Bab 2
Bab 2
BAB 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1.2. Hidrologi
Pola hidrologi wilayah Kabupaten Dairi sebagaimana wilayah lainnya di Dataran Tinggi Bukit Barisan
adalah air permukaan dan air bawah tanah dengan karakter wilayah sungai dan Cekungan Air Tanah (CAT).
Wilayah Sungai (WS) di Kabupaten Dairi telah ditetapkan secara Nasional berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 11A/PRT/M/2006 sedangkan CAT masih perlu pengkajian yang lebih seksama.
Wilayah Sungai (WS) di Kabupaten Dairi terdiri dari 2 (dua) WS yaitu :
WS Toba – Asahan (Sumatera Utara – Strategis Nasional)
WS Toba – Asahan di Kabupaten Dairi terdiri dari dari 11 (Sebelas) anak sungai yang dialirkan ke
Danau Toba melalui waduk PLTA Renun di Kecamatan Sumbul dan telah dimanfaatkan untuk PLTA
Renun dengan kapasitas tenga 2 x 41 MW atau setara dengan 82 MW
WS Alas – Singkil termasuk DAS Singkil (Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara – Lintas
Propinsi)
Secara umum, sungai – sungai di Kabupaten Dairi mengalir secara gravitasi ke arah Pantai Barat
Provinsi Sumatera Utara, sebagian dimanfaatkan untuk kebutuhan irigasi sederhana maupun setengah
teknis. Selain itu dimanfaatkan untuk kebutuhan Mandi, Cuci, Kakus (MCK) dan air minum. Adapun sungai –
sungai tersebut adalah Sungai Lae Renun, Lae Simbelin, Lau Gunung, Lau Belulus dan lain – lain. Sungai –
sungai di Kabupaten Dairi yang terpanjang adalah :
Lae Renun, terbentang di Kecamatan Parbuluan, Sumbul, Tigalingga dan Tanah Pinem, selanjutnya
menuju Provinsi Aceh
Lau Belulus, terbentang di Kecamatan Tigalingga dan Kecamatan Tanah Pinem serta bermuara di Laer
Renun
Lae Simbelin terbentang di Kecamatan Sidikalang menuju perbatasan Kecamatan Siempat
Nempu/Kecamatan Silima Punggapungga selanjutnya menuju Provinsi Aceh
Lae Manaisal, terbentang di Kecamatan Sumbul dan bermuara di Lae Renun
Lihat Tabel 2.1. Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Dairi, Peta 2.1. Peta Daerah Aliran Sungai
(DAS) Di Kabupaten Dairi
2.1.3. Administrasi
Kabupaten Dairi terletak di sebelah Barat Daya Provinsi Sumatera Utara dan merupakan pintu
keluar - masuk dari/ke Provinsi Aceh dari sebelah Barat, secara geografis berada pada koordinat 98°00’ –
98 °30’ BT dan 2°15’ 00’’-3°00’00’’ LU, berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Karo (Provinsi Sumatera Utara) dan Kabupaten Aceh Tenggara
Provinsi Aceh;
Sebelah Selatan : Kabupaten Pakpak Bharat (Provinsi Sumatera Utara);
Sebelah Timur : Kabupaten Samosir (Provinsi Sumatera Utara);
Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Selatan (Provinsi Aceh).
Lihat Peta 2.2. Peta Administratif Kabupaten Dairi
Sumber : 1) Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, 2) RTRW Kabupaten Dairi tahun 2014-2034
Tabel 2.2 Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Dairi
hingga Miosen Akhir. Kemudian, secara tidak selaras diatasnya dijumpai Formasi Gunung Api Haranggaol
(Tmvh) yang dicirikan oleh litologi andesit, dasit dan piroklastik, bersifat keras dan padat berumur Miosen
Tengah hingga Miosen Akhir.
2.1.3.3. Jenis Tanah
Kabupaten Dairi memiliki berbagai jenis tanah sebagai hasil letusan Gunung Toba di masa lalu,
seperti jenis tanah liparit seluas kurang lebih 103.812,030 ha atau sekitar 53,85 % dari luas total Kabupaten
Dairi menyebar di seluruh kecamatan, permokarbon seluas kurang lebih 62.190,83 ha atau sekitar 32,26 %,
palaegon seluas kurang lebih 3.527, 87 ha atau sekitar 1,83 %, garbo diabase sepentijin seluas 23.017,93 ha
atau sekitar 11,94 % dan sisanya jenis tanah jura seluas 231,34 ha.
