Anda di halaman 1dari 18

HALAMAN JUDUL

PROJECT ASSIGNMENT EE III

SOP Pengawasan Akurasi Baca Meter Melalui Analisa


dan Evaluasi Selisih Stand Baca Kwh Meter
(SEPURANE CAK)

SUBANDRI

NIP 6691064D

PT PLN (PERSERO)
SPI REGIONAL JAWA BAGIAN TIMUR

12
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT PLN (Persero) sebagai salah satu perusahaan pemegang Izin Usaha
Ketenagalistrikan di Indonesia memiliki maksud dan tujuan menyelenggarakan usaha
penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang
memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di
bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan
prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Kualitas layanan PT PLN (Persero) kepada
pelanggan dinyatakan dalam suatu ukuran indikator yang disebut Tingkat Mutu
Pelayanan (TMP). Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No 27 Tahun 2017 terdapat 13
(tiga belas) indikator yakni:
1. Tegangan Tinggi di Titik Pemakaian (kV)
2. Tegangan Menengah di Titik Pemakaian (kV)
3. Tegangan Rendah di Titik Pemakaian (Volt)
4. Frekuensi di Titik Pemakaian (Hertz)
5. Lama Gangguan per Pelanggan (Jam/bulan)
6. Jumlah Gangguan per Pelanggan (kali/bulan)
7. Kecepatan Pelayanan Sambungan Baru Tegangan Menengah (hari kerja)
8. Kecepatan Pelayanan Sambungan Baru Tegangan Rendah (hari kerja)
9. Kecepatan Pelayanan Perubahan Daya Tegangan Menengah (hari kerja)
10. Kecepatan Pelayanan Perubahan Daya Tegangan Rendah (hari kerja)
11. Kecepatan Menanggapi Pengaduan Gangguan (Jam)
12. Kesalahan Pembacaan kWh meter (Kali/Ttriwulan/pelanggan)
13. Waktu Koreksi Kesalahan Rekening (hari kerja)
Dari keseluruhan indikator TMP tersebut terdapat 6 (enam) indikator penalti yang
disebut kompensasi TMP yaitu pengurangan tagihan listrik apabila mutu pelayanan
yang diterima pelanggan tidak sesuai dengan tingkat mutu yang ditetapkan dengan
besaran pengurangan nilai tagihan sebesar 35% dari biaya beban/rekening minimum
untuk pelanggan tarif non subsidi dan 20% dari biaya beban/rekening minimum untuk
pelanggan tarif subsidi paska bayar, sedangkan untuk pelanggan prabayar kompensasi
TMP diberikan dalam bentuk token (stroom) prabayar. Indikator TMP yang mendapat
kompensasi yakni Lama Gangguan, Jumlah Gangguan, Kecepatan Pelayanan

13
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
Perubahan Daya Tegangan Rendah, Kesalahan Pembacaan Kwh Meter, Waktu Koreksi
Kesalahan Rekening, dan Kecepatan Pelayanan Sambungan Baru Tegangan Rendah.
Ketentuan kompensasi ini dikecualikan atas sebab kahar, bencana alam atau force
majeur.
Dari 6 (enam) indikator TMP yang memiliki kompensasi terdapat 2 (dua)
indikator yang berkaitan dengan pembacaan meter dan pembuatan rekening yakni
Kesalahan Pembacaan Kwh Meter dan Waktu Koreksi Kesalahan Rekening. Pembacaan
kWh meter dan pembuatan rekening merupakan fungsi yang cukup vital dalam proses
bisnis PLN karena berkaitan dengan kinerja Susut Distribusi (losses), pertumbuhan
kWh dan pendapatan (revenue). Proses pembacaan kwh meter hingga pembuatan
rekening memerlukan pengawasan yang ketat baik secara sistem maupun manual
dengan cara sampling lapangan. Pada proses ini ditemukan masih terdapat celah
dalam pengawasan proses baca meter dan pembuatan rekening sehingga berpotensi
menyebabkan kerugian PLN atau pelanggan. Pembacaan stand meter pelanggan tarif
tunggal Non AMR (daya dibawah 33 kVa) telah menggunakan Aplikasi Catat Meter
Terpusat (ACMT) sebelum dikirim ke Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T)
untuk dilakukan proses perhitungan rekening (Billing). Pelaksanaan pembacaan stand
meter yang disebut juga pekerjaan perekaman stand meter pelanggan tarif tunggal
Non AMR dilaksanakan oleh petugas Billing Management (Billman) yang termasuk
dalam kontrak pekerjaan pemborongan dengan menggunakan ACMT. Berdasarkan SOP
Pengawasan Baca Meter yang ada ditemukan terdapat kurangnya pengawasan data
stand yang diproses dalam ACMT. Hal ini diindikasikan dengan ditemukan adanya
ketidaksesuaian stand meter (data stand meter yang akan dikirim ke AP2T) dengan
stand baca (stand meter yang direkam di lapangan). Pada pemeriksaan yang dilakukan
terhadap Daftar Pembacaan Meter (DPM) Bulan Tahun Rekening Agustus 2018
pelanggan Distribusi Jawa Timur ditemukan terdapat ketidaksesuaian sehingga perlu
dilakukan penyempurnaan SOP, pengawasan implementasi SOP dan fitur ACMT.

