Rona Awal
Wilayah
Perencanaan
3.1. KONDISI FISIK DASAR
3.1.1. LETAK GEOGRAFIS
Secara geografis Kabupaten Jembrana merupakan pintu masuk maupun keluar pulau Bali, melalui
pelabuhan Gilimanuk. Angkutan barang, wisata, penumpang umum dan jasa dari Pulau Jawa akan
melewati Kabupaten Jembrana menuju ke Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Karangasem di
sebelah Utara, dan angkutan menuju Kabupaten Tabanan, Badung, Kota Denpasar, Kabupaten
Gianyar dan Kabupaten Klungkung di bagian selatan dan selanjutnya menuju penyeberangan Padang
Bai dengan tujuan Propinsi NTB.
Dengan demikian Jembrana merupakan jalur penghubung utama segala aktivitas antar kota-kota di
pulau Jawa dengan pulau Bali, NTB dan NTT melalui jalur darat. Secara keseluruhan luas wilayah
Kabupaten Jembrana adalah 841,80 Km atau 14,93 % dari luas Propinsi Bali, terluas kedua di bawah
Buleleng. Kabupaten Jembrana terletak pada belahan bagian barat Pulau Bali membujur dari barat ke
timur pada posisi 8 0930-8 2802 LS dan 114 2553- 114 5638 BT dengan luas wilayah Jembrana
84. 180 Ha atau 14,96% dari luas wilayah Pulau Bali.
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
1
2%
12%
1%
1%
6% 1%8%
18%
1%
7%
15%
16%
12%
Delod Berawah
Tegalcangkring
Penyaringan
Yeh Embang
Yeh Sumbul
Desa Perancak
Desa Medewi
Desa Pulukan
Desa Pekutatan
Gambar 3.1
Luas Desa/Kelurahan di Kawasan Perencanaan Tahun 2016
Kawasan Pariwisata Perancak adalah kawasan yang meliputi Desa Perancak, Desa Air Kuning, Desa
Yeh Kuning, Desa Delod Berawah, Kelurahan Tegalcangkring, Desa Penyaringan, Desa Yeh Embang
Kauh, Desa Yeh Embang, Desa Yeh Embang Kangin, Desa Yeh Sumbul, Desa Medewi, Desa
Pulukan, dan Desa Pekutatan.. Adapun batas-batas dari wilayah perencanaan adalah sebagai berikut:
Utara
Selatan
: Samudera Hindia
Timur
: Desa Pangyangan
Barat
: Kota Negara, Hutan Mangrove, Desa Mendoyo Dangin Tukad, dan Desa
Pergung.
Sesuai dengan Tabel 3.1 dan Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa luas Kawasan Perencanaan secara
keseluruhan adalah 29.007 Ha. Dengan luas terbesar terletak di Desa Penyaringan yaitu sebesar
5.112 Ha atau 18% dari total jumlah seluruh kawasan perencanaan , kemudian dilanjutkan oleh Desa
Yeh Embang Kangin dan Desa Yeh Embang Kangin dengan luas masing masing adalah 4.579 Ha
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
2
dan 4.579 Ha. Sementara Desa Delod Berawah merupakan Desa dengan luas yang paling kecil yaitu
sebesar, 269 Ha yang hanya 1% dari jumlah keseluruhan kawasan.
Tabel 3. 1 Luas Desa/Kelurahan, Desa Adat dan Banjar Dinas di Wilayah Perencanaan Tahun
2015
No
Desa/Kelurahan
Kecamatan Mendoyo
Delod Berawah
Tegalcangkring
Penyaringan
Luas (Ha)
Desa Adat
Banjar Dinas
269
2.234
5.112
2.031
3.549
4.579
4.280
1
2
3
4
2
2
1
2
6
13
7
7
5
6
374
271
421
1
1
5
3
4
677
3.548
2
1
6
3
1.662
29.007
21
71
3.1.2. TOPOGRAFI
Topografi wilayah Kabupaten Jembrana meliputi daerah pegunungan di bagian utara dan pendataran
(pantai) di bagian selatan yang berbatasan dengan Samudera Indonesia. Pada bagian tengah
merupakan daerah perkotaan. Ketinggian topografi bervariasi 1000 mdpl (bagian utara) sampai
1.0 (Pantai Selatan), dengan kemiringan rata-rata lahan sebagai berikut :
o Wilayah datar : 25,00 %
o wilayah landai : 10,16 %
o wilayah berbukit : 25,24 %
o wilayah curam : 39,60 %
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
3
Berdasarkan tingkat kemiringan lereng, wilayah Kabupaten Jembrana dapat di kelompokkan ke dalam
4 kelompok:
1. Wilayah dengan kemiringan lereng 0 2% (datar) seluas 210,47 Km2, tersebar diseluruh
kecamatan Kabupaten Jembrana dan kecamatan Negara. Kondisi tanah ini sangat
potensial dimanfaatkan untuk pemukiman.
2. Wilayah dengan kemiringan lereng 2 15% (landai) seluas 85,49 Km2, tersebar hampir di
seluruh kecamatan di Kabupaten Jembrana. Kondisi tanah seperti ini potensial
dimanfaatkan untuk berbagai jenis usaha, namun diperlukan usaha konversasi tanah dan
air.
3. Wilayah dengan kemiringan lereng 15 40% (bergelombang/berbukit) seluas 212,45 Km2,
terdapat diseluruh kecamatan di Kabupaten Jembrana. Penggunaan tanah dengan
kemiringan demikian cukup rawan dan kurang baik untuk budidaya tanaman pertanian,
namun perlu dikelola dengan pemilihan tanaman yang berfungsi sebagai konversasi.
Secara eksisting sebagian besar kawasan pada kemiringan ini merupakan kawasan yang
dikembangkan untuk hutan produksi dan hutan lindung.
4. Wilayah dengan kemiringan lereng >40% (curam sampai sangat curam) seluas 333,39
Km2, merupakan bagian terluas dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Jembrana.
Kondisi kelerengan seperti ini potensial terkenal erosi sehingga perlu diupayakan
pelestarian hutan lindung.
Secara umum bagian kawasan di sebelah selatan jalan Denpasar-Gilimanuk keadaaan topografinya
relatif datar dengan ketinggian 0-25 meter dari permukaan laut. Kemiringan tanahnya berkisar antara
0-5% mengarah ke selatan (pantai). Sedangkan di sebelah utara jalur jalan morfologinya
bergelombang dan berbukit, mulai dari perbukitan berelief halus sampai kasar.
Mendoyo dan di pantai Gilimanuk. Berdasarkan data peta geologi Kabupaten Jembrana (Purbo
Hadiwidjojo) dapat diketahui bahwa wilayah Kabupaten Jembrana terdiri dari lima jenis batuan
(Formasi Gamping Agung, Batuan Gunung Api Jembrana, Formasi Palasari, Formasi Alluvium,
Alluvium Formasi Sorga).
Berdasarkan peta jenis tanah Provinsi Bali, wilayah Kabupaten Jembrana terdiri dari beberapa jenis
tanah (Peta jenis tanah pada Gambar 3.4), yaitu:
Tanah Latosol Coklat dan Litosol (Inceptisol) yang dibentuk oleh bahan induk abu vulkanik
intermediet dengan kandungan bahan organik yang rendah sampai sedang dan PH berkisar
antara 4,5 - 5,5, tersebar paling luas terdapat di Kecamatan Mendoyo ( 25.985 ha), di
Kecamatan Melaya (16.319 ha) Kecamatan Negara dan Jembrana (14.130 ha) dan
Kecamatan Pekutatan (12.169 ha).
Tanah Alluvial Coklat Kelabu yang merupakan tanah endapan sungai dengan luas kurang lebih
10.750 Ha sebagian besar terdapat di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana (5.725
ha).