Kedalaman efektif tanah diperinci menurut kedalaman < 30 cm, 30 – 60 cm, 60 – 90 cm dan > 90
cm. Kedalaman efektif tanah < 30 cm terdapat di kecamatan Siemepat Nempu dan Silima Punggapungga,
kedalaman efektif tanah 30 – 90 cm terdapat di sebelah Selatan Kecamatan Parbuluan, kedalaman efektif
tanah 60 – 90 cm tersebar merata di seluruh kecamatan. Tekstur tanah diperinci menurut halus dan kasar,
tekstur halus menyebar di seluruh kecamatan sedangkan tekstur kasar berada di sebelah Barat Kabupaten
Dairi, yaitu di Kecamatan Siempat Nempu dan Silima Punggapungga.
2.1.3.4. Klimatologi
Curah hujan di Kabupaten Dairi bervariasi antara 2.000 – 3.000 mm/tahun dengan rata – rata hari
hujan 181 hari/tahun. Menurut Oldeman (1979), jumlah pembagian tipe iklim didasarkan atas banyaknya
bulan basah (curah hujan > 100 mm/bulan) dalam setahun. Dengan mengadaptasi teori tersebut, tipe iklim di
Kabupaten Dairi dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu :
a. Iklim B1
Bulan Basah antara 7 – 9 bulan dan bulan kering lebih kecil dari 2 bulan dalam setahun. Tipe iklim ini
meliputi Kecamatan SIdikalang, Sitinjo, Berampu, Lae Parira, Siempat Nempu Hilir dan Silima
Punggapungga.
b. Iklim C1
Bulan basah antara 5 – 6 bulan dan bulan kering lebih kecil dari 2 bulan dalam setahun. Tipe iklim ini
meliputi Kecamatan Sumbul, sebagian Kecamatan Siempat Nempu, Parbuluan dan Pegagan Hilir.
c. Iklim D1
Bulan basah antara 3 – 4 bulan dan bulan kering lebih kecil dari 2 bulan dalam setahun. Tipe iklim ini
meliputi Kecamatan Tigalingga, sebagian Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Gunung Sitember, Tanah
Pinem dan Silahisabungan. Iklim sub tropis ini terjadi pada daerah ketinggian < 500 m dpl, iklim tropis
pada ketinggian antara 500 – 1.000 m dpl sedangkan iklim dingin pada ketinggian > 1.000 m dpl.
2.2. Demografi
Penduduk yang bermukim di wilayah Kabupaten Dairi sifatnya heterogen meliputi Suku Batak
(Pakpak, Toba, Karo, dan Mandailing), Nias, Minang, Jawa, Aceh dan Tionghoa. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Kabupaten Dairi pada tahun 2008 adalah 271.983 jiwa yang
berkembang menjadi 273.851 jiwa pada tahun 2012 yang berarti mengalami pertumbuhan penduduk sebesar
1.868 jiwa selama 5 tahun (2008 – 2012) atau pertumbuhan penduduk rata – rata pertahun 0.8 %. Distribusi
dan kepadatan penduduk di Kabupaten Dairi sama seperti tahun-tahun sebelumnya masih terkonsentrasi di
beberapa kecamatan tertentu seperti : Kecamatan Sidikalang, Kecamatan Sumbul, Kecamatan Parbuluan,
Kecamatan Tiga Lingga dan Kecamatan Tanah Pinem.
Pada Tabel 2.3 dan Gambar 2.3 dapat terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar berada di
Kecamatan Sidikalang sebesar 49.429 jiwa dengan kepadatan penduduk 569 jiwa per km (> 4 jiwa per ha)
yang merupakan pusat pemerintahan kabupaten dan pusat perdagangan dan jasa regional. Jumlah
penduduk terendah ada di Kecamatan Silahisabungan dan Berampu sebesar 4.482 jiwa dan 8.052 dengan
kepadatan penduduk 38 jiwa per km2. Ke dua Kecamatan dengan penduduk terkecil merupakan Kecamatan
Pemekaran yang baru definitive beroperasi pada akhir tahun 2005 dan awal tahun 2003. Pertumbuhan
penduduk di Kabupaten Dairi dipengaruhi oleh besarnya kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk.
Ditinjau dari komposisi atau struktur umur penduduk di Kabupaten Dairi tergolong dalam penduduk
muda karena sebanyak 36,98 % penduduk usia 0 – 14 tahun masih dimana 19,01 % laki – laki dan 17,97 %
perempuan. Dengan melihat perbandingan jumlah penduduk yang berusia non produktif dengan penduduk
usia produktif dapat diketahui besarnya angka rasio ketergantungan pada tahun 2013 yaitu sebesar 63
artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) menanggung sebanyak 63 orang
penduduk usia tidak produktif ( 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas).
