KERACUNAN MAKANAN
1. Makanan sendiri
2. Makanan terkontaminasi
3. Tindakan ..........................................................................................................
Keracunan jengkol
Keracunan singkong
IV. GASTRO ENTERRRITIS AKUT (GEA)/DIARE AKUT
1. Defenisi
2. Demidrasi ...............................................................................................................
3. Gejala-gejala
Skor maurice king
Khusus untuk kolera ......................................................................................
STANDAR PROSEDUR OPERATING
PENANGGULANGAN KOMA PADA ANAK ........................................................
1. Batasan
2. Etiologi
STANDAR OPERATING RPOSEDUR
PENANGGULANGAN SYOK PADA ANAK DAN BAYI ......................................
a. Batasan
b. Tujuan pengobatan syok
c. Terapi cairan
d. Penilaian pemberian cairan
e. Jumlah cairan .........................................................................................................
f. Pemantauan pemberian cairan
g. Syok cardiogenetik
h. Syok spetik
i. Keseimbangan asam basa ....................................................................................
j. Obat-obatan
V. VENTILASI ..................................................................................................................
VI. PEMBERIAN NUTRISI
VII. PENCEGAHAN TERHADAP INFEKSI DAN PENGOBATAN
1. Batasan ...................................................................................................................
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Secara gratis pengobatan diare di bagian dalam
a. Pengobatan kausal
b. Pengobatan symptomatic ...............................................................................
c. Pengobatan cairan
d. Pengobatan dictetik ........................................................................................
STANDAR OPERATING PROSEDUR PENANGGULANGAN
TRAUMA MUKA ..................................................................................................................
Penanggulangan
Untuk penanggulangan cedera muka kelompokkan atas
a. Cedera jaringan lunak saja
b. Cedera jaringan lunak di sertai patah tulang muka
c. Cedera patah tulang muka saja
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
KEJANG
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
1. Batasan :
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi PADA kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal lebih dari 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
2. Etiologi :
Demam yang menimbulkan kejang sering disebabkan oleh infeksi saluran napas atas,
3. Penanggulangan :
a. Pengobatan fase akut :
Mempertahankan fungsi vital
Mengehntikan kejang secepat mungkin
Pengobatan tambahan
b. Pengobatan maintenance
c. Mencari dan mengobati penyebab
d. Pengobatan profilaksis
Profilaksis sewaktu (intermiten)
Profilaksis jangka panjang (terus menerus)
1. Mempertahankan fungsi vital: kesadaran, suhu, TD, pernapasan, dan fungsi jantung.
Terutama mempertahankan jalan napas yang bebas agar oksigenisasiterjamin, bila perlu
Prometazin 4-6 mg/ kg bb/ hari, dibagi dalam 3 dosis secara suntikan dapat diberi
anti pireksia.
Untuk mencegah oedem otak PADA kejang yang lama maka diberikan kortikosteroid
yaitu:
Kortison 20-30 mg/ kg bb/ dibagi dalam 3 dosis, seperti dexametason 0,5-1
Pengobatan meantenance :
Daya kerja diazepam sangat singkat kurang lebih antara 45-60 menit sesudah suntikan, maka
perlu diberikan dengan daya kerja lebih lama yaitu Fenobarbital/ luminal.
Baik oleh karena itu ipeksi atau otitis medis berikan antibiotik yang tepat dan adekwat.
Pengobatan profilaksis :
mikrocephali.
Bila kejang lebih dari 15 menit bersikap vokal/ diikuti kelainan neurologis
sementara/. menetap.
Terdapat riwayat kejang tanpa demam yang sersifat genetik PADA orang tua/
saudara kandung.
Kejang berulang/ kejang demam PADA bayi dibawah umur 1 tahun.
Penobarbital
Asam valproat
Dilantin
3) Kejang yang lama dapat dicegah dengan pemberian antikonvulsan saat kejang, dapat
diberikan sendiri oleh orang tua yaitu: diazepam intra rectal segera bila kejang.
Kejang berhenti
Neonatus : 30 mg IM
< 1 tahun : 50 mg IM
> 1 tahun : 75 mg IM
4 jam kemudian pengobatan rumat fenobarbital
minum. Kalau masih bisa minum, pemberian cairan parenteral diturunkan, misal
Dapat diulang setelah 20 30 menit maksimum tiga kali. Bila belum berhasil,
kali intravena diberikan kali intravena. Diberikan 3-4 kali, yang diencerkan
dengan dosis 10 mg/kg bb/hari dalam infus bila sudah baik diteruskan dengan
d. Korticosteroid: dexamethason 0,1 0,5 mg/kg bb/ hari secara intra cena, atau
BRONCHOPNEUMONIA
A. Anamnese
1. Biasanya didahului infeksi saluran napas bagian atas
2. Panas tinggi
3. Anak gelisah, sesak napas, cyanosis sekitar mulut dan hidung
4. Kadang-kadang disertai muntah dan diare
5. Batuk tidak selalu ada
6. Etiologi paling sering : pneumokokus, treptokokus hemolitikus, hemifilus
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status vital dan klinis secara umum penting diperhatikan: sesak napas, napas
cepat dan dangkal, napas cuping hidung, cyanosis sekitart hidung dan mulut,
dehidrasi
3. Koreksi gangguan keseimbangan asma basa dan elektrolit
4. Antipiretik
5. Supportif terapi
6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau dapat diberikan:
Penisilin 50.000 ui/kg bb/hari
Ampicillin 50 75 mg/ kg bb/ hari
Kloranfenikol 50-75 mg/kg bb/ hari
Lama pemberian 7-10 hari atau sampai 4-5 hari bebas panas
nyaring.
Bila sarang bronchopneumonia menjadi satu dapat redup PADA perkusi dan
BRONCHILITIS
B. Pemeriksaan fisik
1. Status vital dan klinis secara umum
2. Sesak napas, napas cepat dan dangkal, napas cupinng hidung, retraksi otot-oto
permulaan akspirium
PADA keadaan berat suara napas hampir tidak terdengar
4. Pemeriksaan penunjang
Darah routine, darah tepi: dalam batas normal
Analisa gas darah dan elektrolit
Biarkan asupan tenggorokan (k/p)
C. Pelaksanaan
1. Oksigen : 1-2 liter / menit
2. IVFD, PADA neonatus : cairan dextrose 5% : Na CL 0,9% = 4 : 1 + KCL 1-2 meq/
kg bb/ hari
3. Bila sesak hebat: cairan dextrose : 5% : bicnat 1,5 = : 1 + KCL 1-2 meq / kg bb/
hari
4. Antibiotika (sama dengan pneumonia)
5. Korticosteroid : deksametason initial 0,5 mg/kg bb, selanjutnya 0,5 mg/kg bb/
DECOMPENSATIO CORDIS
Penatalaksanaan
2. Makanan terkontaminasi
a. Microorganisme
1) Salmonela
2) Salmonella
3) Klostridium Welchii
4) Klostridium batolinum
5) Dan lain-lain
b. Jamur : Tempe bongkrek
c. Zat kimia
1) Pemanis, pengawet atau penyebab
2) Peptisida, lapisan logam dari kaleng, kebocoran kran
3. Tindakan
a. Mengeluarkan racun secepatnya dengan jalan memerlukan cara :
1) Rangsang faring
2) Apomorfum 1 mg So
3) Sirop ipekok 15 20 ml/ oral
4) Cuci lambung
5) Beri absorbend supaya absorbi dapat kecil atau dipercepat (susu, carbon)
4. Keracunan jengkol
a. Bicarbonan Natricus peroral 1-2 grm/hari dalam 4 dosis
b. Keadaan berat Na Co3 injeksi 1 cc/ kg bb perlahan-lahan
c. Dialisis kalau perlu
5. Keracunan singkong
a. Oksigen
b. LO ml Na.Sitrat 3% IV, beberapa menit kemudian
(1-2) Na Thiosulafat 10% 10-50 ml IV / IM
sebelumnya sehat.
