8822 - 144054 - Buku Praktikum Pa 2015 - PDF
8822 - 144054 - Buku Praktikum Pa 2015 - PDF
PATOLOGI ANATOMI
ANGKATAN 2015
Oleh:
dr. Muhartono, M. Kes., Sp. PA
dr. Indri Windarti, Sp. PA
dr. Dewi Nurfiana
Fakultas Kedokteran Unila. Besar harapan kami agar buku ini dapat
terlaksananya buku ini. Saran dan kritik selalu kami terima untuk perbaikan buku
ini ke depan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
C. Neoplasma 29
1. Polip Nasi ........................................................... 29
2. Polip Recti .......................................................... 30
3. Neurofibroma ..................................................... 31
4. Haemangioma Kavernosa .................................. 32
5. Carcinoma Recti ................................................ 33
iv
3. Ameloblastoma.............................................................. 125
4. Tumor Whartin.............................................................. 126
5. Ulkus Gaster.................................................................. 131
6. Apendisitis Akut........................................................... 134
7. Apendisitis Kronik........................................................ 137
8. Kolitis Tuberkulosa....................................................... 139
9. Amubiasis Kolon.......................................................... 142
10. Perforasi Usus et Causa Typhus................................... 144
11. Kolitis Ulseratif............................................................ 147
12. Polip Rektum................................................................ 150
13. Adenokarsinoma Rektum............................................. 152
14. Penyakit Hirschprung................................................... 155
15. Hepatitis Kronis Aktif.................................................. 157
16. Hepatitis Kronik Persisten........................................... 161
17. Kolesistitis Kronis....................................................... 163
v
8. Chondrosarkoma........................................................... 213
9. Malignant Fibrous Histiocytoma.................................. 216
10. Liposarkoma................................................................. 219
vi
Tata Tertib Praktikum
Mahasiswa telah menyiapkan diri dengan membaca seluruh materi yang akan
dipraktikumkan.
Daftar hadir kurang dari 80% mahasiswa dilarang mengikuti ujian praktikum,
vii
PENDAHULUAN
maka salah satu cara yaitu diadakan praktikum. Praktikum Patologi Anatomi
jalannya praktikum.
viii
Buku Penuntun Praktikum Patologi Anatomi 2015
BLOK MEDICAL
BASIC SCIENCE-2
BAB I
JEJAS SEL dan ADAPTASI
Makroskopis:
Jaringan hati berasal dari biopsi jarum pada hati. Jaringan hati tampak
membengkak, berwarna pucat, keruh dan konsistensinya agak kenyal.
Mikroskopis:
Tampak sel hepatosit yang membengkak dengan sitoplasma mengandung granula-
granula halus sehingga terlihat jernih. Sedangkan inti sel dan membran inti masih
dalam batas normal.
Gambar:
2. DEGENERASI HIDROPIK
Makroskopis
Tampak kelompokan jaringan seperti buah anggur, kista-kista kecil berisi cairan
jernih, berdinding tipis dan mudah pecah.
Mikroskopis
Tampak villi khorealis yang membengkak berbagai ukuran dengan stroma
mengalami degenerasi hidropik (oedematus), avaskuler, serta tampak pula
proliferasi trofoblast.
Gambar:
3. DEGENERASI LEMAK
Degenerasi lemak disebut juga fatty change. Sediaan berasal dari jaringan biopsi
hati.
Makroskopis:
Pada degenerasi lemak ringan tampak jaringan hati seperti normal. Pada
degenerasi lebih berat maka tampak jaringan hati membesar, warna kuning,
konsistensi lembek. Penampang berbecak kuning merata.
Mikroskopis:
Tampak sel hepatosit dengan inti terdesak ke pinggir dan sitoplasma bervakuola
(jernih). Pulasan khusus untuk jaringan lemak adalah Sudan III/IV, untuk
membedakan vakuola mengandung lemak dan vakuola mengandung karbohidrat.
Gambar:
4. DEGENERASI LIPOMATOSIS
Degenerasi lipomatosis disebut juga “fatty ingrowth” dan juga disebut stromal
fatty infiltration. Sediaan berasal dari jaringan jantung seorang penderita yang
disebut “bear drinker’s heart”.
Makroskopis:
Tampak jantung ditutupi jaringan lemak, berwarna kuning, konsistensi lembek.
Jaringan lemak meliputi mulai dari subepicardium sampai ke seluruh lapisan
myocardium.
Mikroskopis:
Tampakjaringan ikat di antara sel otot jantung diganti dengan jaringan lemak yang
berupa vakuola dengan inti terdesak ke pinggir, disebut sebagai sel adipose.
Degenerasi ini hanya mengenai stroma tidak mengenai parenkhim, maka tidak
terjadi kerusakan sel jantung.
Gambar:
5. DEGENERASI HIALIN
Definisi:
Hialin adalah suatu massa berwarna cerah, homogen tanpa struktur dan berwarna
merah muda. (Pulasan HE = Hematoxylin Eosin). Hialin pada umumnya dibentuk
oleh jaringan ikat tetapi dapat juga oleh sel epitel. Sediaan berasal dari jaringan
uterus hasil histerektomi.
Makroskopis:
Jaringan uterus membesar sebesar kepalan tangan. Pada irisan penampang tamak
massa bulat membentuk kisaran, berbatas tegas, berwarna putih dengan
konsistensi kenyal. (leimyoma uteri).
Mikroskopis:
Diantara serabut myosit yang tumbuh proliferatif tampak jaringan ikat
fibrokolagen yang mengalami degenerasi hialin berwarna merah muda tanpa
struktur.
Gambar:
6. DEGENERASI AMILOID
Makroskopis:
Di antara jaringan thyroid tampak massa tumor berwarna putih keabuan, soliter,
berbatas tegas dengan kapsul tidak jelas, konsistensi keras dan ukurannya rata-rata
2-3 cm.
Mikroskopis:
Di antara folikel dan di dalam lumen folikel thyroid yang hiperplastis tampak
massa amorf berwarna merah muda (degenerasi amyloid).
Gambar:
7. DEGENERASI MUSIN
Degerasi musin disebut juga degenerasi lendir. Sediaan berasal dari jaringan
ovarium (ovorektomi)
Makroskopis:
Sebuah jaringan kista dari ovarium dengan permukaan licin, sebesar kepala bayi.
Penampang multilobuler dan mengandung lendir seperti mentega.
Mikroskopis:
Tampak dinding kista dilapisi selapis epitel kolumner, sel goblet dan mengandung
musin.
Gambar:
8. DEGENERASI MIKSOID
Makroskopis:
Sebuah massa bulat, berkapsul, berwarna putih konsistensi kenyal.
Mikroskopis:
Stroma mengalami degenerasi miksoid disertai proliferasi sel epitel peri dan
intrakanalikuler.
Gambar:
9. NEKROSIS PERKIJUAN
Nekrosis perkijuan adalah tanda khas suatu proses spesifik tuberculosa. Sediaan
berasal dari kelenjar getah bening (KGB).
Makroskopis:
Sebuah kelenjar getah bening sebesar kacang kedelai, berkapsul. Pada penampang
berwarna putih kekuningan seperti keju.
Mikroskopis:
Kelenjar getah bening dengan kapsul terdiri dari jaringan ikat fibrokolagen.
Dibawahnya tampak folikel dengan centrum germinativum yang hiperplastis.
Tampak massa amorf tidak berstruktur yang berwama eosinofil (daerah yang
mengalami nekrosis perkijuan). Massa amorf ini dikelilingi oleh sel epitheloid,
juga tampal sel seperti tapal kuda (Sel Datia Langhans). Seluruh gambaran ini
disebut Tuberkel.
Gambar:
Pigmen bilirubin berasal dari hemoglobin yang tidak mengandung besi. Bilirubin
selalu berhubungan dengan ikterus (yaitu keadaan yang ditunjukkan oleh
conjunctiva berwarna kuning). Sediaan berasal dari biopsi jaringan hati penderita
karsinoma hati yang disebut hepatocellular carcinoma.
Makroskopis:
Sediaan jaringan hati sepanjang 2 cm berwarna kuning, konsistensi agak keras.
Mikroskopis:
Tampak sel hepatosit dengan struktur tidak radial membentuk trabekula dengan
inti pleimorflk, vesikuler, anak inti membesar serta ditemukan mitosis. Tampak
juga pigmen bilirubin berupa butir-butir kuning coklat agak kasar pada daerah
sentrolobulus yaitu pada sel hepatosit dengan sitoplasma mengandung butir-butir
kuning tengguli serta sel kupffer yang memfagosit pigmen empedu. Juga tampak
pigmen empedu ini pada duktuli biliaris (intra hepatic)
Gambar:
11. ANTHRACOSIS
Makroskopis:
Bila yang terkena subpleura maka tampak bergaris-garis hitam sesuai dengan
saluran limfe. Bila seluruh paru yang terkena tampak paru berwarna hitam seperti
arang.
Mikroskopis:
Tampak pigmen kasar berwarna hitam pada septum alveolus dan dalam
sitoplasma makrofag yang berada dalam rongga alveoli.
Gambar:
12. PERKAPURAN
Makroskopis:
Sebuah jaringan arteri yang dindingnya kaku, keras berwarna putih, lumen
menyempit.
Mikroskopis:
Tampak sebuah pembuluh darah arteri dengan penonjolan tunika intima ke arah
lumen akibat penimbunan jaringan lipoid, berupa kristal-kristal cholesterol
(bergaris-garis) dan pengendapan kalsium berwana biru ungu. Sel otot polos
diantara tunika intima dan lamina interna mengalami degenerasi hialin sehingga
semuanya berwarna merah muda.
Gambar:
Definisi :
Metaplasia adalah perubahan sel yang berdiferensiasi menjadi sel berdiferensiasi
lain. Sediaan berasal dari jaringan serviks (hasil kuretase).
Makroskopis:
Jaringan compang camping, coklat bercampur putih kira-kira 1 cc.
Mikroskopis:
Sediaan terdirii dari ektoserviks yang dilapisi sel epitel berlapis gepeng dan
endoserviks dilapisi sel epitel kolumner selapis.
Pada bagian endoserviks tampak sel epitel kolumner selapis mengalami
metaplasia menjadi sel epitel gepeng berlapis.
Gambar:
Makroskopis:
Jaringan compang-comaping, coklat keputihan kira-kira 2 cc.
Mikroskopis:
Sediaan endometnium dengan mukosa dilapisi selapis epitel kuboid. Diantara
stroma Tampak proliferasi sel epitel kelenjar. Sebagian besar kelenjar berbentuk
tubulus (bulat-bulat) tidak bersekresi dan sebagian lain berbentuk kistik dengan
inti masih dalam batas normal. Kelenjar dilapisi epitel kuboid sampai thorak yang
tumbuh hiperplastis, inti masih dalam batas normal.
Gambar:
Makroskopis:
Jaringan compang-camping berwarna coklat dengan warna keputihan sebanyak
4cc.
