Disusun Oleh :
NOVIA RAMADIANTI
NIM : 201041029
B. Tujuan ............................................................................................... 11
C. MANFAAT ...................................................................................... 12
1. Definisi.......................................................................................... 13
2. Etiologi.......................................................................................... 14
3. Patofisiologi .................................................................................. 14
4. Komplikasi .................................................................................... 15
1. Definisi.......................................................................................... 15
2. Etiologi.......................................................................................... 16
3. Patofisiologi .................................................................................. 16
C. Hiperkalemia .................................................................................... 17
1. Definisi.......................................................................................... 17
2. Etiologi.......................................................................................... 17
3. Patofisiologi .................................................................................. 18
D. ARDS ............................................................................................... 18
1. Definisi.......................................................................................... 18
2. Etiologi.......................................................................................... 18
3. Patofisiologi .................................................................................. 18
E. EPA .................................................................................................. 19
1. Definisi.......................................................................................... 19
2. Etiologi.......................................................................................... 19
3. Patofisiologi .................................................................................. 20
F. Hipoalbuminmi ................................................................................. 21
1. Definisi.......................................................................................... 21
2. Etiologi.......................................................................................... 21
3. Patofisiologi .................................................................................. 22
1. SFFQ ............................................................................................. 27
1. Domain Intake............................................................................... 34
1. Tujuan ........................................................................................... 34
1. Biokimia........................................................................................ 38
2. Klinik/Fisik ................................................................................... 39
B. Antropometri .................................................................................... 45
C. Biokimia ........................................................................................... 46
D. Fisik/Klinik ....................................................................................... 48
A. Kesimpulan ....................................................................................... 51
B. Saran ................................................................................................. 52
LAMPIRAN ................................................................................................... 54
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Identitas pasien ................................................................................. 23
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal adalah organ yang cukup kuat untuk melindungi terhadap
paparan berbahaya tanpa mengubah struktur dan fungsinya secara
signifikan. Oleh karena itu, perubahan akut pada fungsi ginjal
menunjukkan adanya gangguan sistemik yang parah dan dapat memiliki
prognosis yang buruk. (Resmi & Internasional, 2012)
Acute kidney injury (AKI) merupakan salah satu komplikasi serius
yang terjadi pada pasien kritis. AKI merupakan salah satu dari penyakit
yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal, hal ini berkaitan dengan
mortalitas dan resiko terjadinya chronic kidney disease (CKD).
AKI adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara mendadak
dengan mencakup banyak penyebab termasuk penyakit ginjal tertentu
(misalnya nefritis interstisial akut, penyakit ginjal glomerulus akut dan
vasculitis); kondisi tidak spesifik (misalnya, iskemia,cedera toksik); serta
patologi ekstrarenal (misalnya, azotemia parental dan akut nefropati
obstruktif).
Risiko terjadinya AKI meningkat akibat terjadinya paparan untuk
faktor-faktor yang mengakibatkan AKI atau adanya faktor- faktor yang
meningkat terhadap kerentanan terjadinya AKI. Faktor yang menentukan
kerentanan terhadap AKI termasuk dehidrasi, karakteristik demografis
tertentu dan predisposisi genetik, komorbiditas akut dan kronik, serata
pengobatan.
Disfungsi ginjal yang terjadi pada pasien yang sakit kritis sekarang
disebut AKI. Kondisi ini mirip dengan sindrom gangguan pernapasan akut
(Acute Respiratory Distress Syndrome / ARDS) karena biasanya terjadi
sebagai bagian dari kegagalan multiorgan pada pasien dengan peradasngan
sistemik progresif. (Fatoni et al., n.d.)
Gangguan yang paling serius adalah hiperkalemia dan kelebihan
cairan (yang dapat menyebabkan edema paru). Hiperkalemia
adalah kondisi di mana kadar jenis mineral dalam tubuh, yakni kalium,
lebih tinggi dibanding yang diperlukan. Selain itu, hipoalbuminemia turut
menjadi masalah yang dialami pasien kritis, hipoalbumin ini bisa
disebabkan oleh penurunan produksi albumin melalui ginjal, saluran
gastrointestinal, serta kulit (Pradesya & Faesol, 2021).
Evaluasi dan penatalaksanaan pasien AKI memerlukan perhatian
terhadap penyebab AKI, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan
cedera ginjal lebih lanjut, atau komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal.
Karena AKI merupakan faktor risiko CKD, penting untuk mengevaluasi
pasien dengan AKI untuk melihat gejala baru atau memburuknya CKD
yang sudah ada sebelumnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan pelayanan gizi dan penatalaksanaan diet
pada pasien penderita AKI Dd On CKD, Gagal Nafas Pd Efusi Pleura
Dextra, Hiperkalemia, Ards, Epa Dan Hipoalbuminmi Di Bangsal ICU
kelas 1.
2. Tujuan Khusus
1. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
keterampilan bagi peneliti dalam melakukan asuhan gizi pada pasien
penderita AKI Dd On CKD, Gagal Nafas Pd Efusi Pleura Dextra,
Hiperkalemia, Ards, Epa Dan Hipoalbuminmi Di Bangsal ICU kelas
1.