Cacatan :
1) Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
2) Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
3) Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
GED dengan shock
1) Guyur dengan cairan RL/glukosa 5% Nacl 0,9 --- 1 : 1 = 2a
2) Kebutuhan cairan :
PWL + 50 cc/ kg bb/ hari)
NWL 75 cc/kg bb/hari) lebih kurang 200-250 cc/kg bb/ hari CWL 0-250 cc/kg
bb/hari
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
5. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
6. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
7. Istri Murwati, A.Md
8. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
1. Batasan
Koma adalah keadaan gangguan kesadaran berat yang disebabkan karena gangguan
3. Pengobatan
a. Pengobatan spesifik untuk meningitis, encehalitis yang motorik, keadaan toxik bila
diindikasikan.
b. Kebutuhan cairan harus ditentukan dan produksi urine diukur PADA penyakit yang
kritis dari anak maka harus dimonitor : analisa gas darah arteri dan CVP.
c. Kejang diobati dengan anto konvulsant per iv
d. TIK dimonitor, diobati bila TIK > 25 tor selama >30 menit
(Terapi PADA level yang lebih rendah, bila ada dugaan herniasi/ pengerasan otak)
e. Cairan, PADA permulaan dibatasi untuk mengurangi/ mencegah stimulasi yang
berlebihan
f. Untuk mengurangi gerakan dengan sedasi dan bila betul-betul diperlukan, dipakai,
NM blooking agent
g. Pertahankan Pa (oksigen 25-30 torr paroxymal levation > 25 torr diatasi dengan hiper
secara tepat
i. Bila hiperventilasi tidak efektif, dapat dipakai: manitol 0,25 gr. Kg bb selama 15 menit
peningkatan Pa Co2 dan alat-alat monitor intrakraninal dilepas intranial, tetapi <20
torr selama 2 hari setelah pemberhentian terapi, tingkat kesadaran telah kembali dan
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2009 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1 Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2 Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3 Istri Murwati, A.Md
4 Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
A. Batasan
Shock Merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang berhubungan
perfusi jaringan yang buruk, disebut juga sebagai keagagalan sirkulasi perifer
intra vaskuler.
b. Mengurangi after load, dengan memberi obat vasodilator seperti sodium
C. Terapi cairan
Untuk resusitasi volume pada syok digunakan cairan kristaloid, koloid atau kedua-
nilai HT (hematokrit) pertahankan 35-405. Bila darah tersedia diberi cairan koloid.
c. Pada syok hipovolemic + hipoproteineima (kehilangan darah, plasma oleh karena
ginjal.
d. Syok hipovolemic tanpa komplikasi diatasi dengan cairan kristaliod
E. Jumlah cairan
1. Fase akut syok : bila ada tanda-tanda kegagalan jantung kongestif beri cairan
dosis maximal 20 ml/ kg BB/ hari dengan kecepatan infus 0,25 ml/kg BB/ menit.
G. Syok cardiogenetik
Hati-hati bila nilai TVS diatas normal (TVS normal s/d 10cm H20 atau TBKP 1-
5 mmHG). Bila TVS tinggi dan tindakan kegagalan jantung kongestif pemberian
cairan dibatasi 65 ml/ kg BB/ hari dan pemberian Vasodilator (stadium Nitropusside)
J. Elektrolit
1. Pemberian Ca dosis : 0,1 0,2 ml/kg
Ca Cl 2 10 > 40 ml / kg BB
2. Pemberian potasium fosfat 5-10 mg/ kg BB iv dalam 6 jam pada keadaan
K. Obat-obatan
1. Untuk memperbaiki daya kontraktilitas miokard per kenaikan curah jantung:
a. Gol. Simpatomimetik amin: Norepinefrin, Epinfrin, Isoproferenal, Dopamin.
b. Gol. Xantin : aminophilin
c. Glukagon
d. Glikosida jantung : digitalis dan derivatnya
Tetesan infus yang dianjurkan untuk pemberian simpatomimetik amin dengan
formula = ml/hari kg BB x mg/kg/menit
----------------------------------------------------
mg/ml
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
kontraversial)
b. Dosis : 50 : 70 unit/ kg BB/IV setiap 4 jam
Yang penting adalah pengobatan terhadap faktor penyebabnya (asidosis, hipoxia,
VI. VENTILASI
1. Bila kesadaran menurun, untuk mempertahankan jalan napas yang baik
diperlukan : trek positif pada akhir expirasi (PEEP) dengan ventilator mekanik,
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
1. Batasan
Diare akut adalah buang air besar dengan konsistensi cair dan frekuensi lebih dari 3 kali
sehari, disertai atau tidak oleh darah / lendir, yang terjadi pada bayi atau anak dimana
2. Etiologi
1) Infeksi : bakteri, virus, parasit
2) Malabsorbi : karbohidrat, lemak, protein
3) Keracunan
4) Psikologis
3. Patofisiologi
Jasad renik yang masuk kedalam usus halus, menghasilkan toksin yang menyebabkan
hipersekresi cairan usus halus, keadaan ini dapat mengakibatkan kehilangan cairan dan
A. Pengobatan Kausal
1) Diare murni biasanya tidak perlu A&B
Bila hari kedua tetap diare, sambil menunggu hasil laboratorium tinja, pasien
ada pemeriksaan tinja terdapat leucosit 10-20/ LPB dengan pembesaran 200 kali)
3) Pada pemeriksaan makroscopis dan atau mikroskopi terdapat darah dalam tinja
4) Secara klinik ada tanda-tanda yang menyokong adanya inpeksi eternal
5) Di daerah endemik kolera (diberi tetrasikline)
6) Pada neonatus bila diduga inpeksi nosokominal
B. Pengobatan Symptomatik
1) Obat anti diare dapat memperburuk keadaan dan berakibat fatal (seperti
manfaat.
C. Pengobatan cairan
Meliputi :
1) Banyak cairan (lihat tabel)
2) Jenis cairan terdiri dari :
a. Cairan rehidrasi oral (CRO)
Formula lengkap
Formula sederhana (tidak lengkap)
b. Cairan rehidrasi parental (CRP)
Darrow glucose (DG)
Ringer lactat (RL)
Cairan 4 : 1 = D5-10% bic 1,5% 4:1
D5-10% saline 0,9% 4:1
3) Kecepatan cairan
a. Belum ada dehidrasi
Oral : ad libitun/ 1 gelas/ x B.A.B
Parental : dibagi rata dalam 24 jam
b. Dehidrasi ringan :
Oral : 1 jam 1 : 50-100 ml/ kg BB selanjutnya 125 ml/ kg bb per os
ditingkatkan
Bila kelebihan cairan, kecepatan tetesan dikurangi
d. . Adadhidraso hilang, tetap pemeliharaan harus dimulai .
D. Pengobatan Dictetik
1) Anak < 1 tahun, BB : < 7 kg
Jenis makanan :
Susu (ASI/ susu formula rendah laktosa dan asam lemak tak jenuh misal
LLM, Amiron)
Makanan lunak (bubur susu/ makanan padat/ nasi tim)
Susu khusus, tanpa laktosa/ asam lemak berantai sedang/ tak jenuh, sesuai
Caranya :
Hari ke 1 :
Setelah rehidrasi segera berikan makanan per os misal LLM/ almiron. Bila diare
masih sering, beri oralit/ air putih tawar selang seling dengan ASI.
Hari ke 2-4 : ASI/ susu tidak rendah laktosa penuh
Hari ke 5 :
Dipulangkan dengan ASI/ tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
Bila laboratorium tidak ada kelainan, dapat diberi susu biasa seperti SGM,
dirumah
Caranya :
Hari ke-1 :
Setelah rehidrasi segera beri makanan sebagai berikut : oralit, buah pisang, biskuit
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
Penanggulangan
penyebabnya
muka ditanggunhkan dan bukan merupakan kasus yang harus ditanggulangi secara
emergency. Menilai kelainan pada muka yang mana dapat dapat dilakukan lebih dahulu,
misalnya jaringan lunakan kita dekatkan lebih dulu dengan lokal anestasi.