Tanah Alluvial Coklat Kelabu yang dibentuk oleh bahan induk batuan gamping dengan bentuk
morfologi bergelombang sampai berbukit bukit. Jenis tanah ini mendominasi wilayah
Kecamatan Melaya (1.878 ha)
Tanah Regosol Cokelat Kelabu dibentuk oleh induk vulkanik intermedier dengan bentuk
wilayah landai sampai berombak, tersebar di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana
seluas 772 ha dan di wilayah Kecamatan Mendoyo seluas
648 ha.
lempeng pasir dan pecahan karang terdapat di wilayah Kecamatan Negara dan Kecamatan
Jembrana khususnya di sepanjang wilayah pantai Selatan kurang lebih 1420 Ha.
Gunung yang terdapat di Kabupaten Jembrana berjumlah 17 buah termasuk gunung yang tidak aktif.
Dari jumlah tersebut Kecamatan Melaya mempunyai gunung paling banyak sehingga topografi di
Kecamatan Melaya termasuk berbukit-bukit. Dari 17 gunung yang di jumpai di Kabupaten Jembrana,
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
5
Gunung Merbuk merupakan gunung yang tertinggi (1.386 m dpl) terletak di Kecamatan Jembrana
disusul dengan Gunung Mesehe (1.300 m dpl) di Kecamatan Mendoyo, Gunung Bangul (1.253 m dpl)
di Kecamatan Negara dan Gunung Lesung (1.047 m dpl) di Kecamatan Mendoyo.
Sementara keadaan geologi di Kawasan Pariwisata Perancak adalah sebagai berikut :
Pasir, pasir lanau
Meliputi Perancak, Air Kuning dan Yeh Kuning. Permeabilitas cukup tinggi, erosi
permukaan kecil, sedimentasi cukup tinggi.
Batu pasir dan konglomerat
Wilayahnya meliputi sebelah timur Yeh Kuning sampai ke batas timur kawasan di pesisir
pantai. Permeabilitasnya sedang, erosi permukaan kecil sampai sedang, abrasi relatif
kecil.
Breksi
Meliputi seluruh wilayah pegunungan, permeabilitas tinggi, erosi permukaan sedang
sampai besar.
3.1.4. HIDROLOGI
Kabupaten Jembrana terdapat 17 sungai induk dan 20 anak sungai. Semua sungai-sungai ini
mempunyai arahan aliran dari Utara (pegunungan) ke muara sungai di bagian Selatan yaitu Samudra
Hindia. Masing-masing sungai mempunyai daerah tangkapan hujan (catchment area) yang berbedabeda. Sungai yang alirannya paling panjang adalah Tukad Bilukpoh sepanjang 29 km, dan terpendek
adalah Tukad Pangkung Belatung yang hanya 3,40 km. Sumber air yang ada di wilayah Kabupaten
Jembrana meliputi:
1. Air permukaan
2. Air tanah
3. Mata air
Berdasarkan karakteristik alirannya, sungai-sungai yang ada di wilayah Kabupaten Jembrana dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu sungai-sungai yang terletak di Bagian Barat dari wilayah
Kabupaten Jembrana (sebelah Barat Tukad Melaya), merupakan sungai-sungai yang hanya mengalir
pada musim hujan. Sedangkan kelompok sungai yang mengalir sepanjang tahun adalah sungaisungai yang terletak diantara Tukad Klatakan di sebelah Barat dan Tukad Pulukan di sebelah Timur,
PT. KENCANA ADHI KARMA
Page
6
LAPORAN PENDAHULUAN
umumnya sungai-sungai tersebut tetap mengalir pada musim kemarau walau debit airnya sangat
kecil. Nama-nama sungai dan panjang sungai per kecamatan di Kabupaten Jembrana dapat dilihat
pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Nama-Nama Sungai dan Panjangnya
Per Kecamatan di Kabupaten Jembrana Tahun 2010
Sungai
Panjang (M)
KECAMATAN MELAYA
1. Yeh Kelatakan
2. Tukad Nyangkrut
3.Tukad Melaya
4. Tukad Sanghyang Gede
5.Tukad Belatung
6.Tukad Sari Kuning
5.500
5.200
13.300
25.000
3.400
20.300
KECAMATAN NEGARA
1.Tukad Berangbang
2.Tukadaya
3.Tukad Kaliakah
4.Tukad Ijogading
5.Tukad Gayung
10.200
21.000
12.000
19.200
5.000
KECAMATAN JEMBRANA
1.Tukad Titis
2.Tukad Budeng
3.Tukad Susul
4.Pangkung Manistutu
5.Pangkung Dalem
9.000
24.600
8.200
5.000
7.100
Sungai
Panjang (M)
KECAMATAN MENDOYO
1.Tukad Mendoyo
2.Pangking Lubang
3.Tukad Petapan
4.Tukad Biluk Poh
5.Tukad Yeh Buah
6.Tukad Yehembang
7.Tukad Sekar Kejuala
8.Tukad Yeh Sumbul
9.Tukad Languan
10.Tukad Satang
7.500
17.000
18.500
29.000
10.000
23.300
12.000
24.000
8.600
18.000
KECAMATAN PEKUTATAN
1.Tukad Medewi
2.Pangkung Midan
3.Tukad Pulukan
4.Tukad Krang
5.Tukad Yeh Lebah
6.Tukad Pangyangan
7.Tukad Gumbrih
8.Tukad Pengeragoan
9.Yeh Leh
10.Pangkung Slepa
11.Pangkung Teng
22.000
9.000
22.200
6.500
10.800
12.400
4.000
12.000
17.200
6.000
9.800
Di samping air permukaan, sumber air lainnya adalah air tanah yaitu air yang bersumber dari bawah
tanah. Keadaan air tanah dari suatu daerah sangat dipengaruhi oleh keadaan geologi dari keadaan
tersebut. Berdasarkan peta hidrogeologi daerah Bali (Purbo Hadiwidjojo, 1971) kondisi air tanah dan
struktur geologi Kabupaten Jembrana dapat diuraikan sebagai berikut:
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
7
Daerah dengan formasi batuan yang terdiri dari endapan alluvial yang merupakan daerah rawarawa maka air tanahnya dipengaruhi oleh air laut
Daerah yang dibentuk oleh formasi batu gamping, batu pasir dan gampingan napal kandungan
airnya tanahnya sangat sedikit (2 5 1/dtk)
Daerah yang dibentuk oleh formasi Gunung Api Jembrana, lava dan breksi mempunyai
kandungan air tanah antara 2 5 1/dtk
Daerah-daerah yang jenis tanahnya dibentuk oleh formasi Palasari (konglomerat, batu pasir, batu
gamping dan terumbu) kandungan air tanahnya antara 5 10 1/dtk
Daerah-daerah yang jenis tanahnya dibentuk oleh formasi sorga (tufa, napal dan batu pasir)
kandungan air tanahnya bervariasi antara 20 40 1/dtk
Disamping air permukaan dan air tanah sumber air yang lain adalah mata air (spring). Kabupaten
Jembrana menurut data dari PU Provinsi Bali, terdapat 37 mata air dengan kapasitas 110 1/dtk. Mata
air tersebut sebagian besar tersebar di wilayah Kecamatan Mendoyo (14 buah) kemudian disusul oleh
Kecamatan Negara (10 buah), Kecamatan Melaya dan Kecamatan Pekutatan (6 buah).
Sungai
Di kawasan pariwisata Perancak terdapat cukup banyak sungai dan seluruhnya mengalir
sepanjang tahun, hanya saja pada musim kemarau debitnya menurun. Diantaranya terdapat 2
(dua) buah sungai, yaitu Sungai Yukad Bi Lokpoh dan Yeh Sumbul yang debit airnya cukup besar
pada waktu musim hujan, pada sungai tersebut cukup baik untuk olah raga rafting.
Air Tanah
Keberadaan air tanah di kawasan pariwisata Perancak adalah sebagai berikut :
o Dataran sedimen
Wilayanya meliputi Desa Perancak, Air Kuning, Yeh Kuning, Delod Berawah, bagian selatan
o
penyaringan. Air tanahnya tebal dan dangkal, yaitu 0-5 meter, kadungan air tanahnya 5 liter/detik.