2. Bagi institusi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
gambaran tentang Penerapan Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
khususnya pada pasien penderita AKI Dd On CKD, Gagal Nafas Pd
Efusi Pleura Dextra, Hiperkalemia, Ards, Epa Dan Hipoalbuminmi di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.
3. Bagi Pasien
Dapat menjadi informasi bagi keluarga pasien mengenai
penanganan pasien penderita AKI Dd On CKD, Gagal Nafas Pd Efusi
Pleura Dextra, Hiperkalemia, Ards, Epa Dan Hipoalbuminmi di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah gamping.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. AKI DD ON CKD
1. Definisi
Cedera ginjal akut (AKI), yang sebelumnya dikenal sebagai cedera
ginjal akut, didefinisikan sebagai ginjal yang tiba-tiba berhenti bekerja
seperti biasanya, mulai dari hilangnya fungsi ginjal ringan hingga gagal
ginjal total dan dapat terjadi dalam hitungan jam atau hari. AKI juga dapat
mempengaruhi organ lain seperti otak, jantung, dan paru-paru dan ikut
terlibat dengan morbiditas yang signifikan. Penyebab AKI selain
berkurangnya aliran darah antara lain kerusakan langsung pada ginjal dan
penyumbatan saluran kemih.
Penyakit ginjal kronis (CKD) didefinisikan sebagai adanya
kerusakan ginjal yang berlangsung dalam jangka waktu lama, menurut
istilah Creative Commons, misalnya tiga bulan atau lebih. CKD dapat
menyebabkan penumpukan limbah dalam tubuh Anda dan juga dapat
menyebabkan gangguan kesehatan lainnya. Penyebab CKD bervariasi
secara global dan dapat mencakup diabetes, hipertensi, glomerulonefritis
primer, nefritis tubulointerstitial kronis, penyakit genetik atau kistik,
penyakit jantung, dan stroke.(Zhang et al., 2021)
Sebelumnya dianggap sebagai dua sindrom yang terpisah, kini
diketahui AKI dan CKD sebagai sindrom yang berkaitan erat atau saling
terkait, di mana AKI merupakan salah satu faktor utama yang mendorong
perkembangan CKD dan CKD memfasilitasi atau mempengaruhi pasien
terhadap nefropati ginjal.
2. Etiologi
Penyebab cedera ginjal akut (AKI; lihat tabel Penyebab Utama
Cedera Ginjal Akut ) dapat diklasifikasikan menjadi Prarenal Ginjal,
Pasca ginjal. AKI prerenal disebabkan oleh perfusi ginjal yang tidak
memadai. Penyebab utamanya adalah Penipisan volume cairan
ekstraseluler (misalnya karena asupan cairan yang tidak adekuat,
penyakit diare, sepsis ) Penyakit kardiovaskular (misalnya, gagal
jantung , syok kardiogenik ) Penyakit hati dekompensasi.
Kondisi prarenal biasanya tidak menyebabkan kerusakan ginjal
permanen (dan karenanya berpotensi reversibel) kecuali hipoperfusi
parah dan/atau berkepanjangan. Hipoperfusi pada ginjal yang tidak
berfungsi menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium dan air,
mengakibatkan oliguria (output urin < 500 ml/hari) dengan osmolalitas
urin tinggi dan natrium urin rendah. Penyebab AKI pada ginjal
melibatkan penyakit atau kerusakan ginjal intrinsik.
AKI postrenal ( nefropati obstruktif ) disebabkan oleh berbagai
jenis obstruksi pada bagian buang air kecil dan pengumpulan pada
sistem saluran kemih. Obstruksi juga dapat terjadi pada tingkat
mikroskopis di dalam tubulus ketika bahan kristal atau protein
mengendap.