Dalam melakukan proyeksi penduduk ini akan digunakan metode proyeksi Metode Pertumbuhan
Eksponensial (Exponential Growth Model) atau Metode Bunga Berganda, dengan perkiraan tidak akan terjadi
fluktuasi. Asumsi dasar aplikasi Exponential Growth Model adalah tingkat pertumbuhan penduduk tiap tahun
akan selalu proposional dengan jumlah penduduk pada tahun sebelumnya. Dan terdapat suatu variabel yang
bersifat konstan, yaitu tingkat pertumbuhan penduduk, bukan jumlah pertambahan penduduk. Model
matematikanya adalah sebagai berikut :
Pt = P0( 1 + r ) t
Di mana:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t (tahun rencana).
|Disusun Oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Dairi
BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN DAIRI TAHUN 2014
Jika nilai r > 0, artinya pertumbuhan penduduk positif atau terjadi penambahan jumlah
penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r < 0, artinya pertumbuhan penduduk negatif atau terjadi
pengurangan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r = 0, artinya tidak terjadi perubahan
jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Dairi 5 tahun yang
akan datang dapat dilihat pada tabel 2.4. dibawah ini :
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Dairi dari Tahun 2009 - 2013
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Dairi Saat Ini dan Proyeksi Dari Tahun 2014 - 2018
1 Sidikalang 49.818 49.429 49.254 48.646 47.272 11.489 11.604 11.720 11.838 11.956 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,7 5,7 5,7 5,6 5,4
2 Sitinjo 12.234 12.033 11.968 11.235 10.813 2.598 2.624 2.650 2.677 2.704 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 3,1 3,0 3,0 2,8 2,7
3 Berampu 8.224 8.052 8.029 7.908 7.886 1.901 1.920 1.940 1.959 1.979 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 2,6 2,5 2,5 2,5 2,5
4 Parbuluan 21.352 21.137 21.093 20.637 19.672 4.946 4.996 5.046 5.096 5.147 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
5 Sumbul 40.352 40.017 39.876 39.365 38.700 9.801 9.899 9.998 10.098 10.199 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 2,7 2,7 2,7 2,6 2,6
6 Silahisabungan 4.555 4.482 4.473 4.471 4.618 1.215 1.227 1.239 1.252 1.264 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
Silima Pungga-
7 pungga 12.872 12.705 12.657 12.651 13.789 3.499 3.534 3.569 3.605 3.641 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,3 1,2 1,2 1,2 1,4
8 Lae Parira 13.768 13.616 13.574 13.567 14.458 3.532 3.567 3.603 3.639 3.675 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 3,2 3,2 3,2 3,2 3,4
9 Siempat Nempu 18.199 18.023 17.989 17.979 19.460 4.619 4.665 4.712 4.759 4.807 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,2
Siempat Nempu
10 Hulu 17.868 17.695 17.673 17.663 18.787 4.447 4.491 4.536 4.581 4.627 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,9 1,9 1,9 1,9 2,0
Siempat Nempu
11 Hilir 10.583 10.446 10.429 10.423 11.336 2.783 2.811 2.839 2.867 2.896 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,1
12 Tiga Lingga 21.692 21.497 21.456 21.444 22.290 5.786 5.844 5.902 5.961 6.021 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Gunung
13 Sitember 9.243 9.133 9.094 9.090 9.381 2.466 2.490 2.515 2.540 2.566 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
14 Pegagan Hilir 14.930 14.776 14.748 14.740 15.138 3.850 3.888 3.927 3.967 4.006 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 0,9 0,9 1,0
15 Tanah Pinem 20.548 20.353 20.265 20.234 20.251 5.857 5.916 5.975 6.035 6.095 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Jumlah 276.238 273.394 272.578 270.053 273.851 68.789 69.476 70.171 70.874 71.583 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
Sumber : Hasil Olahan
menentukan besarnya pendanaan oleh Kabupaten Dairi. Berikut perhitungan pendanaan sanitasi oleh
APBD Kabupaten Dairi dapat dilihat pada tabel 2.7 di bawah ini :
Tabel 2.7
Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Dairi Tahun 2009 – 2013
Sisi lain pendanaan yang memberikan pengaruh besar dalam membentuk gambaran
pendanaan sanitasi serta penetapan strategi sanitasi Kabupaten Dairi adalah sisi pendapatan
(penerimaan) dari layanan sanitasi yang telah dijalankan. Retribusi secara langsung memperlihatkan
potensi pendapatan kabupaten Dairi dari layanan sanitasi yang dijalankannya kepada masyarakat. Di
Kabupaten Dairi hanya retribusi sampah saja yang ada, sedangkan untuk retribusi air limbah dan drainase
perkotaan belum ada karena sarana dan peraturan daerah belum tersedia. Berikut Realisasi dan Potensi
Retribusi Sanitasi Perkapita di Kabupaten Dairi dapat dilihat pada tabel 2.9 dibawah ini :
Tabel 2.9
Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Per Kapita
Tahun Pertumbuhan
No. SKPD
2009 2010 2011 2012 2013 (%)
1. Retribusi Air Limbah
1.a Realisasi Retribusi NA NA NA NA NA -
1.b Potensi Retribusi NA NA NA NA NA -
2. Retribusi Sampah