Mikroskopis:
Sediaan endometrium terdiri dari stroma & kelenjar yang dilapisi sel epitel yang
tumbuh hiperplastis bergerombol (crowded) serta tampak back to back side .
Dengan inti sel pleimorfik, vesikuler, mitosis sukar ditemukan. Di antaranya
terdapat sedikit stroma jaringan ikat.
Gambar:
Sediaan berasal dari jaringan prostat hasil dari TUR (Trans Ureteral Resection)
Makroskopis:
Jaringan compang-camping dengan keping-keping lebih besar besar berwarna
putih kenyal sebanyak 5 gram.
Mikroskopis:
Sediaan prostat tampak kelenjar dilapisi sel epitel kolumner tumbuh hiperplastis
& sebagian tumbuh papilifer ke dalam lumen dengan inti kecil terletak di basal.
Di dalam lumen tampak corpora amylacea. Stroma terdiri atas jaringan
fibromuskuler yang kadang-kadang bersebukan masif sel radang limfosi & PMN.
Gambar:
BAB II
INFLAMASI
1. HIPEREMIA AKTIF
Definisi:
Hiperemia aktif adalah dilatasi arteri dan arteriola yang menyebabkan
meningkatnya aliran darah ke capillary bad. Sediaan berasal dari jaringan
appendix.
Makroskopis:
Jaringan appendix membengkak dan berwarna merah.
Mikroskopis:
Sediaan mukosa appendix dilapisi epitel selapis kolumner. Submukosa tampak
Sebukan masif sel radang akut (sel neutrofil ) mulai dari lamina propia sampai
Lapisan muskularis. Tampak pula dilatasi & bendungan pembuluh darah arteri
Dengan lumen mengandung eritrosit.
Gambar:
2. HIPEREMIA PASIF
Definisi :
Hyperemia pasif yaitu peningkatan deoksigenisasi haemoglobin (Hb). Berwarna
biru kemerahan akibat bendungan vena. Hiperemia pasif disebut juga sebagai
kongesti (congestion). Sediaan berasal dari jaringan operasi rectum
(haemorrohoid)
Makroskopis:
Diterima sebuah jaringan sebesar kacang ijo berwarna biru merah, kenyal.
Penampang Berisi darah berwarna merah kebiruan.
Mikroskopis:
Sediaan mukosa rectum dilapisi epitel gepeng berlapis & epitel kolumner selapis.
Submokosa tampak pembuluh darah yang mengalami dilatasi & bendungan
pembuluh darah.
Gambar:
3. EDEMA PARU
Definisi:
Edema adalah peningkatan volume cairan intraseluler dan ekstraseluler disertai
penimbunan cairan di dalam sel jaringan dan rongga serosa. Edema paru dalah
edema fatal. Sediaan berasal dari edema paru pada penderita payah jantung.
Makroskopis:
Paru bertambah berat karena oedematus (700-800 gram). Paru-paru bagian bawah
mengembang mengandung air. Penampang: cairan berbusa bercampur darah.
Mikroskopis:
Sediaan dari paru menunjukkan pelebaran septa alveoli dan edematous serta
pelebaran kapiler pada septa. Dalam rongga alveoli berisi cairan sembab berupa
endapan granuler yaitu serum.
Pada keadaan yang lebih parah akan menimbulkan perdarahan sehingga cairan
sembab bercampur sel darah merah. Keadaan ini akan ditemukan makrofag yang
mengandung pigmen hemosiderin disebut sel payah jantung (heart failure cell).
Akibat fibrosis septum alveoli dan pigmen hemosiderin yang berwarna coklat
akan menyebabkan paru berwarna coklat & padat. Keadaan ini disebut brown
induration.
Gambar:
4. THROMBUS
Definisi :
Thrombus adalah massa berupa unsur darah yang terdapat dalam kardiovaskuler
sewaktu manusia masih hidup. Thrombus arterial, occlusive terdapat pada arteri
coronaria dan sering pada kasus Arteriosclerosis. Sediaan berasal dari arteri
coronaria dengan keluhan arteriosclerosis.
Makroskopis:
Jaringan arteri berwarna putih keabuan menyusun helai tidak beraturan dan
lapisan fibrin, platelet disebut garis Zahn.
Mikroskopis:
Tampak pada dinding arteri lapisan-lapisan berupa lameler yang tumbuh dari
dinding pembuluh darah ke arah lumen menuruti aliran darah.
Gambar:
Definisi :
Infark adalah nekrosis iskhemik pada organ/jaringan yang disebabkan penurunan
aliran darah. Infark dibagi dua yaitu:
– Infark putih karena okiusi arteri
– Infark merah karena oklusi vena
Sediaan berasal dari jaringan myocardium pada penderita infak myocard.
Makroskopis:
Obstruksi pembuluh pada daerah perifer alat tubuh dan daerah dari tempat oklusi
arteri/vena.
Berbentuk limas dengan puncak menuju tempat oklusi.
Setelah beberapa jam, karena stagnasi darah maka timbul edema & perdarahan.
Setelah 24 jam tampak jantung padat dan pucat pada bagian yang kena setelah
beberapa hari warna kuning putih batas jelas dari sekitarnya. Sesudah beberapa
minggu bagian yang terkena mengalami fibrosis mulai dari tepi menuju ke pusat.
Nekrosis menimbulkan jaringan parut yang pucat.
Mikroskopis:
Setelah 24 jam infark maka sel myocardium mengalami nekrosis koagulatifa,
disertai edema interstitium, perdarahan dan eksudasi neutrofil pada bagian tepi.
Hari ke 4-10 eksudasi neutrofil bertambah terutama pada tepi serta inti serabut
myocardium jadi piknotik, seran lintang hilang, degenerasi lemak menghilang.
Karena fagositosis otot myocardium mengkerut. Sisa-sisa perdarahan tampak
sebagai pigmen hemosiderin. Setelah 10 hari organisasi mulai dari tepi
menggantikan jaringan nekrotik tampak fibroblast dan kapiler. Pada minggu ke 6
terjadi fibrosis akibat adanya degenerasi hialin.
Gambar:
6. APPENDICITIS AKUT
Definisi:
Suatu radang akut purulenta/supurativa pada appendix, ditandai adanya
pus/eksudat Purulenta, yaitu eksudat yang kaya akan lekosit, terutama sel-sel
neutrofil (sel Neutrofil sebagian masih utuh, sebagian disintegrasi) serta debris sel
parenkhim.
Makroskopis:
Tergantung pada fase awal atau lanjut, berat atau ringan proses radang. Pada
proses klasik memperlihatkan lumen dilatasi, berisi pus yang dapat bercampur
darah dan sering terdapat fecalith. Dinding dapat menipis, lapisan mukosa
hiperemis dan ulcerasi dapat fokal atau difus. Lapisan serosa keruh/kotor.
Mikroskopis:
Lumen berisi eksudat purulenta mungkin bercampur darah dan fecalith. Lapisan
epitel sebagian ulserasi, jaringan limfoid subepitel hiperplastis.
Tampak sebukan masif sel radang PMN, mulai lapisan mukosa, lapisan
muskularis dan lapisan serosa. Pada submosa maupun serosa mengalami
bendungan & oedematus.
Gambar:
7. SALPINGITIS PURULENTA
Sediaan ini merupakan contoh lain dari proses radang purulenta/supurativa selain
appendicitis akut.
Makroskopis:
Lumen tuba mengalami dilatasi dan tampak dinding tuba menipis. Bagian
fimbriae sering tersumbat oleh eksudat yang mengalami organisasi, lumen
dipenuhi oleh eksudat purulenta. Lapisan serosa merah (hiperemis) dan tertutup
oleh eksudat.
Mikroskopis:
Tampak lumen tuba penuh dengan eksudat purulenta, lapisan epitel sebagian
mengalami erosi & sebagian utuh. Pada lapisan mukosa sampai lapisan serosa
yang vaskuler dan oedematus tampak sebukan masif sel radang PMN disertai
bagian nekrosis & perdarahan.
Gambar:
8. CHOLECYSTITIS CHRONIS
Makroskopis:
Kandung empedu dengan dinding yang menebal, seperti beludru.
Mikroskopis:
Pada pembesaran kecil terlihat permukaan kandung empedu yang tumbuh
papilifer, ke dalam lumen, lapisan muskularis mengalami fibrosis. Pada beberapa
daerah di submukosa terdapat struktur tubuler dengan dinding tidak teratur.
Pada pembesaran besar terlihat mukosa kandung empedu dilapisi sel-sel silindris
selapis, sebagian atrofi sebagian tumbuh papilifer, inti dalam batas normal.
Submukosa tampak sebukan masif sel radang limfosit dan sel makrofag. Pada
beberapa tempat tampak masuknya lapisan epitel jauh ke dalam lapisan
muskularis dengan dinding tidak teratur, dilapisi epitel silindris. Struktur ini
disebut Sinus Rokitansky-Ascoff.
Gambar :
9. ABSES OTAK
Makroskopis:
Abses otak tidak memberikan gambaran yang spesifik, tergantung jenis kuman
penyebabnya. Umumnya berupa jaringan yang lunak, rapuh, putih bersih.
Mikroskopis:
Pada fase awal hanya berupa kumpulan sel radang neutrofil yang masif clisertai
pelebaran-pelebaran pembuluh darah kapiler. Selanjutnya pada tingkat yang lebih
berat bagian tengah berupa massa nekrosis dengan sel-sel makrofag dan bagian
tepi berupa proliferasi kapiler serta retikulin. Jaringan sekitarnya oedematus
disertai astrosit yang reaktif. Disusul oleh terbentuknya jaringan granulasi sebagai
kapsul. Selanjutnya jaringan granulasi mengalami fibrosis dan kolagenisasi.
Gambaran mikroskopi yang klasik bagian tengah terdiri dari pus dibatasi oleh
jaringan granulasi dan paling luar oedematus. Selanjutnya yang lebih mencolok
adalah adanya sel limfosit dan sel plasma menggantikan sel neutrofil. Jaringan
granulasi diganti jaringan fibrokolagen yang memadat.
Gambar:
(lihat hal 9)
Makroskopis:
Kelainan kulit berbentuk macula besar, berbatas tegas, bagian tepi sedikit
meninggi, bagian tengah pucat. Lesi dapat sat (single) atau multiple, tidak
simetris. Ditandai oleh hipoestesi, hipopigmentasi, tidak ada pertumbuhan rambut
dan kelenjar keringat.
Mikroskopis:
Di bawah lapisan epitel gepeng berlapis epidermis yang normal atau telah atrofi
yaitu dalam lapisan dermis terdapat granuloma epiteloid serta sebukan ringan
sampai sedang sel radang mononukleous. Dapat ditemukan sel datia langhans.
Granuloma umumnya mengelilingi serabut saraf dengan akibat serabut saraf dapat
nekrosis. Maka dapat terbentuk “central necrosis”. Dapat ditemukan
mycobacterium leprae pada daerah nekrosis.