3. Patofisiologi
3. Patofisiologi
Pada orang dewasa normal dan sehat, rongga pleura
mengandung sejumlah kecil cairan yang melumasi kedua permukaan
pleura. Jumlah cairan pleura sekitar 0,1 ml/kg sampai 0,3 ml/kg dan
terus dipertukarkan. Cairan pleura berasal dari pembuluh darah
permukaan pleura parietal dan diserap kembali oleh sistem limfatik
pada permukaan diafragma dan mediastinum bergantung pada pleura
parietal. Tekanan hidrostatik dari pembuluh darah sistemik yang
mensuplai darah ke pleura parietal diperkirakan mendorong cairan
interstisial ke dalam rongga pleura sehingga memiliki kandungan
protein yang lebih rendah dibandingkan serum. Akumulasi cairan yang
berlebihan dapat terjadi ketika terjadi kelebihan produksi atau
penurunan penyerapan atau jika keduanya membebani mekanisme
homeostatis normal. Meskipun efusi pleura terutama disebabkan oleh
peningkatan tekanan hidrostatik, seringkali merupakan cairan
transudatif. Peningkatan permeabilitas mesothelial dan kapiler atau
gangguan drainase limfatik sering menyebabkan eksudat
C. Hiperkalemia
1. Definisi
Dalam semua kasus cedera ginjal akut (AKI), kreatinin
dan urea menumpuk di dalam darah selama beberapa hari, dan terjadi
gangguan cairan dan elektrolit. Gangguan yang paling serius
adalah hiperkalemia dan kelebihan cairan (mungkin menyebabkan edema
paru). Hiperkalemia adalah kondisi di mana kadar jenis mineral dalam
tubuh, yakni kalium, lebih tinggi dibanding yang diperlukan. Kalium
berperan penting dalam fungsi sel saraf, otot, fungsi jantung, ekskresi dan
stabilisasi hormon, serta perpindahan cairan. Hiperkalemia adalah situasi
yang jarang terjadi ketika fungsi ginjal normal. Dalam kasus ini adanya
redistribusi, iatrogenesis atau faktor yang menentukan penurunan eliminasi
ginjal.(Abdulazeez, 2018)
2. Etiologi
Penyebab hiperkalemia didasarkan pada tiga faktor, yaitu
peningkatan asupan kalium, gangguan distribusi kalium intraseluler dan
ekstraseluler, atau gangguan ekskresi kalium. Ketiga faktor penyebab
hiperkalemia dapat berasal dari:
3) Defisiensi insulin
4) Asidosis
D. ARDS
1. Definisi
Sindrom gangguan pernapasan akut/Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS) adalah alah satu penyakit paru akut yang
disebabkan oleh penumpukan cairan di alveoli atau kantung udara kedil
yang ada di paru-paru dengan gejala utamanta adalah sesak nafas berat
dan sulit untuk bernafas. Tiga kelainan fisiologis utama yang menjadi
ciri ARDS: hipoksemia; berkurangnya kapasitas untuk menghilangkan
CO2; dan mengurangi volume dan kepatuhan paru-paru. (Puluh et al.,
2017)
2. Etiologi
Pada ARDS, cedera atau penyakit serius merusak selaput
pelindung yang menyebabkan cairan bocor ke dalam alveoli sehingga
adanya penumpukan cairan. Penumpukan cairan ini mencegah paru-
paru terisi udara sehingga menyebabkan berkurangnya pasokan
oksigen ke darah dan tubuh. Kurangnya pasokan oksigen inilah yang
menyebabkan terhentinya fungsi organ terutama otak dan ginjal.jika
tidak dikendalikan kondisi ini akan mengancam nyawa penderita.
3. Patofisiologi
Patofisiologinya ditandai dengan gangguan infalmasi
permeabilitas alveolar-kapiler, pembentukan edema/cairan penurunan
kompilans, peningkatan resistensi pembuluh darah paru, dan kelainan
metabolik udara akibat shunt serta ketidaksesuaian ventilasu perfusi,
ventilasi mekanis terutama dalam kondisi heterogenitas penyakit
regional, dapat menyebabkan berbagai cedera terkait ventilator
termasuk trauma barotrauma/volume dan cedera atelectasis.
E. EPA
1. Definisi
Edema paru akut (EPA) adalah penumpukan cairan secara tiba-
tiba di paru-paru. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan
tekanan intravaskuler (edema paru kardiogenik) atau peningkatan
per,eabilitas membrane kapiler(edema paru nonkardiogenik) yang
menyebabkan ekstravasasi cairan secara cepat, yang menyebabkan
gangguan progresif pertukaran udara di alveoli dan hipoksia.
Kebanyakan edema paru klinis menunjukkan kedua aspel tersebut
karena sangat kecil kemungkinannya gangguan permeabilitas akan
terjadi tanpa intervensi mikrosirkulasi atau sebaliknya. Namun sangat
penting untuk menentukan mana dari dua mekanisme yang
mendominasi untuk memandu pengobatan. EPA merupakan situasi
darurat dengan kematian yang tinggi. (Agustin, 2018)
2. Etiologi
Edema paru non kardiogenik terjadi akibat dari transudasi
cairan dari pembuluh-pembuluh kapiler paru-paru ke dalam ruang
interstisial dan alveolus paru-paru yang diakibatkan selain kelainan
pada jantung. Walaupun edema paru dapat berbeda-beda derajatnya,
bagaimanapun dalam tingkatnya yang paling ringan sekalipun tetap
merupakan temuan yang menakutkan.
Beberapa penyebab edeme paru non kardiogenik
Secara langsung :
2) Tenggelam
3) Kontusio paru
4) Pnemonia berat
5) Emboli lemak
c) Transfusi darah
d) Gagal ginjal
2) Hiponatremia
3. Patofisiologi
Patofisiologi EPA edema paru akut pada penyakit jantung dan
nonjantung melibatkan peningkatan cairan ekstravaskular. Seluruh
proses yang mendahului fenomena ini melibatkan gangguan
keseimbangan filtrasi cairan melintasi membran kapiler paru.
Penumpukan cairan ekstravaskuler berlebihan di paru-paru,
Paru-paru pada dasarnya adalah satu organ karena mempunyai
kompartemen yang menampung udara dan cairan tanpa saling
mempengaruhi. Udara mengisi saluran udara dan ruang alveolar,
sementara lebih banyak cairan ditemukan di kapiler dan getah bening
yang mengelilingi dinding alveolar. Hanya sejumlah kecil cairan yang
terdapat di ruang interstisial dinding alveolar, kira-kira <10 ml/kg berat
badan ideal. Akumulasi cairan yang berlebihan di area ini dikenal
sebagai kelebihan air paru ekstravaskular (EVLW) dan secara klinis
bermanifestasi sebagai edema paru.
