Anda di halaman 1dari 8

BAB II

KONDISI DAERAH STUDI

2.1. Umum
Untuk perencanaan suatu jaringan drainase diperlukan peta topografi yang
memenuhi syarat. Penyelidikan topografi ini diperlukan untuk mendapatkan
penentuan bentuk permukaan tanah (surface configuration) termasuk juga
kemiringan permukaan (surface slope), arah dari drainase alamiah serta daerah
pengeluaran (outlet).
Untuk perencanaan biasanya diperlukan peta topografi yang mempunyai
perbandingan skala antara 1 : 10000 sampai 1 : 25000 dengan interval garis kontur
1,00-2,00 meter. Sedangkan untuk detailnya mempunyai perbandingan skala
1:500 sampai 1:2500 dengan interval garis kontur 0,20-0,50 meter. Hal ini
tergantung dari keadaan lapangan, yaitu datar atau curamnya keadaan medan.
Dengan hasil penyelidikan keadaan topografi ini, dapat memberikan
gambaran macam dari sistem drainase yang diperlukan baik drainase perkotaan
maupun drainase persawahan.

2.2. Kondisi Fisik


2.2.1. Kondisi Topografi
Keadaan topografi wilayah perkotaan diperlukan untuk merancang sistem
jaringan saluran drainase daerah tersebut. Keadaan topografi dapat dilihat di peta
topografi atau peta kontur. Selain elevasi tempat berbagai di daerah tersebut, dari
peta topografi dapat pula didapat informasi mengenai batas-batas alam maupun
administratif wilayah, daerah pengaliran sungai dan tata guna lahan beserta
luasnya. Di samping itu melalui peta topografi tersebut kita dapat melihat atau
mengetahui hal-hal yang akan dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas, misalnya:
a. Batas-batas wilayah
b. Ketinggian
c. Daerah pengaliran sungai dan sebagainya
Pada daerah studi yang kami lakukan, yaitu Kota Malang, dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kabupaten Pasuruan
Sebelah timur : Kabupaten Probolinggo
Sebelah selatan : Samudera Hindia
Sebelah barat : Kediri dan Blitar
Wilayah Kota Malang terbentang antara 7º 52’ 22”LS – 8º 03’ 05” LS dan
112º 34’ 09” BT – 112º 41’ 34” BT, dengan luas 124 km2, dengan ketinggian rata-
rata 667 m diatas permukaan laut.
Wilayah Kota Malang terletak pada ketinggian 0 sampai kurang dari 50
meter dia atas permukaan air laut. Apabila ketinggian tersebut dikelompokkan
atas; ketinggian 0-10 meter, ketinggian 10-25 meter, ketinggian 25-50 meter.
Semakin ke wilayah barat, ketinggian dari permukaan laut semakin besar. Namun
demikian seluruh wilayah Kota Malang relatif berlereng (0-30%). Hal ini
mengakibatkan masalah erosi tanah dan genangan cenderung terjadi di daerah ini.
Sungai-sungai utama yang terdapat di Kota Malang adalah Sungai Brantas,
Amprong, Metro dan Bango. Dengan rata-rata panjang aliran sungai mencapai
4.94 km, yang terpanjang alirannya adalah Sungai Brantas dengan panjang aliran
mencapai 6.40 km dan yang terpendek alirannya adalah Sungai Bango dengan
aliran hanya 3.20 km. Sungai tersebut mengalir sepanjang tahun dari arah selatan
ke utara sesuai dengan kelerengan wilayah. Air sungai dimanfaatkan untuk
kebutuhan pertanian dan perikanan, hal ini dimungkinkan karena sungai tersebut
belum tercemar oleh industri-industri besar yang terdapat di Kota Malang.
2.2.2. Kondisi Hidrologis
Kondisi alam khususnya data keadaan iklim setempat diperlukan untuk
menentukan debit air yang akan didrainase. Data iklim ini meliputi curah hujan
rancangan dengan kala ulang tertentu, data limpasan permukaan, data infiltrasi
dan perkolasi, evaporasi dan evapotranspirasi dan lain-lain.
Pada umumnya wilayah Kota Malang beriklim tropis dengan rata-rata
curah hujan mencapai + 1420 millimeter dengan jumlah hari hujan mencapai 90%
pada musim penghujan. Curah hujan tertinggi pada umumnya terjadi pada bulan
Desember, sedangkan hujan terendah terjadi pada bulan Agustus. Temperatur
rata-rata terendah mencapai 24ºC dan tertinggi mencapai 27ºC.
Kota Malang mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 musim setiap