1.2 Maksud Dan Tujuan


Maksud dan tujuan pembuatan Project ini yaitu:
1. Meningkatkan akurasi rekening.
2. Menyempurnakan SOP Pengawasan Pembacaan Meter.
3. Mengurangi potensi kesalahan baca meter.
4. Meningkatkan pendapatan dan kinerja Unit PLN

14
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
1.3 Ruang Lingkup
Perancangan dan pembuatan project ini dilakukan pada lingkup proses
pembacaan meter yang diharapkan dapat diimplementasikan di seluruh Unit
PLN.

1.4 Metodologi
Metode yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penyusunan project ini antara lain:
1. Pengamatan dan observasi lapangan
Pengamatan dan observasi lapangan sebagai tahap awal untuk mengetahui
kondisi lapangan.
2. Menganalisis LHA SPI
Analisa hasil temuan audit pada pemeriksaan operasional dan pemeriksaan
khusus yang dilakukan oleh SPI.
3. Merumuskan Opportunities For Improvement (OFI)
OFI dirumuskan dengan melakukan analisis SWOT untuk melihat peluang
inovasi dapat dilakukan, dan menggunakan Root Cause Problem Solving
(RCPS) untuk menganalisis permasalahan.
4. Merancang usulan Action For Improvement (AFI)
Berdasarkan OFI maka ditentukan inovasi yang akan disertakan dalam
inovasi yang akan dibuat.
5. Penutup
Berisikan kesimpulan dari perancangan aplikasi yang telah dibuat dan saran
untuk pengembangan aplikasi dikemudian hari.

15
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Fungsi Pembacaan Meter dan Perhitungan Tagihan Listrik sesuai


Pedoman Proses Pelayanan Pelanggan (P4)
Fungsi Pembacaan Meter dan Perhitungan Tagihan Listrik adalah fungsi
yang melaksanakan pelayanan berupa : kegiatan pembacaan, pencatatan dan
perekaman angka kedudukan meter pada alat pengukur kWh, kVArh, kVA
Maksimal di setiap pelanggan serta memastikan ketepatan dari sakelar waktu dan
perhitungan tagihan listrik.

1. Kegiatan pembacaan meter meliputi :

1.1. Pembentukan Rute Baca Meter (RBM).

Yang dimaksud dengan RBM adalah urutan langkah pembaca meter di


lapangan dalam melakukan pembacaan meter sesuai dengan kemampuan baca
seorang pembaca meter dalam 1 (satu) hari kerja. RBM ini harus selalu di
update.

1.2. Pengaturan Jadwal Pembacaan Meter.

Untuk mempermudah pengawasan dan kelancaran pembacaan meter, maka


perlu dibuat rencana jadwal pelaksanaan pembacaan angka kedudukan meter.