F. Hipoalbuminmi
1. Definisi
Hipoalbuminemia merupakan kondisi penurunan kadar serum
albumin atau kurang dari 3,5 g/dL. Nilai normal kadar serum albumin
tergantung usia, pada orang dewasa berkisar 3,5−4,5 g/dL. Albumin
merupakan protein plasma yang disintesis oleh hepar, berfungsi sebagai
protein pembawa serta pengikat berbagai substansi, seperti obat-
obatan, hormon, ion, bilirubin, logam, dan asam lemak. Albumin
plasma berkontribusi terhadap 80% tekanan onkotik koloid plasma
normal, menjaga permeabilitas vaskular, mempertahankan
permeabilitas kapiler, eliminasi radikal bebas, serta berperan sebagai
antitrombosis.
Kondisi hipoalbuminemia disebabkan oleh berbagai keadaan,
antara lain sindrom nefrotik, sirosis hepatis, dan malnutrisi.
Konsentrasi albumin serum dapat menjadi indikator morbiditas,
prognosis, dan mortalitas penyakit akut atau kronis. Kombinasi efek
inflamasi dan kadar protein rendah menyebabkan hipoalbuminemia.
Diagnosis hipoalbuminemia ditegakkan berdasarkan pengujian
konsentrasi albumin serum dalam darah. Manifestasi klinis
hipoalbuminemia sangat bervariasi tergantung pada penyakit yang
mendasarinya. Pitting edema dan edema sentral (asites dan efusi)
merupakan salah satu manifestasi klinis hipoalbuminemia akibat
penurunan tekanan osmotik plasma.(Soeters et al., 2019)
2. Etiologi
Penyebab hipoalbuminemia adalah peradangan dan kurangnya
asupan protein untuk memenuhi kebutuhan protein tubuh.
Hipoalbuminemia pada penyakit kronis disebabkan oleh peradangan
kronis yang menyebabkan berkurangnya sintesis albumin, disertai
dengan asupan kalori yang tidak mencukupi. Pada penyakit akut,
hipoalbuminemia dapat terjadi karena peningkatan permeabilitas
kapiler yang menyebabkan redistribusi albumin dari pembuluh darah
ke interstitium. Kelainan pada organ hati dan ginjal, peradangan
sistemik, malnutrisi, dan infeksi dapat menyebabkan hipoalbuminemia.
3. Patofisiologi
Patofisiologi hipoalbuminemia meliputi gangguan sintesis
albumin di hati dan peningkatan katabolisme albumin. Sintesis
albumin terjadi di hepatosit dan segera dilepaskan ke ruang
intravaskular tanpa disimpan di hati. Albumin intravaskular akan
didistribusikan ke seluruh jaringan, dimana 30-40% albumin dapat
ditemukan di sistem pembuluh darah , otot , kulit , hati dan usus.
Albumin dapat masuk ke sistem intravaskular melalui dua
jalur , yaitu jalur limfatik. Sistem kelenjar hati di saluran toraks dan
sistem sinusoidal. Albumin akan diuraikan di otot dan kulit sebesar
40 hingga 60 % , di hati 15%, di ginjal 10 % dan sisanya 10 % di
saluran pencernaan. Hasil akhir pemecahan albumin adalah
pembentukan asam amino bebas .
BAB III
HASIL
A. Identitas Pasien
1. Data personal
b. Nomor RM : 00330417
3. Riwayat lain
Tabel 3. Riwayat yang lain
Kode IDNT Jenis Data Keterangan
CH.2.1.5 Gastrointestinal -
CH.2.1.8 Imun Tidak ada alergi makanan
CH.2.2.1 Perawatan -
CH.3.1.1 Riwayat social PNS/Sarjana
CH.3.1.7 Agama Kristen
Kesimpulan : dapat disimpulkan bahwa pasien tidak memiliki alergi, pasien
merupakan seorang pensiunan PNS/Sarjana dan pasien beragama Kristen
Skrining
D Menderita tekanan psikologis atau penyakit yang berat dalam 3 bulan terakhir
0 = ya 2 = tidak
E Gangguan neuropsikologis
0 = depresi berat atau
kepikunan berat
1 = kepikunan ringan
2 = tidak ada gangguan psikologis
Kesimpulan : Total skor yang didapatkan yaitu 6, yang berarti pasien malnutrisi
C. Riwayat Makan (FH)
1. SFFQ
Tabel 5. Riwayat makan
Kode IDNT Jenis Data Keterangan
FH.2.1
Riwayat Diet - Makan pokok : nasi 2 kali/hari @1
centong nasi
(pola makan)
- Lauk hewani : ayam 2x/hari @1
potong, ikan 2-3x/hari @1 potong
(50 gr) digoreng, dibacem
- Lauk nabati : tempe 3x/hari @1
potong (50 gr), digoreng, ditumis
- Sayuran : setiap hari, bening, sop
(bayam, wortel jagung dll) @1 porsi
- Buah : apel, anggur, mangga 4-
5x/mgg @1 potong
- Minuman : teh hijau @1 gelas/hari,
air putih 1-2 gelas/hari
- Snack : kacang rebus @1 porsi 3-
4x/mgg
FH.2.1.1 Pemesanan Diet Diet RP
FH.2.1.2 Pengalaman diet
Dipesankan untuk makan makanna yang
rendah garam, mengurangi makanan dan
buah yang berair.
