Anda di halaman 1dari 179

BAB II

BAB
II

VALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah


2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Luas Wilayah Kota Banjar berdasarkan penjelasan Undang-Undang
nomor 27 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Banjar di Provinsi
Jawa Barat adalah kurang lebih 113,49 km 2 atau 11.349 hektar.
Sementara

berdasarkan

pengukuran

pada

Peta

Rupa

Bumi

Bakosurtanal tahun 2003, luas wilayah Kota Banjar adalah 131,972


km2 atau 13.197,23 hektar. Secara administrasi, Pemerintahan Kota
Banjar terdiri atas 4 (empat) kecamatan yaitu: Kecamatan Banjar,
Purwaharja, Pataruman dan Kecamatan Langensari.
Gambar 2.1

Berdasarkan letak administrasi, Kota Banjar mempunyai batas


wilayah sebagai berikut:
Sebelah

Utara,

Berbatasan

dengan

Kecamatan

Cisaga

Kabupaten Ciamis serta Kecamatan Dayeuhluhur;


Sebelah

Timur,

Berbatasan

dengan

Kecamatan

Lakbok

Kabupaten Ciamis dan kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap


Provinsi Jawa Tengah;
Sebelah Selatan, Berbatasan dengan Kecamatan Lakbok dan
Kecamatan Pamarican kabupaten Ciamis;
Sebelah Barat, Berbatasan dengan Kecamatan Cimaragas dan
Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.
2.1.1.2 Letak dan Kondisi Geografis

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 1

BAB II

Secara geografis Kota Banjar terletak diantara 1082800 1084000 Bujur Timur dan 071930 - 072630 Lintang Selatan
(berdasarkan Peta Rupa Bumi Bakosurtanal). Kota Banjar adalah
salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat dengan
ketinggian antara 20 sampai dengan 500 meter di atas permukaan
laut serta beriklim tropis dan menjadi salah satu kawasan andalan
(yaitu kawasan yang mampu berperan mendorong pertumbuhan
ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan sekitarnya).
Sebagian besar wilayah Kota Banjar berada pada ketinggian kurang
dari 100 mdpl yaitu mencapai 87,10 persen dan sisanya sebesar
12,90 persen berada di ketinggian 100-500 mdpl. Kecamatan yang
wilayahnya berada di ketinggian 100 hingga 500 mdpl diantaranya
Kecamatan Pataruman yaitu seluas 11,83 km2 atau sekitar 21,89
persen

dari

luas

wilayah

kecamatan

tersebut.

Sedangkan

kecamatan yang seluruh permukaan wilayahnya berada pada


ketinggian kurang dari 25 mdpl adalah Kecamatan Langensari
sehingga sangat cocok sebagai daerah basis pertanian dengan
irigasi teknis yang memadai.
Tingkat kesuburan tanah Kota Banjar pada umumnya tergolong
sedang (baik) dengan tekstur tanah sebagian besar halus dengan
jenis tanah alufial kecuali Kecamatan Langensari selain memiliki
jenis tanah alufial juga berjenis tanah podsonik merah kuning meski
tidak mempengaruhi tingkat kesuburannya.
2.1.1.3 Kondisi Tofografi
Bentangan morfologi/topografi wilayah Kota Banjar bervariasi sejak
dari puncak perbukitan hingga hamparan dataran. Ketinggian Kota
Banjar berkisar antara 0 - 500 mdpl. Posisi tertinggi di atas
permukaan laut adalah puncak bukit Gunung Sangkur, dengan
ketinggian +356 mdpl, sementara posisi terendah adalah di bagian
timur di tepi Sungai Citanduy (Desa Waringinsari Kecamatan
Langensari), dengan ketinggian +16 m dpl.
Ada

kompleks

perbukitan

yang

utama,

dan

sejumlah

perbukitan/bukit minor (yang lebih kecil). Komplek perbukitan


utama yang pertama adalah komplek perbukitan Gunung Sangkur,
yang terletak di Kecamatan Pataruman, dan terdiri atas beberapa
puncak bukit, yaitu : Gunung Sangkur (+356 m), Pasir Huni (+227
m), Pasir Sireum (+226 m), Pasir Cabe (+251 m), Pasir Batukarut
(+253 m), dan lainnya. Komplek perbukitan utama yang kedua

II - 2

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

adalah komplek perbukitan Gunung Babakan, yang terletak di


Kecamatan Purwaharja, dengan puncaknya yaitu Gunung Babakan
(+243 m).
Beberapa bukit/perbukitan minor, terutama terletak di Kecamatan
Pataruman dan Kecamatan Banjar, serta sedikit di Kecamatan
Langensari bagian barat. Perbukitan minor yang terdapat di
Kecamatan Pataruman antara lain adalah:
Pasir Tumpeng (perbatasan Kelurahan Hegarsari Kelurahan Pataruman);
Pasir Jengkol/Pasir Loklok (Kelurahan Pataruman);
Pasir Leutik (Kelurahan Pataruman);
Bukit-bukit di Kampung Pananjung (Desa Sinartanjung);

Bukit-bukit di Kampung Cibuntu (perbatasan Desa Sinartanjung


Desa

Rejasari

dan

Kelurahan

Bojongkantong

Kecamatan

Langensari);
Bukit di sebelah selatan PT Alba (Desa Batulawang).
Perbukitan minor di Kecamatan Banjar antara lain adalah :
Pasir Riunggunung (Desa Binangun);
Pasir Batugending/Pasir Semir (Desa Binangun);
Bukit di sebelah selatan Kampung Pamongkoran (Desa Binangun);
Pasir Tugel/Pasir Pugag (Desa Balokang dan Desa Cibeureum).
Sementara bukit minor di Kecamatan Langensari bagian barat
adalah Bukit-bukit di perbatasan Desa Rejasari dengan Desa
Sinartanjung,

dan

Bukit

di

Kampung

Bojongsari

(Kelurahan

Bojongkantong).
Selain perbukitan tersebut di atas, bentang morfologi/topografi
yang cenderung merupakan kelerengan atau kemiringan yang
cukup signifikan adalah bentang memanjang dengan kelerengan
sampai sekitar 30 % yang relatif paralel dengan Sungai Ciseel
Sungai Cikembang Sungai Cimaragas, yang terletak di Desa-Desa
Binangun,

Neglasari,

morfologi/topografi

dan

Kelurahan

selanjutnya

adalah

Situbatu.

Bentangan

kompleks

lahan

bergelombang yang diselingi datar setempat-setempat. Bentang


morfologi ini relatif tersebar, yang antara lain terdapat di :
Kelurahan Situbatu, Neglasari, Cibeureum, dan Balokang Kecamatan
Banjar;
Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja;
Desa Binangun, Batulawang, Karyamukti Kecamatan Pataruman.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 3

BAB II

Bentangan morfologi datar relatif tersebar di wilayah Kota Banjar,


dan yang menonjol terdapat di :

Desa Balokang, Desa Cibeureum, Kelurahan Banjar, Kelurahan


Mekarsari di Kecamatan Banjar;

Kelurahan Hegarsari, Kelurahan Pataruman, Desa Sinartanjung di


Kecamatan Pataruman;

Desa

Mekarharja,

Desa

Raharja,

Kelurahan

Purwaharja

di

Kecamatan Purwaharja;

Desa Kujangsari, Kelurahan Bojongkantong, Desa Rejasari, Desa


Langensari, Kelurahan Muktisari, Desa Waringinsari di Kecamatan
Langensari.

2.1.1.4 Kondisi Geologi


Aspek fisik dasar wilayah selanjutnya yang diperhatikan adalah
aspek geologi. Sebaran batuan secara geologis di Kota Banjar yang
menonjol adalah :

Alluvium, yang tersebar di wilayah Kota Banjar, yaitu pada

bagian wilayah dengan morfologi datar;


Batuan beku bersusunan andesit berupa lava, breksi aliran,
sumbat gunung api, yaitu pada bagian wilayah yang merupakan
perbukitan utama (komplek Gunung Sangkur dan komplek
Gunung
Tumpeng,

Babakan)
Pasir

dan

Jengkol,

sebagian
Pasir

perbukitan

Leutik,

Pasir

minor
Gembok,

(Pasir
dan

perbukitan Mandalareh-Cadasgantung);
Endapan lahar, yaitu di sebelah barat komplek Gunung Babakan,
pada morfologi bergelombang di Kecamatan Purwaharja bagian

barat;
Formasi Tapak, terdiri dari batupasir kehijauan kasar (bawah),
batupasir dengan sisipan napal (atas), yaitu di bagian barat dan
selatan wilayah Kota Banjar di Kecamatan Banjar dan Kecamatan
Pataruman pada morfologi perbukitan minor dan bergelombang.

Dari struktur geologi penting dikemukakan bahwa di wilayah Kota


Banjar diidentifikasikan adanya kelurusan diperkirakan dan sesar
geser dengan arah relatif tenggara barat laut yang melintasi sisi
timur komplek Gunung Sangkur dan sisi timur komplek Gunung
Babakan.
2.1.1.5 Kondisi Hidrologi
Pola aliran air menunjukkan arah aliran yang masing-masing
menuju ke sungai-sungai utama yang melintasi dan di sekitar

II - 4

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

wilayah Kota Banjar, yang selanjutnya dapat disebut sebagai sistem


hidrologi/aliran air wilayah. Batas area tangkapan (catchment area)
antara

sistem

hidrologi/aliran

air

tersebut

adalah

gugusan

punggungan perbukitan dan khusus di tepi Sungai Citanduy ada


juga yang dibatasi oleh tanggul Sungai Citanduy. Secara umum
penjelasan cakupan area masing-masing sistem tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :

Sistem Citanduy, yaitu arah aliran hidrologi/aliran air yang


menuju langsung ke Sungai Citanduy, yang areanya mencakup :
bagian sebelah barat Kecamatan Purwaharja dan yang dibatasi
tanggul Sungai Citanduy, sebagian besar Kecamatan Banjar di
sebelah utara, sebagian kecil Kecamatan Pataruman bagian
barat dan yang dibatasi tanggul Sungai Citanduy, sebagian kecil
Kecamatan Langensari yaitu yang dibatasi tanggul Sungai
Citanduy.

Sistem Cijolang, yaitu arah aliran hidrologi/aliran air yang


menuju ke Sungai Cijolang melalui Sungai Citapen dan yang
dibatasi tanggul Sungai Cijolang, yang areanya mencakup :
sebagian sebelah timur dan utara Kecamatan Purwaharja.

Sistem

Ciseel-Cikembang-Cimaragas,

yaitu

arah

aliran

hidrologi/aliran air yang menuju langsung ke Sungai CiseelCikembang-Cimaragas

di

sebelah

selatan,

yang

areanya

mencakup : sebagian kecil Kecamatan Banjar di bagian selatan


(sebagian

Kelurahan

Situbatu dan Neglasari), sebagian kecil

Kecamatan Pataruman bagian selatan (sebagian Desa Binangun,


Batulawang).

Sistem Cilisung, yaitu arah aliran hidrologi/aliran air yang


menuju ke Sungai Cilisung yang selanjutnya ke Ciseel/Citanduy di
bagian hilir di luar wilayah Kota Banjar, yang areanya mencakup :
sebagian terbesar Kecamatan Langensari, sebagian Kecamatan
Pataruman bagian timur.

2.1.1.6 Kondisi Klimatologi


Curah hujan yang terdapat di Kota Banjar cukup tinggi, yaitu
berkisar antara 250 400 mm/tahun dan beriklim tropis. Curah
hujan yang terdapat di Kota Banjar pada umumnya sedang dengan
hari hujan relatif sedikit. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan
Umum Kota Banjar, pada Tahun 2011 tercatat rata-rata curah hujan
dalam setahun mencapai 408,4 milimeter. Curah hujan pada tahun

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 5

BAB II

2011 secara umum menunjukkan peningkatan yang cukup besar


bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2009, yang mencapai
rata-rata 235,7mm. Intensitas curah hujan di Kota Banjar sepanjang
tahun 2011 terlihat bahwa curah hujan di wilayah ini tinggi yang
terjadi bulan Januari dan berangsur menurun pada pertengahan
tahun 2011, sementara bulan Desember merupakan puncaknya
yang mencapai angka 574mm.
Tingginya intensitas curah hujan sangat membantu usaha sektor
pertanian yang mengandalkan ketersediaan air yang cukup untuk
menanam padi dan palawija, serta tanaman hortikultura (sayuran
dan buah-buahan). Walaupun demikian, curah hujan yang tinggi
ternyata menjadi dilema pula bagi sebagian masyarakat Kota
Banjar yang tinggal di lereng-lereng perbukitan dan sepanjang
aliran Sungai Citanduy. Mereka senantiasa didera rasa was-was
karena bencana longsor dapat mengintai setiap saat dan sulit
diduga.
Oleh karena itu, upaya preventif selayaknya terus dilakukan untuk
menghindari kejadian bencana yang lebih besar dan merugikan.
Salah satunya adalah memberikan informasi yang cukup pada
masyarakat

tentang

titik-titik

wilayah

rawan

bencana

dan

ketersediaan lembaga tanggap bencana di tiap-tiap desa/kelurahan


mutlak pula diperlukan.
2.1.1.7 Penggunaan Lahan dan Potensi Pengembangan Wilayah
1) Penggunaan lahan, antara lain terdiri dari:
a) Kawasan lindung
b) Kawasan budidaya
2) Kawasan lindung di Kota Banjar meliputi :
a)kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;
Kawasan

yang

memberikan

perlindungan

bawahannya di Kota Banjar adalah

kawasan

kawasan resapan

airyang terdapat di Kecamatan Pataruman dan Kecamatan


Banjar. Pengelolaan kawasan resapan air di Kota Banjar
direncanakan meliputi:

pemantapan fungsi lindung;

perlindungan fungsi ekologis dan hidrologis kawasan resapan air;


dan

melakukan rehabilitasi kawasan resapan air.


b)kawasan perlindungan setempat;

II - 6

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

Kawasan perlindungan setempat di Kota Banjar meliputi,


sempadan sungai dan sempadan situ. Kawasan sempadan
sungai terdiri atas sungai Citanduy beserta anak sungainya,
sungai Ciseel beserta anak sungainya, dan sungai Cijolang
beserta

anak

sungainya.

Sempadan

situ

terdiri

atas

sempadan Situ Mustika di Kecamatan Purwaharja

dan

sempadan Situ Leutik di Kecamatan Banjar. Pengelolaan


sempadan sungai diarahkan untuk :

perlindungan dan penguatan dinding pembatas sungai;

mengembalikan fungsi ekologis dan hidrologis sempadan


sungai di seluruh wilayah kota secara bertahap; dan

pengembangan jalan inspeksi.

Pengelolaan sempadan situ diarahkan untuk :

perlindungan dan penguatan dinding pembatas situ;

penghijauan sempadan situ sebagai perlindungan fungsi


ekologis dan hidrologis; dan

pengembangan jalan inspeksi.

c) ruang terbuka hijau;


Rencana ruang terbuka hijau kota terdiri dari ruang terbuka
hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
Ruang terbuka hijau publik di Kota Banjar, meliputi :

ruang terbuka hijau taman, terdapat di setiap kecamatan


dengan alokasi terpadu dengan area pusat pelayanan
kecamatan;

ruang terbuka hijau tempat pemakaman (TPU);

ruang terbuka hijau sempadan jalan;

ruang terbuka hijau sempadan sungai; dan

ruang terbuka hijau hutan kota.

Ruang terbuka hijau kota di Kota Banjar, meliputi :

ruang terbuka hijau pekarangan rumah; dan

halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha.

Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka


hijau, meliputi :

mempertahankan luasan dan kualitas RTH eksisting;

membangun taman kota di pusat kota dan subpusat kota;

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 7

BAB II

membangun lapangan olah raga di setiap sub pusat kota


dengan jumlah dan luasan sesuai ketentuan berlaku; dan
bekerjasama
Pemerintah

dengan
pusat,

lembaga
Pemerintah

pemerintah
Provinsi

baik

maupun

Pemerintah Kota, lembaga penelitian, perguruan tinggi,


pihak swasta dan masyarakat dalam perwujudan RTH
publik.
d)kawasan cagar budaya; dan
Kawasan Cagar Budaya di Kota Banjar, meliputi :

Situs Batu Peti di Desa Sukamukti Kecamatan Pataruman;

Situs Rawa Onom di Kelurahan Purwaharja Kecamatan


Purwaharja;

Situs

Rajegwesi

di

Desa

Sinartanjung

Kecamatan

Pataruman;

Situs Pulo Majeti di Kelurahan Purwaharja Kecamatan


Purwaharja;

Makam Tambakbaya di Desa Sinartanjung Kecamatan


Pataruman;

Makam Cikabuyutan di Kelurahan Hegarsari Kecamatan


Pataruman;

Tugu/Menara

Pompa

Air

di

Kompleks

Pasar

Banjar

Patroman;

Kantor Lama Walikota (Pendopo) di Kelurahan Banjar;

Stasiun Besar Kereta Api di Kelurahan Hegarsari Dan


Terowongan Kereta Api Santiong di Desa Binangun;

Kampung Budaya Lembah Pajamben di Desa Binangun


Kecamatan Pataruman;

Gedong

Opat

di

Kelurahan

Hegarsari

Kecamatan

Pataruman; dan

Gedong Dalapan di Kelurahan Hegarsari Kecamatan


Pataruman.

Kawasan Cagar Budaya di Kota Banjar diharapkan untuk


mempertahankan karakteristik bangunan dan lingkungan
sekitarnya serta merevitalisasi kawasan cagar budaya.
Rencana pengembangan kawasan budidaya di Kota Banjar
meliputi :

II - 8

Kawasan peruntukan perumahan;

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

Kawasan peruntukan hutan produksi;

Kawasan peruntukan industri;

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;

Kawasan peruntukan perkantoran;

Kawasan peruntukan pariwisata;

Kawasan peruntukan sektor informal;

Kawasan peruntukan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH);

Kawasan peruntukan evakuasi bencana;

Kawasan peruntukan pertanian;

Kawasan peruntukan perikanan budi daya;

Kawasan peruntukan fasilitas pendidikan;

Kawasan peruntukan fasilitas kesehatan;

Kawasan peruntukan fasilitas peribadatan; dan

Kawasan pertahanan dan keamanan negara.

Kawasan peruntukan perumahan kepadatan tinggi,


meliputi Kelurahan Banjar, Kelurahan Mekarsari, Kelurahan
Pataruman, Kelurahan Hegarsari, Kelurahan Bojongkantong,
Kelurahan

Muktisari,

Kelurahan

Purwaharja,

Kelurahan

Karangpanimbal, Desa Balokang Bagian Tenggara, Desa


Cibeureum Bagian Tengah, Desa Jajawar Bagian Barat, Desa
Neglasari Bagian Barat, Desa Mekarharja, Desa Raharja,
Desa Langensari, Desa Waringinsari, dan Desa Rejasari.
Perumahan kepadatan sedang, meliputi Desa Balokang
Bagian Utara, Desa Jajawar Bagian Tengah, Desa Neglasari
Bagian Selatan, Desa Binangun, Desa Sukamukti, Kelurahan
Purwaharja,

Desa

Sinartanjung

Bagian

Selatan,

Desa

Mulyasari Bagian Utara dan Timur, Desa Batulawang, Desa


Neglasari, dan Desa Pataruman; dan
Perumahan kepadatan rendah, meliputi Desa Neglasari
Bagian

Selatan,

Desa

Balokang

Bagian

Tenggara, Kelurahan Situbatu, Kelurahan

Selatan

dan

Bojongkantong

Bagian Barat laut, dan Desa Karyamukti.


Pengembangan

kawasan

perumahan

kepadatan

tinggi

terdiri atas :

peningkatan kualitas prasarana lingkungan perumahan


(sistem pengelolaan limbah cair domestik dan sistem

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 9

BAB II

penanganan

persampahan)

dan

penyediaan

ruang

terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau;

peningkatan kualitas hunian di kawasan perumahan


melalui pembangunan secara vertikal;

menyediakan

prasarana

dan

sarana

umum

dengan

proporsi 20 % (dua puluh persen) dari keseluruhan luas


lahan perumahan; dan

menetapkan koefisien dasar bangunan maksimal 80%


dalam setiap pembangunan kawasan perumahan.

Pengembangan kawasan perumahan kepadatan sedang


terdiri atas :

peningkatan kualitas prasarana lingkungan perumahan


dan penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka
non hijau;

menyediakan

prasarana

dan

sarana

umum

dengan

proporsi 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan luas


lahan perumahan;

menetapkan koefisien dasar bangunan maksimal 60%


dalam setiap pembangunan kawasan perumahan; dan

mewajibkan bagi para pengembang perumahan untuk


menyediakan

sumur/

kolam

resapan

bagi

setiap

pembangunan kawasan perumahan.

Pengembangan kawasan perumahan kepadatan rendah


terdiri atas :

peningkatan kualitas prasarana lingkungan perumahan


dan penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka
non hijau;

menyediakan

prasarana

dan

sarana

umum

dengan

proporsi 60% (enam puluh persen) dari keseluruhan luas


lahan perumahan;

menetapkan koefisien dasar bangunan maksimal 40%


dalam setiap pembangunan kawasan perumahan; dan

mewajibkan bagi para pengembang perumahan untuk


menyediakan

sumur/

kolam

resapan

bagi

setiap

pembangunan kawasan perumahan.


Kawasan peruntukan hutan produksi hutan produksi di
Kecamatan Purwaharja seluas kurang lebih 418,82 hektar,
di Kecamatan Pataruman seluas kurang lebih 506,99 hektar

II - 10

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

dan di Kecamatan Langensari seluas kurang lebih 84,01


hektar.
Kawasan Peruntukan industri di Kota Banjar, meliputi:

kawasan industri dan pergudangan; dan

pengembangan industri kecil dan rumah tangga.

Pengembangan kawasan

industri ditetapkan sebagai

berikut :

mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro


sesuai komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan
pasar (agroindustri dan agrobisnis);

mengembangkan industri pengolahan berbasis agro di


Kecamatan Langensari dan Kecamatan Pataruman;

mengarahkan lokasi untuk kawasan industri di Desa


Sinartanjung

Kecamatan

Pataruman,

kawasan

pergudangan di Desa Langensari Kecamatan Langensari


dan Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman;

mengendalikan kegiatan industri yang telah ada dari


dampak polusi dan lalu lintas. (mengendalikan dan
pencegahan pencemaran dan atau kerusakan komponen
lingkungan hidup dari dampak kegiatan industri yang
telah ada);

mewajibkan kepada kegiatan industri yang baru untuk


membuat dokumen lingkungan hidup sebagai

arahan

dalam hal upaya pengelolaan dan pemantauan terhadap


kualitas lingkungan hidup; dan

membuat

Kajian

Lingkungan

Hidup

Strategis

untuk

kawasan industri untuk melihat kapasitas daya dukung


dan

daya

tampung

lingkungan

hidup,

prakiraan

mengenai dampak dan resiko lingkungan hidup, efisiensi


pemanfaatan sumber daya alam, tingkat kerentanan dan
kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim dan tingkat
ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Kawasan

Industri dan pergudangan di Kota Banjar antara

lain :

kawasan industri di Kecamatan Pataruman seluas kurang


lebih 100 Hektar;

kawasan industri di Kecamatan Banjar seluas kurang


lebih 70,38 Hektar;

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 11

BAB II

kawasan industri di Kecamatan Purwaharja seluas kurang


lebih 20,00 Hektar; dan

kawasan industri di Kecamatan Langensari seluas kurang


lebih 25,42 Hektar.

Rencana pengembangan Industri Kecil dan rumah


tangga di Kota Banjar, meliputi:

mempertahankan dan mengembangkan industri kecil


yang berkembang di perumahan dengan syarat tidak
menimbulkan dampak negatif; dan

menata industri kecil di Desa Langensari, Desa Neglasari,


Desa

Cibeureum,

Desa

Balokang,

dan

Kelurahan

Purwaharja.

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa di Kota


Banjar meliputi:

pasar tradisional;

pusat perbelanjaan modern;

toko modern; dan

perdagangan dan jasa lainnya.

Rencana pengembangan pasar tradisional di Kota Banjar


meliputi :

pengembangan

kegiatan

pasar

agro

di

Kecamatan

Pataruman dan Kecamatan Langensari;

peningkatan kualitas Pasar Bojongkantong dan Pasar


Batulawang; dan

peningkatan kualitas pasar skala pelayanan regional


dan/atau kota di Pasar Banjar Patroman.

Rencana

pengembangan

pusat

perbelanjaan

modern,

meliputi :

pengembangan kawasan pusat perbelanjaan berkualitas


regional pada koridor jalan arteri yaitu sepanjang Jalan
Brigjen M. Isya, Jalan Siliwangi, Jalan Letjen Suwarto dan
Jalan Batulawang;

pengembangan pusat perbelanjaan supermarket di setiap


pusat pelayanan kota, sub pusat pelayanan kota dan
pusat lingkungan; dan

pengembangan pusat perbelanjaan direncanakan secara


terpadu

II - 12

dengan

kawasan

sekitarnya

dan

wajib

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

memperhatikan

kepentingan

semua

pelaku

sektor

perdagangan dan jasa termasuk pedagang informal atau


kegiatan sejenis lainnya.
Rencana pengembangan toko modern, meliputi

di Jalan

Didi Kartasasmita dan Jalan Husen Kartasasmita, rencana


pengembangan perdagangan dan jasa lainnya meliputi
pengembangan jasa pameran (exhibition center) dan jasa
pertemuan

(convention

Kelurahan

Mekarsari

meningkatkan

dan

center)
dan

di

Desa

Kelurahan

mengarahkan

Langensari,

Banjar

untuk

pengembangan

jasa

penginapan di pusat kota dan sub pusat kota.


Kawasan peruntukan di Kota Banjar, terdiri atas :

kawasan peruntukan perkantoran pemerintahan; dan

kawasan peruntukan perkantoran swasta.

Kawasan

peruntukan

perkantoran

pemerintahan,

meliputi :

pengembangan

kawasan

peruntukan

perkantoran

Pemerintah Kota di Kecamatan Purwaharja, Kecamatan


Pataruman dan Kecamatan Banjar;

peningkatan

kawasan

peruntukan

perkantoran

pemerintah skala kelurahan dan kecamatan di setiap


kecamatan; dan

penyediaan ruang terbuka publik di kawasan peruntukan


perkantoran pemerintahan.

Kawasan peruntukan perkantoran swasta , meliputi:

pengembangan kegiatan perkantoran swasta di Kota


Banjar; dan

kawasan peruntukan perkantoran swasta kecil dapat


berlokasi
kawasan

di

kawasan

lainnya

peruntukan

dengan

perumahan

memperhatikan

atau
akses

pelayanan.
Rencana pengembangan kawasan peruntukan perkantoran,
meliputi :

penataan kawasan perkantoran di pusat kota;

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 13

BAB II

penambahan kawasan perkantoran baru skala kota di


Kecamatan

Banjar,

Purwaharja

Pataruman,

dan

Kecamatan Langensari; dan

mendorong penciptaan RTH di kawasan perkantoran.

Kawasan peruntukan pariwisata, meliputi :

pengembangan dan peningkatan wisata air di Sungai


Citanduy,

Situ

Kecamatan

Mustika

Purwaharja

di

Kelurahan

dan

Situ

Purwaharja

Leutik

di

Desa

Waterpark

di

Cibeureum Kecamatan Banjar;

pengembangan

dan

peningkatan

Lingkungan Parunglesang Kelurahan Banjar;

pengembangan dan peningkatan wisata kuliner

dan

belanja di Pusat Kota dan Doboku;

pengembangan dan Peningkatan wisata agro di Desa


Batulawang dan di Desa Binangun (Santiong);

pengembangan dan peningkatan wisata religi di Rawa


Onom Kecamatan Purwaharja; dan

Kawasan peruntukan ruang sektor informal di Kota Banjar,


meliputi :

jalan Dr. Husen Kartasasmita;

Desa Karyamukti dan Desa Mekarharja; dan

jalan R. Hamara Efendi, kawasan alun-alun Kota Banjar,


Alun-alun Langensari, jalan Barisan Keamanan Rakyat,
dan jalan Dr. Didi Kartasasmita serta disetiap lokasi
perkantoran dan sekolah.

pengembangan

kawasan

peruntukan

sektor

informal

diarahkan melalui :

menempatkan

sektor

informal

di

lokasi

yang

direncanakan;

menata kawasan yang dimanfaatkan untuk kegiatan


sektor informal;

membatasi pemanfaatan ruang terbuka publik untuk


kegiatan sektor informal dengan pembatasan area dan
pengaturan waktu berdagang;

mengoptimalkan

fungsi

pasar

untuk

mengakomodir

kebutuhan ruang sektor informal; dan

II - 14

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

mewajibkan setiap pengembang mengalokasikan ruang


untuk kegiatan sektor informal.

Kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau, meliputi :

pelataran

parkir

depan

alun-alun

Kota

Banjar

di

Kecamatan Banjar;

alun-alun Langensari di Kecamatan Langensari; dan

kawasan Terminal Kota Banjar berupa pelataran terbuka


seluas kurang lebih 2 hektar.

Kawasan parkir yang terdapat di wilayah kota meliputi


pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa, pariwisata, dan
pemerintahan.
Rencana

pengembangan

kawasan

peruntukan

ruang

terbuka non hijau, melalui :

menata kembali RTNH yang telah mengalami degradasi


secara fungsi ataupun kualitas ruang;

mengoptimalkan

pemanfaatan

RTNH

untuk

kegiatan

sosialisasi masyarakat; dan

mengembangkan

RTNH

di

kawasan

komersial,

perkantoran, dan perumahan yang dapat dimanfaatkan


sebagai tempat berinteraksi masyarakat.
Ruang peruntukan evakuasi bencana, terdiri atas :

kantor Kecamatan, alun-alun Kota Banjar, Mesjid Agung


Kota Banjar di Kecamatan Banjar;

kantor

Kecamatan,

Puskesmas

Pataruman,

Sekolah

Tinggi, di Kecamatan Pataruman;

kantor

Kecamatan,

Puskesmas

Purwaharja

di

Kecamatan Purwaharja; dan

kantor Kecamatan, alun-alun Langensari, dan Lapangan


Sepakbola di Kecamatan Langensari.

Rencana pengembangan kawasan peruntukan evakuasi,


diarahkan melalui:

menyediakan jalur evakuasi bencana yang terjangkau


oleh kendaraan roda empat pada wilayah-wilayah rawan
bencana untuk

menjamin keamanan dan keselamatan

pengungsi;

meningkatkan

kapasitas

kelembagaan

dan

aparatur

penanggulangan bencana; dan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 15

BAB II

menyediakan

prasarana

sarana

penunjang

proses

evakuasi bencana.
Penyediaan ruang dan jalur evakuasi bencana secara rinci
diatur dalam Peraturan Walikota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Kawasan peruntukan pertanian, meliputi :

kawasan pertanian hortikulture;

kawasan pertanian perkebunan;

kawasan pertanian tanaman pangan; dan

kawasan peternakan.

Kawasan pertanian hortikulture memiliki luas 3.249 Hektar.


Kawasan pertanian perkebunan berupa pertanian lahan
kering
Kawasan

pertanian

tanaman

pangan

Rencana

pengembangan tanaman pangan , diarahkan pada :

mempertahankan

pertanian

lahan

basah

sawah

beririgasi; dan

rehabilitasi kawasan pertanian.

Rencana pengembangan kawasan perternakan meliputi:

lingkungan Cipadung di Kelurahan Purwaharja, Desa


Waringinsari,

dan

Kelurahan

Bojongkantong

untuk

pengembangan kawasan ternak sapi, ternak ungags


(bebek dan itik);

desa

Karyamukti,

Sukamukti,

Binangun,

dan

Desa

Balokang untuk pengembangan ternak domba dan ayam


buras; dan

kelurahan Bojongkantong dan Kelurahan Muktisari untuk


pengembangan kawasan ternak kambing dan itik.

Kawasan

peruntukan

perikanan

kawasan

peruntukan

perikanan budidaya.
Rencana kawasan peruntukan perikanan budidaya .
Pengembangan

kawasan

pendidikan

berupa

rencana

pengembangan kawasan pendidikan tinggi di seluruh Kota.


Pengembangan kawasan pendidikan, meliputi:

peningkatan kualitas kawasan pendidikan di Pusat Kota,


Sub Pusat Kota dan Pusat Lingkungan melalui pengaturan
kawasan dan penataan lingkungan;

II - 16

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

pengembangan danpeningkatan status pendidikan tinggi


di Pusat Kota yang diarahkan dengan pengintegrasian
prasarana pendukungnya berupa asrama mahasiswa,
kegiatan komersial pendukung kegiatan pendidikan dan
RTH dalam satu kawasan; dan

merelokasi prasarana dan sarana pendidikan yang tidak


mampu menyediakan prasarana, sarana dan parkir yang
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kawasan peruntukan fasilitas kesehatan, meliputi :

peningkatan Rumah Sakit Tipe A di Kota Banjar;

peningkatan kualitas dan kuantitas Rumah Sakit tipe C


dan B di Kota Banjar; dan

rencana

peningkatan

Puskesmas

Non

DTP

menjadi

Puskesmas DTP di Kecamatan Pataruman;

rencana peningkatan Puskesmas DTP menjadi Rumah


Sakit;

rencana penyediaan puskesmas yang tersebar di seluruh


wilayah kota.

Kawasan peruntukan fasiltas peribadatan, meliputi :

pengembangan

prasarana

dan

sarana

peribadatan

dengan memperhatikan ketersediaan lahan yang layak,


memperhitungkan kebutuhan umat dan keharmonisan
antar umat beragama; dan

penyediaan fasilitas parkir sesuai hierarki dan ketentuan


yang berlaku.

Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan meliputi :

Pangkalan Udara TNI AU Langensari;

Batalyon 323 Raider BP di Kecamatan Purwaharja;

Koramil Banjar dan Langensari; dan

Polres, Polsek, dll

Rencana pengembangan kawasan peruntukan pertahanan


dan keamanan negara

diarahkan melalui larangan alih

fungsi lahan RTH di kawasan pertahanan dan keamanan


menjadi fungsi lain.
2.1.1.8 Wilayah Rawan Bencana

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 17

BAB II

Berdasarkan karakteristik wilayah di Kota Banjar maka lokasi


daerah rawan bencana alam meliputi :

Banjir pada umumnya meliputi wilayah Kecamatan Purwaharja,


Pataruman dan Langensari;

Longsor pada umumnya meliputi wilayah kecamatan Pataruman,


Banjar.

Patahan terdapat pada Kecamatan Purwaharja.

Kawasan rawan bencana di Kota Banjar meliputi :

Kawasan rawan bencana alam; dan

Kawasan rawan bencana lainnya.

Kawasan rawan bencana alam di Kota Banjar meliputi :

Kawasan rawan longsor;

Kawasan rawan banjir; dan

Kawasan rawan patahan aktif.

Kawasan rawan bencana lainnya, meliputi :

Kawasan rawan kebakaran; dan

Kawasan rawan kegagalan teknologi.

Rencana

pengelolaan ruang Kawasan rawan bencana secara

umum dilaksanakan melalui:

Pengurangan

dampak bencana karena bencana alam dan

bencana lainnya;

Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik,


jenis dan ancaman bencana;

Pengurangan dampak bencana melalui penentuan lokasi dan


jalur evakuasi dari permukiman penduduk dan pusat-pusat
kegiatan perkotaan;

Pengurangan

dan

pengendalian

pemanfaatan

ruang

bagi

kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya; dan

Pelaksanaan rekayasa teknik dan penyediaan fasilitas guna


mengantisipasi terjadinya bencana.

Kawasan rawan bencana longsor di Kota Banjar meliputi:

Kelurahan Karangpanimbal Kecamatan Purwaharja;

Kelurahan Situbatu, Desa Neglasari (Cikapundung)

Kecamatan

Banjar; Dan

II - 18

Desa Batulawang, Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana longsor dilakukan,


melalui :

menetapkan tingkat bahaya gerakan tanah dan longsor pada


masing-masing kawasan;

memindahkan bangunan dan atau rumah di kawasan rawan


gerakan tanah dan longsor; dan

menetapkan kawasan rawan gerakan tanah dan longsor sebagai


ruang terbuka hijau.

Kawasan rawan bencana banjir di Kota Banjar, meliputi:

Kelurahan Karangpanimbal dan Desa Mekarharja Kecamatan


Purwaharja; dan

Desa Langensari Kecamatan Langensari, Desa Binangun, dan


Desa Batulawang di Kecamatan Pataruman.

Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana banjir dilakukan


melalui :

Menetapkan tingkat bahaya banjir per masing-masing kawasan;

Memindahkan bangunan dan atau rumah yang ada di kawasan


rawan banjir permanen;

Melakukan perlindungan dan penataan fungsi daerah resapan


yang ada di sekitar lokasi rawan banjir untuk meningkatkan
infiltrasi air larian (run off) ke dalam tanah;

Membuat kanal pengendali banjir; dan

Melakukan normalisasi saluran drainase dan sungai.

Kawasan

rawan

bencana patahan aktif

terdapat di Kelurahan

Purwaharja Kecamatan Purwaharja dan Desa Binangun Kecamatan


Pataruman. Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana patahan
aktif dilakukan melalui :

menetapkan tingkat bahaya rawan bencana patahan aktif;

memindahkan bangunan dan/ atau rumah di kawasan rawan


bencana patahan; dan

menetapkan kawasan-kawasan rawan gerakan tanah dan longsor


sebagai ruang terbuka hijau.

Kawasan rawan kebakaran, meliputi :

kawasanpenanggulangankebakaran di kota;

kawasan penanggulangan kebakaran di lingkungan; dan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 19

BAB II

kawasan

penanggulangan

kebakaran

di

bangunan

gedung

termasuk ketentuan mengenai satuan relawan kebakaran, serta


pembinaan dan pengendaliannya.
Kawasan rawan kegagalan teknologi di Kota Banjar, meliputi :

kawasan yang berada didekat instalasi militer;

kawasan disekitar gardu listrik;

kawasan disekitar depo bahan bakar; dan

kawasan yang diidentifikasi ada penerapan rekayasa tenologi


dan berpotensi bencana.

Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana kegagalan teknologi


dilakukan melalui:

pengaturan pemanfaatan lahan pada kawasan rawan kegagalan


teknologi melalui penerapan rekayasa teknologi; dan

penerapan fungsi sistem deteksi dan peringatan dini pada


kawasan rawan kegagalan teknologi.

2.1.1.9 Profil Demografi


Menurut data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Banjar, jumlah penduduk Kota Banjar tahun 2013 tercatat sebanyak
187.183 jiwa dengan rincian sebanyak 94.416 jiwa penduduk
berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 92.767 jiwa berjenis
kelamin perempuan, sehingga angka sex ratio (perbandingan
penduduk laki-laki dan perempuan) mencapai sebesar 101,78.
Artinya, dari 100 penduduk perempuan di Kota Banjar terdapat 101
penduduk laki-laki.
Gambar 2.2
Perkembangan Sex Ratio Penduduk Di Kota Banjar Tahun 2009-2013

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banjar

Perkembangan sex ratio penduduk di Kota Banjar yang selalu lebih


dari 100 mulai tahun 2009 sampai 2013 menunjukkan bahwa
pertambahan penduduk laki-laki yang tercatat dalam administrasi

II - 20

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

kependudukan lebih dominan dibandingkan dengan penduduk


perempuan. Dari sisi kelahiran misalnya, penduduk yang lahir
dalam kurun waktu 2009-2013 ternyata lebih banyak berjenis
kelamin laki-laki dibandingkan perempuan, pada tahun 2009
misalnya persentasenya mencapai sebesar 52,20 persen kemudian
melambat menjadi 52,00 persen di tahun 2010, dan meningkat lagi
di tahun 2011 menjadi 52,04 persen dan sedikit melambat di tahun
2012 menjadi 51,72 persen. Sementara untk tahun 2013 sendiri
menurun menjadi 48,63 persen.
Sementara

itu,

distribusi

penduduk

menurut

kecamatan,

kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya adalah


Kecamatan Pataruman, yaitu mencapai sebanyak 57.410 jiwa atau
mencapai 30,67 persen dari total penduduk Kota Banjar, disusul
oleh Kecamatan Banjar yang mencapai sebanyak 53.939 jiwa
(28,82 persen), Kecamatan Langensari 53.490 jiwa (28,58 persen)
dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Purwaharja, yaitu
sebanyak 22.334 jiwa (11,93 persen).

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 21

BAB II

Gambar 2.3
Perkembangan Kelahiran dan kematian Penduduk
Kota Banjar Tahun 2009-2013

Sumber: Dinas Kependudukan dan CapilKota Banjar

Mencermati konstruksi piramida penduduk Kota Banjar tahun 2013


terlihat bahwa panjang batang penduduk usia muda (0-4) tahun
relatif lebih pendek dibandingkan dengan kelompok usia penduduk
diatasnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelahiran semakin
terus

menurun

ditiap

generasinya,

sehingga

upaya-upaya

pemerintah dalam menggalakkan program KB masih terus berjalan


walaupun

relatif

tersendat

semenjak

era

reformasi.

Upaya

menurunkan tingkat kelahiran dan menekan angka kematian pada


bayi dan balita sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup
penduduk selanjutnya.
Sedangkan semakin besarnya komposisi penduduk usia produktif
(15-64 tahun) di Kota Banjar yang ditunjukkan dengan panjangnya
batang piramida pada kelompok usia tersebut membutuhkan
perhatian

yang

menanggulangi

serius
angkatan

pemerintah
kerja

baru

terutama
agar

dalam

tidak

rangka

berimplikasi

membludaknya jumlah pengangguran.


Gambar 2.4
Persentase Piramida Penduduk Di Kota BanjarTahun 2013

Sumber : Dinas Kependudukandan capil Kota Banjar

II - 22

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat


2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
a. Pertumbuhan PDRB
Kemajuan ekonomi secara makro seringkali banyak dilihat dari besaran
Produk

Domestik

Regional

Bruto

(PDRB) dan

laju

pertumbuhan

ekonominya. Secara konsepsi, PDRB menggambarkan seberapa besar


proses kegiatan ekonomi (tingkat produktivitas ekonomi) di suatu
wilayah, yang dihitung sebagai akumulasi dari pencapaian nilai
transaksi dari berbagai sektor ekonomi dalam kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, PDRB merupakan gambaran nyata hasil aktivitas
pelaku ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Indikator ini
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi perkembangan ekonomi dan
sebagai landasan penyusunan perencanaan pembangunan ekonomi.
Tabel 2.1
Nilai dan Kontribusi Sektoral dalam PDRB Tahun 2009 s.d 2013
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota Banjar

(dalam milyar)

No

2009

Sektor

(Rp)

Pertanian

Pertambangan & Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Penganggkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Sewa dan Jasa
Perusahaan

6
7
8
9

Jasa-jasa
PDRB

2010
%

(Rp)

2011
%

(Rp)

2012
%

(Rp)

2013
%

(Rp)

143.2
149.5
153.9
148.6
147.8
20.11
19.94
19.49
17.88
16.87
4
0
6
6
0
2.05
0.29
2.15
0.29
2.11
0.25
2.00
0.24
2.08 0.24
101.1
106.2
82.53 11.59 86.66 11.56 92.23 11.93
12.17
12.13
8
7
7.27
1.02
7.67
1.02
8.05
1.02
8.42
1.01
8.78 1.00
37.89
5.32 40.70
5.43 43.85
5.55 47.01
5.65 51.47 5.88
237.0
253.8
293.3
313.6
33.28
33.85 40.70 34.06
35.28
35.81
3
1
5
3
50.63

7.11 52.37

6.98 38.11

6.92 58.94

7.09 62.92

7.18

45.95

6.45 47.49

6.33 47.49

6.40 53.68

6.46 58.90

6.50

105.6
109.4
109.4
118.2
126.0
14.83
14.60
14.37
14.22
14.39
3
8
8
4
3
712.2 100.0 749.8 100.0 789.9 100.0 831.4 100.0 100.0 100.0
1
0
5
0
6
0
8
0
0
0

Sumber: BPS Kota Banjar, 2009-2013

Selama periode 2009-2013, PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000
bergerak dari 712,21 milyar rupiah pada tahun 2009 menjadi sebesar
875,90 milyar rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,34
persen di tahun 2013.
Tabel 2.2
Pertumbuhan PDRB ADHB dan ADHK
Tahun 2012 2013 Kota Banjar
No
1
2
3
4
5
6

Sektor
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran

2012
Hb
Hk
%
%
3,55
-3,46
5,99
0,06
12,60
7,33
8,29
4,52
11,77
7,19
10,89
9,02

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

2013
Hb
Hk
%
%
10,16
-0,58
11,19
3,38
9,67
5,03
11,41
4,35
14,74
9,49
10,89
6,92

II - 23

BAB II

7
8
9

Penganggkutan dan Komunikasi


Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Pertumbuhan PDRB

11,03
9,10
10,10
9,65

7,89
6,12
4,18
5,26

11,01
10,55
12,79
12,33

6,75
6,01
6,59
5,34

Sumber: BPS Kota Banjar, 2009-2013

Secara agregat, tren laju pertumbuhan ekonomi Kota Banjar selama


periode 2009-2013 terlihat terus meningkat. Hal ini menunjukkan
bahwa kinerja perekonomian Kota Banjar tidak mudah goyah terhadap
faktor eksternal seperti perubahan gejolak ekonomi nasional dan
ekonomi dunia secara global. Salah satu faktor penyebabnya antara
lain karena perekonomian Kota Banjar telah mempunyai pondasi
ekonomi yang kuat yang ditopang dan digerakkan oleh kemajuan
sektor perdagangan dan industri utamanya usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) yang telah menjadi urat nadi ekonomi masyarakat.
Tabel 2.3
Nilai dan Kontribusi Sektoral dalam PDRB Tahun 2009 s.d 2013
Atas Dasar Harga Berlaku Kota Banjar

(dalam milyar)

No

2009

Sektor

(Rp)

Pertanian

Pertambangan & Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Penganggkutan dan Komunikasi
Keuangan, Sewa dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa

6
7
8
9

274.66

PDRB

2010
%

17.24

4.84

0.30

187.37

11.76

(Rp)

2011
%

303.73 17.16
5.37

0.30

206.01 11.64

(Rp)

2012
%

(Rp)

2013
%

(Rp)

0.28

0.27

6.481

0.27

232.03 11.91

261.26

12.23

286.519

11.94

331.47 17.01
5.50

16.07

378.127

15.76

16.28

1.02

18.03

1.02

19.05

0.98

20.63

0.97

22.987

0.96

109.07

6.85

121.69

6.88

135.48

6.95

151.43

7.09

173.755

7.24

537.29

33.73

609.99 34.47

672.52 34.51

141.72

34.90

850.969

35.46

112.19

7.04

119.15

6.73

127.64

6.55

24.79

6.63

157.318

6.56

93.58

5.87

100.39

5.67

108.92

5.59

118.83

5.56

131.360

5.47

285.17 16.12 315.98 16.22


1,769. 100. 1,948. 100.
54
00
59
00

347.89
2,136.
56

11.53
100.0
0

392.387
2.399.9
06

16.35
100.0
0

257.59 16.17
1,592.8 100.0
8
0

Sumber: BPS Kota Banjar, 2009-2013

Secara nominal, selama periode 2009-2013, Produk Domestik Regional


Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) Kota Banjar mampu
meningkat lebih dari setengah triliun rupiah, yaitu dari Rp.1.592,88
milyar rupiah di tahun 2009 meningkat menjadi

Rp.2.399,90 milyar

rupiah di tahun 2013.