tahunnya, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada kondisi normal,
musim penghujan berada pada bulan Nopember hingga April, sedangkan musim
kemarau berada pada bulan Mei hingga Oktober setiap tahunnya. Jumlah curah
hujan pada tahun 2008 dari hasil pemantauan pada 4 stasiun pengamatan hujan
yang ada di Kota Malang, rata-rata tercatat sebesar 1.072 mm dan hari hujan
sebanyak 63 hari. Apabila dibandingkan dengan rata-rata curah hujan tahun 2007
sebesar 1.368 mm dengan 74 hari hujan, maka kondisi tahun 2008 lebih kering
dibandingkan tahun 2008, dimana curah hujan per hari pada tahun 2008 sebesar
3,75 mm/hari, sedangkan curah hujan per hari pada tahun 2008 sebesar 2,94
mm/hari. Curah hujan terlebat terjadi pada bulan Januari-Maret dan April rata-rata
sebesar 19,84 mm per hari. Selain itu pada bulan Juli sampai dengan September di
Kota Malang terdapat angin kering yang bertiup cukup kencang dari arah tenggara
ke barat laut. Kelembaban rata-rata bulanannya ± 78%.
2.2.3. Kondisi Geologi
Wilayah Kota Malang dibentuk dari bahan induk batuan volkanik dan
zaman quarter muda (young quarternary volcanic product) dan batuan endapan
(alluvium). Bahan induk tersebut terbentuk dengan fisiografi yang relatif datar.
Bahan induk alluvium terdapat pada wilayah bagian utara dan tenggara,
sedangkan bahan induk volcanic product terdapat pada bagian lainnya.
 Jenis Tanah
Jenis tanah penting diketahui terutama dalam usaha pengembangan
pertanian. Jenis tanah di wilayah Kota Malang terdiri dari Alluvial,
Grumosol,dan Mediteran. Jenis tanah alluvial regosol terdapat pada daerah
paling utara. Alluvial kelabu tua pada bagian tengah ke utara. Jenis tanah
yang terluas di wilayah Kota Malang adalah alluvial coklat keabuan, yaitu
dari bagian tengah hingga selatan kota. Jenis tanah alluvial (63.98%)
merupakan tanah yang sangat baik untuk usaha pertanian, karena tersedia
cukup mineral yang diperlukan untuk tumbuh-tumbuhan. Demikian pula jika
digunakan untuk bangunan, jenis tanah ini mempunyai daya tahan yang kuat
karena merupakan endapan tanah liat yang bercampur pasir halus. Jenis tanah
grumosol (4.82%) sifat tanahnya mudah longsor dan memiliki drainase buruk.
Dengan demikian, tentunya jenis tanah ini kurang baik guna didirikan
bangunan karena selalu terancam bahaya. Jenis tanah Mediteran (31.20%)
merupakan jenis tanah yang memiliki karakteristik tahan menahan.
 Kemampuan Tanah
Kemampuan tanah suatu wilayah perlu ditinjau mengenai kedalaman
efektif tanah, tesktur tanah, drainase, dan faktor pembatasnya.
 Kedalaman efektif
Kedalaman efektif merupakan kedalaman tanah dimana perakaran
tanaman masih bisa tumbuh dengan baik. Kedalaman tanah di wilayah Kota
Malang adalah lebih dari 90 cm.
 Tekstur Tanah
Tesktur tanah adalah perbandingan partikel liat, debu dan pasir yang
terdapat pada suatu gumpalan tanah. Data mengenai tekstur tanah yang
diperoleh adalah tekstur tanah pada kedalaman 20 cm. Tekstur tanah secara
umum diklasifikasikan dalam 3 kelas, yaitu halus, sedang dan kasar. Tekstur
tanah di Kota Malang terdiri dari tekstur halus dan sedang. Tanah bertekstur
halus terdapat di wilayah bagian Utara, sedangkan tanah bertekstur sedang
terdapat di bagian wilayah lainnya. Luas tanah bertekstur halus ialah 3.816
Ha (67,35% dari luas wilayah), sedang tanah bertekstur sedang ialah 1.849,93
Ha (32,65% luas wilayah). Tanah pertanian, tanah bertekstur sedang
merupakan tanah yang paling mudah pengolahannya.
 Drainase
Drainase yang dimaksud adalah kemampuan permukaan tanah untuk
merembeskan air secara alami. Keadaan drainase tanah dikelompokkan atas 3
kelas, yaitu drainase baik/tidak pernah tergenang, tergenang periodik, dan
drainase tergenang terus-menerus. Sebagian besar wilayah Kota Malang
berdrainase cukup baik. Drainase tergenang periodik terdapat di beberapa
kawasan di daerah tengah. Areal persawahan dimasukkan pada tanah
berdrainase baik.

