BAB III
suhu lapis permukaan serta tegangan akibat beban roda kendaraan sepanjang
perkerasan (Yin, et al, 2007). Pada dasar lapis aspal terjadi tegangan tarik,
sedangkan di dasar pondasi dan diatas subgrade terjadi regangan tekan. Selain
Sifat campuran beton aspal menjadi khas karena pengaruh aspal yang
bersifat viskoelastis yang berfungsi sebagai perekat dalam campuran. Sifat ini
pembebanan. Pada suhu rendah, beban yang bekerja kecil dengan frekuensi
besar, sifatnya cenderung menjadi nonlinier elasto viskoplastis (Garba & Horvli,
2002).
MPa dari 5500 MPa ketika suhu meningkat dari 300 C menjadi 600 C (Wahhab &
Balghunaim, 1995).Yang Lu dan Peter J Wright (2000) mengutip Brown & Snaith
segitiga ataupun bujur sangkar. Hubungan waktu pulsa (pulse time) dalam
ditentukan dari panjang rest period antara pulsa pembebanan, dan merupakan
tergantung dari besarnya tegangan dan didekati dari informasi lalulintas dan
106
pembebanan 0,1 detik yang merupakan asumsi untuk lapis beton aspal
tegangan vertikal dan horisontal bervariasi pada kedalaman lapisan beton aspal.
Untuk lapisan yang tebal, waktu pembebanan (pulse time) hasil penelitian
Barskdale lebih lama dari hasil penelitian Brown. McLean (1974) yang mendekati
waktu pembebanan (pulse time) yang jauh lebih singkat pada kecepatan yang
sama.
time) gelombang haversine untuk satu siklus pembebanan 0,1 detik dan periode
pembebanan (pulse time) untuk pondasi (base / subbase) 0,2 detik dan 0,25
detik untuk subgrade (Matthew, 2007). Ilustrasi dibawah menjelaskan dalam satu
terdiri dari dua hal penting, yaitu waktu pembebanan (pulse time) selama 0,1
detik dan periode recovery selama 9 detik untuk lapis permukaan campuran
beton aspal. Pada saat beban puncak pada titik yang ditinjau, terjadi deformasi
maksimum. Jika siklus ini terjadi berulang kali akan terbentuk deformasi
Deformasi Vs Waktu
Gambar 3.3 Hubungan pembebanan dan deformasi pada waktu pulsa. Sumber :
Matthew,2007
satu fungsi dari waktu pembebanan (pulse time), maka waktu pembebanan
(pulse time) hampir tidak berpengaruh pada modulus resilien lapisan granular
(Huang,1993)
regangan tarik dan defleksi terjadi dibawah beban roda kendaraan (circular
loaded area) pada sumbu simetri dimana terjadi tiga tegangan, 𝜎Z, 𝜎S, 𝜎t, dan
Gambar 3.4 Tegangan utama dibawah beban roda. Sumber Blazejowsky, 1996,
Pilkey,2005
paling rendah berada di lapisan bagian atas dan yang terlemah dengan
kekakuan paling rendah pada lapis terbawah. Beban roda pada lapis atas berada
pada areal yang kecil dan menghasilkan tegangan terbesar. Makin kebawah,
tegangan yang rendah dan cukup diterima oleh material yang lebih lemah.
beban roda kendaraan sebelum, tepat dibawah roda dan setelah roda bergerak
(Gambar 3.5)
Pola distribusi tegangan yang terjadi saat beban roda jauh dari titik yang
ditinjau ditunjukkan oleh posisi 1 paling kiri (gambar 2.8) yaitu tegangan vertical
𝜎1 dan tegangan aksial s berada pada posisi dasar. Mendekati titik tinjauan pada
membentuk besaran sudut sama terhadap tegangan aksial. Pada posisi 3 roda
tepat diatas titik yang ditinjau, tegangan vertikal dan aksial bekerja penuh. Posisi
4 dan 5 saat roda meninggalkan titik yang ditinjau adalah kebalikan dari posisi 2
dan 1
Gambar 3.5 Rotasi tegangan dibawah beban roda. Sumber Blazejowsky, 1996
Kerusakan perkerasan akan jauh lebih besar jika beban roda bergerak
(Matthew, 2007).
