Pilihan Ganda
1. C 13. B 25. C
2. A 14. C 26. A
3. A 15. A 27. C
4. C 16. C 28. C
5. A 17. C 29. A
6. B 18. B 30. C
7. C 19. C 31. B
8. B 20. B 32. B
9. B 21. C 33. A
10. B 22. C 34. C
11. A 23. A
12. A 24. B
------------------------------------------------------
------------------------------------------------------
6. Able : (12-10)/10 = 20 % Baker : (19-20)/20 = -5%
20% − 5% − 0
Charlie : (30-30)/30 =0 3 = 5%
10. Total Beginning = (2500 x 5000) + (3500 x 7500) + (1500 x 10000) = 53.750.000
Total Ending = (2700 x 5000) + (2500 x 7500) + (1600 x 10000) = 48.250.000
Dividend = 500.000 + 1.125.000 + 1.000.000 = 2.625.000
Return = 12% - 24.49% + 13.33% = -5.35%
13. Total Beginning = (20 x 300) + (50 x 300) + (26 x 2000) = 73.000
Total Ending = (27 x 300) + (48 x 300) + (30 x 2000) = 81.000
81.000−73.000
73.000 = 10.96%
IPO of Unicorns
Unicorn merupakan istilah bagi perusahaan startup yang memiliki valuasi hingga USD 1 Milyar atau
setara dengan 14 Triliun Rupiah. Unicorn dan perusahaan-perusahaan startup pada umumnya
didanai dengan modal dari venture capital u ntuk menjalankan kegiatan operasionalnya sehari-hari.
Akhir-akhir ini, perusahaan startup dapat memperoleh pendanaan dengan cara yang sudah banyak
digunakan oleh korporasi konvensional, yaitu dengan melakukan Initial Public Offering (IPO).
Dilihat dari sisi positifnya, IPO perusahaan unicorn ini akan membantu perkembangan perekonomian
negara sehingga Direktur Penilaian BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia menyatakan bahwa BEI
memberikan support kepada perusahaan startup untuk melakukan IPO. Dengan menjadi startup
yang go-public m aka perusahaan akan tetap tercatat sebagai perusahaan dalam negeri walaupun
saham dibeli oleh investor asing. Hal ini dapat menjadi salah satu cara untuk mendatangkan investasi
asing.
Selain itu, IPO juga mendatangkan keuntungan bagi perusahaan sehingga bisa mendapatkan dana
untuk melakukan ekspansi bisnis mengingat perusahaan unicorn ini terus berkembang dan
melakukan inovasi. Dengan melakukan IPO, perusahaan juga dapat memperoleh keuntungan berupa
kontrol. Menurut Hiro Wardhana, CEO Passpod (YELO) kontrol sangat penting untuk perusahaan
startrup. Namun, kontrol sulit didapat dengan adanya venture capital karena mereka membayarkan
dana dengan kontrol atas perusahaan, yang akhirnya akan sulit untuk mengembangkan perusahaan.
Dari sisi investor, tentu sangat menarik untuk melakukan investasi pada perusahaan - perusahaan
unicorn tersebut. Hal ini dikarenakan unicorn dilihat sebagai “the next big thing” dan memiliki
pertumbuhan yang sangat cepat. Menurut kelompok penulis, sebagai investor juga perlu memahami
bahwa menanamkan modal di perusahaan unicorn juga memiliki resiko yang besar. Faktanya,
perusahaan unicorn t idak menggunakan valuasi konvensional, bahkan perusahaan masih merugi dan
“membakar” uangnya untuk melakukan subsidi bagi konsumennya dan ekspansi bisnis. Hal ini dapat
menyebabkan perusahaan memiliki pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan. Namun,
perusahaan tetap dinilai memiliki value hingga milyaran dollar sehingga terdapat resiko dimana
perusahaan unicorn tersebut overvalued.
Selain itu, perusahaan-perusahaan tersebut terkadang merupakan perintis, di mana tidak ada
pembanding bagi value perusahaannya. Hal ini tentunya harus menjadi pertimbangan bagi para
investor, di mana value perusahaan tersebut dihitung berdasarkan future expected cashflow dengan
beberapa metode seperti comparable transactions, book value, dan venture capital, bukan dari
current cashflow. Sebagai investor tentu harus menilai apakah perusahaan mampu untuk mencapai
expected cashflow tersebut.
Bagi seorang yang menerapkan value investing atau yang melakukan investing for retirement y ang
membeli saham untuk jangka waktu yang relatif panjang, saham perusahaan startup cenderung
kurang menarik, perusahaan memiliki kemungkinan besar untuk gagal yang disebabkan oleh banyak
faktor, seperti semakin ketatnya persaingan dengan kompetitor, ataupun godaan bagi perusahaan
untuk overconfident di mana, perusahaan mereka telah dinilai melebihi yang seharusnya.
Clarissa Joewono 01313171016 Lisa Monica Wiyono 01313171006
Desy Enjelina 01313171044 Ryan Richardo Theno 01313171022
Leonardo Hans Buntoro 01313171024 William Setiawan 01313171047
Bahkan seorang value investor sukses seperti Lo Keng Hong, pun mengatakan bahwa beliau tidak
tertarik untuk membeli saham dari perusahaan startup, dikarenakan saham-saham tersebut telah
dirasa overpriced s ejak IPO dan laporan keuangannya yang tidak menjanjikan. “Biarkan saja untuk
orang-orang yang jantungnya 5, saya si tidak mau”, tambah beliau pada kesempatan guest lecture
pada 9 April 2019 di Prasetiya Mulya. Oleh karena itu, perlu metode valuasi yang lebih baik untuk
menilai value dari perusahaan startup.
Pada kesimpulannya, terdapat sisi positif dan negatif dengan adanya IPO dari perusahaan unicorn.
Oleh karena itu, investor harus dapat menentukan keputusan apakah akan melakukan investasi pada
perusahaan unicorn. Investor juga harus pandai memilih perusahaan unicorn mana yang memiliki
tingkat sustainability y ang tinggi dalam melakukan investasi.
Referensi :
● https://blogs.cfainstitute.org/investor/2019/03/26/investing-for-retirement-beware-
the-unicorn-ipo-stampede/
● https://economy.okezone.com/read/2019/03/20/278/2032721/bujuk-unicorn-ipo-b
ei-sudah-bertemu-go-jek-tokopedia-dan-bukalapak
● https://dailysocial.id/post/ipo-untuk-startup
● https://id.techinasia.com/valuasi-startup-pengertian-cara-hitung
● http://strategimanajemen.net/2017/12/11/4-unicorn-start-up-indonesia-dan-pelajar
an-gila-tentang-valuasi-digital-business/
● https://www.cnbcindonesia.com/market/20190219122106-17-56350/kenapa-unicor
n-indonesia-enggan-melantai-di-bursa