2.a Realisasi Retribusi 54.653.500 57.931.500 46.399.000 64.855.000 61.641.000 5%
2.b Potensi Retribusi 194.757.000 194.556.000 194.460.000 199.458.000 202.302.000 1%
3. Retribusi Drainase
3.a Realisasi Retribusi NA NA NA NA NA -
3.b Potensi Retribusi NA NA NA NA NA -
Total Retribusi Sanitasi
4. 54.653.500 57.931.500 50.193.000 64.855.000 61.641.000
( 1a + 2a + 3a) 5%
Total Potensi Retribusi
5. 194.757.000 194.556.000 194.460.000 199.458.000 202.302.000
( 1b + 2b + 3b) 1%
Proporsi Total Realisasi
6. – Potensi Retribusi 0,28 0,30 0,26 0,33 0,30 2%
Sanitasi (4/5)
Sumber : Dinas Cipta Karya Tahun 2014
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang
dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan terebut merupakan rangkuman laju
pertumbuhan dari berbagai sektor ekonomi yang menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang
terjadi. Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke tahun disajikan
melalui PDRB. PDRB merupakan jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit – unit
produksi dalam batas suatu Negara/regional selama satu tahun. Pertumbuhan yang positif
menunjukkan adanya peningkatan perekonomian sebaiknya apabila negative menujukkan penurunan.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk
mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu
wilayah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka setiap daerah mempunyai kewenangan
yang lebih luas dalam merencanakan dan mengelola pembangunan daerahnya sesuai dengan potensi
dan kemampuan daerah itu sendiri. Dalam rangka evaluasi dan proses penyusunan perencanaan
dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi dan kemajuan pembangunan
daerah.
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi suatu daerah dalam suatu periode tertentu
adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
harga konstan. Berdasarkan indikator ini kita akan memperoleh gambaran tingkat pertumbuhan
perekonomian suatu daerah.
PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun terakhir mengalami kenaikan rata –
rata pertahun 12 % yaitu dari Rp 3.392.997.000 triliun tahun 2009 menjadi Rp 5.345.415, 57 triliun
pada tahun 2013. PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) mengalami kenaikan rata – rata per tahun
% yaitu dari Rp 2.050.671.31.952.585,92 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 2.400.452,21 triliun di
tahun 2013. Laju pertumbuhan riil PDRB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha tahun
2013 sebagai berikut :
Pertanian sebesar 6,81 %
Pertambangan dan Penggalian sebesar 3.01 %
Industri Pengolahan sebesar 6,23 %
Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 8,43 %
Bangunan sebesar 6,88 %
Perdagangan, Hotel dan Restauran sebesar 6,79 %
Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 6,86 %
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 7,13 %
Jasa – jasa sebesar 6,74 %
PDRB perkapita menurut harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun mengalami peningkatan,
demikian juga dengan PDRB per kapita menurut Harga Konstan tetap mengalami
peningkatan,sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.10. Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa
PDRB per kapita Kabupaten Dairi atas harga berlaku mengalami kenaikan rata – rata 7.5 % per
tahunnya.
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Dairi selama 5 tahun terakhir mengalami kenaikan
berfluktuasi Hal ini terjadi karena kondisi perekonomian baik di tingkat nasional, regional maupun
domestik belum menunjukkan adanya stabilitas perekonomian agregat. Peta perekonomian Kabupaten
Dairi yang berisi PDRB Harga Konstan, Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi dalam kurun
waktu 5 tahun kebelakang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.10
Peta Perekonomian Kabupaten Dairi Tahun 2009- 2013
Tahun
No. Deskripsi
2009 20010 2011 2012 2013
1. PDRB Harga Konstan 1.952.585,90 2.050.071,36 2.158.857,52 2.276.248,47 2.400.452,21
(Struktur Perekonomoian)
2. Pendapatan Perkapita 6855.35 7130.10 7593.69 8325.89
Kabupaten
3. Pertumbuhan Ekonomi (%) 4.72 5.02 5.28 5.44 5,46
Sumber : Dairi dalam Angka 2009 – 2013
3. Pembangunan fasilitas dan infrastruktur pendukung lainnya pada pengembangan kawasan agropolitan
dan potensi pengembangan kawasan minapolitan budidaya.
4. Kawasan rawan bencana sebagai kawasan konservasi yang tidak dapat dijadikan lahan terbangun.
5. Peningkatan dan pengembangan prasarana dan sarana jaringan listrik guna meningkatkan
perekonomian masyarakat.
2.4.1. Kebijakan Struktur Ruang Nasional dan Provinsi di Kabupaten Dairi
2.4.1.1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional di Kabupaten Dairi
Sistem Perkotaan Nasional di Kabupaten Dairi didasari Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); menetapkan Kota Sidikalang sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan fungsi mendorong pengembangan kota-kota sentra produksi.
