Oleh
RIZKI YUDA PURNOMO
21401101041
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan
rahmat, taufik, dan karunia-Nya, sehingga penyusunan makalah ini dapat disusun dan
diselesaikan dengan baik. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
makalah blok Elective Kulit. Isi dari makalah ini ialah materi mengenai anatomi histologi
dan fungsi kulit.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat kesalahan ataupun kekurangan
didalamnya. Dengan segala kerendahan hati, penyusun menerima masukan, kritik, dan
saran guna penyempurnaan makalah ini dan untuk ke depannya.
Penyusun berharap portofolio ini dapat berguna bagi diri penyusun dan seluruh
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................... ii
iii
1. PITYRIASIS ROSEA
1.1 DEFINISI
Istilah Pitiriasis rosea (PR) pertama kali digunakan oleh Gibert pada tahun
1860 yang berarti sisik pink. PR adalah Peradangan kulit eksantema yang di
tandai dengan lesi berwarna kemerahan dan jarang terjadi yang biasanya dimulai
sebagai satu plak bersisik oval tipis dan biasanya tanpa gejala. PR paling umum
terjadi pada remaja dan dewasa muda1.
1.2 ETIOPATOGENESIS
1
melindungi kulit dari Pitiriasis Rosea. Pada 75% penderita biasanya timbul gatal
didaerah lesi dan gatal berat pada 25% penderita2.
Gejala klasik dari Pitiriasis Rosea mudah untuk dikenali. Penyakit dimulai
dengan lesi pertama berupa makula eritematosa yang berbentuk oval atau anular
dengan ukuran yang bervariasi antara 2-4 cm, soliter, bagian tengah ditutupi oleh
skuama halus dan bagian tepi mempunyai batas tegas yang ditutupi oleh skuama
tipis yang berasal dari keratin yang terlepas yang juga melekat pada kulit normal
(skuama collarette). Lesi ini dikenal dengan nama herald patch2.
2
Terjadi pada 20% penderita Pitiriasis Rosea. Ditemukannya lesi yang tidak
sesuai dengan lesi pada Pitiriasis Rosea pada umumnya. Berupa tidak
ditemukannya herald patch atau berjumlah 2 atau multipel. Bentuk lesi lebih
bervariasi berupa urtika, eritema multiformis, purpura, pustul dan vesikuler.
Distribusi lesi biasanya menyebar ke daerah aksila, inguinal, wajah, telapak
tangan dan telapak kaki. Adanya gejala atipikal membuat diagnosis dari Pitiriasis
Rosea menjadi lebih sulit untuk ditegakkan sehingga diperlukan pemeriksaan
lanjutan.
3
Biasanya didapatkan hasil yang normal dan tidak dianjurkan.
Namun, biasanya didapatkan leukositosis, neutrophilia, basophilia,
limfositosis, dan sedikit meningkat pada tingkat sedimentasi eritrosit
dan kadar protein total, α1- dan α2-globulin, dan albumin.
2. Pemeriksaan histopatologis
Didapatkan hasil yang khas yaitu parakeratosis focal, lapisan sel
granular, acanthosis ringan, spongiosis ringan, papiler dermal
edema, sebuah dermal infiltrat interstitial perivaskular, dan
ekstravasasi eritrosit focal1.
4
melibatkan telapak tangan dan telapak kaki, dari tes laboratorium
VDRL (+).
2) Tinea corporis
Lesi kulit yang disebabkan oleh dermatofita Trichophyton
rubrum pada daerah muka, tangan, trunkus atau ekstremitas. Gejala
klinisnya adalah gatal, eritema yang berbentuk cincin dengan
pinggir berskuama dan penyembuhan di bagian tengah. Perbedaan
dengan Pitiriasis Rosea adalah pada Tinea korporis, skuama berada
di tepi, plak tidak berbentuk oval, dari pemeriksaan penunjang
didapatkan hifa panjang pada pemeriksaan KOH 10%.
3) Dermatitis nummular
Dermatitis yang umumnya terjadi pada dewasa yang ditandai
dengan plak berbatas tegas yang berbentuk koin ( numuler ) dan
dapat ditutupi oleh krusta. Kulit sekitarnya normal. Predileksinya di
ekstensor. Perbedaan dengan Pitiriasis Rosea adalah pada
Dermatitis Numuler, lesi berbentuk bulat, tidak oval, papul
berukuran milier dan didominasi vesikel serta tidak berskuama.
4) Psoriasis guttate
Jenis psoriasis yang ditandai dengan erupsi papul di trunkus
bagian superior dan ekstremitas bagian proksimal. Perbedaan
dengan Pitiriasis Rosea adalah pada Psoriasis gutata aksis panjang
lesi tidak sejajar dengan garis kulit berskuama tebal.
5) Pityriasis lichenoides kronik
6) PR- like drug Eruption
5
langerhans. Pemberian harus hati hati karena dapat meningkatkan
resiko terjadinya hiperpigmentasi pasca-inflamasi.
3. Kortikosteroid topikal : bedak salisilat + menthol 0,5%-1%
diberikan bila timbul rasa gatal ringan serta adanya dermatitis
sekunder bila keluhan lebih 1 bulan.
4. Kortikosteroid oral : prednisone dengan dosis 30-60 mg, berguna
untuk menghilangkan rasa gatal, menahan sementara perjalanan
penyakitnya dan dapat menghilangkan lesinya, diberikan terutama
bila penyakitnya > 1 bulan.
1.6 KOMPLIKASI
Tidak ada komplikasi serius terjadi pada pasien PR sehat. Namun, PR
selama kehamilan menjadi perhatian. Dalam salah satu seri dari 38 wanita
hamil dengan PR, dari hasil penelitian didapatkan ibu melahirkan secara
prematur dan keguguran1.
1.7 PROGNOSIS
6
DAFTAR PUSTAKA
1. Goldsmith LA, Wolff K, Katz Si, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New York:
McGraw-Hill; 2012.
2. Blauvelt, Andrew. 2008. Pityriasis Rosea In: Dermatology in General
Medicine Fitzpatrick’s. The McGraw-Hill Companies, Inc.
3. Djuanda, Adhi. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa dalam :Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin edisi kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2007.
4. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7, Cetakan Pertama.
Tahun 2015. Penerbit : Badan Penerbit FKUI.