Perbukitan berelief halus
Wilayahnya membentang barat-timur melalui bagian tengahkawasan Perancak, dan bagian pesisir
Yeh Sumbul Medewi dan Pulukan. Muka air tanahnya dangkal sampai sedang yaitu 3-7 meter.
Perbukitan berelief kasar
Wilayahnya meliputi seuruh bagian kawasan terutama daerah pegunungan, muka air tanahnya
dalam yaitu diatas 7 meter.
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
8
3.1.5. IKLIM
Kabupaten Jembrana mempunyai iklim tropis dengan pergantian musim yang jelas antara musim
terhujan dan musim kemarau masing-masing selama 5 dan 7 bulan setiap tahunnya. Curah hujan di
Kabupaten Jembrana hampir merata sepanjang
tahun dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dan September, sedangkan tertinggi
terjadi pada bulan April.
Kondisi curah hujan tersebut sangat mendukung pengembangan sector pertanian dalam arti luas.
Disamping didukung oleh curah hujan yang merata tersebut, juga ditinjau dari topografi rata-rata
ketinggian wilayah Kabupaten Jembrana 306,84 meter di atas permukaan laut dan dengan titik
tertinggi hanya 700 meter di atas permukaan laut, yaitu di Kecamatan Mendoyo. Kondisi ini sangat
mendukung pengembangan usaha di sektor pertanian dalam arti luas. Musim penghujan berkisar
antara bulan Nopember - Maret dan musim kemarau antara bulan April - Oktober. Temparatur ratarata di daerah ini berkisar antara 25,4 s/d 28,4 C.
Suhu udara rata-rata normal sebagai daerah tropis yaitu 27,2 C, dengan suhu maksimum 32,4 C
dan minimum 22 C. kelembaban udara rata-rata normalyaitu 75%. Curah hujannya diatas 100 mm
per tahun, sehingga kawasan pariwisata Perancak tergolong basah.
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
9
dan lainnya, dimana penggunaan lahan di kawasan pariwisata Perancak masih didominasi dengan
lahan perkebunan dan hutan.
Tabel 3. 2
Luas Lahan Menurut Penggunaanya dirinci Per- Desa Pada Tahun 2015
No
1
Desa/Keluraha
n
Sawa
h
Tegal/Huma
Kecamatan
Mendoyo
Delod Berawah
125
273
Tegalcangkring
694
Penyaringan
51
Yeh Embang Kauh
290
Yeh Embang
Yeh Embang
186
Kangin
217
Yeh Sumbul
Kecamatan Jembrana
Tambak
Lainnya
8,2
16,40
18,48
6,15
18,46
45
604
1044
1295
517
1087
2951
482
1456
36
127
190
107
134
2
32
-
42
121,00
167
128
122
10,25
7,18
434
714
3774
3160
79
96
3
-
88
94
Desa Perancak
50,00
89,00
103
94,00
17,00
0,00
66,00
75,00
77,00
10,00
18,00
40,00
Desa Yeh Kuning
Kecamatan Pekutatan
229,4
1
Desa Medewi
126,00
109,00
56,00
66,00
439,17
97,81
246
100,94
128,63
64,26
603,75
118,22
1889
110,53
264,01
160,41
5316
15045
105,67
1313
47
78,18
1334
Desa Pulukan
5,08
600,86
Desa Pekutatan
Total
2225
2010
Sumber : Kecamacatan Dalam Angka Tahun 2016
Penggunaan lahan di Wilayah Perencanaan berupa penggunaan lahan Tegal/Hutan dan Lainnya.
Pengunaan lahan di wilayah perencanaan masih didominasi oleh penggunaan lahan Hutan dengan
luas 15.045 Ha tersebar pada Desa Embang Kangin dengan luas 3.774 Ha, kemudian Desa Tegal
Cangkring dengan luas 1087,00 Ha yang masih didominasi oleh penggunaan lahan hutan, kemudian
dilanjutkan dengan Desa Sumbul dengan luas 3.160 Ha dan Desa Penyaringan dengan luas 2.951
Ha.
Sementara itu bila dilihat dari perkembangan permukiman, Desa Pulukan masih mendominasi dengan
luas pekarangan dengan luas 110,53 Ha, yang dilanjutkan oleh Desa Pekutatan dengan luas 105,67
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
10
Ha, kemudian Desa Medewi 100,94 Ha dan Desa Delod Berawah dengan luas pekarangan paling
rendah yang itu dengan luas 36 Ha.
5%
5%0%
8%
7%
Sawah
Tegal/Huma
Perkebunan
19%
Hutan
Pekarangan
Tambak
Lainnya
55%
Gambar 3. 2
Presentase Penggunaan Lahan di Wilayah Perencanaan
Banjir
Di Kabupaten Jembrana daerah yang menjadi langganan banjir terletak di daerah bagian pesisir
terutama yang di bagian hulu hutannya rusak. Sungai-sungai yang sering kebanjiran terutama pada
musim hujan terutama diakibatkan karena berkurangnya hutan akibat terjadinya perambahan hutan
yang tidak terkontrol terutama di daerah aliran sungai (DAS), seperti di Sungai Gumbrih dan sungaisungai lainnya yang di bagian hulu sudah mengalami kerusakan vegetasi.
Lokasi sering terjadi banjir di Kecamatan Pekutatan yaitu di Desa Pangyangan yang diakibatkan oleh
meluapnya sungai Yeh Lebah dan Lingkungan Koprahan yang luasnya
2 Hektar dan di
Kecamatan Negara mulai Kelurahan Baler Bale Agung, Kelurahan Lelateng, Kelurahan Loloan Barat,
dan di Desa Pengambengan yang diakibatkan oleh fungsi pembuangan air (drainase) kota yang
kurang baik.
B.
Tanah Longsor
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
11
Di Kabupaten Jembrana kawasan yang rawan terhadap bahaya Longsor/Erosi terutama di Desa
Berangbang Kecamatan Negara yang letak lokasinya di Dusun Pengajaran Kaler, dalam Kawasan
Hutan Lidung RPH Candikusuma yang luasnya yaitu sekitar 1 hektar, Desa Manggisari Kecamatan
Pekutatan lokasinya di permukiman penduduk yang luasnya sekitar 2 hektar dan di Desa
Yehsumbul Kecamatan Mendoyo yang lokasinya terdapat di Pangkung Languan Mekar, di
Pemukiman penduduk yang luasnya yaitu 3 hektar.
C.
Desa Candikusuma di
di
Kecamatan
pantai
di
Negara,
Kecamatan
Mendoyo yang diakibatkan oleh penambangan pasir laut illegal terletak di Desa Yehembang Kangin,
Banjar Sumbul, Desa Yehembang (Banjar Pasar), Desa Yehembang Kauh, di Kecamatan Pekutatan
terjadi abrasi pantai yaitu di daerah pantai Desa Pengeragoan dan pantai Desa Gumbrih, serta di
Kecamatan Jembrana yaitu di sekitar pantai Desa Yeh Kuning.
D.
Air Pasang
Posisi Kabupaten Jembrana yang merupakan bagian Barat dan Selatan dari pulau Bali
merupakan daerah yang berpotensi rawan tsunami. Desa di wilayah pesisir Kabupaten Jembrana
yang memiliki tingkat kerawanan tinggi adalah Desa Candikusuma, Kelurahan Gilimanuk, Desa
Melaya, Desa Nusa Sari, Desa Tuwed, Desa Air Kuning, Desa Banyubiru, Desa Budeng, Desa Cupel,
Desa Pengambengan, Desa Perancak, Desa Tegalbadeng Barat, Desa Tegalbadeng Timur, Desa Yeh
Kuning, Desa Delodberawah, Desa Penyaringan, Desa Yehembang, Desa Yehembang Kangin, Desa
Yehembang Kauh, Desa Gumbrih, Desa Medewi, Desa Pangyangan, Desa Pekutatan, Desa
Pengeragoan dan Desa Yehsumbul.