Kesimpulan : asupan makan pasien saat sehat hanya mengkonsumsi makanan
pokok 2x dalam sehari, dan membatasi minuman karena pasien pernah terkena
penyakit jantung.
2. Recall 24 Jam (FH.7.2.8)
Tanggal : 11 Oktober 2023
Makanan dari RS : Suker GG (Nefrisol-D)
Makanan dari luar RS : -
Tabel 6. Recall 24 jam
Oral
Suhu 36,2 ℃ N
Respirasi 22x/ menit Cepat
Tekanan darah 114/40 mmhg N
SPO2 on venti 98% N
PD 1 Sistem Pencernaan -
Pemeriksaan penunjang : Keadaan umum lemah, Kesadaran Tersedasi,
Sopor. Hasil pemeriksaan penunjang : Efusi Pleura Dextra
G. Biokimia (BD)
Tanggal 11 Oktober 2023
Tabel 10. Biokimia
Kode Tanggal Data
Hasil Nilai Rujukan Ket.
IDNT Pemeriksaan Biokimia
11 Oktober 2023 GDS 105 70-140 mg/dL N
11 Oktober 2023 Hemoglobin 8,6 11,7-15,5 L
11 Oktober 2023 Eritrosit 2,53 4,50-5,40 L
11 Oktober 2023 Hematokrit 31,0 35-49% L
11 Oktober 2023 Leukosit 5,15 4,5-11,5 u/l N
11 Oktober 2023 MCV 122,5 80-94 fl H
11 Oktober 2023 MCH 34,0 26-32 pg H
11 Oktober 2023 MCHC 27,7 32-36 g/dL L
11 Oktober 2023 PO2 176,0 83-108 H
11 Oktober 2023 PCO2 47,0 35-45 H
11 Oktober 2023 HCO3 23,3 21-28 N
11 Oktober 2023 S02 96,0 95-98 N
11 Oktober 2023 PH 7.260 735-745 N
11 Oktober 2023 Kalium 5,00 3,5-5,1 mmol/L N
11 Oktober 2023 Klorida 103,0 98-107 mmol/L N
11 Oktober 2023 Natrium 133 136-146 mmol/L L
11 Oktober 2023 Trombosit 62 150-450x103/ul L
11 Oktober 2023 Basofil 0 0-1% N
11 Oktober 2023 Limfosit 4 18-42% L
11 Oktober 2023 Monosit 12 2-8% H
11 Oktober 2023 Kreatinin 2,41 0,37-1,18 mg/dl H
11 Oktober 2023 Ureum 136,4 17-54 mg/dl H
11 Oktober 2023 Eosinofil 0 2-4 L
11 Oktober 2023 BE -63 L
11 Oktober 2023 TCO2 22,4 23,0-27,0 L
11 Oktober 2023 HCO3 20,8 21,0-28,0 L
11 Oktober 2023 RDW CV 13,6 11,5-14,5 N
11 Oktober 2023 RDW SD 62,8 35,0-56,0 H
11 Oktober 2023 Limfosit 0,2 15-3,7 L
absolut
11 Oktober 2023 Netrofil 4,3 1,5-7,0 N
absolut
11 Oktober 2023 Albumin 2,7 3,20-4,60 L
Kesimpulan :Berdasarkan data biokimia pasien memiliki hasil kreatinin darah tinggi
dan ureum tinggi yang mengartikan bahwa ginjal dalam tubuh sedang tidak berfungsi
dengan baik. analisa gas darah pasien tinggi yakni pada PO2 dan PCO2 diartikan
bahwa gas darah pasien asidosis respiratorik yang menyebabkan paru-paru tidak
mampu mengeluarkan karbondioksida dengan optimal.
H. Terapi Medis Dan Fungsi
Tabel 11. Terapi medis
Kode Jenis Terapi
Fungsi Interaksi Dengan Makanan
IDNT Medis
Sebagai antibiotik untuk Ketika digunakan saat atau sekitar
FH.3.1 Ceftriaxone inj mengobati infeksi yang waktu makan akan terjadi interaksi
terjadi akibat bakteri yang akan mempengaruhi kerja obat
Sebagai pencegah luka
yang disebabkan obat
anti inflamasi
nonsteroid (OAINS),
Pantoprazole inj
selain itu bermanfaat
untuk mengurangi
gejala sindron zollinger-
ellison dan gerd
Sebagai mengatasi
kekurangan vitamin B12
yang bisa menyebabkan
anemia megaloblastik,
Mecobalmin inj atau glossitis dan
neuropati perifer. Selain
itu juga bermanfaat
untuk menjaga
kesehatan saraf.