permanen itulah yang menyebabkan terjadinya retak fatiq dan rutting pada
komposisi bahan baik aspal sebagai perekat, maupun agregatnya, serta tingkat
Regangan tarik geser sangat kecil yang umumnya ditemukan biasanya kurang
dari 0,001 sehingga tangen perubahan sudut sama dengan perubahan sudut
radian. Regangan tarik geser positif diasosiasikan dengan dimensi geser positif
A Sides menyatakan bahwa regangan tarik aksial total terdiri dari regangan tarik
Regangan tarik terjadi pada dasar dan bagian atas lapisan aspal dan
terus membesar karena perilaku reologi campuran beton aspal. Saat beban
berulang berlanjut, regangan yang terjadi pada permukaan lapisan beton aspal
regangan pada permukaan dan dasar lapisan aspal merupakan fungsi dari
bergabung dan menyebar dengan cepat menjadi retak yang dapat terlihat pada
Gambar 3.6 Regangan arah longitudinal dan transversal akibat beban roda.
Sumber Blazejowsky, 1996
Lebar daerah sebaran regangan tergantung dari areal kontak roda dan
Perlambatan ( time delay) ini merupakan ciri viskoelastis, yang akan menjadi
lebih lama saat suhu meningkat dan atau kecepatan kendaraan melambat.
Dengan demikian regangan tarik yang terjadi di dasar lapisan beton aspal
menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan saat perencanaan dan analisis
Ada dua tipe regangan tarik utama, komponen utama tegangan normal
dan geser, sedangkan yang kedua yang lebih populer adalah regangan tarik
Karena keseluruhan regangan tarik sedikit lebih besar dari regangan tarik
yang digunakan dan beban yang melintas diatasnya. Bahan AC-BC adalah untuk
jalan yang berlalu lintas rendah (> 10.000 ESA). ESA adalah kepanjangan dari
Equivalent Standard Axle. Bahan AC-WC adalah beton aspal untuk penggunaan
material di atas jalan yang sangat padat lalu lintas (>1.000.000 ESA), serta pada
muatan-muatan roda yang berat dan mempunyai stabilitas yang tinggi sebagai
114
dari arus lalu lintas yang melintas diatasnya material lapisan permukaan bagian
gaya tarik. Untuk itu perlu diketahui juga kemampuan material tersebut menerima
gaya tarik yaitu dengan menggunakan alat ITS (Indirect Tensile Strength)
gambar di atas menimbulkan gaya tekan ke bawah. Beban roda berhenti atau
bergerak memberikan gaya tekan sehingga lapisan akan terjadi lendutan. Kalau
lapisan melendut maka lapisan atas bagian bawah terjadi gaya tekan dan
sebaliknya lapisan atas bagian bawah terjadi gaya tarik. Akibat gaya tarik yang
terjadi pada lapisan bagian bawah mengakibatkan retak. Retak terjadi dari bawah
merambat ke atas. ITS (Indirect Tensile Strength) adalah suatu metode untuk
115
mengetahui nilai gaya tarik dari campuran aspal beton. Pengujian ini bertujuan
kuat tarik tak langsung tidak menggunakan cincin penguji namun menggunakan
plat berbentuk cekung dengan lebar 12,5 mm pada bagian penekan Marshall.
mempunyai kepadatan dan daya dukung cukup dalam memikul beban, maka
material yang akan digunakan harus mempunyai kekuatan tarik. Maka dalam
standar dan 400 kali untuk kepdatan mutlak, tujuan dari pemadatan ini adalah
menghasilkan
beriktu :
berikut:
2.𝑃
𝐼𝑇𝑆 = ....................................................................................(3.1)
𝜋.𝐷.𝑡
2. Kekakuan (S) ditentukan sebagai kemiringan bagian linier dari stres kurva
0,5 ITS
𝑆= .......................................................................................(3.2)
𝜀0,5
Dengan Ɛ0,5 adalah strain yang sesuai dengan setengah dari puncak
menekankan.