Page
12
Perencanaan suatu wilayah pada hakekatnya merupakan suatu upaya yang ditunjukkan untuk
mewadahi kegiatan penduduknya. Kependudukan merupakan salah satu komponen yang penting
dalam merencanakan suatu rencana kota. Dengan adanya kependudukan, maka perputaran arus
barang dan arus uang akan menjadi lebih hidup. Hal ini juga yang menjadikan perkembangan
kawasan menjadi lebih cepat. Hal tersebut menunjukkan bahwa kependudukan merupakan faktor
penentu dalam kegiatan perencanaan kawasan.
Perencanaan ruang yang dilakukan ini akan menempatkan penduduk sebagai faktor utama yang
diperhitungkan baik dalam jumlahnya maupun sebarannya. Untuk itu dalam analisis kependudukan ini
sangat penting untuk dapat diketahui besaran jumlah penduduk yang ada serta tingkat pertumbuhan
penduduk yang terjadi. Selain masalah jumlah dan tingkat pertumbuhan, penting untuk dianalisis juga
komposisi dan struktur penduduk yang ada khususnya dalam hal struktur ketenagakerjaan karena
akan sangat berpengaruh terhadap aspek pemanfaatan ruang kawasan.
Desa/Kelurahan
Kecamatan Mendoyo
Delod Berawah
Tegalcangkring
Penyaringan
Yeh Embang Kauh
Yeh Embang
Yeh Embang Kangin
LAPORAN PENDAHULUAN
Luas
Wilayah
(Km2)
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
269
2234
2058
6780
765
303
5112
8802
172
2031
3549
4579
4717
6753
3895
232
190
85
Page
13
No
Luas
Wilayah
(Km2)
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
Yeh Sumbul
Kecamatan Jembrana
Desa Perancak
Desa Air Kuning
Desa Yeh Kuning
Kecamatan Pekutatan
Desa Medewi
Desa Pulukan
4280
6316
159
374
271
421
3974
4209
2963
1063
1553
704
677
3548
4214
3870
622
109
Desa Pekutatan
1662
4950
298
Desa/Kelurahan
Total
29.007
Sumber : kecamatan Dalam Angka 2016
63.501
6.255
Jumlah penduduk laki laki dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan umumnya lebih dari 1
artinya jumlah penduduk laki- laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Daerah yang jumlah
penduduk perempuan lebih banyak adalah Desa Penyaringan sebanyak 4.520 Jiwa, kemudian Desa
Yeh Embang sebanyak 3.522 jiwa, sedangkan Desa paling sedikit adalah Desa Delod Berawah 1040
Jiwa.
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
14
2498
Desa Pekutatan
1917
Desa Pulukan
2160
Desa Medewi
1459
2128
1993
Desa Perancak
3191
Yeh Sumbul
Laki - Laki
Perempuan
1971
3522
Yeh Embang
2435
4520
Penyaringan
3405
Tegalcangkring
1040
Delod Berawah
0
500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
Gambar 3.2
Diagram Komposisi Penduduk Laki laki dan Perempuan
di Wilayah Perencanaan Tahun 2016
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
15
31.262 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 32.239 jiwa dengan sex ratio rata
rata adalah adalah 1 yang berarti bahwa rasio antara jumlah laki-laki dan perempuan masih seimbang
1 orang laki-laki berbanding 1 orang perempuan.
No
Desa/Kelurahan
Kecamatan Mendoyo
Delod Berawah
152
Tegalcangkring
608
Penyaringan
1504
328
Yeh Embang Kauh
Yeh Embang
903
Yeh Embang Kangin 314
Yeh Sumbul
725
Kecamatan Jembrana
Desa Perancak
574
Desa Air Kuning
1607
Desa Yeh Kuning
293
Kecamatan Pekutatan
Desa Medewi
1200
Desa Pulukan
1150
Desa Pekutatan
1060
Total
10.418
Sumber : kecamatan Dalam Angka 2016
LAPORAN PENDAHULUAN
Belu
m
Tam
at
SD
Belum
Tamat
SD
Tama
t SD
Tama
t
SMP
Tamat
SMA
Tamat
Akadem
i/
Universi
tas
8
16
18
6
18
10
7
187
819
965
440
744
387
679
577
1435
2362
1167
1318
1043
1302
631
2016
2086
1310
2133
1230
2306
356
1600
1322
1263
1230
739
1049
155
292
463
209
425
182
255
3974
66
126
410
269
315
2890
2281
2439
493
437
448
282
292
261
56
23
33
439
604
601
1336
1434
1804
914
606
824
401
280
102
315
304
970
69
115
216
19.158
13.873
5.895
9.789
Page
16
9.983
2.493
Dari Tabel 3.4 dan Gambar 3.4 dapat dijelaskan bahwa penduduk dengan tamatan SD lebih
mendominasi di Kawasan Perencanaan. Selain itu, jumlah penduduk dengan tamatan SMP di
Kawasan Perencanaan berada pada tingkatan ke 2 (dua) terbesar, sebanyak 13.873 Jiwa. Sedangkan
penduduk dengan tamatan Akademi/Universitas masih rendah yaitu sebanyak 2.493 Jiwa di Kawasan
Perencanaan
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Gambar 3.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di
Kawasan Perencanaan Pada Tahun 2015
Page
17
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Islam
Hindu
Gambar 3.5
Diagram Jumlah Pemeluk Agama
di Kawasan Perencanaan Pada Tahun 2015
bermata pencaharian di Sektor Perkebunan berada pada urutan berikutnya dengan jumlah 5.936
jiwa, penduduk yang bermata pencaharian dalam sektor listrik dan air minum adalah yang paling
terkecil yaitu sebesar 49 jiwa.
Selain itu penduduk di Kawasan Perencanaan yang bermatapecaharian pada sektor , Peternakan
juga masih masuk dalam kategori tinggi yang paling banyak terdapat di Desa Penyaringan, selain itu
sektor Perikanan juga terdapat di Kawasan Perencanaan tepatnya di Desa Perancak dan Desa
Medewi yang berada pada pesisir pantai.
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
18
Desa Pekutatan
Desa Pulukan
Desa Medewi
Desa Yeh Kuning
Pertanian Tanaman Pangan
Pertanian Peternakan
Pertanian Perikanan
Desa Perancak
Perkebunan
Perdagangan
Industri
Yeh Sumbul
Pertambangan dan
Penggalian
Yeh Embang
200
400
600
Gambar 3.7
Jumlah penduduk Berdasarkan Sumber Mata Pencaharian
di Kawasan Perencanaan Pada Tahun 2015
3.2.7.MOBILISASI PENDUDUK
Perbandingan mutasi penduduk yang datang dan pindah di Kawasan Perencanaan adalah 494 Jiwa
datang dan 565 jiwa pindah. Sedangkan perbandingan mutasi penduduk yang lahir dan mati di
Kawasan Perencanaan adalah 638 Jiwa lahir dan 416 jiwa mati. Dilihat dari data statistik tersebut,
PT. KENCANA ADHI KARMA
Page
19
LAPORAN PENDAHULUAN
mutasi penduduk buatan (datang dan pergi) lebih banyak dibandingkan dari angka mutasi penduduk
alami (lahir dan mati), dimana angkan kematian yang cukup besar menunjukkan bahwa tingkat
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Lahir
Mati
Datang
Pindah
Gambar 3.8
Mutasi Penduduk Dirinci menurut Jenisnya
di Kawasan Perencanaan Pada Tahun 2016
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
20
3.3.1
Nilai Budaya
Nilai-nilai luhur budaya Bali, yaitu hal-hal yang dianggap baik dan berharga dalam kehidupan
masyarakat dan kebudayaan mencakup satu rentangan unsur-unsur abstrak (intangible culture, unsur
budaya tak benda) yang antara lain terdiri dari:
1) Unsur Filosofis
Merupakan unsur yang paling dasar dan paling abstrak, berisi hakekat dan kebenaran dasar.
2) Unsur Nilai
Merupakan unsur dasar tentang hal-hal berharga dalam kehidupan, umumnya sebagai
representation collective.