Kawasan Strategis Nasional di Kabupaten Dairi meliputi 3 (tiga) kawasan, yaitu :
Kawasan Danau Toba dan sekitarnya di Kecamatan Silahisabungan;
Kawasan Ekosistem Leuser di Kecamatan Tanah Pinem, Gunung Sitember, Silima Punggapungga
dan Siempat Nempu Hilir;
Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di Kecamatan Tanah Pinem.
Wilayah Sungai (WS) Strategis Nasional di Kabupaten Dairi terdiri dari 2 (dua) WS, yaitu:
WS Toba – Asahan (Sumatera Utara – Strategis Nasional) dengan tahapan pengembangan I-
IV/A/1;
WS Toba – Asahan di Kabupaten Dairi terdiri dari 11 (sebelas) anak sungai yang dialirkan ke
Danau Toba melalui Waduk PLTA Renun di Kecamatan Sumbul telah dimanfaatkan untuk PLTA
Renun dengan kapasitas tenaga 2 x 41 MW atau setara dengan 82 MW.
WS Alas – Singkil termasuk DAS Singkil (Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara - Lintas
Provinsi) dengan tahapan pengembangan I-IV/A/1.
2.4.1.2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Utara di Kabupaten Dairi
Kabupaten Dairi termasuk dalam pengembangan kawasan andalan Provinsi Sumatera Utara,
merupakan bagian dari pengembangan kawasan Tapanuli dan sekitarnya dengan fokus pengembangan
pada sektor perkebunan, pertambangan, perikanan laut, pertanian, industri dan pariwisata. Sistem
Perkotaan Provinsi Sumatera Utara di Kabupaten Dairi menetapkan Kota Sidikalang sebagai PKW
dengan fungsi utama sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten Dairi, Industri Pengolahan Hasil Pertanian
dan Perdagangan. Selain itu, kebijakan struktur ruang wilayah Kabupaten Dairi yang ditetapkan dalam
RTRW Provinsi Sumatera Utara, yaitu :
Menetapkan pengembangan jaringan jalan strategis keruangan, yaitu jaringan jalan Lintas Tengah
menghubungkan Batas Aceh – Lau Pakam – Sidikalang – Panji – Tele – Dolok Sanggul –
Siborong-borong – Tarutung – Sipirok – Padang Sidempuan – Siabu – Jembatan Merah – Ranjau
Batu – batas Sumatera Barat (ke arah Lubuk Sikaping)
31 Disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Dairi
BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN DAIRI TAHUN 2014
- Daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
danau/waduk;
- Daratan dengan jarak antara 50 - 100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat.
Kawasan sekitar danau/waduk di Kabupaten Dairi, yaitu Danau Toba di Kecamatan
Silahisabungan, Danau Sicike-cike di Kecamatan Parbuluan dan Sitinjo, Danau Kempawa di
Kecamatan Tanah Pinem, Waduk PLTA Renun di Kecamatan Sumbul dan lain-lain.
C. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat berfungsi untuk melestarikan fungsi badan perairan dan
kerusakan oleh kegiatan budidaya. Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Dairi,
meliputi:
Sempadan Sungai
Sempadan sungai di Kabupaten Dairi meliputi sungai Lae Renun, Lae Simbelin, Lae
Simuhur, Lae Luhung, Lae Manalsal, Lau Belulus, Lae Lobe, Lau Gunung, Lae Panginuman,
Lae Pangoroan, Lae Kentara, Lae Panencoh, Lae Silobi, Lae Pandaroh, Lae Nuaha, Lae
Patulen, Lae Longki, dan sungai-sungai lainnya.
Kawasan Sekitar Mata Air
Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari
kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya.
Kriteria kawasan sekitar mata air, yaitu:
Daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan
fungsi mata air; dan
Wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata air.
Kawasan sekitar mata air berada menyebar di seluruh kecamatan-kecamatan di Kabupaten
Dairi.
D. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya di Kabupaten Dairi meliputi kawasan
suaka alam, taman nasional, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Kawasan Suaka Alam
Kawasan suaka alam di Kabupaten Dairi berada di kawasan hutan Adian Tinjoan (Register
67) terletak di sebelah Selatan Kabupaten Dairi dan berbatasan dengan Kabupaten Pakpak
Bharat.
Luas kawasan hutan Adian Tinjoan di Kabupaten Dairi seluas kurang lebih 7.912 Ha
sedangkan sisanya seluas kurang lebih 11.868 Ha berada di Kabupaten Pakpak Bharat.
Kawasan hutan Adian Tinjoan berfungsi sebagai Hutan Produksi Tetap, di dalam kawasan
hutan terdapat hutan konservasi dalam bentuk Hutan Wisata Alam (HWA) Sicike-cike seluas
575 Ha yang penetapannya didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
78/Kpts-II/1989, tanggal 7 Pebruari 1989.
