Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENYAKIT PITYRIASIS ROSEA

BLOK ELECTIVE KULIT

Oleh
RIZKI YUDA PURNOMO
21401101041

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan
rahmat, taufik, dan karunia-Nya, sehingga penyusunan makalah ini dapat disusun dan
diselesaikan dengan baik. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
makalah blok Elective Kulit. Isi dari makalah ini ialah materi mengenai anatomi histologi
dan fungsi kulit.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat kesalahan ataupun kekurangan
didalamnya. Dengan segala kerendahan hati, penyusun menerima masukan, kritik, dan
saran guna penyempurnaan makalah ini dan untuk ke depannya.
Penyusun berharap portofolio ini dapat berguna bagi diri penyusun dan seluruh
pembaca.

Malang, 04 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................................... i

Kata Pengantar....................................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................................ iii

1. Pityriasis Rosea ............................................................................................................ 1


1.1 Definisi ……………………………………………………………….……… .. 1
1.2 Etiopatogenesis………………………………………………………………. ... 1
1.3 Manifestasi klinis…………………………………………………….……….... 1
1.4 Diagnosis dan diagnosis banding……………………….……………………. .. 3
1.5 Tata laksana……………………………………………………………………. 5
1.6 Komplikasi …………………………………………………………………….. 6
1.7 Prognosis ………………………………………………………………………. 6

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 7

iii
1. PITYRIASIS ROSEA
1.1 DEFINISI
Istilah Pitiriasis rosea (PR) pertama kali digunakan oleh Gibert pada tahun
1860 yang berarti sisik pink. PR adalah Peradangan kulit eksantema yang di
tandai dengan lesi berwarna kemerahan dan jarang terjadi yang biasanya dimulai
sebagai satu plak bersisik oval tipis dan biasanya tanpa gejala. PR paling umum
terjadi pada remaja dan dewasa muda1.

Pitiriasis Rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya,


dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus.
Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan dan paha atas
yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya sembuh dalam waktu 3-8
minggu3.

1.2 ETIOPATOGENESIS

Penyebab terjadinya pitiriasis rosea masih belum diketahui, walaupun sudah


dikemukakan beberapa dugaan penyebab timbulnya penyakit ini. Sudah lama
dipikirkan bahwa virus sebagai penyebab timbulnya penyakit ini, karena adanya
gejala prodromal yang menyerupai flu biasa muncul pada infeksi virus
bersamaan dengan munculnya bercak kemerahan di kulit. Human herpes virus
(HHV) telah dikemukakan sebagai penyebabnya. Penelitian yang dilakukan
akhir-akhir ini terfokus pada peranan HHV-6 dan HHV-7 pada pitiriasis rosea2.
Pemahaman lengkap tentang peran HHV-6 dan HHV-7 dalam pathogenesis PR
masih kurang dalam mekanisme HHV tersebut di aktifkan kembali dan distribusi
karakteristik lesi dan perbedaan pada kulit lesi dan non lesi tidak dapat di
jelaskan

1.3 MANIFESTASI KLINIS

Tempat predileksi Pitiriasis Rosea adalah badan, lengan atas bagian


proksimal dan paha atas sehingga membentuk seperti gambaran pakaian renang.
Sinar matahari mempengaruhi distribusi lesi sekunder, lesi dapat terjadi pada
daerah yang terkena sinar matahari, tetapi pada beberapa kasus, sinar matahari

1
melindungi kulit dari Pitiriasis Rosea. Pada 75% penderita biasanya timbul gatal
didaerah lesi dan gatal berat pada 25% penderita2.

Gejala klasik dari Pitiriasis Rosea mudah untuk dikenali. Penyakit dimulai
dengan lesi pertama berupa makula eritematosa yang berbentuk oval atau anular
dengan ukuran yang bervariasi antara 2-4 cm, soliter, bagian tengah ditutupi oleh
skuama halus dan bagian tepi mempunyai batas tegas yang ditutupi oleh skuama
tipis yang berasal dari keratin yang terlepas yang juga melekat pada kulit normal
(skuama collarette). Lesi ini dikenal dengan nama herald patch2.

Gambar ( herald patch )


menunjukkan bentuk lonjong dengan skuama halus di tepi bagian dalam plak

Pada sebagian kecil penderita ditemui adanya gejala flu-like syndrome


berupa malaise, sakit kepala, mual, hilang nafsu makan, demam, dan nyeri sendi.
Setelah timbul lesi primer, 1-2 minggu kemudian akan timbul lesi sekunder
generalisata. Pada lesi sekunder akan ditemukan 2 tipe lesi. Lesi terdiri dari lesi
dengan bentuk yang sama dengan lesi primer dengan ukuran lebih kecil (
diameter 0,5 – 1,5 cm ) dengan aksis panjangnya sejajar dengan garis kulit dan
sejajar dengan kosta sehingga memberikan gambaran Christmas tree. Lesi lain
berupa papul-papul kecil berwarna merah yang tidak berdistribusi sejajar dengan
garis kulit dan jumlah bertambah sesuai dengan derajat inflamasi dan tersebar
perifer. Kedua lesi ini timbul secara bersamaan2.

2
Terjadi pada 20% penderita Pitiriasis Rosea. Ditemukannya lesi yang tidak
sesuai dengan lesi pada Pitiriasis Rosea pada umumnya. Berupa tidak
ditemukannya herald patch atau berjumlah 2 atau multipel. Bentuk lesi lebih
bervariasi berupa urtika, eritema multiformis, purpura, pustul dan vesikuler.
Distribusi lesi biasanya menyebar ke daerah aksila, inguinal, wajah, telapak
tangan dan telapak kaki. Adanya gejala atipikal membuat diagnosis dari Pitiriasis
Rosea menjadi lebih sulit untuk ditegakkan sehingga diperlukan pemeriksaan
lanjutan.