3) Unsur Konsep
Merupakan unsur yang lebih instrumental dan lebih dekat ke tataran implementatif.
4) Unsur Norma dan Aturan
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
21
Merupakan unsur yang terkait dengan kehidupan nyata sehari-hari dan bernilai praksis.
Dalam nilai budaya Bali terdapat konsep Bhuana Agung (makrokosmos) dan Bhuana Alit
(mikrokosmos), yang selalu dijaga keselarasan keduanya. Dari dua konsep inilah diturunkan menjadi
suatu pendekatan dalam tata ruang yang kemudian memberikan pengertian adanya jiwa dalam
penataan ruang di Bali yang dikenal dengan konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari unsur jiwa,
tenaga dan fisik atau nisa dikaitkan dengan Parahyangan (hubungan antara Sang Maha Agung
dengan Manusia), Pawongan (hubungan sesama manusia), dan Palemahan (hubungan antara
manusia dan alam). Landasan sistem nilai terdapat tata ruang memberikan penekanan pada makna,
dalam konteks penataan ruang yang berbudaya, secara taksonomi dibedakan atas dasar dan nilai
instrumental.
1. Nilai Dasar, yang mencakup nilai religius, nilai estetis, nilai solidaritas (gotongroyong) dan nilai
keseimbangan.
2. Nilai instrumental, yang mencakup seperangkat sistem nilai yang mendukung dinamika adaptif
(supel-luwes-dinamis) dan fleksibel sesuai dengan adigium desa, kala, dan patra.
Landasan struktural tata ruang memberikan penekanan pada pola keteraturan tata ruang baik secara
vertikal maupun horizontal. Dalam kebudayaan Bali, satu struktur disamping mencerminkan adanya
keterbukaan yang dinamis.
Konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan struktur ruang antara lain:
1. Konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari Parahyangan (Tuhan, yang berkaitan dengan tempat
ibadah/tempat suci); Pawongan (Manusia, tempat aktivitas masyarakat) serta Palemahan
(Lingkungan).
2. Konsep Rwa Bhineda memberikan orientasi (Luan-Teben, Kaja-Kelod) dan juga Laxokeromi
(Sakral-Profan, Baik-Buruk).
3. Konsep Tri Bhuwana dan Tri Angga memberikan orientasi vertikal Bhur-Bhwah-Swah dan Uttama,
Madhyama, Kanishta
4. Pola Tri Mandala yang memberikan orientasi horizontal Uttama-Madhyama-Kanishta
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
22
5. Konsep Nawa Sanga dan Padma Bhuwana memberikan kekuatan dan simbol pada struktur yang
menggambarkan adanya pola struktur dan keterikatan antara komponen struktur.
6. Konsep Dinamika yaitu struktur dalam kebudayaan Bali yang berkaitan dengan ruang, diartikan
selain memiliki pola dan keteraturan, juga memiliki sifat supel, luwes dan dinamis.
Arah orientasi ruang dalam skala wilayah yang lebih luas dan berkeseimbangan secara keseluruhan
dalam propinsi Bali, dengan konsep arah orientasi yang berdasarkan mata angin (pengide-ider) yang
bersifat universal, dan yang berdasarkan konsep segara-gunung yang bersifat lokal. Sumbu ritual
timur-barat (surya-sewana) berorientasi ke arah matahari terbit dan terbenamnya matahari, dimana
orientasi timur tempat matahari terbit lebih utama dari barat. Sumber yang kedua adalah konsep
sumbu natural spiritual Kaja-Kelod yang dikaitkan dengan arah orientasi kepada gunung dan lautan
(Nyegara gunung, Segara-wukir), luan-teben, sekala-niskala, suci-tidak suci dan sebagainya. Segala
sesuatu yang dikategorikan bersifat suci dan bernilai sakral akan menempati letak di baian Kaja
(utara) mengarah ke gunung seperti: letak pura, arah sembahyang, arah tidur dan sebagainya.
Sebaiknya, segala sesuatu yang dikategorikan kurang suci dan bernilai profan, akan menempati letak
bagian
kelod
(selatan),
seperti:
letak
kuburan,
letak
kandang,
tempat
pembuangan
sampah/kotoran,dan sebagainya bagi mereka yang tinggal di bagian Bali Selatan dan kelod berarti
utara. Perbedaan ini tidak saja terbatas pada penunjukkan arah, tetapi juga dalam beberapa aspek
kehidupan.
Pada bagian tengah Pulau Bali dari timur ke barat terbentang pegunungan/perbukitan dengan
puncak-puncaknya antara lain: Gunung Agung, Bunung Batur, Gunung Batukaru, yang menurut
konsep di atas merupakan arah orientasi sumbu natural spiritual yang utama dari aktifitas kehidupan
masyarakat Bali. Manifestasi atau kekuatan-kekuatan Tuhan (siwa) dalam mata angin (pengider-ider)
yang mengambil posisi dik widik, mendasari konsep dewata nawa sanga dan dijabarkan lagi menjadi
konsep eka dasa rudra. Konsep ini, di samping mendasari sumbu yang bersifat universal juga
mendasari pola ruang sanga mandala. Sedangkan posisi gunung-laut, di samping mendasari sumbu
linier kaja-kelod, juga mendasari pola ruang tri mandala. Dari dasar pola ruang tri mandala, dapat
dijabarkan juga menjadi pola ruang sangga mandala dengan memasukkan faktor terbit matahari
sebagai orientasi nilai utama sebagai pembagi masing-masing mandala dalam tri mandala menjadi
tiga bagian. Pola sanga mandala yang lain didasarkan atas konsep, pengider-ider/ dewata nawa
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
23
sanga. Dalam pola sanga mandala jenis ini maka mandala di tengah (madyaning madya) menjadi
paling utama dan menjadi pusat orientasi.
Untuk lebih memahami konsep landasan budaya dengan tata ruang di Kabupaten Jembrana dapat
dilihat pada Gambar 3.11 berikut ini.Secara umum, konsep tata ruang tradisional Bali, orientasi
sangat menentukan pnataan zoning baik lingkungan rumah banjar maupun lingkungan desa. Orientasi
tradisional merupakan orientasi ruang yang dibentuk oleh tiga sumbu yaitu:
1. Sumbu Religi, berorientasi pada lintasan terbit dan terbenamnya matahari dengan arah kangin
sebagai nilai utama (arah terbitnya matahari) dan arah kauh sebagai nilai nista (arah
terbenamnya matahari), sedangkan nilai Madya ada di tengahnya.
2. Sumbu Bumi, berorientasi pada gunung dan laut. Gunung sebagai arah kaja (utara) bagi
masyarakat Bali bagian selatan bernilai Utama dan laut atau arah kelod bernilai Nista sedangkan
bagi masyarakat Bali utara Kelod adalah ke selatan karena pegunungan ada di tengah-tengah
pulau Bali. Arah kelod adalah arah yang menuju ke laut, ke utara di Bali utara dan ke selatan di
Bali selatan. Nilai utara ada di arah gunung atau kaja sedangkan nilai nista ada di daerah laut
atau kelod, dengan Madya ada di tengahnya.
3. Sumbu Kosmos, merupakan varian dari sumbu religi dan sumbu kosmos, mempunyai pengertian
menek (naik) dana Tuwun (turun), dengan tiga tingkatan tata nilai yang menek (utama), tengah
(Madya) dan tuwun (nista).
Sistim orientasi sumbu dan pola ruang wilayah dan pola permukiman tradisional Bali disajikan pada
Gambar 3.9 dan Gambar 3.10 berikut. Ada tiga pola tata ruang permukiman tradisional religius Bali,
yaitu :
1. Pola Perempatan Agung, Pola ini terbentuk dari perpotongan sumbu Kaja dan Kelod (ke gunung
dan ke laut) dan sumbu Kangin dan Kauh (arah terbit dan tenggelam matahari). Berdasarkan
konsep sembilan mata angin (Nawa Sanga) maka daerah timur (kaja-Kangin) yang mengarah ke
Gunung Agung diperuntukkan bagi bagian suci (Pura Desa). Pura yang berkaitan dengan
kematian (Pura Dalem) dan kuburan desa berada di Barat daya yang mengarah ke laut (kelodkauh) sedangkan permukiman berada di antara Pura Desa dan Pura Dalem.