1.3. Pelaksanaan Pembacaan Meter.

Pembacaan Meter Pelanggan pascabayar dikelompokkan berdasarkan jenis kWh


meter yaitu kWh meter mekanik atau Meter Elektronik (Automatic Meter
Reading yang disingkat AMR). Bagi pelanggan tertentu yang dipasang AMR,
stand pemakaiannya bisa langsung di download dari kantor PLN tanpa harus
mendatangi Pelanggan

Pada pelaksanaan pembacaan meter pelanggan umum yang kebanyakan masih


menggunakan kWh meter mekanik, Penanggung Jawab Cater PLN mengunduh
Daftar Pembacaan Meter (DPM) per Rute Baca Meter (RBM), dan menyerahkan
kepada perusahaan Outsourcing Cater dengan Berita Acara Penyerahan Daftar

16
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
Pembacaan Meter antara Penanggung Jawab Cater PLN (yang menyerahkan)
dengan Penanggung Jawab Perusahaan Outsourcing Cater (yang menerima).

Pada pelaksanaan pembacaan meter pelanggan khusus, Penanggung Jawab


Cater PLN menyerahkan Daftar Pembacaan Meter kepada staf Cater PLN,
dengan Berita Acara Penyerahan Daftar Pembacaan Meter antara Penanggung
Jawab Cater (yang menyerahkan) dengan Staf Cater PLN (yang menerima).

Dalam melaksanakan pembacaan meter setiap petugas harus membawa antara


lain: Kartu Jati Diri Pembaca Meter, Surat Tugas, Surat Pemberitahuan
Pembacaan Meter, dan Formulir Berita Acara Pembacaan Meter (untuk
pelanggan khusus).

Pembacaan angka kedudukan meter dilakukan dengan melihat dan merekam


angka meter di pelanggan, serta mencatatnya di Kartu Meter Pelanggan. Apabila
dalam pelaksanaan pembacaan angka kedudukan meter diketahui kelainan agar
dicatat dan dilaporkan kepada Penanggung Jawab Cater.

Jika karena sesuatu hal pembaca meter tidak dapat mencapai tempat meter
sehingga tidak memperoleh angka kedudukan meter pada saat datang ke
tempat pelanggan yang bersangkutan, maka petugas wajib meninggalkan Surat
Pemberitahuan Pembacaan Meter di lokasi pelanggan.

1.4. Perhitungan Pemakaian kWh/kVArh/kVA Maksimal.

Jumlah pemakaian kWh dan Jumlah pemakaian kVArh dihitung dengan rumus:

kWh = (A - L) x FKM x FRT

kVArh = (A-L) x FKM x FRT

dimana:

A = Angka kedudukan akhir

L = Angka kedudukan bulan lalu

FKM = Faktor Kali Meter (perkalian ratio CT, PT)

FRT = Faktor Rugi Trafo

17
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
Jumlah pemakaian kVA Maksimal dihitung dengan rumus :

kVA = P x CT x PT x K

dimana:

P = angka penunjukan kVA Maksimal.

CT = ratio trafo arus.

PT = ratio trafo tegangan.

K = konstanta meter.

Apabila terdapat pelanggan yang karena sesuatu hal tidak dipasang kVA
Maksimal melainkan dipasang kW Maksimal maka besarnya daya terukur yang
digunakan untuk menghitung biaya beban adalah dengan rumus :

Kva = P x CT x PT x K x FD

dimana:

P = angka penunjukan kW Maksimal.

CT = ratio trafo arus.

PT = ratio trafo tegangan.

K = konstanta meter.

FD = faktor daya.

1.5. Pemeriksaan Hasil Pembacaan Meter.

Hasil rekaman baca meter atau Daftar Pembacaan Meter (DPM) diserahkan
kepada Penanggung Jawab Cater. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan :

a. Angka kedudukan meter

b. Produktivitas pembaca meter

c. Laporan pembaca meter

18
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
Apabila diperlukan koreksi angka kedudukan meter, agar dibuat Daftar Koreksi
Angka Kedudukan Meter dan ditanda tangani oleh Pejabat yang berwenang.
Setelah hasil pembacaan meter diperiksa, selanjutnya diproses untuk
Perhitungan Tagihan Listrik.