Gambar:
BAB III
NEOPLASMA
1. POLIP NASI
Makroskopis:
Sediaan berasal dari jaringan polip cavum nasi, tumor bertangkai warna putih
kemerahan.
Mikroskopis:
Pada pembesaran kecil terlihat pertumbuhan membentuk polip yang dilapisi sel-
sel epitel saluran pernafasan (epitel silindris bertingkat). Kadang-kadang
mengalami metaplasia skuamosa.
Pada pembesaran besar sterlihat stroma oedematous, terdiri dari jaringan ikat
Renggang mukoid, dengan sebukan sel PMN, eosinofil dan sel plasma. Terlihat
lebih banyak sel PMN & eosinofil. Di daerah stroma juga terlihat proliferasi
kelenjar seromukosa. Pada beberapa keadaan dapat terjadi penebalan membrana
basalis disertai hialinisasi.
Gambar:
2. POLIP REKTI
Makroskopis:
Sediaan berasal dari jaringan polip rekti, tumor bertangkai berwarna putih
kemerahan.
Mikroskopis:
Pada pembesaran kecil terlihat jaringan ikat renggang yang tumbuh berbentuk
polip, dilapisi sel-sel torak selapis, sebagian sudah rusak & desquamasi. Di dalam
stroma terlihat banyak sekali lumen-lumen kelenjar yang juga dilapisi sel-sel
torak.
Pada pembesaran besar, terlihat massa polip yang di bagian luar dilapisi oleh sel-
sel Torak (silindris) selapis, sebagian dengan sitoplasma bervakuola (sel goblet).
Stroma terdiri dari jaringan ikat renggang.
Gambar:
3. NEUROFIBROMA
Neurofibroma merupakan tumor jinak terdiri dari unsur-unsur sel schwann dan sel
fibrosa yang tumbuh hiperplastis. Bila terdiri dari sel schwann saja disebut
schwanonnoma. Bila neurofibroma tumbuh multiple disebut neurofibromatosis.
Makroskopis:
Jaringan-jaringan berkulit dengan massa tumor dibawahnya berwarna keputihan,
ukuran 1X1X1 cm.
Mikroskopis:
Pada pembesaran kecil terlihat sediaan dilapisi epitel gepeng kulit. Dibawahnya
terlihat massa tumor yang memadat terdiri dari sel berinti bulat sampai lonjong.
Pada bagian pinggir terlihat batas yang tegas terhadap jaringan sekitarnya.
Pada pembesaran besar, terlihat massa tumor terdiri dari sel-sel fibrosa yaitu sel
berinti seperti cerutu dengan sitoplasma terdiri dari serat-serat panjang lurus.
Disamping itu terlihat pula sel-sel schwann yang terdiri dari sel yang berinti
seperti koma (tidak simetris), sitoplasma halus bergelombang (undulant). Kadang-
kadang terlihat pula vesikel-vesikel terdiri dari serat-serat fibrokolagen. Pada
beberapa tempat dapat ditemukan daerah-dearah perdarahan.
Gambar:
4. HAEMANGIOMA KAVERNOSUM
Makroskopis:
Jaringan berkulit, dengan tumor dibawahnya berwarna merah kecoklatan
berongga-rongga kecil, ukuran 2X2X2 cm.
Mikroskopis:
Pada pembesaran kecil, pada hemangioma kavernosa yang terletak subcutis
terlihat lapisan epitel gepeng berlapis kulit. Dibawahnya tampak massa yang
berwarna merah, terdiri dari pelebaran pembuluh darah yang berisi eritrosit yang
masih baik. Lumen ini terdiri dari berbagai ukuran, yang satu sama lain dibatasi
jaringan ikat fibrokolagen, kadang-kadang di daerah septa disertai sebukan sel
radang, terutama radang bulat.
Pada pembesaran besar, perhatikan bahwa dinding kaverne-kaverne tersebut
sebenarnya dilapisi selapis sel-sel endotel yang berasal dari endotel dinding
kapiler normal yang tumbuh hiperplastis. Sel-sel eritrosit di dalam lumen kapiler
ini selalu dalam keadaan utuh (preserved) dan tidak terdapat pembentuk thrombus.
Gambar:
5. KARSINOMA RECTI
Mikroskopis:
Pada pembesaran kecil sudah terlihat lapisan mukosa rectum yang sebagian masih
normal dan sebagian tidak teratur dengan sel-sel lebih padat dan lebih gelap. Pada
pembesaran besar, pada satu bagian terlihat mukosa rectum yang masih normal.
Pada bagian lain tampak kelenjar yang berwarna lebih gelap dan telah mengalami
derajat keganasan. Sel-sel kelenjar proliferatif beberapa lapis, letak inti tidak lagi
teratur. Inti pleimorfik, kromatin kasar terlihat mitosis patologis. Sel-sel tumor
masih tersusun membentuk kelenjar (berdiferensiasi baik) dan telah menginvasi
jaringan ikat (stroma) submukosa. Juga tampak daerah nekrotik dengan sebukan
sel radang limfosit, netrofil dan eosinofil
Gambar:
BLOK
ENDOCRINE,
METABOLIC AND
NUTRITION
(EMN)
BAB I.
Thyroiditis Chronis Non Specific
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
skenario.
3. Skenario
setelah sakit tenggorakan yang tidak sembuh setelah beberapa hari. Benjolan
4. Makroskopis
Diterima hasil operasi tyroid sebesar 4x4x4 cm, warna coklat. Pada
Gambar 1.1 Hasil operasi thyroid pasien thyroiditis chronis non specific
5. Mikroskopis
tampak jaringan ikat bersebukkan sel radang limfosit, sel plasma, dan
histiosit.
B. Rangkuman
C. Tugas Latihan
keterangan gambaran
mikroskopis kasus
lihat di mikroskop
thyroiditis!
patogenesis thyroiditis
antara Hashimoto
ketahui
BAB II
Hashimoto’s Thyroiditis
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
skenario.
3. Skenario
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
Gambar 2.2 Mikroskopis Hashimoto’s thyroiditis. Tampak folikel-folikel tiroid ukuran kecil
dilapisi epithel dengan sitoplasma eosinofilik. Diantaranya jaringan ikat bersebukan
sel limfoid membentuk struktur folikel limfoid dengan centrum germinativum.
B. Rangkuman
C. Tugas Latihan
keterangan gambaran
mikroskopis kasus
Hashimoto’s thyroiditis
mikroskop!
patogenesis Hashimoto’s
thyroiditis!
Hashimoto’s thyroiditis!
spesifik!
Hashimoto’s thyroiditis
menjadi keganasan!
BAB III
Adenomatous Goiter
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
skenario.
3. Skenario
Seorang wanita dari Liwa usia 40 tahun datang ke poli bedah RSAM
dengan keluhan benjolan pada leher depan. Benjolan masif menutup seluruh
kenyal, batas tegas. Pasien dianjurkan FNAB dan USG. Hasil USG: Benign
anantomi.
4. Makroskopis
warna merah, batas tegas. Dilakukan lamelasi berupa massa padat lunak
warna kecoklatan.
5. Mikroskopis
B. Rangkuman
C. Tugas Latihan
keterangan gambaran
mikroskopis kasus
saudara lihat di
mikroskop
adenomatous goiter!
adenomatous goiter!
follicular adenoma
thyroid!
BAB IV
Follicular Adenoma Thyroid
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelaajaran
2. Metode Pembelajaran
skenario.
3. Skenario
sejak 3 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik tampak benjolan ukuran
4. Makroskopis
Benjolan pada tyroid ukuran 4x4x4 cm, kenyal, warna coklat. Pada
5. Mikroskopis
B. Rangkuman
C. Tugas Latihan
keterangan gambaran
mikroskopis kasus
follicular adenoma
di mikroskop!
patogenesis follicular
adenoma thyroid!
transformasi keganasan
adenoma menjadi
folllicular carcinoma
thyroid!
mendasar antara
follicular adenoma
carcinoma thyroid!
BAB V
Follicular Carcinoma Thyroid
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
skenario.
3. Skenario
dan kepala. Benjolan dirasakan 1 tahun yang lalu, 6 bulan yang lalu benjolan
Gambar 5.2 MRI Penderita follicular carcinoma thyroid yang metastasis ke tulang
tengkorak.
4. Makroskopis
Diterima 2 buah jaringan yang berasal dari tiroid dan kepala. Jaringan
ukuran 7x7x7 cm dan 6x5x4 cm, warna coklat. Pada lamelasi massa padat
5. Mikroskopis
Beberapa tampak massa tumor menginvasi kapsul jaringan ikat dan pembuluh
darah.
Gambar 5.5 Mikroskopis follicular carcinoma thyroid. Tampak sel-sel bentuk bulat, oval,
poligonal berkelompok menyusun struktur folikel ukuran kecil menginvasi
kapsul jaringan ikat.
A B
Gambar 5.6 Mikroskopis follicular carcinoma thyroid. (A) Sel-sel tumor menginvasi kapsul
jaringan ikat. (B) sel-sel tumor menginvasi pembuluh darah.
B. Rangkuman
C. Tugas Latihan
keterangan gambaran
mikroskopis kasus
follicular carcinoma
di mikroskop
patogenesis follicular
carcinoma thyroid!
follicular carcinoma
thyroid!
follicular carcinoma
thyroid!
BAB VI
Papillary Carcinoma Thyroid
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
skenario.
3. Makroskopis
penampang tampak massa padat putih diameter 2 cm, padat, putih, rapuh.
Diterima pula kgb sebanyak 7 buah diameter terkecil 1 cm, dan diameter
4. Mikroskopis
Gambar 6.2 Mikroskopis papillary carcinoma thyroid. Tampak sel-sel nuclear groove.
Gambar 6.3 Papillary carcinoma thyroid varian tipe follicular. Inti sel memberi
gambaran ground glass appearance.
Gambar 6.5 Microskopis papillary carcinoma thyroid. Tampak massa tumor dengan
sel-sel menyusun papil-papil dilapisi sel-sel tumor dengan inti memberi
gambaran ground glass appearance.
B. Rangkuman
C. Tugas Latihan
keterangan gambaran
mikroskopis kasus
papillary carcinoma
di mikroskop
patogenesis papillary
carcinoma thyroid!
karakteristik papilary
carcinoma thyroid!
BAB VII.
Undifferentiated Carcinoma Thyroid
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pemebelajaran
2. Metode Pembelajaran
skenario.
3. Skenario
suaranya parau dan sulit menelan. Pasien juga mengeluh sulit tidur karena
susah bernapas. 10 tahun yang lalu penderita pernah operasi thyroid dan
tampak benjolan terfiksir dan keras pada leher depan melebar ke lateral dan
bawah, ukuran 7x7x6 cm, dan terdapat bekas sayatan operasi lama. Benjolan
tersebut dirasakan muncul lagi 3 bulan yang lalu, cepat membesar, dan
4. Makroskopis
Dari kamar operasi diterima sebuah jaringan ukuran 7x7x6 cm, batas
ireguler, warna coklat kehitaman. Pada irisan penampang tampak massa padat
5. Mikroskopis
Massa tumor terdiri dari sel-sel bentuk spindel hiperplastis padat. Inti
B. Rangkuman
thyroid.