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
24
Gambar. 3.9
Konsep Landasan Budaya dan Tata Ruang
2. Pola Linier, pola ini, konsep sembilan pendaerahan (Nawa Sanga) tidak banyak berperan.
Orientasi kosmologi lebih didomonasi oleh arah gunung dan laut (kaja-Kelod) dan sumbu terbit
dan tenggelamnya matahari (kangin-kauh). Bagian ujung utara (kaja) suatu permukiman,
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
25
dperuntukkan bagi Pura Desa, dan di ujung selatan (kelod) diperuntukkan bagi kuburan (Pura
Dalem). Di antara batas desa utara dan selatan tersebut merupakan permukiman penduduk dan
fasilitas umum berupa Bale Banjar dan Pasar. Pada umumnya pola linier ini terdapat di desa-desa
pegunungan.
3. Pola Kombinasi, merupakan perpaduan antara pola linier dengan pola perempatan agung. Pola
3.3.2
Sistem Kemasyarakatan
Kondisi alam seperti itu disertai pula oleh sedikit perbedaan antara penduduk pegunungan dengan
dataran rendah. Dimana penduduk dataran tinggi jumlahnya lebih sedikit dan agak terpengaruh oleh
kebudayaan luar, di samping bahasanya yang memang sedikit berbeda dengan bahasa orang Bali
pada umumnya. Kelompok masyarakat di pegunungan ini lebih suka disebut sebagai orang Aga atau
Bali Aga. Untuk membedakannya maka orang Bali yang lebih terpengaruh oleh agama Hindu disebut
sebagai orang Bali Hindu.
Jumlah populasi suku bangsa Bali secara keseluruhan pada tahun 1982 adalah sekitar 2,6 juta jiwa.
Orang Bali Hindu tersebar hampir di seluruh dataran Bali. Bahasanya sendiri terbagi dalam beberapa
dialek, yaitu: dialek Buleleng, Karangasem, Klungkung, Bangli, Gianyar, Badung, Tabanan dan
Jembrana. Bahasa Bali Hindu mengenal tiga tingkatan pemakaian bahasa, yaitu bahasa Alus, Lumrah
(Madya) dan Bahasa Bali Kasar, berbeda dengan bahasa Bali Aga yang hampir tidak mengenal
tingkatan seperti itu.
Akan tetapi sekarang bahasa Bali Alus digunakan secara resmi oleh hampir semua golongan dalam
pergaulan di daerah Bali sendiri.Sistem garis keturunan dan hubungan kekerabatan orang Bali
berpegang kepada prinsip patrilineal (purusa) yang amat dipengaruhi oleh sistem keluarga luar
patrilineal yang mereka sebut dadia dan sistem pelapisan sosial yang disebut wangsa (kasta).
Sehingga mereka terikat ke dalam perkawinan yang bersifat endogami dadaia dan atau endogami
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
26
wangsa. Orang-orang yang masih satu kelas (tunggal kawitan, tunggal dadia dan tunggal sanggah)
sama-sama tinggi tingkatannya.
Masyarakat Bali Hindu memang terbagi ke dalam pelapisan sosial yang dipengaruhi oleh sistem nilai
yang tiga, yaitu utama, madya dan nista. Kasta utama atau tertinggi adalah golongan Brahmana,
kasta Madya adalah golongan Ksatrya dan kasta Nista adalah golongan Waisya. Selain itu masih ada
golongan yang dianggap paling rendah atau tidak berkasta yaitu golongan Sudra, sering juga mereka
disebut jaba wangsa (tidak berkasta). Dari kekuatan sosial kekerabatannya dapat pula dibedakan
atas klen pande, pasek, bugangga dan sebagainya.
Gambar 3.10
Sistem Orientasi Sumbu dan Pola Ruang Wilayah
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
27
Gambar 3.11
Pola Permukiman Tradisional Bali
Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali sehari-hari hampir semuanya dipengaruhi oleh keyakinan
mereka kepada agama Hindu Darma yang mereka anut sejak beberapa abad yang lalu. Oleh karena
itu studi tentang masyarakat dan kebudayaan Bali tidak bisa dilepaskan dari pengaruh sistem religi
Hindu. Agama Hindu Darma atau Hindu Jawa yang mereka anut mempercayai Tuhan Yang Maha Esa
dalam konsep Tri Murti, yaitu Tuhan yang mempunyai tiga wujud: Brahma (Pencipta), Wisnu
(Pelindung) dan Syiwa (Pelebur Segala yang Ada). Selain itu ada pula beberapa tokoh Dewa yang
lebih rendah. Semuanya perlu di hormati dengan mengadakan upacara dan sesajian. Mereka juga
menganggap penting konsepsi tentang Roh abadi yang disebut Athman, adanya buah setiap
perbuatan (karmapal), kelahiran kembali sang jiwa (purnabawa) dan kebebasan jiwa dari kelahiran
kembali (moksa). Dalam menyelenggarakan pemakaman anggota keluarga orang Bali selalu
melaksanakan tiga tahapan upacara kematian. Pertama, upacara pembakaran mayat (ngaben),
kedua, upacara penyucian (nyekah) dan ketiga, upacara ngelinggihang. Ajaran-ajaran di agama Hindu
Darma itu termaktub dalam kitab suci yang disebut Weda.
Pola perkampungan/permukiman orang Bali dari segi strukturnya dibedakan atas dua jenis, yaitu
meliputi:
1. Pertama, pola perkampungan mengelompok padat, pola ini terutama terdapat pada desa-desa di
Bali bagian pegunungan. Pola perkampungan di desa-desa ini bersifat memusat dengan
PT. KENCANA ADHI KARMA
Page
28
LAPORAN PENDAHULUAN
kedudukan desa adat amat penting dan sentral dalam berbagai segi kehidupan warga desa
tersebut.
2. Kedua, pola perkampungan menyebar, pola ini terutama terdapat pada desa-desa di Bali dataran,
dimana baik wilayah maupun jumlah warga desa disini jauh lebih luas dan lebih besar dari desadesa pegunungan. Desa-desa di Bali dataran yang menunjukkan pola menyebar terbagi lagi
dalam kesatuan-kesatuan sosial yang lebih kecil yang disebut Banjar. Banjar disini pada
hakekatnya adalah juga suatu kesatuan wilayah dan merupakan bagian dari suatu desa dengan
memiliki kesatuan wilayah, ikatan wilayah, ikatan pemujaan, serta perasaan cinta dan
kebanggaan tersendiri.
Tata kehidupan masyarakat Bali khususnya di Kabupaten Jembrana, secara umum terbagi menjadi
dua, yaitu:
1. Sistem kekerabatan yang terbentuk menurut adat yang berlaku, dan dipengaruhi oleh adanya
klen-klen keluarga; seperti kelompok kekerabatan disebut Dadia (keturunan), pekurenan,
kelompok kekerabatan yang terbentuk sebagai akibat adanya perkawinan dari anak-anak yang
berasal dari suatu keluarga inti.
2. Sistem kemasyarakatan merupakan kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan
wilayah/ territorial administrasi (perbekelan/kelurahan) yang pada umumnya terpecah lagi menjadi
kesatuan sosial yang lebih kecil yaitu banjar dan teritorial adat, yang mengatur hal-hal yang
bersifat keagamaan, adat dan masyarakat lainnya.
Dari sistem kemasyarakatan yang ada ini maka warga desa bisa masuk menjadi dua keanggotaan
warga desa atau satu yaitu: sistem pemerintahan desa dinas sebagai wilayah administratif dan desa
pakraman. Dari kehidupan masyarakat setempat terdapat pula kelompok-kelompok adat.