Jika melihat distribusi persentase PDRB Kota Banjar, kontribusi sektor
perdagangan, hotel dan restoran begitu dominan dan terus meningkat,
yaitu dari 33,73 persen pada tahun 2009 meningkat jadi sebesar 35,96
persen pada tahun 2013. Kemudian disusul oleh sektor jasa yang
memiliki pangsa terbesar kedua, yaitu sebesar 16,17 persen di tahun
2009 meningkat jadi sebesar 16,35 persen di tahun 2013. Sedangkan
kontributor PDRB Kota Banjar terbesar ketiga diperoleh dari sektor

II - 24

343.24
4
5.83

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

pertanian yang memiliki sumbangan sebesar 15,76 persen pada tahun


2013 yang menurun dari 17,55 persen di tahun 2009.
b. PDRB Perkapita
Perkembangan PDRB per kapita Kota Banjar selama 5 (lima) tahun
terakhir

seperti

yang

terlihat

dalam

Tabel

2.4

menunjukkan

pertumbuhan yang cukup tinggi. PDRB per kapita Kota Banjar Atas
Dasar Harga Berlaku tumbuh sekitar 28,47 persen per tahun pada
periode 2009 2013 yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan yang
terus menerus tiap tahun dari Rp.9,48 juta di tahun 2009 menjadi Rp.
13,2 juta rupiah di tahun 2013.
Tabel 2.4
PDRB perkapita Kota Banjar
Tahun 2009 2013 (Rupiah)
Tahun
(1)
2009*)
2010*)
2011*)
2012*)
2013**)

PDRB Perkapita
ADH Berlaku
ADH Konstan
(2)
(3)
9.482.538
4.239.876
10.102.587
4.281.007
10.928.06
4.430.452
11.867.837
4.618.575
13.213.381
4.822.530

*) angka perbaikan
**) angka sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjar

Sementara jika dilihat berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan


2000

(dengan

anggapan

tidak

ada

perubahan

harga/inflasi),

pertumbuhan PDRB per kapita Kota Banjar selama 5 tahun terakhir


bergerak relatif lebih lambat namun laju pergerakannya lebih ke arah
positif. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berada di kisaran 4
(empat) jutaan rupiah. Pada tahun 2009, PDRB per kapita Kota Banjar
masih sebesar 4,24 juta rupiah, kemudian meningkat perlahan menjadi
4,28 juta rupiah pada tahun 2010, 4,43 juta rupiah pada tahun 2011,
4,62 juta rupiah pada tahun 2012 dan terakhir pada tahun 2013 telah
mencapai 4,82 juta rupiah.
Kondisi tersebut menjelaskan bahwa walaupun secara nominal PDRB
per kapita mengalami peningkatan yang cukup tinggi, tapi secara rill,
PDRB per kapita tidak mengalami perubahan yang signifikan selama
periode 20092013. Namun demikian, secara umum pertumbuhan
perekonomian Kota Banjar tumbuh jauh lebih cepat dibandingkan
pertumbuhan penduduk yang hanya sekitar 0,89 persen di periode
yang sama.
c. Persentase Penduduk Miskin

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 25

BAB II

Menurut data Susenas 2009 - 2011, dilihat menurut laju angka propinsi
jumlah penduduk miskin Kota Banjar secara agregat cenderung
berfluktuatif yaitu dari 14,6 ribu orang pada tahun 2009, dan
bertambah lagi di tahun 2010 menjadi sebanyak 14,8 ribu orang dan
berkurang lagi pada tahun 2011 sebesar 14,6 ribu orang. Masih
banyaknya jumlah penduduk miskin selama periode tahun 2011 seiring
bertambahnya jumlah penduduk dan dipengaruhi dengan harga-harga
kebutuhan pokok selama periode tersebut yang fluktuatif yang
digambarkan oleh inflasi umum sebesar 4,17 persen. Akibatnya
penduduk yang tergolong hampir miskin namun penghasilannya
berada di sekitar garis kemiskinan ada yang yang bergeser dari posisi
semula . Namun secara relatif selama periode tahun 2009 2012
terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 8,64 persen pada
tahun 2009 dan terus menurun menjadi 8,47 persen pada tahun 2010,
8,21 persen pada tahun 2011, 7,80 persen pada tahun 2012 dan 7,11
persen pada tahun 2013.
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk Miskin di Kota Banjar
Tahun 2009 - 2013
Tahun
(1)
2009
2010
2011
2012*
2013*

Penduduk Miskin
Jumlah
Persen
(Orang)
(2)
(3)
14.643
8,64
14.863
8,47
14.655
8,21
14.000
7,80
12.800
7.11

Sumber : Susenas dan Penduduk Miskin Jawa Barat 2009-2011

Data dari BPS Kota Banjar

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis


Kemiskinan, selama periode 2009-2013. Garis Kemiskinan mengalami
perubahan dari 179,144

perkapita per bulan di tahun 2009 menjadi

sebesar 193.305 perkapita per bulan di tahun 2010, pada tahun 2011
menjadi sebesar 189.658, tahun 2012 sebesar 234.687 dan tahun 2013
menjadi sebesar 250.311, hal tersebut mengindikasikan bahwa telah
terjadi perubahan harga rata-rata barang komoditas kebutuhan pokok
minimum pembentuk garis kemiskinan (2.100 kilokalori perkapita per
hari; Widia Karya Pangan dan Gizi 1978), yang sejatinya harus terus
dipantau dan dikendalikan oleh pemerintah Kota Banjar.
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan
persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan
adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus

II - 26

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan


juga

sekaligus

keparahan

harus

dari

bisa

mengurangi

kemiskinan.

Tingkat

tingkat

kedalaman

kedalaman

dan

kemiskinan

diindikasikan oleh Indeks Kedalaman Kemiskinan (Proverty Gap IndexP1) yang merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran
masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin
tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari
garis

kemiskinan.

Kemudian

tingkat

keparahan

kemiskinan

diindikasikan oleh Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity


Index-P2)

yang

memberikan

gambaran

mengenai

penyebaran

pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks,


semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Pada periode tahun 2009 2013 Indeks Kedalaman Kemiskinan
menunjukan kecenderungan yang berfluktuatif dimana pada tahun
2009 sebesar 0,86, naik menjadi 1,21 di tahun 2010, naik lagi pada
tahun 2011 menjadi 1,24, turun menjadi 0,80 pada tahun 2012 dan
naik

kembali

pada

tahun

2013

menjadi

1,33.

Hal

tersebut

mengindikasikan bahwa pada tahun 2010 terjadi kenaikan angka


indeks sebesar 0,35 poin, yang artinya rata-rata pengeluaran penduduk
miskin semakin menjauh dari garis kemiskinan kemudian menjauh lagi
sebesar 0,03 poin di tahun 2011. Pada tahun 2012 terjadi penurunan
angka indeks sebesar 0,44 poin dan pada tahun 2013 terjadi kenaikan
kembali angka indeks sebesar 0,53 poin. Idealnya garis kemiskinan
turun diikuti dengan mengecil juga angka kedalaman kemiskinan, kalau
Ini terus diperbaiki maka pengentasan kemiskinan bisa terwujud.
Pada periode yang sama kecenderungan Indeks Keparahan Kemiskinan
menunjukan trend yang sama pula, dimana pada tahun 2009 indeks
sebesar 0,15 naik di tahun 2010 menjadi 0,25 dan beranjak 0.01 poin
pada tahun 2011. Pada tahun 2012 Indeks Keparahan Kemiskinan turun
sebesar 0.13 poin dan pada beranjak naik 0.18 poin pada tahun 2013.
Hal

tersebut

mengindikasikan

bahwa

ketimpangan

rata-rata

pengeluaran di antara penduduk miskin pada periode 2009 - 2010


semakin melebar dan tipis perubahanya pada periode berikutnya. Hal
ini menjadi pekerjaan kita sampai sejauh mana program kemiskinan
sampai pada masyarakat yang ada di bawah garis kemiskinan.
Tabel 2.6
Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan
dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 27

BAB II

Tahun
[1]

Garis
Kemiskinan
(Rp)
[2]

Indeks
Kedalaman
Kemiskinan
[3]

Indeks
Keparahan
Kemiskinan
[4]

2009
2010
2011

179.144
193.305
189.658

0,86
1,21
1,24

0,15
0,25
0,26

2012*

234.687

0,80

0,13

2013*

250.311

1,33

0,31

Sumber : Susenas dan Penduduk Miskin Jawa Barat 2009-2011

Data dari BPS Kota Banjar

2.1.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial


a. Perkembangan Angka Melek Huruf
Angka Melek Huruf (AMH) merupakan angka yang memperlihatkan
kemampuan penduduk dalam membaca dan menulis. Kemampuan
membaca dan menulis merupakan bekal paling dasar yang harus dimiliki
untuk dapat menambah serta mengasah ilmu pengetahuan. Cakupan
penghitungan angka melek huruf disini adalah bagi penduduk usia 15
tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau
huruf lainnya.
Dalam kurun waktu empat tahun terakhir angka melek huruf Kota Banjar
mengalami perkembangan positif. Angka melek huruf pada tahun 2013
mencapai 98,41 persen. Adanya peralihan dari penduduk usia sekolah 14
tahun menjadi 15 tahun mendorong peningkatan AMH tersebut. Disisi
lain, penduduk buta huruf pada usia lanjut merupakan penghambat
peningkatan AMH.
Gambar 2.5 Persentase Angka Melek Huruf
di Kota Banjar Tahun 2010-2013.

Sumber: Susenas 2010-2013, Badan Pusat Statistik

b. Perkembangan Angka Rata-rata Lama Sekolah

II - 28

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

Sejalan dengan capaian AMH, rata-rata lama sekolah di Kota Banjar juga
mengalami perkembangan positif. Rata-rata lama sekolah Kota Banjar
pada tahun 2012 adalah 8,07. Hal ini berarti bahwa rata-rata penduduk
Kota Banjar usia 15 tahun ke atas hanya menempuh pendidikan sampai
kelas 2 SMP. Keadaan tersebut masih jauh dari target program pendidikan
dasar 9 tahun. Program kejar paket A dan B harus terus digalakkan untuk
mencapai target tersebut. Kesabaran dan keuletan sangat dibutukan
untuk memotivasi dan menumbuhkan kembali minat belajar penduduk
usia lanjut.
Gambar 2.6 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas
di Kota Banjar Tahun 2008-2012

8.08

8.07

8.07

8.06
8.04
8.02

8.02

8.03

8.00
7.98
7.96

8.01
2008

2009

2010

2011

2012

Sumber: Susenas 2010-2012, Badan Pusat Statistik


Suseda 2008-2009, Bappeda dan BPS

c. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar


APS hanya menunjukkan partisipasi sekolah secara umum berdasarkan
kelompok usia sekolah. Tidak menutup kemungkinan adanya penduduk
yang bersekolah tidak sesuai dengan jenjang sekolah yang seharusnya
ditempuh. Keadaan ini bisa terlihat dari Angka Partisipasi Kasar (APK). APK
menyajikan partisipasi sekolah sesuai jenjang pendidikan yang sedang
ditempuh. Apabila APK bernilai lebih dari 100 persen bisa dipastikan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 29

BAB II

banyak penduduk bersekolah di luar kelompok usia yang seharusnya.


Sebagai contoh umur 6 tahun sudah sekolah SD. Padahal sesuai
ketentuan yang bersekolah pada jenjang SD adalah penduduk berusia 712 tahun. Dimungkinkan juga umur 12 tahun sudah bersekolah SLTP. Ada
juga umur 13 tahun yang masih duduk di SD. Namun jangan diartikan jika
APK bernilai kurang dari 100 persen bermakna bahwa penduduk yang
bersekolah pada jenjang sekolah tersebut sudah sesuai dengan kelompok
usia sekolahnya.
Tabel 2.7
Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenis Kelamin
di Kota Banjar Tahun 2011-2012
Laki-Laki +
Perempuan

Jenjang
Pendidika
n

2011

2012

2011

2012

2011

2012

SD
SLTP
SLTA
PT

95.33
98.89
82.25
18.78

102.43
105.29
72.20
10.34

106.46
103.17
61.42
7.95

106.20
75.86
79.51
12.26

100.63
100.40
70.48
13.51

104.38
89.40
75.57
11.21

Laki-laki

Perempuan

Sumber: Susenas 2010-2012, Badan Pusat Statistik

Pada tahun 2012 hanya APK SD dan SMA yang mengalami peningkatan
dibandingkan keadaan APK SD dan SMA pada tahun 2011. Nilai APK SD
mencapai 104,38 persen pada tahun 2012. Sementara pada tahun 2011
nilai APK SD 100,63, sedangkan APK SMA mencapai 75,57 persen pada
tahun 2012.
Penurunan nilai APK SMP dan APK PT pada tahun 2012 menunjukkan
bahwa penduduk yang bersekolah di SMP dan PT semakin tepat
bersekolah sesuai kelompok usianya dibandingkan periode sebelumnya.
APK SMP turun dari 100,40 persen pada tahun 2011 menjadi 89,10 persen
pada tahun 2012. APK PT turun dari 13,51 persen pada tahun 2011
menjadi 11,21 persen pada tahun 2012.
Namun jika dilihat menurut jenis kelaminnya, APK SMP dan APK PT
menunjukkan

gerak

berbeda.

APK

SMP

jenis

kelamin

perempuan

mengalami penurunan, sesuai dengan APK SMP total. APK SMP penduduk
perempuan turun dari 103,17 persen pada tahun 2011 menjadi 75,86
persen pada tahun 2012. APK SMP penduduk laki-laki naik dari 98,89
persen pada tahun 2011 menjadi 105,29 persen pada tahun 2012. Pada
APK PT, hanya APK PT penduduk laki-laki yang mengalami penurunan.
APK PT penduduk laki-laki turun dari 18,78 persen pada tahun 2011
menjadi 10,34 persen pada tahun 2012. Sementara APK PT penduduk
perempuan menunjukkan peningkatan dari 7,95 persen pada tahun 2011
menjadi 12,26 persen pada tahun 2012. Peningkatan tersebut berarti

II - 30

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

semakin banyak penduduk perempuan di luar usia PT yang bersekolah di


jenjang PT.
Pada bahasan APK disebutkan bahwa APK dibawah 100 persen bukan
berarti penduduk yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu
sudah sesuai dengan kelompok usia pendidikan di jenjang tersebut.
Jumlah penduduk bersekolah yang sesuai dengan kelompok usia dan
jenjang sekolah terlihat pada Angka Partisipasi Murni (APM).
d. Perkembangan Angka Partisipasi Murni
Pada bahasan APK disebutkan bahwa APK dibawah 100 persen bukan
berarti penduduk yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu
sudah sesuai dengan kelompok usia pendidikan di jenjang tersebut.
Jumlah penduduk bersekolah yang sesuai dengan kelompok usia dan
jenjang sekolah terlihat pada Angka Partisipasi Murni (APM). Dengan
demikian APM memperlihat penduduk usia 7-12 tahun bersekolah di SD,
penduduk usia 13-15 tahun bersekolah di SLTP dan penduduk usia 16-18
tahun bersekolah di SMA.
Perkembangan APM serupa dengan perkembangan APK. Semakin tinggi
jenjang pendidikan semakin kecil nilai APM yang terbentuk. Pada tahun
2012, APM SD dan APM SMA mengalami peningkatan. Sementara APM
SLTP dan APM PT mengalami penurunan.
Tabel 2.8
Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenis Kelamin
diKota Banjar Tahun 2011-2012
Jenjang
Pendidika
n
SD
SLTP
SLTA
PT

Laki-laki
2011
91.19
81.58
60.44
13.82

2012
91.01
83.21
61.23
8.55

Laki-Laki +
Perempuan
2011
2012
92.89
94.59
80.44
75.50
54.78
60.15
9.85
8.92

Perempuan
2011
94.75
78.37
50.41
6.87

2012
97.93
68.94
58.89
9.36

Sumber: Susenas 2010-2012, Badan Pusat Statistik

APM SD pada tahun 2012 mencapai 94,59 persen. APM SD sebesar 94,59
persen berarti hanya sekitar 95 dari 100 penduduk berusia 7-12 tahun
yang bersekolah di SD. Sementara sisanya sudah menginjak jenjang
pendidikan SMP atau belum bersekolah, putus sekolah dan alasan lainya
yang

menyebabkan

mereka

tidak

bersekolah.

Keadaan

tersebut

mengalami peningkatan sebesar 1,70 poin dibandingkan APM SD tahun


2011. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan APM SD penduduk
perempuan. Sementara APM SD laki-laki justru mengalami sedikit
penurunan. Nilai APM yang terus meningkat semakin menunjukkan
ketaatan

pengelola

sekolah

mengenai

pelaksanaan

peraturan

usia

minimum masuk SD, yaitu 7 tahun. Apabila hal ini terus meningkat maka

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 31

BAB II

di tahun mendatang, usia sekolah di jenjang pendidikan selanjutnya akan


sesuai dengan kelompok usia yang seharusnya terkecuali adanya siswa
yang telat usia masuk sekolah SD atau siswa yang mengulang.
Makna APM diatas dapat menggambarkan ketersediaan tempat/daya
tampung sarana pendidikan yang diisi oleh kelompok usia pada jenjang
pendidikan yang bersesuaian. Hal ini bisa dilihat dengan membandingkan
angka APM dengan APS dan APK. Sebagai contoh keadaan tahun 2012
pada jenjang SMA yang bersesuaian dengan kelompok usia 16-18 tahun:
Nilai APS 66,07 persen, APK 75,57 persen dan nilai APM 60,15 persen.
Nilai APK didapat dari perbandingan jumlah siswa yang bersekolah di SMA
dengan jumlah penduduk usia 16-18 tahun. Sehingga bisa diartikan
sebagai daya tampung maksimal untuk jenjang pendidikan SMA. Daya
tampung tersebut hanya diisi sebanyak 60,15 persen oleh kelompok usia
16-18 tahun. Sehingga sisa daya tampung sebanyak 15,42 persen diisi
oleh kelompok usia lainnya. Sebaliknya ada sekitar 5,92 persen kelompok
usia 16-18 tahun yang masih bersekolah di jenjang SLTP atau bahkan
sudah kuliah.
Program pendidikan gratis untuk jenjang pendidikan dasar belum bisa
dinikmati secara merata. Hal ini terlihat dari partisipasi sekolah usia 15
tahun ke bawah. Pada kelompok usia SD masih terdapat satu persen
penduduk yang belum bersekolah. Artinya satu diantara 100 penduduk
usia 7-12 tahun tidak bersekolah. Jangan sampai daya tampung sekolah
menjadi alasannya. Mengingat nilai APK SD yang lebih dari 100 persen.
Artinya ketersediaan kursi di jenjang SD bisa menampung seluruh
penduduk usia 7-12 tahun. Sementara pada usia 13-15 tahun masih ada
5 dari 100 penduduk usia tersebut yang belum mengenyam pendidikan.
e. Perkembangan Angka Pendidikan Yang Ditamatkan
Kualitas sumber daya manusia terlihat dari tingkat pendidikan yang
dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan maka
semakin baik pula kualitas pendidikan manusianya sehingga semakin baik
sumber daya manusia yang dimiliki. Namun dalam kenyataannya semakin
tinggi tingkat pendidikan maka semakin sedikit pula persentase penduduk
yang tamat pada jenjang pendidikan tersebut. Indikator yang digunakan
untuk melihat keadaan di atas adalah ijazah tertinggi yang ditamatkan
penduduk usia 10 tahun ke atas.
Gambar 2.7 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas
menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan di Kota Banjar Tahun 2011-2012

II - 32

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

Dari gambar 2.7 terlihat bahwa mayoritas penduduk usia 10 tahun ke atas
Sumber: Susenas 2011-2012, Badan Pusat

Statistik
berpendidikan
SD ke bawah, lebih dari 55 persen, baik pada tahun 2011

maupun 2012. Perkembangan cukup menggembirakan diperlihatkan pada


jenjang pendidikan tinggi. Persentase penduduk yang tamat SMA dan
akademi/PT meningkat. Penduduk yang tamat SMA sekitar 17,45 persen
pada tahun 2011, menurun dibandingkan keadaan tahun 2012 yang
hanya 17,17 persen. Sementara penduduk yang tamat akademi/PT
meningkat dari 5,50 persen pada tahun 2011 menjadi 6,65 persen pada
tahun 2012.
Apabila dilihat berdasarkan gender, terlihat bahwa penduduk perempuan
yang berijasah SD kebawah lebih banyak dibandingkan penduduk lakilaki. Hal ini sejalan dengan nilai APK SD dan APK SMP pada bahasan
sebelumnya. Siswa yang bersekolah di tingkat SLTP tentu memiliki ijasah
SD dan siswa yang bersekolah di tingkat SD belum memiliki ijasah.
Sementara pada tingkat yang lebih tinggi terjadi hal sebaliknya.
Persentase penduduk laki-laki berijasah SLTP ke atas cenderung lebih
tinggi dibandingkan penduduk perempuan. Walaupun pada tahun 2012
penduduk perempuan yang berijasah akademi/PT ternyata lebih tinggi
dibandingkan penduduk laki-laki.

Gambar 2.8 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas


menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
di Kota Banjar Tahun 2012

Sumber: Susenas 2011-2012, Badan


Pusat Statistik

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 33

BAB II

f. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB)


Ada dua angka kematian bayi yang berbeda pada tabel 2.9. Angka
pertama didapatkan dari penghitungan data yang berasal dari Dinas
Kesehatan

Kota

Banjar.

Sementara

angka

kedua

didapatkan

dari

pengolahan Susenas yang dilakukan BPS. Perlu dipahami, perbedaan


tersebut terjadi karena metode pengumpulan data yang berbeda. Dinas
Kesehatan Kota Banjar secara rutin memonitor dan meregistrasi setiap
kelahiran dan kematian berdasarkan laporan bidan desa. Sementara
penghitungan BPS didasarkan hasil survei dan diharapkan angka yang
terbentuk dapat mencerminkan keadaan sesungguhnya di lapangan.
Tabel 2.9
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Rata-rata Umur Perkawinan Pertama Wanita
di Kota Banjar Tahun 2007-2012
Tahun

AKB*

AKB

2007
2008
2009
2010
2011
2012

21.53
18.18
19.43
17.54
16.92
14.06

35.02
31.50
28.94
n/a
27.33
22.67

Rata-rata Umur
Perkawinan
Pertama
21.74
21.22
20.98
20.63
21.67
23.93

Sumber: *Dinas Kesehatan Kota Banjar


Susenas 2011-2012, Badan Pusat Statistik
Suseda 2008-2009, Bappeda dan BPS Provinsi
Jawa Barat

Jika dilihat secara nominal memang menunjukkan perbedaan yang


signifikan. Namun sebenarnya kedua angka tersebut memberikan makna
yang sama. Selama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa angka
kematian bayi berada di bawah 30 per seribu kelahiran hidup sehingga
masuk klasifikasi daerah hardrock. Dalam lima tahun terakhir kedua
angka tersebut juga memberikan informasi angka kematian bayi yang
semakin kecil tiap tahunnya. Angka kematian bayi yang semakin kecil
mengindikasikan tingkat kesehatan bayi yang meningkat. Sementara
tingkat kesehatan bayi sangat dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan dan
kesadaran orang tua terhadap arti penting kesehatan itu sendiri. Dengan
demikian

juga

bisa

diartikan

bahwa

tingkat

kesejahteraan

dan

pengetahuan masyarakat meningkat pula.


Penurunan angka kematian bayi juga diindikasikan sangat berkorelasi
dengan umur perkawinan pertama. Semakin tinggi umur perkawinan
pertama maka tingkat kematian bayi semakin kecil. Dengan logika bahwa
semakin dewasa seseorang maka semakin siap secara fisik dan mental
untuk

II - 34

melahirkan,

semakin

tinggi

pula

pemahamannya

terhadap

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

informasi penting mengenai segala hal terkait perawatan bayi. Dengan


demikian kesehatan bayi akan lebih diperhatikan.
Rata-rata umur perkawinan pertama Kota Banjar selama kurun waktu lima
tahun terakhir berada di kisaran umur 20 tahun ke atas. Sehingga
diperkirakan usia ibu melahirkan juga berada di kisaran umur tersebut.
Usia tersebut merupakan usia ideal melahirkan sesuai dengan usia
melahirkan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) yaitu umur 20-30 tahun.
g. Perkembangan Angka Usia Harapan Hidup (AHH)
Kemajuan di bidang kesehatan seringkali dilihat dari perkembangan
indikator angka harapan hidup. Angka harapan hidup adalah perkiraan
rata-rata banyaknya tahun yang dapat ditempuh seseorang selama hidup.
Angka harapan hidup yang tinggi merupakan target pemerintah. Namun
untuk mencapai target tersebut diperlukan usaha menyeluruh terhadap
peningkatan kualitas kesehatan dan pola hidup masyarakat.
Angka harapan hidup penduduk Kota Banjar pada tahun 2012 mencapai
71,09 tahun. Artinya bayi yang dilahirkan pada tahun 2012 di Kota Banjar
berpeluang dapat menjalani hidup lebih dari 71 tahun. Bila dibandingkan
dengan

keadaan

tahun

2011,

angka

harapan

hidup

Kota

Banjar

mengalami kemajuan 0,16 poin selama satu tahun. Peningkatan tersebut


lebih tinggi dibandingkan peningkatan pada tahun 2011 yang hanya 0,10
poin. Perlu diketahui bahwa semakin tinggi angka harapan hidup maka
perubahan/kemajuan yang dicapai akan semakin rendah. Sehingga
peningkatan yang terjadi walaupun sedikit demi sedikit merupakan suatu
prestasi.
Gerak indeks angka harapan hidup sejalan dengan gerak angka harapan
hidup. Hal ini ditunjukkan oleh grafik angka harapan hidup dan indeks
angka harapan hidup. Namun jika diamati perubahannya, secara umum
menunjukkan trend perubahan yang melambat. Hal ini sesuai dengan
pernyataan sebelumnya bahwa semakin tinggi angka harapan hidup
maka

perubahan/kemajuan

yang

dicapai

akan

cenderung

semakin

rendah. Perubahan indeks angka harapan hidup pada tahun 2012


mencapai

0,27

poin,

terjadi

peningkatan

lebih

dari

50

persen

dibandingkan perubahan pada tahun 2011.


Gambar 2.9 Angka Harapan Hidup, Indeks Angka Harapan Hidup
Beserta Perubahannya di Kota Banjar Tahun 2008-2012

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 35

BAB II

Sumber: Susenas 2011-2012, Badan Pusat Statistik


Suseda 2008-2009, Bappeda dan BPS Provinsi Jawa Barat

Peningkatan angka harapan hidup pada tahun 2012 didukung data


penurunan angka kematian bayi, peningkatan kualitas pada penanganan
proses persalinan, pemberian ASI. Hal ini dikarenakan data penghitungan
angka harapan hidup berdasarkan rata-rata anak lahir hidup dan masih
hidup. Sehingga program dan kegiatan untuk peningkatan kualitas
kesehatan bayi dan anak sangat tepat untuk mendongkrak capaian angka
harapan hidup.
h. Perkembangan Daya Beli Masyarakat
Daya beli merupakan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan
uang untuk barang dan jasa. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh
harga-harga riil antar wilayah karena nilai tukar yang digunakan dapat
menaikkan atau menurunkan daya beli.
Paritas daya beli Kota Banjar tahun 2012 adalah sebesar Rp. 581.057,meningkat

seiring

dengan

semakin

tingginya

kebutuhan

hidup

dibandingkan tahun 2011 yang mencatat paritas daya beli sebesar Rp.
578.360,-. Kenaikan paritas daya beli ini diperkirakan dipengaruhi oleh
semakin membaiknya kondisi ekonomi penduduk. Keadaan tersebut
sudah selaras dengan peningkatan riil PDRB per Kapita. Semakin baik
keadaan ekonomi masyarakat maka kualitas hidup masyarakat pun akan
terdorong meningkat.
Gerak indeks daya beli yang tercipta mengikuti nilai paritas daya beli.
Selama periode 2008-2012, peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2009
yang mencapai 0,78 poin, dari 62,18 pada tahun 2008 menjadi 62,96
pada tahun 2009. Peningkatan terendah terjadi pada tahun 2011, yang
meningkat 0,61 poin. Sementara pada tahun 2012 terjadi peningkatan
sebesar 0,62 poin dari 64,33 pada tahun 2011 menjadi 64,95 pada tahun
2012.
Gambar 2.10 Indeks Daya Beli dan Perubahannya
di Kota Banjar Tahun 2008-2012

II - 36

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

Sumber: Susenas 2011-2012, Badan Pusat Statistik


Suseda 2008-2009, Bappeda dan BPS Provinsi Jawa
Barat

i. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia


Secara umum perkembangan IPM Kota Banjar cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Namun jika dilihat dari trend perubahan nilai IPM,
perubahan IPM Kota Banjar cenderung mengalami perlambatan. Nilai IPM
Kota Banjar yang berada di kisaran 50,00-79,99 menandakan bahwa IPM
Kota Banjar termasuk IPM skala menengah. IPM Kota Banjar pada tahun
2012 sebesar 75,24. Kondisi tersebut mengalami peningkatan sebesar
0,29

poin

selama

setahun

dibandingkan

keadaan

tahun

2011.

Peningkatan tertinggi sebesar 1,04 poin setahun terjadi pada tahun 2008
dibandingkan tahun 2007.

Gambar 2.11 IPM, Peningkatan IPM dan Reduksi Shortfall IPM Kota Banjar
Tahun 2008 2012

Sumber: Susenas 2011-2012, Badan Pusat Statistik


Suseda 2008-2009, Bappeda dan BPS Provinsi Jawa Barat

Besar kemajuan atau kemunduran dari pencapaian sasaran pembangunan


manusia di suatu daerah selama kurun waktu tertentu dapat dilihat
melalui reduksi shortfall. Dengan kata lain, melalui reduksi shortfall ini

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 37

BAB II

dapat dilihat kecepatan perkembangan IPM suatu daerah. Terdapat


sebuah kecenderungan dalam pencapaian IPM, jika nilai IPM semakin
mendekati nilai maksimumnya (100 persen), maka pertumbuhannya akan
semakin lambat. Sebaliknya jika angka capaian IPM masih berada pada
level yang rendah maka kemampuan untuk memacu pertumbuhan yang
tinggi dalam capaian IPM akan lebih mudah.
Reduksi shortfall Kota Banjar mencapai 1,18 pada tahun 2012. Reduksi
shortfall tersebut lebih tinggi dibandingkan keadaan pada tahun 2011.
Keadaan tersebut berarti usaha-usaha yang dilakukan pemerintah Kota
Banjar untuk meningkatkan capaian nilai IPM pada tahun 2012 lebih besar
pengaruhnya dibandingkan usaha pada tahun 2011. Bila dilihat dalam
kurun waktu lima tahun terakhir, pencapaian reduksi shortfall

terbesar

terjadi pada tahun 2009, mencapai 3,77.


j. Perkembangan Penduduk Pencari Kerja
Dinas Sosnaker Kota Banjar mencatat, jumlah pencari kerja yang terdaftar
dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, untuk pencari kerja laki-laki
terus mengalami penurunan. Di tahun 2009 misalnya, jumlah pencari
kerja di Kota Banjar baru tercatat sebanyak 2.006 orang, dan berkurang di
tahun berikutnya menjadi 1.906 orang (2010) dan berkurang lagi di tahun
2011 menjadi sebanyak 1.720 orang. Sedangkan untuk para pencari kerja
wanita pada tahun 2010 sempat mengalami kenaikan sebesar 200 orang
dari tahun sebelumnya, hal dikarenakan adanya pabrik/industri PMA yang
banyak memperkerjakan tenaga wanita.

Tabel : 2.10
Banyaknya Penduduk Pencari Kerja Menurut Jenis Kelamin
Di Kota Banjar Tahun 2011 2013
2011
Kecamatan
[1]
01 Banjar

02

Purwaharj
a

03 Pataruman

II - 38

2012

2013

LakiLaki
[2]

Perempuan
[3]

513

453

580

456

521

442

410

341

335

291

371

333

488

435

519

455

531

444

Laki-Laki
[4]

Perempu
Perempu
Laki-Laki
an
an
[5]
[6]
[7]

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

04

Langensar
i
Jumlah

309

338

363

290

1 720

1 567

1 797

1 492

356

335

1779

1554

Sumber : Dinas Sosial, dan Tenaga Kerja Kota Banjar

Jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikannya, data Dinas Sosnaker


menunjukkan bahwa pencari kerja terdaftar adalah mereka yang sebagian
besar memiliki bekal pendidikan cukup tinggi (SMP/SMA/univ keatas),
yaitu mencapai sebesar 70,25 persen. Artinya lebih dari tujuh puluh
persen penganggur di Kota Banjar adalah para pencari kerja terdidik,
yang tentunya diperlukan penanganan yang lebih kompleks, terutama
penyediaan lapangan kerja yang kompeten dan sesuai dengan bidang
keahlian yang dimiliki. Karena terdapat kecenderungan biasanya pencari
kerja

terdidik

relatif

lebih

selektif

mencari

lowongan

kerja

dan

memerlukan proses panjang dalam menentukan pekerjaan yang sesuai


dengan keahliannya.
Tabel : 2.11
Banyaknya Penduduk Pencari Kerja Yang Terdaftar
Menurut Tingkat Pendidikan Di Kota Banjar Tahun 2013

Laki-Laki

Perempua
n

Jumlah

[1]

[2]

[3]

[4]

89

87

176

296
1.077
80
235
2
-

238
909
88
213
1
-

534
1.986
168
466
3
-

1.779
1.797
1.720
1.906

1.554
1.492
1.567
1.964

3.333
3.289
3.287
3 .70

01 Tidak Tamat SD
02 SD/Sdrjt
03
04
05
06
07
08

Penduduk Pencari Kerja

Tingkat
Pendidikan

SLTP/Sdrjt
SLTA/Sdrjt
D1-D3
S1
S2
Lain-lain
Jumlah
2012
2011
2010

Sumber : Dinas Sosial, dan Tenaga Kerja Kota Banjar

Sampai saat ini, sub sektor pekerjaan yang sangat diminati oleh para
pencari kerja terdidik adalah jasa pemerintahan. Cukup banyak lulusan
pendidikan tinggi menggantungkan cita-citanya agar dapat bekerja
sebagai

PNS, mereka berlomba-lomba mengikuti testing CPNS setiap

tahunnya. Akan tetapi, seiring dengan peningkatan efektifitas dan efiensi


kinerja PNS, rekrutmen CPNS relatif sangat terbatas dan kuotanya relatif
sangat minim dibandingkan dengan membludaknya animo masyarakat
(pencari kerja terdidik) yang berhasrat menjadi PNS.
2.1.2.3 Fokus Seni, Budaya dan Olahraga

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 39

BAB II

Ragam kesenian tradisional terorganisir yang berada di Kota Banjar antara


lain kesenian karawitan berupa degung, kliningan, calung, anguk, lingkung
seni dan lain-lain. Begitupun seni teater modern yang terorganisir tercatat
ada 1 (satu) buah di Kecamatan Banjar.
Tumbuh kembangnya variasi peminat hiburan seni musik cukup membantu
bertahannya beberapa organisasi seni musik ditengah derasnya hiburan
media televisi dan media digital lainnya. Data tahun 2011 mencatat masih
terdapat sebanyak 8 lingkung seni calung, 13 seni anguk. Disamping itu
terdapat pula organisasi seni musik modern seperti orkes melayu, orkes
pongdut dan entertainment dan 1 gedung olahraga yang dapat membantu
masyarakat kota Banjar dalam berolahraga disamping fasiltas umum seperti
taman terbuka kota dan jogging track serta lapangan stadion patroman.
Tabel 2.12
Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2008 s.d 2012
Kota Banjar
No
1
2
3
4

Capaian Pembangunan
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah

grup kesenian
gedung kesenian
klub olahraga
gedung olahraga

2009

2010

2011

2012

2013

19
-

21
-

21
1

116
1

116
1

Sumber : BDA 2013

Pada tahun 2013 perkembangan seni di kota Banjar cukup signifikan yakni
sebanyak 116 jumlah grup kesenian yang tersebar diberbagai kecamatan
yakni 41 grup seni terdapat di kecamatan Banjar, 9 grup seni terdapat di
kecamatan Purwaharja, 33 grup seni yang berada di kecamatan Pataruman
dan 33 grup seni yang berada di kecamatan Langensari
Tabel 2.13
Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2013
Menurut Kota/Kecamatan kota Banjar
No
1
2
3
4

Kabupaten/Kota/Keca
matan*)
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Jumlah

Banjar
Purwaharja
Pataruman
Langensari

Jumlah
grup
kesenian

Jumlah
gedung
kesenian

41
9
33
33
116

Jumlah
klub
olahraga

Jumlah
gedung
olahraga

1
-

Sumber : BDA 2013

Berdasarkan perkembangan Seni , Budaya dan Olahraga yang terorganisir di


kota

Banjar

dapat

menunjang

peran

serta

masyarakat

dalam

mempertahankan kearifan budaya Tradisional ditengah-tengah Modernisasi


dan budaya-budaya luar yang dapat mempengaruhi kearifan budaya lokal
tersebut.

II - 40

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

2.1.3 Aspek Pelayanan Umum


2.1.3.1 Capaian Kinerja Layanan Urusan Wajib
a. Pendidikan
Pembangunan pendidikan memiliki fungsi strategis untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia. Keberhasilan pembangunan pendidikan akan
mampu memberikan kontribusi bagi terciptanya insan yang mandiri dan
bermartabat.

Pendidikan

diharapkan

dapat

meningkatkan

kompetensi

masyarakat terutama kemampuan memecahkan masalah.


Perkembangan pembangunan pendidikan salah satunya dapat terlihat
dari indikator tingkat partisipasi sekolah. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
menunjukkan tingkat partisipasi penduduk yang bersekolah. Biasanya APS
disajikan menurut kelompok umur sekolah yaitu usia 7-12 tahun untuk
tingkat SD sederajat, usia 13-15 tahun untuk SLTP sederajat, umur 16-18
tahun untuk SMA sederajat dan usia 19-24 untuk tingkat akademi/perguruan
tinggi.
Tabel 2.14
No

Jenjang Pendidikan

SD/MI (7-12 th)


Jumlah siswa
kelompok usia 7-12
th yg sekolah
Jumlah penduduk
kelompok usia 7-12
th
APS SD/MI
SMP/MTs (13-15 th)
Jumlah siswa
kelompok usia 13-15
th yg sekolah
Jumlah penduduk
kelompok usia 13-15
th
APS SMP/MTs

SMA/MA (16-18 th)


Jumlah siswa
kelompok usia 16-18
th yg sekolah
Jumlah penduduk
kelompok usia 16-18
th
APS SMA/k/MA

Ratarata

Tahun
2008

2009

2010

2011

2012

21.304

22.584

19.489

21.223

19.69
1

22.061

22.789

19.736

21.555

20.39
3

96,57

99,10

98,75

98,46

96,56

10.973

9.940

10.488

8.850

10.33
8

11.985

11.185

11.840

9.628

9.556

91,56

88,87

88,58

91,92

108,1
8

4.651

5.143

6.600

5.582

10.73
3

9.358

9.455

10.408

9.316

9.841

109,0
49,7
54,40
63,42 59,92
6
Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kota Banjar Tahun 2008-2012

98,36

91,10

58,70

APS 100 persen merupakan kondisi ideal yang ingin dicapai, terutama
untuk pendidikan dasar 9 tahun (SD dan SMP). Apabila APS kurang dari 100
persen maka selisih angka tersebut menunjukkan persentase penduduk yang
tidak bersekolah pada setiap kelompok umur.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 41

BAB II

Selama kurun waktu 2008-2012, perkembangan APS memang fluktuatif


untuk semua jenjang pendidikan, untuk APS SD/MI misalnya, APS tertinggi
dicapai pada tahun 2009 dengan persentase sebesar 99,10 persen sementara
APS terendah pada tahun 2008 dengan persentase sebesar 96,57 persen.
Dalam kurun waktu tersebut, rata-rata APS SD/MI sebesar 98,36 persen yang
berarti bahwa sebanyak 1,64 persen dari penduduk usia 7-12 tahun
tidak/belum bersekolah.
Semakin tinggi kelompok usia sekolah semakin rendah nilai APS yang
tercipta. Dengan kata lain semakin tinggi kelompok usia sekolah semakin
tinggi pula jumlah siswa yang tidak bersekolah. Hal ini sangat wajar
mengingat semakin tinggi jenjang sekolah semakin tinggi pula biaya sekolah
yang dibutuhkan. Apalagi adanya kendala pada keadaan ekonomi keluarga
yang memaksa penduduk usia sekolah untuk ikut bekerja. Untuk memperkecil
tingkat putus sekolah terutama pada sekolah lanjutan atas dan sekolah tinggi,
berbagai program pendidikan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah digulirkan.
Namun faktor daya tampung sekolah turut mempengaruhi tingkat
partisipasi sekolah. Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin sedikit sarana
pendidikan yang tersedia. Disamping ada alasan lainnya yang menyebabkan
tidak melanjutkan sekolah. APS hanya menunjukkan partisipasi sekolah
secara

umum

berdasarkan

kelompok

usia

sekolah.

Tidak

menutup

kemungkinan adanya penduduk yang bersekolah tidak sesuai dengan jenjang


sekolah yang seharusnya ditempuh.
Di lihat dari peningkatan ketersediaan sekolah dan penduduk usia
sekolah di Kota Banjar dari tahun ketahun Pemerintah Kota Banjar selalu
meningkatkan ketersediaan gedung-gedung sekolah di seluruh Kota Banjar
yang ditunjang dengan peningkatan sarana dan prasarana yang memadai
untuk terselenggaranya dan terciptanya masyarakat yang berpendidikan dan
berakhlaq sesuai dengan Visi Misi Kota Banjar menyongsong era globalisasi
dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan
jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh berbagai lapisan masyarakat
Kota Banjar.
Secara keseluruhan ketersediaan gedung-gedung sekolah di Kota Banjar
baik itu untuk gedung SD, SMP ataupun SMA sejak 5 (lima) Tahun terahir ini
ada penambahan jumlah, pada tahun 2008 terdapat 88 gedung sekolah
tingkat SD/MI, 16 gedung SMP/MTs dan 15 gedung SMA/MA/SMK. Sampai
dengan tahun 2012, gedung SD/MI bertambah 3 gedung menjadi 91 gedung
sekolah, untuk gedung SMP/MTs bertambah 1 unit menjadi 17 gedung.
Sementara untuk gedung SMA/MA/SMK bertambah 2 gedung menjadi 17
gedung pada tahun 2012.

II - 42

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

Tabel 2.15
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah
Tahun 2008 s.d .2012 Kota Banjar
No

Jenjang Pendidikan

2008

2009

2010

2011

2012

1
1.1
1.2

SD/MI
Jumlah Gedung Sekolah
Jumlah penduduk kelompok usia 712 thn
Rasio

88
22.061

89
22.789

250,69

256,06

91
19.73
6
216,8
8

91
21.55
5
236,8
7

91
20.39
3
224,0
9

16
11.985

16
11.185

16
9.628

17
9.556

749,06

699,06

16
11.84
0
740,0
0

1.3
2
2.1
2.2
2.3
3
3.1
3.2
3.3

SMP/MTs
Jumlah Gedung Sekolah
Jumlah penduduk kelompok usia
13-15 thn
Rasio
SMA/MA/SMK
Jumlah Gedung Sekolah
Jumlah penduduk kelompok usia
16-18 thn
Rasio

15
9.358
623,87

15
9.455
630,33

16
10.40
8
650,5
0

16,62

15
9.316
621,0
7

562,1
2
17
9.841
578,8
8

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Banjar

Tabel 2.16
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2012
Menurut Kabupaten/Kota/Kecamatan Kota Banjar
SD/MI
No

Kabupaten/Kota/Keca
matan*)

(1)

(2)

Jumlah
jumlah
gedun
pendud
g
Rasio
uk usia
sekola
7-12 th
h
(3)

Kecamatan Banjar

26

Kecamatan Purwaharja

11

Kecamatan Pataruman

38

Kecamatan langensari

38

Jumlah

113

(4)
5.514
2.125
6.127
5.758
19.524

(5=3/
4)
1:
212
1:
193
1:
161
1:
152
1:
173

SMP/MTs
Jumla
h
jumlah
gedun pendudu
Rasio
g
k usia 13sekola
15 th
h
(8=6/
(6)
(7)
7)
1:
11
2.918
265
1:
5
996
199
1:
9
2.837
317
1:
4
3.019
755
29

9.770

1:
337

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Banjar

Adapun

untuk

menunjang

terselenggaranya

pencapaian

jenjang

pendidikan yang sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945,


Pemerintah Kota Banjar selalu meningkatkan kemampuan SDM guru dan
jumlah guru yang ditempatkan sesuai dengan jenjang usia pendidikan
yang ada. Pada jenjang pendidikan dasar 5 tahun terahir ini ketersedian
tenaga pengajar yang ada di Kota Banjar terus meningkat dimana pada

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 43

BAB II

tahun 2009 dari jumlah murid tingkat SD/MI sebanyak 20.082 orang guru
yang membidangi sesuai dengan tingkat pedidikan sebanyak 1.307
dengan perbandingan rasio 1:15 ini menunjukan penanganan akan
kebutuhan pendidikan cukup baik pada rombel di ruang kelas yang ratarata 1 orang guru bidang. Dan pada tahun 2013 ketersedian guru sebagai
tenaga pengajar menunjukan peningkatan yang cukup memadai yakni
sebanyak 1.204 guru dengan perbandingan rasio 1:16 pada tingkatan
jumlah murid sebanyak 19.295 orang siswa. Untuk jenjang SMP/MTs tidak
jauh berbeda dengan tingkat SD/MI dimana untuk tahun 2009 jumlah guru
sebanyak 751 orang dengan jumlah siswa 10.049 orang pada kisaran rasio
1:14 menjadi 703 orang guru pada tahun 2013 dengan jumlah siswa
10.651 pada rasio 1:15.
Tabel 2.17
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Tahun 2009 s.d .2013 Kota Banjar
NO
1
1.1.
1.2.
1.3.
2
2.1.
2.2.
2.3.