2. Kegiatan Perhitungan Tagihan Listrik

Hasil pembacaan meter diproses dengan tahapan :

2.1. Menghitung Pemakaian Listrik

Setelah hasil perekaman pembacaan meter di upload, kemudian dihitung


pemakaian kWh, dan untuk pelanggan golongan tarif tertentu dihitung kVArh
dan kVA Maksimum.

2.2. Daftar Langganan Perlu Diperhatikan

Daftar Langganan Yang Perlu Diperhatikan (DLPD) adalah daftar pelanggan


yang pemakaiannya tidak wajar. lndikator utama yang perlu diperhatikan dalam
DLPD ini antara lain : kWh turun lebih dari 50%, kwh naik lebih dari 50%,
pemakaian kWh nol, sfand mundur dan pemakaian kWh lebih dari 720 jam
nyala, kVArh sama dengan total pemakaian kWh

2.3. Perhitungan Tagihan Listrik

Setelah semua pemakaian dianggap wajar, maka dilakukan perhitungan tagihan


listrik.

2.4. Berita Acara Perhitungan Tagihan Listrik

Setelah perhitungan tagihan listrik selesai dilakukan, dibuatkan Berita Acara


yang menyatakan daftai jumlah lembar pembuatan tagihan listrik per tarif dan
per golongan sebagai kontrol dalam proses pembuatan tagihan listrik.

Bagi sistem manual, Berita Acara Perhitungan Lembar Tagihan Listrik dicetak dan
ditandatangani oleh pembuat tagihan listrik dan bagian penjual rekening. Bagi
yang sudah menggunakan sistem komputer, Berita Acara Perhitungan Lembar
Tagihan Listrik dibuat otomatis oleh sistem dan divalidasi oleh penerima secara
sistem.

19
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
2.2.5. Rekapitulasi Pembatalan/Perbaikan

Rekapitulasi tagihan listrik yang dibatalkan/diperbaiki dicatat berdasarkan Per


tarif dan per golongan, yang digunakan untuk bahan penyusunan Laporan
Penjualan Tenaga Listrik dan Laporan Piutang Pelanggan

2.6. Rekapitulasi Tagihan susutan Akibat P2TL dan kWh Kurang Tagih

Rekapitulasi tagihan susulan adalah rekapitulasi pembuatan tagihan susulan


yang dibuat per golongan tarif dan per kode golongan, yang digunakan untuk
penyusunan Laporan Penjualan Tenaga Listrik dan Laporan Piutang Pelanggan.

2.2.7. Rekapitulasi Layanan Khusus Penyambungan sementara

Rekapitulasi layanan khusus Penyambungan Sementara dibuat per golongan


tarif dan per kode golongan, yang digunakan untuk bahan penyusunan Laporan
Penjualan Tenaga Listrik dan Laporan Piutang Pelanggan.

2.2.8. Rekapitulasi Pembuatan Tagihan Listrik per Golongan Tarif

Rekapitulasi pembuatan tagihan listrik per golongan tarif berisi jumlah tagihan
listrik per goiongan tarif yang digunakan untuk menyusun laporan penjualan
tenaga listrik.

2.2.9. Rekapitulasi Pembuatan Tagihan Listrik per Kode Golongan

Rekapitulasi pembuatan tagihan listrik per kode golongan berisi jumlah tagihan
listrik per kode golongan yang digunakan untuk menyusun laporan piutang
pelanggan.

2.2.10. Laporan Peniualan Tenaga Listrik

Laporan penjualan tenaga listrik disusun berdasarkan :

a. Rekapitulasi pembuatan tagihan listrik per tarif.

b. Rekapitulasi pembuatan tagihan listrik yang diperbaiki/dibatalkan.

c. Rekapitulasi pembuatan tagihan listrik perbaikan.

d. Rekapitulasi pembuatan tagihan susulan.