116
𝐴𝑒−𝐴𝑝
𝑇𝐼 = ................................................................................(3.3)
Ɛ𝑒−Ɛ𝑝
tegangan maksimum, dan Ɛe adalah regangan tarik yang terjadi pada daerah
Pengujian kekuatan tarik tidak langsung dilakukan pada sampel yang sama
sebagai uji modulus elastis pada 200C., dimana kondisi campuran setelah
yang terjadi selama tes modulus elastis. Laju kecepatan ramp loading yang
dan deformasi dalam campuran di kedua arah vertikal dan horizontal diukur.
(Gambar 3.8).
117
silinder yang mengalami pembebanan tekan dengan dua plat penekan yang
menciptakan tegangan tarik yang tegak lurus sepanjang diameter benda uji
sebagai berikut :
118
a. Gaya tarik horizontal maksimum terjadi ditengah benda uji pada saat
3.9).
diikuti pula dengan kenaikan regangan (strain e), yang dapat mengakibatkan
maksimum dan regangan tertentu ini benda uji dianggap mengalami gaya
terik tidak langsung. Setelah benda uji retak maka besarnya lendutan pada
benda uji akan semakin turun tetapi regangannya akan semakin besar, hal ini
disebabkan adanya ikatan dalam benda uji semakin turun karena benda uji
tekanan yang terjadi maka beban yang dipakai sampai benda uji mengalami
deformasi juga semakin besar hal ini disebabkan adanya sifat fleksibilitas
benda uji. Dimana kondisi benda uji tidak mampu lagi menahan beban, maka
dengan beban yang semakin kecil dan turunnya kemampuan benda uji
pembebanan maksimum.
deformasi yang terjadi pada permukaa perkerasan tidak kembali lagi ke posisi
bentuk ruttingbanyak terjadi pada jalur tapak roda kenderaan. Pengujian wheel
tracking dianggap sebagai metode yang efektif untuk evaluasi ketahanan rutting
pada temperatur tinggi. dimana metode ini digunakan untuk mengevaluasi sifat
roda bergerak maju mundur melintas diatas benda uji. Ketahanan deformasi dari
benda uji yang telah ditetapkan, dapat diukur dengan melihat hasil yang
diperoleh dari kedalaman alur (Rut Depth) setelah dilalui sejumlah lintasan, atau
1990). Disamping itu juga dapat diukur nilai Stabilitas Dinamis (DS, Dynamic
Stability), yaitu jumlah lintasan yang diperlukan untuk membentuk alur sedalam 1
mm. Stabilitas Dinamis (DS) dan Laju deformasi (RD) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
x C1 x C2 ……….............................................. (3.4).
…............................................................................. (3.5)
Dengan:
t1 = 45 menit
t2 = 60 menit
biaya baik pada jalan arteri maupun jalan sekunder.(Rabbiva Garba, 2002).
Awal terjadinya rutting dalam bentuk gaya geser pada lapisan beton aspal
jalan, kenyamanan pengguna jalans dan social ekonomi masyarakat. Untuk itu
diperlukan suatu perencaan yang dan estimasi yang tepat terkait penggunaan
dan prilaku bahan aspal dengan tingkat seleksi yang ketat sebagai dasar dalam
terjadinya rutting pada temperature yang tinggi atau diatas 400C sebelum
untuk mempelajari sifat fisik dan sifat mekanik agregat pada risistance rutting
atau prilaku deformasi permanen pada campuran aspal (Imran Hafeez, 2009).
disyaratkan ditemukan atau tidak ada (ciri Negara berkembang), truk beroperasi
pada beban gandar yang disyaratkan dan yang jauh dari batas beban gandar
yang disyaratkan. Peningkatan beban gandar, akibat tekanan ban yang lebih
tinggi telah menjadi hal umum dalam industri angkutan truk. Tekanan ban yang
lebih tinggi mengurangi bidang kontak antara ban dan lapisan perkerasn,
terjadinya deformasi yang lebih besar dalam perkerasan lentur, dengan adanya
jejak roda ban yag menyebabkan terjadinyan rutting. Hal ini sebagai konsekuensi
dari tekanan ban dan tekan as beban gandar meningkat pada permukaan
dengan perubahan suhu pada kondisi temperature rendah atau dingin. Hal di
kekakuan HMA akan berkurang dengan peningkatan suhu. Umumnya, tidak ada
dipersimpangan akibat beban lalu lintas yang bergerak cepat (Prithvi S. Kandhal,
1998).