Jenjang Pendidikan
SD/MI
Jumlah Guru
Jumlah Murid
Rasio
SMP/MTs
Jumlah Guru
Jumlah Murid
Rasio

2009

2010

2011

2012

2013

1.307
20.082
1 : 15

1.270
19.986
1 : 15

1.285
20.104
1 : 16

1.270
19.691
1 : 16

1.204
19.295
1 : 16

751
10.049
1 : 14

763
10.352
1 : 14

715
10.270
1 : 14

747
10.338
1 : 14

703
10.651
1 : 15

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Banjar

Penyebaran guru di kota Banjar berdasarkan data dari Dinas Pendidikan


juga semakin merata pada tingkat kecamatan dan tersebar sesuai dengan
ketersedian guru dan jumlah siswa dimana ketersedian guru paling banyak
terdapat di Kecamatan Pataruman untuk tingkat SD/MI sebanyak 325 orang
guru dengan jumlah siswa 5.855 dan jumlah guru terbanyak untuk tingkat
SMP/MTS

terdapat di Kecamatan Langensari sebanyak 253 orang Guru

dengan jumlah siswa sebanyak 3.670 orang.


Tabel 2.18
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Menurut Kabupaten/Kota/Kecamatan tahun 2013
SD/MI
NO

Kabupaten/Kota/Keca
matan*)

(1)

(2)

Kecamatan Banjar

Kecamatan Purwaharja

Kecamatan Pataruman

II - 44

Jumlah
Guru

Jumlah
Murid

(3)

(4)

325

5.855

108

1.902

397

5.987

Rasi
o
(5=3/
4)
1:
18
1:
18
1:
15

SMP/MTs
Jumla
Rasi
h
o
Murid
(8=6/
(6)
(7)
7)
261
3.820
1:
15
52
765
1:
15
163
2.229
1:
14

Juml
ah
Guru

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

374

5.551

1.204

19.295

Kecamatan langensari
Jumlah

1:
15
1:
16

227

3.837

1:
17

703

10.65
1

1:
15

Sumber Data : Dinas Pendidikan Kota Banjar

b. Kesehatan
Di sektor kesehatan pemerintah Kota Banjar menunjukan keseriusannya
dalam

memberikan

pelayanan

kesehatan

pada

masyarakat

dengan

meningkatkan jumlah Posyandu yang tersebar di seluruh tingkatan tatanan


kemasyarakatan dengan tujuan untuk menekan tingkat kematian Balita
dan Gizi buruk, dengan ketersedian Posyandu yang cukup memadai
diharapkan terciptanya generasi Pemerintah Kota Banjar yang sehat dan
cerdas.
Tabel 2.19
Jumlah Posyandu dan Balita
Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar
No

Uraian

2009

1.
2.

Jumlah posyandu
189
Jumlah balita
14.760
3. Rasio
86,31
Sumber : Dinas Kesehatan kota Banjar

Secara

keseluruhan

penyebaran

2010

2011

2012

2013

192
14.373
76,04

196
14.503
73,19

199
14.093
71,90

209
14.095
66,80

posyandu

di

tingkat

Kecamatan-

kecamatan di Kota Banjar tiap tahun nya menunjukan peningkatan dengan


pelayanan kesehatan yang beragam dan jumlah Balita yang terlayani dari
tahun 2013 menurut data dari Data dari Dinas Kesehatan di Kecamatan
Banjar ada 82 Posyandu dengan jumlah Balita yang terlayani sebanyak
4.704 orang dari jumlah penduduk sebanyak 53.939 orang. Di Kecamatan
Purwaharja ada 25 posyandu dan melayani
jumlah

penduduk

Pataruman

dan

sebanyak

Kecamatan

22,334

1.889 orang Balita dengan

orang.

Langensari

Adapun

di

masing-masing

kecamatan
49

dan

53

Posyandu yang ada dapat melayani Kesehatan balita sebanyak 4.247 dan
3.885 orang dari jumlah penduduk 57.410 orang dan 53. 904 orang, dari
data tersebut dengan rasio rata-rata di atas 50% dengan jumlah tenaga
Medis yang cukup sesuai dengan bidang nya maka pelayanan kesehatan
di Kota Banjar dapat dikatakan cukup Baik dan ini dapat dilihat dari
berbagai penghargaan di bidang Kesehatan yang dapat di peroleh oleh
Pemerintah

Kota

Banjar

seperti

MDGs

Kesehatan

Ibu

dan

Anak

berdasarkan keberhasilan pencapaian Indikator sesuai dengan program


yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Kota Banjar.
Tabel 2.20
Jumlah Posyandu dan Balita
Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 45

BAB II

No
(1)
1
2
3
4

Kecamatan
(2)
Kecamatan Banjar
Kecamatan Purwaharja
Kecamatan Pataruman
Kecamatan Langensari
Jumlah

Jumlah posyandu
(3)
82
25
49
53
209

Jumlah balita
(4)
4.704
1.889
4.247
3.885
14.095

Rasio
(5=4/3)
57,36
75,56
86,67
73,30
66,80

Sumber : Dinas Kesehatan

Tabel 2.21
Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu
Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Uraian
Jumlah Puskesmas
Jumlah Poliklinik
Jumlah Pustu
Jumlah Penduduk
Rasio Puskesmas persatuan
penduduk
Rasio Poliklinik persatuan
penduduk
Rasio Pustu persatuan
penduduk

2009
9
26
9
183.04
6
20,33

2010
10
46
9
185.04
3
18,504

2011
10
56
9
197.33
8
17,51

2012
10
68
9
203.51
2
20,351

2013
10
68
9
187.18
3
18,781

7,040

4,022

3,127

2,992

2,992

20,338

20,560

19,461

22,612

20,798

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjar

Tabel 2.22
Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu
Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar
Puskesmas
Juml
Rasio
ah

Poliklinik
Juml
Rasio
ah
(7=6/
(6)
3)

N
o

Kecamatan

Jumlah
Pendu
duk

(1
)

(2)

(3)

(4)

(5=4/3)

53.939

17.976

36

22.344

11.172

57.410

53.490
187.18
3

1
2
3
4

Kecamatan
Banjar
Kecamatan
Purwaharja
Kecamatan
Pataruman
Kecamatan
Langensari
Jumlah

Pustu
Juml
Rasio
ah
(8)

(9=8/3)

1.498

17.976

5.586

11.172

19.136

21

2.733

19.136

26.745

7.641

53.490

10

18.781

68

2.992

20.798

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjar.

Tabel 2.23

II - 46

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

Jumlah dan Rasio Rumah Sakit Per jumlah Penduduk


Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar
No

Uraian

2009

2010

2011

2012

2013

1.

Jumlah Rumah Sakit Umum


(Pemerintah)

2.

Jumlah Rumah Sakit Jiwa/Paru


dan penyakit khusus lainnya
milik pemerintah

3.

Jumlah Rumah Sakit AD/AU/


AL/POLRI

4.

Jumlah Rumah Sakit Daerah

5.

Jumlah seluruh Rumah Sakit

6.

Jumlah Penduduk

183.046

185.043

197.157

203.512

187.183

7. Rasio
183.046
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjar

185.043

197.157

203.512

187.183

Tabel 2.24
Jumlah Rumah Sakit
menurut Kecamatan tahun 2013 Kota Banjar

NO

1
2
3
4

Kecamatan

RS
Jiwa/Par
u dan
Rumah
penyaki
Sakit
t
Jumlah Umum
khusus
Pendu (Pemerin
lainnya
tah)
duk
milik
pemerin
tah
Rasi Jml Ras
Jmlh
o
h
io

Kecamatan Banjar
Kecamatan
Purwaharja
Kecamatan
Pataruman
Kecamatan
Langensari

Rumah
Sakit Rumah Rumah
AD/AU/ Sakit
Sakit
AL/POL Daerah Swasta
RI

Total

Jml Ras Jml Ras Jml Rasi Jml Rasi


h io
h
io h
o
h
o
26.9
26.9
0
0
2
2
69
69

53.939

22.344

57.410

53.490

57.4
10

187.18
57.4
1
3
10
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjar
Jumlah

26.9
69

57.4
10
84.3
79

Tabel 2.25
Jumlah Dokter Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar
No
1
2
3

Uraian
Jumlah Dokter
Jumlah Penduduk
Rasio

2009
71
183.046
2,578

2010
69
185.043
2,681

2011
73
197.157
2,339

2012
73
203.512
2,787

2013
73
187.183
2,636

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjar

Tabel 2.26
Jumlah Dokter Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar
No
(1)
1
2
3
4

Kecamatan
(2)
Banjar
Purwaharja
Pataruman
Langensari

Jumlah
Penduduk
(3)
53.939
22.344
57.410
53.490

Jumlah Dokter

Rasio

(4)
38
3
44
3

(5=4/3)
1.419
7.448
1.305
17.830

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

II - 47

BAB II

Jumlah

187.183

88

2.127

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjar

Tabel 2.27
Jumlah Tenaga Medis Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar
No
1
2
3

Uraian
Jumlah Tenaga Medis
Jumlah Penduduk
Rasio

2009
456
183.046

2010
431
185.043

2011
410
197.157

2012
410
203.512

2013
410
187.183

401

429

480

496

456

Sumber : Dinas Kesehatan

Tabel 2.28
Jumlah Tenaga Medis Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar
No

Kecamatan

Jumlah
Penduduk

Jumlah Tenaga
Medis

Rasio

(1)

(2)

(3)

(4)

(5=4/3)

53.939

109

494

22.344

13

1.718

57.410

272

211

53.490

20

2.674

414

452

Kecamatan Banjar
Kecamatan
2
Purwaharja
Kecamatan
3
Pataruman
Kecamatan
4
Langensari
Jumlah
Sumber : Dinas Kesehatan

c.

187.183

Pekerjaan Umum

Panjang jalan di Kota Banjar dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013
bertambah 3,5 Km, penambahan panjang jalan dilakukan dengan melihat
perkembangan pembangunan di Kota Banjar yang terus mengalami
peningkatan

seiring

dengan

pertambahan

jumlah

penduduk

dan

pembangunan sarana dan prasarana penunjang permukiman lainnya.


Perubahan lain dari jaringan jalan di Kota Banjar antara lain adalah adanya
peningkatan panjang jalan yang memiliki kondisi dalam tingkatan baik,
yaitu sepanjang 187,80 Km dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2009
2013. Peningkatan kondisi tersebut dalam bentuk Lapen, Pengaspalan, dan
hotmix. Berbanding

lurus peningkatan panjang jalan dalam kondisi baik

maka panjang jalan yang memiliki kondisi rusak mengalami penurunan,


yaitu 3,54 Km.
Tabel 2.29
Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi
Tahun 2009 s.d Tahun 2013 Kota Banjar
NO
1.
2.
3.
4.

II - 48

Kondisi Jalan
Kondisi Baik
Kondisi Sedang Rusak
Kondisi Rusak
Kondisi Rusak Berat

2009
180,8
6
42,25
12,52

Panjang Jalan (km)


2010
2011
2012
134,43 178,91
83,58
31.03

53,31
16.82

196,86
31,26
16,52

2013
187,8
0
43,68
16,06

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

BAB II

NO
5.

Kondisi Jalan

2009
244,0
4

Jalan secara keseluruhan


(nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota)

Panjang Jalan (km)


2010
2011
2012
249,0 249,0 244,6
4
4
4

2013
247,5
4

Tabel 2.30
Rasio Jaringan Irigasi
Tahun 2009 2013 Kota Banjar
N
Jaringan Irigasi
o
1. Jaringan primer
2. Jaringan Sekunder
3. Jaringan Tersier
4. Irigasi Desa
5. Luas lahan budidaya
6. Rasio

2009
5.562,00
32.394,0
0
39.952,9
5
15.133,4
5
3.343,48
27,83

Panjang Jaringan
2010
2011
2012
5.562,00 5.562,00 5.562,00
32.394,0 32.394,0 32.394,0
0
0
0
39.952,9 39.952,9 39.952,9
5
5
5
15.133,4 15.133,4 15.133,4
5
5
5
3.343,84 3.318,97 3.335,97
27,82
28,03
27,89

2013
5.562,00
32.394,0
0
39.952,9
5
15.133,4
5
3.335,97
27,89

Panjang jaringan irigasi (primer, sekunder dan jaringan tersier) pada tahun
2009 2013 tidak mengalami perubahan, demikian pula dengan jaringan
irigasi pedesaan. lahan budidaya di Kota Banjar adalah lahan sawah yang
terdiri dari sawah teknis, sawah yang dialiri oleh irigasi desa dan sawah
tadah hujan.
Tahun 2009 dari luas lahan budidaya
sawah

sebesar 3.343,48 Hektar, lahan

yang beririgasi teknis seluas 1.902,03 Ha, beririgasi desa seluas

285,96 Hektar dan Lahan Sawah tadah hujan seluas 1.155,49 Hektar.
Adanya penurunan luasan lahan pertanian berigasi teknis sebesar 18,24
hektar yang berubah fungsi menjadi sawah tadah hujan di daeah irigasi
Rawa Onom.
Tahun 2010 luas lahan budidaya tidak mengalami perubahan, baik
pertanian beririgasi teknis, irigasi desa, ataupun sawah tadah hujan.
Tahun 2011 luas lahan budidaya mengalami penurunan sebanyak 24, 87
Ha dari 3.318,97 Hektar menjadi 3.335,97 Hektar, ini terjadi pada sawah
tadah

hujan,

sedangkan

tahun

2012

lahan

budidaya

mengalami

peningkatan sebesar 17 Hektar karena adanya pengembangan sawah yang


beririgasi teknis di Daerah Irigasi Lakbok Utara.
Tabel 2.31
Rasio Jaringan Irigasi
menurut Kecamatan tahun 2013 Kota Banjar
Panjang Jaringan Irigasi
No Kecamatan
Primer
(1)

(2)

(3)

Sekund
Tersier
er
(4)
(5)

Total
Luas
Panjang lahan
Jaringan budida
Irigasi
ya

Irigasi
Desa
(6)
(7=3+4+

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

(8)

Rasio

(9=8/7)

II - 49

BAB II

Banjar

Pataruman

Purwaharja

Langensari
Jumlah

5.562,0
0

5+6)
4.725,30 4.725,30

515,62

9,16

6.547,90 6.449,45 18.559,35 840,88

22,07

12.964,0
300,00 13.264,00 548,86
24,17
0
19.430,0 33.405,0
3.658,70 56.493,75 1.430,61 39,49
0
5
5.562, 32.394, 39.952, 15.133, 93.042,4 3.335,9
94,89
00
00
95
45
0
7
-

Rasio jaringan irigasi di Kota Banjar tahun 2013 secara total adalah sebesar
94,89 %. Rasioterbesar terdapat di Kecamatan Langensari sebesar 39,49 %
dan rasio terendah terdapat di Kecamatan Banjar sebesar 9,16 %.
Jaringan irigasi primer di Kota Banjar hanya terdapat di Kecamatan
Pataruman, yaitu sepanjang 5.562,00 meter atau sebesar 5,98 % dari total
panjang irigasi yang ada di Kota Banjar. Jaringan irigasi sekunder memiliki
panjang 32.394,00
sepanjang

meter yang terdapat di Kecamatan Purwaharja

12.964,00

meter

dan

Kecamatan

Langensari

sepanjang

19.430,00 meter, jaringan irgasi tersier memiliki panjang 39.952,95 meter .

Tabel 2.32
Rasio Tempat Ibadah
Tahun 2012 - 2013 Kota Banjar
Tahun 2012
No

Bangunan tempat
Ibadah

(1)

(2)

Jumlah
(unit)
(3)

Tahun 2013

Jumlah
Rasio
pemeluk
(4)

(5=4/3
)

Jumla
h
(unit)

Jumla
h
pemel
uk

Rasio

(6)

(7)

(8=7/8
)

1.

Mesjid

316

356

2.

Gereja

10

10

3.

Pura

4.

Vihara

5.

Kelenteng

6.

Lain-Lain
319

327

Jumlah

II - 50

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016

Tabel 2.34
Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi
Tahun 2009 2013 Kota Banjar
No

Uraian

2009

Jumlah rumah tinggal


berakses sanitasi

21.077

2. Jumlah rumah tinggal

46.325

3. Persentase

45,52

1.

2010
22.82
6
46.43
9
49,1
5

2
0
1
3

2011

2012

34,661

27.639

27.639

47,333

47,355

47,355

73,23

58,37

58,37

Tabel 2.35
Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi
Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar

No

Kecamatan

Jumlah rumah
tinggal

(1)

(2)

(3)

Jumlah
rumah
tinggal
berakses
sanitasi
(4)

Persentas
e
(5=4/3)

1.

Kecamatan Banjar

13.563

8.187

60,36

2.

Kecamatan Pataruman

14.659

9.044

61,70

3.

Kecamatan Purwaharja

6.023

3.295

54,71

4.

Kecamatan Lagensari

13.110

7.113

54,26

Jumlah

47.355

27.639

58,37

Tabel 2.36
Rasio Tempat Pemakaman Umum Per Satuan Penduduk
Tahun 2008 2013 Kota Banjar
Tahun 2008

No

Uraian

J
u
m
l
a
h

Lu
as

Tempat pemakaman
umum (TPU)

1
1
8

617
.20
0,1
5
M2

Tempat Pemakaman
bukan umum (TPBU)

1
1
.
6
3
6

261
.62
7,6
8
M2

Tempat pemakaman
khusus (TPK)

Tahun 2013
D
a
y
a
T
a
m
p
u
n
g
3
0
1.
1
7
2
ji
w
a
5
1.
8
2
1
ji
w
a

J
u
m
l
a
h

Lua
s

1
1
8

617.
200,
15
M2

1
1
.
6
3
6

261.
627,
68
M2

D
a
y
a
Ta
m
p
u
n
g
3
0
1.
1
7
2
ji
w
a
5
1.
8
2
1
ji
w
a

Lain-Lain

Jumlah Tempat
Pemakaman

Jumlah penduduk
(jiwa)

Rasio TPU persatuan


penduduk (1/6)

1
1
.
7
5
4
1
8
0
.
0
4
6

1
1
.
7
5
4
2
0
3
.
5
1
2

Perkembangan luas lahan pemakaman umum di Kota Banjar dari tahun


2008 sampai tahun 2013 tidak mengalami peningkatan, hal ini terjadi
karena daya tampung lahan pemakaman umum di Kota Banjar masih
tersedia

dengan

beberapa

tahun

luas
ke

cukup
depan.

untuk
Untuk

menampung
beberapa

kebutuhan

lokasi

tingkat

sampai
hunian

pemakaman mengalami peningkatan seiring dengan adanya sejumlah


masyarakat yang meninggal dunia.
Tabel 2.38
Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah Penduduk
Tahun 2009-2013 Kota Banjar
No
1.
2.
3.
4.

Uraian

2009

Jumlah TPS
Jumlah Daya Tampung
TPS
Jumlah Penduduk
Rasio Daya Tampung
TPS thd Jumlah
penduduk

2010

2011

2
0
1
3

2012

4
4
4
6
6
9.336
3
11.369 M312.124 M312.504 M 12.504 M3
M3
183.046 185.043 197.338 203.512 203.512
5,1

6,1

6,1

6,1

6,1

Table 2.39
Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah Penduduk
Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar
TPS
No

Kecamatan

(1)
1.

(2)
Kecamatan Banjar
Kecamatan
Pataruman
Kecamatan
Purwaharja
Kecamatan
Lagensari
Jumlah

2.
3.
4.

Jumlah
Penduduk
(jiwa)

Jumlah
(unit)

(3)
53.939

(4)
3

Jumlah
Daya
Tampung
(Ton)
(5)
7.146 M3

(6=5/3)
12,34

57.410

3.630 M3

5,81

22.344

1.152 M3

4.77

53.490

576 M3

0,97

187.183

10

12.504 M3

23,99

Rasio

Dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Banjar tiap tahunnya, maka


volume atau timbulan sampah dipastikan akan bertambah pula. Demikian
pula

kebutuhan

sarana

pendukung

persampahan

akan

mengalami

peningkatan sehingga pemerintah kota dalam hal ini dinas teknis akan
memiliki tanggungjawab dan tugas yang besar dalam menyelesaikan
permasalahan di sektor persampahan tersebut.
Sejalan dengan menigkatnya timbulan sampah tiap tahunnya, pemerintah
telah menambah kapasitas dan jumlah sarana persampahan, antara lain
jumlah Tempat Pembuangan Sementara (TPS) bertambah menjadi 10 unit
pada tahun 2013 dari 4 unit pada tahun 2008. Kapasitas daya tampung

TPS juga mengalami peningkatan sebesar 74,66 persen dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2013.
Permasalahan yang dihadapi pada saat ini dalam pengelolaan sampah di
Kota Banjar adalah masih melekatnya budaya atau perilaku masyarakat
terhadap pegelolaan sampah yang bersifat apatis sehingga masih menjadi
tanggung jawab Pemerintah semata, diantaranya

partisipasi masyarakat

kurang dalam pengelolaan sampah. pemilahan sampah disumbernya


belum dilakukan, System 3R (reduce, reuse dan recycle) di sumber sampah
belum dilakukan, sampah masih ada yang dibuang ke badan air, kebun,
dibakar atau dimana saja, sebagian masyarakat sulit untuk membayar
retribusi sampah (buang lari), dan kebersihan lingkungan kurang terjaga.
d. Perumahan
Permukiman di Kota Banjar terdiri dari beberapa tipe yaitu
Swadaya

(permukimaan

perkotaan

dan

permukimaan

Permukiman
pedesaan),

perumahan yang dibangun pemerintah (komplek perumnas), perumahan


yang dibangun swasta, dan perumahan perkebunan.
Jumlah rumah

di Kota Banjar tahun 2013 sejumlah 47.353 unit meliputi

jumlah rumah di Kecamatan


Kecamatan

Banjar sebanyak 13.571 unit

( 28,5%), di

Purwaharja sebanyak 6.013 unit (12,7%), di Kecamatan

Pataruman sebanyak 14.659 unit (30,9%) dan di Kecamatan Langensari


sebanyak 13.110 unit ( 27,9%) dengan konstruksi rumah meliputi rumah
permanen sebesar 70%, Semi permanen sebesar 19,85%, dan temporer
atau Panggung sebesar 2,31%.
Permukiman padat /kumuh di Kota Banjar cenderung berlokasi di pusat
kota, seperti di sekitar stasiun dan pasar (Kecamatan
Kecamatan

Pataruman)

sedangkan

di

Kecamatan

Banjar dan

Langensari

dan

Kecamatan Purwaharja kawasan tidak kumuh/padat namun bangunan


rumah cenderung kurang layak huni atau rusak .
Dari Jumlah kepala keluarga 60.256 dengan rumah tinggal sebanyak
47.353 unit, rumah layak huni berjumlah 33.173

unit dan tidak layak

sebanyak 1.543 unit, Luas kawasan kumuh 283,84 ha.


Kota Banjar memiliki kepadatan penduduk yang sedang (1495 orang/km2),
kondisi tersebut memerlukan penanganan sejak dini dalam penyediaan
sarana perumahan dan permukiman. Kegiatan infrastruktur perumahan
dan permukiman pada saat ini lebih ditekankan pada sarana pendukung
seperti Program-program penyehatan lingkungan, penyediaan air bersih
dan

jalan

lingkungan.

Sedangkan

untuk

program

permukiman

dan

perumahan lebih ditekankan dengan pola kemitraan dengan swasta dan


perumahan swadaya.

Cakupan pelayanan perpipaan perkotaan di Kota Banjar sampai dengan


tahun 2013 mencapai 27,45%. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua
daerah terlayani perpipaan perkotaan baik perpipaan pedesaan. Sumber
air di kota Banjar masih banyak yang menggunakan air yang tidak layak
mencapai

33%.

(tidak

layak

karena

sumur

gali

tidak

terlindungi),

sedangkan minat dan daya beli masyarakat terhadap pelayanan PDAM


masih kurang.
Permasalahan permukiman dan Perumahan di Kota Banjar antara lain
ketersediaan lahan untuk lokasi kegiatan, ketersediaan sumber air bersih,
kurangnya partisipasi dan kemampuan masyarakat terhadap pemeliharaan
infrastruktur yang ada belum adanya pengelola terhadap air bersih
pedesaan dan sarana sanitasi yang dikelola mandiri oleh masyarakat,
terdapat rumah tidak layak huni baik di kawasan permukiman perkotaan
maupun di permukiman pedesaan, terdapat permukiman swadaya yang
semakin

padat,

terpencarnya

tidak

lokasi

teratur,

kawasan

cenderung
permukiman

kumuh

di

pusat

menyebabkan

kota,

sukarnya

terpenuhi pelayanan infrastuktur dan prasarana lainnya, masih terdapat


permukiman pedesaan
kebutuhan

dengan karakter khusus yang menyebabkan

pengembangan

standar

infrastruktur

berbeda,

terdapat

permukiman di sekitar sempadan sungai, sempadan rel Kereta Api, dan


daerah rawan bencana (banjir, longsor, putting beliung), rumah dan
lingkungan berarsitektur khas yang mengalami penurunan kualitas

dan

kehilangan ciri identitasnya.


Tabel 2.40
Persentase Rumah Tangga pengguna air bersih, Rumah tangga bersanitasi,
lingkungan pemukiman kumuh dan Rumah layak huni di Kota banjar Tahun 2013
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Uraian
Rumah tangga pengguna air bersih
Rumah tangga pengguna listrik
Rumah tangga ber-Sanitasi
Lingkungan pemukiman kumuh
Rumah layak huni

Jumlah (%)
27,45
93,87
2,16
70,05

e. Penataan ruang
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik
yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam, dari sifatnya
ruang terbuka hijau bisa dibedakan menjadi ruang terbuka hijau privat
(memiliki batas waktu tertentu untuk mengaksesnya dan kepemilikannya
bersifat pribadi, contoh halaman rumah tinggal), ruang terbuka hijau semi
privat (ruang

publik yang kepemilikannya pribadi namun bisa diakses

langsung oleh masyarakat)

dan ruang terbuka hijau publik, dimana

kepemilikannya

oleh

pemerintah

dan

bisa

diakses

langsung

oleh

masyarakat tanpa batas waktu tertentu, contoh alun-alun, dan trotoar.


Fungsi ekologis Ruang Terbuka Hijau yaitu dapat meningkatkan kualitas air
tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim
mikro. Fungsi lainnya yaitu sosial-ekonomi untuk memberikan fungsi
sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai tetenger
(landmark) kota.
Luas Ruang Terbuka Hijau tersebut di atas terdiri dari ruang terbuka hijau
privat dan ruang terbuka hijau publik, dimana luas Ruang Terbuka Hijau
sampai dengan tahun 2012 mencapai 17,54 persen dari luas lahan
keseluruhan di Kota Banjar, amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang yang mewajibkan setiap kota untuk menyediakan
RTH nya sebesar 30 persen dari luas kota secara keseluruhan.

Tabel 2.41
Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah
Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar
N
o

Uraian

1. Luas Ruang
Terbuka Hijau
2.
Luas wilayah

2009

2010

2011

2012

2.315,29

2.315,29

2.315,29

2.315,29

2
0
1
3
2.315,29

13.197,2 13.197,2 13.197,2 13.197,2 13.197,2


3
3
3
3
3
3. Rasio RTH (1:2)
0,1754
0,1754
0,1754
0,1754
0,1754
Sumber : Dinas Ciptakarya, Tata Ruang, dan LH Kota Banjar, Tahun 2013
Tabel 2.42
Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah
Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar
No

Kecamatan

Luas
Wilayah

(1)

(2)

(3)

Luas
wilayah
ber
HPL/HGB
(4)

Luas
Ruang
Terbuka
Hijau
(5)

Rasio
Ruang
Terbuka
Hijau
(6=5/4)

602,91

0,2294

1.

Banjar

2.623,84

2.

Pataruman

5.405,66

N/A
N/A

694,02

0,1283

1.826,74

N/A

430,68

0.2357

3.340,99

N/A

587,68

0,1759

13.197,23

N/A

2.315,29

0,1754

3.
4.

Purwaharja
Lagensari
Jumlah

Sumber : Kantor Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, Kebersihan, dan LH Kota
Banjar,
Tahun 2013

Jumlah bangunan yang memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota


Banjar sampai dengan tahun 2011 adalah 36,63 persen. Prosentase jumlah

bangunan yang masih rendah tersebut merupakan suatu potensi sekaligus


sebagai permasalahan yang dihadapi pemerintah kota. Potensi yang masih
besar tersebut dapat menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Banjar
melalui sektor retribusi.
Tabel 2.43
Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan
Tahun 2008 s.d 2012 Kota Banjar
No

Uraian

2009

2010

2011

2012

1.
2.

Jumlah Bangunan ber-IMB


Jumlah Bangunan
Rasio bangunan ber-IMB
(1:2)

16.981
45.068

17.460
46.439

17.889
47.353

18.319
48.146

2
0
1
3
18.319
48.146

0,3767

0,3760

0,3778

0,3808

0,3808

3.

Sumber : Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Kota Banjar, Tahun
2013
Tabel 2.44
Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan
Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar
No

Jumlah
Bangunan
ber-IMB
(4)
5.581
5.775
2.121
4.842

Jumlah
Bangunan

Kecamatan

(1)
1.
2.
3.
4.

Rasio
bangunan
ber-IMB
(5=4/3)
0,3805
0,3801
0,3807
0,3808

(2)
(3)
Kecamatan Banjar
14.669
Kecamatan Pataruman
15.192
Kecamatan Purwaharja
5.571
Kecamatan Lagensari
12.714
Jumlah
48.146
18.319
0,3808
Sumber : Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Kota Banjar, Tahun 2013

f. Perencanaan Pembangunan
Penyelarasan

secara

terpadu

dokumen

perencanaan

pembangunan

nasional yaitu RPJM Nasional 2010-2014, RPJMD Provinsi Jawa Barat 20092013 dengan RPJMD Kota Banjar tahun 2009-2013 untuk menyelesaikan
permasalahan dan isu strategis sebagaimana diamanatkan Undang-undang
No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
dan Undang-undang No. 32 tahun 2004 sebagaimana telah diubah
terakhirkali dengan Undang-undang No. 12 tahun 2008 tentang Pemerintah
Daerah, perlu semakin ditingkatkan. Penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka

Menengah

Daerah

harus

mengacu

pada

penataan

ruang

sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang


Penataan Ruang.
Didalam penyusunan dokumen perencanaan perlu pula memperhatikan
kebijakan

dari

arahan

inpres

No.3

tahun

2010

tentang

Program

Pembangunan Nasional Berkeadilan, mengamanatkan bahwa pemerintah


daerah memberikan sumbangan dalam rangka pencapaian Pendidikan

Untuk Semua (PUS), Percepatan Tujuan Pembangunan Milenuim (MDGs)


pada tahun 2015; RAD Pangan dan Gizi; Pengembangan ICT dan lain-lain.
Gambaran kondisi pelaksanaan dan penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan daerah berdasarkan arahan pemerintah Pusat yang telah di
susun, antara lain sebagai berikut:
Tabel 2.45
Capaian Indikator Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan
Kota Banjar Tahun 2008-2013
N
o
1

Indikator

200
8

200
9

201
0

201
1

201
2

201
3

Ketersediaan
dokumen
perencanaan
pembangunan daerah
1) RPJPD yang telah ditetapkan
dengan Perda
2) RPJMD yang telah ditetapkan
dengan Perda
3) RKPD yang telah ditetapkan Perwal
Penjabaran Program RPJMD ke dalam
RKPD

Seiring dengan peningkatan tuntutan kualitas perencanaan pembangunan


daerah, pada masa mendatang akan sangat banyak dokumen perencanaan
pembangunan

yang

diamanatkan

oleh

Pemerintah

Pusat

kepada

Pemerintah Daerah di berbagai bidang. Dengan demikian untuk menjaga


sinergitas pembangunan daerah dengan pembangunan nasional dan
provinsi, maka kedepan penyusunan

dokumen perencanaan di semua

bidang perlu diwujudkan.


g. Perhubungan
Di sektor Perhubungan peningkatan jumlah penumpang dari tahunnya
cukup fluktuaktif hal ini disebabkan oleh posisi Kota Banjar yang berada di
perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat dimana Kota Banjar sebagai
Kota Transit sehingga jumlah penumpang yang menumpang angkutan
darat di terminal Kota Banjar pada tahun 2009 hanya sebanyak 1.404.910
untuk penumpang Bis dan 109.018 orang penumpang Kereta Api, adapun
pada tahun 2010

untuk penumpang Bis bertambah 26.573 orang dan

5.185 orang untuk penumpang Kereta Api. Pada tahun 2011 penumpang
Bis mengalami penurunan dan pada tahun 2012-2013 kembali mengalami
peningkatan,

sedangkan

untuk

penumpang

Kereta

Api

mengalami

penurunan, hal ini disebabkan penumpang Angkutan darat tersebut


langsung dari terminal asal menuju kota-kota besar yang ada akan dituju .
Tabel 2.46
Jumlah Penumpang Angkutan Umum
Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar

2009

2010

2011

2012**)

1.404.96
2

1.431.53
5

1.267.04
1

1.364.76
4

2
0
1
3
*
*
)
1.364.76
4

126.819*

132.004*

110.645*

79.853*

46.207*

1.531.7
1.563.5
1.377.6
81
39
86
Sumber : UPTD Terminal DISHUB dan BDA Tahun 2013
***)
Penjumlahan penumpang dari stasiun banjar dan Langensari

1.444.6
17

1.300.9
71

No

1.
2.
3.
4.

Uraian

Jumlah penumpang Bis


Jumlah penumpang Kereta
api
Jumlah penumpang Kapal
laut
Jumlah penumpang Pesawat
udara
Total Jumlah Penumpang

Dalam meningkatkan pelayanan dan kelayakan angkutan darat pemerintah


kota Banjar telah mengeluarkan Izin Trayek kendaraan di perkotaan tahun
2010 sebanyak 87 izin trayek dan tahun 2011 sebanyak 86 izin trayek dan
45 izin trayek pada tahun 2013 dan tersebar di tingkat kecamatan dan Uji
KIR sesuai dengan tingkatan Angkutan Kendaraan darat yang berada di
Pemerintah Kota Banjar.
Tabel 2.47
Rasio Ijin Trayek
Tahun2009 s.d 2013 Kota Banjar
No
Uraian
1. Izin Trayek perkotaan
2. Izin Trayek perdesaan
3. Jumlah Izin Trayek
4.

2009

Jumlah penduduk

2010
87

2011
86

2012
45

2013
45

279
185.04
3

279
197.33
8

279

279

Total
Jumlah
Izin
Trayek
(7=4+5
+6)

Rasio
Izin
Traye
k
(8=7/
3)
0,0009
1
0,0066
2
0,0005
1
0,0009
9
0,001
49

5. Rasio Izin Trayek


Sumber : UPTD Terminal Dishub Kota Banjar
Tabel 2.48
Rasio Ijin Trayek
Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar
N
o

Kecamatan

Jumlah
Pendu
duk

(1
)

(2)

(3)

Jumlah Izin Trayek


Perkotaan

Perdesaan

(4)

(5)

53.9
49
39
57.4
2. Pataruman
148
10
22.3
3. Purwaharja
29
44
53.4
4. Langensari
53
90
187.1
Jumlah
279
83
Sumber : UPTD Terminal Dishub Kota Banjar
1. Banjar

49
148
29
53
279

Tabel 2.49
Jumlah Uji Kir Angkutan Umum
Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar
2009
Angkutan
Umum

No

Mobil
penumpang
umum

2010
Jml

Jm

19

Jml

2011

Jml

94.

Jml

2012

Jml

73.6

Jml

2013
Jm

Jml
%

79.9

84

19

16

25

233 92. 254 211 83.0 257 186 72.3 251 211

84

25

21

15

117 75. 170 121 71.1 182 106 58.5 196 125

64

19

12

20

20

Mobil bus

Mobil
barang
Kereta
gandengan
Kereta
tempelan

19

68.

68.4

47.3

2
0

18

144 78. 199 145 72. 127 127 60. 225 149

66

14

Jumlah

Sumber : UPTD Terminal Dishub Kota Banjar


Tabel 2.50
Jumlah uji kir angkutan umum selama 1 (satu) tahun
Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar
A
n
g
k
u
t
a
n
U
m
u
m

Mo
bil
pen
um
pan
g
um
um
Jmlh
Jmlh

Mo
bil
bus

Jmlh
Jmlh

Mobil
bara
ng

Jmlh
Jmlh

Jmlh
% Jmlh
(

(
2
)

K
e
c
.
B
a
n
j
a
r
K
e
c

Kere
ta
gand
enga
n

Keret
a
temp
elan

Jmlh
Jmlh

h
A
n
g
k
u
t
a
n

Jmlh

%
(

(
(

(10)

(16)

(19)

7
0

495

639

.
P
a
t
a
r
u
m
a
n
K
e
c
.
P
u
r
w
a
h
a
r
j
a
K
e
c
.
L
a
n
g
e
n
s
a
r
i
J
u
m
l
a
h

100

84 251211 84

196125

202

100

154

149

Sumber : UPTD Terminal Dishub Kota Banjar


Tabel 2.51
Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis
Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar
No
1.
2.
3.

2
0
0
9

Uraian
Jumlah pelabuhan
laut
Jumlah pelabuhan
udara
Jumlah terminal
bis
Jumlah

2010

2011

2012

2013

Sumber : UPTD Terminal Kota Banjar.

h. Lingkungan Hidup
Pengelolaan persampahan di Kota Banjar dilakukan dengan tahapan
pengembangan persampahan yang terdiri dari dua zona,

yaitu zona I

peningkatan

(TPS-TPA)

cakupan

pelayanan

hingga

minimal

70%

pemisahan sampah berbasis RT dalam jangka menengah dan zona II


pengembangan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat +

pemilahan

dan

pengelolaan

sampah

berbasis

RT,

pengangkutan

secukupnya (TPS-TPA) dalam jangka panjang.


Metoda pengelolaan persampahan di Kota Banjar sudah menggunakan
metoda sanitary landfiil, yaitu membuang dan menumpuk sampah ke suatu
lokasi yang cekung, memadatkan sampah tersebut kemudian menutupnya
dengan tanah dengan tujuan untuk menghilangkan polusi. Dengan metoda
tersebut

memungkinkan berapapun volume sampah yang dihasilkan

diharapkan tidak menjadi masalah lingkungan, ini dapat ditunjukan dengan


antara volume sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diangkut dan
ditangani selalu seimbang.
Tabel 2.52
Jumlah Volume Sampah dan Produksi Sampah
Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar
No

Uraian

1. Jumlah sampah yang


ditangani
2. Jumlah volume produksi
sampah
3. Persentase

2009

2010

2011

2012

152.245
,65
152.245
,65
100

153.906
,63
153.906
,63
100

164.13
2,8
164.13
2,8
100

169.267
,93
169.267
,93
100

2
0
1
3
169.267
,93
169.267
,93
100

Tabel 2.53
Jumlah Volume Sampah dan Produksi Sampah
Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar
No

Kecamatan

Jumlah sampah
yang ditangani

Jumlah volume
produksi sampah

Persent
ase

(1
)

(2)

(3)

(4)

(5=4/3)

48.0625,47

48.0625,47

100

51.714,99

51.714,99

100

20.017,46

20.017,46

100

49.451,37

49.451,37

100

164.132,8

164.132,8

100

Kecamatan
Banjar
Kecamatan
2.
Pataruman
Kecamatan
3.
Purwaharja
Kecamatan
4.
Langensari
Jumlah
1.

Jumlah pengguna dan pelanggan

air minum yang bersumber dari

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Anom Kota Banjar setiap
tahunnya

mengalami

peningkatan.

Dengan

bertambahnya

jumlah

penduduk dan kebutuhan air minum di Kota Banjar, Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Tirta Anom Kota Banjar telah mengembangan pengelolaan
air minum dengan sistem Ultra Filtrasi yang didanai APBN, APBD I & APBD
II.
Tabel 2.54
Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan

Akses Air Minum dan Jumlah Penduduk


Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar
No
1.
2.
3.

Uraian
Jumlah penduduk yang
mendapatkan akses air
minum
Jumlah penduduk
Persentase penduduk
berakses air bersih

2
0
1
3

2009

2010

2011

2012

46.908,
4

48.203,
7

52.782

55.862

55.862

183.046

185.043

197.338

203.512

187.183

25,35

26,05

26,75

27,45

29,84

Tabel 2.55
Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum
dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2013Kota Banjar
N
o

Kecamatan

(1
(2)
)
1. Kecamatan Banjar
Kecamatan
2.
Purwaharja
Kecamatan
3.
Pataruman
Kecamatan
4.
Langensari
Jumlah

Jumlah
Pendudu
k

Jumlah Penduduk
yang mendapatkan akses air
minum

Persent
ase

(3)

(4)

(5=4/3)

53.939

23.245

43,09

22.344

12.372

55,37

57.410

17.635

30,07

53.490

2.610

4,88

187.183

55.862

29,84

i. Pertanahan
Pembangunan urusan pertanahan mencakup administrasi pertanahan,
penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah,
penyelesaian
informasi

konflik-konflik

pertanahan.

pertanahan,

Pembangunan

dan

pengembangan

pertanahan

diarahkan

sistem
untuk

menjamin kepastian hukum akan penggunaan tanah untuk berbagai


kepentingan, baik yang bersifat kepentingan pribadi, keperluan usaha,
maupun kepentingan masyarakat umum.
Luas lahan bersertifikat di Kota Banjar pada tahun 2009-2013 mengalami
peningkatan, dari sebanyak 42.209,8 ha pada tahun 2009, menjadi
43.152,5 ha pada tahun 2012. Persentase luas petak lahan yang
bersertifikat pada tahun 2008 sebesar 23,90%, tahun 2013 meningkat
menjadi 24,42%.
Jumlah petak tanah bersertifikat hak milik mengalami peningkatan dari
sebanyak 189.522 sertifikat pada tahun 2009, menjadi 207.462 petak pada
tahun 2012. Tanah bersertifikat hak pakai juga meningkat dari sebanyak

1.416 petak pada tahun 2008 menjadi sebanyak 1.525 petak pada tahun
2013.

j.

Kependudukan dan Catatan Sipil

Pelayanan bidang kependudukan dan pencatatan sipil menjadi salah satu


sasaran

utama

dalam

pembangunan.

Keberadaan

penduduk

yang

merupakan salah satu modal utama pembangunan perlu mendapatkan


perhatian agar penerapan adminsitrasi kependudukan berjalan sesuai
dengan amanat undangundang yang berlaku.
Penerapan sistem informasi administrasi kependudukan seperti yang
tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Pendudukan dan Pencatatan Sipil
serta Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP
Berbasis NIK Secara Nasional, memerlukan koordinasi, fasilitasi dan
pembinaan di bidang kependudukan dan catatan sipil yang baik antara
Pemerintah Pusat, Provinsi dengan Kabupaten/Kota. Implementasi sistem
informasi administrasi kependudukan (SIAK) on line perlu mendapatkan
dukungan

dengan

peningkatan

kapasitas

SDM

dalam

rangka

pengoperasiannya termasuk pelatihan pemeliharaan peralatan jaringan


SIAK on line.
Jumlah penduduk Kota Banjar pada tahun 2011 mencapai angka 197,338
dengan komposisi penduduk perempuan sebanyak 98.276 jiwa dan 99.062
jiwa penduduk laki-laki. Pelayanan administrasi oleh Dinas kependudukan
dan Catatan Sipil Kota Banjar antara lain pelayanan KTP, KK, Akta kelahiran,
akta perkawinan dan perceraian. Pelayanan ini harus diberikan kepada
semua masyarakat dan juda ada

beberapa jenis pelayanan yang elah

mempunyai standar pelayanan minimal (SPM) yang harus dicapai.


Persentase

kepemilikan

KTP

pada

penduduk

wajib

KTP

mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Sampai tahun 2012 data menunjukan


bahwa penduduk yang telah memiliki KTP mencapai 76% dari total
penduduk wajib KTP. Capaian ini meningkat 12% dibandingkan dengan
capaian pada tahun 2011 yakni 64%. Meskipun sudah menerapkan
penerbitan KTP berbasis NIK namun angka ini masih sangat jauh dibawah
target SPM tentang kepemilikan KTP. Pelayanan administrasi kependudukan
masyarakat Kota Banjar saat ini dilayani 4 unit pelayanan yang berada di
semua Kecamatan. Semua unit pelayanan ini sudah terhubung secara on
line sehingga pelayanannya diharapkan akan lebih optimal. Gambaran
kinerja pelayanan bidang kependudukan dan catatan sipil di Kota Banjar
sampai tahun 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.56
Kinerja Pelayanan Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Banjar
Tahun 2009 s.d 2013
Indikator

2009

2010

2011

2012

2013

Ket
Rumusan
indikator tidak
berkorelasi
dengan unsurunsur
pembilangdan
penyebut pada
rumusan
perhitungannya

Rasio penduduk
berKTP per satuan
penduduk

Tidak dapat
dilakukan
perhitungan atas
perumusan
karena antar
pembilang dan
penyebut tidak
berkorelasi
sehingga hasil
tidak
terdefinisikan
Data tidak ada
karena tidak
terklasifikasi
dalam aplikasi
data base
kependudukkan

Rasio pasangan
berakte nikah

Kepemilikan KTP

Kepemilikan akta
kelahiran per 1000
penduduk

95,00%

94,95%

92,42%

85,97%

Tahun 2008 s/d.