2.3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat


Masalah kesehatan lingkungan juga perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan. Tujuan membangun sistem drainase adalah meningkatkan kesehatan
lingkungan jangan sampai yang terjadi adalah sebaliknya. Misalnya dengan
dibangunnya saluran drainase, pada musim kemarau menimbulkan bau yang tidak
enak, atau saluran drainase meningkatkan populasi nyamuk.
Untuk menunjang semua itu dibutuhkan aspirasi dan partisipasi
pemerintah dan peran serta masyarakat itu sendiri. Dengan mengetahui aspirasi
pemerintah daerah, antara lain berdiskusi dengan instansi terkait dan Pemda,
perencanaan drainase akan lebih terarah dan mencapai sasaran. Peran serta
masyarakat dapat diperoleh dengan mengadakan dialog dengan masyarakat atau
yang mewakili kepentingan masyarakat yang menderita akibat genangan,
khususnya dengan tokoh-tokoh masyarakat atau yang mewakili kepentingan
masyarakat. Dengan berdialog dan mengajak mereka ikut serta memberikan jalan
keluar mengatasi masalah yang ada, akan menimbulkan rasa ikut memiliki apabila
jaringan drainase telah dilaksanakan, dengan demikian mereka dapat dengan
mudah diajak untuk memelihara atau minimal menjaganya.
Karakteristik sosial penduduk Kota Malang dapat dilihat dari segi etnik
dan budaya masyarakatnya. Masyarakat Malang dilihat dari sosial budaya
sebagian berasal dari budaya agraris (petani dan pedagang) dan berkembang
menjadi masyarakat urbanis. Sedangkan ditinjau dari suku, sebagian besar
merupakan Suku Jawa dan Madura yang terkenal ulet, lugas, terbuka, dan kuat
dalam mengarungi kehidupan (berjiwa wiraswasta tinggi). Selain itu perpaduan
masyarakat dan budaya yang masih asli dicerminkan dengan gotong royong, dan
adat budaya khas, serta diwarnai dengan unsur Islam. Hal ini dapat dipandang
sebagai potensi masyarakat sehingga menjadi modal dalam peningkatan sumber
daya manusia sehingga terbentuk suatu masyarakat yang handal dan berkembang
dan mudah tanggap terhadap kemajuan. Lebih dari itu potensi potensi yang ada
menjadikan ketahanan sosial masyarakat akan mampu menangkal dan menyaring
kemungkinan adanya pengaruh budaya luar yang negatif.
Salah satu wujud kekhasan budaya masyarakat ialah lahirnya seni budaya
khas daerah seperti seni tari, seni suara, seni musik dan seni rupa. Hal ini selain
memperkuat budaya masyarakat juga menjadi aset yang bisa dikembangkan untuk
wisata maupun industri.
Faktor sumber daya manusia merupakan salah satu modal dalam berusaha
dan keberhasilan usaha sangat tergantung kepada sumber daya manusia yang
tersedia sebagai tenaga kerja yang berkualitas. Ketersediaan sumber daya manusia
di Kota Malang juga merupakan faktor penentu untuk dapat mengelola sumber
daya alam yang ada.
Dari piramida penduduk Kota Malang tahun 2006 terlihat bahwa jumlah
penduduk usia produktif 18 tahun keatas yang berjumlah 124.413 jiwa (66,61%)
dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktif . Dari gambaran ini
terlihat bahwa Kota Malang memiliki potensi SDM yang memadai karena jumlah
usia produktif yang ada cukup besar. Penduduk usia produktif sebagai angkatan
kerja merupakan salah satu modal dalam pelaksanaan pembangunan.
Jumlah penduduk Kota Malang berdasarkan Pencocokan dan Penelitian
(Coklit) oleh Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana pada