124
(rutting dan geser), Alur, biasanya terdiri dari lendutan memanjang yang terjadi
pada jalur roda kendaraan, merupakan akumulasi dalam jumlah kecil terjadinya
Institute, 1996). Adanya jejak roda ban pada campuran aspal akibat campuran
memiliki kekuatan geser yang cukup untuk mendukung gaya tekan diterima.
(Sousa et al.1991).
aspal menggunakan alat Wheel Tracking (pelacakan jejak roda) dan mengukur
kedalaman rata-rata serta volume pergeseran bahan aikibat tekanan ban dan
1. Pada tahap awal dari pembebanan, peningkatan deformasi akibat tekanan ban
ini jelas lebih besar dari peningkatan zona lendutan. Oleh karena itu, dalam
tahap awal, pemadatan lalu lintas atau densifikasi merupakan kondisi yang
2. Setelah tahap awal, terjadi penurunan volume akibat tekanan dan ekivalen
pemadatan akibat beban lalu lintas berakhir. Adanya rutting disebabkan oleh
Ada tiga komponen utama bekerja pada jejak roda yang menyebabkan
deformasi mekanik, dan konsolidasi. Momen plastis dapat terjadi baik dilapisan
tanah dasar pada sturktur perkerasan jalan, atau dalam campuran beton aspal itu
sendiri. Momen plastis biasanya diidentifikasi oleh adanya penurunan titik pusat
beban akibat tekanan dengan adanya pergeseran lapisan aspal di kedua sisi
beban menjadi lebih tinggi (terjadi sungkur). Jarak dari sungkur (menyerupai
diakibatkan adanya beberapa faktor, dan adanya distribusi tekanan akibat beban
kendaraan. Suatu hal yang biasa terjadi dan merupakan kondisi yang umum
sebagai dasar terjadinya penurunan yang disertai adanya pola retak pada lapisan
diidentifikasi oleh adanya penurunan pada jalan akibat adanya distribusi beban
sebagai dampak proses pemadatan yang tidak optimal selama konstruksi dan
menerima tekanan akibat beban lalu lintas secara berulang baik lapisan sub
base, base, sub grade maupun pada lapisan campuran aspal. Penurunan terjadi
dikedua sisi yang mengalami tekanan ban yang menimbulkan jejak roda pada
Sungkur
Tekanan lapisan perkerasan
Permukaan perkerasan
horisontal. Ada dua pokok mekanisme terjadinya gaya geser. Yang pertama
127
Ketidakstabilan, dan adanya gaya geser yang diakibatkan tekanan beban, hal ini
yang sering terjadi sebagai dampak pemakaian atau persentase aspal pengikat
Polishing
Bleeding Raveling
gaya geser adalah slip pada lapisan campuran aspal akibat gaya horisontal.
Dalam hal ini, adhesi antara dua lapisan dari campuran tidak cukup untuk
memberikan kekuatan geser yang kuat sepanjang bidang antara dua lapisan.
Lokasi di mana adanya gaya horisontal yang cukup tinggi akibat pengereman
khusus pada daerah persimpangan jalan (pada posisi kendaraan harus berhenti
tiba-tiba atau dengan kecepatan tinggi), dan jalur menanjak di jalan raya,
terutama dengan volume lalu lintas untuk kendaraan berat yang tinggi. Hal yang
aspal yang sangat tinggi. secara umum perencanaan suatu campuran aspal
pasir dan filler yang cukup serta penggunaan aspal dengan viscositas yang
rendah. Perkerasan aspal memiliki ketahanan yang lebih tinggi untuk aplikasi
untuk meningkatkan umur kelelahan dan daya tahan dari campuran aspal,
deformasi permanen
2. Gradasi agregat kasar : Fine gradasi atau campuran dengan gradasi halus
3. Sudut dan bertekstur kasar Agregat: Hal ini terutama berlaku untuk agregat
halus pecahan. Ini telah dibuktikan oleh Kalcheff dan Tunicliff dan Brown dan
Cross bahwa campuran dengan menggunakan pasir hasil pecahan batu dan
agregat alami dengan bulat atau sub pasir alam bulat (Prithvi S. Kandhal,
1998).
mineral agregat (VMA) dan Isi aspal yang lebih tinggi memiliki
stabilitas setelah mencapai tingkat pemadatan kritis dan mulai rutting dan
.deformasi
viskositas tinggi pada suhu 60°C akan rentang terjadinya geser sepanjang
bahan pengikat.