2011 adalah
merupakan data
penduduk ber-KTP
non-elektrik
85,97% Tahun 2013
merupakan
penduduk yang
sudah melakukan
perekaman KTP
Elektronik
Tidak tersedia
data
sehubungan,
belum dilakukan
pendataan
secara
keseluruhan
mengenai jumlah
penduduk yang
memiliki akta,
yang tersedia
data penerbitan
akta setiap tahun
dari tahun 2003
s/d. 2013

Indikator

2009

2010

2011

2012

2013

Ket
86,5
Data bayi lahir
7%
yang mambuat
akta kelahiran
adalah
merupakan
jumlah penduduk
Kota Banjar dan
luar Kota Banjar
yang lahir diKota
Banjar

Rasio Bayi Berakta


Kelahiran

90,65
%

104,02
%

84,22%

86,57
%

Ketersediaan
database
kependudukan
skala provinsi

Tidak
ada

Tidak
ada

Tidak
ada

Tidak
ada

Tidak
ada

Tidak ada

Ketrsediaan
database
kependudukkan
skala kab/kota

Sudah
Ada

Sudah
Ada

Sudah
Ada

Sudah
Ada

Sudah
Ada

Sudah Ada

Penerapan KTP
Nasional berbasis
NIK

Belum

Belum

Belum

Belum

Belum

Sudah Sebagian

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Banjar

k. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Di sektor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dari indikator
yang di capai pada lembaga kepemerintahan partisipasi jumlah perempuan
hanya berkisar 6,62% dari jumlah pekerja perumpuan di lembaga-lembaga
pemerintah di Kota Banjar berbanding terbalik keikutsertaan perempuan di
lebaga swasta yakni sebanyak 93.38% dari partisipasi angkatan kerja
perempuan sebanyak 40%.
Tabel 2.57
Capaian Indikator Kinerja Urusan Perlindungan Perempuan dan Anak
Kota Banjar tahun 2013
N
o
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Indikator
Persentase partisipasi perempuan di lembaga
pemerintah
Partisipasi perempuan di lembaga swasta
Rasio KDRT
Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur
Partisipasi angkatan kerja perempuan
Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan
dan anak dari tindakan kekerasan

l. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

%
6,62
93,38
0,15
0,00
40,00
100,00

Permasalahan yang masih dihadapi dalam pelaksanaan Urusan Keluarga


Berencana dan Keluarga Sejahtera antara lain adalah sulitnya regenerasi
kader dan keterbatasan petugas penyuluh Keluarga Berencana serta
berbagai

masalah

terkait

kesehatan

reproduksi.

Program

Keluarga

Berencana dikatakan berhasil apabila angka kepesertaan KB Mandiri tinggi,


kepesertaan KB Pria tinggi, dan

unmet need

(kebutuhan keluarga

berencana yang belum terpenuhi) yang rendah. Berdasarkan survei yang


dilaksanakan oleh BKKBN Tahun 2011, peserta KB terbanyak di Kota Banjar
berada pada kisaran umur 3539 tahun, kepesertaan KB Pria masih rendah,
dan unmet need masih relatif tinggi.
Upaya peningkatan tahapan keluarga sejahtera dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan, antara lain melalui kegiatan Kampung KB.
Tabel 2.58
Capaian Indikator Kinerja Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
No
1.
2.
3.

Indikator
Rata-rata jumlah anak per keluarga
Rasio akseptor KB
Cakupan peserta KB aktif
Keluarga Pra Sejahtera dan
Keluarga Sejahtera

4.

%
0.78
83.53
83.53
52.15

m. Sosial
Dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
yang

dimaksud

kesejahteraan

sosial

adalah

kondisi

terpenuhinya

kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup
layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya. Penyelenggaraan Kesejahteraan sosial adalah upaya yang
terarah,

terpadu,

dan

berkelanjutan

yang

dilakukan

Pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna


memenuhi kebutuhan dasar, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan
sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) merupakan istilah yang dipakai untuk orangorang yang memiliki masalah dalam pemenuhan kebutuhan material,
spiritual dan sosial untuk hidup layak.
Masalah kesejahteraan sosial terjadi

karena adanya gangguan alam

kesulitan seseorang, keluarga ataupun kelompok masyarakat sehingga


tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara memadai dan wajar.
Hambatan

atau

gangguan

tersebut

dapat

berupa

kemiskinan,

keterlantaran, kecacatan, ketunasosialan, keterbelakangan, keterasingan


dan

perubahan

lingkungan

secara mendadak.

Penyandang

masalah

kesejahteraan sosial secara besaran dikelompokkan sebagai berikut; Anak,

Wanita, lanjut usia, penyandang cacat, tuna sosial, korban penyalahgunaan


napza, keluarga dan masyarakat.
Menurut data Dinas Sosnaker Kota

Banjar tahun 2013, jumlah anak

terlantar terdapat sebanyak 235 orang, yang jauh berkurang dibanding


tahun sebelumnya yang mencapai 333 orang, anak jalanan terdapat
sebanyak 4 orang dan anak bermasalah dengan hukum sebanyak 6 orang.
Dari data tersebut menunjukkan terjadi penurunan yang signifikan
dibanding kondisi tahun 2012. Hal menggembirakan lainnya adalah bahwa
pada

tahun

2013

terjadi

penurunan

angka

ditemukannya

kasus

penyalahgunbaan napza yang mencapai sebanyak 17 orang dibanding


tahun 2012 yang mencapai 19 orang. Sementara itu penyandang HIV/AIDS
yang ditemukan sebanyak 64 orang pada tahun 2013, padahal di tahun
2010 sudah tidak ditemukan adanya kasus tersebut. Tentunya ini harus
menjadi perhatian semua pihak.
Di lain pihak, sejalan dengan perubahan iklim global yang terjadi sekarang
ini, berimbas pula pada kejadian bencana alam yang terjadi di Kota Banjar
pada tahun 2013 seperti angin topan 4 kasus, tanah longsor 1 kasus. Hal
ini menuntut perhatian lebih mendalam dari semua pihak supaya bisa
meminimalisir kejadian bencana yang tersebar di empat kecamatan.
Tabel 2.59
Pelayanan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan
Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) Kota Banjar Tahun 2013
Tahun
No
I.

Uraian

200
9

2010

2011

2012

2013

1.

Jumlah Sarana Sosial:


Panti Asuhan

2.

Panti Jompo

3.

Panti Rehabilitasi

1.

Jumlah Penyandang Masalah


Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Anak Balita Terlantar

127

48

22

22

22

2.

Anak Terlantar

539

333

235

235

235

3.

Anak Bermasalah Hukum

16

16

16

4.

Anak Bermasalah Psikologi

61

69

5.

Anak Jalanan

22

6.

Wanita Rawan Sosial Ekonomi

782

1.042

997

997

997

7.

Korban Tindak Kekerasan

8.

Lanjut Usia terlantar

1.486

1.391

1.418

1.418

9.

Penyandang Cacat

790

1.518

1.253

1.253

10. Tuna Susila

12

23

1.41
8
1.25
3
24

24

24

11. Pengemis

26

21

20

20

20

II.

No

Uraian

Tahun

200
9

2010

2012

2013

80

48

48

48

48

22

19

17

17

17

16. Keluarga Fakir Miskin

7.120

5.829

5.597

5.597

17. Keluarga Berumah Tidak Layak Huni

1.155

1.179

1.182

1.182

18. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologi

20

23

5.59
7
1.18
2
22

22

22

19. Komunita Adat Terpencil

20. Korban Bencana Alam

21. Korban Bencana Sosial atau Pengungsi

22. Pekerja Migran Bermasalah

23

64

1.216

414

366

366

366

1.

Jumlah Kelembagaan Sosial


Masyarakat
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)

91

91

94

94

94

2.

Organisasi Sosial (Orsos)

15

17

16

16

16

3.

Karang Taruna (KT)

24

25

25

25

25

4.

Wahana Kesos Berbasis Masyarakat

103

24

11

11

11

5.

Dunia Usaha

12. Gelandang
13. Waria
14. Bekas Warga Binaan Lembaga
Kemasyarakatan (BWBLK)
15. Korban Penyalahgunaan Npza

23. Penyandang HIVS/AIDS


24. Keluarga Rentan
25. Keluarga Traficking
III.

2011

Sumber Dinsosnakertrans dan BKBPP Kota Banjar

n. Ketenagaakerjaan
Dengan semakin besarnya komposisi penduduk usia produktif (15-64
tahun) di Kota Banjar membutuhkan perhatian yang serius dari pemerintah
terutama dalam rangka menanggulangi angkatan kerja baru agar tidak
berimplikasi membludaknya jumlah pengangguran.
Dinas Sosnaker Kota Banjar mencatat, jumlah pencari kerja yang terdaftar
terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Di tahun 2009
misalnya jumlah pencari kerja di Kota Banjar baru tercatat sebanyak 3.783
orang dan berkurang di tahun 2010 menjadi 3.780 orang dan menurun lagi
di tahun 2011 menjadi sebanyak 3.287 orang, sedikit bertambah di tahun
2012 menjadi 3.289 orang.

Sedangkan di tahun 2013 bertambah lagi

menjadi sebanyak 3.333 orang. Data Dinas Sosnaker menunjukkan bahwa


pencari kerja terdaftar adalah mereka yang sebagian besar memiliki bekal
pendidikan cukup tinggi (SMP/SMA/universitas), yaitu mencapai sebesar
78,70 persen. Artinya lebih dari tujuh puluh persen penganggur di Kota
Banjar adalah para pencari kerja terdidik, yang tentunya diperlukan
penanganan yang lebih kompleks, terutama penyediaan lapangan kerja

yang kompeten dan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. Karena
terdapat kecenderungan biasanya pencari kerja terdidik relatif lebih selektif
mencari

lowongan

kerja

dan

memerlukan

proses

panjang

dalam

Tahun
2011
135.4
27

2012
139.9
59

2013
133.52
5

222
756
2.062
91
156

202
664
2.075
55
293

176
534
1.986
168
466
3

menentukan pekerjan yang sesuai dengan keahliannya.


Tabel 2.60
Perkembangan Data Ketenagakerjaan Kota Banjar
Tahun 2009 - 2013
No

Uraian

1.

Jumlah Penduduk Usia Produktif

2.

Penduduk Pencari Kerja berdasarkan


Pendidikan
SD/sederajat
SLTP/Sederajat
SLTA/Sederajat
D1 D3
S1
S2

2009
127.81
6

2010
129.44
0

274
779
2.128
602

191
640
2.146
893

o. Koperasi dan UKM


Selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, perkembangan koperasi di
Kota Banjar mengalami peningkatan, tercatat jumlah koperasi (baik itu KUD
dan Non KUD) pada tahun 2009 berjumlah 131 koperasi, kemudian
bertambah 28 koperasi menjadi 159 koperasi di tahun 2013. Penambahan
tersebut dari koperasi-koperasi Non KUD, sementara untuk KUD jumlahnya
tetap dari tahun 2009 sampai dengan 2013 jumlahnya tiga yang tersebar
masing-masing satu untuk tiap kecamatan, kecuali Kecamatan Langensari.
Tabel 2.61
Perkembangan Koperasi di Kota Banjar
Tahun 2009 2013
No

Uraian

2
0
0
8

2009

2010

2011

1
2

KUD
3
3
3
3
Non KUD
128
149
153
156
Jumlah
131
152
156
159
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Banjar

2012
3
160
163

Jika dilihat sebaran lokasinya berdasarkan kecamatan, Kecamatan Banjar


memiliki jumlah koperasi non KUD yang paling banyak diantara kecamatan
lainnya dengan jumlah 66 koperasi pada tahun 2013 dan yang paling
sedikit di Kecamatan Langensari dengan jumlah 24 koperasi.
Tabel 2.62
Jumlah Koperasi Menurut Kecamatan di Kota Banjar Tahun 2013
No
1
2

Kecamatan
Banjar
Pataruman

KUD

Non KUD

Jumlah

1
1

65
44

66
45

No

Kecamatan

KUD

3
4

Purwaharja
Langensari
Jumlah
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan

Non KUD

Jumlah

1
27
0
24
3
156
dan Koperasi Kota Banjar

28
24
163

Berdasarkan data statistik Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) berupa


KUD menurut Dinas Perindagkop Kota Banjar, tahun 2013 populasinya
tercatat hanya tinggal 2 (dua) yang aktif, yaitu KUD Waluya di Kecamatan
Banjar dan KUD Berkah terdapat di Kecamatan Pataruman, sedangkan KUD
Bagja yang berlokasi di Kecamatan Purwaharja kini menjadi tidak aktif
karena tidak adanya laporan Rapat Akhir Tahun (RAT) selama dua tahun
berturut-turut, sehingga koperasi tersebut dianggap tidak aktif.
Tabel 2.63
Banyaknya KUD Menurut Nama KUD dan Klasifikasi Usaha Simpan Pinjam
di Kota Banjar Tahun 2013
Kualifikasi Usaha Simpan Pinjam
Kecamatan

Nama KUD

[1]

Sehat

Cukup
Sehat

Kurang
Sehat

Tidak
Sehat

[2]

[3]

[4]

[5]

[6]

01 Banjar

Waluya

02 Purwaharja

Bagja*)

03 Pataruman

Berkah

04 Langensari

1
2
2

1
1
-

2
1
1
1

Jumlah
2012
2011
2010

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Banjar


Ket : *) Tidak aktif

Dari tiga KUD yang ada di Kota Banjar, jumlah anggotanya tercatat
sebanyak 5.878 orang dengan jumlah karyawan sebanyak 26 orang.
Sedangkan untuk jenis non KUD, pada tahun 2013 populasinya tercatat
sebanyak 160 buah dengan jumlah anggota non KUD tercatat sebanyak 19.
104 anggota dan melibatkan karyawan sebanyak 384 orang.

Tabel 2.64
Jumlah Populasi, Anggota, Karyawan dan Manager Menurut Jenis KUD
di Kota Banjar Tahun 2013
Jenis

Jumlah
Populasi

Anggota

Karyawan

Manager

[1]

[2]

[3]

[4]

[5]

5 878

26

160

19.104

384

01 KUD
02 Non KUD

Jumlah
159
23 874
428
2012
159
23 874
428
2011
156
22 819
494
2010
152
22 021
605
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Banjar

2
3
2
9

Volume usaha KUD mencapai Rp.956,5 juta dengan perolehan SHU sebesar
Rp. 3,75 juta. Sedangkan nilai Volume Usaha Non KUD tercatat sebesar Rp.
81,6 milyar dengan nilai SHU sebesar Rp. 1,15 milyar.
Tabel 2.65
Banyaknya Volume Usaha dan Sisa Hasil Usaha (SHU) Menurut Jenis Koperasi
di Kota Banjar Tahun 2013
Volume Usaha
(Rp.)

Jenis
[1]

[2]
988.236.252
52.002.651.376

01 KUD
02 Non KUD

Sisa Hasil Usaha


(SHU)
(Rp.)
[3]
3.994.177
1.716.905.998

1.719.900.1
75
1.
2012
82.563.929.906
157.795.685
1
2011
52.160.614.695
3.49.676.411
1 28.5
2010
61.924.985.815
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota 486.523
Banjar
Jumlah

52.990.887.628

Catatan: Data tahun 2009 merupakan angka perbaikan (audited)

Sementara untuk sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), selama
lima tahun dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami
perkembangan 29,35 persen atau bertambah 1.322 usaha baru dari 4.505
di tahun 2008 menjadi 5.827 di tahun 2012. Jika dilihat perkembangan
berdasarkan skala usahanya, maka skala usaha menengah merupakan
skala usaha yang paling tinggi perkembangannya yang mencapai 40
persen, dari 45 di tahun 2008 meningkat 18 usaha baru menjadi 63 pada
tahun 2012. Kemudian disusul oleh skala usaha kecil yang mengalami
pertumbuhan sebesar 37,72 persen dari 676 di tahun 2008 menjadi 931
pada tahun 2012 atau mengalami pertumbuhan 255 usaha dan kemudian
skala usaha mikro yang mengalami pertumbuhan paling kecil, meskipun
jumlah usahanya besar, tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 27,72
persen dari tahun 2008 ke tahun 2012.
Tabel 2.66
Perkembangan UMKM di Kota Banjar
Tahun 2008 2012

No
1
2
3

Skala Usaha
Mikro
Kecil
Menengah

2
0
2009
0
8
3.784 3.907
676
748
45
48

2010
4.259
815
53

2011
4.833
931
60

2012
4.833
931
63

Jumlah

4.505

4.703

5.127

5.824

5.827

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Banjar

Jika dilihat banyaknya UMKM berdasarkan kecamatan, maka Kecamatan


Banjar merupakan kecamatan dengan jumlah UMKM paling banyak,
tercatat sebanyak 2.283 UMKM berlokasi di kecamatan tersebut dan yang
paling sedikit adalah Kecamatan Purwaharja dengan jumlah 970 UMKM.
Tabel 2.67
Jumlah UMKM Menurut Kecamatan di Kota Banjar
Tahun 2012

No
1
2
3
4

Kecamatan

Mikro

Banjar
Pataruman
Purwaharja
Langensari
Jumlah

Kecil

1.964
1.280
894
695
4.833

285
245
73
328
931

Menenga
h
34
19
3
7
63

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Banjar

Pertumbuhan UMKM, baik itu dari skala mikro, kecil ataupun menengah
memang mutlak harus terjadi tiap tahunnya, mengingat dampaknya yang
berbanding

lurus

dengan

penyerapan

tenaga

kerja,

peningkatan

pendapatan dan pada akhirnya adalah pertumbuhan ekonomi seperti yang


diharapakan semua pihak.
p. Penanaman Modal
Dinamika pembangunan Kota Banjar yang berkembang pesat diperlukan
investasi yang terus bertumbuh dan bertambah. Oleh karena itu, upaya
mempermudah

perizinan

dan

kenyamanan

berinvestasi

harus

terus

diutamakan. Salah satu bukti kemudahan be-rinvestasi di Kota Banjar


dapat tercermin dari adanya pengakuan Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) di Jakarta bahwa Kota Banjar sebagai Nominasi Kota Terbaik
bagi penanaman modal Tahun 2009 dan mendapat Invesment Award
2009 dan juga Penetapan Kualifikasi Bintang 1 PTSP dari Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) RI Tahun 2011.

Grafik 2.1
Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Kota Banjar
Tahun 2008-2013

2013
132,390,683,809
2012

119,775,005,137

2011

79,154,281,749

2010

70,832,414,880

2009
2008

139,459,118,048

1,700,000,000

Sumber : Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Banjar

Selama kurun waktu 2008 sampai dengan tahun 2013, tahun 2009
merupakan tahun yang paling banyak menyerap realisasi investasi PMA
dan PMDN di Kota Banjar hingga mencapai Rp.132,39 milyar, hal tersebut
disebabkan kondisi perekonomian yang mulai pulih/membaik semenjak
krisis ekonomi yang melanda dunia pada tahun 2008. Hampir seluruh
daerah mengalami pertumbuhan negatif, di Kota Banjar saja tercatat
realiasi investasi hanya Rp.1,7 milyar pada tahun 2008.
Jika dilihat realisasi investasi berdasarkan sektor dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2012, sektor perdagangan dan jasa merupakan sektor
unggulan di Kota Banjar, tercatat realisasinya mencapai Rp.299,4 milyar,
kemudian disusul oleh sektor industri dan kesehatan yang masing-masing
berjumlah Rp.62,5 milyar dan Rp.33,5 milyar.
Tabel 2.68
Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Kota Banjar Menurut Sektor
Tahun 2008-2012
No
1

Sektor

Perdagangan dan
Jasa
Industri

Koperasi

4
5
6

Perhotelan
Restoran
Jasa Angkutan

2009

2010

Tahun
2011

114,321,280,8
09
22,522,700,00
0
300,000,000

60,314,287,8
54
8,804,350,00
0
1,321,777,02
6
0
0
0

50,448,244,8
43
24,318,200,0
00
4,336,836,90
6
0
0
0

0
836,000,000
0

2012

2013

74,330,933,84
3
6,379,000,000
0

116,803,905,6
48
13,186,000,00
0
448,778,161

1,952,000,000
0
3,376,000,000

0
0
1,802,000,000

7
8

Peternakan
Kesehatan

1,479,137,239
0

Total

139,459,118
,048

0
0

0
0

70,832,414,
880

79,154,281,
749

0
33,512,071,29
4
119,775,005
,137

0
150,000,000
132,390,683,
809

Sumber : Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Banjar

q. Kebudayaan
Ragam kesenian tradisional terorganisir yang berada di Kota Banjar antara
lain

kesenian

karawitan

berupa

degung,

kliningan,

calung,

anguk,

lingkungan seni dan lain-lain. Begitupun seni teater modern yang


terorganisir tercatat ada 1 (satu) buah.
Tumbuh kembangnya variasi peminat hiburan seni musik cukup membantu
bertahannya beberapa organisasi musik di tengah derasnya hiburan media
televisi dan media digital lainnya.
Tabel 2.69
Banyaknya organisasi Kesenian di Kota Banjar
Tahun 2009 2013
N
O

Organisasi Kesenian

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

2009

Degung
Calung
Anguk
Lingkungan Seni
Tulis Pantun
Wayang Kulit
Wayang Golek
Teater Modern
Orkes Melayu
Pongdut
Elektrun
Keroncong
Qasidah
Entertainment
Teater

5
8
1
2
1
1
3
10
3
2
1
1

Tahun
2010 2011

2012

5
8
13
5
7
2

5
8
13
5
7
2

6
10
13
6

1
4
23
11
1
4
3
1

1
6
21
9

2
2
1
6
31
12

4
2
4

2
1

201
3
9
9

2
3
1
7
23
10
1
10
2

r. Kepemudaan dan Olahraga


Pelaksanaan urusan kepemudaan dan keolahragaan didukung melalui
beberapa

program

yaitu

peningkatan

peran

serta

kepemudaan,

peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup


pemuda, pembinaan dan pemasyarakatan olahraga dan peningkatan
sarana dan prasarana olahraga.
Pembinaan terhadap generasi muda dilakukan dengan melakukan fasililtasi
untuk memenuhi kebutuhan dalam pengembangan jiwa kewirausahan dan

kemandirian

bagi

pemuda

dengan

harapan

pemuda

tidak

hanya

mengandalkan pekerjaan formal sebagai pekerja/pegawai namun sanggup


menjadi entrepreneur sejati yang dapat bertahan dalam persaingan di era
global.
Untuk bidang olahraga, pembinaan dilakukan dengan mengidentifikasi
potensi dan bakat bidang olahraga baik bagi pelajar maupun masyarakat
luas melalui proses seleksi, pembinaan dan kompetisi-kompetisi olahraga di
tingkat provinsi yang akan dipersiapkan untuk menghadapi kompetisi
tingkat regional maupun nasional. Pembangunan dan pembinaan olahraga
harus didukung dengan kesiapan tenaga pelatih, sarana dan prasarana,
serta fasilitas lain yang mengikuti perkembangan teknologi informasi.
Pemberdayaan pemuda bertujuan membangkitkan potensi dan peran aktif
dibutuhkan

pengakuan

positif

dari

masyarakat

akan

meningkatkan

kedewasaan, harga diri, menghindarkan mereka dari masa krisis identitas


dan perasaan tak berguna serta memacu perkembangan pola pikir yang
positif (pengembangan jiwa kepemimpinan, penguasaan keterampilan, dan
kerjasama dalam aksi-aksi social merupakan kematangan mental). Pemuda
didorong

untuk

melakukan

hal

yang

bermakna

dalam

pelayanan

masyarakat, pencegahan dan penyalahgunaan obat dan terlarang dan


perilaku beresiko di samping peningkatan hubungan sosial yang positif dan
partisipasif dan keterlibatan dalam komunitas di bidang sosio - ekonomi
dan politik.
Pemuda adalah aset dan sumber daya yang terus dipanggil untuk
berpartisipasi dalam komunitas dan juga isu-isu keuangan, disamping
memberikan pelayanan pada masyarakat yang berefek pembelajaran
keterampilan untuk bekerja bertanggung jawab, dan memiliki kemampuan
dalam memecahkan masalah yang ada di masyarakat. Pemuda dijadikan
mitra bersama masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
dan memfasilitasi untuk berkarya. Disamping itu pemuda juga mesti
memiliki

kemampuan

dan

pengetahuan

yang

diperlukan

untuk

berpartisipasi dalam perubahan di dalam komunitasnya.


s. Kesatuan Bangsa dan politik Luar Negeri
Dari tabel dibawah dapat dilihat bahwa pembinaan terhadap LSM, Ormas
dan OKP dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 tidak mengalami
peningkatan kegiatan masih tetap 2 kegiatan.

Dalam pembinaan politik

daerah dari tahun 2009 dan 2010 dilaksanakan 9 kali pembinaan politik
daerah sedangkan pada tahun 2013 telah dilaksanakan 12 kali kegiatan
pembinaan politik daerah.

Melalui program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan, telah


difasilitasi pembentukan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kota
Banjar. Penyelenggaraan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat merupakan
salah

satu

wujud

dan

upaya

bersama

antara

pemerintah

dengan

masyarakat secara sinergitas, dan bertujuan guna membangun dan


memelihara kondisi kepekaan kesiagaan dan antisipasi masyarakat dalam
menghadapi berbagai potensi dan indikasi timbulnya bencana, baik
bencana perang, bencana alam maupun bencana karena ulah manusia.
Anggota

FKDM,

baik

tingkat

Kecamatan

maupun

Kelurahan

dapat

membangun jalinan koordinasi dan komunikasi sinergitas, meningkatkan


kepekaan dan kewaspadaan serta tanggap setiap saat diperlukan dan
dibutuhkan

dalam

mengantisipasi

dan

menanggulangi

berbagai

permasalahan permasalahan yang muncul di masyarakat, termasuk


kemungkinan kemungkinan terjadinya potensi ancaman dan peristiwa
bencana sosial yang akan timbul dapat segera dicegah dan ditanggulangi
secara dini dan terpadu. Dari fasilitasi yang akan diberikan tersebut, terjadi
peningkatan partisipasi ormas dan LSM dalam pembangunan politik dan
menunjang peningkatan persatuan dan kesatuan antar warga masyarakat.
Tabel 2.70
Pembinaan Terhadap LSM, Ormas, OKP dan Politik Daerah
di Kota Banjar Tahun 2009-2013
No.
1
2

2009

2010

Tahun
2011

2012

2013

2
kegiatan

2
kegiatan

2
kegiatan

2
kegiatan

2
kegiatan

9 kali

9 kali

9 kali

10 kali

10 kali

11

11

11

12

12

Kegiatan
Pembinaan
terhadap LSM,
Ormas dan OKP
Pembinaan Politik
Daerah
Jumlah

Sumber : PMPDKPOL

Dalam tahun 2013 akan dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah Kota Banjar
baik langsung maupun tidak langsung akan berimplikasi terhadap jalannya
pemerintahan di Kota Banjar. Demikian halnya dengan ketentraman dan
ketertiban di masyarakat dapat terjadi perubahan yang cukup mencolok,
maka

disinilah

masyarakat

peran

Kota

dan

Banjar

fungsi

untuk

Linmas

menjaga

yang

bersinergi

lingkungan

dengan

masing-masing.

Begitupun dengan LSM, Ormas dan OKP dilakukan kegiatan pembinaan


yang dilakukan 2 kali dalam setahun mulai dari tahun 2009 melalui Kantor
PMPDKAPOL sehingga tidak terjadi gejolak yang cukup mencolok terhadap
pemerintahan yang berlangsung di Kota Banjar.
Tabel 2.71
Persen Jumlah Petugas Linmas di Kota Banjar

Tahun 2008 - 2012


Petugas Perlindungan
Masyarakat (Linmas)
di Kota Banjar
Persen

Tahun (%)
2008

2009

2010

2011

2012

0,0058%

0,0058%

0,01%

0,01%

0,01%

Sumber : PMPDKPOL

t. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan


Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Pemerintahan daerah di era otonomi daerah memegang peranan
penting dalam memajukan pembangunan di suatu daerah. Hal ini
disebabkan urusan yang dulunya merupakan domain pemerintah pusat,
saat

ini

melalui

pelaksanaan

otonomi

daerah

kewenangannya kepada pemerintahan daerah.


Dalam melaksanakan urusan yang menjadi

telah

diserahkan

kewenangan

tersebut,

pemerintahan daerah di setiap daerah berusaha untuk menerapkan system


dan manajemen yang dianggap efektif dan efisien yang dapat mendukung
pencapaian tujuan pembangunan daerah masing-masing. Diantara sekian
banyak metode dan sistem yang diterapkan oleh pemerintahan daerah,
diantaranya ada yang berhasil menciptakan pemerintahan daerah yang
mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, dan ada pula
yang gagal memberikan pelayanan kepada masyarakat dan atau justru
menimbulkan kemunduran sehingga belum mampu mewujudkan cita-cita
penyelenggaraan otonomi daerah.
Beberapa konsep mengenai pemerintahan daerah serta upayanya dalam
melaksanakan pembangunan di daerah seharusnya menjadi contoh dan
referensi

bagi

daerah

lainnya

untuk

mengembangkan

kualitas

pemerintahaan daerah dalam seluruh aspek sebagaimana yang kita


harapkan.
Sebagai daerah otonom yang terbilang masih baru, Kota Banjar dituntut
untuk menjadi lebih mandiri baik dalam pengembangan daerahnya sendiri
maupun

dalam

mengatasi

berbagai

persoalan.

Diantaranya

dengan

membangun sinergitas institusi pemerintah yang kuat dan kredibel


sehingga dicapai good governance.
Dengan terbangunnya institusi pemerintah yang kredibel dengan rasio
jumlah

penduduk

diharapkan

menjadi

motor

penggerak

dalam

pemberdayaan masyarakat sehingga dicapai kesejahteraan dan ketertiban


di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hampir bisa dipastikan bahwa kualitas atau maju mundurnya pelaksanaan
otonomi

daerah

di

Kota

Banjar,

sangat

ditentukan

oleh

kualitas

pemerintahan daerah yang bekerja sebagai leader dan pelopor di


dalamnya.

Berdasarkan rencana kerja pemerintah daerah Kota Banjar sebagai daerah


otonom yang tergolong baru penerbitan Perda yang berhubungan dengan
kondisi kewilayahan dan kependudukan dari tahun ke tahun meningkat
seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2.72
Capaian Kinerja Urusan Otonomi daerah, Pemerintahan Umum, Administari Keuangan
Kota Banjar Tahun 2008-2012
No
.
1
2

5
6

Indikator
Rasio jumlah Polisi
Pamong Praja per
10.000 penduduk
Jumlah Linmas per
Jumlah 10.000
Penduduk
Rasio Pos
Siskamling per
jumlah
desa/kelurahan
Sistem informasi
Pelayanan Perijinan
dan adiministrasi
pemerintah
Penerbitan PERDA
Cakupan patroli
petugas Satpol PP
Tingkat
penyelesaian
pelanggaran K3
(ketertiban,
ketentraman,
keindahan) di
Kabupaten
Petugas
Perlindungan
Masyarakat
(Linmas) di
Kabupaten

2008

2009

2010

2011

2012

8,18

8,46

8,10

8,31

9,23

58,82

58,12

57,50

53,91

55,27

195
24

195
24

195
24

195
24

195
24

Ada,
berupa
Software
untuk
pembuatan
IMB, IPPt,
HO dan
SIUP
a/n

Ada,
berupa
Software
untuk
pembuatan
IMB, IPPt,
HO dan
SIUP
a/n

12

Ada,
berupa
Software
untuk
pembuatan
IMB, IPPt,
HO dan
SIUP
11

Ada,
berupa
Software
untuk
pembuata
n IMB, IPPt,
HO dan
SIUP
16

100 %

100 %

100 %

100 %

100 %

a/n

a/n

12

11

16

Ada, berupa
Software
untuk
pembuatan
IMB, IPPt,
HO dan
SIUP

Cakupan pelayanan
bencana kebakaran
kabupaten

a/n

30 %

26,5 %

46,9%

a/n

10

Tingkat waktu
tanggap (response
time rate) daerah
layanan Wilayah
Manajemen
Kebakaran (WMK)

a/n

69,2 %

50%

63,6 %

a/n

11

Cakupan sarana
prasarana
perkantoran
pemerintahan desa
yang baik

a/n

15 desa
dalam
kondisi baik
dari 17
desa

15 desa
dalam
kondisi baik
dari 17
desa

16 desa
dalam
kondisi
baik dari
17 desa

17 desa
dalam
kondisi
baik dari
17 desa

12

Indeks Kepuasan
Layanan
Masyarakat

a/n

a/n

IKM

IKM

IKM

Salah satu tujuan otonomi daerah adalah mendekatkan pemerintah kepada


masyarakatnya yang mengandung makna adanya kedekatan dalam
pelaksanaan pelayanan publik yang dilakukan pemerintah daerah kepada
masyarakat sesuai dengan penyerahan urusan. Kepuasan pelanggan harus
menjadi orientasi utama dalam pelaksanaan pelayanan publik yang
diwujudkan dengan pelayanan yang murah, mudah, cepat, transparan,
pasti dan terjangkau sesuai dengan ketentuan yang berlaku, hal tersebut
didukung pula oleh adanya kebijakan pemerintah dengan ditetapkannya
Permendagri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelayanan Terpadu
Satu Pintu. Untuk mewujudkan hal tersebut tentu harus didukung oleh
konstruksi kelembagaan perangkat daerah yang memadai,yaitu berupa
software Sistem Informasi Pelayanan Perijinan dan Administrasi Pemerintah
yang didalamnya mencakup IMB, IPPt, HO dan SIUP. Juga tidak terlepas
dengan

pelayanan

perlindungan

terhadap

masyarakat

baik

yang

melibatkan Linmas, BPBD dengan melihat cakupan pelayanan bencana,


maupun sarana pendukung penanggulangan bencana seperti terlihat pada
tabel diatas.
Sebagai bagian dari upaya peningkatan pelayanan publik, pembangunan
bidang pelayanan publik menjadi hal yang sangat penting. Yaitu dengan
meningkatnya kondisi sarana prasarana perkantoran pemerintahan desa
seperti yang terlihat pada tabel diatas.
u. Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang mencakup empat sub
sistem

yaitu:

(a)

Ketersediaan

pangan

melalui

upaya

peningkatan

ketersediaan pangan di daerah dan pengembangan produksi pangan lokal


serta cadangan pangan, (b) Keterjangkauan pangan melalui pemantapan
distribusi, pemasaran, perdagangan, informasi; (c) konsumsi pangan
melalui

peningkatan

kuantitas

dan

kualitas

konsumsi

pangan;

(d)

keamanan pangan melalui sanitasi, pemberian jaminan keamanan dan


mutu pangan.
Dalam rangka peningkatan ketahanan pangan di Kota Banjar, Pemerintah
Kota Banjar telah menetapkan beberapa regulasi daerah, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 2.73
Regulasi dan Ketersediaan Pangan
di Kota Banjar Tahun 2009-2013
No
.

Uraian

2009

2010

Tahun
2011

2012

2013

Regulasi
ketahanan
pangan

Regulasi dalam bidang ketahanan pangan sampai dengan tahun 2012


adalah sebanyak 7 dokumen yang terdiri dari :
1. Keputusan

Walikota

Banjar

No

520/Kpts.161-Juk/2008

tentang

Pembentukan Tim Teknis Penyaluran Bantuan Langsung Modal Usaha


Bergulir kelompok Lumbung Pangan Masyarakat Pedesaan Kota Banjar
Tahun 2008;
2. Keputusan Walikota

Banjar

No

521/Kpts.75-Distan/2010

tentang

Pembentukan Tim Teknis Penyaluran Dana Bantuan Sosial Penguatan


Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LPMD) di Kota Banjar Tahun
Anggaran 2010;
3. Keputusan Walikota Banjar No 520/Kpts.144.a-Distan/2010 tentang
Penetapan Kelompok Afinitas Penerima Dana Bantuan Sosial Program
Desa Mandiri Pangan Bidang Ketahanan Pangan Tugas Perbantuan di
Kota Banjar Tahun Anggaran 2010;
4. Keputusan Walikota Banjar No 520/Kpts.14.a-Distan/2011 tentang Dewan
Ketahanan Pangan Kota Banjar;
5. Keputusan Walikota No 521/Kpts.43-Distan/2011 tentang Penunjukan
Desa Binaan Mandiri Pangan di Kota Banjar;
6. Keputusan Walikota Banjar no 521/Kpts 16.a-Distan/2011 tentang
Penetapan Tim Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi serta Penanganan
Daerah Rawan Pangan di Kota Banjar;
7. Keputusan Walikota Banjar no 521/Kpts.123.b-DPPK/2011

tentang

Penunjukan Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman sebagai Lokasi


Penanganan Daerah Rawan Pangan Tahun 2011.
Ketahanan pangan di Kota Banjar secara umum, semakin baik dan kondusif.
Hal tersebut ditunjukkan oleh beberapa indikator berikut:
a) Produksi komoditas pangan strategis menunjukkan pertumbuhan yang
positif;
b) Ketersediaan pangan cukup mantap dan mampu mencukupi kebutuhan
bagi seluruh penduduk Kota Banjar;
c) Harga pangan relatif stabil dan terjangkau masyarakat baik secara
umum maupun menjelang hari besar keagamaan;
d) Peran serta masyarakat dalam upaya pemantapan ketahanan pangan
semakin meningkat.
Sedangkan

regulasi

dalam

ketersediaan

pangan

adanya

Keputusan

Walikota Banjar yang dikeluarkan setiap tahun untuk mengatur tentang


Pagu Beras Miskin dan Keputusan Walikota Banjar mengenai Pembentukkan

Tim Koordinasi Beras Miskin (Raskin) Tingkat Kota dan Tingkat Kecamatan.
v. Pemberdayan Masyarakat dan Desa
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa sebagai upaya untuk meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam bidang pembangunan kawasan perdesaan
dilakukan dengan melibatkan Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dan
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (LPMD/K).
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah salah satu Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan

kesehatan

dasar

kepada

masyarakat

terutama

untuk

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Hasil pelaksanaan


kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pelayanan
Posyandu kepada masyarakat selama kurun waktu Tahun 2008-2012
adalah

meningkatkan

peran

dan

fungsi

pembangunan 30 unit Posyandu.


Dalam
mewujudkan
kesejahteraan

melalui

masyarakat,

revitalisasi

dan

Pemberdayaan

Kesejahteraan Keluarga (PKK) telah memberikan peran nyata untuk


meningkatkan

pendapatan

keluarga

yaitu

dalam

bentuk

pelatihan

kewirausahaan bagi kader-kader PKK. Hasil yang telah dicapai selama


kurun waktu 2008-2012 adalah telah ditumbuhkembangkan beberapa unit
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K-PKK). Disamping itu PKK
memiliki

beberapa

peran

dalam

meningkatkan

ketrampilan

dan

pengetahuan 6.064 kader PKK dalam bidang kesehatan, pendidikan dan


lingkungan yaitu melalui kegiatan Kesatuan Gerak PKK KB Kesehatan, Pos
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan pelestarian lingkungan. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.52.
Tabel 2.74
Jumlah LPM, LSM, PKK dan Posyandu
di Kota Banjar Tahun 2009-2013
No
Uraian
.
1
LPM
2
LSM
3
PKK
4
Posyandu
Sumber : Kantor PMDKPol

2009
2010
8
8
6
6
4.098
4.098
169
169
Kota Banjar

Tahun
2011
8
7
4.098
169

2012
8
7
6.064
199

2013
8
7
6.064
209

w. Statistik
Statistik menurut Undang-undang nomor 16 Tahun 2007 adalah data yang
diperoleh dengan cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis
serta sebagai sistem yang mengatur keterkaitan antar unsur dalam
penyelenggaraan statistik. Dalam pemanfaatannya, statistik dibagi menjadi
3 kategori, yaitu: 1) statistik dasar, 2) statistik sektoral, 3) statistik khusus.

Upaya penyediaan, penyebarluasan data serta upaya pengembangan ilmu


statistic memiliki peranan yang cukup signifikan terhadap Kegiatan
perencanaan pembangunan dimana keterkaitan keputusan terhadap suatu
kebijakan, program, dan kegiatan sangat bergantung kepada ketersediaan
data.
Beberapa dokumen statistik yang disusun oleh Badan Pusat Statistik yang
bekerjasama dengan pemerintah daerah Kota Banjar antara lain, Banjar
Dalam Angka, PDRB, IPM dan IKM UKK.
Penyusunan data statistik menurut pasal 2 huruf c Undang-undang Nomor
16 tahun 2007 tentang Statistik, harus menganut asas kemutakhiran
dimana dalam penjelasannya menyatakan bahwa data yang tersaji harus
dapat menggambarkan fenomena dan atau perubahan menurut keadaan
yang terbaru. Oleh karena itu, pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan
analisis data statistik harus senantiasa diupayakan secara terus menerus,
berkesinambungan, dan runtun waktu. Dalam pelaksanaannya, data
statistik yang disajikan oleh pemerintah masih mengalami keterlambatan
sebanyak 2 tahun dari tahun perencanaan. Disamping itu, masih terdapat
overlapping data capaian antar institusi yang berwenang melakukan
kegiatan pendataan statistik. Keadaan ini muncul akibat dari belum
optimalnya koordinasi SKPD dalam menentukan kriteria serta metode
pelaksanaan pengumpulan data.
Jenis data statistik yang dimiliki oleh Kota Banjar dan disusun setiap tahun
adalah Banjar dalam angka, PDRB, IPM dan IKM UKK. Berbagai jenis data
statistik tersebut digunakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, swasta
maupun masyarakat dalam mengkaji kemajuan pembangunan di Kota
Banjar.
x. Kearsipan
Pengertian arsip menurut PP No. 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan adalah rekaman
kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan
diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan,
perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, perseorangan
dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebagai

salah

satu

unsur

penunjang

dalam

pelaksanan

kegiatan

pembangunan, keberadaan arsip dalam pemerintah memegang peranan


penting. Arsip digunakan sebagai sumber informasi, acuan serta bahan
pertanggungjawaban dari pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah.

Selain

itu,

keberadaan

arsip

serta

keterbukaan

akses

masyarakat terhadap kearsipan dapat dijadikan sebagai tolok ukur bagi


pemerintah dalam menjalankan sistem pemerintahan yang akuntabel.
y. Komunikasi dan Informatika
Kebijakan

tentang

pentingnya

penerapan

Teknologi

Informasi

dan

Komunikasi (TIK) di lingkungan pemerintahan, baik di pusat maupun di


daerah telah dituangkan di dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2003, yaitu
tentang

penyelenggaraanpemerintahan

government).

Melalui

yang

pengembangan

berbasis

elektronik

egovernment,

(e-

pemerintah

mengharapkan dapat melakukan penataan system manajemen dan proses


kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalkan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi.
Di Kota Banjar sendiri sudah menerapkan beberapa aplikasi seperti Sistem
Informasi Manajemen Daerah (Simda), Sistem Informasi Asset Daerah,
Sistem

Informasi

Kepegawaian

(Simpeg),

Sistem

Pengadminstrasian

Anggaran dan Realisasi Kegiatan (SPARK), Sistem Informasi Kualitas


Lingkungah Hidup (SIKL). Sementara untuk penyeberluasan informasi
dilakukan melalui website Pemerintah Kota Banjar (www.banjar-jabar.go.id)
dan pengadaan barang dan jasa yang dapat diakses melalui lpse.banjarjabar.go.id.
z.

Perpustakaan

Sebaran perpustakaan sekolah berdasarkan jenjang pendidikan, baik


sekolah negeri maupun swasta sbb:
Tabel 2.75
Sebaran perpustakaan Kota Banjar Tahun 2009- 2013
Perpustakaan
Sekolah
PAUD
SD
MI
SMP
MTs
SMA
SMK
MA
JUMLAH

2009

2010

2011

2012

2013

62
16
11
5
5
7
7
113

75
16
11
6
5
7
7
127

6
85
15
11
6
4
6
6
139

6
79
6
11
6
3
6
2
113

6
79
6
11
6
3
6
2
113

Sumber : Karpusda Kota Banjar

Dari layanan perpustakaan, diinformasikan bahwa terdapat 4.908 judul


buku dengan jumlah eksemplar sebanyak 10.073 buku. Perpustakaan juga
memiliki anggota sebanyak 5.993 orang dengan sirkulasi peminjaman
sebanyak 8.601 kali setahun. Jumlah keanggotaan dan jumlah peminjaman
per tahun melebihi target tahun 2013.
Grafik.2.2

Layanan Perpustakaan

Jumlah

15,000
10,000
5,000
-

15,000
10,000
5,000
-

Layanan Perpustakan Kota

Banjar

2.1.3.2 Capaian Kinerja Layanan Urusan Pilihan


a. Pertanian
Pada tahun 2013 luas panen padi dan palawija Kota Banjar
mencapai 7.686 Ha, dengan rincian sebagai berikut: luas panen padi
sawah mencapai 6.917 Ha atau sekitar 89,99 persen, padi ladang 89
Ha (1,16 persen) dan palawija dengan luas panen 680 Ha (8,85
persen).
Hasil produksi padi dan palawija menunjukkan pelambatan selama
kurun waktu 2012-2013. Hal ini disebabkan antara lain karena adanya
intensifikasipengelolaan tanaman padi. Kalau dilihat dari produksi padi
dan palawija tercatat sebanyak 50.168 ton (2012), 50.749 ton tahun
2013. Rata-rata produksi per hektar padi sawah hanya mencapai 6,50
ton di tahun 2013, dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 6,32 ton
per hektar. Sedangkan untuk padi ladang rata-rata hasil per hektar
mencapai sebesar 4,22 ton di tahun 2013 melambat dibandingkan
kondisi tahun 2012 yang mencapai sebesar 4,53 ton per hektar.
Sedangkan pada panen palawija, luas panen komoditi jagung
paling luas dibanding komoditi lainnya yaitu mencapai 309 Ha atau
45,44 persen dari luas panen seluruh komoditi palawija, dengan tingkat
produksi

mencapai

4,76 ton

per hektar dan sedikit

melambat

dibandingkan pencapaian tingkat produksi tahun 2012, yaitu sebesar


5,67 ton per hektar.
Bila dilihat per kecamatan, data tahun 2013 menunjukkan hasil
produksi

padi

sawah

kontribusinya terhadap

di

Kecamatan

produksi

padi

Langensari

paling

sawah Kota Banjar,

besar
yaitu

mencapai sebesar 44,57 persen. Dengan luas panen padi sawah

Kecamatan

Langensari

sebesar

3028

Ha,

mampu

menghasilkan

produksi sebesar 20.030 ton gabah, dengan tingkat produksi mencapai


6,1 ton per hektar. Berikutnya Kecamatan Pataruman menjadi pemasok
ke dua terhadap produksi gabah yaitu sebesar 10.898 ton (24,25
persen), dengan tingkat produksi mencapai sebesar 6,66 ton per
hektar. Kemudian disusul oleh Kecamatan Purwaharja yang mencapai
sebesar 7.176 ton (15,97 persen) dan Kecamatan Banjar yang
mencapai sebesar 6.833 ton (15,21 persen).
Produksi padi ladang dihasilkan oleh Kecamatan Pataruman dan
Kecamatan Langensari dan Kecamatan Purwaharja dengan luas panen
seluas 89 Ha dan menghasilkan produksi gabah sebanyak 376 Ton.
Kecamatan Langensari menyumbang kontribusi terbesar dengan luas
panen 50 Ha memproduksi sebanyak 205 ton gabah.
Komoditi

pertanian

lainnya

seperti

sayuran,

buah-buahan,

tanaman hias dan tanaman obat-obatan, juga ada di Kota Banjar.