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
Tanda-tanda Keracunan
Tindakan
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
1. Tanda-tandanya
a. Kesadaran menurun sampai koma
b. Nafas lambat sampai dangkal
c. Jika berat, pupil akan melebar
2. Tindakan
a. Bebaskan/ bersihkan jalan nafas
b. Beri oksigen 2-3 It/ menit
c. Bila syok beri Dopamin drips dan IVFD NaCl 0,9%
d. Jika penalanan obat belum 4 jam, dilakukan bilas lambung
e. Beri BicNat 8.4% 50 ml iv bolus 15 menit, kemudian beri lasix 40 mg iv
Tanda-tanda
Penggulungan
Bilas lambung
Isi lambung dengan MgSO4 (garam inggris) sebanyak 30g
Beri phenobarbital 100-200 mg IM
Antropinisasi
KERACUNAN SINGKONG/CYANIDA
Merupakan racun yang sangat toksis, mempunyai bau khas seperti amanel
Sumber :
a. HCN (hydrogen syanida) merupakan cairan jernih, bersifat asam larut dalam air alcohol
dan eter, dipakai dalam sintesis kimia dan fungsi gudang-gudang kapal untuk
membunuh tikus.
b. Garam sianida (NaCN/KCN) dipakai dalam pengerasan baja dan penyempuhan emas
dan perak serta fotografi, AgCN dipakai pada pembuatan semir sepatu putih.
c. Tumbuh-tumbuhan seperti singkong liar dan lain-lain.
Tanda-tanda
Penanggulangan
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
1. Batasan
Inhalasi gas toksik yaitu terhirupnya bahan-bahan yang dapat mengakibatkan
2. Patofisiologi
Reaksi paru terhadap paparan gas toksik sangat dipengaruhi oleh :
a. Lama paparan
b. Konsentrasi gas
c. Ventilasi, tempat yang tertutup terbuka
d. Bau gas tersebut mudah dikenali atau tidak
e. Kelarutannya dalam air
Tabel 1 : kelainan paru pada paparan gas toksik (struktural dan fungsional)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gol Gas ! Kelainan Struktural ! Kelainan Fungsional ! Organ Lain
Paru : Paru
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I Tidak ada Tidak ada ada
3. Klasifikasi
a. Gas toksik gol 1
Pada gol 1 paru hanya sebagai pintu masuk karena itu tidak terdapat kelainan
struktural maupun fungsional. Efek rekacunannya sendiri tampak pada organ lain,
misalnya hipoksia pada otak yang disertai konvulsi dan kehilangan kesadaran.
Terdiri dari gas-gas : (CO, HCN, H2S, CH3CL, CO2, O3). Kecelakaan dengan
gas karbon monoksida dalam industri mendudukan tempat teratas. Gas ini sama
meningkatnya ikatan COHB. Hal yang sama dapat terjadi pada keracunan dengan
gas HCN maupun gas H2S. kecelakaan ini sering dijumpai di daerah gunung berapi
dan lebih berbahaya lagi bila ada keletihan olfatorik karena korban tidak menyadari
adanya bahaya. Kelompok gas ini juga disebut gas asfiksian kimiawi, karena dalam
sedangkan dalam paparan dalam jumlah besar korban dapat langsung kehilangan
tergantung dari kelarutan gas dalam cair. Golongan II ini dapat dibedakan menjadi 2:
1) Gas yang larut dalam air (NH3, HCHO, SO2)
Gas ini mudah dikenali, bau tajam dan menyengat dan sangat iritatif. Jaringan
terjadi kelainan paru karena orang cepat menghindar. Kelainan dapat terjadi
pada kulit muka, tangan dan bagian badan yang tidak terlindung, berupa luka
bakar, iritasi pada konjungtiva maupun saluran pernapasan bagian atas. Kelainan
dengan sesak napas, napas berbunyi maupun dada terasa sakit atau panas
adakalanya rasa seperti tercekik (edema glotis). Paparan dalam jumlah besar akan
menimbulkan reaksi akut sembab paru. Kelainan ini mudah cepat dikenali
toksik karena mempunyai sifat iritasi sangat kuat, hampir tidak memberikan bau
tajam. Karenanya jumlah gas yang dihirup dapat lebih banyak dan mencapai
saluran pernapasan yang jauh lebih dalam sampai ke asinus dan alveoli.
golongan beta-2 agonist : terbutaline sulfat 0,26 mg sc/ iv atau yang lain. Kalau
tidak ada sementara dapat diberikan larutan adrenalin 1/100, 3-1,5 ml sc.
4) Antibiotika, terutama dari golongan penisilin, markrolit maupun sefalosporin
generasi pertama apabila dalam pengamatan dicurigai ada infeksi sekunder. Pada
6) Pemantauan yang ketat dari waktu ke waktu semua fungsi organ vital baik
fisiologis, balans cairan dan elektrolit, disesuaikan dengan jenid gas noksa serta
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
1 Batasan
Seat stroke (sengatan panas) adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami kegagalan
2 Diagnosa
a Anamnesa
Ditemukan sesudah melakukan kegiatan fisik yang cukup berat di lingkungan udara
panas dan lembab, keluhan prodormal seperti; sakit kepala, lemah, mual, vertigo
b Pemeriksaan fisik
Kulit panas, keringat dan tidak ada keringat (hampir pada semua khasus), warna
kemerah-merahan sampai merah kebiruan pendarahan kulit. Nadi kecil tak teratur,
tekanan darah menurun frekuensi pernapasan cepat cepat dan dangkal (Cheyne
stokes), otot-otot flaksid reflek tendon melemah/ hilang, peningkatan suhu mendekat
4-440C.
c Pemeriksaan penunjang
1 Darah
Hemokonsentrasi, lekositosis, thrombostopenia, masa perdarahan/ masa
2 Urine
Proteinuria, silinderuria, hemoglobinuria, myoglobinuria.
3 EKG
Trakikardi resusitasi, ST depresi, perpanjangan QT, kadang-kadang ada gambaran
3 Penanganan
a Di lapangan
Dilakukan resusitasi ternal (penurunan suhu tubuh) segera mungkin agar tidak
terjadi kerusakan alat/ organ vital tubuh, dengan cara meningkatkan pengeluaran
panas secara radiasi, konduksi dan konveksi seperti buka baju, sepatu dan siram
dengan air dingin/ es serta dikipas dengan kipas angin atau sejenis. Dapat dilakukan
intravena.
b Di rumah sakit
1) Penurunan suhu tetap dilanjutkan, atasi dehidrasi dengan cairan kristaloid, hati-
hati terjadi edeman paru (sebaiknya dilakukan pemasangan CVP untuk monitor
cairan).
2) Bila penderita tidak sadar (terutama bila timbul kejang) dilakukan pemasangan
ETT.
3) Bila ditemukan adanya tanda-tanda perdarahan, terutama bila da DIC yang jelas
jam.
4) Awasi kemungkinan timbul gagal jantung, dan gagal ginjal atasi dengan adosis
1. Batasan
Syok merupakan sindrom gangguan patofisiologi berat yang berhubungan dengan
jaringan yang buruk. Disebut juga sebagai kegagalan srikulasi perifer yang menyeluruh
2. Klasifikasi
a. Syok Hipovolemik
b. Syok Kardiogenetik
c. Syok Spetik
d. Syok Neurogenik
e. Syok lain-lain :
Reaksi anafilaksis
Hipoglikemi
Kelebihan dosis obat
Emboli paru
Tampodane jantung
3. Diaknosis
a. Anamnesis
Dalam anamnesis harus dicari; riwayat trauma (banyak perdarahan atau perdarahan
dalam perut), riwayat penyakit jantung, infeksi (suhu tinggi) riwayat pemakaian obat-
b. Pemeriksaan fisik
Curigai syok bila ada tanda-tanda berikut:
Kesadaran menurun/ terganggu
Hipotensi dengan tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg pada orang
dewasa.
