerasan agar pembentukan perlit dapat
martensit yang ditemper pada temperatur dicegah.
yang sama. Kekerasan bainit dipengaruhi 2. Mendinginkan benda kerja relatif
oleh komposisi kimia baja dan oleh lambat di daerah temperatur yang
temperatur cairan garam dengan demikian rendah; misalnya di bawah
proses austemper dapat di atur dengan temperatur 3500C agar distorsi atau
cara mengatur temperatur austemper. retak dapat dicegah.
Austempering dilaksanakan dalam tungku Terjadinya retak panas atau distorsi selama
garam agar pengontrolan temperaturnya proses quench dapat disebabkan oleh
dapat dilakukan dengan cermat sehingga kenyataan bagian luar benda kerja lebih
kekerasan yang akan dihasilkannya dingin dibanding bagian dalam, dan
memiliki tingkat kehomogenan yang bagian permukaan adalah yang pertama
tinggi. Jika temperatur tungku garam mencapai kondisi quench sedangkan bagian
makin rendah, kapasitas pendinginannya di sebelah dalamnya mendingin dengan
akan semakin tinggi. Penambahan 1-2% air laju pendinginan yang relatif lebih lambat.
dapat meningkatkan kapasitas Adanya perubahan volume di bagian
pendinginan dari cairan garam pada tengah sebagai hasil proses pendinginan
temperatur 4000C dan kira-kira 4 kali lebih akan menimbulkan tegangan termal atau
besar dari pada air garam yang digunakan retak-retak di luar bagian benda kerja.
45-55% Natrium Nitrat dan 45-55 % Kalium Karena itu benda kerja disarankan tidak
Nitrat. Garam-garam ini mudah larut boleh terlalu cepat melampaui daerah
dalam air sehingga mudah sekali untuk pembentukan martensit dan agar sedikit
membersihkan benda kerja. Garam ini diluangkan waktu untuk menghilangkan
secara efektif digunakan pada rentang tegangan.
temperatur 200-500 oC. Media quenching dengan garam disebut
Delay quenching adalah istilah yang dengan Salt Bath. Campuran Nitrat dan
diterapkan pada proses quenching dimana Nitrit terutama digunakan untuk
komponen setelah dikeluarkan dari tungku mengquench benda kerja pada temperatur
pada temperatur pengerasannya dibiarkan yang relatif rendah. Garam-garam tersebut
beberapa saat sebelum di quench. Ini dapat digunakan pada rentang temperatur
dimaksudkan agar proses quench terjadi 150-5000C. Pada temperatur di atas 5000C
pada temperatur lebih rendah sehingga dapat menyebabkan oksidasi yang kuat
memperkecil kemungkinan timbulnya dan menyebabkan pitting pada permukaan
distorsi. Cara ini lazim diterapkan pada baja, disamping dapat menimbulkan
HSS, baja hot worked dan baja-baja yang ledakan. Karena itu perlu diperha-tikan
dikeraskan permukaannya. agar temperatur kerja dari garam tidak
Tujuan utama dari proses pengerasan dilampaui. Seperti yang diperlihatkan
adalah agar diperoleh struktur martensit pada tabel garam-garam untuk proses
yang keras, sekurang-kurangnya di quench di bawah ini:
permukaan baja. Hal ini dapat dicapai jika Tabel 8-2. Garam- garam yang digunakan dalam
proses Quenching
menggunakan media quenching yang
efektif sehingga baja didinginkan pada Titik
suatu laju yang dapat mencegah Komposisi Rentang
Cair
terbentuknya struktur yang lebih lunak Garam Operasi (0C)
(0C)
seperti perlit atau bainit. 40–50% NaNO2 +
143 160-500
Pemilihan medium quenching untuk 50–60% NaNO3
mengeraskan baja tergantung pada laju 40–50% NaNO3 +
225 230-550
pendinginan yang diinginkan agar dicapai 50–60% KNO3
51

kekerasan tertentu. Fluida yang ideal 100% KNO3 337 350-500


untuk mengquench baja agar diperoleh 100% NaNO3 370 400-600
Page

struktur martensit harus bersifat:


Titik
Komposisi Rentang
Cair
Garam Operasi (0C)
(0C)
50% BaCl + 20%
540 570-900
NaCl + 30% KCl
80% NaOH + 20%
140 160-200
KOH + ^H2O
40–50% KOH +
400 300-400
50–55% NaOH
45–55% CaCl2 +
25–30% BaCl2 + 15 530 550-650
–25% NaCl
52
Page
9 MEKANISME PENGUATAN
Tujuan dan
Sasaran
Deformasi plastik kristal tunggal dalam hubungannya dengan
gerakan dislokasi dan dengan mekanisme deformasi dasar untuk Tujuan utama bab ini
luncur dan untuk bentuk kembaran kristal tunggal adalah untuk Membahas
menggambarkan kondisi paling ideal untuk kuliah lebih hubungan dasar perilaku
mendalam. Penyederhanaan yang diakibatkan olch kondisi dislokasi.dengan
kristal tunggal darl segi bahan membantu dalam melukiskan penekanan pada:
perflaku deformasi dalarn kaitannya dengan kristalografl dan
dengan struktur cacat. Terkecuali untuk alat elektronik zat padat 1. Batas butir
(solid-state electronic devices), kristal tunggal jarang dipakai 2. Mekenisme
unluk penerapan rekayasa disebabkan olch pembatasan yang penguatan pada
melibatkan kekuatan, ukuran dan pembuatannya. Produk logam material logam.
komersial tanpa terkecuali tersusun darl kristal individual atau
dari butir individual dalam jumlah sangat banyak. Butir
individual agregat polikristalin tidak mengalami perubahan
bentuk sesuai hukum yang relatif sederhana, yang melukiskan
deformasi plastik dalam kristal disebabkan oleh dampak
penahanan butir yang mengelilinginya.

Dari sini jelas, bahwa kekuatan berbanding terbalik dengan


mobilitas dislokasi dan bahwa dalam kristal tunggal dengan
kemurniaan tinggi terdapat sejumlah faktor yang mungkin,
dapat mempengaruhi kekuatan perilaku mekanis. Jadi, struktur
kristal menentukan jumiah dan jenis sistem luncur, menetapkan
vektor Burgers dan menentukan tegangan gesekan kisi
(tegangan Peierls) yang mengatur tingkat kekuatan dasar dan
ketergantungan kekuatan dari temperatur. Dalam struktur
padat, energi salah-susun menentukan luasnya disosiasi
dislokasi, yang mempengaruhi mudahnya luncur-silang dan
besarnya laju penguatan-regang selanjutnya. Kemurnian dan
metode persiapan menentukan kerapatan dan: dislokasi awal
dan substruktur. Variabel yang terbatas ini mengetengahkan
kepelikan bahwa'perilaku mekanis pada umumnya tidak dapat
dikaitkan sebagai fungsi regangan, laju regangan, temperatur,
dan laju tegangan dengan presisi tinggi.