3.3.3
Sistem Pemerintahan
1) Desa Adat
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
29
Kegiatan yang dilakukan dalam desa adat meliputi bidang adat dan keagamaan, dimana suatu desa
adat di Bali memiliki aturan adat tersendiri yang di tuangkan dalam awig-awig desa. Dari segi
pemerintahan adat, masing-masing desa adat bersifat otonomi, dalam arti setiap desa adat
mempunyai aturan tesendiri yang hanya berlaku bagi warga desa/banjar yang bersangkutan, yang
sama sekali terlepas dari sistem pemerintahan Republik Indonesia. Walau demikian aturan-aturan
yang tertuang dalam awig-awig sama sekali tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku baik di
tingkat nasional maupun daerah. Batas wilayah geografis suatu desa adat adalah sama dengan batas
pemerintahan adat yang secara fisik ditentukan oleh batas alam seperti sawah, sungai, bukit, gunung,
garis pantai, lautan jalan dan sebagainya.
Setiap desa adat atau lebih dikenal dengan istilah desa pakraman masih memegang falsafah hidup
yang berdasarkan pada ajaran agama Hindu, dan masih tetap berpegang pada konsep Tri Hita
Karana, Tat Twan Asi dan Desa Kala Patra.
Anggota desa adat dinamakan sebagai Krama Adat atau sering disebut Krama Desa. Namun ada juga
di beberapa tempat krama tersebut di golongkan lagi menurut status pribadi dan perkawinannya, utuh
atau duda. Prajuru Desa Adat merupakan perangkat desa adat yang berfungsi untuk senantiasa
menjaga kesuciaan dan keselarasan serta keserasian kehidupan dalam desa adat dengan menjaga
ketertiban, keamanan dalam arti yang dinamis bersama-sama segenap anggota masyarakat adatnya,
guna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin. Dalam melaksanakan tugasnya,
Prajuru desa adat berpegang kepada aturan-aturan yang ditentukan dalam awig-awig yang
didalamnya memiliki satua-satuan Kahyangan Tiga. Secara garis besar awig-awig mengatur
hubungan anggota masyarakat adat dalam keyakinannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa/Sang
Hyang Widhi Wasa, hubungan antar sesama anggota masyarakat adat dan hubungan anggota
masyarakat dengan wilayah dan lingkungannya.
Secara umum jabatan-jabatan dalam Prajuru Desa Adat adalah sebagai berikut:
a. Bendesa Adat atau Kelian Adat sebagai kepala desa adat.
b. Petajuk Bendesa sebagai wakilnya
c. Penyarikan sebagai juru tulis
d. Sinoman atau Kesinoman sebagai juru arah
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
30
e. Jero Mangku, Mangku Desa atau Jero Gede untuk jabatan Pimpinan pelaksana upacara di Pura
Kahyangan Desa.
f.
Pekaseh atau Kelian Subak untuk jabatan yang mengurusi pengairan subak.
Semua aturan-aturan/awig-awig yang berlaku pada suatu desa adat berpegang teguh pada falsafah
ini yang merupakan suatu konsepsi keseimbangan antara manusia, Tuhan Yang Maha Esa/Sang
Hyang Widhi Wasa dan alam lingkungannya, karena Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta telah
menciptakan manusia beserta alam/ bumi yang mengandung segala sumber potensi kebutuhan hidup
bagi manusia. Tri Hita Karana sebagai pola dasar keorganisasin Desa Adat dalam mewujudkan hal
sebagai berikut:
a. Unsur Sang Hyang Widhi Wasa
Dengan konsep Tri Murti yaitu: Bhrahma, Wisnhu, dan Siwa merupakan manifesatasi Tuhan Yang
Maha Esa sebagai Maha Pencipta, Maha Pemelihara dan Maha Pelebur. Dalam Desa Adat
dicerminkan dalam Tri Kahyangan (Kahyangan/Pura Puseh, Pura Desa/Bale Agung, dan Pura
Dalem).
b. Unsur Manusia
Krama Adat terorganisir secara tertib dengan pimpinan para prajuru adat. Falsafat Tat Twam Asi
merupakan dasar kehidupan Krama Adat yang lebih mengutamakan keputusan umum dan
menyelaraskan kepentingan pribadi dalam hubungannya dengan kepentingan krama adatnya.
c. Unsur Alam
Wujudnya adalah palemahan atau wilayah desa adat dengan batas-batasnya yang definitif yang
dikukuhkan dengan suatu upacara tertentu. Palemahan desa adat meliputi luas wilayah Asengker
kekuasaan Pura Bale Agung.
2) Desa Dinas
Lingkup kegiatan desa dinas berfungsi pada bidang administrasi kepemerintahan formal atau
kedinasan serta bidang pembangunan umum. Secara struktural pemerintahan desa dinas terkait
langsung dengan sistem pemerintah Republik Indonesia. Dalam kaitannya dengan wilayah desa adat,
terdapat pola hubungan wilayah yaitu:
a. Satu desa dinas bisa mencakup beberapa desa adat
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
31
Tabel 3.12
Keadaan Perwilayahan dan Jumlah Desa Pekraman, Banjar Adat dan Banjar Dinas Menurut Desa di
Wilayah Kawasan Perkotaan Negara
No
A.
1.
Desa Dinas
Desa Adat
KECAMATAN NEGARA
Baler
Bale Desa Pakraman Baler Bale Agung
Agung
-
Banjar Tengah
Lelateng
4.
Lolan Barat
Desa Pakraman
KECAMATAN JEMBRANA
Pendem
Desa Pakraman
Dauh Waru
Desa Pakraman Dauhwaru -
5.
6.
7.
Batuagung
Desa Pakraman
Batuagung
8.
Dangin
Tukadaya
Desa Pakraman
Dangintukadaya
LAPORAN PENDAHULUAN
Banjar Dinas
2.
3.
B.
Desa Pakraman
Desa Pakraman Lelateng
Banjar Adat
Page
32
9.
Sangkar Agung
Desa Pakraman
Sangkaragung
10.
Budeng
11.
Loloan Timur
Desa Pakraman
3.3.4
Sistem Kelembagaan
1) Pemerintah
Lembaga pemerintahan memiliki peranan yang sangat penting, strategis dan selalu berada pada
jajaran paling depan sebagai pelaksana pembangunan. Pemerintah Kabupaten Gianyar mempunyai
tugas, wewenang dan tanggung jawab di bidang pemerintahan dan pembangunan dalam upaya
mencapai tujuan-tujuan nasional di lingkungan wilayahnya.
Pemerintah Kabupaten
2) Banjar
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
33
Merupakan suatu kelompok sosial atau komunitas berdasarkan kesatuan wilayah. Seperti telah
disinggung sebelumnya suatu banjar dipimpin oleh Kelian Banjar dan pembantunya/wakilnya disebut
Sinoman. Organisasi ini merupakan perkumpulan masyarakat yang mengatur hal-hal yang bersifat
upacara keagamaan, adat istiadat serta masalah kemasyarakatan lainnya. Sebagai tempat pusat
aktivitasnya, berupa sebuah bangunan yang disebut Bale Banjar. Bangunan ini mempunyai multi
fungsi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa banjar adalah suatu organisasi penggerak aktivitas
masyarakat.
Sesuai dengan fungsinya, banjar dapat dibedakan menjadi dua:
1. Banjar Adat, fungsinya terfokus dalam bidang adat dan agama, serta secara struktural menjadi
bagian dari Desa Adat.
2. Banjar Dinas, fungsinya terfokus dalam bidang administrasi, serta secara struktural menjadi
bagian dari Desa Dinas.
3) Subak
Suatu masyarakat hukum adat yang bersifat sosio-agraris religius yang sercara historis tumbuh da
berkembang sebagai suatu organisasi dibidang tata guna air di tingkat usahatani (Peraturan
Pemerintah No. 23 tahun 1982 tentang Irigasi). Anggota organisasi subak ini adalah para pemilik atau
penggarap sawah yang menerima air irigasi dari bendung-bendung. Organisasi ini tidak hanya
mengatur pembagian air irigasi secara adil, tetapi juga memiliki program untuk meningkatkan
penyuluhan pertanian untuk menyampaikan semua informasi yang berkaitan dengan tata cara
pertanian yang baik. Selain berkenaan dengan pengaturan air, Subak juga bersifat keagamaan
terutama dalam mengkonsepsikan dan mengaktifkan upacara-upacara pada Pura Subak. Subak
mempunyai 2 jenis, yaitu Subak Yeh, yaitu sistem pengairan untuk persawahan dan Subak Abian,
yaitu sistem pengairan untuk perkebunan.