Tanda vital ortostatis (terutama pada syok hipovolemik), yaitu tekanan darah
sistolik turun 10 mmHg atau lebih, serta denyut jantung meningkat lebih dari 15 x
/ menit. Bila pasien berupah posisi dari berbaring ke duduk atau berdiri.
Hipoperfusi perifer, dengan tanda-tanda; anggota tubuh dingin dengan kadang-
kadang terdapat bercak-bercak dan pulsasi nadi perifer lemah atau tidak teraba
sama sekali.
4. Penanganan
a. Posisi pasien
Baringkan mendatar dengan kaki lebih tinggi dan kepala menengadah kebelakang
terbuka.
c. Berikan oksigen
Oksigen 5-10 lt/menit dan sesuaikan dengan hasil analisa gas darah dengan
temponade jantung
5. Syok hipovolemik
a. Anamnesa/ klinis :
Riwayat trauma
Riwayat gastro enteritis
Perdarahan (Hb/ Ht turun)
Tanda obstuksi usus
Luka bakar
b. Penanganan :
Infus NaCl 0,9% / RL
Pemberian darah/ plasma ekspander
Koreksi asam basa / elektrolit
6. Syok kardiogenik
a. Anamnesa/ klinis :
Gambaran EKG abnormal
Kelainan jantung
Gangguan irama jantung
b. Penanganan
Infus dexu 5%
Defibrilator (DC Shock) untuk aritmia pace maker
Restorasi cairan
Obat-obatan kardiogenik dan vasopresor
Kortokosteroid
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
7. Syok septik
a. Klinis
Tanda infeksi, tangan hangat/ dingin, suhu meninggi
Bronkopeomoni
Peritonitis
Radang saluran kemih
b. Penanganan
Infus RL
Antibiotika, kortikosteroid
Koreksi asam basa
Tindakan bedah bila diperlukan
8. Syok Neurogenik
a. Klinis
Bradikardi
Kulit kering dan hangat
Trauma kepalam atau tulang belakang
b. Penanganan
Infus NaCl 0,9%
Noradrenalin/ adrenalin, kortikosteroid
Korekse asam basa/ Elektrolit
Analgetika
9. Syok Anafilaktik
a. Anamnesa / klinis
Riwayat suntikan sebelumnya
Gigitan serangga
Urtikaria, eritema
Edema angionneurotik saluran napas
Spasme bronkus
b. Penanganan
Posisi trendelemburg
Infus NaCl 0,9%
Adrenalin, kortikosteroid
Anthistamin
Koreksi asam basa / elektrlit
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
KOMA
1. Batasan
Koma adalah penurunan akut tingkat kesadaran yang berberat/ berlangsung lama
dimana penderita tak bereaksi lagi terhadap rangsangan nyeri atau hanya
dan / atau thalamaus. Koma bisa reversebel, bisa pula persisten jika gangguan menetap/
beberapa refleks batang otak sehingga diperlukan intubasi dan ventilasi bantuan terus
waham)
c. Stupor (tidur yang sangat dalam tetapi masih memberi reaksi sebentar terhadap
Sinkope adalah penurunan kesadaran sesaat karena kekurangan aliran darah ke otak.
2. Etiologi
a. Kelainan / gangguan intrakranial
1) Cedera susunan safar pusat
2) Gangguan peredaran darah otak
3) Infeksi susunan saraf pusat
4) Tumor susunan saraf pusat
5) Serangan kejang, epilepsi
6) Penyakit degeneratif susnan saraf pusat
7) Peninggian tekanan intra kranial
b. Penyakit ekstra kranial/ sistematik
1) Vaskuler; syok, payah jantung akut, hipotensi, hipertensi
2) Metabolik; asidosis diabetik, hiperglikemi, uremia, hipoksia, gangguan elektrolit
3) Keracunan; alkohol, barbiturat, narkotik, penenang lainnya, CO
4) Infeksi; pneumonia, malaria, tifoid
5) Hipotermi; syok anafilaktik, syok listrik
Untuk mudah mengingat sebab penurunan kesadaran: Dont Forget Them shok A, (D-
opium/obat).
3. Diagnostik
a. Pastikan keadaan koma dengan metode AVPU atau pemeriksaan GCS bila kasus
trauma kepala. Cara baik untuk memeriksa rangsangan nyeri: tekanan kuku jari kaki
obat, dll)
otak
Vertigo, mual-mual, diplopia, ataksia curiga insufisiesi arbasilaris
Nyeri dada dan palpitasi gangguan kardiovaskuler
c) Penyakit yang diderita : epilepsi, DM sirosis hepatis, hipertensi, infeksi/
septikemi, malaria.
2) Pemeriksaan fisik
a. Tanda vital
Pernapasan lambat keracunan narkotik, barbiturat, hippotiroidi.
Pernapasan dalam dan cepat pneumonia, diabetes, uremi,
peny.intrakranial
Pernapasan Chyne-Stokes peninggian intra kranial, kerusakan batang
otak
Nadi lambat Heart block hipertensi, peninggain tekanan intra kranial.
Nadi cepat irama jantung ektopik, gangguan peredaran darah otak
Tekanan darah tinggi perdarahan otak, ensepalopati hipertensi
Tekanan darah rendah keracunan alkohol, barbiturat, infark jantung,
miksedema
3) Kulit
Memar Trauma
Pucat perdarahan
Merah terang keracunan CO
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
4) Bau Pernapasan
Alkohol
Aseton/ buah-buahan koma diabetekik
Amoniak/ urine uremi
Basuk koma hepatikum
5) Periksa Neurologik
Jenis pernapasan
Basal pupil dan reflek pupil kanan-kiri
Fundus: adakah edema pupil/ perdarahan retina
Periksa gerakan bola mata dengan parasat boneka (doll eye sign) atau tes kalori
metabolik
Respon motor terhadap nyeri : penekanan pada daerah supraorbital, kuku
regiditas umum
Kejang-kejang status epileptik
Hemiparese strok
6) Pemeriksaan laboratorium dan radiologi
Darah rutin dan kimia darah (gula, ureum, kreatinin, natrium, kalium,
kelainan metabolik
Kultur darah (pada spesis) dan bila mungkin pemeriksaan kadar obat/ racun
Urinalisis : analisa, kultur dan kalau perlu pemeriksaan kadar obat/ racun
Punksi lumbal : tekanan, sel glukosa, protein
Radiologik (bila ada indikasi) schedel, (CT scan otak atau MRI, angiografi,
toraks)
4. Penanganan
a. Perawatan umum
1) Bebaskan jalan napas, beri oksigen 5L/ menit isap lendir teratur, bila perlu
diperlukan. Pasang infus, cairan NaCl 0,9% terutama untuk atasi syok,
8) Obat simtomatik diazapam bila kejang/ gelisa kompres panas dingin bila perlu
obat kortikostirois dan lar. Hiptonik bila tekanan inra kranial meniggi.
ICU
1) Pada pada hipoglikemia : 50 ml glukosa 40% IV pelan ulang setiap 10-20 menit
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
TERAPI
a. Tindakan Keperawatan
1. Perawatan fisik, misalnya bila keracunan lavase lambung
2. Perawatan psikososial : - Menciptakan lingkungan trapeutik
- Membina hubungan antar pribadi
b. Tindakan Medik
1. Tindakan medik fisik dikonsulkan ke dokter ahli yang sesuai dengan tingkah laku
bunuh diri
2. Tindakan psikiatri : diberi psikofarma
Bila depresi : diberi antri depresi (amitriptilin oral 75-150 mg/ hari)
Bila keadaan psikotik dapat diberi anti psikotik seperti klorpromazin 100 mg im,
TERAPI :
a. Tindakan Perawatan
Tindakan medik :
Non psikotik (misal peminum alkohool) diberi diazepam
Psikotik dan klorpomazin 100 mg im atau lebih, atau halo peridol 1 mg im (serenase)
atau lebih
b. Tindakan Administrasi : keluarga pasien menandatangani surat pernyataan bahwa
Terdiri :
1. Keadaan mania : terapi
a) Tindakan perawatan
b) Tindakan medik : dapat diberi klorpromazin 3 x 100 mg sehari per oral
disamping suntikan 100 mg im. Dapat juga diberi diazepam 10-20 mg im.
per oral.