Tetapi, diperlukan kepelikan yang semakin besar untuk


menghasilkan bahan dengan kekuatan serta kegunaan tertinggi.
Jadi butir halus sering dikehendaki untuk kekuatan tinggi,
penambahan atom-larut dalam. jumlah besar.untuk
meningkatkan kekuatan dan transformasi fase dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kekuatan.
53Page
9.1 BATAS BUTIR DAN deformasi tetap tak berubah. Sekalipun
tiap butir mencoba untuk berubah bentuk
DISLOKASI dengan homogen sesuaidengan deformasi
Batas antara butir-butir dalam agregat benda-uji secara keseluruhan, keterbatasan
polikristalin merupakan daerah kisi yang yang dipaksakan oleh kontinuitas
terganggu dengan lebar hanya beberapa menyebabkan perbedaan yang menyolok
garis tengah atom. Dalam hal umum, dalam deformasi antara butir-butir
orientai kristalografi berubah dengan berikutnyang berdekatan dan di dalam tiap
tiba-tiba melintasi perbatasan butir dari butir. Kuliah tentang deformasi dalam
satu butir ke butir berikutnya. Batas aluminium berbutir kasar memperlihatkan
butir.sudut besar biasa menggambarkan bahwa regangan di sekitar batas butir
daerah salah-suai rambang (random misfit) biasanya berbeda intara butir dengan
antara kisi kristal di sekitarnya.' Selama menyolok dari regangan di tengah-tengah
perbedaan dalam orientasi antara butir di butir. Sekalipun regangan bersifat kontinu
kiri kanan perbatasan berkurang, keadaan sepanjang perbatasan, mungkin terdapat
tertib di perbatasan meningkat. Untuk hal gradien regangan yang tajam di daerah ini.
batas butir sudut rendah, di mana
Jika besar butir berkurang dan regangan
perbedaan orientasi sepanjang perbatasan
meningkat, deformasi menjadi lebih
mungkin kurang dari 10, perbatasan terdiri
homogen. Disebabkan oleh keterbatasan
dari susunan dislokasi yang teratur.
yang dipaksakan oleh batas butir, slip
Batas butir sudut besar merupakan terjadi pada beberapa sistem, kendati
perbatasan dengan energi permukaan yang regangan rendah. Hal ini menjadi
agak tinggi. Umparnanya, perbatasan butir penyebab terjadinya slip di bidang tak
dalam. tembaga mempunyai energi padat dalam daerah dekat batas butir. Bila
permukaan antar bidang kira-kira sebesar garis tengah butir berkurang, lebih banyak
600 erg/cm2, sedang energi batas bentuk dampak batas butir dirasakan di tengah
kembaran hanya kira-kira 25 erg/cm2. butir. Jadi, pengerasan regangan logam
Disebabkan oleh energinya yang tinggi, berbutir halus akan besar daripada dalam.
batas butir merupakan tempat prefensial agregat polikristalin berbutir kasar.
untuk reaksi bahan padat (solid state
Pada temperatur di atas setengah titik
reactions) seperti difusi, transformasi fase,
lumer, deformasi dapat terjadi karena
dan reaksi pengendapan. Energi tinggi dari
menggelincir sepanjang batas butir.
batas butir biasanya mengakibatkan
Penggelinciran batas butir menjadi lebili
konsentrasi atom yang larut lebih tinggi di
menonjol kalau temperatur naik dan laju
perbatasan daripada di dalam butir. Ini
regangan berkurang, seperti dalarn creep.
menyulitkan pemisahan dampak mekanis
Pemusatan deformasi pada daerah
murni batas butir terhadap sifat, dari
batas-butir merupakan salah satu sumber
dampak yang diakibatkan oleh segregasi
penting bagi patah-temperatur tinggi. Oleh
ketidakmumian.
karena kotoran cenderung memisah ke
Bilamana kristal tunggal mengalami batas butir, patah antar-butir (inter-
deformasi tarik kristal tersebut biasanya grannular fracture) sangat dipengaruM
bebas untuk berubah bentuk pada sistem oleh kornposisi. Cara kasar untuk
luncur tunggal untuk bagian besar membeda-bedakan bila penggelinciran
deformasi dan kristal dapat merubah batas-butir memegang peran ialah dengan
orientasinya lewat rotasi kisi ketika terjadi temperatur sanw-lekat (equicohesive
perpanjangan. Tetapi, butir individual temperature). Di atas temperatur ini daerah
dalarn benda-uji polikristalin tidak harus batas butir lebili lemah daripada bagian
mengalami sistem tegangan uniaksial dalarn butir dan kekuataA meningkat
tunggal, bilamana benda-uji mengalami dengan bertambah besarnya butir. Di
deformasi tarik. Dalam polikristal, bawah temperatur sama-lekat, daerah
54

kontinuitas harus dipertahankan, sehingga batas butir lebili kuat dari bagian dalarn
Page