7. Ukuran agregat besar : Pada kadar aspal yang tepat ukuran agregat lebih
besar (seperti 19.5 mm) pada campuran lapis permukaan cenderung lebih
8. Penurunan tebal lapisan Overlay l: Jika trotoar yang ada secara struktural
tidak perlu dibuat lapisan tipis khususnya dalam daerah kritis seperti
permasalahan.
campuran aspal panas (HMA) umumnya terjadi pada atas 3 sampai 5-inci. Jika
lapisan pada kondisi campuran berkualitas buruk tidak akan menurunkan rutting
Untuk nilai kemiringan jalan normal, kedalaman rutting sampai dari 12,5
mm (0,5 inci) biasanya masih dapat diterima sebagai batas maksimum yang
diijinkan kedalaman akibat jejak roda (Huang, 1993 & Kennedy, et al, 1996).
yang berbeda untuk terhadap perilaku deformasi bahan aspal pada lapisan
primer merupakan tahap awal miliki potensi rutting yang tinggi, dengan tingkat
tingkat perubahan rutting yang konstan perubahan yang juga terkait dengan
peningkatan. Sementara tahap tersier dengan tngkat rutting yang tingg terutama
Jika bahan aspal dengan suatu beban yang bekerja atas kekuatan
material, dan pengaruh suhu, material akan mulai berubah bentuk (Stumpf,
2007). Pertama material akan cepat mengalami kerusakan, dan setelah proses
Gambar 3.19 Prilaku deformasi permanen terhadap model beban berulang pada
lapisan perkerasan (Modifikasi sumber AASHTO Design Guide,
2002)
Berdasarkan NAPA (1996) yang dicuplik dari Epps, J.A (1986) mengatakan
bahwa aspal yang ideal sebagai bahan pengikat campuran beraspal panas
sebaiknya aspal modifikasi. Hal ini untuk memperbaiki atau meningkatkan sifat-
karakterisrik campuran.
c.. Kekakuan rendah pada saat temperature rendah (musim dingin) untuk
menghindari retak.
Sifat campuran beraspal yang memiliki kekakuan yang relatif tinggi lebih
keras Pen 40 memiliki kekakuan 1,8-2,3 kali dan stabilitas dinamis sebesar 2,7-
Hofstra dan Klomp (1972) diperoleh dari hasil pengukuran lapisan perkerasan
suhu dari 68°F sampai 1400F (20°C hingga 60°C). Linden dan Van der Heide
(1987) melaporkan peningkatan yang signifikan dalam alur yang didapat di Eropa
selama musim panas pada temperature sangat panas pada 1975 dan 1976. Para
pengujian pada suhu 60°C untuk campuran lapisan permukaan beton aspal dan
lapisan bawah beton aspal suhu pengujian 50°C dasar penentuan.suhu ini dipilih
diharapkan di Perancis.
Tahap ini dikenal sebagai merayap sekunder, atau keadaan creep yang
stabil. Pada tahap ketiga material menjadi tidak stabil dan cepat mengalami
(Gambar 2.24). Perbedaan fase terjadinya creep adalah hal yang penting.
Kedalaman rutting yang kritis umumnya ditetapkan pada 10 mm, jika kedalaman
ini tercapai difase primer atau di bagian pertama dari fase sekunder, masa
pelayanan secara fungsional dari Hot Mix Aspal (HMA) lapisan akan mengalami
133
beberapa metode dan menggunakan berbagai bentuk dan ukuran benda uji.