20
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
e. Rekapitulasi pembuatan tagihan layanan khusus Penyambungan

Sementara.

f. Rekapitulasi pembelian stroom listrikprabayar

2.2 Prosedur Audit Operasional PT PLN (Persero)


SPA (Standart Prosedur Audit) adalah panduan SPI dalam merencanakan,
melaksanakan dan melaporkan kegiatan audit, sesuai dengan Metodologi Risk Based
Audit (RBA). Dokumen ini menetapkan prosedur yang membantu SPI PT PLN
(Persero) dalam: Dokumen ini menetapkan prosedur yang membantu SPI PT PLN
(Persero) dalam: Perencanaan kegiatan audit, Pelaksanaan kegiatan audit, Pelaporan
kegiatan audit, dan Monitoring pelaksanaan tindak lanjut audit.

Pelaksanaan Monitoring
Perencanaa Audit Pelaporan Audit Pelaksanaan Tindak
Audit Lanjut Audit
• Aktivitas Utama: • Aktivitas Utama • Aktivitas Utama • Aktivitas Utama
• Surat Tugas
• PKA • Dokumentasi • LHA • Tindak lanjut LHA
• Expose PKA Walkthrough (NWD, • Tanggapan LHA dari oleh Auditee
• Permintaan dokumen BPM, SOD) Auditee • Monitoring dan
kepada Auditee • Identifikasi Risiko & • Finalisasi LHA persetujuan atas
• Pengumpulan Kontrol Utama • Exit Meeting tindak lanjut LHA
dokumen dari Auditee • Revisi Audit • Expose Dirut dan
• Entry Meeting Program Komite Audit (jika
• Test of Design (ToD) dibutuhkan)
• Test of Effectiveness • Surat Pengantar dari
(ToE) Dirut agar Auditee
• KKA (Area of menindaklanjuti LHA
Improvement dan
Rekomendasi)

Gambar 2. 1 Standar Prosedur Audit SPI PT PLN (Persero)

Tata cara perencanaan kegiatan audit pada aplikasi eRBAS mengacu pada dokumen
End User Manual Penggunaan eRBAS.

21
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
Inspektur Auditor
Regional/ Inspektur Koordinator Tim Ketua Tim Anggota Tim
Auditor Kantor Pusat
Mulai

1.Menyusun Surat Tugas, 1.Menyusun Surat Tugas,


Surat Permintaan/ Surat Permintaan/
Pengembalian Dokumen Pengembalian Dokumen
kepada auditee dan APM/ kepada auditee dan APM/
PKA PKA

2. Menginput detail informasi APM/ 2. Menginput detail informasi APM/


PKA per project pada modul PKA per project pada modul
TeamEWP (status “planning”) TeamEWP (status “planning”)

3. Melakukan review Surat Tugas &


APM/PKA pada modul TeamEWP

4. Melakukan review Surat


Tugas dan APM/PKA pada
5. Melakukan review Surat
modul TeamEWP sebelum
Tugas dan APM/PKA
disampaikan kepada
Koordinator Tim

Audit Unit Induk/


Ya
Direktorat?

Tidak

6. Menandatangani Surat Tugas dan 7. Menandatangani Surat Tugas dan


APM/PKA. Dokumen yang telah APM/PKA. Dokumen yang telah
ditandatangani diupload pada modul ditandatangani diupload pada modul
TeamEWP. TeamEWP.

8. Menyampaikan Surat 8. Menyampaikan Surat


Tugas dan Surat Tugas dan Surat
Permintaan/Pengembalian Permintaan/Pengembalian
Dokumen kepada Dokumen kepada
manajemen auditee manajemen auditee

9. Mengumpulkan data yang 9. Mengumpulkan data yang


1 Audit unit induk/
Ya dibutuhkan dari auditee untuk dibutuhkan dari auditee untuk
direktorat?
dilakukan analisis data awal dilakukan analisis data awal
termasuk mempelajari SOP termasuk mempelajari SOP
terkait bisnis proses yang terkait bisnis proses yang
menjadi cakupan audit, untuk menjadi cakupan audit, untuk
Tidak persiapan expose APM/PKA persiapan expose APM/PKA