Pada panik psikiatrik beri antipsikotik (klorpromazin 50-200 mg, haloperidol 1,5-
5 mg per oral). Bila kacau dan agresif diberi klorpromazin 100 mg iv.
SOP PENANGANAN PENYAKIT GASTROENTERITIS AKUT
DENGAN DEHIDRASI
No. DOKUMEN No. REVISI HALAMAN :
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
1. Batasan
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi berat ialah penyakit diare akut dengan / tanpa
muntah yang menyebabkan terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah
2. Gambaran klinis
a. Diare dengan atau tanpa muntah
b. Muka cekung, jari-jari tangan keriput, turgor kulit kurang
c. Nadi cepat, tekanan darah menurun sampai terjadinya renjatan
d. Suara berubah serak
3. Penatalaksana
a. Pemberian cairan per oral
Untuk gastroenteritis tanpa renjatan, biasanya dalam keadaan dehidrasi
Cairan diberikan secara langsung diminum atau melalui NGT. Dimulai dengan
pemberian cairan 600 cc tiap jam berturut-turut selama 3 jam, tiap jam berikutnya 1.5
x jumlah tinja selama jam sebelumnya. Pada akhir jam ke 6 dinilai jumlah pemberian
cairan, bila balans positif pemberian diteruskan, tetapi bila balans negatif cukup
besar maka pemberian diganti dengan intravena. Pemberian cairan oral tidak bisa
dengan renjatan. Banyak cairan yang diberikan berdasarkan jumlah skor dari
Tabel skore
---------------------------------------------------------------------------------------------------
No ! Gejala klinis ! Nilai Skore
---------------------------------------------------------------------------------------------------
1 Muntah 1
2 tanda-tanda shock
Sistolik 60-90 1
Sistolik < 60 2
Ekstrmitas dingin 1
Nadi > 120 1
Sianosis 2
3 Tanda-tanda dehidrasi
4 Tanda-tanda asidosis
5 Gangguan kesadaran
Apatis 1
Somnolent/ sopor 2
---------------------------------------------------------------------------------------------------
No ! Gejala klinis ! Nilai Skore
---------------------------------------------------------------------------------------------------
6 Umur
50-60 tahun -1
> 60 tahun -2
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Jumlah total skore =
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Jumlah cairan yang didapat dari perhitungan ini diberikan dalam waktu 2 jam, jam
c. Obat-oabatan
Sulfaguanidin (SG)
Tetrasiklin
Dalacin-C
SOP PENANGGULANGAN PERDARAHAN SALURAN
PENCERNAAN BAGIAN ATAS
No. DOKUMEN No. REVISI HALAMAN :
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
PENANGGULANGAN PERDARAHAN
SALURAN PENCERNAAN BAGIAN ATAS
1. Batasan
Suatu kedaruratan yang ditandai perdarahan saluran pencernaan dari batas lig.treits ke
atas.
2. Etiologi
Di Indonesia penyebab terbanyak adalah sebagai berikut : varises usofagus, grastritis
ditemukan hal-hal yang fatal. Di negara yang telah maju pun angka-angkanya
seperti usia lanjut, keterlambatan penanganan, keterlambatan berobat, penyakit berat lain
3. Diagnosis
a. Anamnesis; riwayat hepatitis, minum obat NSAID, grastitis atau tukak peptik,
pertanda, dapat diketahui adanya varises usofagus dan tukak peptik, terutama
yang telah membentuk cekungan dalam mukosa. Agak sulit dilakukan apabila
cepat. Bahayanya ialah aspirasi mengancam pada perdarahan yang masih aktif
4. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan jangan tertinggal oleh perdarahan
a. Pasang infus RL atau NaCl 0,9%, sambil menyiapkan transfusi darah dan
pemeriksaan laboratorium.
b. Usahakan HB kurang lebih 10 gr%, transfusi darah PRC, darah segar, atau plasma
konservatif.
c. Pasang nasagotik tube (NGT), berguna untuk memantau perdarahan, bilas lambung
g. Bedah
Bila perdarahan masih berulang-ulang, serta tidak diatasi dengan cara tersebut
bedah bila terjadi kerusakan hati, ginjal, jantung dan paru akibat hipovelomia dan
hipoksia.
SOP PENANGANAN KOMA HIPOGLIKEMIK
PADA DIABETES MELITUS
No. DOKUMEN No. REVISI HALAMAN :
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
1. Batasan
Hipoglikemi adalah keadaan dimana gula darah dibawah 60 mg%.
2. Gejala klinis
Gejala klinis timbul bila gula darah dibawah 45 mg %, gejala yang timbul lebih dahulu
a. Penglohatan kabur
b. Sakit kepala, reaksi lamban, iritasi
c. Penurunan kesadaran sampai koma
3. Penanganan
a. Atasi hipoglikemi secepatnya. Bila penderita masih sadar maka segera diberikan air
gula. Untuk penderita yang tidak kooperatif atau tidak sadar dapat diberikan
sc.
c. Bila setelah pemberian dextrose iv penderita belum sadar walaupun gula darah telah
normal, maka kemungkinan timbul edema serebi, dapat diberikan infus manitol,
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1 Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2 Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3 Istri Murwati, A.Md
4 Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
1. Batasan
Suatu keadaan dimana kadar gula dalam darah terlalu tinggi dan juga zat-zat keton
(sebagai hasil pemecahan yang tidak sempurna dari zat-zat lemak) sangat tinggi
sehingga meracuni pusat saraf dan pusat pernapasan sehingga kesadaran penderita
2. Diagnosis
a. Klinis; kesadaran menurun sampai koma, tanda-tanda dehidrasi tekanan darah
menurun, nadi cepat dan lamban, mata cekung, lidah kering, turgor kurang, dan juga
tanda-tanda asidosis seperti napas cepat dan dalam, khas napas bau aseton
b. Laboratorium; gula darah > 400 mg%
Aseton urine/ darah (+), reduksi urine +3 atau +4
3. Penatalaksanaan
a. Rehidrasi
Pasang 2 infus, infus pertama mengatasi dehidrasi, infus kedua untuk pemberian
insulin. Untuk rehidrasi dipakai cairan Nacl0,9%, mula-mula diguyur sebanyak 1,5
liter (3 kolf) dalam 1 jam pertama, kemudian 1 liter perjam untuk 2 jam berikutnya,
c. Periksa cito
Gula darah, reduksi dan aseton urine, darah rutin, elektrolit, AGD, aseton darah,
EKG.
d. Insulin
Pemberian insuli dimulai pada jam kedua melalui infus II, mula-mula diberikan
180mu/kgBB langsung intravena (mis, berat badan 50 kg, berarti insulin 9 unit)
setelah itu diberikan insulin drip dalam infus II dengan dosis 90 mU/KgBB/jam. Jika
kadar gula darah sudah mencapai 200 mg% dosis dikurangi menjadi 45 mU/KgBB.
SOP PENANGGULANGAN HIPERTENSI EMERGENCY
No. DOKUMEN No. REVISI HALAMAN :
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
PROSEDUR PENANGGULANGAN
HIPERTENSI EMERGENCY
1. Batasan
Hipertensi emergency adalah peninggian tekanan darah yang memerlukan tindakan
penurunan segera agar dapat dihindari kerusakan target organ yang dapat
mengakibatkan kematian.