batas antara kristal yang mengalami butir dan kekuatan bertambah besar
dengan berkurangnya ukuran butir Persarnaan Hall-Petch mula-mula disusun
(meningkatnya daerah perbatasan butir).. berdasarkan pengukuran titik luluh baja
karbon rendah. Dan telah terbukti dapat
Mekanisme penguatan yang dibahas dalam
menggambarkan hubungan antara besar
bab ini termasuk kelompok yang
butir dan tegang alir pada berbagai harga
menghambat pergerakan konservatif
regang plastik hingga perpatahan rapuh.
dislokasi. Mekanisme ini berlangsung pada
Selain itu dapat pula menggambarkan
temperatur sekitar 0,5 Tm, di mana Tm
varlasi tegangan perpatahan rapuh dengan
adalah temperatur lebur dalarn derajat
besar butir dan ketergantungan kekuatan
Kelvin.
fatik pada besar butir. Persamaan
Hal-Petch juga berlaku untuk jenis batas
9.2 Mekanisme Penguatan lainnya seperti batas ferit dan perlit dalam
perlit, kembaran mekanik dan pelat
9.2.1 Penguatan Butir martensit.

Bukti langsung untuk penguatan mekanik 9.2.3 Pengukuran Ukuran-Butir


batas butir diberikan oleh eksperimeni
pada bikristal di mana perbedaan orientasi Ukuran-butir diukur dengan mikroskop
antara batas butir membujur diubah-ubah cahaya dengan menghitung jumlah butir
secara sistematik. Tegangan luluh bikristal pada luas yang ditentukan, dengan
bertambah secara linear dengan menentukan jumlah butir (atau batas butir)
meningkatnya salah orientasi sepanjang yang berpotongan dengan panjang garis
batas-butir dan ekstrapolasi hingga sembarang yang diketahui, atau dengan
sudut-salah-orientasi-nol (zero membandingkannya dengan kartu (chart)
misorientation angle) memberikan harga ukuran butir baku. Sebagian besar
mendekati dengan harga tegangan luluh pengukuran ukuran-butir memerlukan
kristal tunggal. Hasil ini mengandung pemisalan relatif terhadap bentuk dan
makna bahwa penguatan sebagai akibat distribusi ukuran butir dan karena itu,
batas butir merupakan hasil interferensi harus ditafsirkan dengan hati-hati. Seperti
bersama terhadap slip di dalarn butir. yang ditunjukkan oleh De Hoff dan
Telah dilakukan beberapa usaha untuk Rhines,' teknik yang paling mudah
mengkalkulasi kurva tegangan-regangan penerapannya ialah teknik yang
untuk pohkristal berdasarkan kurva menyediakan informasi struktur yang
tegangan-regangan untuk kristal tunggal. dapat memberikan korelasi dengan data
sifat (property data) dan yang dapat
9.2.2 Hubungan Hall-Petch dilaksanakan dengan pengukuran relatif
sederhana pada permukaan yang dipoles.
Hall mengusulkan suatu hubungan
Sebagian besar pengukuran ukuran-butir
umumn antara tegangan luluh (dan sifat
bertujuan urituk mencari hubungan antara
mekanik lainnya) dengan besar butir.
batas-butir dengan sifat mekanis spesiflk.
Hubungan ini kemudian dikembangkan
Jadi, pengukuran batas butir tiap satuan
oleh Petch.
volume Sv, ialah parameter yang berguna.
σo = σi + kD-1/2 Smith dan Guttman' memperlihatkan
bahwa Sv dapat dihitung tanpa permsalan
di mana :
yang berkaitan dengan bentuk butir dan
σo = tegangan luluh
distribusi ukuran dari pengukuran jumlah
σi = "tegangan gesekan" yang
rata-rata intersep garis uji rambang dengan
merupakan ketahanan kisi kristal
batas butir tiap panjang satuan garis uji NL.
terhadap pergerakan dislokasi
k = "parameter pengancing" yang Sv = 2NL
menjadi ukuran kontribusi
55