C. Tugas Latihan
keterangan gambaran
mikroskopis kasus
undifferentiated
saudara lihat di
mikroskop!
patogenesis
undifferentiated
carcinoma thyroid!
undifferentiated
carcinoma thyroid!
gambaran mikroskopis
undifferentiated
carcinoma thyroid!
DAFTAR PUSTAKA
EGC.Jakarta. 2005.
Kumar V, Cotran RS, Robbin SL. Robbin basic pathology. Edisi ke-7.
Mosby. 2004.
Yogyakarta. 1996
Chen H, Sippel RS, O'Dorisio S, Vinik AE, Lloyd RV, Pacak K. The
2010;39: 39-78.
876-889.
BLOK
HEMATOIMUNOLOGI
(HI)
BAB I.
LIMFADENITIS TUBERKULOSIS
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
2. Petunjuk Praktikum
skenario.
3. Skenario
benjolan pada leher kanan. Berat badan menurun dan saat ini benjolan pecah
Pemeriksaan rontgen foto thorax tampak kelainan yang berarti, laju endap
4. Makroskopis
kenyal, lunak. Pada irisan penampang kapsul baik, putih homogen dengan
5. Mikroskopis
korteks dan medulla telah dipenuhi dengan struktur tuberkel yang terdiri atas
B. Kesimpulan
Limfadenitis tuberkulosa
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
BAB II.
LIMFOMA HODGKIN’S
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
2. Petunjuk Praktikum
skenario.
3. Skenario
pembengkakan pada leher kanan yang dialami sejak 1 tahun yang lalu. Pada
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
mitosis ditemukan. Juga tampak sel-sel eosinofil dan sel-sel datia yang
menyerupai megakariosit dengan inti yang besar dan berkerut yaitu sel datia
B. Kesimpulan
Penyakit Hodgkin
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
BAB III
METASTASE EPIDERMOID KARSINOMA KE KELENJAR
GETAH BENING
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
karsinoma epidermoid pada kelenjar getah bening ditinjau dari ilmu patologi
anatomi
2. Petunjuk Praktikum
skenario.
3. Skenario
Seorang wanita P2A0 mengeluh perdarahan dari jalan lahir sejak 3 bulan yang
histerektomi beserta kelenjar getah bening iliaka komunis kanan dan kiri.
4. Makroskopis
Diterima jaringan kelenjar getah bening yang berasal dari iliaca kanan
5. Mikroskopis
dibawahnya masih tampak sisa jaringan limfoid. Tampak pada korteks dan
medulla terdapat sel-sel bulat dengan inti polimorfi, vesikuler, anak inti jelas,
B. Kesimpulan
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
BAB IV
LIMFOMA NON HODGKIN
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
2. Petunjuk Praktikum
skenario.
3. Skenario
Seorang pria berusia 56 tahun menderita benjolan pada leher kiri sejak
1 tahun yang lalu. Mula-mula sebesar biji jagung yang makin lama semakin
membesar dan multipel. Saat ini pada leher kanan dan inguinal juga timbul
Penderita tidak merasakan nyeri, tetapi berat badan penderita menurun, terasa
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
ukuran lebih besar yang tersebar merata di seluruh lapangan pandang. Inti
B. Kesimpulan
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
stadium berapa?
BAB V
NON HODGKIN’S LIMFOMA TIPE HISTIOSITIK
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
2. Petunjuk Praktikum
skenario.
3. Skenario
patologi anatomi.
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
folikel-folikel. Terdiri dari sel-sel tumor bentuk dan ukuran lebih besar dari
histiosit, yang tersebar merata pada seluruh lapang pandang. Inti besar,
B. Kesimpulan
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
RUJUKAN PUSTAKA
Kumar V, Abbas AK, Fousto N. 2005. Robbin and Cotran Pathologic Basis of
Disease. Edisi ke-7. Elsevier saunders. Phladelphia.
Rosai J. 2004. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology. Edisi ke-9. Mosby.
Edenburgh.
BLOK
GENITOURINARY
(GU)
BAB I.
KARSINOMA SEL TRANSITIONAL BULI-BULI
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus karsinoma sel
transitional buli-buli ditinjau dari ilmu patologi anatomi
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan
3. Skenario
Seorang laki-laki usia 65 tahun dengan keluhan buang air kecil berdarah
(hematuria) sejak beberapa bulan yang lalu. Saat ini keluhan tersebut semakin
sering disertai lemas dan berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik
penderita dinyatakan anemia. Pada pemeriksaan usg tampak massa dengan
batas tidak tegas pada buli-buli. Pemeriksaan sitologi: ditemukan sel-sel
bentuk bulat, oval, poligonal berkelompok menyusun pseudo palisade.
Diputuskan operasi, hasil operasi dikirim ke patologi anotomi untuk
kepentingan diagnosis.
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
Sediaan massa tumor terdiri dari sel-sel bulat sedang tersusun papilifer.
Inti sel pleomorfi, hiperkromatis, mitosis ditemukan. Sebagian sel tumor telah
menginvasi jaringan ikat sekitarnya.
B. Kesimpulan
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Jelaskan tentang gradasi tumor buli!
3. Jelaskan faktor predisposisi terjadinya karsinoma sel transisional buli-buli!
BAB II.
HIPERPLASIA PROSTAT
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
2. Petunjuk Praktikum
3. Skenario
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
B. Kesimpulan
Hiperplasia prostat
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Bagaimana hubungan antara hiperlasia prostat dengan karsinoma prostat?
3. Jelaskan penyebab terjadinya hiperplasia prostat!
BAB III
ADENOKARSINOMA PROSTAT
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
2. Petunjuk Praktikum
3. Skenario
Seorang laki-laki umur 70 tahun sejak 3 tahun yang lalu sukar buang air
kecil. Kalau mau buang air kecil harus mengedan dan kadang-kadang
mengeluarkan darah. Dilakukan pemeriksaan colok dubur: prostat membesar,
berdungkul dungkul, keras, dan padat. Diputuskan prostatektomi. Jaringan
hasil operasi dikirimkan ke patologi anotomi untuk kepastion diagnosis.
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
B. Kesimpulan
Adenokarsinoma prostat
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Jelaskan tentang gleason score?
3. Sebutkan beberapa organ yang paling sering menjadi tempat metastasis
adenokarsinoma prostat!
BAB IV
SEMINOMA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
2. Petunjuk Praktikum
3. Skenario
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
B. Kesimpulan
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Sebutkan tipe-tipe seminoma!
3. Buatlah skema perjalanan penyakit seminoma dihubungkan tumor
embryonal lainnya!
BAB V
PIELONEFRITIS KRONIS
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
2. Petunjuk Praktikum
3. Skenario
4. Makroskopis
Jaringan ginjal berukuran 11x6x4 cm, , berat 100 gram, disertai ureter
panjang 21 cm. Pada sayatan berwarna putih kecoklotan dengan konsistensi
kenyal padat.
5. Mikroskopis
B. Kesimpulan
Pielonefritis kronis
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
dibuat!
2. Jelaskan penyebob pyelonefritis khronis!
3. Apakah terdapat kemungkinan terjadi keganasan? Jelaskan!
BAB VI
TUMOR WILMS
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
2. Petunjuk Praktikum
3. Skenario
Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun, sejak 1 tahun yang lalu perut
makin membucit, buang air kecil ada kalanya kemerahan. Pada pemeriksaan
teraba massa tumor pada rongga perut kiri sebesar tinju orang dewasa.
Rontgen foto abdomen tampak bayangan radiopoque menempati daerah
ginjal kiri yang menekan kolon, diputuskan operasi dan massa tumor ginjal
kiri di angkat untuk pemeriksaan patologi.
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
B. Kesimpulan
Tumor Wilm's
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
dibuat!
2. Gambaran khas tumor Wilm's?
3. Jelaskan penyebab tumor Wilm's?
BAB VII
KARSINOMA SEL RENAL
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
2. Petunjuk Praktikum
3. Skenario
4. Makroskopis
Tampak massa tumor yang menembus sel korteks ginjal. Massa tumor
berwarna kuning keemasan.Pada pembelahan massa tumor, tampak daerah
perdarahan, nekrosis dan disertai daerah-daerah yang mengeras.
5. Mikroskopis
B. Kesimpulan
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
dibuat!
2. Karsinoma sel renal tersebut di atas berasal dari sel?
3. Bedakan antara karsinoma sel renal dan transitional cell carcinoma?
BLOK
GASTROINTESTINAL
(GI)
BAB I
EPULIS GRANULOMATOSA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2 Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Seorang wanita berusia 22 tahun datang ke RS dengan keluhan benjolan
di rahang atas sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan berukuran kecil dan
berkembang secara progresif dalam setahun. Pasien tidak memiliki riwayat
trauma, defisit neurologis, demam, kehilangan nafsu makan dan penurunan
berat badan. Tidak ada benjolan lain sejenis di bagian tubuh yang lain. Secara
umum, pasien tampak sehat.
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
Tampak cell-free zone di antara lesi utama dan epitel di bawahnya
namun zona ini dapat hilang jika terdapat inflamasi atau ulserasi. Tampak
multinucleated giant cell di antara stroma.
B. Rangkuman
Berdasarkan gambaran klinis, makroskopis, dan mikroskopis diatas
disimpulkan: Epulis granulomatosa
C. Tugas latihan
BAB II
ADENOMA PLEOMORFIK
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus adenoma
pleomorfik ditinjau dari ilmu patologi anatomi.
2. Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Seorang pria berusia 28 tahun dikirim dari rumah sakit di sebuah
perusahaan , tanpa rasa sakit, daerah submandibular bengkak selama 3 bulan .
kemudian dioperasi, ukuran tumor 4,3 x 2,3 cm .
4. Makroskopik
Tumor berbatas tegas , sebagian berkapsul, abu-abu putih , myxoid ,
massa karet dengan permukaan padat, ukuran 6 cm
5. Mikroskopik
Secara histologi, Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran yang ber-
variasi. Secara klasik Adenoma Pleomorfik adalah bifasik dan
karakteristiknya merupakan satu campuran epitel poligonal dan elemen
myoepitel spindle-shaped membentuk unsur dengan latar belakang stroma
oleh mukoid, myxoid, kartilago atau hyalin.
B. Rangkuman
Berdasarkan gambaran klinis, makroskopis, dan mikroskopis diatas
disimpulkan: Adenoma Pleomorfik.
C. Tugas latihan
1. Gambar dan beri Gambar:
keterangan gambaran
mikroskopis kasus
adenoma pleomorfik
yang saudara lihat di
mikroskop
BAB III
AMELOBLASTOMA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus ameloblastoma
ditinjau dari ilmu patologi anatomi.
2. Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Seorang kali-laki umur 36 tahun datang dengan keluhan terdapat
benjolan sebesar bola tenis di pipi kanan. Dari gusi sering keluar cairan
kemerahan.
4. Makroskopik
Diterima jaringan beserta tulang mandibula dengan 3 buah gigi ukuran
seluruhnya 17x9x9 cm, konsistensi keras, sebagian rapuh. Pada lamelasi
tampak massa padat, putih, kemerahan berbercak hitam.
5. Mikroskopik
Massa tumor terdiri atas sel-sel epitel odontogenik yang tumbuh
hiperplastik mengelilingi stroma yang terdiri atas jaringan ikat longgar
dengan sel-sel berbebentuk stelat. Di antaranya tampak jaringan ikat fibrosa
dan trabekula tulang yang destruktif. Pada bagian lain tampak perdarahan.
a. Tipe Folikular
Ameloblastoma tipe folikular menunjukan gambaran histologi yang
tipikal dengan adanya sarang-sarang folikular dari sel-sel tumor yang
terdiri dari sebuah lapisan periferal dari sel-sel kolumnar atau kuboidal
dan sebuah massa sentral dari sel yang tersusun jarang yang menyerupai
retikulum stellata. Degenerasi dari jaringan yang berbentuk seperti
retikulum stellata itu akan menghasilkan pembentukan kista.
b. Tipe Pleksiform
Ameloblastoma tipe pleksiform ditandai dengan kehadiran sel tumor
yang berbentuk seperti pita yang tidak teratur dan berhubungan satu sama
lain. Stroma terbentuk dari jaringan ikat yang longar dan edematous
fibrous yang mengalami degenerasi kistik.
c. Tipe Acanthomatous
Ameloblastoma tipe ini ditandai dengan karakteristik adannya
squamous metaplasia dari retikulum stelata yang berada diantara pulau-
pulau tumor. Kista kecil terbentuk di tengah sarang sellular. Stroma
terdiri dari jaringan ikat yang fibrous dan padat.
B. Rangkuman
C. Tugas Latihan
BAB IV
TUMOR WHARTIN
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Seorang pria berusia 76 tahun datang dengan keluhan utama benjolan di
anterior aurikula dan mengeluh ada sensasi di tenggorokan . Pasien
menyangkal disfagia , nyeri , infeksi atau aspirasi. Benjolan makin membesar
dan tidak berubah selama beberapa bulan . dilakukan operasi.
4. Makroskopik
Massa kecil, berkapsul, dan bulat atau ovoid yang pada transeksi sering
memperlihatkan rongga kistik atau celah yang mengandung musin dengan
latar belakang abu-abu muda.
5. Mikroskopik
Lapisan epitel dua deret yang melapisi rongga yang bercabang, kistik,
atau mirip celah, Sel yang menghadap ke arah lumen merupakan epitel
kolumnar dan terlihat inti selnya yang tunggal dan berbentuk oval, tersusun
palisade. Pada bagian basal disusun oleh epitel kubis; jaringan limfoid di
dekatnya yang kadang-kadang membentuk sentrum germinativum.
B. Rangkuman
Berdasarkan gambaran klinis, makroskopis, dan mikroskopis diatas
disimpulkan: Tumor Whartin
C. Tugas Latihan
2. Sebutkan perubahan
menjadi keganasan yang
dapat terjadi pada tumor
whartin!
BAB V
ULKUS GASTER
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
4. Makroskopik
5. Mikroskopik
Tampak erosi mukosa gaster dengan dasar ulkus yang terdiri dari
jaringan nekrotik, sebukan sel-sel radang PMN dan tampak perdarahan.
Jaringan granulasi aktif pada dasar ulkus. Tampak sel-sel fibroblas dan
kapiler-kapiler muda.
B. Rangkuman
Berdasarkan gambaran klinis, makroskopis, dan mikroskopis diatas
disimpulkan: ulkus gaster.
C. Tugas latihan
2. Bagaimana patogenesis
dari ulkus gaster?
BAB VI
APPENDISITIS AKUT
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
4. Makroskopik
Diterima sebuah jaringan appendiks, panjang 7 cm, diameter 0,5 cm, edema.
5. Mikroskopik
Dinding appendix menjadi edema dan terdapat infiltrasi sel-sel radang
terutama PMN pada muscularis propria. Pembuluh darah serosa melebar,
Mukosa appendix nekrosis.
B. Rangkuman
Berdasarkan gambaran klinis, makroskopis, dan mikroskopis diatas
disimpulkan: appendisitis akut
C. Tugas Latihan
BAB VII
APPENDISITIS KRONIK
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
4. Makroskopik
Diterima sebuah jaringan appendiks, panjang 7 cm, diameter 0,5 cm.
Warna putih pucat.
5. Mikroskopik
Dinding appendix mengalami fibrosis . Infiltrasi sel-sel radang
mononuclear dalam muscularis propria .Mukosa baik dan folikel limfoid
membesar.
B. Rangkuman
Berdasarkan gambaran klinis, makroskopis, dan mikroskopis diatas
disimpulkan: apendisitis kronis.
C. Tugas Latihan
BAB VIII
KOLITIS TUBERKULOSA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
4. Makroskopik
Terdapat ulserasi, fibrosis difus di dinding kolon.
5. Mikroskopik
Granuloma kaseosa, ulserasi dan desmoplasia, vaskulitis, fibrosis,
granuloma pada kelenjar getah bening mesenterika
B. Rangkuman
Berdasarkan gambaran klinis, makroskopis, dan mikroskopis diatas
disimpulkan: kolitis tuberkulosa.
C. Tugas Latihan
BAB IX
AMUBIASIS KOLON
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Seorang wanita berusia 32 tahun dengan keluhan buang air besar
disertai darah. Kadang-kadang agak nyeri perut kanan bawah. Pada
pemeriksaan ginekologi tidak ada kelainan. Pemeriksaan radiologi terdapat
kelainan pada daerah colon/caecum diduga suatu keganasan. Dilakukan
reseksi colon dan caecum.
4. Makroskopik
Colon dan caecum sepanjang 12 cm dan bersambung dengan ileum 2,5
cm. Mukosa ileum tidak ada kelainan, pada lumen colon/caecum tidak ada
massa tumor, melainkan terdapat daerah-daerah erosif dan ulkus kecil-kecil
serta perdarahan dan nekrosis, jaringan mukosa sekitarnya berwarna merah.
5. Mikroskopik
Sebagian epitel thoraks dan sel goblet mukosa caecum erosif, diganti
jaringan nekrosis luas dengan banyak tuberkel tersusun dari sel-sel epiteloid
serta sel-sel bulat mononukleus. Juga terdapat sel datia Langhan’s. Lapisan
serosa vaskuler dengan tuberkel-tuberkel seperti di atas. Tidak ada sel ganas.
B. Rangkuman
Berdasarkan gambaran klinis, makroskopis, dan mikroskopis diatas
disimpulkan: Colitis Tuberkulosa.
C. Tugas Latihan
BAB X
PERFORASI USUS ET CAUSA THYPUS
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
3. Skenario
4. Makroskopik
Jaringan usus berukuran 2,5x1,5x0,3 cm, pada bagian tengah tampak
perforasi dengan penampang 0,5 cm.
5. Mikroskopik
Ulkus dengan patch Peyer dengan sel radang terutama netrofil. Tampak
histiosit dengan erythrophagocytosis. Sediaan mukosa usus dilapisi epitel
toraks selapis dengan satu bagian nekrotik. Submukosa oedematous
bersebukan sel radang limfosit, PMN dan beberapa makrofag terlihat aktif
B. Rangkuman
Berdasarkan gambaran klinis, makroskopis, dan mikroskopis diatas
disimpulkan: perforai usus et causa thypoid.
C. Tugas Latihan
BAB XI
KOLITIS ULSERATIF
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Seorang laki-laki berusia 21 tahun dengan keluhan sejak beberapa bulan
yang lalu sering diare bercampur darah dan lendir, kadang-kadang perut
terasa sakit, demam dan penurunan berat badan.
4. Makroskopik
3 buah jaringan sebesar pecahan biji beras berwarna putih kenyal.
5. Mikroskopik
Sediaan kolon mukosa dilapisi epitel thoraks yang sebagian ukseratif,
lisis, inti dalam batas normal. Subepithelial hanya sampai tunika propria yang
oedematous bersebukan masif sel radang limfosit, beberapa plasma sel dan
PMN neutrofilik. Tampak pula seromukous. Tidak nampak tanda-tanda
alergi, proses spesifik maupun ganas. Pseudopolip terlihat jelas & nyata,
ulkus dangkal, reaksi limfoid ringan, fibrosis ringan, serositis ringan,
granuloma & fistula tidak ada.
B. Rangkuman
Berdasarkan gambaran klinis, makroskopis, dan mikroskopis diatas
disimpulkan: colitis ulseratif.
C. Tugas Latihan
2. Jelaskan perbedaan
kolitis ulseratif dengan
penyakit Chron!
BAB XII
POLIP REKTUM
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
4. Makroskopik
Diterima jaringan ukuran 2x1,5x1 cm, abu-abu kemerahan, kenyal.
Pada penampang tampak bercak kemerahan.
5. Mikroskopik
Sediaan terdiri dari mukosa rektum yang dilapisi epitel thoraks selapis
dan tumbuh polipoid. Tampak diantaranya kelenjar yang sebagian ulseratif,
jaringan ikat, stroma yang oedematous dan membentukan jaringan granulasi.
Disekitarnya tampak sel radang limfosit, eosinofil dan sl plasma.
B. Rangkuman
Berdasarkan gambaran klinis, makroskopis, dan mikroskopis diatas
disimpulkan: polip rectum.
C. Tugas Latihan
BAB XIII
ADENOKARSINOMA REKTUM
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Pasien mengeluh BAB selalu bercampur darah. Setiap kali ke toilet
untuk BAB, pasien mengaku harus mengedan dan membutuhkan waktu yang
lama untuk mengeluarkan feses dan keluar darah merah segar dan terkadang
merah kehitaman, darah tetap menetes setelah feses keluar dan beberapa saat
setelah selesai BAB, darah berhenti keluar. Dilakukan operasi usus besar.
4. Makroskopik
Diterima jaringan rectum sepanjang 20 cm. Pada daerah 2 cm dari anus
tampak massa tumor yang tumbuh proliferatif melapisi seluruh lumen, massa
tumor ukuran 11x5x4 cm.
5. Mikroskopik
Dinding usus besar yang diinfiltrasi oleh sel tumor ganas berstruktur
kelenjar. Tampak struktur kelenjar dengan sel epitel yang berlapis-lapis,
bertumpuk-tumpuk, pleomorfik, intivesikuler, nukleoli nyata dan ada mitosis
B. Rangkuman
Berdasarkan gambaran klinis, makroskopis, dan mikroskopis diatas
disimpulkan: adenocarcinoma rektum.