2. Gejala klinis
a. Tekanan darah; biasanya diatas 140 mmHg
b. Mata; pada pemeriksaan funduskopi ditemukan adanya perdarahan, aksudat, kejang,
koma
c. Neurologis; nyeri kepala, kesadaran menurun, gangguan visus, fokal, defisit, kejang,
koma.
d. Renal; liguria, uremia
e. Gatrointestinal; nausea, vomiting
3. Penanganan
Pasang infus dextrose 5% asal netes (10 tetes/ menit), puaskan dan pasang NGT,
dimulai dengan dosis 1,5 ml/jam dan dapat dinaikan bertahap. Bila dosis
mmHg dapat diulang tiap jam sampai 3 x pemberian, bila gagal cara 3.
Cara 3 : Clonidine 1500 mg dalam 500 ml dextr 5% dengan infusion puma,
kecepatan 50 ml/ jam, dosis dinaikkan tiap jam 30 ml sampai 120 ml/jam.
ampul clonodine. Bila tekanan darah sudah turun diberi catapres tablet
fenomena)
Obat-obatan oral :
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
1. Batasan:
2. Etiologi :
ventilasi ruang tinggi yang bertambah, emboli paru, ARDS, pembentukan CO2 yang
bertambah, demam, kejang, muatan karbohidrat yang besar, kegiatan badan, penyakit
kelainan alveolus.
3. Patofisiol :
Peristiwa pernapasan melibatkan 4 langkah :
1) Ventilasi (jalan napas)
2) Hamburan (diffusi) gas melintasi selaput paru-kapiler yaitu oksigen arteri dan
pembuangan CO2.
3) Penyediaan oksigen hemoglobin, out put jantung.
4) Pemakaian pemanfaatan oksigen oleh sel-sel tubuh.
atau PaCO2 > 50 mmHg. Nilai gas darah hanya sebagai petunjuk dan harus dipakai
dalam hubungannya dengan data lain yang diperoleh pada pemeriksaan klinis.
Penderita COPD bisa mempunyai nilai analisa gas darah diluar angka normal, dalam hal
inj perubahan dari garis dasar dan bukan nilai mutlak harus dipertimbangkan.
5. Diferensial diagnosa
COPD, Bronhitis kronis, empisema pulmonum, gagal jantung kiri, emboli paru,
6. Penatalaksanaan
Pemberian oksigen
Bersihkan jalan napas
Trakheostomi/ intubasi
Venti mekanis (respirator)
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
A S F I K S I A
1. Batasan
Hipoventilasi oleh karena sumbatan jalan napas atau oleh karena pernapasan yang
tertekan.
2. Penyebab
a. Sumbatan jalan napas
1) Lidah jatuh belakang karena tak sadar akibat trauma kepala/ paska bius
2) Benda asing, aspirasi, habis tenggelam
3) Dorongan rahang yang salah (ke belakang)
4) Cekikan/ tercekik leher
5) Cellulitis dasar mulut
6) Retensi sputum
b. Surpresi pernapasan
1) Overdosis narkotik, hiponotik, anastesis
2) Tekanan intrakarnial meninggi
3) Syok listrik
4) Gerakan pernapasan tertahan
3. Patofisiologis
a. Apabila sumbatan total
Dalam 2 menit : Pa O2 < mmHg, TD sistolik < 30 mmHg, Sat.O2
art < 50%, tak sadar, midriasis
Dalam 5-10 menit : TD sist < 10 mmHg, pH darah 6,5 6,8 Cardiat arrest
Terjadinya cardiac arrest lambat.
4. Gejala
a. Sumbatan parasial
Gelisah, batuk-batuk/ terengah-engah,
ventilator.
Sumbatan karena cekikan, perlu dicurigai kemungkinan adanya cidera tulang leher
Sumbatan jalan napas atas segera krikotirotomi
Benda asing
(manual lower lateral chest thrust) atau heimlich maneuver ulangi apabila penderita
masih sadar.
Apabila kesadaran turun bebaskan jalan napas dan beri napas buatan back blews/
chest thrust.
Benda asing dapat diambil dengan laringoscop/ bronkoskop
Supresi pernapasan
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
ASMA BRONHIAL
1. Batasan
Asma bronchial merupakan penyakit paru yang didasari oleh hiperreaktivitas bronkus
yaitu kepekaan saluran napas yang berlebihan terhadap berbagai rangsangan baik dari
dalam maupun luar dengan manifestasi penyempitan saluran napas yang menyeluruh
3. Penatalaksanaan Fisik
a. Berikan oksigen 4-6 liter/ menit
b. Kortikosteroit (oral suntikan)
c. Bronkodilator
Beta 2 agonis (oral, suntikan atau Nebulizer)
Teofilin (oral, suntikan)
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
1. Batasan
Statatus asmatikus adalah suatu serangan asma akut dengan serajat obstruksi yang berat
dan pada evaluasi lebih kurang 2 jam tidak menunjukan perbaikkan dengan pengobatan
yang lazim.
mmHg)
b. Asma akkut berat yang sudah mengancam jiwa
1) silent chest (suara napas dan suara tambahan/ mengi hilang)
2) Sianosis
3) Bradikari
4) Gelisah, kelelahan dan penurunan kesadaran
3. Pemeriksaan penunjang
a. Analisa gas darah arteri
Terdapat tanda-tanda kearah asidosis respiratorik
neuumotoraks, bronkiektasis).
c. EKG untuk evaluasi komplikasi atau faktor pemberat lain di jantung
4. Penatalaksanaan
a. Berikan oksigen 2-6 liter/ menit
b. Obat-obatan :
1) Kortikosteroid; dexamethason iv
2) Golongan agonis beta-2; Nebulizer inhalasi, dapat juga diberikan agonis beta 2
suntikan subkutan
3) Aminofilin; bolus dengan dosis 5-10 mg/kgBB, diencerkan 2 kali lipat atau lebih
infus dengan dosis 0.5-0.9 mg/kgBB/ hari dicampur dalam infus dextr 5% atau
NaCl 0.9%
c. Masuk perawatan
SOP PENANGGULANGAN INFARK MIOKARDA (IMA)
No. DOKUMEN No. REVISI HALAMAN :
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
1. Batasan
Nekrosis otot jantung secara akut disebabkan oleh aliran darah yang kritis ke lokasi otot
2. Pategenesis
Sebagian penyakit yang mendasari yaitu atherosclerosis koroner.
Infark miokard transmural terjadi akibat ada trombosis koroner karena lepasnya plaque
atheromatous kedalam lumen a.koronaria. sedang infark miokard non transmural jarang
terdapat trombosis. Tahap awal terjadi pada menit-menit pertama sesudah terjadi
sumbatan koroner, y.i tahap iskemia, yang dengan cepat berubah menjadi tahap
kerusakan akut yang dapat berlangsung sampai beberapa jam dan masih reversibel,
3. Diagnosis
Sekarang IMA umumnya menjadi saat istirahat atau aktifitas ringan. Stress emosi yang
1) Gejala klinis yang khas; rasa nyeri dada seperti diperas/ ditusuk ditindih pada
daerah prekordial dan sakitnya cenderung makin hebat selama beberapa menit
umumnya berlangsung 15-30 menit, disertai gejala sistematik seperti keringat dingin
epigatrium.
Pada penderita PJK, nyeri yang timbul harus diwaspadai apabila dengan tiga tab.
Nitrogliserin nyaris tidak hilang dalam 10 menit segera tangani di Rumah Sakit,
dalam satu jam pertama berlangsungnya IMA kemungkinan ventrikel fibrilasi adalah
(tahap kerusakan) diikuti pembentukan Q patologis (tahap nekrose) EKG infrak baru:
glb Q dan elevasi ST (kadang glb. Q belum ada karena belum ada nekrose).
EKG infark lama dengan iskemia: glb Q tak ada evaluasi yang negatif. EKG infark
lama tanpa iskemia: glb Q tak ada evaluasi ST, T yang positif.