pengerasan relatif oleh batas butir


Kalau dari Sv diperlukan garis tengah butir
D = diameter butir
Page

rata-rata D, garis tengah ini dapat


diperoleh dengan memisalkan bahwa butir maka logam tersebut akan mengalami
berbentuk bulat dan berukuran konstan pengerasan regangan
dan mencatat bahwa tiap perbatasan
terbagi rata oleh dua butir yang berdekatan 9.2.5 Penguatan Larutan Padat
Banyak kajian telah mempergunakan Penguatan larutan padat (solid solution
panjang intersep rata-rata garis uji streng hardening) adalah penguatan yang
rambang sebagai ukuran besamya butir. terjadi akibat penambahan unsur paduan,
Penentuan ini dibuat dengan membagi yang larut dalam bentuk larutan padat
panjang total garis uji oleh jumlah butir subsitusi atau larutan padat intertisi.
yang dipotong-silang.

Metode yang lazim digunakan untuk


9.2.6 Penguatan Fasa Kedua
mengukur ukuran-butir di Amerika Serikat
Pengerasan fasa kedua (second phase
ialah membandingkan butir pada
hardening) adalah penguatan yang terjadi
pernbesaran yang ditentukan dengan kartu
melalui melarutkan dan mendistribusikan
ukuran butir American Society for Testing
fasa kedua dalam matrik.
and Materials (ASTM). Hubungan antara
bilangan ukuran butir ASTM n dan N*,
9.2.7 Penguatan Presipitasi
yaitu jurnlah butir tiap inci kuadrat pada
pernbesaran 100 X dinyatakan oleh
Pengerasan presipitasi (presipitation
persamaant berikut: N* = 2 n-1
hardening) adalah penguatan yang terjadi
akibat munculnya fasa baru berupa
9.2.4 Penguatan Regangan
senyawa antar logam (intermetalic).
Pembentukan fasa baru dipicu oleh
Pengerasan regangan (strain hardening)
penambahan unsur paduan pada logam
adalah penguatan yang terjadi apabila
yang membentuk larutan padat. Adapun
logam dideformasi plastik. Apabila logam
jenis mekanisme penguatan lainnya
diregang sampai terjadi deformasi plastis,
termasuk Penguatan Dispersi, Penguatan
Martensit, Penguatan Tekstur.
56
Page
DAFTAR BACAAN

Abbaschian, R. & Reed-Hill, R., 2009. Physical Metallurgy Principles-SI


Version, Cengage Learning.

Brick, R.M., Gordon, R.B. & Phillips, A., 1965. Structure and properties of
alloys: the application of phase diagrams to the interpretation and control of
industrial alloy stuctures, McGraw-Hill.

Davis, J.R. & Committee, A.S.M.I.H., 1998. Metals Handbook Desk Edition
2nd Edition, Taylor & Francis.

Dieter, G.E., 1986. Engineering Design: A Materials and Processing Approach


1st ed., Singapore: McGraw-Hill.

Gale, W.F. & Totemeier, T.C., 2003. Smithells Metals Reference Book, Elsevier
Science.

Gottstein, G., 2010. Physical Foundations of Materials Science, Springer Berlin


Heidelberg.

Haasen, P., 1996. Physical Metallurgy, Cambridge University Press.

Porter, D.A. & Easterling, K.E., 1992. Phase Transformations in Metals and
Alloys, Third Edition (Revised Reprint), Taylor & Francis.

Sinha, A.K., 1989. Ferrous Physical Metallurgy, Madras, India: Butterworth-


Heinemann.

Smallman, R.E. & Bishop, R.J., 1999. Modern Physical Metallurgy and
Materials Engineering, Madras, India: Elsevier Science.

Smith, W.F., 1993. Structure and Properties of Engineering Alloys, Singapore:


McGraw-Hill.

Suratman, Rochim, 1994. Panduan Proses Perlakuan Panas, Bandung:


Lembaga Penelitian ITB.

Thelning, K.E., 1984. Steel and its heat treatment, Michigan: Butterworths.

Verhoeven, J.D., 1975. Fundamentals of physical metallurgy, Wiley.

Vlack, Lawrence V., 1983. Ilmu dan Teknologi Bahan, Jakarta: Penerbit
Erlangga.
57
Page

Anda mungkin juga menyukai