22
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
Inspektur Auditor
Regional/ Inspektur
Koordinator Tim Ketua Tim Anggota Tim Tim QA
Auditor Kantor Pusat &
KPSKA

Unit Induk/Direktorat

10. Melaksanakan expose 10. Melaksanakan expose 10. Melaksanakan expose 10. Melaksanakan expose
APM/PKA secara internal APM/PKA secara internal APM/PKA secara internal APM/PKA secara internal
via surat elektronik/media via surat elektronik/media via surat elektronik/media via surat elektronik/media
elektronik lainnya elektronik lainnya elektronik lainnya elektronik lainnya

11. Merevisi APM/PKA di modul 11. Merevisi APM/PKA di modul


TeamEWP jika dibutuhkan sesuai TeamEWP jika dibutuhkan sesuai
masukan pada saat expose APM/PKA. masukan pada saat expose APM/PKA.
Menyiapkan daftar hadir dan notulen Menyiapkan daftar hadir dan notulen
rapat expose APM/PKA dan rapat expose APM/PKA dan
mengupload pada modul TeamEWP mengupload pada modul TeamEWP

12. Melakukan follow up 12. Melakukan follow up


data yang diminta ke data yang diminta ke
auditee jika masih terdapat auditee jika masih terdapat
data yang belum data yang belum
disampaikan oleh auditee disampaikan oleh auditee

13. Melakukan Entry 13. Melakukan Entry Meeting di


13. Melakukan Entry Meeting di tempat auditee tempat auditee yang dihadiri oleh 13. Melakukan Entry Meeting di 13. Melakukan Entry
Meeting di tempat auditee yang dihadiri oleh manajemen auditee, menyampaikan tempat auditee yang dihadiri oleh Meeting di tempat auditee
yang dihadiri oleh manajemen auditee dan Revisi Surat Tugas (jika ada) dan manajemen auditee dan menyiapkan yang dihadiri oleh
manajemen auditee menyampaikan Revisi Surat menyiapkan daftar hadir dan notulen daftar hadir dan notulen yang akan manajemen auditee
Tugas (jika ada) yang akan diupload pada modul diupload pada modul TeamEWP
TeamEWP

3
selesai

Gambar 2. 2 Flowchart Perencanaan Audit Internal PT PLN (Persero)


Tabel 2. 1 Milestones Pelaksanaan Audit Internal

No MILESTONES HARI
1 Surat Tugas 1
2 Pengumpulan dan analisis data awal 6
3 Expose AMP/PKA 1
4 Entry Meeting 1
5 Walkthrough 3
6 Test of Design (ToD) 3
7 Test of Effecttiveness (ToE) 10
8 Penyusunan Draft Laporan Hasil Audit (LHA) 3
9 Finalisasi LHA 1
10 Exit Meeting 1

2.3 Pembacaan Meter Dengan ACMT

23
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
24
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
BAB III
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

3.1 Analisa Masalah

Gambar 3. 4 Tampilan Halaman Depan D’Men Audit Distribusi & Niaga

Gambar 3. 5 Contoh Halaman Menu Data Induk Langganan

 Menu NPHR Pembangkit


Aplikasi D`Men Audit juga dirancang untuk membantu dalam pengecekan kontrak
pada pembangkit dengan menyediakan menu untuk menghitung nilai deviasi

25
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
sehingga memudahkan user dalam melakukan perbandingan antara realisasi dan
kontrak.

Gambar 3. 6 Data Halaman D’Men Audit NPHR Pembangkit

BAB IV
MANFAAT DAN ANALISA RESIKO

4.1 Manfaat
4.1.1 Manfaat Finansial Pendapatan
1.

4.1.2 Keuntungan Non Finansial

4.2 Analisa Resiko

26
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

27
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
DAFTAR PUSTAKA

Standart Prosedur Audit (SPA) PT PLN (Persero); Pelaksanaan Audit

28
PT PLN (Persero) SPI RJBTI
LAMPIRAN

PT PLN (Persero) SPI RJBTB

Anda mungkin juga menyukai