Potensi sumber daya alam hayati kawasan hutan Adian Tinjoan meliputi keanekaragaman
flora dan fauna. Berbagai jenis flora seperti sampinur tali, sampinur bunga, hoting, turi-turi,
haun dolok, medang dan berbagai jenis rotan. Sedangkan jenis fauna/satwa terdiri dari
mawas, siamang, serudung, imbo, kijang, kancil, harimau serta berbagai jenis burung seperti
elang, ayam hutan, belibis, murai, patia raja, enggang dan lain-lain.
Taman Nasional
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional,
kawasan hutan Delleng Simbelin Register 69 seluas 33.910 Ha termasuk bagian dari Taman
Nasional Gunung Leuser, terletak di Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Siempat Nempu,
Gunung Sitember dan Tanah Pinem.
Fungsi hutan adalah Hutan Lindung (HL) seluas kurang lebih 11.910 Ha dan Hutan Produksi
Terbatas (HPT) seluas 22.000 Ha. Kawasan hutan merupakan daerah penyangga (buffer-
zone) Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 33 Tahun 1998 ditetapkan sebagai bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).
Potensi sumber daya sangat potensial dan kaya berbagai jenis satwa liar seperti harimau,
kambing hutan, kijang, siamang, rusa, beruk, orang utan, kera ekor panjang dan lain-lain.
Pada Tahun 1999 masih dijumpai adanya kawanan gajah disekitar Gunung Air, terdapat
berbagai jenis burung seperti rangkong, sri gunting, berbagai jenis elang, kuau raja, gagak
hutan dan lain-lain. Kawasan hutan juga ditumbuhi berbagai jenis pohon seperti damar dan
meranti. Selain kekayaan flora dan satwa, kawasan ini juga kaya akan bahan tambang.
Sejak Tahun 1960 telah terjadi perubahan fungsi hutan menjadi lahan perkebunan rakyat
dengan berbagai jenis komoditi seperti nilam, kopi, kemiri dan tanaman semusim. Kawasan
hutan diperkirakan telah rusak seluas 11.700 Ha, lahan kritis sekitar 6.363 Ha.
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dilakukan untuk
melindungi kekayaan budaya bangsa peninggalan-peninggalan sejarah, bangunan arkeologi
dan monument nasional dan keragaman bentukan geologi, yang berguna untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan
alam maupun manusia. Kriteria kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, yaitu:
Kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi
maupun bentukan geologi alami yang khas.
Benda buatan manusia, atau benda bergerak atau tidak bergerak yang berupa
kesatuan atau kelompok yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili
masa gaya yang khas.
Benda/bangunan yang memiliki nilai penting bagi sejarah ilmu pengetahuan dan
kebudayaan.
E. Kawasan Lindung Geologi
Kriteria kawasan lindung geologi, yaitu adanya patahan/sesar sehingga berpotensi timbul
gempa tektonik. Kabupaten Dairi termasuk wilayah rawan terhadap bencana alam geologi yang
didasari letaknya berada pada Cekungan Air Tanah (CAT) Kabupaten Dairi dan patahan/sesar
sungai Lae Renun. Kecamatan yang berpotensi terhadap bencana alam geologi meliputi
Kecamatan Sidikalang, Parbuluan, Sumbul, Silima Punggapungga, Siempat Nempu, Siempat
Nempu Hulu, Tigalingga, Pegagan Hilir dan Tanah Pinem.
F. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Dairi berupa gempa bumi, tanah longsor,
amblesan dan angin puting beliung.
Berdasarkan karakter topografi, jenis tanah, hidrologi, pola drainase alami dan klimatologi,
bahwa delineasi kawasan lindung bencana alam seluas kurang lebih 29.229,12 Ha atau sekitar
14,69% dari luas Kabupaten Dairi, terletak di seluruh kecamatan.
G. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
RTH di Kabupaten Dairi diarahkan di Kawasan Perkotaan Sidikalang (Kecamatan Sidikalang
dan Sitinjo), Sumbul, Tigalingga dan Parongil berupa taman kota dan kawasan pertanian. Dari
segi pemanfaatannya, RTH berfungsi sebagai penyejuk dan elemen estetika lingkungan serta
sebagian dimanfaatkan untuk sarana rekreasi dan olahraga baik pada skala lingkungan
maupun kota, disamping itu ada juga yang bersifat privat seperti jalur hijau dan fasilitas taman
yang ada disepanjang perumahan (pola perumahan linier) disepanjang jalan atau yang ada di
tempat rekreasi, seperti Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo. Kriteria Ruang Terbuka Hijau (RTH)
kawasan perkotaan, yaitu:
Memiliki fungsi sebagai mitigasi bencana, sosial dan ekologis;
Penyediaan RTH di perkotaan terdiri dari RTH publik (milik pemerintah dan terbuka untuk
umum) dan RTH privat (milik perorangan atau institusi);
Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20%
RTH publik dan 10% RTH privat;
Lokasi sasaran RTH kawasan perkotaan termasuk di dalamnya hutan kota antara lain di
kawasan permukiman, industri, tepi sungai/jalan yang berada di kawasan perkotaan;
Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan
dengan kondisi setempat.