C. Tugas Latihan
BAB XIV
PENYAKIT HIRSCHPRUNG
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Bayi berusia 10 hari dengan keluhan sejak lahir tampak perut kembung
dan sulit buang air besar serta muntah-muntah.
4. Makroskopik
Diterima jaringan operasi usus bayi usia 10 hari, panjang 7 cm,
diameter lumen 1 cm, sebesar kacang tanah berwarna putih kekuningan.
5. Mikroskopik
Pada kolon yang normal menampilkan adanya sel ganglion pada
pleksus mienterik (Auerbach) dan pleksus sub-mukosa (Meissner). Diagnosis
histopatologi PH didasarkan atas tidak adanya sel ganglion pada kedua
pleksus tersebut. Disamping itu akan terlihat dalam jumlah banyak penebalan
serabut saraf (parasimpatis).
B. Rangkuman
Berdasarkan gambaran klinis, makroskopis, dan mikroskopis diatas
disimpulkan: Hirschprung disease.
C. Tugas Latihan
BAB XV
HEPATITIS KRONIK AKTIF
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
a. b.
Gambar 15.2. a. Hepatitis kronik aktif dengan nekrosis jembatan. Jembatan yang
berbentuk kurva dibentuk akibat nekrosis yang menghubungkan
daerah sentral ke portal. b. Hepatitis akut dengan nekrosis
periportal.
B. Rangkuman
C. Tugas Latihan
BAB XVI
HEPATITIS KRONIK PERSISTEN
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus kolesistitis
kronik ditinjau dari ilmu patologi anatomi.
2. Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Seorang laki-laki, berusia 60 tahun dengan keluhan demam, tidak nafsu
makan dan mual. Dari pemeriksaan fisik terdapat konjungtiva ikterik.
4. Makroskopis
Diterima keping-keping jaringan seperti benang, warna putih, panjang 3 cm.
5. Mikroskopis
Sediaan terdiri atas jaringan hati dengan sel-sel tersusun sinusoidal,
mengalami degenerasi bengkak keruh. Tampak gambaran sel hati yang
apoptosis dan menunjukkan “hour glass appearance”. Tampak nekrosis
jembatan (nekrosis interface). Tidak tampak ‘piecemeal necrosis’ dan
bridging necrosis.
B. Rangkuman
C. Tugas Latihan
BAB XVII
KOLESISTITIS KRONIK
A. Pendahuluan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Metode Pembelajaran
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Seorang wanita dari Liwa usia 45 tahun datang ke poli bedah RSAM
dengan keluhan nyeri perut kanan atas, mual, muntah dan tidak tahan
makanan berlemak. USG menunjukkan batu empedu besar dan menyebar
kandung empedu dengan dinding menebal hingga 5mm (ketebalan normal
adalah kurang dari 3mm) dengan daerah kistik di dinding fundus.
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
B. Rangkuman
C. Tugas Latihan
DAFTAR PUSTAKA
Kumar V, Abas AK, Fausto N. Robbins and Cotran pathologic basis of disease.
Edisi ke-7. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2005.
Kumar V, Cotran RS, Robbin SL. Robbin basic pathology. Edisi ke-7.
Philadelphia: Saunders. 2003.
Rosai J. Rosai and Ackerman’s surgical pathology. Edisi ke-9. Edinburgh: Mosby.
2004.
Baloch, Zubair W., LiVolski, VA. Neuroendokrine Tumor of the Thyroid Glands.
Am J Clin Pathol. 2001; 115 (1:S56-57).
Chen H, Sippel RS, O'Dorisio S, Vinik AE, Lloyd RV, Pacak K. The North
American Neuroendokrine Tumor Society Consensus Guidline for the Diagnosis
and Managemen of Neuroedokrine Tumor. Pancreas 2010;39: 39-78.
BLOK
KARDIORESPIRASI
(KARDIORESPI)
BAB I
HEMORRHOID
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus hemorrhoid
ditinjau dari ilmu patologi anatomi.
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan
3. Skenario
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
Sediaan tampak epitel gepeng berlapis dan epitel torak dengan inti
dalam batas normal. Dibawahnya tampak dilapisi pembuluh darah dilapisi
sel-sel endotel. Pada bagian lumen berisi beku darah, dinding pembuluh darah
fibrotik yang sebagian mengalami degenerasi hialin. Diantaranya jaringan
ikat bersebukan sel radang limfosit.
B. Kesimpulan
Hemorrhoid
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
dibuat !
2. Bedakan antara hemorroid dengan hemogioma kavernosa!
3. Sebutkan faktor predisposisi terjadinya hemorrhoid?
BAB II
HEMANGIOMA KAPILARE
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus hemangioma
kapilare ditinjau dari ilmu patologi anatomi
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan
3. Skenario
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
Sediaan dilapisi epitel gepeng berlapis kulit, inti dalam batas normal.
Dibawahnya tampak sel-sel endotel yang hiperplastik membentuk rongga-
rongga kecil, sebagian berisi eritrosit. Sekitarnya jaringan ikat fibrous.
B. Kesimpulan
Hemangioma kapiler
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Bedakan antara hemangioma kapiler dengan hemangioma kavernosa!
3. Apakah hemangioma kapilare dapat bertranformasi ke angiosarcoma ?
Jelaskan!
BAB III
HEMANGIOMA KAVERNOSUM
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus hemangioma
kavernosum ditinjau dari ilmu patologi anatomi
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan
3. Skenario
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
B. Kesimpulan
Hemangioma kavernosa
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Bagaimana potofisiologi terjadinya hemangioma covernosum!
BAB IV
LIMFANGIOMA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus limfangioma
ditinjau dari ilmu patologi anatomi.
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan
3. Skenario
4. Makroskopis
5. Mikroskopis
B. Kesimpulan
Limfangioma
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Bedakan antara hemangioma don limfangioma!
3. Sejauh mana limfangioma dapat berubah menjadi angiosarcoma?
BAB V
POLIP NASI
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan
3. Skenario
Seorang wanita 35 tahun datang ke poli THT dengan keluhan hidung
terumbat. Sejak kecil penderita sering bersin-bersin. Saat ini keluhan bersin
semakin bertambah parah disertai keluarnya lendir dan sulit bernapas lewat
hidung. Setelah dilakukan pemeriksaan rhinoskopi terlihat massa putih
keabuan tumbuh polipod, kenyal, mengkilap memenuhi seluruh rongga
hidung. Hasil pemerikasaan naso-endoskopi terdapat massa mengkilap
kemerahan. Dokter memutuskan untuk dilakukan operasi (ekstirpasi), dan
bahan hasil operasi dikirim ke laboratorium patologi anatomi.
4. Makroskopis
Diterima sebuah jaringan hasil operasi seperti anggur, warna putih
keabuan, licin, mengkilap, banyak mucous, dan kenyal ukuran diameter 0,3-
1cm. Pada irisan penampang kenyal, putih keabuan, berlendir. Dilakukan
irisan tipis-tipis untuk sediaan mikroskopis.
5. Mikroskopis
Sediaan mukosa dilapisi epitel torak pseudostratified yang sebagian
mengalami metaplasia skuamosa dengan inti dalam batas normal. Dibawah
epitel tampak jaringan ikat odematous bersebukan sel-sel limfosit, sel plasma,
netrofil, dan eosinofil.
B. Kesimpulan
Polip nasi
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Jelaskan perbedaan polip nasi dengan papilloma!
BAB VI
INVERTED PAPILLOMA NASAL
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus inverted
papilloma ditinjau dari ilmu patologi anatomi
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaanyang telah disediakan
3. Skenario
Wanita 45 tahun, mengeluh hidung tersumbat kadang berdarah, sejak 1
tahun. Diperiksa dokter didapatkan masa tumor berpapil menutup hidung.
Dilakukan pemeriksaan CT Scan didapatkan massa pada hidung kanan yang
meluas ke sinus dan mendesak septum nasi. diputuskan operasi; hasil jaringan
operasi dokirim ke laboratorium patologi anatomi.
4. Makroskopis:
Didapatkan sebuah jaringa berpapil-papil ukuran 2x2x2 cm, konsistensi
kenyal, warna putih keabuan.
5. Mikroskopis:
Sediaan terdiri jaringan ikat fibrokolagen bersebukan ringan sel radang.
Diantaranya tampak epitel skuomosa yang hiperplastis dan tumbuh kedalam.
Inti dalam batas normal.
B. Kesimpulan
Inverted papilloma
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Sebutkan istilah lainnya untuk papiloma!
BAB VII
KARSINOMA NASOFARING/UNDIFFERENTIATED CARCINOMA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus karsinoma
nasopharynx ditinjau dari ilmu patologi anatomi.
2. Petunjuk praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan
3. Skenario
4. Makroskopis:
Didapatkan keping-keping jaringan sebanyok 1 cc, warna coklat
kehitaman, konsistensi rapuh.
5. Mikroskopis:
Sediaan masa tumor terdiri dari sel-sel bentuk bulat, oval, spindel
tumbuh hiperplastis tersebar sebagian berkelompok dipisahkan septa jaringan
ikat, dengan inti polimorphi, vesicular anak inti jelas, mitosis ditemukan.
Diantara sel tumor ditemukan sel radang limfosit.
B. Kesimpulan
Undifferentiated carcinoma nasopharynx.
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Sebutkan virus yang berhubungan dengan terjadinya undifferentiated
carcinoma nasopharynx!
3. Jelaskan perbedaan undifferentiated carcinoma nasopharynx dengan
limfoma non- Hodgkin tipe large cell!
RUJUKAN PUSTAKA
Kumar V, Abbas AK, Fousto N. 2005. Robbin and Cotran Pathologic Basis of
Disease. Edisi ke-7. Elsevier saunders. Philadelphia.
Rosai J. 2004. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology. Edisi ke-9. Mosby.
Edenburgh.
BLOK
DERMATOMUSCULOSKLETAL
(DMS)
BAB I
KARSINOMA SEL BASAL
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus karsinoma sel
basal ditinjau dari ilmu Patologi Anatomi.
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Pria berusia 59 tahun menderita borok-borok pada kulit wajah depan
telinga sebesar ukuran 3x2x1 cm. Borok kehitaman sejak 1 tahun yang lalu,
pernah diobati tetapi tidak ada perbaikan. Pada pemeriksaan lesi bentuk ulkus
warna merah kehitaman berbatas tidak tegas, batas luka menggantung seperti
luka gigitan tikus.
4. Makroskopis
Sediaan kulit bentuk oval ukuran 4x3x2 cm, pada bagian tengah
terdapat lesi ukuran 3x2xl cm, merah kehitaman, berulkus seperti gigitan
tikus.Pada lamelasi massa padat putih bercak kehitaman
5. Mikroskopis
Sediaan kulit dilapisi epitel gepeng berlapis, pada lapisan basal berubah
menjadi massa tumor. Sel-sel tumor ukuran sedang bentuk torak-oval
berkelompok-kelompok dengan bagian tepi menyusun palisade; inti bulat,
hiperkromatis, mitosis sulit ditemukan. Sel-sel tumor telah menginvasi
lapisan dermis. Batas sayatan dan dasar operasi bebas massa tumor.