Mengembalikan
Inj Nacl keseimbangan elektrolit
pada dehidrasi
Meningkatkan data
tahan tubuh serta
vipalbumin meningkatkan kadar
albumin dan
hemoglobin
I. Diagnosis Gizi
1. Domain Intake
(NI.5.4.) Penurunan kebutuhan protein berkaitan dengan gangguan
disfungsi ginjal ditandai dengan penyakit gagal ginjal akut yang
diderita pasien dan kadar kreatinin tinggi (2,41 mg/dl) serta ureum
tinggi (136,4 mg/dl)
(NI.5.4.) Pembatasan cairan berkaitan dengan gangguan fungsi jantung
ditandai dengan adanya edema anasarka pada pasien dan balance cairan
pasien sebesar +879,6 cc
2. Domain klinik ( C )
(NC.1.1.) Kesulitan/gangguan menelan berkaitan dengan penurunan
kesadaran pasien ditandai dengan kondisi pasien yang tersedrasi , sopor
dan terpasang NGT/Sonde
J. Intervensi Gizi
1. Tujuan
f. Protein : 35 gr/hr
g. Lemak : 52,94 gr/hr
h. KH : 322,37 gr/hr
i. Natrium : 75,31 mg
j. Kalium : 1750 mg
5. Domain konseling ( C )
a. Tujuan :
b. Preskripsi
3) Waktu : Menyesuaikan
5) Media : Leaflet
1. Tujuan Edukasi :
b. Konten materi :
4) Membatasi cairan
7. Kolaborasi (RC)
Tabel 14. Kolaborasi
No Tenaga Kesehatan Koordinasi
1. Ahli Gizi Diskusi mengenai kondisi pasien untuk
diambil menjadi studi kasus dan rencana
asuhan gizi
2. Pasien dan keluarga pasien Meminta persetujuan keluarga pasien
untuk melakukan intervensi pada pola
makan asupan pasien selama dirawat di
RS, dan edukasi gizi
3. Perawat ruangan Meminta izin untuk melihat rekam medis
pasien dan menanyakan perkembangan
pasien
4. Tenaga pengolahan Memberikan informasi tentang perubahan
(pramusaji) diet termasuk jadwal pemberian dan
perubahan bentuk makanan
K. Rencana Monitoring Evaluasi
Tabel 15. Rencana monev
Anamnesis Hal yang diukur Waktu pengukuran Evaluasi/Target
Biokimia Kreatinin, ureum, dan albumin Menyesuaikan Mencapai ambang
pemeriksaan batas normal
Klinik/fisik Kesadaran pasien, edema, Setiap hari Keluhan
tekanan darah , suhu, respirasi berkurang dan
rate, nadi, dan SPO2 membaik. Vital
sign normal.
Dietary Asupan gizi energi, protein, 4 hari 60-75%
lemak, karbohidrat, natrium,
kalium, dan cairan
1. Biokimia
Tabel 16. Monev biokimia
Tanggal pemeriksaan
Data biokimia Nilai rujukan
13/10/23 14/10/23 15/10/23 16/10/23
Kreatinin darah 0,37-1,18 mg/dl 2,96 (H) 2,43(H) 2,43(H) -
Hemoglobin 11,7-15,5 8,0(L) 8,0(L) - -
Albumin 3,20-4,60 2,7(L) 2,28(L) 2,8(L) 2,7(L)
Ureum 17-54 mg/dl 160,4(H) 113,7(H) 113,7(H) -
PCO2 35-45 55(H) 55(H) 51(H) 49,0(H)
PO2 83-108 42(L) 138,0(H) 164,0(H) 46,0(L)
SO2 95-98 81,0(L) 98,0(N) 99(H) 83,0(L)
PH 7,35-7,45 7,23(L) 7,170(L) 7,20(L) 7,19(L)
HCO3 21,0-28,0 22,7(N) 20,7 (L) 19,7(L) 20,1(L)
BE -2 - +2 -4,9 (L) -8,9 (L) -8,3(L) -9,7 (L)
2. Klinik/Fisik
a. Fisik
Tabel 17. Monev fisik
b. Klinik
Tabel 18. Monev klinik
A. Skrining Gizi
Pasien yang diskrining gizi mengunakan form MST yang sudah
ditentukan dari rumah sakit. Pasien berjenis laki-laki berusia 81 tahun.
Dilakukan skrining pada awal pengambilan kasus pada tangal 11 Oktober
2023 didapatkan hasil score 3 yang menunjukan pasien beresiko malnutrisi.
B. Antropometri
Data antropometri yang di ambil adalah data berat badan dan tinggi
badan. Denggan berat badan estimasi 43,75 kg dan tinggi badan 165 cm,
dari hasil perhitungan status gizi pasien mengunakan IMT (indeks massa
tubu) dengan hasil perhitungan yaitu 16,89 kg/m2 Termasuk kategori
underweight (gizi kurang). IMT adalah suatu cara sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa. Jika berat badan kurang bisa beresiko
terserang penyakit infeksi. Dan jika berat badan berlebih (obesitas) bisa
lebih beresiko penyakit degeneratif .