Komoditi sayuran, tercatat pada tahun 2013 komoditi petai merupakan
komoditi yang paling banyak dihasilkan yaitu mencapai 3.235 Kwintal
dari panen sebanyak 4.267 pohon. Sementara produksi paling sedikit di
tahun 2013 adalah komoditi labu siam yang menghasilkan 106 Kwintal
dari luas panen 5 Ha.
Pisang yang merupakan komoditi buah-buahan menjadi komoditi
yang paling banyak dihasilkan pada tahun 2013 yaitu mencapai 60.240
Kwintal. Sedangkan komoditi yang paling sedikit produksinya adalah
nenas yaitu hanya sebanyak 15 Kwintal.
Komoditas pertanian lainnya yang tidak kalah penting dalam
kontribusinya terhadap sektor pertanian yaitu tanaman obat-obatan.
Tercatat luas tanaman obat-obatan di Kota Banjar seluas 100.533 M2
yang ditanami sebanyak 6 komoditi tanaman obat-obatan. tanaman
jahe, kapolaga, kencur dan kunyit merupakan tanaman obat-obatan
yang memiliki produksi besar. Tercatat tanaman jahe menghasilkan
produksi terbesar sebanyak 47.727 Kg. Kecamatan Pataruman memberi
kontribusi terbanyak terhadap produksi tanaman kunyit ini yaitu
sebanyak 32,3 ton dengan luas panen 13.000 M2.
Komoditi lainnya dari kegiatan pertanian yaitu ternak. Ternak
besar meliputi sapi, kerbau dan kuda yang tersebar di semua
kecamatan. Jumlah ternak sapi pada tahun 2013 sebanyak 1.270 ekor
meningkat

dibandingkan

keadaan

tahun

2012

yang

mencapai

sebanyak 1.256 ekor, dimana Kecamatan Pataruman memiliki jumlah


ternak sapi yang paling banyak yaitu 357 ekor, kemudian disusul

Kecamatan

Banjar

sebanyak

319

ekor,

Kecamatan

Purwaharja

sebanyak 316 ekor dan Kecamatan Langensari sebanyak 278 ekor.


Kategori ternak kecil yaitu kambing terbanyak di Kecamatan
Langensari yaitu 6.847 ekor dan doma terbanyak di Kecamatan Banjar
yaitu 4.324 ekor. Dari kegiatan pemotongan ternak yang bisa dicatat
secara rutin hanya yang berasal dari rumah potong milik pemerintah
yang terdapat di Kecamatan Pataruman selain pemotongan di luar RPH
juga laporan pemotongan pada kegiatan qurban.
Tahun 2013 hewan ternak yang dipotong di RPH hanya jenis sapi
yaitu sebanyak 2.470 ekor, terdiri dari sapi jantan 1.980 ekor dan
betina sebanyak 490 ekor. Produksi daging sapi mencapai 566,5 ton,
melambat dibanding tahun 2012 yang mencapai 586 ton. Untuk daging
domba sebanyak 53 ton dan daging kambing sebanyak 38,7 ton.
Produksi selain daging adalah kulit dan susu. Produksi kulit
tercatat sebanyak 3.057 lembar kulit sapi, 2.860 kulit domba, dan
1.675 kulit kambing.
Kota Banjar juga menghasilkan ternak unggas berupa ayam ras
petelur, ayam ras pedaging, ayam buras dan itik.
Areal

perkebunan

yang

terdapat

di

Kota

Banjar

meliputi

perkebunan milik pemerintah dan perkebunan rakyat. Perkebunan


rakyat dengan komoditi karet, kelapa, kopi, kakao, lada, cengkeh, aren,
panili, kemiri, melinjo, dan jarak. Luas areal yang digunakan mencapai
3.147,38 Ha. Sekitar 83,65 persen luas areal perkebunan rakyat
digunakan untuk tanaman kelapa.
Sedangkan menurut produksinya, di tahun 2013 komoditi kelapa
menjadi komoditi yang berproduksi paling banyak, yaitu 882,21 ton
dan karet menjadi komoditi terbanyak kedua 35,91 ton.

Tabel 2.76
Capaian Indikator Kinerja Urusan Pertanian
Kota Banjar Tahun 2009 - 2013
N
o
1.

Indikator
Produksi padi dan
palawija (ton)
Padi Sawah
Padi Gogo
Jagung
Kedelai

2009

2010

2011

2012

2013

40.608
235
3.405
388

53.353
274
2.391
200

46.065
164
3.313
858

41.396
290
3.149
137

44.937
376
1.470
36

N
o

Indikator
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Talas
Gayong
Irut
Gembili

2.

3.

Produksi Sayur-Sayuran
Bawang Merah
Bawang Putih
Bawang Daun
Kentang
Kubis
Kembang Kol
Petsai
Wortel
Lobak
Kacang Merah
Kacang Panjang
Cabe Besar
Cabe Rawit
Jamur
Tomat
Terung
Buncis
Mentimun
Labu siam
Kangkung
Bayam
Melinjo
Petai

2009

2010

2011

394
293
4.876
646
231
184
56
31

371
28
3.295
2.075
6
24
24
31,85

204
567
5.038
977
78
180
48
25

542
128
3.793
689
28
16
-

669

138

1.327

1.954

2.827

626
1.947
881
1.091
30,11
441
480
45
4.292
388
2.207
1.088
13.466
6.186

227
3.541
297
234
0,32
12
1.225
16
3.861
391
4.738
1.269
1.177
1.303

392
2.594
194
275
1,77
3.504
627
1.665
461
956
471
3.266
7.465

166
289
34
3.965
394
1,65
909
657
2.304
771
1.355
560
-

Produksi Tanaman
Perkebunan (ton)
Aren
Cengkeh
Kelapa
Kopi
Kemiri
Kakao
Karet
Lada
Paneli
Jarak
Tembakau

4.

Populasi Ternak (ekor)


Sapi Potong
Sapi Perah
Kerbau
Kuda
Domba
Kambing
Ayam Buras
Ayam Ras Petelur
Ayam Ras Pedaging dan
Broiler
Itik

2012

820
14
100
101
10.733
10.367
218.640
32.300
188.425
8.259

964
18
111
101
10.883
10.690
287.85
8
32.524
202.60
7
12.800

4,40
0,80
2.063,4
1
9,36
1,01
21,14
70,30
18,90
4,41
5,92
15

0,2
0,48
1.872,1

1.044
28
85
103
11.016
10.830
195.45
5
28.624
227.91
3
10.714

1.256
1
44
104
11.020
10.840
195.500

2013
209
19
3031
553
49
21

310

2180

1.347
141
583
224,6
1.203
778
1.674
106
846
657
2.584
3.235

8,32
1,72
18,54
37,31
2,30
-

29.871
230.877
20.650

1.270
22
77
105
11.300
10.950
196.45
0
30.431
235.99
7
21.865

N
o
5

Indikator

2009

Produksi Daging
(ton/thn)
Sapi
Domba
Kambing
Ayam Buras
Ayam Ras Pedaging
Itik

2010

50,5
52,70
37
26,3
505
4,38

2011

49,3
52,50
37,5
26,75
705,3
4,29

2012

55,8
57
38
26,7
735
4,48

2013

58,6
58
39
27,3
742
5,32

56,6
53
38,7
27,9
74,3
8,07

b. Kehutanan
Luas hutan rakyat di Kota Banjar pada tahun 2013 mencapai 1.733,2 Ha
dengan 3 (tiga) jenis tanaman utama dan 1 jenis tanaman campuran
(lainnya). Tiga jenis tanaman utama tersebut yaitu Mahoni, albasi dan jati
dengan potensi kayu masing-masing 138,5 Ha, 691,85 Ha dan 94,5 Ha.
Kecamatan Banjar menjadi kecamatan

yang memiliki potensi kayu

terbanyak dibanding kecamatan lainnya. Sedangkan kecamatan Langensari


memiliki potensi kayu yang paling sedikit.
c. Enegi dan Sumberdaya Mineral
Sektor penggalian di Kota Banjar merupakan sektor penunjang pada sektor
lainnya, diantaranya sebagai bahan baku pembuatan industri bata merah
dan penunjang kegiatan sektor konstruksi. Bahan galian yang utama
adalah Andesit, Pasir dan Tanah Liat.
Menurut data tahun 2013, jumlah produksi andesit mencapai 19.000 m 3
dengan estimasi potensi nilai sebesar Rp. 2,12 milyar. Sedangkan jumlah
produksi pasir mencapai 31.220 m 3 dengan estimasi potensi nilai sebesar
Rp. 1,25 milyar dan galian tanah liat berproduksi sebanyak 54 juta unit
dengan tingkat estimasi potensi nilai sebesar Rp. 26,06 milyar.
Ketenagalistrikan berperan sebagai infrastruktur yang harus ada untuk
mendukung

kegiatan

pembangunan

masyarakat.

Pembangunan

infrastruktur ketenagalistrikan diprioritaskan baik untuk meningkatkan


keandalan

penyediaan

tenaga

listrik

maupun

memberikan

akses

penyediaan tenaga listrik. Penyediaan tenaga listrik yang memadai dan


berkualitas merupakan parameter penting untuk mendukung kemajuan
sektor lainnya antara lain sektor industri, perdagangan, telekomunikasi dan
sektor-sektor penggerak ekonomi lainnya. Sehingga ketersediaan energi
listrik yang cukup akan menentukan pertumbuhan ekonomi dan tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Pada Tahun 2013, penjualan tenaga listrik disalurkan PT. PLN Distribusi Jawa
Barat, Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Kota Banjar, mencapai 64,61 juta
kwh untuk sebanyak 199.603 pelanggan. Jumlah pelanggan yang bisa

terlayani terbagi menjadi beberapa kategori atau jenis pelanggan yaitu


kategori rumah tangga/tempat ibadah/sekolah, bisnis, instansi pemerintah,
sosial, industri dan penerangan jalan umum. Tenaga listrik yang terserap
oleh rumah tangga mencapai 131,05 juta Kwh atau sekitar 79,60 persen,
sedangkan pelanggan bisnis menyerap 5,79 persen, sisanya terserap oleh
kategori pelanggan lainnya.
Tabel 2.77
Banyaknya Produk dan Nilai Bahan Galian Tahun 2013 Kota Banjar
Produksi (m3)

Uraian
Andesit
Pasir
Tanah Liat

Nilai (Rp)

19.000
312.220
54.300

2.120.000.000
1.248.800.000
26.064.000.000

Sumber: Dinas PU Kota Banjar

Tabel 2.78
Banyaknya Penjualan Tenaga Listrik (Kwh) di Kota Banjar Tahun 2012

Sosial

Rumah
Tangga

3
6.417.051

Penjualan Tenaga Listrik (Kwh)


Bisnis
Industri
Pemerintah

161.666.914

9.497.980

12.982.978

4.190.035

Jumlah
201.976.862

Sumber: PT. PLN Distribusi Jabar & Banten UPJ Banjar Kota

d. Pariwisata
Program

Pengembangan

dan

Promosi

Pariwisata

yang

dilaksanakan

Pemerintah Kota Banjar meliputi fasilitasi promosi pariwisata nusantara di


dalam kota dan di luar daerah serta fasilitasi festival budaya dan
pelestarian cagar budaya. Perkembangan kunjungan wisata yang tercatat
di pengelola hotel/objek wisata/panitia penyelenggara di Kota Banjar
selama tahun 2013 sebagai berikut:
Grafik 2.3.
Perbandingan Kunjungan Wisatawan ke Empat Tujuan Wisata (TW)
di Kota Banjar Tahun 2012

Kunjungan di Hotel Tahun 2012


100,000
80,000
60,000
Jumlah Tamu

40,000
20,000
TW-1

TW-2

Sumber: BDA Kota Banjar Tahun 2012

TW-3

TW-4

Selama tahun 2013, Waterpark Kota Banjar menjadi tujuan wisata yang
paling diminati. Hal tersebut berdasarkan data pengunjung ke acara
tersebut

yang

dibandingkan

mencapai
dengan

90.458

tahun

orang,

2011

yang

naik

hampir

hanya

kali

mencapai

lipat

11.062

pengunjung.
Tabel 2.79
Perbandingan Jumlah Wisatawan Berdasarkan Objek Wisata
Tahun 2012 2013

2012
Wisman
Wisnus
27
45.041
32.407
9.135
2
90.458
29
177.041

Obyek Wisata
Hotel Melati
Kolam renang
Situ Mustika
Waterpark
Jumlah

2013
Wisman
Wisnus
29
38.900
32.407
9.135
2
90.458
31
170.900

Sumber: BDA Kota Banjar Tahun 2013

Tabel 2.80
Data Kunjungan ke Kolam Renang dan Waterpark di Kota Banjar
Tahun 2012
Data Kunjungan Water Park dan Kolam Renang
100,000
80,000
60,000
Jumlah pengunjung

40,000
20,000
-

TAHUN 2011

TAHUN 2012

Sumber: BDA Kota Banjar Tahun 2012

Tabel 2.81
Data Kunjungan ke Situ Mustika di Kota Banjar
Tahun 2012

Kunjungan Situ Mustika

Tahun 2012

Tahun 2011

8,800

8,850

8,900

8,950

9,000

9,050

9,100

9,150

9,200

Sumber: BDA Kota Banjar Tahun 2012

Selain itu dilakukan juga kegiatan-kegiatan: Helaran seni tradisional


(tingkat kota Banjar dan tingkat Jawa Barat), Pentas seni kota Banjar, Kirab
seni Jawa Barat, Kemilau Nusantara, Apresiasi seni tradisional, JTX, Moka
Banjar, Moka Provinsi, Citanduy Festival, Pawai Allegoris, Ngarumat
Mustika, Ngabungbang, Binojakrama Padalangan, Festival kreasi tari, serta
Festival Reog/calung.
e. Perikanan
Pemanfaatan lahan pertanian juga untuk budidaya perikanan darat. Tempat
pemeliharaan berupa kolam dengan luas areal mencapai 314,07 Ha.
Produksi yang dihasilkan dari pengusaha budidaya kolam mencapai
2.392,74 ton ikan. Rumah tangga yang terlibat dalam menghasilkan
produksi ikan budidaya kolam sebanayk 3.503 rumah tangga. Kecamatan
yang paling banyak terdapat rumah tangga usaha pembudidya kolam ikan
adalah Kecamatan Pataruman sebanyak 1.585 rumah tangga, disusul
Kecamatan Langensari sebanyak 815 rumah tangga, Kecamatan Banjar
sebanyak 687 rumah tangga dan Kecamatan Purwaharja sebanyak 416
rumah tangga.
f. Perdagangan
Selama kurun waktu tahun 2007-2011, sektor perdagangan, hotel dan
restoran merupakan sektor yang memberikan kontribusi paling tinggi
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Banjar. Berdasarkan
nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB atas dasar harga konstan tahun
2000, selama tahun 2007-2011, kontribusi sektor perdaganan berkisar
diangka 32-34 persen, hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan
kontribusi dari sektor pernaian dan jasa-jasa.

Tabel 2.82
Distribusi Persentase Sektoral PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Kota Banjar Tahun 2009 2013 (persen)
Lapangan Usaha

2009

2010*)

2011*)

2012*
)

2013**)

[1]

[2]

[3]

[4]

[5]

[6]

A. Primer
1. Pertanian
2. Pertambangan dan
Penggalian
B. Sekunder
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
5. Bangunan
C. Tersier
6. Perdagangan, Hotel &
Restoran
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa

17.55
17.24
0.30

17.47
17.16
0.30

17.29
17.01
0.28

16,34
16,07
0,27

19.63
11.76
1.02
6.85
62.82
33.73

19.54
11.64
1.02
6.88
62.99
34.47

19.84
11.91
0.98
6.95
62.87
34.51

20,28
12,23
0,97
7,09
63,38
34,90

7.04

6.73

6.55

6,63

5.87

5.67

5.59

5,56

16.17

16.12

16.22

16,28

*) angka perbaikan
**) angka sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjar

Secara umum, dapat pula ditarik kesimpulan bahwa struktur ekonomi Kota
Banjar masih didominasi oleh kemajuan sektor perdagangan, hotel, dan
restoran, dan didukung peranan sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan
sektor industri pengolahan. Keempat sektor tersebut, selama ini dianggap
sebagai tulang punggung perekonomian Kota Banjar karena memiliki
kontribusi paling besar terhadap PDRB Kota Banjar.
Menurut data hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun
2012, penduduk Kota Banjar yang berusia 15 tahun ke atas dan memiliki
mata pencaharian di sektor perdagangan tercatat cukup besar yaitu
sebesar 26,56 persen, kemudian disusul oleh sektor industri pengolahan
22,59 persen, sektor jasa-jasa 20,54 persen, dan sektor pertanian sebesar
10,03 persen. Banyaknya tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor
utama tersebut selaras dengan besarnya kontribusi sektor-sektor tersebut
terhadap pembentukan PDRB Kota Banjar tahun 2012.
g. Perindustrian
Sektor Industri berdasarkan jenisnya dibedakan atas 4 golongan yaitu
industri besar, sedang, kecil dan rumah tangga. Menurut konsep BPS yang
dikategorikan industri besar yaitu industri yang memiliki tenaga kerja lebih

dari 100 orang, industri sedang yaitu industri yang mempunyai tenaga
kerja antara 20 sampai 99 orang, industri kecil yaitu industri yang memiliki
tenaga kerja 5 sampai 19 orang sedangkan industri rumah tangga adalah
industri yang memiliki tenaga kerja kurang dari 5 orang.
Data Dinas Perindustrian, Perda-gangan dan Koperasi Kota Banjar, industri
terbagi ke dalam 2 kategori yaitu industri formal dan non formal. Jumlah
industri formal pada tahun 2013 di Kota Banjar sebanyak 514 perusahaan
tersebar di 4 Kecamatan dan menyerap tenaga kerja sebanyak 6.898
orang. Kecamatan Banjar memiliki jumlah perusahaan industri formal
terbanyak, yaitu sebanyak 189 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja
yang terserap sebanyak 1.322 orang. Sementara itu jumlah perusahaan
industri formal paling sedikit berada di Kecamatan Langensari hanya
sebanyak 67 perusahaan dengan serapan tenaga kerja hanya sebanyak
388 orang.
Jumlah Perusahaan Industri Non Formal di Kota Banjar tahun 2013
sebanyak 2.430 perusahaan yang menyerap tenaga kerja sebanyak 4.965
orang. Dari jumlah perusahaan Non Formal di Kota Banjar pada Tahun 2013
terbanyak berada di wilayah Kecamatan Banjar yaitu 1.172 peru-sahaan.
Perusahan Non Formal yang terdapat di Kota Banjar meliputi industri Gula
Merah, Genteng kera-mik, anyaman bambu, tahu, tempe, rangginang,
industri bata merah dan lain-lain.
h. Ketransmigrasian
Program transmigrasi kini pelaksanaannya dilandasi atas kebutuhan
daerah, diwujudkan dengan inisiatif daerah dan dilaksanakan daerah serta
difasilitasi oleh pusat yang dapat bermanfaat bagi daerah itu sendiri.
Perencanaan dan pelaksanaan program transmigrasi harus memberikan
tempat yang proporsional kepada daerah, baik daerah asal maupun daerah
tujuan transmigran melalui kerjasama antar daerah. Oleh karena itu, peran
pemerintah daerah sebagai pelaksana (rowing) sedangkan pemerintah
pusat sebagai fasilitator dan memberikan arahan (steering) maka dalam
pelaksanaan pembangunan transmigrasi dilakukan dengan pendekatan
demand side, dimana pembangunan transmigrasi disesuaikandengan
kebutuhan dan permintaan masyarakat dan pemerintah daerah setempat
yang melibatkan pemerintah provinsi dengan dukungan pemerintah
kabupaten/kota.
Pemerintah Kota Banjar sebagai daerah pengirim calon transmigran telah
bekerjasama dengan provinsi daerah penempatan dalam penyelenggaraan
transmigrasi. Dengan adanya kerjasama tersebut, diharapkan dapat

memudahkan

penyelenggaraan

transmigrasi

sehingga

permasalahan-

permasalahan yang ada dapat diminimalisir sedini mungkin.


Pemerintah

Kota

Banjar

telah

memberangkatkan

transmigran

total

sebanyak 76 KK selama kurun waktu 2009-2013, yaitu masing-masing 10


KK pada tahun 2009 dan tahun 2010, 25 KK pada tahun 2011, 15 KK pada
tahun 2012, dan 16 KK pada tahun 2013.
Tabel 2.83
Jumlah Transmigrasi Kota Banjar Per Kecamatan
Tahun 2009 s.d 2013
N
o
1.
2.
3.
4.

Kecamatan

Jumlah Transmigrasi /Tahun


2010
2011
2012
1
7
1
3
5
7
2
4
1
13
6
10
25
15

2009
1
1
7
1
10

Banjar
Purwaharja
Pataruman
Langensari
Kota Banjar

2013

6
10
16

2.1.4 Aspek Daya Saing Daerah


2.1.4.1 Kemampuan Ekonomi Daerah
Tabel 2.84. memperlihatkan perkembangan komponen PDRB dalam kurun
waktu lima tahun terakhir. Perkembangan komponen PDRB atas dasar
harga berlaku menunjukkan tren yang positif. Nilai konsumsi rumah tangga
terus melaju dari 896,1 milyar rupiah pada tahun 2009 hingga tahun 2013
telah mencapai 1.386,44 milyar rupiah. Nilai konsumsi Lembaga Non Profit
juga mengalami peningkatan dari 20,46 milyar rupiah pada tahun 2009
menjadi 27,61 milyar rupiah pada tahun 2013. Sementara nilai konsumsi
pemerintah

yang

pada

tahun

2009

sebesar

228,98

milyar

rupiah

meningkat menjadi 369,07 milyar rupiah pada tahun 2013. Demikian pula
dengan nilai PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) yang telah mencapai
631,24 milyar rupiah pada tahun 2013, dari semula hanya 454,83 milyar
rupiah pada tahun 2009.
Tabel 2.84
Produk Domestik Regional Bruto Kota Banjar Tahun 2009 dan 2013
Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Komponen Penggunaan

Atas Dasar Harga Berlaku


2009
[2]

2013*)
[3]

Pengeluaran Konsumsi Rumah


tangga
Pengeluaran Konsumsi Lembaga
Non Profit
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

896.096,33

1.386.444,52

Pembentukan Modal Tetap Bruto

[1]

Perubahan Stok
Ekspor Netto (ekspor-impor)
Total PDRB

Atas Dasar Harga


Konstan
2009
2013*)
[4]
[5]
380.147,91

484.474,45

20.459,35

27.608,04

8.872,15

228.980,49

369.074,65

85.178,53

104.314,79

454.830,53

631.242,57

233.520,85

280.087,07

7.513,45

6.482,49

(15.003,45)

(20.945,46)

17.557,07
(13.062,16
)

12.194,75
(14.813,16
)

712.214,3
3

875.901,
71

1.592.876
,70

2.399.906
,82

9.643,80

Hal yang sama juga terlihat pada nilai komponen PDRB penggunaan atas
dasar harga konstan 2000 dimana peningkatan juga terjadi di semua
komponen PDRB. Nilai konsumsi rumah tangga pada tahun 2009 sebesar
380,15 milyar rupiah, terus meningkat hingga tahun 2013 menjadi 484,47
milyar rupiah. Nilai konsumsi Lembaga Non Profit pada tahun 2009 sebesar
8,87 milyar rupiah menjadi 9,64 milyar rupiah pada tahun 2013. Nilai
konsumsi pemerintah di tahun 2009 sebesar 85,18 milyar rupiah dan pada
tahun 2013 menjadi sebesar 104,31 milyar rupiah. Sedangkan nilai PMTB
(Pembentukan Modal Tetap Bruto) pada tahun 2009 sebesar 233,52 milyar
rupiah meningkat menjadi 280,09 milyar rupiah pada tahun 2013.
Grafik 2.4.
Laju Pertumbuhan Komponen PDRB Kota Banjar Tahun 2009-2013
Menurut Penggunaan (Persen)
20
10

8.113.07
1
05.23

6.88

6.76
6.43
2.13

5.79
8.88
5.65
7.7

2009

-12.94

-10

2013

-20
-30

-31.5

-40

*) angka sementara
Sumber : BPS Kota Banjar

Dari uraian di atas terlihat bahwa secara nominal terjadi peningkatan di


semua komponen penggunaan PDRB Kota Banjar, baik atas dasar harga
berlaku maupun atas dasar harga konstan Tahun 2000. Akan tetapi bila
ditinjau dari tingkat pertumbuhannya, tiap-tiap komponen penggunaan
mempunyai

pertumbuhan

yang

berfluktuasi.

Pada

tahun

2013

pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga tidak lagi menempati


urutan tertinggi diantara semua komponen PDRB penggunaan, tapi
digantikan oleh konsumsi pemerintah dengan laju sekitar 7,7 di tahun
2013. Dari sini terlihat perilaku konsumsi pemerintah di Kota Banjar yang
mengalami perubahan seiring dengan semakin membaiknya pelayanan
dan ungsi pemerintah serta dipenggaruhi oleh adanya pesta demokrasi
pemilihan walikota banjar. Dari grafik diatas juga terlihat laju inventori
tahun 2013 yang mengalami kontraksi (12,94) persen, namun hal tersebut
dibarengi juga dengan tingginya laju impor di tahun 2013 dimana hal ini

mengindikasikan bahwa barang-barang yang beredar di kota Banjar


sebagian besar berasal dari luar kota Banjar.

Gambar 2.11
Peranan Komponen PDRB Kota Banjar Tahun 2013
ADHB Menurut Pngeluaran

2.74 1.87 0.27

Kons. Rmt

26.3

Kons. LNP
Kons. Pemernth

57.77
15.38

PMTB
Inventori

1.15

Ekspor
Impor

*) angka sementara
Sumber : BPS Kota Banjar

Berbeda dengan laju pertumbuhan, perkembangan peranan komponenkomponen penggunaan terhadap total PDRB Kota Banjar selam 5 tahun
terakhir tampak relatif stabil, baik atas dasar harga berlaku maupun
konstan.

Gambar

2.11

memperlihatkan

bahwa

kontribusi

terbesar

penggunaan PDRB Kota Banjar adalah konsumsi rumah tangga. Andil


konsumsi rumah tangga terhadap PDRB Tahun 2013 sebesar 57,77 persen
atas dasar harga berlaku dan 55,31 persen atas dasar harga konstan.
Konsumsi Lembaga Non Profit mempunyai andil paling kecil setiap tahun.
Pada Tahun 2013, andil konsumsi Lembaga Non Profit terhadap PDRB atas
harga berlaku hanya sebesar 1,15 persen, sedangkan Konsumsi Pemerintah
dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) berturut-turut mempunyai
konstribusi masing-masing sebesar 15,38 dan 26,30 persen.

Konsumsi rumah tangga yang mempunyai andil dominan dan tingkat


pertumbuhan tertinggi merefleksikan besarnya peranan rumah tangga
dalam menggerakkan perekonomian Kota Banjar. Peningkatan taraf hidup,
pendapatan rumah tangga dan pengentasan kemiskinan akan terasa
efektif dalam upaya peningkatan PDRB dan perbaikan laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan.
2.1.4.2 Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Dalam peningkatan pelayanan angkutan umum bagi masyarakat, sampai
dengan tahun 2013 Kota Banjar memiliki 1 unit terminal tipe b yang berada
di Kecamatan Purwaharja untuk melayanan penumpang antar kota antar
provinsi dan antar kota dalam provinsi. Terdapat juga 2 unit terminal tipe c
yang diperuntukkan bagi angkutan kota dan angkutan desa.
Dari sektor transportasi mencatat jumlah kendaraan bermotor yang wajib
uji kondisi akhir tahun 2013 sebanyak 2.458 buah terdiri dari kendaraan
tidak umum sebanyak 1.897 buah dan kendaran umum sebanyak 561
buah. Menurut jenisnya kendaraan bermotor terbagi ke dalam mobil jenis
penumpang, bus, mobil barang dan kendaraan khusus.
Masih berkaitan dengan sektor transportasi juga bisa dilihat juga pada
kegiatan PT. KAI yang diwakili stasiun Langensari dan stasiun Banjar.
Jumlah penumpang pada tahun 2013 yang diberangkatkan dari stasiun
Langensari sebanyak 14.342 penumpang dengan nilai penjualan karcis
sebesar 525,55 juta rupiah. Di stasiun Banjar, penumpang lebih banyak lagi
yaitu 46.207 orang dengan total nilai penjualan karcis 4,34 milyar rupiah.
Panjang jalan menurut Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjar untuk tahun
2013 adalah sepanjang 14,07 km berstatus jalan nasional, 9,65

km

berstatus jalan provinsi dan sepanjang 223,194 km berstatus jalan kota.


Kondisi jalan nasional dan provinsi relatif sudah baik, sedangkan jalan kota
tercatat masih ada yang rusak sepanjang 16,06 km, menurun dibanding
tahun 2010 yang mencapai 13,93 persen. Menurut kelasnya, jalan dibagi
ke dalam 6 kelas jalan yaitu kelas I, II, III, IIIA, IIIB, IIIC. Kondisi jalan
nasional dan provinsi yang berada di wilayah Kota Banjar di kategorikan
kelas jalan I, dan jalan kota dikalsifikasikan sebagai kelas III.
Fasilitas untuk menunjang aktivitas bisnis dan wisata di Kota Banjar
terdapat diantaranya jasa akomodasi sebanyak 10 (sepuluh) buah baik
berupa hotel maupun penginapan, restoran/rumah makan, pasar dan lainlain.

Selain itu juga terdapat fasilitas perbankan sebanyak 7 kantor bank umum,
meliputi Bank Jabar 1 unit, Mandiri 1 unit, BCA 1 unit, BNI 1 unit, BRI 1 unit,
BSM 1 unit, Danamon 1 unit.
2.1.4.3 Iklim Investasi
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPMPPT) Kota
Banjar bertugas melayani sebanyak 18 jenis perizinan dan menampilkan
profil dan potensi investasi yang menjanjikan di Kota Banjar. Cukup banyak
strategi dan promosi dilakukan oleh badan ini guna meningkatkan
pelayanan peijinan secara prima dan sekaligus mampu pula menarik
investasi seluas-luasnya bagi kemajuan pembangunan Kota Banjar.
Dengan gedung baru yang representatif, BPMPPT diharapkan mampu
memberikan beragam pelayanan secara baik dan cepat. Untuk mengurus
ijin reklame dan penyelenggaraan pameran misalnya, hanya membutuhkan
waktu 1 (satu) hari kerja. Sedangkan mengurus tanda daftar gudang hanya
membutuhkan waktu 3 hari kerja, kemudian untuk mengurus ijin gangguan
dan ijin usaha industri hanya membutuhkan waktu pengurusan selama 5
hari kerja. Waktu pengurusan perijinan yang terlama (sekitar 14 hari)
hanya pada 4 jenis layanan, yaitu: ijin usaha toko modern, IMB dan ijin
pengelolaaan limbah cair.
Tabel 2.85
Jenis Perijinan, Dasar Hukum dan Lamanya Waktu Penyelesaian Perijinan
Di BPMPPT Kota Banjar

No.

Jenis Perijinan

1.

Izin Peruntukan
Penggunaan Tanah (IPPT)

2.

Izin Mendirikan Bangunan


(IMB)

3.

Izin Gangguan (HO)

Surat Izin Usaha


Perdagangan (SIUP)

Tanda Daftar Perusahaan


(TDP)

6.

Tanda Daftar Gudang


(TDG)

7.

Tanda Daftar Industri


(SIUI/TDI)

Dasar Hukum
Peraturan Daerah Kota Banjar No. 35
tahun 2004 Tentang Retribusi Izin
Peruntukan Penggunaan Tanah
Peraturan Daerah kota Banjar No 7
tahun 2011 tentang Retribusi Perijinan
Tertentu
Peraturan Daerah Kota Banjar No. 7
Tahun 2011 tentang Retribusi Perijinan
Tertentu
Peraturan Menteri Perdagangan RI No.
36/M-DAG/PER/9/2007
Tentang
Penerbitan
Surat
Izin
Usaha
Perdagangan dan Peraturan Menteri
Perdagangan
RI
no.
46/MDAG/PER/9/2009 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Perdagangan RI
no.36/M-DAG/PER/9/2007
tentang
Penerbitan Surat izin Perdagangan
Peraturan Daerah Kota Banjar no 38
tahun
2004
tentang
ketentuan
Pendaftaran Perusahaan
Peraturan Menteri Perdagangan RI no.
16/M-DAG/PER/3/2006
tentang
Penataan dan Pembinaan Pergudangan
Peraturan Daerah Kota Banjar no. 8
tahun
2004
tentang
ketentuan

Waktu
Penyelesaian
5 hari kerja
14 hari kerja
5 hari kerja
5 hari kerja

5 hari kerja
3 hari kerja
5 hari kerja

No.

Jenis Perijinan

8.

Izin Usaha Toko Modern


(IUTM)

9.

Izin Usaha Jasa Konstruksi


(IUJK)

Waktu
Penyelesaian

Dasar Hukum
pemberian Surat Izin Usaha Industri
Peraturan Presiden RI no. 112 tahun
2007
dan
peraturan
Mentri
Perdagangan
RI
no.
53/MDAG/PER/12/2008 tentang Pedoman
penataan
dan
Pembinaan
Pasar
Tradisional, pusat perbelanjaan dan
Toko Modern
Peraturan Daerah Kota Banjar no. 7
tahun 2007 tentang Retribusi Ijin Usaha
Jasa Kontruksi
Peraturan Pemerintah RI No. 43 tahun
2008 tentang Air Tanah
Peraturan Pemerintah RI no. 43 Tahun
2008 tentang Air Tanah
Peraturan Daerah Kota Banjar no. 4
tahun 2005 tentang Pertambangan
Umum
Peraturan Daerah kota Banjar no. 4
tahun 2005 tentang Pertambangan
Umum

14 hari kerja

5 hari kerja

10.

Izin Pemakaian Air tanah

11.

Izin Pengusahaan air Tanah

12.

Izin Usaha Pertambangan


(IUP)

13.

Izin Pertambangan Rakyat

14.

Izin Penyelenggaraan
Pameran

Peraturan Daerah Kota Banjar no. 40


tahun
2004
tentang
Izin
Penyelenggaraan Pameran

1 hari kerja

15.

Izin Usaha Angkutan

Peraturan Daerah kota Banjar No 7


tahun 2011 tentang Retribusi Perijinan
Tertentu

5 hari kerja

16.

Izin Trayek

5 hari kerja

17.

Izin Pengelolaan limbah


Cair

Peraturan Pemerintah RI no. 41 tahun


1993 tentang Angkutan Jalan
Peraturan Daerah Kota Banjar no. 5
tahun 2005 tentang Pengelolaan,
Pengendalian Lingkungan dan Limbah
Cair

18.

Izin Reklame

Peraturan Daerah Kota Banjar no. 36


tahun 2004 tentang Pajak Reklame

1 hari kerja
4 hari kerja
5 hari kerja
5 hari kerja

14 hari kerja

1 hari kerja

Sumber : BPMPPT Kota Banjar.

2.1.4.4 Sumber Daya Manusia


Sejak berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah yang diikuti dengan
penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU). Jumlah penduduk telah digunakan
sebagai salah satu penimbang terhadap besar kecilnya perolehan DAU bagi
setiap

pemerintah

daerah

propinsi

dan

kabupaten/kota

di

seluruh

Indonesia. Oleh karena penduduk merupakan bagian dari pembangunan,


maka posisi penduduk bisa sebagai subyek sekaligus bisa menjadi obyek
dari pembangunan itu sendiri. Pada tahun 2011 penduduk Kota Banjar yang
tercatat di Badan Keluarga Berencana, Pencatatan Sipil, dan Kependudukan
Kota Banjar sekitar 187.183 jiwa, berdasarkan struktur umur proporsi
jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) adalah

133.525 jiwa dan

non produktif (0-14 & 65+ th) adalah 53.658 jiwa.


Kualitas SDM yang baik mutlak diperlukan bagi kemajuan suatu daerah.
Salah satu upaya penting untuk meningkatan kualitas SDM adalah terus
menggalakan pendidikan untuk semua (PUS). Semakin tinggi tingkat

pendidikan masyarakat di suatu daerah semakin tinggi pula kualitas SDMnya.

Dengan

tingginya

tingkat

pendidikan

semakin

terbuka

untuk

mendapatkan lapangan pekerjaan dan penghasilan lebih baik dibandingkan


mereka yang berpendidikan rendah. Karena itu tantangan ke depan adalah
bagaimana

pemerintah

dapat

menyiapkan

sarana

dan

prasarana

pendidikan serta regulasi pendidikan sehingga pendidikan dapat dinikmati


atau dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Usaha pemerintah agar
pendidikan lebih mudah dijangkau masyarakat dengan meluncurkan paket
bantuan

operasional

sekolah

(BOS)

perlu

didukung

dan

dilakukan

pengawasan yang ketat agar tepat sasaran dan tepat manfaat.


Indikator melek huruf menggambarkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM)
yang diukur dalam aspek pendidikan. Semakin tinggi persentase Melek
Huruf semakin tinggi mutu SDM suatu masyarakat. Melek huruf yang
digunakan pada bahasan berikut adalah pada penduduk umur 15 tahun ke
atas

yang

dapat

membaca

dan

menulis

minimal

kata-kata/kalimat

sederhana aksara tertentu, baik huruf latin atau lainnya.


Data

angka

melek

huruf

Kota

Banjar

selama

periode

2009-2013

menunjukkan perkembangan yang baik. Menurut data Susenas, persentase


penduduk dewasa yang melek huruf di Kota Banjar mencapai sekitar 98,65
persen pada tahun 2009 dan meningkat terus hingga tahun 2013 mencapai
99,12 persen.
Salah

satu

indikator

yang

menunjukkan

sumber

daya

manusia

pembangunan

pencapaian

melalui

Indeks

keberhasilan
Pembangunan

Manusia (IPM). Dimana dalam indikator IPM memperhatikan rata-rata


indeks kesehatan, indeks pendidikan dan indeks daya beli. Pergerakan
pencapaian laju IPM Kota Banjar yang begitu dinamis, bahkan cenderung
fluktuatif, dipengaruhi laju indeks pendidikan dan indeks daya beli yang
agak melambat, sedangkan indeks kesehatan pergerakan lebih cepat
dibanding kedua indeks tersebut.
Pencapaian angka IPM Kota Banjar yang terus membaik, didukung dengan
peningkatan nilai komponen dari IPM. Komponen yang menjadi dasar
penghitungan IPM seperti angka harapan hidup, melek huruf, dan
pengeluaran riil per kapita yang semuanya relatif membaik. Pada tahun
2009 indeks kesehatan (angka harapan hidup) dari 76,18 menjadi 76,82 di
tahun 2012. Untuk indeks daya beli dari 62,96 tahun 2013 menjadi 64,95
pada 2012. Sedangkan pada indeks pendidikan pergerakan tidak terlalu
signifikan yaitu dari 83,48 tahun 2009, meningkat 0,29 poin pada 2012
menjadi 83,97.
Peningkatan yang tidak terlalu besar pada indeks pendidikan, mungkin
dipengaruhi

sedikit

penurunan

terhadap

fokus

sasaran

kegiatan

pemberantasan buta huruf beberapa tahun terakhir. Sedangkan upaya


peningkatan rata-rata lama sekolah, sangat terbantu dengan kebijakan
pemerintah pusat melalui program bantuan operasional sekolah (BOS),
serta revitalisasi gedung-gedung sekolah walaupun dampaknya belum
begitu dirasakan untuk saat ini. Oleh karena itu, untuk lebih memajukan
pembangunan

pendidikan

masyarakat

Kota

Banjar,

utamanya

menggenjot kemajuan rata-rata lama sekolah, pemerintah kota dan


provinsi tidak perlu latah bersama-sama mengambil beban tugas yang
serupa dan fokus di pendidikan formal, tetapi upaya-upaya lain yang justru
kurang mendapat intervensi program yang besar, seperti pendidikan luar
sekolah selayaknya dapat dilirik menjadi program unggulan daerah.
Peningkatan indeks kesehatan sedkit lebih baik pertumbuhannya dibanding
indeks pendidikan. Tampaknya kemajuan indeks kesehatan yang cukuf
fluktuatif mampu mendorong perkembangan pencapaian IPM Kota Banjar.
Adanya keberpihakan yang nyata dari pemerintah kota dengan terus
bertambahnya alokasi anggaran bidang kesehatan, dan pemanfaatannya
diarahkan pada kebutuhan masyarakat secara luas, terutama rumahtangga
miskin seperti: kebijakan retribusi pelayanan kesehatan dasar gratis di
puskesmas, program perbaikan gizi masyarakat, peningkatan layanan
kesehatan keluarga dan masyarakat, Jaring Pengaman Sosial (JPS) bidang
pelayanan kesehatan dasar, peningkatan pelayanan lingkungan sehat,
peningkatan sarana air bersih, peningkatan promosi kesehatan, dan
perbaikan kualitas air dan lingkungan mampu mendorong peningkatan
indeks kesehatan yang cukup berarti. Akan tetapi, belum bertumbuh
kembangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan individu dan keluarga
di sebagian masyarakat, utamanya pada masyarakat di lingkungan
perdesaan, menyebabkan tugas pemerintah di bidang kesehatan di masa
mendatang masih cukup berat. Kondisi tersebut tentunya membutuhkan
jalinan

sinergitas

keberpihakan

antar

yang

berbagai

nyata

dari

sektor

di

pemerintah

bidang
dengan

kesehatan

dan

mengalokasikan

anggaran untuk bidang kesehatan sesuai kebutuhan. Di samping itu, peran


serta

masyarakat

dalam

melakukan

perubahan

fundamental

pada

sikap/perilaku hidup sehat, menjadikan berbagai upaya penanganan


kesehatan masyarakat akan berjalan lebih optimal dengan ditunjukkan oleh
meningkatnya

angka

harapan

hidup

dan

terus

menurunnya

angka

kematian bayi secara signifikan.


Sebagai salah satu komponen dalam indikator IPM, daya beli merupakan
indikator yang paling sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Setiap
perubahan

kebijakan

makro

nasional

ternyata

berdampak

terhadap

ketatnya perkembangan daya beli masyarakat, kondisi eksternal seperti

kebijakan fiskal, moneter serta inflasi (naik turunnya harga barang dan
jasa), merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap naik turunnya daya
beli masyarakat. Oleh karena itu perlu ditingkatkan kinerja pembangunan
guna meningkatkan produktivitas dan nilai tambah sektor perekonomian
terutama yang berbasis ekonomi kerakyatan.
Dengan membaiknya fundamental ekonomi makro yang bisa dilihat dari
perkembangan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kota Banjar yang terus
bergerak dinamis, cukup dapat meyakinkan berbagai kalangan bahwa
perekonomian Kota Banjar dapat segera bangkit setelah mendapat tekanan
kuat akibat dampak krisis ekonomi beberapa tahun lalu. Ketika krisis
ekonomi masih terjadi, kemampuan daya beli sebagian besar masyarakat
Kota Banjar relatif cukup tertekan, bahkan cenderung terjun bebas. Dengan
relatif stabilnya kondisi perekonomian dewasa ini ternyata berpengaruh
cukup baik terhadap kenaikan pada komponen kemampuan daya beli (PPP)
masyarakat selama periode tahun 2009 - 2012.
Walaupun

terlihat

adanya

perubahan

dengan

terus

membaiknya

kemampuan daya beli, adanya fluktuasi kondisi ekonomi makro baik


nasional maupun regional, seperti laju inflasi dan investasi yang tak
kunjung membaik dapat menyebabkan terus tertekannya kemajuan daya
beli masyarakat. Pemerintah kota Banjar harus terus mewaspadai dan
tetap bercermin dari kejadian di masa puncak krisis ekonomi, bahwa
perubahan kebijakan di sektor ekonomi yang cenderung mendapat respon
negatif dari masyarakat, seperti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
dan ongkos tansportasi ternyata ikut pula mempengaruhi kemampuan
daya beli di masyarakat dalam jangka panjang. Karena pada umumnya
setiap kenaikan pada dua sektor tersebut langsung diikuti oleh kenaikan
harga berbagai kebutuhan pokok/dasar. Untuk itu, diperlukan langkahlangkah yang kondusif dari pemerintah agar setiap kebijakan yang diambil
tetap mengedepankan kepentingan masyarakat secara luas.
Salah satu upaya penting diantaranya adalah terus melakukan optimalisasi
pengembangan produk industri kecil dan menengah sehingga mampu
memenuhi kebutuhan lokal dan tidak bergantung pada komoditas dari luar
daerah. Sering tersendatnya pasokan kebutuhan pokok akibat ganggungan
alur distribusi (karena banjir, dan bencana alam lainnya), menyebabkan
harga-harga komoditas barang dari luar daerah seringkali melonjak. Kondisi
ini cukup meresahkan masyarakat dan tentunya berpengaruh pada
tertekannya

kemampuan

daya

beli.

Oleh

karena

itu,

peran

nyata

pemerintah sangat diperlukan, sebagai fasilitator dan regulator usaha,


pemerintah harus mampu menjembatani produktivitas pelaku usaha lokal
dengan pangsa pasar yang tersedia. Di samping itu, upaya memberi

perlindungan dan kenyamanan usaha bagi investor (pemilik modal),


dengan memangkas jalur perizinan dan menghindari pungutan yang tidak
perlu akan menjamin aktivitas ekonomi dapat bergerak lebih dinamis.
2.2 Analisis Ekonomi
2.2.1 Evaluasi atas Hasil Perhitungan Kapasitas Keuangan Daerah
RKPD Tahun 2015
Evaluasi atas hasil perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui amanat
dari RPJMD dalam menentukan kapasitas keuangan daerah serta hasilnya.
Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana dasar-dasar perhitungan
dilakukan untuk tahun rencana. Evaluasi dilakukan dengan mempelajari
dokumen

RPJMD

pada

bagian

kerangka

pendanaan/penghitungan

kapasitas keuangan daerah. Pemahaman atas perhitungan kapasitas


keuangan daerah ini menjadi dasar penentuan dan perhitungan kapasitas
keuangan daerah tahun rencana.