2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.
Dengan memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola ruang Nasional dalam RTRW
Nasional dan RTRW Provinsi Sumatera Utara, kondisi eksisting Kabupaten Dairi, kebutuhan ruang dan
daya tampung wilayah pada masa mendatang, maka rencana pola ruang kawasan budidaya Kabupaten
Dairi meliputi kawasan peruntukan hutan produksi, hutan rakyat, pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, pertambangan, industri, pariwisata, permukiman, perdagangan dan jasa serta kawasan
peruntukan lainnya.
Berdasarkan kebijaksanaan Nasional tentang konversi hutan saat ini, yaitu menghentikan sementara
pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan sampai tersusunnya national forestry program yang tertuang
dalam Surat Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 603/Menhutbun-VIII/2000 tanggal 22 Mei 2000
kepada seluruh Gubernur dan Bupati di Indonesia.
Surat tersebut telah mendapat tindak lanjut Gubernur Sumatera Utara melalui Surat Nomor
522/8352/Binekda/2000 yang ditujukan kepada Bupati/Walikota serta instansi terkait lainnya se-Sumatera
Utara yang pada intinya menekankan tidak ada lagi penerbitan rekomendasi.
A. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi merupakan kawasan yang diperuntukkan untuk kawasan
hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan, meliputi kawasan hutan produksi
tetap dan hutan produksi terbatas.
Penetapan Hutan Produksi mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44/Menhut-
II/2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Hutan Produksi Tetap
Hutan Produksi Tetap (HP) di Kabupaten Dairi seluas 3.902,83 (tiga ribu sembilan ratus dua koma
delapan puluh tiga) hektar atau sekitar 6,64% dari luas Kabupaten Dairi, terletak di Kecamatan
Sidikalang, Sitinjo, Parbuluan dan Siempat Nempu Hulu.
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Kabupaten Dairi seluas 50.901,31 (lima puluh ribu sembilan
ratus satu koma tiga puluh satu) hektar, terletak di Kecamatan Parbuluan, Sumbul, Silahisabungan,
Silima Punggapungga, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember,
Pegagan Hilir dan Tanah Pinem.
Dari delapan tujuan Milinium Development Goals (MDG’s), komponen pertama adalah;
Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Target secara nasional pencapaian MDGs poin pertama
adalah : Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$1 per hari menjadi
setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015. Untuk mendukung target tersebut, maka ditetapkan dua
indikator target yaitu :
Penurunan Persentase penduduk dengan pendapatan di bawah US$1 (PPP) per hari.
Penurunan Persentase penduduk dengan tingkat konsumsi di bawah garis kemiskinan nasional.
Nasional menargetkan pencaapain MDGs pada tahun 2015, maka Kabupaten Dairi wajib
menargetkan pada tahun 2015 juga.
Berdasarkan kajian dan evaluasi Pemerintah Pusat terhadap Kabupaten Dairi bahwa sejak
Tahun 2010 Kabupaten Dairi bukan bagian dari Kabupaten Daerah Tertinggal di Indonesia,
sedangkan dalam realitasnya bahwa dari 169 desa terdapat 96 desa tertinggal. Jumlah penduduk
miskin berdasarkan berdasarkan penerima Raskin 18.361 KK, hal ini dapat dilihat pada tabel 2.12
Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Miskin Per kecamatan
di Kabupaten Dairi
No. Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK)
1 Sidikalang 2.152
2 Sitinjo 587
3 Berampu 729
4 Parbuluan 1.426
5 Sumbul 2.697
6 Silahisabungan 331
7 Silima Pungga - pungga 929
8 Lae Parira 944
9 Siempat Nempu 1.511
10 Siempat Nempu Hulu 1.550
11 Siempat Nempu Hilir 933
12 Tigalingga 1.347
13 Gunung Sitember 794
14 Pegagan Hilir 1.258
15 Tanah Pinem 1.173
T o t a l 18.361
Sumber : Petunjuk Teknis Raskin Tahun 2014
waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan sangat berperan sebagai media penularan penyakit di
antara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Berdasarkan data dari Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang Kabupaten Dairi, jumlah rumah yang ada di Kabupaten Dairi ada sebanyak 70.132 buah rumah
yang tersebar di 15 Kecamatan dalam Kabupaten Dairi, Kecamatan yang memiliki rumah relatif banyak
adalah kecamatan Sidikalang.
Tabel 2.13 Jumlah Rumah Per Kecamatan di Kabupaten Dairi
No. Nama Kecamatan Jumlah Rumah
1. Sidikalang 11.644
2. Sitinjo 2.385
3. Berampu 1.854
4. Parbuluan 4.852
5. Sumbul 9.729
6. Silahisabungan 1.420
7. Silima Pungga – pungga 3.702
8. Lae Parira 3.597
9. Siempat Nempu 4.982
10. Siempat Nempu Hulu 4.656
11. Siempat Nempu Hilir 2.904
12. Tigalingga 6.177
13. Gunung Sitember 2.602
14. Pegagan Hilir 3.804
15. Tanah Pinem 5.824
J u m l a h 70.132
Sumber : Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
Data Susenas 2008, menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga di Sumatera Utara
(80,7%) tingkat huniannya tidak padat (memenuhi syarat) dan sebagian kecil lainnya (19,3%) belum
memenuhi syarat. Bila dilihat berdasarkan jenis lantainya, pada tahun 2012, persentase rumah tangga
yang menempati rumah yang berlantai bukan tanah (marmer/keramik/tegel/semen) mencapai 87,23%,
sedangkan yg berlantai kayu/tanah sebesar 12,77%.
2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi dalam menjalankan tugas dan kewajibannya telah
menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota, yaitu dengan Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor : 06 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Dairi dan Peraturan Bupati Dairi No. 16
Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Uraian Tugas Tiap – Tiap Jabatan pada Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Dairi.
Lembaga Teknis daerah merupakan unsur pendukung yang sifatnya lebih teknis yang
kelembagaannya berbentuk badan, kantor, rumah sakit, inspektorat dan satuan polisi pamong praja. Adapun
organisasi lembaga teknis daerah kabupaten Dairi terdiri dari :
a. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa;
BAPPEDA
BADAN DINAS CIPTA DINAS KANTOR
PEMBERDAYAAN KARYA DAN TATA KESEHATAN LINGKUNGAN
MASYARAKAT RUANG HIDUP
DESA
Pencegahan,
Pengelolaan Pemberantasan Pengendalian
Bidang Bidang Pemberdayaan Lingkungan Pencemaran
Prasarana dan dan Penyehatan
Masyarkat Pemukiman Lingkungan dan Kerusakan
Tata Ruang
Kebersihan dan Pemberdayaan Lingkungan
Perumahan Kesehatan Konservasi
Masyarakat dan Sumber
daya alam dan
pengolahan B3
BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN DAIRI TAHUN 2014
Tabel 2.14
Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi
Dinas Tujuan Khalayak
No Kegiatan Tahun Pesan Kunci Pembelajaran
Pelaksana Kegiatan Sasaran
1. Pemasangan 2014 Dinas Memberi Masyarakat Agar Pembangunan
Baliho Tentang Infokom dan Penyadaran Umum masyarakat mental dan
Menjaga Perhubungan kepada sadar dan paradigma dengan
Kebersihan dan masyarakat mempunyai mengubah dulu
Kesehatan tentang kebersihan kemauan untuk perilaku
Lingkungan di 14 dan kesehatan menjaga masyarakat
Kecamatan lingkungan dengan kebersihan dan sebelum sarana
memasang baliho kesehatan fisik dibangun
di 14 Kecamatan lingkungan
kecuali Kecamatan
Silahi Sabungan
Kabupaten Dairi
2 Pemicuan Stop 2014 Dinas Menimbulkan 80 Dusun pada Untuk Masyarakat
Buang Air Besar Kesehatan kesadaran dan 29 Desa mengedukasi tidak
Sembarangan kemauan masyarakat di melakukankegia
masyarakat untuk desa yang tan BABS
membangun selama ini Terbatasmya
jamban sendiri di BABS menjadi tenaga fasilitator
rumah masing - BAB di jamban untuk pemicuan
masing keluarga yang ada di
sehingga Kabupaten Dairi
mengurangi membuat hanya
resiko akibat baru beberapa
lingkungan desa yag
seperti penyakit dilakukan
diare pemicuan agar
3. Penyuluhan 2014 Dinas Menimbulkan Cetak Buku Untuk Masyarakat
Masyarakat Pola Kesehatan kesadaran dan Sehat : 1.500 mengedukasi berperilaku hidup
Hidup Sehat kemauan set, Poster masyarakat sehat dan bersih
masyarakat untuk Kesehatan : 1 untuk
ber pola hidup paket berperilaku
sehat hidup sehat dan
bersih
4. Pemicuan Stop 2013 Dinas Menimbulkan 66 Dusun pada Kualitas hidup Masyarakat tidak
Buang Air Besar Kesehatan kesadaran dan 24 Desa masyarakat melakukankegiatan
Sembarangan kemauan desa yang BABS
masyarakat untuk dibina semakin
membangun meningkat
jamban sendiri di
rumah masing -
masing
Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Dairi Tahun 2014
Tabel 2.15