C. Biokimia
Hasil monitoring dan evaluasi Terhadap pemeriksaan laboratarium
di bangsal ICU dapat dilihat dari grafik dibawah ini:
grafik 1 pemantauan biokimia intervensi 4 hari
BIOKIMIA
160.4
164
138
113.7
113.7
55
55
51
49
46
42
2.96
2.43
2.43
2.28
2.8
2.7
2.7
8
8
KLINIS
13/10/2023 14/10/2023 15/10/2023 16/10/2023
156
122
113
100
100
100
100
93
88
80
79
37.5
37.2
36.2
37
0
1. Tekanan darah pada pasien pada awal masuk normal, Pada hari
pertama intervensi tekanan darah pasien normal namun pada
intervensi hari ke 2 dan ketiga meningkat.
ASUPAN
13/10/2023 14/10/2023 15/10/2023 16/10/2023
114%
104%
104%
95%
92%
90%
90%
88%
88%
75%
72%
72%
69%
60%
60%
60%
55%
55%
55%
53%
48%
48%
45%
44%
44%
41%
36%
33%
F. Terapi Edukasi
Edukasi yang diberikan adalah diberikan konseling gizi dengan
media leaflet yang diberikan pada pasien dengan waktu kurang lebih
sepuluh menit, materi yang diberikan yaitu diet sonde, diet rendah protein
serta diet rendah garam dengan agar pasien mengetahui bahan makanan apa
saja yang dihindari dan yang dibatasi atau dikurangi dan menunjukan
respon yang baik yaitu dengan tanya jawab pada keluarga pasien mengenai
makanan dan pola makan saat dirumah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan gizi pada pasien penderita AKI Dd On
CKD, Gagal Nafas Pd Efusi Pleura Dextra, Hiperkalemia, Ards, Epa Dan
Hipoalbuminmi selama 4 hari dari tangal 13 oktober– 16 oktober diperoleh
hasil sebagai berikut :
1. Assessment
2. Diagnosa gizi
b. Diet yang diberikan yaitu diet cair dengan jenis susu nepharisol
yang diberikan selama 4 kali dalam sehari per 4 jam.
4. Monitoring Evaluasi
B. Saran
Pelayanan yang diberika rumah sakit kepada pasien sudah baik, dimana
pemberian sonde oleh perawat sudah rutin sesuai jadwal dilaksanakannya,
serta pemesanan diet masih belum sesuai dengan kondisi pasien. Oleh karena
itu, penting untuk memperhatiakan kembali penyakit pasien dengan kebutuhan
diet yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulazeez, S. B. (2018). HIPERKALEMIA. 24(1).
Agustin, B. K. (2018). Edem Paru Akut. Referat, 1–46.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/6320/5840
Fatoni, A. Z., Kestriani, N. D., Anestesiologi, S. M. F., Fakultas, I., Universitas, K.,
& Rumah, B. (n.d.). Acute Kidney Injury ( AKI ) pada Pasien Kritis Acute
Kidney Injury in Critically ill patients. 12, 64–76.
Nofriandi, F., Hindarti, A., Islami, P. S., Paru, B. S., Sakit, R., Daerah, U., Dumai,
K., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., & Abdurrab, U. (2023). Jurnal Ilmiah
Fisioterapi (JIF) Volume 6 Nomor 02 Agustus 2023. 6(4), 23–26.
Pradesya, E. S., & Faesol, A. (2021). Relations between Chronic Renal Failure and
Pulmonary Edema in Terms of Radiology HUBUNGAN GAGAL GINJAL
KRONIK DENGAN EDEMA PARU DITINJAU DARI GAMBARAN
RADIOLOGI. 1–9.
Puluh, L., Penelitian, T., Ards, D. I., Henderson, W. R., Chen, L., Amato, M. B. P.,
Brochard, L. J., Kritis, K. P., Toronto, U., Keenan, P. P., Pengetahuan, I., Ka,
L., Sakit, R., Michael, S., Kardio-paru, D., Paru, D., Incor, I. J., Sa, U., &
Paulo, S. (2017). Mekanika Pernapasan pada Sindrom Gangguan Pernafasan
Akut. 196, 822–833. https://doi.org/10.1164/rccm.201612-2495CI
Resmi, J., & Internasional, M. (2012). Machine Translated by Google Pedoman
Praktek Klinis KDIGO untuk Cedera Ginjal Akut.
Soeters, P. B., Wolfe, R. Rh. : P. dan S. K. P. yang M. H., Shenkin, A., & Kapiler,
P. (2019). Hipoalbuminemia : patogenesis dan signifikansi klinis. 43.
https://doi.org/10.1002/jpen.1451
Zhang, X., Agborbesong, E., & Li, X. (2021). Peran Mitokondria pada Cedera
Ginjal Akut dan Kronis Penyakit Ginjal dan Potensi Terapinya.