tahun 2008 adalah sebesar 814.000 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki
sebanyak 404.736 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 409.264 jiwa. Data
ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan
jumlah penduduk laki-laki dan tingkat kepadatan penduduk Kota Malang
mencapai 6.171 jiwa setiap 1 km². Kondisi tenaga kerja di Kota Malang tahun
2008 meliputi Angkatan Kerja sebanyak 33.195 orang. Berdasarkan data dari
Dinas Tenaga Kerja Kota Malang, pencari kerja terdaftar 33.195 orang, berhasil
ditempatkan 1.112 orang, pencari kerja yang tidak melapor 738 orang, sehingga
jumlah pencari kerja yang masih terdaftar hingga akhir tahun 2008 sebesar 13.745
orang. Berdasarkan tingkat pendidikan, 11.059 orang atau 83,81% pencari kerja
yang terdaftar berpendidikan minimal SMA.
2.4. Tata Guna Lahan Daerah Perkotaan
Perbedaan tata guna lahan mempengaruhi koefisien tata guna lahan, yang
akan digunakan untuk menghitung debit air yang akan didrainase dengan
menggunakan rumus rasional. Karena itu diperlukan data tata guna lahan wilayah
perkotaan tersebut (jasa, pemukiman, tegalan, tanah kosong atau yang lainnya).
Perubahan tata guna lahan tentu mempengaruhi jumlah debit air yang akan
didrainase. Karena itu perlu diperkirakan arah perubahan tata guna lahan di
wilayah tersebut. Yang diperlukan adalah RURTK yang menggambarkan
kebijaksanaan dasar tata ruang kota dan langkah-langkah umum pelaksanaan yang
berkaitan dengan sistem sosial, ekonomi, dan fisik guna tercapainya tata guna
lahan yang direncanakan. Kebijaksanaan ini dipertegas dengan rencana detail tata
ruang kota di tiap-tiap kecamatan. Yang perlu diperhatikan adalah perubahan tata
guna lahan yang banyak terjadi di daerah pinggiran yang sedang mengalami
perkembangan.
Dalam proses perencanaan suatu kota/daerah, aspek tata guna tanah
merupakan aspek penting untuk ditinjau sehingga dapat ditelaah jenis penggunaan
tanah dan pola struktur ruang yang ada. Struktur penggunaan tanah secara umum
di Kota Malang adalah permukiman, perdagangan, industri, tanah pertanian.
Secara keseluruhan penggunaan tanah di Kota Malang didominasi oleh tanah
permukiman dan pertanian.
Secara umum penggunaan tanah di Kota Malang tahun 2007 didominasi
oleh lahan pertanian dengan luas 2593,64 Ha atau 45,77% dari luas keseluruhan
Kota Malang dengan lahan pertanian paling luas sebesar 860,98 Ha, kemudian
berikutnya dengan luas lahan pertanian sebesar 667,21 Ha dan yang terkecil
dengan luas lahan pertanian sebesar 514,48 Ha.
Penggunaan lahan paling dominan berikutnya setelah lahan pertanian
adalah lahan permukiman, yaitu sebesar 2.090,04 Ha atau 36,88% dari luas Kota
Malang. Persebaran permukiman di Kota Malang cukup merata di seluruh
kecamatan, hal ini dpat dilihat berdasarkan selisih luas lahan permukiman pada
setiap kecamatan yang tidak terlalu mencolok. Luas lahan permukiman paling
besar yaitu sebesar 474,29 Ha, kemudian yang paling kecil adalah sebesar 412,24
Ha.
Penggunaan tanah lainnya seperti fasilitas pendidikan, perkantoran,
perdagangan maupun industri menjadi terlihat tidak signifikan jika dibandingkan
dengan luas lahan pertanian ataupun permukiman. Luas fasilitas permukiman,
perkantoran, perdagangan dan industri di Kota Malang berturut-turut adalah
sebesar 132,50 Ha (2,34% luas wilayah Kota Malang), 108,91 Ha (1,92%), 20,64
Ha (0,36%), dan 90,08 Ha (1,59%).

Anda mungkin juga menyukai