2.2.2 Analisis Keuangan Daerah


2.2.2.2 Perhitungan Kapasitas Keuangan Daerah
a. Pertumbuhan Pendapatan Daerah

b. Pertumbuhan Realisasi Belanja Tidak Langsung

c. Pertumbuhan Neraca Daerah

d. Analisis Sumber Pendapatan Daerah


Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, dijelaskan bahwa Pendapatan Daerah adalah
hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambahan nilai
kekayaan bersih. Sumber penerimaan Kota Banjar berasal dari
Pendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan. Pendapatan
Daerah terdiri dari : 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; 2) Dana
Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum
dan Dana Alokasi Khusus; serta 3) Kelompok lain-lain pendapatan
daerah yang sah meliputi Hibah, Dana Darurat, dan Lain-lain
Pendapatan yang ditetapkan Pemerintah. Sedangkan penerimaan
pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
(SiLPA), Pencairan Dana Cadangan dan Penerimaan Pinjaman
Daerah.
Realisasi pendapatan daerah dibandingkan dengan target dalam
APBD Kota Banjar Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013, secara
rinci perkembangan realisasi dan pendapatan daerah Kota Banjar
serta

kontribusi

sumber-sumber

pendapatan

terhadap

total

pendapatan dari tahun 2009 - 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.89
Tabel 2.89
Prosentase Sumber Pendapatan Daerah
Kota Banjar
No
1
1.1.
1.1.1.
1.1.2.
1.1.3.
1.1.4.
1.2.
1.2.1.
1.2.2.
1.2.3.
1.3.
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5

Uraian
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang
Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang sah
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan
Pemerintah Daerah Lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan.. dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya
JUMLAH PENDAPATAN DAERAH

2011
(%)

Tahun
2012
(%)

2013
(%)

8,55
5,96
6,82
0,52

9,45
8,14
0,87
0,46

10,70
15,07
1,01
0,48

0,71
62,33
9,12
49,05
4,15
29,12

7,49
64,50
9,44
52,02
3,04
26,06

8,01
71,15
5,76
61,30
4,08
18,15

2,48

2,34

1,71

13,26
13,38

6,50
17,22

0,00
16,44

e. Analisis Kinerja Realisasi Pendapatan Daerah


Kontribusi masing-masing sumber pendapatan dapat dilihat dari
proporsinya terhadap total pendapatan daerah. Di Kota Banjar
proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah dalam kurun waktu
empat tahun (2009 2013) sangat minim, yaitu sekitar 9,45% dari
total Pendapatan. Dana Perimbangan dari pemerintah memberikan
kontribusi yang sangat tinggi terhadap pendapatan daerah sekitar
69,27%, dan sisanya sekitar 21,28% berupa lain-lain pendapatan
daerah yang sah.
Tabel 2.90
Kinerja Realisasi Pendapatan Daerah
No

PENDAPATAN

1.

Pendapatan Asli Daerah

a.
b.
c.
d.
2.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Uraian

Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil pengelolaan keuangan
daerah yang dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
Dana Perimbangan
Dana bagi hasil pajak/bagi hasil
bukan pajak
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus
Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah
Hibah
Dana darurat
Bagi hasil pajak dari provinsi
dan dari pemda lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus
Bantuan Keuangan dari provinsi
pemerintah daerah lainnya
Penerimaan cukai rokok

2009

Proporsi (%)
2010 2011 2012

2013

7,69

9,63

11,37

8,52
10.03
0.82
0.79
0.46

0,37
5,60
0,59

0,45
7,28
0,72

0,51
6,80
0,51

1,12
79,40

1,19
74,53

0,71
62,16

8,80

10,70

9,09

66.54
11.82

9,54

61,48
9,11
12,92

59,54
4,29
15,83

48,93
4,14
29,32

51.71
3.02
23,42

51,07
3,09
24,93

3,30

3,44

2,48

2,27

1,56

0,24

5,96

13,23

6,46

7,04

9,22

6,25

13,34

14,37

16,28

0,18

0,27

0,33

0,05

7.97

1,34
0,84
0,45
8,75
63,70

f. Analisis Proyeksi Pendapatan Daerah


Dengan melihat performa Pendapatan Daerah tahun 2009-2013,
pada tahun 2015 pendapatan daerah diharapkan dapat meningkat
lebih tinggi lagi, yang diikuti dengan berbagai upaya-upaya untuk
dapat mencapainya.
Tahun 2015, dirumuskan beberapa kebijakan pendapatan yang
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah, yaitu sebagai
berikut:
a. Intensifikasi Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

b. Penambahan
Pemerintah

jenis
Nomor

pungutan
97

Tahun

retribusi
2012

sesuai

Peraturan

tentang

Retribusi

Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Izin Mempekerjakan


Tenaga Kerja Asing (IMTA);
c. Penyesuaian Tarif Pajak dan Penyesuaian Dasar Pengenaan
Pajak tertentu;
d. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan umum kepada
masyarakat/wajib pajak;
e. Pemberlakuan Pajak Rokok pada Tahun 2014 sesuai UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi
Daerah;
f.

Membangun sistem dan prosedur administrasi pelayanan


perpajakan dan retribusi berbasis online system;

g. Meningkatkan

keterampilan

dan

pengetahuan

serta

profesionalisme SDM Aparatur;


h. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait dalam rangka
optimalisasi penerimaan DBH Pajak/Bukan Pajak;
i.

Optimalisasi dan pemberdayaan aset daerah;

j.

Meningkatkan kualitas manajemen aset daerah;

k. Meningkatkan kontribusi BUMD;


l. Penyempurnaan Dasar Hukum Pungutan.
Berdasarkan

kebijakan

tersebut

di

atas

dan

dengan

mempertimbangkan laju pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi,


maka proyeksi pendapatan daerah Pemerintah Kota Banjar Tahun
2015 dengan asumsi:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dihitung dengn proyeksi
sekitar 8% pertahun;
b. Dana Perimbangan yang bersumber dari Dana Bagi Hasil
Pajak dihitung sama dengan penerimaan tahun lalu;
c. Dana Alokasi Umum yang menyangkut kebijakan pusat
dihitung dengan kenaikan sekitar 9% per tahun.
Tabel 2.91
Proyeksi Pendapatan Daerah Kota Banjar
No
1
1.1.
1.1.1.
1.1.2.
1.1.3.

Uraian
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang
Dipisahkan

Proyeksi Tahun 2015


(Rp)
655.914.596.138,15
67.057.965.474,15
6.911.986.250,40
5.561.204.223,75
2.625.000.000,00

No
1.1.4.
1.2.
1.2.1.
1.2.2.
1.2.3.
1.3.
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5

Uraian
Lain-Lain PAD yang sah
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan
Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan
Pemerintah Daerah Lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya

Proyeksi Tahun 2015


(Rp)
51.959.775.000,00
459.096.778.157,00
60.644.083.837,00
373.071.954.320,00
25.380.740.000,00
129.759.852.507,00

8.829.388.507,00
77.812.464.000,00
43.118.000.000,00

g. Analisis Proyeksi Penerimaan Pembiayaan Daerah


Kebijakan Pembiayaan Daerah di masa yang akan datang dari sisi
penerimaan yaitu dengan menggunakan prakiraan penerimaan
Sisa

Lebih

Perhitungan

Anggaran

Tahun

sebelumnya

dan

penerimaan dari pinjaman daerah, penyertaan modal dalam rangka


pemenuhan kewajiban, serta membentuk dana cadangan dari sisi
pengeluaran.
Tabel 2.92
Proyeksi Penerimaan Pembiayaan Daerah
No
1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
2
2.1
3
3.1
3.2
4
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
5

Uraian
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya
Pelampauan penerimaan PAD
Pelampauan penerimaan Dana Perimbangan
Pelampauan penerimaan Lain-lain Pendapatan
Daerah Yang Sah
Sisa Penghematan Belanja atau akibat lainnya
Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir
tahun belum terselesaikan
Kegiatan lanjutan
Pencairan Dana Cadangan
Pencairan Dana Cadangan
Hasil PenjualanKekayaan Daerah yang Dipisahkan
Hasil penjualan perusahaan milik daerah/BUMD
Hasil penjualan aset milik pemerintah daerah yang
dikerjasamakan dengan pihak ketiga
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Pinjaman Daerah dari Pemerintah
Penerimaan Pinjaman Daerah dari pemerintah
daerah lain
Penerimaan Pinjaman Daerah dari lembaga
keuangan bank
Penerimaan Pinjaman Daerah dari lembaga
keuangan bukan bank
Penerimaan hasil penerbitan Obligasi daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

Proyeksi Tahun 2015


(Rp)

No
5.1
6
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5

Uraian
Penerimaan
Penerimaan
Penerimaan
Penerimaan
Penerimaan
lain
Penerimaan
bank
Penerimaan
bukan bank

Kembali Penerimaan Pinjaman


Piutang Daerah
piutang daerah dari pendapatan daerah
piutang daerah dari pemerintah
piutang daerah dari pemerintah daerah
piutang daerah dari lembaga keuangan
piutang daerah dari lembaga keuangan

Proyeksi Tahun 2015


(Rp)

h. Proyeksi/Target Penerimaan Daerah


Sumber penerimaan Kota Banjar berasal dari Pendapatan Daerah
dan Penerimaan Pembiayaan. Pendapatan Daerah terdiri dari : 1)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi Pajak Daerah, Retribusi
Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; 2) Dana Perimbangan
yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana
Alokasi Khusus; serta 3) Kelompok lain-lain pendapatan daerah
yang sah meliputi Hibah, Dana Darurat, dan Lain-lain Pendapatan
yang ditetapkan Pemerintah. Sedangkan penerimaan pembiayaan
bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), Pencairan
Dana Cadangan dan Penerimaan Pinjaman Daerah.
Tabel 2.93
Proyeksi/Target Penerimaan Daerah
Kota Banjar
No

Uraian

(1)

(2)

1
1.1.

PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah

8.829.388.507

129.759.852.507,
00

129.759.852.50
7,00

655.914.596.138,
15

655.914.596.13
8,15

Retribusi Daerah

5.561.204.223,75

Hasil pengelolaan keuangan Daerah


Yang Dipisahkan

2.625.000.000,00

Dana Perimbangan

Dana Alokasi Umum


Dana Alokasi Khusus
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang
Sah
Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
dan Pemerintah Daerah Lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya
Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Cukai
Tembakau
Total Pendapatan (a)
2

8.829.388.507

6.911.986.250,40

Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil


Bukan Pajak

1.3.

51.959.775.000,0
0
459.096.778.157,
00
60.644.083.837,0
0
373.071.954.320,
00
25.380.740.000,0
0

Proyeksi RKPD
tahun 2015
(Rp)
(4)
655.914.596.13
8,15
67.057.965.474,
15
6.911.986.250,4
0
5.561.204.223,7
5
2.625.000.000,0
0
51.959.775.000,
00
459.096.778.15
7,00
60.644.083.837,
00
373.071.954.32
0,00
25.380.740.000,
00

Pajak Daerah

Lain-Lain PAD yang sah


1.2.

Proyeksi RPJMD
tahun 2015
(Rp)
(3)
655.914.596.138,
15
67.057.965.474,1
5

Penerimaan Pembiayaan
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kek. Daerah yang
dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Pengembalian Utang

Selisih
(Rp)

Ket

(6)

(7)

No

Uraian

(1)

(2)
Penerimaan Piutang
Jumlah (b)
3
Proyeksi Silpa Riil
Saldo kas neraca daerah
Dikurangi:
Kewajiban kepada pihak ketiga
sampai dengan akhir tahun yang
belum terselesaikan
Kegiatan lanjutan
Jumlah (c)
Jumlah Kapasitas Keuangan Daerah (a) +
(b) + (c)

Proyeksi RPJMD
tahun 2015
(Rp)
(3)

Proyeksi RKPD
tahun 2015
(Rp)
(4)

0
655.914.596.138,
15

0
657.308.445.47
1

Selisih
(Rp)

Ket

(6)

(7)

655.914.596.13
8,15

i. Analisis Belanja Daerah Tahun 2015


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, dijelaskan bahwa Belanja Daerah
adalah

kewajiban

Pemerintah

Daerah

yang

diakui

sebagai

pengurang nilai kekayaan bersih. Untuk memperoleh gambaran


realisasi kebijakan pembelanjaan pada periode Tahun 2008 2013
dilakukan melalui analisis belanja daerah.
Adapun kebijakan Belanja Daerah Tahun 2014 adalah sebagai
berikut :
1)

Belanja Tidak Langsung, merupakan belanja yang

dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan


program dan kegiatan, meliputi :
a) Belanja

Pegawai

merupakan

belanja

kompensasi,

dalam

bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang


diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan Perundang-undangan;
b) Belanja Bunga digunakan untuk pembayaran bunga atas
pinjaman pemerintah daerah kepada pihak lainnya;
c) Subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya
produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual
produksi/jasa

yang

dihasilkan

dapat

terjangkau

oleh

masyarakat banyak;
d) Belanja Hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian
hibah dalam bentuk uang, barang/jasa kepada pemerintah
daerah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok
masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya;
e) Bantuan

Sosial,

yaitu

bantuan

sosial

organisasi

kemasyarakatan antara lain bantuan keagamaan, pendidikan,


kemasyarakatan, pengadaan pangan dan bantuan partai
politik;
f) Belanja Bagi Hasil, meliputi belanja bagi hasil pajak daerah
dan retribusi daerah kepada Kabupaten/Kota;
g) Bantuan Keuangan yang bersifat umum maupun khusus
kepada desa;
h) Belanja Tak Terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak
diperkirakan

sebelumnya,

termasuk

pengembalian

atas

kelebihan penerimaan daerah tahun sebelumnya yang telah


ditutup.
2)

Belanja

Langsung,

merupakan

belanja

yang

dianggarkan terkait langsung dengan program dan kegiatan,


meliputi :
a) Belanja

Pegawai,

untuk

pengeluaran

honorarium

PNS,

honorarium non PNS dan uang lembur, Belanja Pegawai BLUD,


Belanja Jasa Non PNS;
b) Belanja Barang dan Jasa, untuk pengeluaran bahan pakai
habis, bahan material, jasa kantor, sewa alat berat, sewa
perlengkapan, sewa perlengkapan dan alat kantor, makanan
dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja,
pakaian khusus, perjalanan dinas, beasiswa pendidikan PNS,
kursus, pelatihan, sosialisasi, dan bimbingan teknis, perjalanan
pindah tugas dan lain sebagainya;
c) Belanja Modal, untuk pengeluaran pengadaan tanah, gedung,
alat-alat berat, alat-alat angkutan di darat bermotor, alat-alat
angkutan darat tidak bermotor, alat-alat angkutan di air
bermotor, alat-alat angkutan diair tidak bermotor, alat-alat
bengkel, pengolahan pertanian dan peternakan, peralatan
kantor, perlengkapan kantor, komputer dan lain-lain.
Gambaran tentang realisasi Belanja Daerah yang disajikan secara
series

menginformasikan

mengenai

rata-rata

perkembangan/kenaikan realisasi Belanja Daerah Kota Banjar


Tabel 2.94
Penghitungan Kebutuhan Belanja & Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Kota Banjar

No

Uraian

Belanja Tidak Langsung

1.

3.

Belanja Gaji dan Tunjangan


Belanja Penerimaan Anggota dan
Pimpinan DPRD serta Operasional
KDH/WKDH
Belanja Bunga

4.

Belanja Bagi Hasil

5.

Belanja Bantuan kepada Desa *)

6.

Belanja Bantuan Partai Politik

Belanja Langsung

Pengeluaran Pembiayaan

1.

Pembentukan Dana Cadangan

2.

Pembayaran Pokok Utang

2.

TOTAL PENGELUARAN WAJIB DAN


MENGIKAT

Proyeksi RKPD
tahun 2015
(Rp)
312.273.080.550,24
312.273.080.550,24

46.466.162.742,25

358.739.243.292,4
9

Keterangan

j. Kapasitas keuangan Daerah Riil dan Total dana Pagu


Indikatif
Dengan demikian, ketersediaan dana untuk mendanai program dan
kegiatan tahun rencana, yaitu:
a.

Total penerimaan daerah (I)


: 655.914.596.138,15

b.
wajib/mengikat (II)

Total
Pengeluaran
:358.739.243.292,49 (-)

Kapasitas keuangan daerah riil(III)


297.175.352.845,66

belanja

Dengan demikian, ketersediaan dana untuk/sebagai pagu indikatif


tahun rencana adalah:
a. Kapasitas keuangan daerah riil (III)
b. Total Dana Program/kegiatan wajib(IV)
Total dana pagu indikatif

: 297.175.352.845,66
: 327.101.947.801,27 (-)
:(29.926.594.955,91)

2.3 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai


dengan Tahun 2013
Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD merupakan suatu proses
untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Melalui evaluasi
kinerja pelaksanaan pembangunan akan di hasilkan informasi kinerja yang
dapat menjadi masukan bagi proses perencanaan dan penganggaran yang
didukung oleh ketersediaan informasi dan data yang lebih akurat. Dengan
demikian, program pembangunan menjadi lebih efisien, efektif disrtai dengan
akuntabilitas pelaksanaannya yang jelas. Keberhasilan pencapaian sasaran
pada semua tingkat pelaksana pembangunan akan dapat diukur dengan
menggunakan indikator kinerja status dan kedudukan pencapaian kinerja
pembangunan daerah dilakukan dengan menggunakan Indikator Kinerja
Utama yang mencerminkan keberhasilan penyelenggaraan suatu urusan
pemerintahan.
Realisasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun
Berjalan
Misi 1 : Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Pendidikan
Pendidikan Anak

Usia Dini. Untuk mendukung pencapaian

kinerja yang berkaitan dengan PAUD, dilaksanakan program pendidikan anak


usia dini, dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Penyelenggaraan PAUD (APBD Kota Banjar), untuk merekrut penduduk


usia 2 6 tahun sebanyak 6.836 anak (warga belajar) melalui 154 pos
PAUD.

Rintisan program PAUD sejenis (SPS), untuk merekrut penduduk usia 2


6tahun melalui 8 lembaga PAUD. Kegiatan ini menggunakan APBD
Provinsi Jawa Barat.

Sedangkan dari APBN, terdapat 4 kegiatan yang dilaksanakan, yaitu


Rintisan Kelompok Bermain (Kober) pada 4 lembaga, Rintisan program
PAUD sejenis (SPS) pada 2 lembaga, Bantuan operasional PAUD bagi
350 warga belajar, serta Bantuan operasional PAUD bagi 881 warga
belajar.
Pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD Non Formal di

bawah target karena adanya perubahan bilangan pembagi untuk APK PAUD
NF, dari usia 4 6 tahun menjadi 2 6 tahun. Dinas Pendidikan akan
memperluas pemerataan layanan akses pendidikan anak usia dini pada tahun
2012 agar pencapaian APK PAUD NF sesuai target.
Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Pencapaian indikator

kinerja sasaranangka partisipasi kasar (APK) pada tingkat SD/MI berada pada
angka di bawah 100, disebabkan sebagian penduduk usia 12 tahun yang
telah memasuki jenjang sekolah di tingkat SMP/MTs, didahului dengan
kecenderungan masyarakat menyekolahkan anaknya pada usia 6 tahun di
sekolah dasar.
Dalam program wajar dikdas 9 tahun, telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:

BOS Provinsi untuk SD/MI, disalurkan untuk 113 sekolah dengan


cakupan siswa sebanyak 19.471 siswa.

BOS APBN untuk SD/SDLB, disalurkan untuk 91 sekolah dengan


cakupan siswa swasta sebanyak 16.398 siswa.

Pembangunan Ruang Kelas Baru yang bersumber dari Dana APBD Kota
Banjar terbangunnya ruang kelas baru jenjang SD dan SMP sebanyak
8 ruang kelas .

Pembangunan WC Sekolah SD dan SMP yang bersumber dari APBN


sebesar Rp.214.306.000 tidak diserap.

Pembangunan Ruang Kelas Baru dari dana APBN untuk jenjang SD


terbangunnya ruangan kelas baru sebanyak 4 ruang kelas.
Perbandingan capaian indikator sasaran cakupan pendidikan gratis

jenjang pendidikan dasar tahun 2011 sampai dengan 2013, disajikan sebagai
berikut:
Indikator Sasaran
APK TK/RA
APK PAUD Non Formal
APK SD/MI
APM SD/MI
APK SMP/MTs
APM SMP/MTs
APK SDLB
APM SDLB
APK SMPLB
APM SMPLB

Capaian Capaian
Satuan
2011
2012
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%

20,09
48,64
103,70
93,83
105,67
88,65
0,69
0,59
0,28
0,24

22,82
41,91
103,18
94,16
117,06
95,91
0,77
0,49
0,42
0,15

Capaian
2013
25,32
43,00
98,73
93,80
104,75
93,32
0,87
0,48
0,36
0,10

Target s.d
2013
21,00
54,00
103,15
92,00
94,00
80,00
0,67
0,67
0,25
0,25

Capaia
n
s.d
2013
120,57
79,63
95,71
107,39
111,44
116,65
129,85
75,00
144,00
40,00

Pencapaian rata-rata lama sekolah (RLS) menunjukkan peningkatan


dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu:

Pencapaian RLS

RLS (Tahun)

8.60
8.40
8.20
8.00
7.80
7.60

2009 2010
2011 2012
2013

Dalam menunjang penuntasan AMH, telah dilakukan pelayanan


pendidikan Paket A, B dan C, dengan target dan realisasi APK sebagai berikut:
Indikator
APK Paket A
APK Paket B
APK Paket C

Satuan
%
%
%

Rencana
2,38
19,04
7,08

Realisasi
0,30
4,74
10,71

%
12,61
24,89
151,27

Pendidikan Menengah. Peningkatan pencapaian APK dan APM SMA/SMK/MA


di wilayah Kota Banjar tersebut didukung dengan kegiatan-kegiatan yang
dananya bersumber dari APBD Provinsi Jawa Barat serta APBN tahun 2013,
meliputi:

Pembangunan RKB SMA/SMK sebanyak 7 RKB

untuk SMK 4 Banjar

sebanyak 3 ruang.

Pembangunan RKB SMA Negeri 3 Banjar bersumber dari APBD Provinsi


Jawa Barat ;

Pembangunan

RKB

SMA/SMK

dari

APBD

Provinsi

Jawa

Barat,

terbangunnya RKB SMA Bina Putera, SMK Pasundan 2 dan SMK NU AlMaarif sebanyak 6 ruang (masing-masing 2 ruang);

BOS Provinsi SMA (APBD Provinsi), tersalurkannya dana BOS siswa SMA
di Kota Banjar sebanyak 3.059 siswa;

BOS Provinsi SMK (APBD Provinsi), tersalurkannya dana BOS siswa SMK
di Kota Banjar sebanyak 6.762 siswa;

Rintisan Bantuan Oprasional Sekolah SMA Periode Januari Juni 2013


(APBN) di Kota Banjar sebanyak 3.052 siswa.

Rintisan Bantuan Oprasional Sekolah SMK Periode Januari Juni 2013


(APBN) di Kota Banjar sebanyak 6.175 siswa;

Rintisan Bantuan Oprasional Sekolah SMA Periode

Juli Desember

2013 (APBN) di Kota Banjar sebanyak 3.493 siswa;

Rintisan Bantuan Oprasional Sekolah SMK Periode

Juli Desember

2013 (APBN) di Kota Banjar sebanyak 6.729 siswa;

Sosialisasi dan Monitoring BOS (APBD Kota Banjar) satu kegiatan untuk
25 sekolah.
Dengan sarana dan prasarana pendidikan yang lebih menjanjikan di

wilayah Priangan Timur, pendidikan menengah di Kota Banjar mampu


menarik minat masyarakat untuk menyekolahkan ke jenjang SMA di wilayah
yang berbatasan, baik yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis maupun
Kabupaten Cilacap.
Perbandingan kinerja tiga tahun dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2013 sebagai berikut:
Indikator Sasaran

Satua
n

Capaia
n 2011

%
%
%
%

113,42
87,27
0,07
0,07

APK SMA/SMK/MA
APM SMA/SMK/MA
APK SMALB
APM SMALB

Target
s.d
2013

Capaian Capaia
2012
n 2013
113,83
89,08
0,13
0,09

98,79
81,55
0,10
0,01

91,99
73,47
0,13
0,13

Capaia
n
s.d
2013
107,39
111,00
76,92
7,69

Ketersedian sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas


Indikator Sasaran
Peningkatan jumlah ruang kelas
TK/RA dalam kondisi baik.
Tercukupinya alat peraga PAUD.
Prosentase bangunan SD/MI
dalam kondisi baik.
Prosentase SD/MI memiliki
perpustakaan.
Prosentase bangunan SMP/MTs
dalam kondisi baik.
Prosentase SMP/MTs memiliki
perpustakaan.
Prosentase SMP/MTs memiliki
laboratorium IPA.
Prosentase bangunan

Satuan

Rencana

Realisasi

Ruang

Lembag
a
%

30

30

100,00

100,00

82,68

82,68

91,07

79,65

87,46

100,00

82,83

82,83

100,00

62,07

62,07

64,00

37,93

59.27

100,00

94,22

94,22

Indikator Sasaran

Satuan

Rencana

Realisasi

100,00

100,00

100,00

58,33

83,33

142,86

60,00

42,31

70,52

SMA/MA/SMK dalam kondisi


baik.
Prosentase SMA/MA/SMK memiliki
perpustakaan.
Prosentase SMA/MA yang
memiliki Laboratorium Kimia,
Fisika, Biologi.
Prosentase SMK yang memiliki
Bengkel kerja, Laboratorium
Sains yang relevan.

Prasarana dan sarana pendidikan memberikan sumbangan dalam


meningkatkan kualitas lulusan sekolah, baik dalam hal kompetensi lulusan
maupun nilai rata-rata lulusan. Secara umum, sarana dan prasarana
pendidikan di wilayah Kota Banjar sudah mencapai target yang ditetapkan
dalam RPJMD 2009-2013, kecuali Pengadaan perlengkapan sekolah, sarana
Teknologi Informatika dan Komunikasi,
sarana peningkatan mutu SD/SMP
sehubungan

terjadinya

perubahan

alat praktek dan peraga siswa dan


kegiatan

regulasi

ini tidak dapat terserap


pelaksanaan

angaran

dan

petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh kementrian Pendidikan Nasional yang


belum dapat ditafsirkan dengan akurat dan

waktu pelaksanaanya

sangat

mendesak sekali. Indikator Peningkatan jumlah ruang kelas TK/RA dalam


kondisi baik, Prosentase bangunan SD/MI dalam kondisi baik, Prosentase
bangunan SMP/MTs dalam kondisi baik, Prosentase SMP/MTs memiliki
perpustakaan, Prosentase bangunan SMA/MA/SMK dalam kondisi baik,
serta Prosentase SMK yang memiliki Bengkel kerja, Laboratorium Sains yang
relevan.

Indikator Sasaran
Prosentase bangunan SD/MI
dalam kondisi baik.
Prosentase SD/MI memiliki
perpustakaan.
Prosentase bangunan
SMP/MTs dalam kondisi baik.
Prosentase SMP/MTs memiliki
perpustakaan.
Prosentase SMP/MTs memiliki
laboratorium IPA.
Prosentase bangunan
SMA/MA/SMK dalam kondisi
baik.
Prosentase SMA/MA/SMK
memiliki perpustakaan.
Prosentase SMA/MA yang
memiliki Laboratorium
Kimia, Fisika, Biologi.
Prosentase SMK yang

Satua
n

Capaian Capaia
2011
n 2012

Capaia
Capaia Target s.d
n
n 2013
2013
s.d
2013
82,68
100,00
82,68

84,19

79,60

88,50

88,50

79,65

91,07

87,46

77,63

82,02

82,83

100,00

82,83

65,38

62,96

62,07

100,00

62,07

40,00

46,15

37,93

64,00

59,27

91,43

94,67

94,22

100,00

94,22

91,67

91,67

100,00

100,00

100,00

50,00

75,00

83,33

75,00

111,11

50,00

20,00

42,31

60,00

70,31

Satua
n

Indikator Sasaran

Capaian Capaia
2011
n 2012

Capaia
Capaia Target s.d
n
n 2013
2013
s.d
2013

memiliki Bengkel kerja,


Laboratorium Sains yang
relevan.

Peningkatan

Mutu

Pendidik

dan

Tenaga

Kependidikan.

Dalam

meningkatkan kualitas lulusan pendidikan, baik pada jenjang pendidikan


dasar maupun menengah, Pemerintah Kota Banjar masih menghadapi
kendala ketersediaan guru yang bersertifikat karena terbatasnya kuota yang
diberikan

oleh

Pemerintah

Pusat

kepada

Pemerintah

Kota

Banjar.Perbandingan kinerja tiga tahun terakhir sebagai berikut:


Perbandingan kinerja tiga tahun terakhir sebagai berikut:
Satua
n

Capaia
n 2011

Capaia
n 2012

Capaian
2013

Target
s.d
2013

SD

46,63

90,17

87,55

100,00

Capaia
n
s.d
2013
87,55

SMP

40,08

82,65

81,82

100,00

81,82

SMA

38,26

69,61

72,54

100,00

72,54

SMK

20,78

81,59

74,69

100,00

74,69

Indikator Sasaran
Meningkatnya Guru
Bersertifikat.
Meningkatnya Guru
Bersertifikat.
Meningkatnya Guru
Bersertifikat.
Meningkatnya Guru
Bersertifikat.

Cakupan

pendidikan

Perkembangan

Rata-rat

masyarakat
Lama

Sekolah

melalui
(RLS)

jalur
pada

pendidikan.

setiap

tahunnya

mengalami kenaikan mesekipun prosetasenya kurang signifiakan. Untuk


tahun 2013 data sementara

rata-rata lama sekolah hasil olahan Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan baru mencapai 8,11.


Kegiatan-kegiatan pendukung program pendidikan non formal yang
dilaksanakan dalam tahun 2013 meliputi:

Bantuan Keaksaraan Fungsional Dasar

(APBD Provinsi Jawa Barat)

untuk belajar buta aksara sebanyak 40 warga .

Bantuan keaksaraan Usaha Mandir (KUMN) (APBN) untuk warga buta


aksara sebanyak 390 warga belajar di 9 kelompok.

Banutan Kelompok Belajar usaha (KBU) (APBD Provinsi Jawa Barat)


untuk 90 warga belajar di 9 kelompok.

Bantuan Pendidikan dan Kecakapan Hidup (PKH) untuk warga belajar


buta aksara sebanyak 30 warga di 2 kelompok

Bantuan Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (PKM) (APBN) untuk


warga belajar buta aksara sebanyak 40 warga di 4 kelompok

BOS LKP (APBD Provinsi Jawa Barat) sebanyak 7 lembaga.

Penyelenggaraan Paket A dan Paket B

(APBD Kota Banjar) masing-

masing 60 warga belajar untuk 3 kelompok dan 220 warga belajar dari
11 kelompok.

BOS APBD Provinsi Jawa Barat

untuk Paket B untuk warga belajar di

kota banjar untuk 9 kelompok.

BOS Paket B lanjuta II (APBN) untuk 2 kelompok 50 warga belajar.

Penyelenggaraan Paket C

setara SMA

(APBD Kota

Banjar) untuk

1.200 warga belajar.

BOS Paket C lanjutan I (APBD Kota Banjar) untuk 270 warga belajar

Bantuan BOS Paket C lanjutan II (APBD Provinsi) untuk 8 kelompok

Bantuan Oprasional Penyelenggaraan Paket C

(APBN)

untuk 100

warga belajar di 3 kelompok belajar.


Dengan upaya-upaya tersebut, pencapaian RLS dan AMH sejak
2011 sebagai berikut:
Indikator Sasaran

Satua
n

Capai
an
2011

Capaian
2012

8,20

8,50

Capai
an
2013*
)
8,11

99,05

99,12

99,12

Rata-rata Lama Sekolah


Tahun
(RLS).
Angka Melek Huruf (AMH).
%
*) angka sangat-sangat sementar

10,00

Capaia
n
s.d
2013
81,10

100,00

99,12

Target
s.d
2013

Sebaran perpustakaan sekolah berdasarkan jenjang pendidikan,


baik sekolah negeri maupun swasta sbb:
Perpustakaan Sekolah

2009

2010

2011

2012

2013

PAUD
SD
MI
SMP
MTs
SMA
SMK
MA
JUMLAH

62
16
11
5
5
7
7
113

75
16
11
6
5
7
7
127

6
85
15
11
6
4
6
6
139

6
79
6
11
6
3
6
2
113

6
79
6
14
4
5
6
7
127

Dari layanan perpustakaan, diinformasikan bahwa terdapat 4.132


judul buku dengan jumlah eksemplar sebanyak 10.673 buku. Perpustakaan
juga memiliki anggota sebanyak 6.825 orang dengan sirkulasi peminjaman
sebanyak 1.132 kali untuk tahun 2013.
Kesehatan

Pengembangan Lingkungan Sehat PHBS di rumah tangga adalah upaya


untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk
mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang balita tiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan denga air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10.Tidak merokok di dalam rumah
Indikator Sasaran
Prosentase
tatanan
Prosentase
Prosentase
tatanan

cakupan PHBS di
rumah tangga.
cakupan rumah sehat.
cakupan PHBS di
Sekolah.

Satuan

Rencana

Realisasi

100,00

68,60

68,60

%
%

63,37
70,00

58,33
80,65

92,05
115,21

Dalam penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai dengan


mewujudkan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri
tempat tinggal (rumah) dan lingkungan sekitar rumah yang sehat.
Syarat-syarat rumah yang sehat :
1. Bahan bangunan. (a). Lantai, untuk lantai rumah pedesaan cukup
dengan tanah biasa yang dipadatkan, dengan syarat tidak berdebu pada
musim kemaraudan tidak basah pada musim hujan, (b). Dinding rumah di
daerah tropis khususnya dipedesaan lebih baik dinding atau papan, (c).
Atap Genteng: Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah
perkotaan maupun pedesaan, (d). Lain-lain (tiang, kaso dan reng).
2. Ventilasi. Ventilasi rumah berfungsiuntuk (a) menjaga agar aliran udara
di

dalam

rumah

tersebut

tetap

segar,

(b)

membebaskan

udara

ruangandari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, (c) menjaga agar


ruanganselalu tetap didalam kelembaban (humidity) yang optimum.
3. Cahaya. Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup.
4. Luas bangunan rumah. Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup
untuk penghuni didalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus
disesuaikan denganjumlah penghuninya. Luas bangunan yang optimum

adalahapabila dapat menyediakan 2,5 3 m2 untuk tiap orang (tiap


anggotakeluarga).
5. Fasilitas. Fasilitas didalam rumah sehat meliputi:
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan tinja
c. Pembuangan air limbah (air bekas)
d. Pembuangan sampah
e. Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga.
Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan. Ketersediaan tenaga kesehatan
di 10 Puskesmas di wilayah Kota Banjar sudah melebihi target minimal yang
ditetapkan sebanyak 60%, namun telah mencapai 77%. Dalam bidang
kesehatan, secara bertahap akan ditingkatkan terus ketersediaan tenaga
kesehatan sesuai dengan kebutuhan, yaitu 60% (2009), 70% (2010), 80%
(2011), 90% (2012), 100% (2013).

Perbandingan kinerja selama tiga tahun terakhir sebagai berikut:

Indikator Sasaran
Prosentase ketersediaan
tenaga kesehatan di
Puskesmas.
Efisiensi Tingkat Hunian
Tempat Tidur (BOR).

Satu
an

Capaia
n 2011

Capaia
n 2012

Capaian
2013

Target
s.d
2013

50,00

75,00

64,16

100,00

Capaia
n
s.d
2013
64,16

74,41

95,20

79,00

85,99

91,29

Dalam penyediaan layanan Rumah Sakit, selama tahun 2013 telah


melakukan pelayanan kepada 24.358 pasien rawat inap,

efisiensi hunian

tempat tidur (Bed Occupancy Rate) dengan realisasi 91,29 % dengan ratarata lama tinggal 3 hari.
Pemerataan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan. Untuk mencapai
sasaran pemerataan layanan kesehatan, dilaksanakan program dan kegiatan
sebagai berikut:

Program standarisasi pelayanan kesehatan, dengan kegiatan (a)


pembinaan sarana pelayanan kesehatan swasta yang bermutu
efisien dan terjangkau , (b) peningkatan mutu pelayanan dasar
dengan

penilaian

pembinaan

kinerja

kegiatan

dan penilaian akreditasi

pertemuan

akreditasi,

di 10 puskesmas, (c)

pemantapan program yankesus, yang meliputi

20 kegiatan,

perkesmas,

keswa,

kesja

pemantapan (DASIPENA)

dan

haji,

(d)

pembinaan

dan

di 20 RW pembinaan pemuda siaga

peduli bencana sebanyak 40 pemuda.

Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular,


dengan kegiatan (a) pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular langsung (P2ML) yang dilakukan oleh 10 puskesmas, (b)
pencegahan dan pemberantasan penyakit bersumber binatang
(P2B2), (c) pencegahan dan pemberantasan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD31) .

Program

pencegahan

dan

penanggulangan

penyakit

tidak

menular, dengan kegiatan Monev ptugas PTM, Monev kader,


supervise, konsultasi dilaksanakan di 10 puskesmas.

Program obat dan perbekalan kesehatan, dengan tiga kegiatan


(a) pengadaan obat dan perbekalan kesehatan, untuk memenuhi
kebutuhan

obat

pada

gudang

farmasi,

puskesmas

dan

puseksmas pembantu, (b) penyusunan rencana kebutuhan obat


dan obat tradisional, (c) pembinaan kefarmasian, sehingga
pelayanan farmasi sesuai standar.

Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak.


Kegiatan yang dilakukan (a) peningkatan pelayanan kesehatan
ibu dan anak, (b) pengembangan dan peningkatan UKS, (c)
intensifikasi siaga sehat, serta kegiatan (d) intensifikasi RW
siaga.

Program

peningkatan

peningkatan

dan

kesehatan

pembinaan

lansia,

kesehatan

dengan
lanjut

kegiatan

usia,

telah

membuat cakupan pelayanan kesehatan lanjut usia dengan


bertambahnya Posbidu dari 78 buah menjadi 83 buah

Program

perbaikan

gizi

kegiatan pemantauan
penambahan

masyarakat,

dilaksanakan

dalam

pertumbuhan sebanyak 4 Kecamatan,

posyandu

dari

129

menjadi

200

posyandu,

penanggulangan KEP, anemi gizi besi, GAKY, kurang vitamin A


dan

zat

gizi

mikro

lainnya,

revitalisasi

posyandu,

serta

penanggulangan balita gizi buruk. Dengan program tersebut,


cakupan D/S menjadi 87,50%, status gizi ibu hamil dari KEK
menjadi tidak KEK sebesar 82,50, cakupan revitalisasi Posyandu
melalui RW siaga

199 posyandu, Cakupan posyandu purnama

mandiri 88,94 %, gizi buruk 0,36 % (balita gaizi buruk dan gizi
kurang tertangani sebanyak 35 kasus).

Program pengwasan obat dan makanan, dengan pembinaan dan


pengawasan

obat

makan

dan

minum

ke

25

apotek,

10

puskesmas, 8 toko jamu, 4 toko kosmetik, 4 salon kecantikan, 4


toko obat dan 20 PIRT sebesar 100%.

Program

upaya

kesehatan

masyarakat,

dengan

beberapa

kegiatan, diantaranya pelayanan kesehatan dasara hari bersara


dan keagamaan 100 %, terlayaninya pemudik dan masyarakat
100%, pelayanan kesehatan di Labkesda selama 12 bulan, UKGS
di 10 puskesmas (100 % ), pelayanan ASKES PNS 10 Puskesmas

Program peningkatan regulasi dan penelitian pengembangan


bidng

kesehatan,

adanya

peneitian

dan

pengembangan

kesehatan SOP di puskesmas, pengukuran tingkat kepuasan


pelanggan bidang kesehatan sebesar 70% .
Cakupan pelayanan anak balita mencapai 68,00 % karena adanya
peran kader Posyandu dan tenaga kesehatan pada sarana pelayanan
kesehatan dasar yang tersebar di 10 Puskesmas. Target pelayanan anak balita
dalam lima tahun sebagai berikut: 2010 (83%), 2011 (85%) dan 2012 (88%)
serta 2013 (90%).
Indikator Sasaran
Cakupan ketersediaan obat
esensial dan generik.
Cakupan desa UCI.
Angka kesakitan DBD.
Cakupan K1.
Cakupan K4.
Cakupan Linakes.
Cakupan pelayanan anak
balita.
Cakupan pelayanan dasar
masyarakat miskin.

Satuan

Capai
an
2011

Capaia
n 2012

Capaia
n 2013

100,00

100,00

96,72

100,00

Capai
an
s.d
2013
96,72

%
Per
100.00
0
%

80,76
24

106.67
87

96,00
54,63

100,00
<100,00

96,00
54,63

93,90

100.00

91,78

95,00

96,61

%
%
%

80,70
79,00
81,50

100.00
96,25
100.00

78,89
80,25
61,43

80,00
80,00
90,00

87,53
100,31
68,26

58,60

36,00

38,88

80,00

48,60

Target
s.d
2013

Kependudukan
Pencapaian kepemilikan KTP cukup tinggi adalah dampak dari
diberlakukannya program

nasional berkaiatan dengan pemberlakuan KTP

elektronik Untuk mendukung pencapaian sasaran tersebut, dalam tahun 2013


telah dilaksanakan program penataan administrasi kependudukan dengan 7
kegiatan. Dalam mewujudkan pelayanan prima sampai bulan Desember, telah
dilakukan pelayanan perekaman KTP elektronik dengan NIK sebanyak 200.290

orang, pembuatan Akta kelahiran 2.434 lembar, Akta kelahiran terlambat


2.118 lembar, Akta petikan kedua 131 lembar, Akta kematian 80 lembar,
serta Akta perkawinan 7 lembar, Akta perubahan nama 22, dan penerbitan
Akta penduduk luar Kota Banjar sebanyak 535 lembar .
Disamping itu, untuk memaksimalkan akurasi data penduduk
Nasional, serta percepatan perekaman E-KTP Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil telah melaksakan perekaman e-KTP terhadap penduduk yang
berumur 17 tahun dan siswa pada 21 tahun atau SMA sederajat .
Sementara untuk

penertiban Akta Catatan Sipil tahun 2013

mencapai 4.792 atau target sampai 85,53% dari target yang diteapkan.
Secara keseluruhan penduduk yang telah memiliki Akta catatan Sipil adalah
63.895 jiwa atau 31,90% dari jumlah penduduk Kota Banjar.
Perbandingan Penerbitan KTP dan Akta Catatan Sipil
Tahun 2011 - 2013
140,000
120,000
100,000
80,000
Jumlah layanan

60,000
40,000
20,000
2011

2012

2013

Indikator prosentase penduduk yang memiliki akta catatan sipil


tidak ditetapkan target dalam RPJMD. Namun demikian, berdasarkan target
yang ditetapkan DinasKependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banjar

sebanyak

5.591

lembar,

dapat

direalisasikan

sebanyak

4.792

lembar

(85,53%).

Pemberdayaan Perempuan yang Berbasis Kemandirian Berusaha.


Dalam program peningkatan peranan wanita menuju keluarga
sehat

dan

sejahtera

(P2WKSS),

selama

lima

tahun

berturut-turut

direncanakan melakukan pembinaan terhadap keluarga binaan sebanyak 100


KK per tahun. Pada awal periode perencanaan (RPJMD 2009-2013), sudah
terdapat keluarga binaan sebanyak 800 KK, sehingga diharapkan dalam lima
tahun terdapat 900 KK binaan. Penambahan jumlah keluarga binaan tahun
2013 sebanyak 100 KK.
Berkaitan dengan pemberdayaan perempuan berbasis kemandirian
berusaha dilaksanakan melalui program peningkatan peran serta dan
kesetaraan gender dalam pembangunan, dengan kegiatan-kegiatan meliputi:

Pendidikan dan pelatihan peningkatan peran serta dan kesetaraan


gender, dengan target peserta sebanyak 220 orang.

Pameran hasil karya perempuan di bidang pembangunan, sebanyak 12


kali

Penyuluhan bagi ibu rumah tangga dalam membangun keluarga


sejahtera (P2WKSS), dengan target binaan sebanyak 250 KK binaan.

Bimbingan manajemen usaha bagi peremuan dan PEKKA

Perlindungan Terhadap Anak


Dalam upaya perlindungan terhadap anak (dan perempuan) dari
tindakan yang mencederai hak-hak anak dan perempuan, telah dilaksanakan
program keserasian peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan
dan anak. Kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran tersebut
adalah fasilitasi pengembangan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak (P2TP2A) yang melakukan advokasi 6 orang korban.
KB dan Kesehatan Reproduksi
Partisipasi pria dalam ber-KB di wilayah kota Banjar menunjukkan
adanya peningkatan sebagaimana direncanakan dalam RPJMD tahun 20092013, yaitu 1.242 (2009), 1.512 (2010), 1.782 (2011), 2.052 (2012) serta

2.322 (2013).Tak ada kendala besar yang menyebabkan program KB pria


seolah jalan di tempat, selain kurangnya sosialisasi ke masyarakat. Sosialisasi
KB pria masih menjadi barang langka, jarang dan sulit ditemui di masyarakat,
sehingga metode KB pria seperti vasektomi dan kondom masih belum
sepopuler metode kontrasepsi wanita seperti pil, suntik, atau IUD.

Indikator Sasaran
Partisipasi pria dalam ber-KB
Cakupan akseptor KB.
Ketersediaan tenaga pendamping
kelompok bina keluarga.

Peningkatan

kualitas

Satuan
Orang
Orang
Orang

dan

Rencana
2.322
29.007
575

kuantitas

Realisasi
1.956
25.833
575

kesejahteraan

%
84,24
89,06
100,00

sosial

perseorangan, keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat


Secara umum pencapaian sasaran terhadap indikator tersebut
dilaksanakan dalam bentuk pelatihan, pembinaan maupun pemberdayaan
bagi PMKS yang terdapat di Kota Banjar. PMKS tuna susila dan lanjut usia
terlantar

tidak

mencapai

target

yang

direncanakan

karena

prioritas

penanganan ditujukan pada PMKS anak jalanan dan anak nakal yang
berpotensi

menambah

permasalahan

sosial

lainnya.

Untuk

mengatasi

masalah kesejahteraan sosial, terdapat dukungan pembiayaan dari APBD Kota


Banjar, APBD Provinsi Jawa Barat serta APBN.
Indikator Sasaran
Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS)
yang mendapat pembinaan:
a). Fakir miskin
b). WRSE
c). Keluarga rentan
d). Penyandang cacat
e). Anak nakal
f). Tuna susila
g). Pengemis
h). Korban NAPZA
Terbinanya anak terlantar:
a). Di luar panti
b). Di dalam panti

Satuan

Rencana

Realisasi

Orang
Orang
KK
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang

741
93
181
51
10
10
10
2

9786
100
50
29
20
10
10
7

1.307
108,00
28,00
57,00
200,00
100,00
100,00
350,00

Orang
Orang

10
125

17
42

170,00
34,60

Peningkatan penggalian potensi sumber kehidupan PMKS


Dalam

membantu

mempercepat

penanganan

terhadap

penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), Pemerintah Kota Banjar


melalui SKPD terkait melakukan penggalian potensi masyarakat untuk
bersama-sama melakukan pembinaan PMKS. Potensi sumber kesejahteraan
sosial yang akan disinergikan dalam mengatasi PMKS meliputi Karang Taruna,

Pekerja Sosial Masyarakat, Pendamping Sosial, Organisasi Sosial, dunia usaha,


tokoh masyarakat dan lainnya.
Satua
n

Indikator Sasaran
Partisipasi sosial potensi sumber
kesejahteraan sosial:
a). PSKS

Unit

b). Panti Sosial

Panti

c). Wahana Sosial

Wahan
a

Peningkatan

upaya

revitalisasi

Rencan
a

Realisa
si

10

nilai-nilai

100,0
0
200,0
0
30,00

kebudayaan

dan

kearifan lokal
Berdasarkan

sasaran

strategis

tersebut,

telah

dilaksanakan

beberapa program yang mendukung pencapaian indikator, yaitu:

Pembinaan dan pelatihan seniman dan budayawan kota banjar yang


bersumber dari APBD Kota Banjar.