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Kesimpulan/rencana
Diagnose Monitoring dan evaluasi
Tanggal tindak lanjut
medis
Antropometri Biokimia Fisik/klinis Dietery Diagnosis gizi
13 AKI Dd On BB: 62,5 kg Kreatinin: Ku lemah, Pagi : (NI.5.4.) Penurunan kebutuhan Diet sonde, rendah
Oktober CKD, Gagal 2,96 mg/dl tersedasi, suker 67 protein,
BBkering : protein berkaitan dengan mengkonfirmasi
2023 Nafas Pd Efusi edema gr
43,75 kg Ureum: gangguan disfungsi ginjal kepada perawat jenis
Pleura Dextra, anasarka. TD infus yang
160,4 mg/dl Selingan
Hiperkalemia, TB :165 : ditandai dengan penyakit gagal digunakan.
pagi :
Ards, Epa Dan PCO2: 55 113/68mmHg,
suker ginjal akut yang diderita pasien
Hipoalbuminmi
PO2 : 42 SPO2 : 100% 33,5 gr
dan kadar kreatinin tinggi (2,96
Siang : mg/dl) serta ureum tinggi (160,4
suker 67
gr mg/dl)
(NI.5.4.) Pembatasan cairan
Malam :
suker 67 berkaitan dengan gangguan
gr fungsi jantung ditandai dengan
adanya edema anasarka pada
pasien dan balance cairan pasien
sebesar +974,4 cc
(NC.1.1.) Kesulitan/gangguan
menelan berkaitan dengan
penurunan kesadaran pasien
ditandai dengan kondisi pasien
yang tersedrasi , sopor dan
terpasang NGT/Sonde
14 AKI Dd On BB: 62,5 kg Kreatinin: Ku lemah, Pagi : (NI.5.4.) Penurunan kebutuhan Diberikan edukasi
Oktober CKD, Gagal 2,43 mg/dl tersedasi, suker 67 mengenai diet yang
BBkering : protein berkaitan dengan dijalani yakni diet
2023 Nafas Pd Efusi edema gr
43,75 kg Ureum: gangguan disfungsi ginjal sonde, diet rendah
Pleura Dextra, anasarka. TD protein dan
113,7 mg/dl Selingan
Hiperkalemia, TB :165 : 122/42 ditandai dengan penyakit gagal pembatasan garam
pagi :
Ards, Epa Dan PCO2: 55 mmHg, serta cairan
suker ginjal akut yang diderita pasien
Hipoalbuminmi
PO2 : SPO2 : 100% 33,5 gr
dan kadar kreatinin tinggi (2,43
138,0
Siang : mg/dl) serta ureum tinggi (1137
suker 67
gr mg/dl)
(NI.5.4.) Pembatasan cairan
Malam :
suker 67 berkaitan dengan gangguan
gr fungsi jantung ditandai dengan
adanya edema anasarka pada
pasien dan balance cairan pasien
sebesar +950,6 cc
(NC.1.1.) Kesulitan/gangguan
menelan berkaitan dengan
penurunan kesadaran pasien
ditandai dengan kondisi pasien
yang tersedrasi , sopor dan
terpasang NGT/Sonde
15 AKI Dd On BB: 62,5 kg Kreatinin: Ku lemah, Jam 10 (NI.5.4.) Penurunan kebutuhan Diet sonde, rendah
Oktober CKD, Gagal 2,43 mg/dl tersedasi, pagi : protein.
BBkering : protein berkaitan dengan
2023 Nafas Pd Efusi sesak nafas, suker 100
43,75 kg Ureum: gangguan disfungsi ginjal
Pleura Dextra, edema cc
113,7 mg/dl
Hiperkalemia, TB :165 anasarka. TD ditandai dengan penyakit gagal
Jam 15
Ards, Epa Dan PCO2: 51 : 156/65
sore : ginjal akut yang diderita pasien
Hipoalbuminmi mmHg,
PO2 : suker 10
dan kadar kreatinin tinggi (2,43
164,0 SPO2 : 100% cc
mg/dl) serta ureum tinggi (113,7
Jam 19
malam: mg/dl)
suker 100 (NI.5.4.) Pembatasan cairan
cc berkaitan dengan gangguan
Jam 22 fungsi jantung ditandai dengan
malam:
suker 100 adanya edema anasarka pada
cc pasien dan balance cairan pasien
Jam 5 sebesar +625,6 cc
subuh: (NC.1.1.) Kesulitan/gangguan
100 cc
menelan berkaitan dengan
penurunan kesadaran pasien
ditandai dengan kondisi pasien
yang tersedrasi , sopor dan
terpasang NGT/Sonde
16 AKI Dd On BB: 62,5 kg Kreatinin: - Ku lemah, Jam 10 (NI.5.4.) Pembatasan cairan Diet sonde,
Oktober CKD, Gagal mg/dl samnolen, pagi: rendah protein.
BBkering : berkaitan dengan gangguan
2023 Nafas Pd Efusi edema suker 100
43,75 kg Ureum: - fungsi jantung ditandai dengan
Pleura Dextra, anasarka. TD cc
mg/dl
Hiperkalemia, TB :165 : 102/67 adanya edema anasarka pada
PCO2: 49,0 mmHg,
pasien dan balance cairan pasien
Ards, Epa Dan PO2 : 46,0 SPO2 : 100% Jam 21 sebesar +870,6 cc
Hipoalbuminmi malam : (NC.1.1.) Kesulitan/gangguan
100 ccc
menelan berkaitan dengan
Jam 5
subuh: penurunan kesadaran pasien
100 cc ditandai dengan kondisi pasien
yang tersedrasi , sopor dan
terpasang NGT/Sonde
Lampiran 2.