B. Kesimpulan
C. Tugas Latihan
1. Gambarkan yang terlihat pada mikroskop pratikum dan beri keterangan!
2. Jelaskan patofisiologi karsinoma sel basal!
3. Jelaskan perbedaan antara karsinoma sel basal dan karsinoma sel
skuamosa!
BAB II
KARSINOMA SEL SKUAMOSA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus karsinoma sel
skuamosa ditinjau dari ilmu Patologi Anatomi.
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Seorang pria berusia 60 tahun dengan borok pada kaki kanan yang tidak
sembuh-sembuh walaupun dengan pengobatan antibiotika yang memadai.
Borok tersebut memberi aroma busuk yang khas. Dokter menganjurkan
pemeriksaan FNAB. Didapatkan hasil FNAB: malignancy. Dokter
memutuskan operasi. Jaringan hasil operasi dikirim ke patologi anatomi
laboratorium Patologi Anatomi.
4. Makroskopis :
Sepotong jaringan berkulit ukuran 4x4x2 cm dengan ulcus bergaris
tengah, terbesar 2 cm. Bagian tepi ulcus mengeras dan rapuh. Pada Lamelasi
masa padat putih. Dibuat sayatan untuk pemeriksaan patologi.
5. Mikroskopis :
Sediaan massa tumor berupa genjel-genjel terdiri dari sel-sel bentuk
bentuk ovoid sampai polighedral dengan sitoplasma berkeratin. Inti sel
polimorfi bulat sampai polyhedral, mitosis ditemukan, sitoplasma banyak
eosinofilik. Ditemukan mutiara tanduk.
B. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, penunjang, gambaran
makroskopis, dan gambaran mikrokospis didiagnosis sebagai karsinoma sel
skuamosa.
C. Tugas Latihan
1. Buat gambar yang terdapat pada mikroskop pratikum, beri keterangan
lengkap!
2. Bagaimana patofisiologi terjadinya karsinoma sel skuamosa?
3. Jelaskan perbedaan karsinoma sel skuamosa dengan melanoma!
BAB III
MELANOMA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus melanoma
ditinjau dari ilmu Patologi Anatomi
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Seorang laki-laki berumur 60 tahun, mengeluh benjolan di kaki sejak
kurang lebih 1 tahun yang berwarna kehitaman, menonjol, batas tidak tegas,
ireguler, dan asimetris.
4. Makroskopis
Diterima jaringan berkulit ukuran 2xlxl cm dengan di atasnya terdapat
massa tumor kehitaman, menonjol, batas ireguler, tidak tegas. Pada irisan
penampang coklat kehitaman
5. Mikroskopis
Sediaan dilapisi epitel gepeng berlapis yang mengalami hiperkeratosis
dan parakeratosis sebagian ulcerative. Dibawahnya tampak massa tumor
terdiri sel-sel bentuk bulat, oval, spindel tumbuh hiperplastis memadat
berkelompok-kelompok; inti polimorfi, hiperkromatis, mitosis ditemukan;
sitoplasma kecoklatan.
B. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
gambaran makroskopis, dan gambaran mikroskopis didiagnosis sebagai
melanoma.
C. Tugas Latihan
1. Buatlah gambar mikroskopis seperti yang terlihat pada mikroskop sesuai
dengan sekenario diatas!
2. Bagaimana patofisiologi melanoma?
BAB IV
OSTEOSARKOMA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus osteosarkoma
ditinjau dari ilmu patologi anatomi
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Seorang laki-laki usia 20 tahun sejak 3 bulan yang lalu mengeluh
benjolan pada sendi bahu. Benjolan terus bertambah dan sangat nyeri. Pernah
berobat ke dokter beberapa kali tetapi penyakitnya bertambah berat. Tidak
dapat menggerakkan bahu dan keadaan umum makin menurun. Pemeriksaan
rontgen ditemukan coldman triangle. Pemeriksaan FNAB: terdapat sel-sel
malignan dengan latar belakang bahan eosinofilik amorf.
4. Makroskopis
Diterima sebuah potongan jaringan (lengan atas). Pada lamelasi tampak
massa tumor berasal dari tulang menginvasi jaringan sekitarnya, rapuh, batas
tidak tegas, ukuran 15x10x8 cm. Dilakukan lamelasi massa putih abu, merah
kehitaman.
5. Mikroskopis
Sediaan massa tumor terdiri dari sel poligonal yang hiperplastis. Inti
polimorfi, hiperkromatis, dan mitosis ditemukan. Diantaranya tampak giant
cell osteoclast yang berinti banyak. Disamping itu tampak osteoid berupa
massa merah homogen dikelilingi osteoblost serta kalsifikasi di beberapa
tempat. Pada bagian lain tampak sel-sel spindel yang memadat, inti
hiperkromatis, mitosis ditemukan.
B. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
gambaran makroskopis, dan gambaran mikroskopis didiagnosis sebagai
Osteogenik sarcoma
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Gambaran khas mikroskopis kasus tersebut diatas?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya osteosorcoma?
BAB V
OSTEOMA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus osteoma ditinjau
dari ilmu Patologi Anatomi
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Seorang wanita umur 40 tahun datang memeriksakan diri dengan
benjolan pada kepala. Benjolan sudah ada sejak kecil, sekarang agak
membesar dengan ukuran 1,5 cm, putih dengan sekitar kemerahan. Dilakukan
ekstirpasi untuk pemeriksaan patologi.
4. Makroskopis
Sebuah potongan tulang ukuran 3,5x3x1 cm. Pada bagian tengah
menonjol dengan penampang 1 cm.
5. Mikroskopis
Sediaan terdiri dari sequester tulang yang tak dapat dibedakan dari
tulang normal. Jaringan tulang bersifat lamellar dan lengkap dengan kanal
havers.
B. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
gambaran makroskopis, dan gambaran mikroskopis didiagnosis sebagai
Osteoma
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Bedakan antara osteoma dengan jaringan tulang normal!
3. Bagaimana kemungkinan terjadinya transformasi ke osteosarcoma
BAB VI
TUMOR SEL DATIA TULANG (GIANT CELL TUMOR)
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus tumor sel datia
tulang ditinjau dari ilmu Patologi Anatomi.
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan
3. Skenario
Seorang pria usia 35 tahun dengan benjolan pada daerah distal dekat
lutut kanan yang cepat membesar disertai rasa nyeri bila berjalan dan bila
beristirahat nyeri berkurang. Pada foto roentgen tampak massa radiolusen
pada daerah epifisial tulang paha, lesi berbatas tegas dengan tepi tidak teratur,
ada gambaran septa di dalam tumor. Didapati adanya bulging korteks tulang.
Dilakukan operasi, hasil jaringan dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi.
4. Makroskopis
Sepotong jaringan tumor bentuk tak teratur ukuran 6x5x4 cm, putih
keabuan, dengan perdarahan dan daerah padat.
5. Mikroskopis
Massa tumor terdiri dari unsur-unsur sel-sel stroma bentuk bulat dengan
inti sel ovoid, vesikuler. Diantaranya terdapat sel-sel polihedral, berukuran
besar berinti banyak seperti sel datia osteoclast dengan inti >20. Inti sel
stromal besarannya sama dengan inti sel multinucleated giant cell.
B. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
gambaran makroskopis, dan gambaran mikroskopis didiagnosis sebagai
Tumor sel datia tulang
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Sebutkan gambaran mikroskopis yang khas untuk kasus tersebut!
3. Bagaimana ciri-ciri kasus tersebut telah bertranformasi ke malignancy?
BAB VII
EWING SARCOMA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus Ewing sarcoma
ditinjau dari Ilmu Patologi Anatomi
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Seorang lelaki berusia 18 tahun terdapat benjolan pada tungkai kanan.
Benjolan tegang, elastis, keras, terdapat nyeri tekan, tumbuh dengan cepat
pada femur yang cepat membesar. Hasil foto roentgen didapatkan: Lesi
berbatas tidak tegas, permeatif, dan lesi intrameduler destruktif yang disertai
reaksi periosteal yang mengenai diafisis tulang panjang. Tampak
pembentukan onion skin. Dilakukan operasi, hasil jaringan dikirim ke
laboratorium Patologi Anatomi.
4. Makroskopis
Sepotong jaringan tulang berukuran 25x10x7 cm, lunak, berwarna putih
seperti daging ikan, lembab, berkilat.
5. Mikroskopis
Sediaan massa tumor tersusun atas sel-sel bulat kecil uniform dengan
nukleus bulat yang mengandung kromatin halus dan nukleolus kecil,
sitoplasma yang sedikit atau eosinofilik, rasio inti dengan sitoplasma yang
tinggi, dan membran sitoplasma yang tidak jelas. Tampak pula bagian-bagian
yang nekrotik menunjukkan gambaran ghost cell dan ditemukan struktur
rosete. Sebagian kecil tumor ditemukan memiliki sel-sel yang lebih besar
dengan kontur inti yang ireguler dan nukleolus yang prominen.
B. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
gambaran makroskopis, dan gambaran mikroskopis didiagnosis sebagai
Ewing sarcoma.
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Sebutkan gambaran mikroskopis yang khas untuk kasus tersebut!
BAB VIII
CHONDROSARCOMA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus chondosarcoma
ditinjau dari Ilmu Patologi Anatomi
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Seorang pria berusia 60 tahun memiliki benjolan pada tulang humerus
kiri. Benjolan cepat membesar hingga sebesar telur ayam. Hasil ronsen
terdapat massa tumor dan peiosteum rusak. Dilakukan pemeriksaan FNAB,
hasil FNAB ditemukan sel malignan. Dokter yang menangani dilakukan
operasi dan jaringan yang didapat dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi.
4. Makroskopis
Diterima jaringan bertulang warna coklat, ukuran 7x6x5 cm. Pada irisan
penampang tampak massa padat putih dalam tulan menembus kortek.
5. Mikroskopis
Ditemukan sel-sel tumor ganas dengan inti pleomorfik, hiperkromatik,
sitoplasma eosinofilik, bervakuol, hiperseluler yang tersusun lobuler Terdapat
daerah-daerah sel-sel mesenkhimal undifferentiated.
B. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
gambaran makroskopis, dan gambaran mikroskopis didiagnosis sebagai
chondrosarcoma.
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Sebutkan gambaran mikroskopis yang khas untuk kasus tersebut!
3. Sebut dan jelaskan sub tipe chondrosarcoma!
BAB IX
MALIGNANT FIBROUS HISTIOCYTOMA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus malignant
fibrous histiocytoma ditinjau dari Ilmu Patologi Anatomi.