4. Penatalaksanaan
a. Tindakan umum
1) O2 2-4 L/ menit (mengurangi luas infark)
2) IV line (Dex 5% atau NaCl 0,9%)
3) Atasi nyeri : Inj. Morvin sulfat 2-5 mg IV dapat diulang tiap 5-30 sampai sara
sakit hilang
4) Segera EKG & kosultasi kardiologi.
5) Cegah angina yang berulang/ berkepanjangan
Nitrogilserin sublingual/ transdermal
Nitrosine drip 15-80 Ug/ menit (lamp dalam 500 ml D-5 = 20 UG/ml)
Atasi rasa takut/ gelisa :
Diazepam (valium) 5 mg iv atau oral
Atasi bradikardi dengan :
Sulapas atropin 0,5 mg iv, k.p ulang tiap 5 maks dosis 2 mg
Atasi aritmia dengan :
Lidocain (Xylocard) bolus 50-100 mg, dosis maks 4 mg/kgBB maintenance:
b. Tindakan khusus
1) DC Shock pada VT-VF yang teratasi dengan artimia, dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan RKP
atrial
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
CARDIAC AREST
1. Batasan
Keadaan tidak ada bukti klinis output jantung. Kalau resusitasi tidak segera dilakukan
2. Etiologi
a. Primer : pengehntian fungsi jantung mendadak yang intrik :
1) Miokardischemia
2) Penyakit jantung
3) Tersengat listrik
4) Obat
b. Sekunder :
1) Aspiksia, hipoksia, hiperkarbia
2) Perdarahan
3) Kegagalan sistem saraf pusat (CNS)
4) Kelainan metabolik/ elektrolit
5) Suhu yang berlebihan
6) Keracunan
7) Anapilaksis
3. Patofisiologi
Kelainan jantung primer atau sekunder dapat menimbulkan kegagalan pompa jantung
atau kardia aritmia tertama ventriculer yang berlanjut menjadi asistol (cardiac arest).
4. Diagnosa
Henti jantung terjadi kalau tidak ada denyut nadi, tidak ada tekanan darah (tak terukur)
terpasang EKG monitor akan terlihat cardiac artimia yang mengancam jiwa (berbahaya)
5. Penatalaksanaan
Resusitasi kardio pulmoner yang mencakup basic life suport, advance life suport dan
kecepatan 80-100 kali/ menit atau 5 pijatan tiap kali pernapsan (bangging O2) atau
kalau hanya seorang pertolongan maka 15 pijatan tiap 2 kali pernapasan (bangging)
d. Obat diberikan melalui jalur iv (vena besar)
Larutan Bic Nat 8,4% hanya untuk reprectomi cases tidak boleh diberikan secara
alkalosis .
Atropin 0,6 mg iv untuk bradikari
Xylocarad 50-100 mg iv untuk takhirkardi atau fibrilasi ventrikel
Epineprine 1 mg iv untuk asitole memperbaikki output jantung
Ca cloride (Ca glukosa) 10 ml 10% iv kalau adrenalin gagal mengatasi asistole.
200 joule.
6. Komplikasi
Faktor tulang rusuk, flail chest pnemotoraks
Oedema otak
Cerebro vaskuler disease
Gagal ginjal
SOP PENANGGULANGAN CHEST PAIN
No. DOKUMEN No. REVISI HALAMAN :
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
C H E S T P AI N
1. Batasan
Rasa (kesan) tidak mengenakan di daerah dada atau uluhati bisa berupa sara sakit ngilu,
rasa ditusuk-tusuk, rasa terbakar atau pasan, rasa sesak, rasa tertekan atau ditindih beban
2. Etiologi
a. Penyakit kordiovaskuler
Angina vektoris, miokard infrak, perikarditis, aneurisma, aorta, stenosis, dan
status hernia
c. Penyakit musendu csletal
Cedera dada, faktur daerah dada, costo chondrdriris, kekakuan otot
d. Lain-lain
Neoplasma intra toraks, herpes Zoztes, Hesterikal chest pain (psikogemik)
3. Diagnosa
a. Penyakit kardiovaskuler
Athero sclerosis (koroner) mempunyai penyebab yang multi faktor dan unsur resiko
yang mencakup usia (>40 tahun) kebiasaan merokok, DM, hipertensi, hipoteroidisme,
nyeri dada yang dicetuskan kegiatan fisik atau stres emosional yang skan berkurang
dengan istirahat pemberian obat nitrogliserin kadang disertai sesak napas, serangan
belakang sternum. Nyeri dapat menyebar ke rahang, leher, serta tangan terutama sisi
napas, nyeri yang mengikuti sesak pernapasan, nyeri bisa menjalar ke bahu,
wizing, ronhi, suara yang hilang atau bertambah bentuk dan gerakan dada tidak
sistematis.
Rontgen thoraks akan memperlihatkan kelainan yang jelas.
c. Penyakit gastro infestinal
Pada kelainan oesopagus rasa tidak enak (nyeri) timbul pada saat menelan di daerah
suboternal. Pemberian antasid atau susu akan meredahkan nyeri sementara waktu.
d. Penyakit mosenloscletal
Mungkin ditemukan nyeri tekan pada cedera bisa ditemukan memar lecet atau luka
robek, Nyeri bertambah pada saat menarik napas dalam, batuk, bersin atau ketika
menggerakkan badan.
haemothorax.
e. Lain-lain
Nyeri bisa menjalar ke bahu kanan atau bahu kiri kalau kelainan bisa berasal dari
4. Patofisiologi
Dada membentang dari fosa supra clapikularis tapi iga paling dibawah di sebelah depan,
sehingga iga serta ferebra torakalis 12 di sebelah belakang bahu membentang dari
torakalis pertama membentuk plexus brahialis dan memperserapi anggota badan atas
dan musculus pectolaris pada tiap sisi dengan bigitulesi vertebra vertikalis dapat
menimbulkan keluhan nyeri yang menjalar ke dada dan juga bahu. Dipragma
diperserapi nervus phrenikus (C3 C5) kalau bagian ini mengalami peradangan, rasa
nyeri akan beralih ke bahu. Dinding dada mulai dari ketiak sampai ke tulang iga yang
tersusun dari kulit serta otot-otot dibawahnya, tulang rusuk dan fleura parictalis di
perangsangan saraf ini menumbulkan nyeri visceral yang letaknya dalam, tetapi
peradangan fluera parictalis menimbulkan nyeri yang lebih setempat dan menjalar ke
segmen somatik hal ini menerangkan kejadian nyeri akut yang setempat pada plueritis
Jantung dan perikardium diperserapi nervus simpatis torakalis pertama sampai kelima.
Pada penyakit jantung iscemik dan periscaditis nyeri fiscera dirasakan di belakang
sternum (tulang dada) dan kadang pada epigastrium (uluhati). Nyeri ini dapat menjalar
simpatis torakali pertama sampai ke delapan, namun gangguan pada pembuluh darah
demikian turut dapat di inervasi dari jantung serta pembuluh darah besar. Rasa nyeri
yang timbul akibat peradangan atau spasme pada organ fisceral tersebut juga dirasakan
di belakang stermnum atau pada epigastrium sehingga dapat dikelirukan dengan nyeri
yang berasal dari jantung tertama kalau nyeri itu dapat menjalar ke rahang atau ke
punggung.
Defensial diagnosa
Sesuai etiologi penyakit yang mungkin menimbulkan chestpain.
Penatalaksanaan
Diuraikan dalam standar operating prosedur masing-masing penyakit.
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1 Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2 Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3 Istri Murwati, A.Md
4 Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
GAGAL JANTUNG
1. Batasan
Ketidak mampuan jantung memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh sekelompok tanda dan gejala yang berkaitan dengan hipertensi vena
kandungan paru dan atau otuput jantung yang berkurang. Karena sisi jantung kanan dan
2. Etiologi
Primer : kegagalan miocard infark micard, cardio miopathi,
hipothiroidisme.