Beberapa efek yang tidak diinginkan dapat terjadi terutama karena tinggi
jumlah kendaraan akibat tekanan beban gandar secara berulang pada lapisan
(Rutting), kelelahan dan retak pada suhu rendah, layanan umur perkerasan jalan
akan berkurang (Sengoz dan Topal, 2005). Kelelahan dan rutting adalah kondisi
itu sangat penting untuk mengetahui dan mencari solusi dalam mencegah
pelayanan serta umur pekerasan jalan. Banyak penelitian telah dilakukan untuk
nyaman dan meningkatkan daya tahan dan umur perkerasan lebih lama terhadap
Menurut Arabani et al. (2010), ada dua solusi utama untuk membangun
struktur perkerasan yang lebih tahan lama; pertama, meningkatkan tebal lapisan
pengikat aspal terhadap rutting dan termal retak (kondisi perkerasan dengan
campuran aspal dapat menjadi solusi untuk meningkatkan suhu yang tinggi
terhadap rutting, kelelahan pada suhu sedang dan retak pada suhu rendah retak
atau dengan kata lain meningkatkan daya tahan struktur perkerasan. Aditif
oleh lalu lintas berat dengan pembebanan secara selama umur rencana
perkerasan jalan. Sebuah hubungan langsung antara kekuatan tarik aditif dan
rekayasa sifat campuran beton aspal. Bahan aditif lainnya sebagai serat tersebut
kelelahan dan proses kerusakan pada campuran yang komposit dengan serat
yang dihasilkan (Mahrez et.al., 2005), serat dan polimer menyediakan jaringan
tiga dimensi efek dalam beton aspal dan menstabilkan aspal sebagai pengikat
pada permukaan partikel agregat dan mencegah dari setiap gerakan pada suhu
yang lebih tinggi (Xu et al, 2010;. Jahromi dan Khodaii, 2008; Ahmedzade et al,
2007)
135
lentur adalah kelelahan. distress ini (Gambar 1) keruskan itu sendiri dalam
bentuk retak (misalnya, buaya cracking), dan hal ini terkait dengan beban lalu
Gennis etal., 1994). Berdasarkan literatur tiga fase didefinisikan untuk propagasi
retak kelelahan, yaitu, retak kondisi,stabil dan tidak stabil, crac growth kelelahan
(Liang dan Zhou,1997). Kelelahan retak biasanya dimulai dalam bentuk micro
cracks dan dilanjutkan ke macro cracks, retakan ini tumbuh karena geser dan
campuran termasuk jenis dan jumlah aspal yang digunakan dalam campuran,
suhu dan kandungan udara (NCHRP, 2004; SHRP, 1994). Juga, mengamati
gradasi agregat merupakan faktor yang efektif untuk ketahanan lelah dari
Sebuah studi ekstensif dilakukan oleh Suo dan Wong, (2009) karakteristik
empat suhu yang berbeda (10, 20, 30,40 ° C). Selama pengujian modulus
kelelehan terhadap kuat tarik tak langsung (ITFT) dilakukan di kedua tegangan
bahwa kekakuan rata-rata untuk GM-ACWC jauh lebih tinggi dari jenis campuran
lainnya, tetapi hasil yang diperoleh dari ITFT menunjukkan bahwa Gilsonite
regangan antara 80 dan 200 με, yang sering digunakan dalam desain
perkerasan. Selain itu, itu mencatat bahwa umur kelelahan tiga campuran yang
hampir sama pada regangan sekitar 1000 με (Gambar 4). Juga,tiga dimensi
AC-WC dimodifikasi serupa, dan dua jenis AC-WC memiliki ketahanan lelah lebih
(2007) pada tiga HMAS berbeda dengan maksimal ukuran nominal 12,5, 19 dan
25 mm. hasil pegujian menunjukkan bahwa gradasi yang lebih besar memiliki
umur kelelahan yang lebih rendah, di lain kata gradasi yang mengandung 12,5
suhu dan kadar aspal terhadap karakteristik kelelahan dari berbagai campuan
aspal. Kuat tarik modulus kekakuan (ITSM) dan uji kelelahan indirect tensile
disingkat suhu within creasing. Selain itu, campuran HMA campuran had greater
struktur perkerasan memilki kepadatan dengan daya lekat yang kuat yang
(NCHRP, 2004) .Namun, pengaruh gradasi agregat pada perilaku kelelahan lebih
berbeda untuk pada campuran split mastic asphalt (SMA) yaitu, pena tradisional
dan serat pengikat (PF), polimer dimodifikasi proprietary aspal yang digunakan
dalam praktek (PMB) dan HDPE daur ulang yang dikembangkan sebagai bahan
tambah aspalr (RP). Untuk PF dicampur dengan aspal pen 40/60l yang
digunakan penambahan 0,4% serat terhadap berat total agregat, juga campuran
pada bahan pengikat. Pengujian ITFT dilakukan untuk mengevaluasi setiap jenis
langsung pada spesimen diberikan beban secara berulang dengan beban yang
kegagalan pada suatu garfik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PMB dan PF
Meskipun modified polimer binder daur ulang tidak nilai lebih tinggi yang sama
mengandung serat selulosa. Ini merupakan suggest result bahwa daur ulang
polimer dimodifikasi pengikat menunjukkan hasil yang lebih baik dan berpontesi
fatigue aspal karet campuran beton beton hangat mengandung aditif (WMA).
Dua jenis pengikat aspal, PG 64-22 dan PG 64-22 + 10% - karet 40 mesh,
dengan penambahan Asphamin and Sasobit sebagai dua aditif aspal hangat
yang digunakan, dan juga dua sumber agregat yang yang digunakan dalam
kuarsa dan kalium feldspar (Tipe A) dan jenis lainnya adalah sekis (Tipe B). Sinar
fatigue test dilakukan untuk menilai specimens terhadap ketahanan lelah. Tes
dengan karet remah dan aditif WMA adalah lebih besar dari campuran kontrol
(tanpa karet dan aditif WA), kecuali campuran yang mengandung aditif Asphamin
Dalam studi lain yang dilakukan terhadap sifat kelelahan dari tiga jenis
serat yang dimodifikasi dengan bahan pengikat aspal yang mengandung serat
selulosa, serat poliester dan serat mineral. Hasil ini menunjukkan bahwa
parameter kelelahan | E * | · Sin (δ) (Modulus dinamis | E * | dan fase sudut (δ))
yang menurun, sehingga sifat kelelahan serat dimodifikasi pada campuran aspal
139
serat). Selain itu, pada pengujian fatigue tarik tidak langsung (ITFT) yang
dilakukan pada rasio stres yang berbeda, dan hasilnya digambarkan bahwa serat
polyester memiliki pengaruh terbaik pada ketahanan lelah dari campuran antara
Modulus elastisitas ini sering pula disebut sebagai Modulus Young yang
material untuk berubah bentuk dan kembali lagi ke bentuk semula bila diberi
beban (SNI 2826-2008). Modulus Elastisitas (E) dipakai untuk bahan padat dan
jalan dalam metode analitis yaitu menghitung reaksi perkerasan terhadap beban
horizontal (Lateral Strain) dan regangan vertical (Axial Strain) yang disebabkan
oleh beban sejajar sumbu dan regangan aksial (Yoder, E.Y. and M.W Witczak.
Poisson pada pengujian beban statis sebagai berikut: Pengujian kuat tarik tak
campuran aspal dan telah tersedia standar ASTM untuk menentukan Modulus
perkerasan untuk menahan beban berupa tarikan yang terjadi pada arah
beban akan mengakibatkan kenaikan tegangan (stress) yang akan diikuti pula
keadaan saat benda uji mulai runtuh (mengalami retak) yang berarti tegangan
uji dianggap mengalami gaya tarik tidak langsung setelah benda uji runtuh atau
retak maka besarnya tegangan yang diperlukan sampai benda uji runtuh akan
semakin turun, tetapi regangan yang terjadi justru semakin besar. Hal ini
disebabkan oleh ikatan dalam benda uji semakin turun karena mengalami retak
………………………………………………… (3.6)
Dengan :
µ = Angka poisson
terminologi modulus elastis (E) tidak cocok digunakan dan sebagai gantinya
sebagai:
𝜎𝑑
MR = ……………………………………………………… (3.7)
𝜀𝑟
strain). Metode untuk menghitung nilai modulus kekakuan lentur dari campuran
nomograph yang diperkenalkan oleh Van Der Poel (Shell Bitumen,1990) untuk
142
Apparatus (UMATTA)“ dimana benda uji atau campuran pada Kadar Aspal
Optimum Refusal (KAO) Secara umum semakin besar nilai modulus resilien
didasarkan pada pemuatan lebar Strip lebar 19 mm, diameter 150 mm dan
𝜕 = 2 𝜋 𝑓 ∆𝑡......................................................................................... (3.9)
dimana f adalah frekuensi, dalam satuan Hz; dan ∆t adalah waktu antara tekanan
dalam makalah campuran aspa beton dengan penguatan serat. Pengujian ini
𝐹 𝑥 (𝜇+0.27)
Sm = .......................................................................... (3.10)
ℎ𝑥𝑍
beban,puncak N; l adalah 𝜇 rasio Poisson; itu adalah 0,25, 0,30, 0,40 pada 50C,
terlentur pada tiga titik dilakukan perpindahan dalam kondisi monoton pada
Gambar 3 21. Three bonding beam test results (a) test set up
Khattak et al.(2006) :
............................................................. (3.11)
............................................ (3.12)
144
sebagai berikut :
..................................................... (3.13)
.................................................... (3.14)
Hal ini diasumsikan bahwa balok berperilaku sebagai bahan elastis berdasarkan
hukum Hooke.
........................(3.15)
Menggunakan Pers. (2.18) dan (2.19), yang fleksural kekakuan balok dapat
........................................(3.16)
pada jenis bahan , karateristik atau fitur yang akan diukur. Setiap bahan yang
tergantung pada banyak factor. Hampir tidak ada bahan atau proses konstruksi
yang menunjukkan 100 persen sesuai dengan spesifikasi. Oleh karena itu,
variabilitas dan apa yang dapat dilakasanakan. Keragaman ini mungkin memiliki
pengaruh yang sangat penting pada kinerja jalan. Sangat penting bahwa
akhir dan bahwa mereka yang didesain berdasarkan sampling, pengujia dan
menerus. Perbaikan teknologi, bersama dengan proses yang lebih baik dan
proses produksi/pembuatan; lokasi dan sampling, jarak, area atau volume yang
didefinisikan sebagai kuantifikasi varisi tipikal diperoleh pada bahan atau proses
a. Variasi melejat adalah variasi acak sebenarnya dari bahah dan merupakan
fungsi dari karakteristik bahan itu sendiri. Variasi tersebut hanya dapat
dalam besarannya.
Hal ini dapat diperoleh dengan beberapa factor, yaitu: kondisi peralatan,
c. Variabilitas terjadi ketika contoh yang diambil dengan proporsi yang berbeda
Namun tidak menunjukkan hasil yang sama. Variasi ini mungkin karena teknik
pengambilan contoh tetapi sulit secara jelas terpisah terpisah dari pengujian
d. Variasi dalam sekelompok bahan adalah perbedaan antara hasil uji bukan
merupakan selisih dari suatu kelompok bagan dengan yang lainnya untuk
bahan akan meningkat ketika proses diluar kendali. Semua jenis variasi dapat
Uraian Toleransi
Bina Marga (2010) yaitu spesfikasi campuran beraspal panas buku V Divisi
6.3, bahwa toleransi campuran beraspal panas (Tabel 3.1). Sedangkan untuk
toleransi kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau lebih besar > 98
kekuatan yang cukup baik (tahan terhadap deformasi dan retak), kedap air,
jumlah girasi rencananya disesuaikan dengan kondisi lalu lintas rencana dan
volumetric campuran (VMA dan VFB) dan ratio antara bahan pengisi (filler)
rencana dengan kategori sedang untuk campuran Lataston dan untuk kategori
lalu lintas berat untuk campuran laston dan sangat berat menggunakan laston
modifikasi.
Dalam pembuatan benda uji mengunakan alat pemadat Marshall dan alat
contoh uji, prosedur pengujian kurang tepat, akurasi dan presisi dari alat uji
yang di gunakan serta keahlian personil. Untuk itu untuk menjamin hasil