Fasilitasi

perkembangan

keragaman

budaya

daerah

(pasanggiri

kebudayaan) dalam helaran seni di tingkat provinsi Jawa Barat.

Fasilitasi

penyelenggaraan

helaran

seni

tingkat

provinsi

yang

bersumber APBD Kota Banjar di tingkat Provinsi Jawa Barat.

Fasilitasi penyelenggaraan helaran seni tingkat Kota Banjar (APBD Kota


Banjar).

Penyelenggaraan pentas seni di Kota Banjar sebanyak satu kali (APBD


Kota Banjar) .

Pembinaan juru pelihara situs budaya yang ada di Kota Banjar (APBD
Kota Banjar).
Indikator Sasaran
Penggiat nilai-nilai tradisonal dan
budaya daerah yang dibina.
Seniman Kota Banjar yang dibina.

Satua
n
Orang

Rencan
a
50

Realisa
si
50

Grup

24

24

%
100,0
0
100,0
0

Peningkatan kontribusi pemuda dan lembaga kepemudaan dalam


peningkatan kesejahteraan masyarakat
Pencapaian sasaran stategis kontribusi pemuda dan kepemudaan
ini belum optimal tercapai sesuai dengan target yang direncanakan, karena
keterbatasan

anggaran dari APBD Kota Banjar. Tetapi walau demikian ada

kegiatan lain yang mendukung kegiatan tersebut , yaitu:

Peningkatan iman dan taqwa

melalui kegiatan penambahan jam

pelajaran Pendidikan Agama Islam di 22 sekolah jenjang SMP, SMA dan


SMK Negeri dan swasta.

Penyelenggaraan LTUB untuk tingkat SD, SMP dan SMK

sebanyak 2

kegiatan.

Kegiatan Gladian kepemimpinan.

Penyelenggaraan kursus mahir Dasar /Lanjutan .

Penyelenggaraan HUT Pramuka di Kota Banjar

Meningkatnya pengembangan olahraga masyarakat dan olahraga


tradisional
Dalam kaitan dengan sasaran keolahragaan, pada tahun 2013
dilaksanakan program Pembinaan dan pemasyarakatan olah raga. Kegiatan
yang terkait dengan kedua program tersebut didukung dengan

kegiatan,

meliputi: (a) Penyelenggaraan even olahraga masyarakat sebanyak 2 kali


untuk 5 cabang olahraga, (b) penyelenggaraan POPWILDA 6 cabor, (c)
penyelenggaraan HAORNAS tingkat Kota Banjar, (d) .pelatihan
sebanyak 50 orang,

Perwasitan

( e) penyelenggaraan PORPEMDA, (f) POR PNS, (g)

pengadaan sarana prasarana dan Multifungsi Plaza.


Meningkatnya pengembangan olahraga masyarakat dan olahraga
prestasi
Indikator Sasaran
Fasilitasi pembangunan sarana
dan prasarana olahraga.

Satuan
Unit

Rencana
1

Realisasi
1

%
100,00

Untuk mendukung pencapaian sasaran tersebut di atas, telah


dilaksanakan program Peningkatan sarana dan prasarana olahraga, yaitu :
pembangunan Multifungsi Plaza dan pembangunan pusat olahraga (SPORT
CENTER Kota Banjar).
Meningkatnya partisipasi dan peran kelembagaan masyarakat
dalam pembangunan.
Dalam

upaya

meningkatkan

partisipasi

pembangunan, dilaksanakan berbagai kegiatan

masyarakat

dalam

pemberdayaan masyarakat

diantaranya:

pelatihan BPD dalam penyusunan peraturan desa dan tupoksi BPD,


pendidikan dan pelatihan tenaga teknis dan masyarakat (kader LPM di

masing-masing desa 25 orang,


pelatihan keterampilan kewirausahaan bagi kepala keluarga binaan
sebanyak 100 (KK),

lomba desa/kelurahan,

bulan bhakti gotong ronyong di 25 desa/kelurahan, dan TNI manunggal


membangun Desa .

Misi 2 : Meningkatkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)


Tenaga Kerja
Peningkatan Penyerapan Tenaga Kerja. Dalam tahun 2013,
Pemerintah Kota Banjar melalui Dinas Sosial dan Tenaga Kerja telah
melaksanakan program peningkatan kesempatan kerja (APBD Kota Banjar),
program penempatan dan perluasan kesempatan kerja (APBD Provinsi Jawa
Barat dan APBN). Kegiatan dan hasil kegiatan meliputi:
(a).

Penyiapan

tenaga

kerja

siap

pakai,

dengan

menginformasikan

peraturan, hak dan kewajiban, serta permasalahan ketenagakerjaan, yang


ditujukan bagi 100 siswa di dua sekolah SMK yakni SMK 1 Banjar dengan
peserta 50 orang siswa

dan SMK 2 Banjar 50 orang. Dalam kegiatan

tersebut juga diinformasikan lowongan kerja di dalam dan luar negeri,


serta cara-cara perekrutan tenaga kerja.
(b).

Pembinaan HILSI dan bursa kerja khusus, dilaksanakan dalam bentuk

pembinaan dan evaluasi kinerja 10 lembaga latihan swasta dan 6 bursa


kerja khusus. Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 2 kali dengan jumlah
peserta 16 orang.
(c).

Pengembangan pasar kerja melalui peningkatan IPK dan bursa kerja

online, yang meliputi :


Pelayanan terhadap masyarakat, instansi pemerintah, organisasi dan

lembaga lainnya yang membutuhkan informasi pasar kerja.


Pelayanan pengantar kerja atau pendamping bimbingan jabatan bagi

pencari kerja.
Penyebarluasan informasi pasar kerja melalui media elektronik (radio),

papan pengumuman

yang diasampaikan ke desa/kelurahan di Kota

Banjar.
Pelayanan AK1, penyampaian alur penempatan

informasi lowongan

pekerjaan
(d).

Pelayanan antar kerja melalui peningkatan IPK dan bursa kerja online,

dengan hasil kegiatan terlayaninya 3.162 orang pencari kerja dengan


latar belakang pendidikan Perguruan Tinggi (14,74%), SMA (62,89%), SMP
(16,81%) serta SD (5,57%).

Pencari kerja
SD

176

SMP
534
SMA/SMK
1,986
Strata 1

(e).

466

Pembinaan penyaluran tenaga kerja Indonesia, dengan memberikan

pemahaman kepada masyarakat, perangkat Desa dan Instansi terkait


melalui prosedur pemberangkatan TKI luar negeri yang diikuti oleh 100
orang terdiri dari perangkat Desa se-Kota Banjar, kepolisian dan para
sponsor/petugas LP dari PPTKIS.
Satua
n

Capaia
n 2011

Orang

2.209

Perlindungan

Tenaga

Indikator Sasaran
Tersalurkannya tenaga
kerja formal dan
informal

Peningkatan

Capaia
n 2012

Capaia
n 2013

Target
s.d
2013

Capai
an
s.d
2013

3.132

3.162

50

6.324

Kerja.

Sebagai

bagian

dari

perlindungan kepada tenaga kerja di wilayah Kota Banjar, Pemerintah Kota


Banjar melalui Dinas Sosial dan Tenaga Kerja telah melakukan pembinaan
hubungan industrial pada 100 perusahaan yang beroperasi di Kota Banjar.
Selain itu, sebagai bagian dari fungsi pengawasan ketenaga-kerjaan, juga
dilakukan pembinaan dan pengawasan penerapan norma kerja dan norma
kesehatan dan keselamatan kerja pada 100 perusahaan.
Indikator Sasaran
Diterapkannya standar norma kerja
di perusahaan.

Satua
n

Rencan
a

Realisa
si

100,00

60,00

60,00

Untuk
ketenagakerjaan,

meningkatkan

perlindungan

dan

pengawasan

ditetapkan indikator yang berkaitan dengan masalah

hubungan industrial, baik menyangkut tenaga kerja maupun perusahaan. Dari


indikator-indikator
kecuali

untuk

tersebut secara umum sasaran dapat tercapai 100%

indikator

fasilitasi

perlindungan

tenaga

kerja

terhadap

perjanjian kerja, mencapai 100 %, atau 25 PK paruh waktu dari target 25 PK.

Kepesertaan Jamsostek
5766

2011
1326

2012
2209

2013

Program-program yang dilaksanakan dalam rangka penciptaan


perlindungan tenaga kerja, baik yang menggunakan APBD Kota Banjar
maupun APBD Provinsi Jawa Barat meliputi:

Program perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan,


dengan kegiatan peningkatan pengawasan, perlindungan dan penegakan
hukum terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Dari kegiatan tersebut

diperoleh informasi bahwa dari 100 perusahaan yang didata, memiliki


tenaga kerja sebanyak 13.132 orang.
Selama tahun 2013, tingkat kecelakaan kerja nihil yang ditunjukkan
oleh tidak adanya klaim atas kecelakaan kerja. Dari sisi ketaatan terhadap
peraturan, tidak terdapat pekerja anak pada sektor formal, serta adanya
peningkatan kepesertaan jamsostek .
Sesuai

dengan SK Gubernur Jawa Barat nomor 561/Kep.1540-

Bangsos/2011 tanggal 21 November 2011, yang ditindaklanjuti dengan SE


Walikota Banjar nomor 561/1998/Sosnaker tentang Pelaksanaan Upah
Minimum Kota Banjar tahun 2011, dengan besaran Rp780.000,00. Dalam
tahun tahun 2013 telah tersusun dokumen usulan upah minimum Kota
Banjar untuk diajukan ke Gubernur Jawa Barat setelah dengan melalui
proses : (a) survey pasar ke 3 pasar trandiosonal

sebanyak 3 kali, (b)

pembahasan KHL, (c) pleno penetapan KHL yang menghasilkan dokumen


angka KHL sebesar Rp. 1.094.634, (d) pleno penetapan UKM

dengan

menghasilan sebesar Rp. 1.025.000,- .


Untuk menciptakan hubungan industrial di perusahaan (BUMN,
BUMD,

Swasta)

telah

dilakukan

koordinasi

dengan

lembaga

ketenagakerjaan melalui LKS Tripartit, sehingga penyusunan kebijakan


ketenagakerjaan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Banjar dapat
mengatasi masalah ketenagakerjaan di kota Banjar. Upaya-upaya yang
dilakukan pada peningkatan dan kuantitas pengawasan, penegakan hukum
dibidang ketenagakerjaan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi
teknis di bidang pengawasan ketenagakerjaan

dengan alokasi anggaran

Rp. 165.000.000,00 dapat direalisasikan dengan kegiatan meliputi:


a. penurunan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
b. penurunan pelanggaran norma ketenagakerjaan.
c. mengurangi pekerja anak.
d. peningkatan kepesertaan jaminan social ketenagakerjaan .
e. peningkatan kualitas kondisi lingkungan kerja.
Dengan peran pengawasan tersebut, dalam tahun 2013 tidak
terjadi gejolak ketenagakerjaan sehingga tercipta hubungan kerja yang
harmonis antara pengusaha, pekerja dan serikat kerja.
Koperasi dan UMKM
Pengembangan

Koperasi

dan

UMKM.

Untuk

menjadikan

koperasi sebagai tulang punggung perekonomian daerah, telah dilaksanakan


kegiatan sebagai berikut :

Program

peningkatan kapasitas IPTEK sistem produksi,

dengan

kegiatan:

Penyelenggaraan Good Manufacturing Practices

bagi pelaku IKM

tahu sebanyak 20 IKM.

Fasilitasi diklat GMP bagi IKM tahu tempe.

Program pengembangan sIstem pendukung usaha bagi usaha mikro


kecil menengah , dengan kegiatan:

Penyelenggaraan promosi produk/pameran produk UMKM

Fasilitasi kemudahan formulasi badan usaha UMKM/fasilitasi bagi


UMKM sebanyak 3 even.

Program pengembangan industri kecil menengah, dengan kegiatan:

Fasiitasi bagi industry kecil dan menengah terhadap pemanfaatan


sumber daya/pameran pruduk unggulan IKM

Penyelenggaraan kegiatan pameran ( city expo APEXSI Balikpapa


2013)

Program kegiatan fasilitasi bagi industry kecil menengah, terhadap


pemanfaatan sumber daya pameran produk unggulan IKM meliputi :

Meningkat dan meluasnya pemasaran produk IKM Kota Banjar.

Penyelenggaraan promosi produk IKM/pameran produk .


Indikator Sasaran

Persentase koperasi aktif.


Terfasilitasinya promosi produk
unggulan UKM.

Satua
n
%

Rencan
a
100

Realisa
si
100

Event

%
100,0
0
100,0
0

Promosi dan Investasi


Peningkatan Intensitas Promosi dan Kerjasama Investasi. Pencapaian
kinerja promosi dan kerjasama investasi sebanyak 3 (tiga) kali setelah
mengikuti pameran Invesda expo center di Yogyakarta (20 21 Juni 2013),
Semarak Pesta Rakyat di jalan Dipenogoro Bandung (14 September 2013) di
Halaman Gedung Sate

Jalan Dipenogoro

Bandung, WIJE Trans Luxry Hotel

Bandung (22 23 Oktober 2013) di Bandung.


Dari upaya yang telah dilakukan tersebut, terjadi peningkatan nilai
investasi di Kota Banjar dari sebesar Rp 875.640.709.743,00 menjadi
1.008.031.393.552 atau terjadi peningkatan 15,12% dari tahun sebelumnya.
Dalam

kegitan

pemantauan,

pembinaan

dan

pengawasan

pelaksanaan penanaman modal yang dilaksanakan Badan Penanaman Modal


dan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPMPPT) Kota Banjar kepada 300
usaha di 4 Kecamatan meliputi :

pelaku

Bimbingan dan fasilitasi penyelesaian masalah penanaman modal


serta memperoleh data perkembangan realisasi investasi PMA/PMDN.

Melakukan

pengawasan

serta, penggunaan

pelaksanaan ketentuan penanaman modal

fasilitas fiscal serta melakukan tindak lanjut atas

penyimpangan yang dilakukan perusahaan.


-

Melakukan pendekatan

dan dialog dengan para pengusaha yang

meliputi perizinan, investasi, ketenagakerjaan, bahan baku produksi,


pemasaran, aspoek pengelolaan lingkungan hidup,

kemitraan dan

aspek jaminan sosial tenaga kerja.


Dalam

kegiatan

koordinasi

perencanaan

dan

pengembangan

penanaman modal memperoleh dat usulan potensi peluang invesatasi


sebanyak 4 frovil. Potensi peluang invesatsi diataranya 2 frofil potensi
pembangunan eko wisata Batu Peti dan Wisata Situ Letik.
Berkaitan dengan pencapaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari
pelayanan perijinan, selama tahun 2013 telah direalisasikan PAD sebesar Rp.
1.000.000,00 atau 101,89 % dari target.
Perbandingan nilai investasi dalam tahun 2010-2013, sebagai
berikut:
Perkembangan Investasi di Kota Banjar
1,000,000
800,000
600,000
Nilai Investasi (Rp juta)

400,000
200,000
-

Perbandingan

tiga

tahun

terakhir

atas

promosi

investasi

yang

dilaksanakan, baik di Banjar maupun luar Kota Banjar, sebagai berikut :

Indikator Sasaran
Promosi potensi dan
peluang investasi Kota
Banjar.

Event

Capaia
n
s.d
2013
100,00

Targets.
d
2013

Satua Capaian Capaia Capaian


n
2011
n 2012
2013
3

Infrastruktur
Peningkatan

Ketersediaan

Perumahan

dan

Sarana

Prasarana Dasar Permukiman.


Kegiatan-kegiatan yang mendukung pencapaian target kinerja
tersebut meliputi:
1) Program pengembangan penyehatan lingkungan P2WKSS.
2) Pengembangan prasarana sanitasi berbasis masyarakat.
3) Pembangunan Masyarakat yang mandiri PNPM/P2KP.
4) Perbaikan sanitasi lingkungan Kelurahan Mekarsari .
Indikator Sasaran
Peningkatan persentase rumah layak
huni.
Peningkatan persentase lingkungan
permukiman sehat.

Satua
n
%

Rencan
a
20

Realisa
si
20

20

20

%
100,0
0
100,0
0

Infrastruktur jalan, jembatan, dan jaringan irigasi. Melalui


program Pemeliharaan Jalan dan Jembatan telah dilakukan kegiatankegiatan pemeliharaan jalan dan jembatan, baik secara rutin maupun periodik
sesuai tingkat kerusakan, serta peningkatan jalan. Pencapaian kinerja
peningkatan jalan dalam kondisi baik sebesar 98,00 %. Data panjang jalan
dalam kondisi baik pada

tahun 2013 mencapai 214, 46 km

dari target

225,11 km.
Realisasi Kondisi Infrastruktur
Indikator Sasaran
Peningkatan jalan dalam kondisi
baik.
Jembatan dalam kondisi baik.
Jaringan Irigasi dalam kondisi baik.

Untuk

meningkatkan

Satua
n
%

kualitas

Rencan
a
20,00

%
%

jalan

20,00
17,00

dan

Realisa
si
19,05

92,80

20,00
9,26

100,00
54,47

jembatan,

telah

dilaksanakan 25 kegiatan yang meliputi:


Kegiatan

Satuan

Target

Realisasi

Kegiatan

Satuan

Target

Realisasi

2. Pembangunan Jembatan
Citapen
3. Pembangunan Jalan Akses
ke Jembatan Cijolang
4. Pembangunan Jembatan
Gantung Panatasan Tahap II

11

11

100,00

900

800

89,00

120

120

100,00

5. Pembangunan Jembatan
Avoer Ds. Binangun Dsn.
Giri Mulya
6. Peningkatan Jalan
Sinartanjung
7. Peningkatan Jalan Sudiro
8. Peningkatan Jalan Akses
Langensari-Muktisari
9. Peningkatan Jalan
Purnomosidi Lanjutan
10.Peningkatan Jalan Sukahurip
Lanjutan
11.Pembangunan Jalan Akses
SMK 4 Batulawang
12.Peningkatan Jalan PatrolSogati (Banprov)
13.Peningkatan Jalan
Puloerang-Karangmalang
dalam rangka Kerangka
Kerja sama Kuningan
Summit (Banprov)
14.Peningkatan Jalan Sukamaju
15.Pembangunan Jalan
Binangun-Tepungkerta
16.Peningkatan Jalan Situbatu
Sub I.
17.Pembangunan Bangunan
Pelengkap Jembatan
Panatasan
18.Peningkatan Jalan
Sukarame
19.Pembangunan Jembatan
Babakansari Pananjung

unit

100,00

500

542

108,00

m
m

235
300

233
300

99
100,00

600

620

103,00

178

256

144,00

75

100

133,00

1400

1405

100,35

1300

1326

102,00

m
m

1500
1500

1400
1.176

93,00
78,00

2000

1621

81,00

unit

100,00

390

500

128,00

unit

100,00

20.Pembangunan Jalan Poros


Junti Pamongkoran
21.Peningkatan Jalan Cigadung
22.Pembangunan Jalan Trisna
23.Peningkatan Jalan
Purnomosidi (SinartanjungCibeureum) (Banprov)
24.Peningkatan Jalan Sukamaju
(Lanjutan) (Banprov)
25.Peningkatan Jalan Cigadung
(Banprov)

516

516

100,00

m
m
m

700
300
1000

1100
300
1000

157,00
100,00
100,00

m
m

100
1100

100
1100

100,00
100,00

Untuk pengembangan dan pengelola jaringan irigasi, rawa dan


jaringan pengairan lainnya

di wilayah Kota Banjar, dilaksanakan kegiatan

perencanaan pembangunan, dan peningkatan saluran air


Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan antara lain:
1) Perencanan jaringan irigasi T-1 2014 (2 paket) .
2) Peningkatan Saluran Tertier D.I.Lakbok Utara (BSA 4) .

3) Peningkatan Saluran Tertier D.I.Lakbok Utara (BPH2) Kanan.


4) Peningkatan Saluran Tertier D.I.Lakbok Utara (BPH2)
5) Peningkatan Saluran Tertier D.I. Lakbok Utara (CJ 2 Lanjutan)
6) Peningkatan Saluran Tertier D.I. Lakbok Utara (BSA 5 Kanan)
7) Peningkatan Saluran Tertier D.I. Lakbok Utara (BSA 6 Kanan)
8) Peningkatan Saluran Tertier D.I. Lakbok Utara (BPT 1 Kanan)
9) Pembangunan Saluran BSA.5 Kiri T.I Kedungwaringin
10)

Pemeliharaan Rutin Jaringan Irigasi

11)

Pembangunan Saluran Irigasi BPT.3.T.1 Blok Pasirranji

12)

Pembangunan Irigasi Pompa Ranca Bulus

13)

Pembangunan Irigasi Pompa Purwaharja

14)

Pembangunan Irigasi BSA.1 Kanan (Banprov)

15)

Pembangunan Irigasi BSA.5 (Banprov)

16)

Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, rawa dan jaringan

Pengairan Lainnya (Kec. Pataruman ) (Banprov)


17)

Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan

Pengairan Lainnya (Kec. Banjar)(Banprov)


18)

Pembangunan Saluran Pasangan BPT.3.T.1. Pasirranji.

19)

Pembangunan Ferrocement Saluran BPH.2 (Lanjutan).

20)

Pembangunan Saluran Pasangan CJ.1

21)

Pembangunan BBD.3 Kanan (Kujangsasi)

22)

Pembangunan Saluran Pasangan BPL.12-BPL.13


Dengan seluruh kegiatan di atas, target kinerja yang ditetapkan dalam

dokumen RPJMD tahun 2009-2013, dapat dipertahankan dalam tahun 2012.


Namun demikian, upaya tersebut harus tetap dilanjutkan agar kualitas jalan,
jembatan dan irigasi sesuai dengan harapan masyarakat.
Perbandingan kinerja tiga tahun terakhir sebagai berikut:
Indikator Sasaran
Jalan dalam kondisi baik.
Jembatan dalam kondisi
baik.
Jaringan Irigasi dalam
kondisi baik.

Satua
n

Capaian
2011

Capaian
2012

Capaia
n 2013

%
%

16,40
20,00

17,60
19,80

19,05
20,00

20,00
20,00

Capaia
n
s.d
2013
92,80
100,00

20,00

21,60

9,26

17,00

54,47

Targets.
d
2013

Infrastruktur perdesaan. Dalam meningkatkan ketersediaan


infrastruktur perdesaan yang memadai, terdapat beberapa program yang
mendukung, yaitu:

Program pembangunan infrastruktur keluarahan Banjar dianggarkan


biaya sebesar Rp 450.000.000,00 dengan penyerapan 98 %.

Program pembangunan infrastruktur untuk Kelurahan Pataruman


dengan anggaran Rp 400.000.000,00 dengan penyerapan 98%.

Program pembangunan Insfrastruktur Untuk Kelurahan Hegarsari


dengan Anggaran Rp.540.000.000,00 dengan penyerapan sebesar Rp.
98 %

Program

pembangunan

infrastruktur

untuk

Kelurahan

Mekarsari

dengan anggaran Rp 450.000.000,00 dengan penyerapan 98 %.

Program

pembangunan

infrastruktur

untuk

Kelurahan

Mekarsari

dengan anggaran Rp.450.000.000,00 dengan penyerapan 98 %.

Program

pembangunan

infrastruktur

untuk

Kelurahan

Mukitisari

dengan anggaran Rp 382.000.000,00 dengan penyerapan 98 %.

Program pembangunan infrastruktur untuk Kelurahan Bojongkantong


dengan anggaran Rp 580.000.000,00 dengan penyerapan 99 %.

Program pembangunan infrastruktur untuk Kelurahan Karangpanimbal


dengan anggaran Rp 377.516.000,00 dengan penyerapan 98 %.

Program pembangunan infrastruktur untuk Kelurahan Purwaharja


dengan anggaran Rp 341.808.500,00 dengan penyerapan 98 %.

Indikator Sasaran
Persentase peningkatan
fasilitas infrastruktur
perdesaan.

Satuan

Rencana

Realisasi

20,00

20,00

100,00

Pertanian & Kehutanan


Peningkatan Produksi Usaha Pertanian, Perkebunan dan Peternakan.
Dalam meningkatkan produksi pertanian, melalui Dinas Pertanian Kota Banjar
telah dilakukan Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan dengan
berbagai kegiatan. Data produksi tanaman pangan tahun 2013 menunjukkan
produksi padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan rambutan sebagai berikut:

Padi sawah

Satua
n
Ton

Jagung
Kedelai
Kacang tanah
Rambutan

Ton
Ton
Ton
Ton

Produksi Komoditas

Rencana

Realisasi

42.937,0
0
2.955,00
956,00
580,00
2.395,00

44.937,0
0
1.538,00
36,00
209,00
1.391,00

%
104,66
52,05
3.77
36,03
58,08

Dalam bidang perkebunan, terdapat penurunan produksi hasil


hutan rakyat dalam bentuk kayu jati, mahoni dan kayu rimba campur. Data
produksi ketiga jenis kayu sebagai berikut:
Produksi Komoditas
Kayu jati
Kayu mahoni
Kayu rimba campur

Satuan
M3
M3
M3

Rencana
1.609.800,0
0
627.000,00
2.900,00

Realisasi
1.700.154,0
0
635.000,00
2.916,00

%
105,61
101,28
100,55

Dalam bidang peternakan, pencapaian produksi selama tahun 2013


meliputi: Daging sapi, Daging domba, Daging Ayam, Telur ayam dan Telur Itik
sebagai berikut:
Produksi Komoditas
Daging sapi
Daging domba/kambing
Daging ayam
Telur ayam
Telur itik

Satuan
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton

Rencana
569,00
101,00
751,00
560,00
97,50

Perbandingan produksi antara tahun 2011

Realisasi
570,00
99,30
675,00
499,00
92,70

%
10,18
98,32
89,88
89,11
95,08

sampai dengan 2013

untuk produksi tanaman pangan, hasil hutan, serta peternakan sebagai


berikut:
Produksi Komoditas
TANAMAN PANGAN:
Padi sawah
Jagung
Kedelai
Kacang tanah
Rambutan
HASIL HUTAN:
Kayu jati
Kayu mahoni
Kayu rimba campur
PETERNAKAN:
Daging sapi
Daging domba/kambing
Daging ayam
Telur ayam
Telur itik

Peningkatan

Satuan

Capaian
2011

Capaian
2012

Ton
Ton
Ton
Ton
Ton

54.118,00
2.100,00
397,00
410,00
4.621,00

41.686,00
3.149,00
137,00
542,00
1.049,00

44.937,00
1.538,00
36,00
209,00
1.391,00

M3

1.580.300

M3
M3

603.000
2.700

1.609.800,
00
627.000,00
2.900,00

1.700.541,0
0
635.000,00
2.916,00

Ton
Ton
Ton
Ton
Ton

559,00
94,00
737,00
550,00
98,00

569,00
101,00
751,00
560,00
97,50

570,00
99,30
675,00
499,00
92,70

Penerapan

Teknologi

Capaian
2013

Pertanian

dan

Peternakan. Dalam meningkatkan penerapan teknologi pertanian, Dinas


Pertanian Kota Banjar telah melakukan penanaman varietas unggul komoditas
pertanian

di

lahan

percontohan,

sebelum

dilakukan

pemasyarakatan

komoditas tersebut.
Indikator Sasaran
Display varietas yang sesuai
dengan lokalita:
a). Padi

Satuan

Rencana

Realisasi

Varietas

100,00

Indikator Sasaran
b). Kacang hijau
c). Kacang tanah
d). Kacang kedelai
Tersedianya Rumah Potong
Hewan dan Unggas.

Peningkatan

Satuan
Varietas
Varietas
Varietas
Unit

ketersediaan

Rencana
1
1
2
0

Realisasi
2
2
2
1

prasarana

%
200,00
200,00
100,00
-

pemasaran

hasil

produksi pertanian, perkebunan dan peternakan. Untuk tahun 2013,


tidak ada penambahan pasar hasil produksi pertanian, perkebunan dan
peternakan, karena tidak ada

prioritas dalam penganggaran, walaupun di

dalam dokumen RPJMD Kota Banjar, sedangkan untuk otlet pemasaran akan
dilaksanakan untuk tahun anggara tahun 2014.
Indikator Sasaran

Satuan

Rencana

Realisasi

Lokasi

0,00

Lokasi

0,00

Tambahan pasar hasil produksi


pertanian/ perkebunan/
peternakan yang representatif.
Tambahan outlet pemasaran di
sentra-sentra produksi
pertanian.

Peningkatan Ketahanan Pangan dan Keamanan Pangan.


Untuk

meningkatkan

ketahanan

pangan,

telah

dilaksanakan

program

peningkatan ketahanan pangan, dengan kegiatan meliputi: (a) penanganan


daerah rawan pangan (kampung kb), (b) penyusunan data base potensi
produk pangan, (c) pemanpaatan pekarangan, (d) pengembangan desa
mandiri pangan, (e) pengembangan intensifikasi tanaman padi, palawija dan
hortikultura, (f) pengembangan perbenihan/ pembibitan, (g) peningkatan
produksi, produktifitas dan mutu produk pertanian, (h) pengedalian penyakit
hewan, ikan dan tanaman.Dalam mendukung ketahanan pangan, telah
dilakukan identifikasi cadangan pangan pada 8 desa yang memiliki kelompok
ketahanan pangan. pengembangan perbenihan/perbibitan sebanyak 102,5
ton calon benih padi di balai benih padi panatasan, serta penyediaan obatobatan ternak dan tanaman pangan.

Indikator Sasaran
Tercapainya ketahanan pangan pada
tingkat rumah tangga dan wilayah.
Teridentifikasinya potensi sumber daya dan
produksi pangan serta keragaman
konsumsi pangan masyarakat.
Teridentifikasinya cadangan pangan
masyarakat.

Satuan
Kampun
g KB
KK
Binaan
Desa
Kelpk.

Renca
na

Realis
asi

100,00

13

216,67

160,00

Peningkatan Fungsi Ekologi dan Ekonomi Sumber Daya


Hutan sebagai Sistem Penyangga Kehidupan. Kegiatan yang dilakukan
yaitu membangun sumur resapan air hujan, serta pembangunan dam

penahan tanah untuk menahan laju air hujan dan erosi tanah, sehingga
meningkatkan resapan air hujan yang dapat memperbaiki kualitas lingkungan
di 20 lokasi.
Indikator Sasaran
Meningkatnya upaya pelestarian
dan rehabilitasi daerah
tangkapan air.
Meningkatnya kelompok tani
dalam pengelolaan hutan
rakyat yang berazaskan
kelestarian hasil .

Satuan

Rencana

Realisasi

Lokasi

20

23

115,00

Kelompo
k

100,00

Pariwisata
Meningkatkan

jumlah

kunjungan

wisatawan.

Program

Pengembangan dan Promosi Pariwisata yang dilaksanakan Pemerintah Kota


Banjar meliputi fasilitasi promosi pariwisata nusantara di dalam kota dan di
luar daerah serta fasilitasi festival budaya dan pelestarian cagar budaya.
Perkembangan kunjungan wisata yang tercatat di pengelola hotel di
Kota Banjar selama tahun 2013 sebagai berikut:

Kunjungan di Hotel Tahun 2013


140,000
120,000
100,000
80,000
Jumlah Tamu

60,000
40,000
20,000
TW-1

TW-2

TW-3

TW-4

Perbandingan wisatawan dengan tahun 2012 dengan 2013 sbb:


Obyek Wisata
Hotel Melati
Kolam renang
Situ Mustika
Banjar Otomotive Party

2012
Wisman
Wisnus
31
39.224
26.613
6.166
119.549

2013
Wisman
Wisnus
31
39.224
26.613
6.166
119.549

Jumlah

31

191.462

31

191.462

Data kunjungan kolam renang umum dan Water park selama 2012
dan 2013 sbb:
Data Kunjungan Water Park dan Kolam Renang
100,000
80,000
60,000
Jumlah pengunjung

40,000
20,000
-

TAHUN 2012

TAHUN 2013

Kunjungan Situ Mustika


Tahun 2013
Tahun 2012
-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

Selain itu dilakukan juga kegiatan-kegiatan: Helaran seni tradisional


(tingkat kota Banjar dan tingkat Jawa Barat), Pentas seni kota Banjar, Kirab
seni Jawa Barat, Kemilau Nusantara, Apresiasi seni tradisional, JTX, Moka
Banjar, Moka Provinsi, Citanduy Festival, Pawai Allegoris, Ngarumat Mustika,
Ngabungbang, Binojakrama Padalangan, Festival kreasi tari, serta Festival
Reog/calung.
Peningkatan produksi sektor riil perekonomian berbasis
agropolitan. Produksi perikanan budidaya di wilayah kota Banjar dalam
tahun 2013 mencapai 2.266,48 ton melebihi dari target sebesar 2.363,80,
produksi 2013 mengalami penaikan

sebanyak 4,29% dari taget yang

ditetapkan sedangkan budidaya yang dikembangkan di Balai Benih

Ikan

dengan pagu anggaran sebesar Rp.542.817.000,00 terserap sebesar 98,89%.

Indikator Sasaran
Produksi perikanan
budidaya di
masyarakat (Gurame,
Nila, Mas, Lele).

Satua
n

Capaian
2011

Ton

2.143,0
0

Capaian Capaian
2012
2013

Targets.
d
2013

2.247,5
6

2.363,8
0

2.266,4
8

Capaia
n
s.d
2013
104,29

Perdagangan dan Industri


Terlindunginya konsumen dari peredaran barang yang tidak
memenuhi standar. Sebagai tindak lanjut Undang-undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pemerintah Kota Banjar melalui Dinas
Perindustrian

Perdagangan

dan

Koperasi,

secara

periodik

melakukan

pengawasan peredaran barang di pasar, toko, pusat perbelanjaan dan


tempat-tempat yang menyediakan barang untuk masyarakat Kota Banjar.
Secara umum, terdapat 12 kali selama satu tahun yang menjadi prioritas
untuk mendapat pengawasan dari pemerintah, agar konsumen mendapatkan
produk yang berkualitas.
Pengawasan peredaran barang dengan sasaran kegiatan toko-toko dan
penyedia barang pabrikasi di wilayah kota Banjar sehingga meminimalkan
peredaran barang illegal yang dapat merugikan masyarakat (konsumen) dan
perekonomian daerah.

Indikator Sasaran
Terawasinya peredaran barang di
pasar.

Satuan
Komoditi

Rencana
12

Realisasi
12

%
100,00

Meningkatnya Kapasitas IPTEK Sistem Produksi. Program yang


berkaitan dengan fasilitasi produksi usaha kecil dan menengah, meliputi:
(a) Program peningkatan kemampuan teknologi industry
(b) Program penataan struktur industri dan
(c) Program pengembangan Industri Kecil dan Menenga..
Kegiatan-kegiatan yang selaras, terdiri dari:

Pengembangan dan pelayanan teknologi industri/fasilitasi alat/sarana


produksi IKM, sebanyak 15 IKM.

Penyediaan sarana maupun prasarana klaster industry/fasilitasi sarana


produksi IKM di Kecamatan /Desa.

Pembinaan industri kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan


klaster industry

Indikator Sasaran
Terfasilitasinya bantuan alat
produksi untuk IKM.

Satuan
IKM

Rencana
15

Realisasi
15

%
100,00

Tansmigrasi
Dalam tahun 2013, Pemerintah Kota Banjar telah melakukan
penjajagan
transmigran

nota kesepahaman (MoU) dengan daerah calon penerima


(Kabupaten

Donggala

Sulawesi

dan

Kabupaten

Amaloha,

Sulawesi Selatan) untuk menerima 16 KK calon transmigran asal Kota Banjar.


Melalui

program

transmigrasi

regional,

telah

dilaksanakan

pendataan dan pembinaan animo calon transmigran dari 4 kecamatan,


dengan data berikut:
Kecamatan
Banjar
Pataruman
Langensari
Purwaharja

Pada

kegiatan

Jumlah Peminat
22 KK
25 KK
38 KK
23 KK

penempatan

calon

Jumlah Terseleksi
22 KK
25 KK
38 KK
23 KK

transmigran

ke

lokasi

transmigrasi, terdapat 16 KK calon transmigran dari Desa Langensari dan


Kelurahan Purwaharja, dengan fasilitas yang disediakan oleh Pemerintah Kota
Banjar berupa asuransi, alat-alat pertanian dan bibit/benih tanaman, serta
uang saku Rp1.000.000. per KK. Untuk calon transmigran tersebut, juga
disediakan anggaran dari APBD Provinsi Jawa Barat, dengan peruntukan
pelatihan dasar umum, peralatan rumah tangga, sandang dan obat-obatan,
pendaftaran dan seleksi, angkutan dan pengawalan calon transmigran dan
permakanan di penampungan dan perjalanan.

Jaringan Listrik Bagi Masyarakat


Untuk memperluas penerangan jalan umum dan jaringan listrik,
Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjar telah melaksanakan program pembinaan
dan pengembangan bidang ketenagalistrikan (12 kegiatan):

Listrik

masuk

desa

se-Kota

Banjar

target

1.400

KK

dengan

penyerapan1.458 KK ( 104 %).

Pemasangan Gardu Cantol 50 KVA 1 Unit (100%).

Pengadaan dan pemeliharaan rutin PJU 200 titik dengan penyerapan 152
(76 %).

Pemasangan Penerangan Jalan Umum Lingkungan (Non PJU) Kec. BanjarKec. Purwaharja (Banprov) sebanyak 96 titik (100%).

Pemasangan Penerangan Jalan Umum Lingkungan (Non PJU) Kec.


Pataruman-Kec. Langensari (Banprov) sebanyak 96 titik (100%).

Penerangan Jalan Umum Lingkungan (Non PJU) se-Kota Banjar (Banprov)


105 titik terpasang 130 titik (124 %).

Pemasangan Penerangan Jalan Umum solarcell (PJU) untuk Jalan


Purnomosidi (Banprov) 15 titik terpasang 15 titik (100 %).

Pengembangan Jaringan Listrik Perdesaan (SUTR) Kec. Pataruman


(Banprov) 20 titik terpasang 60 titik (300 %).

Pengembangan Jaringan Listrik Perdesaan (SUTR) Kec. Langensari-Banjar


(Banprov) 20 titik terpasang 60 titik (300%).

Pemasangan Penerangan Jalan Perdesaan (Non PJU) Kec. Banjar dan Kec.
Pataruman 96 titik terpasang 96 titik (100 %).

Pemasangan Penerangan Jalan Pedesaan

(NON PJU) di Kecamatan

Purwaharja dan Kec. Langensari 96 titik terpasang 96 titik (100 %).

Pemasangan Penerangan Lampu Mercury dan Lampu HPIT di Kawasan


Taman Lapang Bhakti 20 titik terpasang 19 titik (97 %).
Indikator Sasaran
Listrik masuk desa.

Satuan

Rencana

Realisasi

22,00

19,40

97,00

Misi 3 : Meningkatkan Kesadaran dan Kepatuhan Terhadap Hukum


Terwujudnya

produk

hukum

daerah

yang

memenuhi

aspek

filosofis, sosiologis dan yuridis


Indikator Sasaran
Persentase Perda yang disahkan
dari Raperda.

Satuan

Rencana

Realisasi

19

19

100,00

Dalam penyusunan produk hukum daerah, selama tahun 2013 telah


dilaksanakan program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat
daerah dan telah berhasil menetapkan 19 Peraturan Daerah, sebagai hasil
pembahasan antara legislatif dengan eksekutif. Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan meliputi: Pengelolaan dokumentasi dan pelayanan informasi
hukum, Koordinasi kerjasama permasalahan peraturan perundang-undangan,
Penyusunan

rencana

kerja

rancangan

peraturan

perundang-undangan,

Fasilitasi sosialisasi peraturan perundang-undangan dan publikasi peraturan


perundang-undangan. Juga terdapat kajian peraturan perundang-undangan
daerah terhadap peraturan perundang-undangan baru, serta bimbingan
teknis peraturan perundang-undangan.
Dengan kegiatan tersebut, diharapkan dalam penyusunan produk hukum
daerah dapat memenuhi aspek filosofis, sosiologis dan yuridis.
Daftar Perda yang ditetapkan tahun 2013.
Nomor dan Tanggal
Peraturan Daerah

Nomor
Lembaran
Daerah
LD 2013 No.1
Seri A

Nomor 1

7 Jan. 2013

Nomor 2

4 Maret 2013

LD 2013 No.2

Nomor 3

4 Maret 2013

LD 2013 No.3

Nomor 4

8 Maret 2013

LD 2013 No.4

Nomor 5

8 Maret 2013

LD 2013 No.5

Nomor 6

13Mei 2013

LD 2013 No.6

Nomor 7

8 Juni 2013

LD 2013 No.7

Nomor 8

8 Juli 2013

LD 2013 No.8

Nomor 9

8 Juli 2013

LD 2013 No.9

Nomor
10

24 Juli 2013

LD 2013 No.10

Nomor
11

26 Juli 2013

LD 2013 No.11

Nomor
12

12 Nopember
2013

LD 2013 No.12

Uraian
Peraturan
Daerah
Tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanjar
Daerah Tahun Anggaran 2013.
Peraturan
Daerah
Tentang
Penyelenggaraan Perpustakaan.
Peraturan Daerah Tentang Kelas
Jalan di Kota Banjar.
Peraturan
Daerah
Tentang
Penyelenggaraan Sarana Pelayanan
Kesehatan Swasta di Kota Banjar.
Peraturan
Daerah
Tentang
Pengendalian
Menara
Telekomunikasi
Peraturan
Daerah
Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kota Banjar Nomor 8 tahun 2008
tentang Penyertaan Modal Daerah
Pada PDAM Tirta Anom Kota Banjar.
Peraturan Daerah Tentang Kawasan
Tanpa Rokok.
Peraturan
Daerah
Tentang
Perubahan Atas Perda Nomor 4
tahun 2007 Tentang Tata Cara
Pemilihan,
Pencalonan,
Pengangkatan,
Pelantikan
dan
Pemberhentian Kepala Desa.
Peraturan
Daerah
Tentang
Perubahan Atas Perda Nomor 29
tahun 2006 Tentang Lembaga
Kemasyarakatan.
Peraturan
Daerah
Tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan
APBD Tahun .
Peraturan
Daerah
Tentang
Perubahan APBD Tahun Anggaran
2013 .
Peraturan
Daerah
Tentang
Perubahan Atas Perda Nomot 6

Nomor
Lembaran
Daerah

Nomor dan Tanggal


Peraturan Daerah

Uraian

Nomor
13

12 Nopember
2013

LD 2013 No.13

Nomor
14

12 Nopember
2013

LD 2013 No.14

Nomor
15

12 Nopember
2013

LD 2013 No.15

Nomor
16

12 November
2013

LD 2013 No.16

Nomor
17
Nomor
18

26 November
2013
26 November
2013

LD 2013 No.17

Nomor
19

23 Desember
2013

LD 2013 No.19

Meningkatkan

Peran

LD 2013 No.18

Serta

tahun 2009 Tentang Kedudukan


Keuangan Walikota dan Wakil
Walikota Banjar
Peraturan
Daerah
Tentang
Perubahan Atas Perda Nomor 18
tahun 2004 Tentang PPNS
Peraturan
Daerah
Tentang
Pemanfaatan
dan
Pengguna
Bagian-Bagian Jalan di Kota Banjar.
Peraturan
Daerah
Tentang
Pengelolaan
Sampah
Rumah
Tangga
dan
Sampah
Sejenis
Sampah Rumah Tangga.
Peraturan
Daerah
Tentang
Pengelolaan
Ruangan
Ruang
Terbuka Hijau .
Peraturan
Daerah
Tentang
Bangunan Gedung .
Peraturan
Daerah
Tentang
Penyelenggaraan Pendidikan
AlQuran dan Diniyah Takmiliyah.
Peraturan
Daerah
Tentang
Anggaran
Pendapatan
Belanja
Daerah Tahun anggaran 2014

Organisasi

Kemasyarakatan

dan

Lembaga Swadaya Masyarakat dalam Pembangunan Daerah


Melalui program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan, bela
Negara bagi generasi muda dengan sasaran pelajar dan pemantapan ideologi
Bangsa bagi genersi muda sebanyak 50 orang. Dalam peningkatan keamanan
dan kenyamanan lingkungan
Kewaspadaan

Dini

telah terlaksana Penyelenggaraan Forum

Masyarakat

dilakukan

oleh

Aprat

Kecamatan,

Desa/Kelurahan merupakan salah satu wujud dan upaya bersama antara


pemerintah

dengan

masyarakat.

Secara

sinergitas,

bertujuan

guna

meningkatkan kemampuan kemandirian mayarakat dalam membangun,


memelihara kondisi kepekaan,dan kesiagaan antisipasi masyarakat dalam
menghadapi berbagai potensi indikasi timbulnya permasalahan tentang
ideologi bangsa.
Anggota FKDM, baik tingkat Kecamatan maupun Kelurahan dapat
membangun jalinan koordinasi dan komunikasi sinergitas, meningkatkan
kepekaan dan kewaspadaan serta tanggap setiap saat diperlukan dan
dibutuhkan

dalam

mengantisipasi

permasalahan-permasalhan

yang

dan

muncul

menanggulangi
di

masyarakat,

berbagai
termasuk

kemungkinan-kemungkinan terjadinya potensi ancaman dan keberadaan


orang asing/ Warga negera asing di Kota Banjar yang memungkinkan timbul
dapat segera dicegah dan ditanggulangi secara dini dan terpadu khususnya.
Dari fasilitasi yang diberikan tersebut, terjadi peningkatan partisipasi ormas

dan LSM dalam pembangunan politik dan menunjang peningkatan persatuan


dan kesatuan antar warga masyarakat.
Indikator Sasaran

Satuan

Persentase partisipasi ormas dan


LSM dalam pembangunan.

Rencana

Realisasi

100,00

100,00

%
100,00

Terciptanya stabilitas politik, keamanan dan ketertiban


Hasil dari program pendidikan politik dan pengembangan wawasan
kebangsaan, telah tumbuh budaya politik yang demokratis dan kondusif
untuk pembangunan di wilayah Priangan Timur.
Dalam tahun 2013, tidak ada gejolak politik yang signifikan yang dapat
mengganggu jalannya pemerintahan di Kota Banjar. Demikian halnya dengan
ketenteraman dan ketertiban di masyarakat sudah cukup baik, didukung
dengan peran anggota Linmas yang bersinergi dengan masyarakat kota
Banjar menjaga lingkungan masing-masing.
Indikator Sasaran
Stabilitas politik.

Satua
n
%

Rencan
a
100,00

Realisa
si
100,00

100,00

100,00

Stabilitas keamanan dan ketertiban.

%
100,0
0
100,0
0

Misi 4 : Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan secara Profesional


untuk Menjamin terciptanya Good Governance
Terciptanya

aparatur

pemerintah

daerah

yang

memiliki

kompetensi dan mampu memberikan layanan prima


Untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan secara profesional
dalam rangka mewujudkan Good Governance, harus didukung dengan
kompetensi aparatur yang memadai dan merata. Peningkatan kompetensi
dapat

dilakukan

melalui

berbagai

macam

pendidikan

dan

pelatihan,

workshop, bimbingan teknis, seminar dan sebagainya.


Selain itu, sebagai bagian pembinaan dan pengembangan aparatur,
telah dilaksanakan pengusulan pensiun bagi 75 PNS, penerbitan SK kenaikan
pangkat

PNS untuk 625 orang dan pembuatan kartu pegawai, kartu

istri/suami, kartu askes dan kartu taspen bagi

189 pegawai. Badan

Kepegawaian juga telah melaksanakan seleksi penerimaan calon praja IPDN


sebanyak 17 orang, serta pemberian satya lencana karya satya untuk 185
pegawai dan fasilitasi ujian dinas bagi 13 pegawai.
Indikator Sasaran
Meningkatnya Persentase
Aparatur yang mengikuti Diklat
Teknis, Substantif dan
Fungsional.

Satuan

Rencana

Realisasi

10,00

12,00

120,00

sarana dan prasarana peningkatan pelayanan publik


Tata kelola pemerintahan

dilaksanakan

untuk

menjamin

adanya

pelayanan publik yang mampu memenuhi kebutuhan warga masyarakat di


wilayahnya. Pelayanan tersebut membutuhkan sarana dan prasarana yang
mencukupi agar terjadi keseimbangan antara kebutuhan pelayanan dengan
sarana pelayanan yang ada.

Indikator Sasaran
Persentase ketersediaan sarana dan
prasarana pelayanan publik sesuai
kebutuhan.

Satua
n
%

Rencan
a
100,00

Realisa
si
100,00

%
100,0
0

Meningkatnya kerjasama pembangunan antar pemerintah daerah


Kerjasama pembangunan antar pemerintah daerah diperlukan untuk
mempercepat terjadinya proses pembangunan suatu daerah. Pemerintah Kota
Banjar

sudah

melakukan

koordinasi

dengan

daerah

yang

berbatasan

(Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah) untuk
penanganan pembangunan di wilayah perbatasan. Koordinasi tersebut belum
diformulasikan dalam nota kesepahaman (MoU), sehingga indikator sasaran
tersebut belum dapat diisi. Dalam program penataan daerah otonomi baru,
juga dilakukan studi banding ke luar wilayah Jawa Barat dan untuk menjalin
kerjasama pembangunan.
Indikator Sasaran
Koordinasi dengan pusat dan
Kab/Kota lain.

Terwujudnya
daerah

kelembagaan

Satua
n
Kali

dan

Rencan
a
18

Realisa
si
18

ketatalaksanaan

%
100,0
0

pemerintah

yang akuntabel melalui pengawasan, pengendalian,

evaluasi dan pelaporan


Dalam tahun 2013 telah dilakukan audit operasional yang telah
direncanakan dalam program kerja pemeriksaan tahunan Inspektorat Kota
Banjar. Sampai dengan akhir tahun 2013, telah disusun berupa penyusunan
pedoman pengelolaan audit sebanyak satu

dokumen . Keberhasilan

pencapaian sasaran strategis ini didukung oleh program dan kegiatan yang
dilaksanakan sehingga mendorong tercapainya target dari inedikator kinerja
sasaran tersebut.

Indikator Sasaran

Satuan

Terselenggaranya audit
operasional sesuai dengan
pedoman standard audit.
Terselesaikannya tindak lanjut
dan pemutakhiran data.
Terselesaikannya penanganan
kasus/ pengaduan masyarakat.
Laporan Keuangan dengan opini
WTP.

Meningkatnya

kinerja

Rencana

Realisasi

LHP

65,00

53,00

81,53

72,00

72,00

100,00

100,00

100,00

100,00

Opini

WTP

pengelolaan

keuangan

daerah

yang

akuntabel
Pemerintah Kota Banjar mengelola anggaran untuk mewujudkan
visi dan misi yang dikampanyekan oleh Walikota dan Wakil Walikota terpilih.
Untuk mempertanggungjawabkan keuangan daerah, telah disiapkan berbagai
macam laporan untuk berbagai pihak sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan.
Perwujudan pertanggungjawaban dalam bentuk Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2011, telah dilakukan audit oleh Badan
Pemeriksa

Keuangan

Republik

Indonesia,

dengan

opini

Wajar

Tanpa

Pengecualian. Hal tersebut merupakan hasil yang sesuai Standar Akuntansi


Pemerintah.
Dalam mempertanggungjawabkan kinerja, Pemerintah Kota Banjar
telah menyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP)
tahun 2011, namun tidak dilakukan evaluasi oleh Kementerian Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Terhadap Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD)
tahun

2011,

telah

dilakukan

evaluasi

oleh

Tim

Evaluasi

Kinerja

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat dengan nilai total


2,818.
Indikator Sasaran
Nilai hasil evaluasi LAKIP Pemda.
Nilai hasil evaluasi LPPD.

Satuan

Rencana

Nilai
Nilai

60
3,00

Realisasi
57,23*)
2,818*)

%
95,38
91,80

Terwujudnya pemanfaatan ruang sesuai dengan tata ruang


Pemerintah Kota Banjar memiliki dokumen rencana tata ruang
wilayah (RTRW) yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Banjar Nomor
6 Tahun 2004. Perda tata ruang tersebut masih harus disesuaikan dengan UU
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Melalui program perencanaan tata ruang, telah dilakukan kegiatankegiatan yang meliputi:

Rancangan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Koordinasi Perencanaan Bidang Fisik.

Peningkatan peran BKPRD.

Indikator Sasaran
Persentase pemanfaatan ruang sesuai
RTRW.

Satua
n
%

Rencan
a
100,00

Realisa
si
100,00

%
100,0
0

Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan yang pro


publik
Dalam

perencanaan pembangunan daerah,

sudahdiusahakan

dapat

diakomodasi

dalam

aspirasi masyarakat

musyawarah

perencanaan

pemba-ngunan (Musrenbang), baik untuk penyusunan RPJMD maupun RKPD.


Dalam proses Musrenbang yang dimulai dari tingkat Desa dan Kelurahan,
Pemerintah Kota Banjar menjaring aspirasi masyarakat dalam bentuk usulan
kegiatan yang akan diselaraskan dengan arah pemba-ngunan daerah.
Dengan mekanisme perencanaan tersebut, pembangunan yang
akan dilaksanakan menjadi lebih terarah sesuai program dalam RPJMD.Dalam
program perencanaan pembangunan daerah, telah dilakukan 6 kegiatan,
yaitu: (a) Fasilitasi pengem-bangan partisipasi masyarakat dalam perumusan
program dan kebijakan layanan publik, (b) Penyelenggaraan musrenbang
RKPD, (c) Monitoring, evaluasi dan pelaporan, (d) Perencanaan umum
pembangunan, (e) Penyusunan buku indeks kepuasan masyarakat, (f)
Penyusun-an indikator kegiatan dana bagi hasil cukai hasil tembakau.
Indikator Sasaran
Terwujudnya sinergitas perencanaan
pembangunan daerah.

Meningkatnya

ketersediaan

dan

Satua
n
%

Rencan
a
100,00

kualitas

Realisa
si
100,00

sarana

%
100,0
0

prasarana

perhubungan
Dalam

penyediaan

sarana

dan

prasarana

perhubungan,

Pemerintah Kota Banjar melalui Dinas Perhubungan telah melaksanakan enam


program, yang meliputi:

Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ,


dengan kegiatan Rehabilitasi/pemeliharaan terminal dan Pemeliharaan
rambu-rambu lalu lintas.

Program

peningkatan

pelayanan

angkutan

mencakup

kegiatan

penyuluhan bagi para sopir/ juru mudi untuk peningkatan keselamatan


penumpang, kegiatan uji kelayakan sarana transportasi guna keselamatan
penumpang, pengendalian pengoprasian angkutan umum di jalan raya,
pengumpulan analisis

data base pelayanan angkutan, pengembangan

sarana dan prasarana pelayanan jasa angkutan, koordinasi dalam


peningkatan pelayanan angkutan, pembinaan juru parker, peninkgaktan
disiplin masyarakat menggunakan angkutan dan penyuluhan/ sosial
ketertiban lalau lintas angkutan.

Program

pengendalian

pengadaan

dan

rambu-rambu

pengamanan
lalu

lintas,

lalau

lintas

pengadaan

mencakup

marka

jalan,

pengendalian pengamanan hari-hari besar, penggawasan kawasn tertib


lalu lintas dan pengawasan alat pelengkap ustarat lalu lintas

Program Peningkatan kelaiakan pengoprasian


dengan pengadaan

kendaraan bermotor

buku dan plat uji, pengadaan roolprinter dankerta

lakmus dan pemeriksaan berkala alt pengujian kendaraan bermotor


( Kalibrasi).

Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan dengan


pembangunan landasan timbang portabel.
Indikator Sasaran
Fasilitas dan prasarana LLAJ yang
terpelihara.
Terfasilitasinya uji kelayakan sarana
transportasi.

Satua
n
%

Rencan
a
100,00

Realisa
si
100,00

100,00

100,00

%
100,0
0
100,0
0

Meningkatnya kualitas lingkungan hidup


Berdasarkan

evaluasi

yang

dilakukan

Dinas

Kebersihan,

Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup Kota Banjar, belum terdapat


badan usaha yang diharuskan memenuhi persyaratan AMDAL. Namun, telah
dilakukan upaya-upaya pengawasan terhadap lokasi usaha yang rawan konflik
lingkungan (dengan persyarat-an UKL/UPL/SPPL).
Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
:
a. Koordinasi

penilaian

kota

sehat/

Adipura

dengan

terlaksananya

penilaian Kota Sehat tingkat Provinsi sebanyak 4 kali


b. Penyusunan laporan Tahunan ( Kualitas air, Periodik Volume sampah
dan SLHD)
c. Pengawasan Limbah cair sector usaha rumah tangga dan Industri.
d. Peningkatan kualitas lingkungan desa
Sedangkan Program perlindungan dan konservasi sumber daya alam,

telah dilaksanakan kegiatan pembuatan resapan sumur resapan/Biopori guna


penanggulangan atau pengendalian kerusakan sumber-sumber air sebanyak
2 unit.
Program

pembangunan Drainase/Gorong-gorong , didukung dengan

kegiatan-kegiatan yang meliputi :


a. Pembangunan saluran Drainase tersebar di 4

Kecamatan di Kota

Banjar
b. Rehabilitasi infrastruktur ke-Ciptakaryaan
c. Perbaikan Drainase dan Trotoirisasi di Kecamatan Langensari
d. Perbaikan Drainase di kawasan Cibulan
e. Perbaikan

Drainase

dan

Trotoirisasi

Jalan

Tanjungsukur

jalan

Pangandaran
f.

Perbaikan Drainase dan Trotoirisasi jalan Tentara Pelajar

g. Perbaikan Drainase Lingkungan di Kelurahan Hegarsari


h. Pembuatan dan perbaikan Drainase Kecamatan Banjar (Banprov)
Program pengelolan areal pemakaman , dengan kegiatan meliputi :
a. Pembangunan pagar TPU Dipatiukur tahap 2 (Banprov)
b. Pemeliharaan Taman makam Pahlawan 1 Lokasi
Program

penataan

penguasaan,

pemilikan,

penggunaan

dan

pemanfaatan tanah dengan kegiatan Fasilitasi penataan Land Consolidation


(LC) dengan tersedianya kavling tanah milik Pemerintah Kota Banjar sebanyak
1 Paket.
Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air
limbah meliputi kegiatan :
a. Pembangunan sarana dan prasarana air bersih berbasis masyarakat
b. Pembangunan prasarana sanitasi berbasis masyarakat
c. Pemasangan saluran rumah air bersih
d. Pemasangan jaringan pipa distribusi air bersih

Indikator Sasaran
Cakupan pengawasan terhadap
pelaksanaan pengelolaan
lingkungan.
Penegakan hukum lingkungan.
Sumber mata air yang dipelihara.

Satua
n
%

Rencan
a
100,00

Realisa
si
100,00

%
Titik

100,00
1

%
100,0
0
200,0
0

Cakupan layanan pengelolaan persampahan kota


Dalam tahun 2013, pelayanan persampahan yang diselenggarakan
oleh

Pemerintah

Kota

Banjar

melalui

Dinas

Kebersihan,

Pertamanan,

Pemakaman

dan

Lingkungan

Hidup

dilaksanakan

melalui

Program

Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan, dengan 12 kegiatan, yaitu:


a. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan .
b. Pengadaan pakaian lapangan kebersihan dan pertamanan (Safety Work)
c. Pengadaan peralatan kebersihan (Safety equitment)
d. Pengadaan roda sampah 26 Unit
e. Pembangunan jalan ke lingkungan TPS Cibodas (Banprov)
f.

Sosialialisasi pengelolaan persampahan 3 R dan kelembagaan

g. Pemeliharaan bak container, bak Dump Truk Bak motor roda dan sampah
h. Pembangunan landasan container dan TPS pasar Banjar (Banprov)
i.

Revitalisasi TPS Terminal (Banprov)

j.

Pembangunan Biogas Sanitary Landfill (Banprov)

k. Penata lahan sell sampah TPA (Banprov)


l.

Dan Pengadaan sepeda lapangan kebersihan 12 unit.


Terpeliharanya ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan
Ruang terbuka hijau merupakan salah satu kebutuhan masyarakat

yang harus disediakan dan dipelihara oleh Pemerintah Kota Banjar dan semua
stakeholder lingkungan. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
Banjar

meliputi

penataan

taman-taman

kota,

penggantian

tanaman

mati/tumbang, penyiraman berkala, pemangkasan dan sebagainya.


Dalam tahun 2013,
terbuka hijau (RTH),

dilakukan penambahan luas area ruang

dengan mempertahankan yang sudah ada melalui

pemeliharaan rutin agar fungsi RTH tetap dapat dipertahankan.Program


pengelolaan Ruang Terbuka Hijau ( RTH), dengan kegiatan meliputi :
a. Pemeliharaan Taman Tugu Batas 2 lokasi
b. Pemeliharaan Taman dan RTH Kota Banjar di 4 Kecamatan
c. Pembangunan Taman Batas Kota
d. Pengadaan Peralatan Pertamanan
e. Pemeliharaan Taman Hijau (Banprov)
Indikator Sasaran
Persentase Ruang Terbuka Hijau yang
terpelihara.

Satua
n
Titik

Rencan
a
100

Realisa
si
100

%
100,0
0

Tertatanya areal pemakaman umum di wilayah kota Banjar


Dalam pelayanan pemakaman, pada tahun 2013 Dinas Kebersihan,
Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup Kota Banjar telah melakukan

pekerjaan pembangunan pagar TPU dan pemeliharaan Taman Makam


Pahlawan.
Satua
n
Lokasi

Indikator Sasaran
Persentase areal pemakaman umum
yang tertata.

Rencan
a
100

Realisa
si
25

%
25,00

Tersedianya data, informasi dan statistik pembangunan daerah


Informasi dan statististik pembangunan daerah dikelola oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah. Dalam tahun 2013

telah dihasilkan

informasi Banjar Dalam Angka tahun 2012, serta telah dilakukan survei
penduduk miskin, tetapi indikator susesda tahun ini tidak dilaksanakan.
Dalam mendukung tersedianya data dan informasi statistik daerah,
telah dilaksanakan program pengembangan data/informasi, dengan kegiatan
sebanyak lima, meliputi kegiatan-kegiatan: Penyusunan Buku Banjar Dalam
Angka, Penyusunan Buku PDRB, Penyusunan Buku Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), Pengembangan dan Penyebarluasan Data/ Informasi dan
Penyusunan Data Kemiskinan Kota Banjar.
Indikator Sasaran
Banjar Dalam Angka (BDA).
Survey Penduduk Miskin dan Indeks
Kemahalan Konstruksi (SPM dan
IKK).

Meningkatnya

kinerja

Satua
n
Dok.

Rencan
a
1

Realisa
si
1

Dok.

pengelolaan

kearsipan

daerah

%
100,0
0
100,0
0

yang

akuntabel
Dalam upaya menunjang kinerja pengelolaan arsip daerah, telah
dilaksanakan empat program yang meliputi:
a. Program perbaikan sistem administrasi kearsipan,
b. Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/ arsip daerah,
c. Program pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana kearsipan,
serta
d. Program peningkatan kualitas pelayanan informasi,
Berdasarkan pelaksanaan program-program tersebut, diharapkan
seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Banjar dapat mengelola arsip
daerah secara benar.
Indikator Sasaran
SKPD yang menerapkan pengelolaan
arsip sesuai dengan standar.

Berkembangnya

penerapan

Satua
n
%

Rencan
a
100,00

teknologi

Realisa
si
100,00

informasi

%
100,0
0

dalam

manajemen pemerintahan
Untuk lebih memberikan kemudahan dalam pelayanan, Pemerintah
Kota Banjar telah mengimplementasikan teknologi informasi dalam beberapa
jenis layanan, yaitu:
a. Sistem informasi pelaporan keuangan daerah (SIMDA Keuangan)
b. Sistem informasi barang milik daerah (SIMDA BMD)
c. Sistem informasi penggajian (SIMDA Gaji)
d. Sistem informasi manajemen kependudukan (SIAK)
e. Sistem informasi kesehatan (SIK)
f.

Sistem informasi pengadaan barang dan jasa (e-procurement).


Indikator Sasaran

Rencan
a
6,600

Satuan

Implementasi teknologi informasi


dan komunikasi dalam
pelayanan pemerintahan.

Berita

Realisa
si
6,600

%
100,
00

2.4 Permasalahan Pembangunan

Tujuan pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kondisi


perekonomian daerah, kesejahteraan masyarakat, pelestarian dan
pelindungan nilai-nilai budaya daerah, keamanan dan ketertiban,
kemampuan

dan

penguatan

kelembagaan

untuk

mewujudkan

kemandirian. Di samping itu juga membantu pemerintah pusat/provinsi


dalam mempertahankan, memelihara, meningkatkan persatuan dan
kesatuan masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Upaya untuk mewujudkan tujuan pembangunan daerah telah dilakukan
Pemerintah Kota Banjar melalui serangkaian kebijakan dan program
serta sumber pendanaan secara sinergis dan berkelanjutan.
Berdasarkan analisis gambaran umum kondisi Kota Banjar selama
lima tahun terakhir dan dengan memperhatikan sasaran pokok,
indikator dan target pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kota Banjar Tahun 2005-2025 dan juga target Millenium
Development Goals (MDGs), terdapat berbagai aspek pembangunan
yang telah mengalami kemajuan atau keberhasilan, namun di sisi lain
terdapat pula berbagai permasalahan dan tantangan yang masih
dihadapi dan perlu ditangani melalui serangkaian kebijakan dan
program

secara

terencana,

sinergis,

dan

berkelanjutan.

Adapun

identifikasi permasalahan pembangunan daerah yang ada di Kota


Banjar adalah sebagai berikut :
2.4.1.

Urusan Wajib

a. Bidang Pendidikan
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sampai dengan tahun
2013 capaian indeks pendidikan sebesar 83,81 atau meningkat 1,17
poin dari capaian tahun 2010 sebesar 82,64 poin. Sementara untuk
mencapai sasaran pokok penduduk yang berkualitas dalam RPJPD Kota
Banjar dengan target capaian indeks pendidikan sebesar 93,6 tentunya
hal tersebut akan sulit untuk dicapai. Adapun beberapa permasalahan
terkait dengan pembangunan bidang pendidikan di Kota Banjar antara
lain:
1) Angka partisipasi sekolah (APS) SD/MI belum mencapai 100%,
capaian sampai dengan tahun 2013 sebesar 97,90%;
2) Angka partisipasi murni (APM) SD/MI/SDLB sampai dengan tahun
2013 baru mencapai 94,67% dan APM SMP/MTs/SMPLB mencapai
79,32, yang masih perlu didorong untuk mencapai target MDGs
dan Pendidikan Untuk Semua (Education for All) sebesar 100%;
3) Pada jenjang pendidikan menengah, APM SMA/MA/SMK tahun 2013
baru mencapai 72,50%;
4) Kualitas

siswa,

pendidik/tenaga

kependidikan

serta

sarana

prasarana masih perlu ditingkatkan;


5) Cakupan pendidikan anak usia dini (PAUD) masih rendah, sampai
dengan tahun 2013 cakupannya masih dibawah 40%.
b. Bidang Kesehatan
Keberhasilan pembangunan manusia di bidang kesehatan bisa
diukur melalui indikator yang dihitung berdasarkan keadaan kesehatan
masyarakat. Adapun permasalahan terkait pembangunan kesehatan di
Kota Banjar diantaranya:
1) Masih terjadi kasus kematian bayi, pada tahun 2013 terjadi
sebanyak 17 kematian bayi diantara 1000 kelahiran bayi;
2) Masih terjadi kasus kematian ibu melahirkan, tercatat ada 3/3.335
angka kasus ibu melahirkan pada tahun 2013;
3) Ketersediaan

sumberdaya

kesehatan

yang

masih

perlu

ditingkatkan;
4) Pelayanan kesehatan belum optimal;
5) Ancaman penyakit menular maupun penyakit yang tidak menular
masih terjadi;
6) Kesadaran masyarakat untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) masih kurang;
c. Bidang Pekerjaan Umum
Pelaksanaan urusan pekerjaan umum meliputi pengelolaan jalan,
jembatan, dan irigasi. Peningkatan kualitas dan kapasitas jalan dan
jembatan terus diupayakan untuk mendukung kelancaran arus lalu
lintas

dan

perkembangan

perekonomian

daerah.

Beberapa

permasalahan terkait bidang pekerjaan umum antara lain:


1) Kondisi jalan kota belum semuanya berkondisi baik, tahun 2013
masih ada 14,4% yang kondisinya sedang dan 7,76% kondisinya
rusak;
2) Banyak ruas jalan yang lebarnya kurang memenuhi syarat jalan
perkotaan (minimal 3,5) dengan bahu masing-masing sisi kiri
kanan selebar 1 meter;
3) Pengembangan jaringan jalan alternatif untuk menghubungkan
barat dan timur belum bisa terealisasi karena masalah tanah;
4) Kemantapan jalan masih belum maksimal;
5) Banyak irigasi yang tidak berfungsi optimal;
6) Partisipasi masyarakat yang masih rendah dalam pemeliharaan
saluran irigasi (termasuk peran dari P3I Mitra Cai).
d. Bidang Perumahan
Permukiman akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Pelaksanaan urusan perumahan
meliputi penataan perumahan dan prasarana dan sarana lingkungan
perumahan seperti air bersih, drainase, jalan lingkungan, sanitasi,
persampahan, permakaman. Beberapa permasalahan terkait dengan
bidang perumahan diantaranya adalah:
1) Kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan dan pendayagunaan
sarana dan prasarana permukiman masih kurang;
2) Pelayanan air bersih belum menjangkau seluruh wilayah Kota

Banjar;
3) Pelayanan sanitasi belum menjangkau seluruh masyarakat;
4) Rumah tidak layak huni masih cukup banyak;
5) Penyediaan tempat pemakaman umum bagi perumahan masih
kurang;
6) Pengelolaan sistem drainase belum memadai;
7) Rumah yang belum ber IMB masih cukup banyak.
e. Penataan Ruang
UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang diarahkan
untuk mewujudkan visi penataan ruang: yaitu ruang yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan. Adapun permasalahan terkait
pembangunan bidang penataan ruang adalah:
1) Rencana Detail Tata Ruang baru tersusun untuk 2 Kawasan, belum
mencakup seluruh wilayah Kota Banjar;
2) Pengendalian dan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang
belum optimal;
3) Kesadaran

masyarakat

untuk

mengurus

perizinan

sebelum

melakukan kegiatan masih kurang;


4) Menurunnya ketersedianya ruang untuk ketahanan pangan dan
ruang terbuka hijau (RTH) publik.
f. Perencanaan Pembangunan
Perencanaan
menghasilkan

pembangunan

pembangunan

daerah

yang

dapat

dimaksudkan
memenuhi

untuk

kebutuhan

masyarakat. Adapun proses perencanaan pembangunan di Kota Banjar


saat ini dilakukan dengan diawali dari musyawarah pembangunan
desa/kelurahan, musrenbang Kecamatan, forum OPD, musrenbang kota
dan

provinsi.

Dengan

dilakukannya

proses

tersebut

diharapkan

program kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Banjar


dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara optimal.
Beberapa permasalahan yang dihadapi pada urusan perencanaan
pembangunan antara lain :
1) Sinergitas perencanaan antar bidang dan antar OPD masih perlu
ditingkatkan agar lebih terpadu;
2) Masih lemahnya ketersediaan dan akurasi data untuk keperluan
perencanaan;

3) Masih kurangnya kapabilitas dan kompetensi SDM perencanaan;


4) Belum

optimalnya

sistem

pengendalian

dan

evaluasi

pembangunan.
g. Perhubungan
Sistem dan manajemen transportasi yang baik merupakan faktor
pendukung utama untuk mengembangkan kegiatan ekonomi daerah.
Oleh karena itu memelihara dan meningkatkan kualitas prasarana
transportasi agar tetap dalam kondisi mantap serta mengembangkan
sarana transportasi perdesaan dan perkotaan secara terpadu menjadi
penting. Beberapa permasalahan yang dihadapi pada urusan bidang
perhubungan antara lain :
1) Masih kurangnya fasilitas perlengkapan jalan dan masih tingginya
overloading angkutan barang yang melintasi jalan di Kota Banjar;
2) Sarana dan prasarana terminal masih perlu ditingkatkan;
3) Pengelolaan parkir belum berjalan secara optimal;
4) Belum efektifnya pelaksanaan uji kelayakan kendaraan bermotor,
masih terjadinya kasus pemalsuan buku kir.

h. Lingkungan Hidup
Beberapa permasalahan terkait dengan pembangunan bidang
lingkungan hidup, diantaranya:
1) Luas lahan TPA yang belum memadai dan cakupan pelayanan masih
sebesar 11,18%;
2) Sarana dalam mendukung pelaksanaan Operasional belum memadai
(sarana dan prasarana

alat berat, pengolahan leacheat, sumur air

pantau, sumur air bersih, drainase TPA);


3) Terbatasnya sumber daya manusia sebagai pelaku pelayanan pada
bidang Kebersihan;
4) Teknologi

tepat

guna

belum

ada

yang

menjadi

pelopor

dalam

penanganan sampah;
5) Belum adanya Norma/Piranti yang berbentuk Perda yang mengatur
tentang Pengelolaan Persampahan;
6) Budaya atau perilaku masyarakat terhadap sampah masih bersifat
apatis;

7) Kualitas udara dan air belum memenuhi baku mutu, masih ada
pencemaran;
8) Masih terdapat daerah rawan air di beberapa kelurahan dan desa
(Sebanyak 9 desa/kelurahan);
9) Adanya proses alih fungsi lahan terutama pada perkebunan dan
persawahan rakyat.

i. Pertanahan
Penatagunaan tanah meliputi pengaturan penggunaan tanah,
pemanfaatan tanah, dan penguasaan tanah. Kebijakan pemanfaatan
tanah di Kota Banjar dilakukan oleh pemerintah kota melalui proses
perizinan peruntukan penggunaan tanah. Adapun permasalahan dalam
bidang pertanahan, antara lain:
1) Masih banyak tanah yang belum bersertifikat;
2) Masih adanya kasus persengketaan kepemilikan tanah.
j. Kependudukan dan Catatan Sipil
Permasalahan utama dalam bidang kependudukan dan catatan
sipil di Kota Banjar antara lain:
1) Migrasi penduduk antar wilayah cukup tinggi;
2) Sarana dan prasarana pendukung sistem informasi administrasi
kependudukan masih terbatas;
3) Kesadaran masyarakat terhadap tertib administrasi kependudukan
masih kurang;
k. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Permasalahan utama adalah (1) Kesetaraan gender; dan (2) Masih
rentan permasalahan trafficking dan kekerasan terhadap perempuan
dan anak.
l. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Perkembangan program keluarga berencana di Kota Banjar cukup
baik. Salah satu keberhasilan program Kampoeng KB ditandai dengan
meningkatnya prevalensi peserta KB (peserta aktif/pasangan usia
subur), tetapi masih ada beberapa permasalahan terkait dengan
pembangunan bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera,
diantaranya:
1) Kesadaran masyarakat terhadap perencanaan keluarga berencana

sehat dan sejahtera masih perlu ditingkatkan;


2) Cakupan alat kontrasepsi/akseptor KB dan peserta KB aktif masih
perlu ditingkatkan;
3) Masih kurangnya cakupan pelayanan sesuai standar pelayanan
minimal

bidang

keluarga

berencana,

meliputi;

komunikasi,

informasi, dan edukasi keluarga berencana dan keluarga sejahtera


(KIE KB dan KS);
4) Pemberdayaan ekonomi keluarga, khususnya melalui kelompok
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) belum
optimal.
m.Sosial
Penyandang

Masalah

Kesejahteraan

Sosial

(PMKS)

adalah

seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu


hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi
sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang serasi
dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat terpenuhi
kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan
wajar. Beberapa permasalahan terkait penanganan masalah PMKS di
Kota Banjar antara lain:
1) Kecenderungan

peningkatan

jumlah

Penyandang

Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS);


2) Belum terintegrasinya penanggulangan kemiskinan;
3) Belum optimalnya penanggulangan bencana alam dan bencana
sosial;
4) Belum optimalnya pendayagunaan dan pemberdayaan Potensi
Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).
n. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan

merupakan

aspek

yang

mendasar

dalam

kehidupan masyarakat dan pembangunan karena meliputi dimensi


ekonomi dan sosial yang luas. Urusan ketenagakerjaan berkaitan
dengan kondisi penduduk usia kerja, angkatan kerja, dan ketersediaan
lapangan

kerja.

Adapun

permasalahan

utama

terkait

bidang

ketenagakerjaan diantaranya:
1) Perluasan lapangan kerja belum sebanding dengan pertumbuhan
angkatan kerja;

2) Kualitas dan daya saing calon tenaga kerja belum sesuai


kebutuhan pasar;
3) Sarana prasarana penyelenggaraan pelatihan kerja belum sesuai
dengan perkembangan kebutuhan pasar kerja;
4) Sistem informasi ketenagakerjaan belum memadai.
5) Belum tersedianya balai latihan kerja yang representatif.
o. Koperasi dan UKM
Keberadaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi
dapat berperan sebagai penyangga sekaligus penggerak perekonomian
Kota Banjar dalam rangka mendukung upaya penciptaan lapangan
pekerjaan,

penyerapan

tenaga

kerja,

peningkatan

pendapatan

masyarakat, dan mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin.


Jumlah koperasi di Kota Banjar mengalami peningkatan pada periode
2008-2012, namun persentase koperasi yang aktif baru mencapai
44,17% pada Tahun 2012. Hal tersebut terjadi dikarenakan masyarakat
Kota Banjar belum sepenuhnya memahami kelembagaan koperasi
sebagai badan hukum usaha yang mampu menumbuhkan ekonomi
kerakyatan.
Berbagai permasalahan terkait dengan pengelolaan koperasi dan
UMKM antara lain :
1) Rendahnya kualitas SDM yang berkompeten sehingga berdampak
pada kinerja manajemen pengelolaan;
2) Lemahnya penguasaan akses teknologi tepat guna maupun
modern;
3) Kualitas produk belum memenuhi standar;
4) Lemahnya akses pasar dan jejaring pemasaran;
5) Kurangnya informasi perbankan dan akses permodalan;
6) Masih lemahnya pengembangan pola kemitraan dan jejaring usaha
maupun jasa;
7) Terbatasnya dukungan prasarana dan sarana usaha, lemahnya
kemampuan berinovasi dan kurangnya informasi serta daya saing
yang rendah;
8) Masih kurang kondusifnya iklim usaha dan kurang optimalnya
dukungan infrastruktur kelembagaan.
p. Penanaman Modal

Keberhasilan meningkatkan realisasi investasi/penanaman modal


akan memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Selama
kurun waktu 2009-2013 rata-rata realisasi investasi PMA dan PMDN di
Kota Banjar masih berkisar Rp.108 milyar sementara pencapaian laju
pertumbuhan ekonomi Kota Banjar tahun 2013 sebesar 5,34%.
Berbagai permasalahan terkait dengan peningkatan realisasi investasi
baik itu PMA atau PMDN diantaranya sebagai berikut:
1) Pengelolaan promosi investasi belum optimal;
2) Iklim investasi dan pelayanan perizinan masih perlu ditingkatkan;
3) Kualitas infrastruktur pendukung investasi masih belum memadai
dan belum merata.
q. Kebudayaan
Beberapa permasalahan dalam pembangunan bidang kebudayaan
diantaranya:
1) Penerapan nilai-nilai luhur budaya dalam kehidupan sehari-hari
masih rendah;
2) Pengelolaan kekayaan budaya yang belum optimal;
3) Partisipasi generasi muda dalam seni dan budaya masih kurang;
4) Masuknya nilai dan budaya asing yang berpengaruh negatif cukup
banyak;
5) Kualitas sumberdaya manusia pelaku budaya masih terbatas;
6) Menurunnya kepedulian masyarakat terhadap kepedulian sosial.
r. Kepemudaan dan Olahraga
Permasalahan utama dalam pembangunan kepemudaan dan
olahraga di Kota Banjar, antara lain:
1) Prestasi Olah raga yang masih harus ditingkatkan;
2) Ketersediaan dan ketercukupan sarana dan prasarana olah raga
perlu ditingkatkan.
s. Kesatuan Bangsa dan Politik Luar Negeri
Kondisi daerah yang aman dan kondusif menjadi prasyarat utama
pelaksanaan pembangunan daerah. Oleh karena itu penciptaaan
kondisi daerah yang aman, tertib, dan tenteram menjadi isu utama
pelaksanaan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri.
Permasalahannya adalah:

1) Penegakan Perda belum optimal;


2) Kesadaran

masyarakat

dan

dunia

usaha

untuk

mematuhi

peraturan masih belum optimal;


3) Sarana dan prasarana keamanan dan ketertiban belum memadai;
4) Risiko ancaman gangguan terhadap ketentraman, ketertiban dan
keindahan yang semakin tinggi

t. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi


Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan
Persandian
Beberapa

permasalahan

utama

dalam

pelaksanaan

bidang

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,


Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian diantaranya :
1) Penegakan

hukum

masih

lemah

dan

belum

optimalnya

perlindungan hukum dan hak asasi manusia (HAM);


2) Kelembagaan pemerintah masih belum sepenuhnya melaksanakan
prinsip good governance;
3) Masih rendahnya kapasitas dan profesionalisme sumber daya
manusia aparatur;
4) Pengelolaan asset masih perlu ditingkatkan;
5) Sumber pendapatan daerah dari BUMD masih terbatas;
6) Pelayanan publik masih belum sesuai harapan masyarakat.
u. Ketahanan Pangan
Urusan Ketahanan Pangan di Kota Banjar pada saat ini ditangani
oleh setingkat esselon III pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan.
Penyelenggaraannya

yang

mencakup

antara

lain

ketersediaaan

pangan, sistem informasi pangan dan pengawasan pada tahun 2013


sudah mencapai skor 80%. Ada beberapa permasalahan yang terkait
dengan bidang ketahanan pangan diantaranya :
1) Belum optimalnya peran

kelembagan petani formal yang dapat

membantu para pelaku usaha Agribisnis di Kota Banjar, seperti


HKTI dan KTNA;
2) Belum optimalnya pengawasan serta pengendalian terhadap
aktivitas pelaku usaha Agribisnis;

3) Keterbatasan sumber daya manusia untuk membuat produk


selalu berada pada kualitas dan kuantitas yang stabil, sehingga
kecil sekali kemungkinan inovasi produk;
4) Bantuan dan peran serta pemerintah melalui dinas terkait relatif
masih sangat kurang dalam pengembangan usaha para pelaku.
v. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pemberdayaan

Masyarakat

dimaksudkan

guna

dapat

mengembangkan kemampuan dan kemandirian masyarakat untuk


berperan aktif dalam pembangunan, agar secara bertahap masyarakat
mampu

membangun

diri

dan

lingkungannya

secara

mandiri.

Permasalahannya adalah:
1) Teknologi Tepat Guna yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
belum dimanfaatkan secara optimal;
2) Peran dan fungsi kelembagaan masyarakat belum optimal;
3) Peran

serta

masyarakat

dalam

pembangunan

di

kawasan

perkotaan cenderung menurun;


4) Pelayanan pemerintahan desa kepada masyarakat belum optimal;
5) Peran perempuan dalam pembangunan belum optimal;
6) Pengelolaan administrasi pemerintahan desa kurang tertib.
w. Statistik
Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem

Perencanaan

Pembangunan

Nasional

disebutkan

bahwa

perencanaan pembangunan daerah harus didasarkan pada data yang


akurat dan memadai. Kewenangan daerah dalam urusan statistik
meliputi pengumpulan dan pemanfaatan data dan statistik daerah.
Adapun permasalahannya adalah:
1) Penetapan data tunggal belum disepakati;
2) Data sektoral dari OPD kurang konsisten;
3) Kesadaran dan komitmen terhadap pentingnya data masih rendah;
4) Kualitas SDM di bidang kestatistikan belum memadai;
5) Sarana dan prasarana pengelolaan data dan statistik belum
memadai.
x. Kearsipan

Penyelengaraan urusan kearsipan mempunyai fungsi strategis bagi


perkembangan daerah karena menangani arsip aktif, arsip inaktif, dan
dokumentasi daerah. Adapun yang menjadi permasalahannya adalah:
1) Sarana dan prasarana kearsipan belum memadai;
2) Kualitas dan kuantitas SDM belum memadai;
3) Manajemen arsip belum dilaksanakan secara menyeluruh;
4) Pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan arsip belum optimal.
y. Komunikasi dan Informatika
Kemajuan dibidang komunikasi dan informatika telah mendorong
munculnya

globalisasi

dengan

berbagai

perspektifnya.

Beberapa

peraturan perundangan yang terkait dengan urusan komunikasi dan


informatika adalah Undang-undang nomor 11 Tahun 2008 tentang
Transaksi Elektronik dan Undang-undang nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik. Adapun yang menjadi permasalahan
pembangunannya di Kota Banjar antara lain:
1) Kualitas sumberdaya manusia bidang teknologi informasi dan
komunikasi belum memadai, bahkan cenderung tidak ada untuk
sebagian besar OPD;
2) Sarana dan prasarana teknologi informasi belum memadai;
3) e-government belum diimplementasikan secara optimal;
4) Adanya ketentuan pada tahun 2011 semua software harus
berlisensi harus diantisipasi untuk penggunaan open source.
z. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan sumber informasi dan sarana strategis
peningkatan

Sumber

Daya

Manusia

(SDM).

Pelaksanaan

urusan

perpustakaan mengacu pada Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007


tentang

Perpustakaan,

yang

antara

lain

mengatur

kewajiban

pemerintah daerah dalam pengelolaan perpustakaan. Adapun yang


menjadi permasalahannya adalah:
1) Sarana dan prasarana pengelolan perpustakaan belum memadai;
2) Kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia belum memadai;
3) Minat baca masyarakat masih perlu ditingkatkan.
2.4.2.Urusan Pilihan

a. Pertanian

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kota Banjar pada


tahun 2013 sebesar 15,76 persen, menempati urutan ke tiga terbesar
setelah sektor perdagangan dan jasa. Hal ini berarti pertanian di Kota
Banjar termasuk urusan yang prioritas. Beberapa permasalahan urusan
pertanian

yang

terkait

dengan

bidang

tanaman

pangan

dan

hortikultura, bidang peternakan serta bidang perkebunan, antara lain :


1)

Rendahnya investasi di sektor agribisnis;

2)

Belum tertatanya daerah agrowisata. Dimana kawasan tersebut


terintegrasi antara tanaman buah-buahan, bunga dan taman
tempat rekreasi joging trak, Seperti di Kota Malang maupun Taman
Sari di Kabupaten Bogor;

3)

Belum adanya fasilitas pasar sekala regional yang lebih besar


serta pengembangan pasar agro;

4)

Belum

adanya

terminal

bongkar

muat

komoditas

pertanian

maupun barang yang memadai.


b. Kehutanan
Luas hutan rakyat di Kota Banjar adalah 1.733,2 Ha dengan tiga jenis
tanaman utama yaitu jati, albasi dan mahoni. Beberapa permasalahan yang
terkait dengan sektor Kehutanan, antara lain:
1) Penatagunaan Kawasan Hutan : belum dilaksanakannya tata batas
kawasan hutan di wilayah Kota Banjar; belum selesainya proses
administrasi

tukar

menukar

kawasan

hutan

antara

Kementrian

Kehutanan dengan Pemerintah Kota Banjar pada lahan eks Desa


Karangpanimbal

Kecamatan

Purwaharja;

dan

belum

tersusunnya

dokumen Rencana Kehutanan Tingkat Kota;


2) Belum optimalnya pengembangan Hutan Kota dan Hutan hak sebagai
daya dukung lingkungan dan pengembangan aneka usaha kehutanan
dalam rangka pemberdayaan masyarakat;
3) Belum dilaksanakannya pembinaan perbenihan tanaman hutan;
4) Belum optimalnya pengawasan dan pengendalian hasil hutan skala kota;
5) Belum optimalnya pengawasan dan pengendalian penerimaan negara
bukan pajak skala kota;
6) Semakin sempitnya lahan untuk pengembangan hutan rakyat sebagai
akibat alih fungsi lahan dari semula lahan kehutanan mulai beralih fungsi
ke pengembangan perkebunan, dan hortikultura di Kota Banjar;

7) Masih adanya kesalahan data statistik mengenai luas lahan kritis dan
potensi kritis di Kota Banjar. Jadi data yang rill di kota Banjar sama yang
terekap di Kehutanan Provinsi Jawa Barat sampai ke tingkat Kementrian
Kehutanan tidak sama. Dimana data di pusat sajian lahan kritis dan
potensi kritis lebih besar dari pada data rill di daerah.

c. Energi dan Sumber Daya Mineral


Sektor penggalian di Kota Banjar merupakan sektor penunjang pada
sektor lainnya, diantaranya sebagai bahan baku pembuatan industri bata
merah dan penunjang kegiatan sektor konstruksi, sementara pembangunan
infrastruktur

ketenagalistrikan

diprioritaskan

baik

untuk

meningkatkan

keandalan penyediaan tenaga listrik maupun memberikan akses penyediaan


tenaga listrik. Ada beberapa permasalahan dalam pembangunan bidang
energi dan sumber daya mineral, diantaranya:
1) Masih banyak kebutuhan SUTR untuk penyediaan Listrik Pra KS;
2) Banyak lokasi yang belum terpasang PJU dan Non-PJU;
3) Masih adanya penambangan rakyat yang belum berijin.

d. Pariwisata
Program Pengembangan dan Promosi Pariwisata yang dilaksanakan
Pemerintah Kota Banjar meliputi fasilitasi promosi pariwisata nusantara di
dalam kota dan di luar daerah serta fasilitasi festival budaya dan pelestarian
cagar budaya. Adapun yang menjadi permasalahan dalam pengembangan
kepariwisataan di Kota Banjar antara lain:
1) Belum

adanya

daerah

wisata,

khususnya

daerah

agrowisata

representatif yang menjadi destinasi wisata regional;


2) Destinasi wisata yang ada belum dimanfaatkan secara optimal sehingga
kurang memberikan kontribusi terhadap penerimaan daerah;
3) Sarana prasarana pariwisata seperti hotel masih kurang, belum ada
yang bintang empat atau bahkan bintang lima.

e. Perikanan

Pemanfaatan lahan untuk budidaya perikanan darat di Kota Banjar


mencapai luas 306 Ha dengan produksi sebesar 2.392,74 ton pada tahun
2013. Beberapa permasalahan yang terkait dengan urusan perikanan di Kota
Banjar, antara lain :
1) Semakin sempitnya lahan untuk budidaya perikanan sabagai akibat alih
fungsi lahan di Kota Banjar;
2) Masih ditemukannya penggunaan bahan kimia yang membahayakan
kesehatan antara lain formalin dan borax dalam ikan segar maupun ikan
olahan yang beredar di Kota Banjar. Meskipun secara kuantitas menurun
dari tahun sebelumnya.

f. Perdagangan
Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang
mendominasi struktur perekonomian Kota Banjar. Adapun yang menjadi
permasalahannya adalah:
1) Sarana prasarana perdagangan/distribusi masih terbatas;
2) Daya saing produk Kota Banjar masih perlu ditingkatkan;
3) Kelancaran distribusi bahan pokok / barang strategis belum optimal;
4) Kreativitas dan inovasi pelaku usaha dalam membaca peluang pasar
kurang optimal;
5) Perlindungan konsumen perlu ditingkatkan.

g. Perindustrian
Saat ini Kota Banjar selain menuju industrialisasi, ternyata Kota
Banjar mulai dibidik oleh investor sebagai sentral distributor, meskipun
pertumbuhannya tidak begitu signifikan tapi dari sektor persewaan
akan menambah nilai pertumbuhan LPE Kota Banjar, yang juga dapat
menyerap

banyak

tenaga

kerja.

Adapun

yang

menjadi

permasalahannya adalah :
1) Penguasaan dan penerapan teknologi bagi UMKM masih kurang;
2) Kualitas manajemen pengelolaan usaha bagi UMKM masih rendah;
3) Inovasi produk belum mampu mengimbangi kebutuhan pasar;
4) Akses permodalan bagi UMKM masih rendah;
5) Ketersediaan bahan baku industri masih terbatas;

6) Kemitraan antar pelaku usaha belum optimal..

h. Ketransmigrasian
Permasalahan utama adalah (1) Kesiapan tempat transmigran
tidak sesuai dengan yang diharapkan; (2) Kesiapan sumber daya
manusia yang dikirim menjadi transmigran

Anda mungkin juga menyukai