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
4. Makroskopis
Jaringan lunak hingga keras ukuran 16x15x14 cm, dengan potongan
abu-abu atau putih, besar, tampak seperti daging ikan dan terdapat nekrosis.
5. Mikroskopis
Terdapat pola pertumbuhan storiform di mana sel-sel spindel tersusun
dalam pola pin-wheel. Kapiler atau pembuluh darah kecil dapat ditemukan di
pusat kompleks storiform, giant cell dengan inti multipel, matrik miksoid dan
terdapat infiltrasi sel radang kronik.
B. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
gambaran makroskopis, dan gambaran mikroskopis didiagnosis sebagai
maligant fibrous histicytoma.
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Sebutkan gambaran mikroskopis yang khas untuk kasus tersebut!
3. Sebut dan jelaskan subtipe histologi malignant fibrous histiocytoma!
BAB X
LIPOSARKOMA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus liposarkoma
ditinjau dari ilmu patologi anatomi.
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar.
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario.
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati.
5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan.
3. Skenario
Seorang wanita berusia 49 tahun dengan benjolan di paha. Benjolan
terus membesar menjadi sebesar kepala. Hasil pemeriksaan FNAB:
didapatkan sel malignancy. Hasil rongen tidak terdapat tanda-tanda invasi ke
tulang. Pasien diputuskan operasi, hasil operasi dikirim ke laboratorium
Patologi Anatomi.
4. Makroskopiscircum
Massa padat warna kuning keputihan ukuran 15x15x10 cm. Pada
lamelasi seperti daging ikan.
5. Mikroskopis
Sediaan terdiri dari sel-sel bentuk bulat hiperplastis padat. Ditemukan
sel atipikal adiposa yang tertahan dalam stroma miksoid dengan "chicken
wire" pembuluh darah kapiler.
B. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
gambaran makroskopis, dan gambaran mikroskopis didiagnosis sebagai
liposarcoma.
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
anda buat!
2. Sebutkan gambaran mikroskopis yang khas untuk kasus tersebut!
3. Sebut dan jelaskan jenis lipossarcoma!
DAFTAR PUSTAKA
Afiati, Bethy SH. 2013. Hubungan ekspresi Ki-67 dengan grading histopatologi
liposarkoma. MKB. 45(3):187–91.
Azamris. 2011. Kanker kulit di bangsal bedah RS Dr. M. Jamil Padang Januari
2002 – Maret 2007. CDK 183. 38(2):109─10.
Bacci G, Scully SP, Ghert MA, dkk. 2003. Pathologic fracture in osteosarcoma. J
Bone Joint Surg Am. 85:1848─9.
Brennan MF, Singer S, Maki RG, dkk. 2008. Sarcomas of the Soft Tissue and
Bone. Dalam De Vita, Hellman, Rosenberg, penyuting. Cancer, Principles and
Practise of Oncology. Edisi ke 8. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Hal: 1741-1812.
Das AK, Kashyap RC. 2005. Osteoma of the mastoid bone a case report. MJAFI.
61(1): 86-87.
Goh LA. Giant cell tumor. [On line Jurnal] 2002 [Diunduh 18 Oktober 2013].
Tersedia: http://www.emedicine.com.
Hornicek FJ. 2002. Ewing’s Sarcoma. In: Menendez LR, editor. Orthopedic
Knowledge Update: Muskuloskeletal Tumors. Rosemont: American Academy of
Orthopaedic Surgeons. Hal: 195-202.
Hutagalung EU. 2001. Giant cell tumor of bone. J Bedah Indonesia. XXIX: 11─6.
Iwamoto Y. 2007. Diagnosis and treatment of Ewing’s sarcoma. Jpn J Clin Oncol.
37(2):79-89.
Johnston JO. 2002. Giant Cell Tumor of Bone in Orthopaedic Knowledge Update:
Musculoskeletal Tumors. Rosemont: Am Acad Orthopaed Surgeons. Hal: 113─8.
Kamal AF. Putro RNH. Pattiata R. 2011. Diagnosis and treatment of ewing
sarcoma. The Journal of Indonesian Orthopaedic. 39(2): 92–100.
Kumar V, Abbas AK, Fousto N. 2008. Robbin and Cotran Pathologic Basis of
Disease. Edisi ke-7. Elsevier saunders. Philadelphia.
kelamin. 21(1):84-88.
Lewis VO. Giant cell tumor. [On line Jurnal] 2006 [Diunduh 18 Oktober 2013].
Tersedia: http://www.emedicine.com.
Pardiwala DN, Vyas S, Puri A, Agarwal MG. 2001. Giant cell tumor of bone in
Indonesia. J Radiol Imaging. 11: 119─26.
Partogi D, 2008. Karsinoma Sel Basal. Medan: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin FK USU. Hal: 1-10.
Patterson FR. 2008. Osteosarcoma. In: Timothy AD, editor. Orthopaedic Surgery
essential. Oncology and basic science. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2008. Hal: 177─87.
Pereira CU, Feitosa de Carvalho RW, Gomes de Almeida AM, Dantas RN. 2009.
Mastoid osteoma. consideration on two cases and literature review. Arch
Otorhinolaryngol. 13(3): 350─3.
Sjamsuhidajad R, Jong WD. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta.
Takenaka PMS, Perez FRP, Patrocinio SJ, Ribeiro JT. 2004. Mastoid osteoma :
report of a case and literature review. Revista Brasileira de Otorrinolaringologia.
70(6): 1-5.
Tjandra L. Ekspresi Protein P53 Mutan Pada Melanoma Maligna dan Nevus
Melanositik. Jurnal On Line (diakses 18 Oktober 2013). Tersedia:
(http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/vol2.no1.Januari2011/EKSPRESI%
20PROTEIN%20P53%20MUTAN%20PADA%20MELANOMA%20MALIGNA
%20DAN%20NEVUS%20MELANOSITIK.pdf)
Unni K. 1996. Ewing’s Tumor. In: Unni K, editor. Dahlin’s Bone Tumors General
Aspects and Data on 11,087. 5th ed. Philadelphia: Lippincott-Raven. Hal: 249─61.
BLOK
NEUROPSYCHIATRIC
BAB I
SCHWANNOMA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus scahwannoma
ditinjau dari ilmu patologi anatomi
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan
3. Skenario
Seorang wanita dewasa dengan benjolan ukuran 3x3x2 cm lengan
bawah kanan permukaan fleksor. Massa tumor dapat di gerakan dari jaringan
sekitarnya, dilakukan operasi dan jaringan di kirim ke laboratorium Patologi
Anatomi.
4. Makroskopis
Massa tumor berkapsul tipis, bergaris tengah sekitar 3 cm, kenyal,
penampang putih kekuningan, homogen.
5. Mikroskopis
Massa tumor terdiri dari sel-sel spindle yang proliferatif, dengan inti sel
yang hiperkromatis, uniform spindle, ramping, panjong. terdapat daerah-
daerah yang selular dengan sel-sel yang intinya tersusun palisade dan
ditengahnya terdapat varocay body. Daerah lain hiposeluler, sembab. terdapat
rongga-ronggo kistik dan banyak pembuluh darah yang melebar. Tidak ada
mitosis.
B. Kesimpulan
Schwannoma
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
dibuat!
2. Bedakan schwannoma dengan neurofibroma!
3. Apakah schwannoma bisa bertransformasi ke malignant periferial nerve
sheath?
BAB II
MENINGIOMA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus meningioma ditinjau
dari ilmu patologi anatomi
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan
3. Skenario
Seorang wanita usia 40 tahun datang ke poli syaraf dengan keluhan
kepala sakit hebat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan gangguan penglihatan.
Hasil pemeriksaan CT scan ditemukan massa berbatas tegas di area occipital.
Diputuskan untuk operasi. Jaringan hasil operasi dikirim ke patologi anatomi
untuk pemeriksaan hispatologi.
4. Makroskopis
Diterima sebuah massa jaringan ukuran 3x3x3 cm, kenyal, putih
keabuan. Pada lamelasi massa padat putih.
5. Mikroskopis
Sediaan berupa massa tumor yang terdiri dari sel-sel bentuk oval
sampai lonjong, tumbuh hiperplastis membentuk struktur kisaran dan pada
bagian tengah tampak pembentukan psammoma bodies. Diantara kelompok-
kelompokan sel-sel tumor dibatasi jaringan ikat dan proliferasi pembuluh
darah.
B. Kesimpulan
Meningioma tipe psammomatous
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
dibuat!
2. Sebutkan jenis-jenis meningioma!
3. Pada kasus tersebut diatas termasuk grade berapa? Jelaskan!
BAB III
ASTROSITOMA
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus astrositoma
ditinjau dari ilmu patologi anatomi
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan
3. Skenario
Seorang wanita umur 40 tahun mengeluh sering sakit kepala, kadang-
kadang terjadi kejang. Oleh bagian penyakit saraf didiagnosa sebagai sol
(space occupying lesion) di hemisperium serebri. Hasil Scanning terdapat
massa pada are frontal. Dilakukan craniotomy dan dikirim jaringanya ke
bagian PA untuk pemeriksaan hispatologi.
4. Makroskopis
Diterima sebuah jaringan ukuran 3x3x3 cm putih keabuan. Pada
lamelasi massa putih keabu-abuan.
5. Mikroskopis
Sediaan dari massa tumor sel-sel bentuk bulat- spindel plump berfibrilar
tumbuh hiperplastis tertanam dalam matrik otak.
B. Kesimpulan
Astrositoma
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
dibuat!
2. Sebut dan jelaskan tipe-tipe astrositoma!
3. Apakah astrositoma dapat bertransformasi ke glioblastoma multiformis?
Jelaskan!
BAB IV
GLIOBLASTOMA MULTIFORMIS
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus glioblastoma
multiformis ditinjau dari ilmu patologi anatomi
2. Petunjuk Praktikum
1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar
2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai
skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan
3. Skenario
4. Makroskopis
Keping keping jaringan sebanyak 0,5 cc warna putih kecoklatan, kenyal.
5. Mikroskopis
Massa tumor terdiri dari sel yang memperlihatkan gambaran yang
sangat bervariasi mulai dari bentuk lonjong, bulat maupun oval. Inti sel
polimorfi, hiperkromatis, mitosis ditemukan. Sel-sel berada pada matriks otak
yang edematous. Diantaranya tampak perdarahan dan daerah nekrosis.
B. Kesimpulan
Glioblastoma multiforme
C. Tugas Latihan
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah
dibuat!
2. Bedakan antara glioblastoma multiforme primer dan glioblastoma
multiforme sekunder!
3. Bagaimana mekanisme terjadinya glioblastoma multiformis.
RUJUKAN PUSTAKA
Kumar V, Abbas AK, Fousto N. 2005. Robbin and Cotran Pathologic Basis of
Disease. Edisi ke-7. Elsevier saunders. Philadelphia.
Rosai J. 2004. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology. Edisi ke-9. Mosby.
Edenburgh.