Hambatan : pengisian diastolik : tamponade percard, effusi
3. Patofisiologi
Miocard infark, cardiomiopathi menyebabkan efektifitas kelenturan yang berkurang dan
jumlah miocard yang bekerja tidak mencukupi akibat aneurisme vertrikel atau diskmesia
(menghalangi) peregangan ventrikel yang normal, karena itu mengurangi pengisian dan
output jantung.
Takhi aritmia yang parah akan mengurangi waktu yang dapat dipakai untuk pengisian
diastolik dan aliran darah koroner, bradikari yang parah secara drastis dapat mengurangi
output jantung. Namun kalau aritmia terbatas pada atrium biasanya tidak menyebabkan
gagal jantung.
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
Kalau jantung telah gagal, fibrilasi atrium dapat mengurangi output janntung 20%-40%
kehilangan fungsi booster pump atrium yang normal. Hipokalemi atau hiperkalemi
yang parah cenderung menghentikan jantung pada saat sistole, sedang hiperkalemia
yang parah cenderung menghentikan jantung pada saat sistole, sedang hiperkalemia
atau asidosis yang parah pH < 7,2 cenderung menekan fungsi miocard, asidosis
metabolik dengan alkasosis respiratorik kompensasi dari PaCO2 < 20-25 juga bisa
4. Diagnosis
Kegagalan ventrikel kiri
Takhipone / napas pendek
Paraxismal natural dispnoe
Orthopne
Batuk bisa juga haemapteo
Takhikardi, galop ritme bunyi jantung ke 3
Ronhi halus terutama pada basah paru
CXR : cardiomegali tanda-tanda udim paru dengan gambaran kerleys lines dan
5. Pengobatan
Pengobatan gagal jantung didasarkan pada pengurangan beban kerja jantung; pemulihan
positif
Perbaikan aritmia dengan beta bloker, atropin, isoproterenal atau pacemaker
Perbaikan elektrolit dan asam basah
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1. Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2. Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3. Istri Murwati, A.Md
4. Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
ARTIMIA
1. Batasan
Ialah gangguan/ kelainan denyut atau irama jantung akibat perubahan elektrofisiologi
sel-sel miokard yang dinyatakan oleh perubahan bentuk potensial aksi yang secara klinis
2. Etiologi
Ischemia miocard, hipokaemia, pengaruh sistem saraf otonom, gangguan metabolisme,
3. Patofisiologi
Aritmia jntung bisa dikelompokkan kedalam 2 golongan
a) Penyakit fungsi pacemaker dan pembentukan impulse
b) Penyakit-penyakit penghantaran impulse
Kecepatan denyut jantung normal berkisar antara 60-100 dpm kelainan kecepatan
jantung dapat mempengaruhi fungsi jantung, karena merupakan penentu cardiak output
yaitu Hr X SV.
jantung yang peling tinggi dan akan mendepolarisasi pacemaker yang lebih rendah
pada nodus AV atau vertikal sebelum mereka dapat membangkitkan denyut yang
mereka miliki. Mekanisme yang pasti dengan apa impulse dibangkitkan pada nodus
Denyut ekoptik dapat beasal dari atrium, hubungan atrioventrikel atau ventrikel, bila
eskape beat, kalau nodus SA gagal mengambil alih mengambil fungsinya yang normal,
maka daerah ektlopik ini akan mengambil alih peran pemacu jantung dan
mempertahankan irama jantung disebut eskape ritan begitu nodus SA sudah mengambil
mengganggu siklus jantung normal, impuls terjadi prematus sebelum nodus SA telah
Selama rentri sebuah impulse jantung akan masuk kembali dan merangsang daerah
Blok jantung adalah perlambatan atau pemutusan hantaran impulse antara atrium dan
ventrikel. Impulse normal menyebar dari nodus SA mengikuti jalur inter nodal menuju
AV blok derajat 1
AV blok derajat 11
AV blok derajat 111
Blok berkas cabang (RBBB dan LBBB)
4. Diagnosa
a. Irama nodus
Ada perbedaan dalam interval waktu antara dua denyut yang berdampingan yang
paling cepat dan dua yang berdampingan yang paling lambat lebih besar dari 0,12
bertambah pada nodus SA bisa juga sebagai prematur atrial kontruksi, komplek QRS
normal.
e. Denyut atrioventrikel fungsional prematur
Tidak terlihat gelombang P atau ada gelombang P abnormal dengan selang P-R yang
gelombang P
n. Fibrilasi ventrikel gambaran ventrikel flutter yang lebih cepat
o. AV blok derajat I
Interval P-R lebih besar dari normal
p. AV derajat II
1) Blok mobitr I = Nenkebach phenomenon
Pemanjangan interval P-R selama beberapa denyut berurutan sampai terjadi
2) Blok mobitr II
Kegagalan mendadak penghantaran AV sehingga berupa impuls atrium kedua
5. Pengobatan :
Pengobatan aritmia mencakup tindakan mekanis, obat-obatan kardio verson dan paru
verapamil (isoptim)
Indikasi kardioverson : fibrilasi atrium takhikardi supa ventrikel, takhikardi ventrikel
. ..
Tanggal terbit Tgl. Revisi :
04 11 2016 ..
Tim Penyusun : Revisi ke : Direktur
1 Tarung N. Maria, A.Md Rumah Sakit Umum Daerah SoE
2 Emiliana Hamid, A.Md Kabupaten Timor Tengah Selatan,
3 Istri Murwati, A.Md
4 Ferdinand W. Kase,
S.Kep.Ns
..
PEMERINTAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOE
Jl. Bougenville No. 7 SoE, Telp. (0388) 21005; 21239 Fax (0388)21005
1. Batasan
Tindakan memulihkan kembali fungsi pernapasan dan atau sirkulasi yang tiba-tiba
biologis (mati otak) yaitu sekitar 3-6 menit Ikan kondisi tubuh memungkinkan untuk
hidup normal apabila fungsi pernapasan dan atau sirkulasi bekerja kembali.
2. Indikasi
Kegagalan/ berhentinya fungsi pernapasan dan atau sirkulasi. Segera lakukan RKP jika
penderita mendadak: kesadarannya hilang/ koma, sianosis, nadi tak teraba, pupil
melebar.
3. Indikasi
Indikasi : a. Keadaan terminal penyakit kronis
Kontra b. RKP tidak efektif, misalkan pada cedera berat dada/ paru,
4. Tindakan
a. Ada 3 tahap tindakan :
1) Tindakan tahap satu : bantuan hidup dasar (basic life support) untuk oksigenasi
2) Tindakan tahap dua: Bantuan hidup lanjut (Advance Life Support) untuk
Support) yaitu pengelolaan secara intensif diruang ICU. Untuk sampai pada
b. Caranya
1) Penderita sadar, obstruksi parcial
a) Disuruh batuk kyat : bila gagal, disuruh buka mulut dan keluarkan benda
asing dimulut/ faring dengan jari telunjuk dan jaru tengah (gerakannya
diulangi dan keluarkan benda asingdi mulut dengan jari atau dengan
Pasang infus dan EKG monitor tanda penderita cidera leher, ekstensi kepala
cukup sedang-sedang saja, cegah fleksi dan rotasi kepala jika bisa napas
mask) jika pengembangan paru dirasa berat dan diduga ada benda asing
bersihkan jalan napas (mulut dan faring) kalau perlu dengan maneuver
bronkoskopi.
b) Apabila denyut karotis tak teraba/ EKG asistole segera kerjakan KJL
(Kompresi Jantung Luar) dan ventilasi buatan dalam satu menit minimal ada
60 KJL dan 12X ventilasi dalam waktu 15 detik atau setiap 5 KJL diikuti iv 1
kembali.
Berikan juga Na-Bic Nat 1 mEg / ke BB iv perlahan-lahan ulangi dengan dosis
lidocain 100 mg teruskan DC shok 360 j, kalau perlu ulangi 360 j. Jika
abnormal? Subnormal. Bila EKG asistole teruskan KJL + ventilasi buatan int.