4) Sekaa
Organisasi yang menghimpun anggotanya dari profesi/cenderung mengarah pada tujuan yang sama
seperti Sekaa Jaring, Sekaa Manyi (perkumpulan menuai), Sekaa Memula (perkumpulan menanam),
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
34
Sekaa Truna Truni (perkumpulan para pemuda) dan Sekaa Daha (perkumpulan gadis-gadis). Sekaa
ini berfungsi untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan desa dan didirikan dengan
waktu yang lama. Ada pula Sekaa yang bersifat permanen keanggotaannya diwariskan melalui
beberapa generasi turun temurun. Di masa lalu, Sekaa pada umumnya terlepas dari organisasi banjar
dan didirikan atas dasar kebutuhan. Namun kini banyak Sekaa sudah bernaung di bawah banjar.
Selain sekaa tersebut di atas juga ada sekaa yang tujuannya bersifat hiburan sepeti Sekaa Gong
(perkumpulan gamelan Bali, Sekaa Drama (perkumpulan seni drama) dan lainnya.
Merupakan satu-satunya organisasi/lembaga adat yang menghimpun Desa Pakraman di Bali. Dasar
hukum berdirinya lembaga adat ini adalah Peraturan Daerah No. 3 tahun 2001 tentang Desa
Pakraman. Organisasi ini berdiri pada tanggal 27 Februari 2004.
Adapun tugas dari Majelis Desa Pakraman adalah:
1. Mengayomi Adat
2. Memberikan
saran
usul
dan
pendapat
kepada
berbagai
pihak
baik
perorangan,
3.3.5
Wilayah Suci/Sakral
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
35
Daya dukung sosial tata ruang dimaksudkan sebagai kemampuan tata ruang yang ada untuk
menampung segala aktivitas sosial budaya yang berlangsung, dengan kata lain tata ruang harus
mampu menampung semua aktivitas sosial budaya masyarakat. Termasuk kemampuan dalam
mendukung aktivitas hubungan sosial, interaksi sosial, kontrak sosial, serta aktivitas kelembagaan
sosial yang berkembang serta aktivitas keagamaan.
Kegiatan budaya di wilayah perencanaan adalah sangat beragam sesuai dengan karakter dan tradisi
wilayah masing-masing. Kegiatan budaya tersebut serta kaitannya dengan berbagai adat istiadat
setempat (desa mawacara) dengan landasan Catur Dresta, yang terdiri dari Purwa Dresta, Loka
Dresta dan Sastra Drestanya. Sebagian besar upacara adat yang dilakukan di Bali membutuhkan
tempat. Maka dari itu dalam perencanaan tata ruang dilakukan pula perencanaan jalur prosesi.
2) Wilayah Suci
Merupakan suatu wilayah yang dilengkapi bangunan suci maupun wilayah pendukung kegiatan pada
bangunan suci tersebut yang telah mendapatkan upacara bhumi sudha yaitu upacara untuk menarik
kekuatan Ida Sanghyang Widhi dan menghilangkan segala kekotoran secara spiritual terhadap
wilayah/ kawasan suci tersebut, seperti: danau, hutan, laba pura, mata air suci (beji), sungai, jurang,
ngarai atau pertemuan sungai (Campuhan), pantai, setra dan perempatan agung.
Ukuran dari suatu kesucian adalah sangat relatif dan sulit ditentukan, namun Parisada Hindu Dharma
Indonesia Pusat (PHDIP) telah menetapkan batas suci suatu daerah yang terdapat dalam Bhisama
PHDIP No. 11/ Kep/ I/PHDIP/1994 tentang Kesucian Pura. Diterangkan bahwa tempat suci adalah
suatu tempat yang berwujud bangunan suci umat Hindu (Pura Kahyangan) yang antara lain terdiri dari
Kahyangan Tiga, Dhang Kahyangan, Kahyangan Jagad, Sad Kahyangan dan sebagainya, di mana
kawasan radius kesucian Pura (disebut daerah Kekeran), yaitu:
a. Apenyengker (50 meter dari Pura) untuk Kahyangan Tiga dan lainnya yang setingkat.
b. Apeneleg Alit untuk Dhang Kahyangan dan Kahyangan Jagad lainnya (2 km dari Pura).
c. Apeneleg Agung (+ 5 km dari Pura) untuk Sad Kahyangan.
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
36
Tempat suci tersebut telah menjadi pusat-pusat bersejarah yang melahirkan karya-karya besar dan
diabadikan lewat tangan-tangan orang suci dan para pujangga untuk kedamaian dan kesejahteraan
umat manusia.
3) Bangunan Suci
Bangunan suci yang dibahas difokuskan pada bangunan suci umat Hindhu (pura) dan diutamakan
untuk status pura yang memiliki skala pelayanan regional atau dengan tingkatan Pura Dang
Kahyangan dan Pura Sad Kahyangan. Pura Dang Kahyangan adalah pura yang memiliki tingkatan
pelayanan terutama terbatas untuk lingkup wilayah kabupaten/ kodya cukup banyak tersebar di
Kabupaten Gianyar. Dalam rangka menjaga/ mengamankan radius kesucian Pura-pura di Kabupaten
Gianyar khususnya dan Bali umumnya, maka Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat (PHDIP) telah
mengeluarkan Surat Keputusan Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat No. 11/ Kep/ PHDIP/ 1994
tentang Bhisama Kesucian Pura, tanggal 25 Januari 1994.
Bangunan lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah benda-benda Cagar Budaya. Berdasarkan
data yang di dapat dari RTRW Provinsi Bali 2009 dan RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012,
menunjukkan bahwa Kawasan Perkotaan Negara memiliki beberapa kawasan cagar budaya yang
berupa tempat ibadah yaitu pura yang tersebar di beberapa wilayah tersebut. Kawasan cagar budaya
ini kesemuanya berada di Kecamatan Jembrana yaitu di Kelurahan Loloan Timur, Desa batuagung
dan Kelurahan Dauhwaru.
Mengenai data cagar budaya yang merupakan warisan sejarah bangsa terutama penggambaran
kebudayaan Bali yang terdapat di wilayah Kawasan Perkotaan Negara dapat dilihat pada Tabel 3.13
berikut.
Tabel 3.13
Nama Cagar Budaya di Kawasan Perkotaan Negara
Nama Obyek Cagar
Luas
No
Lokasi
Budaya
(Ha)
1
Pura Amertasari
0,00
Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan
Jembrana
2
Pura Palungan Batu
0,03
Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana
Page Kelurahan Dauhwaru,
PT. KENCANA
ADHI KARMA
3
Pura Pecangakan
0,03
Kecamatan
37 Jembrana
LAPORAN PENDAHULUAN
4
Pura Gede Jembrana
0,04
Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana
5
Pura Rangsasa
0,03
Kelurahan Dauh Waru, Kecamatan
Jembrana
Gambar
Diagram Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Berlaku Kabupaten Jembrana Tahun 2013-2015
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Jembrana dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan. Besarnya nilai tambah yang diciptakan pada tahun 2015, telah mencapai
sekitar Rp. 10. 019. 716, 82 Juta rupiah. Besar kecilnya perkembangan PDRB Kabupaten Jembrana
berpengaruh pada besar kecilnya sumbangan PDRB Kabupaten Jembrana terhadap pembentukan
PDRB Provinsi Bali. Pada tahun 2010 sumbangan PDRB Kabupaten Jembrana terhadap PDRB
Provinsi Bali sebesar 6,04 % (persen) turun menjadi 5,77 persen pada tahun 2014.
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
38
LAPORAN PENDAHULUAN
Page
39