1.4 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING


1.4.1 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :


1. Pemeriksaan Darah Lengkap

3
Biasanya didapatkan hasil yang normal dan tidak dianjurkan.
Namun, biasanya didapatkan leukositosis, neutrophilia, basophilia,
limfositosis, dan sedikit meningkat pada tingkat sedimentasi eritrosit
dan kadar protein total, α1- dan α2-globulin, dan albumin.
2. Pemeriksaan histopatologis
Didapatkan hasil yang khas yaitu parakeratosis focal, lapisan sel
granular, acanthosis ringan, spongiosis ringan, papiler dermal
edema, sebuah dermal infiltrat interstitial perivaskular, dan
ekstravasasi eritrosit focal1.

1.4.2 Diagnosis Banding


1) Sifilis sekunder
Penyakit yang disebabkan oleh Treponema pallidum,
merupakan lanjutan dari sifilis primer yang timbul setelah 6 bulan
timbulnya chancre. Gejala klinisnya berupa lesi kulit dan lesi
mukosa. Lesi kulitnya non purpura, makula, papul, pustul atau
kombinasi, walaupun umumnya makulopapular lebih sering muncul
disebut makula sifilitika. Perbedaannya dengan Pitiriasis Rosea
adalah sifilis memiliki riwayat primary chancre (makula eritema
yang berkembang menjadi papul dan pecah sehingga mengalami
ulserasi di tengah) berupa tidak ada herald patch, limfadenopati, lesi

4
melibatkan telapak tangan dan telapak kaki, dari tes laboratorium
VDRL (+).
2) Tinea corporis
Lesi kulit yang disebabkan oleh dermatofita Trichophyton
rubrum pada daerah muka, tangan, trunkus atau ekstremitas. Gejala
klinisnya adalah gatal, eritema yang berbentuk cincin dengan
pinggir berskuama dan penyembuhan di bagian tengah. Perbedaan
dengan Pitiriasis Rosea adalah pada Tinea korporis, skuama berada
di tepi, plak tidak berbentuk oval, dari pemeriksaan penunjang
didapatkan hifa panjang pada pemeriksaan KOH 10%.
3) Dermatitis nummular
Dermatitis yang umumnya terjadi pada dewasa yang ditandai
dengan plak berbatas tegas yang berbentuk koin ( numuler ) dan
dapat ditutupi oleh krusta. Kulit sekitarnya normal. Predileksinya di
ekstensor. Perbedaan dengan Pitiriasis Rosea adalah pada
Dermatitis Numuler, lesi berbentuk bulat, tidak oval, papul
berukuran milier dan didominasi vesikel serta tidak berskuama.
4) Psoriasis guttate
Jenis psoriasis yang ditandai dengan erupsi papul di trunkus
bagian superior dan ekstremitas bagian proksimal. Perbedaan
dengan Pitiriasis Rosea adalah pada Psoriasis gutata aksis panjang
lesi tidak sejajar dengan garis kulit berskuama tebal.
5) Pityriasis lichenoides kronik
6) PR- like drug Eruption

1.5 TATA LAKSANA


1. Pengobatan untuk pasien pitriasis rosea bersifat simtomatik tidak
ada obat spesifik , untuk gatal-gatal dapat diberikan sedatif dan anti
histamin, sedangkan sebagai obat topikal dapat diberikan bedak
asam salisilat .
2. Pada kelainan kulit luas dapat di terapi UVB atau paparan sinar
matahari jika lesi muncul pada minggu pertama. UVB dapat
memperepat penyembuhan karena dapat menghambat fungsi

5
langerhans. Pemberian harus hati hati karena dapat meningkatkan
resiko terjadinya hiperpigmentasi pasca-inflamasi.
3. Kortikosteroid topikal : bedak salisilat + menthol 0,5%-1%
diberikan bila timbul rasa gatal ringan serta adanya dermatitis
sekunder bila keluhan lebih 1 bulan.
4. Kortikosteroid oral : prednisone dengan dosis 30-60 mg, berguna
untuk menghilangkan rasa gatal, menahan sementara perjalanan
penyakitnya dan dapat menghilangkan lesinya, diberikan terutama
bila penyakitnya > 1 bulan.

1.6 KOMPLIKASI
Tidak ada komplikasi serius terjadi pada pasien PR sehat. Namun, PR
selama kehamilan menjadi perhatian. Dalam salah satu seri dari 38 wanita
hamil dengan PR, dari hasil penelitian didapatkan ibu melahirkan secara
prematur dan keguguran1.

1.7 PROGNOSIS

Prognosis pada penderita Pitiriasis Rosea adalah baik karena


penyakit ini bersifat self limiting disease sehingga dapat sembuh spontan
dalam waktu 3-8 minggu3.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Goldsmith LA, Wolff K, Katz Si, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New York:
McGraw-Hill; 2012.
2. Blauvelt, Andrew. 2008. Pityriasis Rosea In: Dermatology in General
Medicine Fitzpatrick’s. The McGraw-Hill Companies, Inc.
3. Djuanda, Adhi. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa dalam :Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin edisi kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2007.
4. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7, Cetakan Pertama.
Tahun 2015. Penerbit : Badan Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai