Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP PRODUK CHAR

PADA PIROLISIS SERBUK KAYU MAHONI DENGAN KATALIS


ZEOLIT 75%

Arief Rahman Hakim, Widya Wijayanti, Slamet Wahyudi


Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: arief.hakim61@gmail.com

ABSTRAK
Zeolit diketahui sebagai katalis pirolisis yang efektif dalam mengoptimalkan hasil
dekomposisi termal banyak biomassa. Char merupakan salah satu produk dari proses pirolisis
yang berwujud padatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi produk char hasil
pirolisis serbuk kayu mahoni dengan campuran zeolit sebesar 75%, dengan variasi
temperatur. Dalam penelitian ini menggunakan variasi temperatur 250°C, sampai dengan
800°C. Proses pirolisis ini dilakukan selama tiga jam tanpa oksigen dengan bahan baku
serbuk kayu mahoni sebanyak 200 gram dengan ukuran mesh 20 serta kadar air < 2%. Hasil
penelitian akan diuji kadar unsur dan gugus fungsinya dengan menggunakan perangkat SEM-
EDX dan FT-IR. Dari hasil penelitian menunjukkan dengan semakin tinggi temperatur pada
pirolisis menggunakan zeolit maka char yang terbentuk akan semakin sedikit sama seperti
pirolisis tanpa menggunakan zeolit, namun massa dan volume yang terdekomposisi lebih
banyak saat menggunakan zeolit dari pada tanpa menggunakan zeolit. Produk char hasil
pirolisi menunjukan peningkatan kadar karbon (C) seiring dengan pertambahan temperatur
pirolisis. Hasil analisa FT-IR menunjukan hilangnya gugus karbonil C=O pada char hasil
pirolisis campuran zeolit 75%, dan munculnya gugus alkena C=C pada char hasil pirolisis
campuran zeolit 75% .

Kata Kunci: Pirolisis, Zeolit, Mahoni, Char , SEM-EDX, FT-IR, Kandungan Unsur, Gugus
Fungsi

PENDAHULUAN di Indonesia. Pohon mahoni wietenia


Mahagoni L. Jacq merupakan tubuhan asli
Biomassa terbentuk dari segala spesies indonesia dan banyak tumbuh di pulau jawa
yang hidup seperti tumbuhan dan hewan maupun luar jawa yang potensinya
yang hidup baik pada masa ini maupun mencapai 9.479.192 batang siap tebang
pada masa lalu. Biomassa ini juga terbentuk atau setara dengan 2,4 juta m3
dari sesuatu yang ditanam maupun dari (Sukadaryati, 2006). Menurut mohan et al,
organisme yang dilahirkan. Tidak seperti (2005) Terdapat kandungan selulosa,
bahan bakar fosil biomassa tidak hemiselulosa dan lignin pada serbuk kayu
memerlukan waktu yang sangat lama untuk mahoni.
mengembangkannya. Bahan bakar fosil Pirolisis adalah proses dekomposisi
tidak dapat diproduksi ulang (Reproduce) kimia bahan organik melalui proses
sedangkan biomassa dapat diproduksi pemanasan tanpa atau sedikit oksigen.
ulang. . Salah satu masalah dari pirolisis ini adalah
Salah satu biomassa yang dapat kita belum optimalnya produk yang dihasilkan
gunakan untuk mendapat hidrokarbon dari baik secara kuantitas maupun kualitas.
proses pirolisis adalah serbuk kayu mahoni. Telah banyak dilakukan penelitian yang
Kayu mahoni sering digunakan oleh membahas penggunaan katalis dalam
pengrajin kayu sebagai bahan baku Mabel mengoptimalkan produk pirolisis,

1
2

diantaranya penelitian yang dilakukan oleh 800˚C. Bahan yang dipakai adalah : adalah
Danarto et al (2010), yang meneliti kayu mahoni 200 gram dengan mesh 20,
pengaruh penggunaan zeolit dengan variasi zeolit 600 gram dengan mesh 20 Alat yang
bentuk dan jumlah terhadap jumlah produk digunakan dalam penelitian ini yaitu
pirolisis kayu mahoni yang dihasilkan. pyrolyzer fix bed, moisture analizer,
Mochizuki et al (2013) meneliti stopwatch, alat pengguncang rotap, gelas
pirolisis sekam jatropha dan sekam cedar ukur, timbangan elektrik, oven, dapur
dengan variasi zeolit yaitu H-USY, H- listrik, kamera, loyang. Hasil yang
mordenite, H-Beta dan H- ZMS-5. urutan diidentifikasi dari penelitian ini adalah :
tingkat keasaman zeolit yaitu : H-USY> H- massa, volume, kandungan unsur, gugus
mordenit> H-ZSM-5> H-Beta urutan ini fungsi dan densitas Char hasil pirolisis.
berbanding terbalik dengan urutan besar Prosedur pertama menyeragamkan
ukuran zeolit. Tujuan penelitian tersebut ukuran serbuk kayu dan zeolit dengan cara
adalah mencari kandungan char dengan disaring menggunakan alat pengguncang
kandungan PAHs sedikit mungkin dan rotap dengan ukuran mesh 20. Kemudian
Produksi MAHs sebanyak mungkin. Lalu serbuk kayu di oven dengan temperatur
didapatkan bahwa zeolit H_ Beta 110°C selama 5 jam untuk mengurangi
merupakan zeolit yang paling cocok dalam kadar air di serbuk kayu sehingga kadar air
mencapai tujuan penelitian tersebut. Dan berkurang. Dilanjutkan dengan aktivasi
diperoleh data juga diperoleh bahwa asam zeolit dengan cara dipanaskan pada dapur
kuat yang ada pada zeolit menyebabkan listrik pada temperatur 400°C selama satu
terjadinya reaksidehidrasi, dekarboksilasi, jam. Lalu serbuk kayu dan zeolit diuji kadar
dealkilasi, cracking, isomerisasi, dan airnya menggunakan moisture analyzer
oligomerisasi. tujuan pengujian ini untuk memastikan
Jindo et al (2014) meneliti karakteristik bahwa kedua sampel harus memiliki kadar
char dari beberapa bahan organik yaitu air dibawah 2%, jika tidak memenuhi
sekam padi, jerami padi, kayu pohon apel, persyaratan tersebut maka harus dilakukan
dan pohon Oak. Hasil analisa NMR dari pengulangan proses sebelumnya. Setelah
berbagai sampel disimpulkan bahwa char itu serbuk kayu dan zeolit masing-masing
batang pohon apel memiliki kadar karbon ditimbang dan dipastikan seberat 200 gr
yang paling tinggi dari sampel lainnya. dan 600 gr. kemudain dilakukan
kenaikan temperatur pirolisis akan pencampuran sebuk kayu Mahoni dan
menaikan kandungan karbon pada char. zeolit hingga merata lalu dimasukkan ke
kandungan silikon mencegah dekomposisi dalam alat pyrolyzer fix bed. Sebelum
karbon dari tanaman padi. proses pirolisi dilakukan terlebih dahulu
Untuk mengoptimalkan seluruh dialirkan gas N2 kedalam furnace dengan
produk pirolisis dan banyak penelitian debit 3 L/menit. Proses pirolisis dilakukan
sebelumnya yang menyatakan bahwa zeolit selama 3 jam. Setelah proses pirolisis
sebagai katalisator yang efektif untuk selesai ukur volume dan massa char. Ulangi
mengoptimalkan produk pirolisi terutama proses pirolisis dengan variasi temperatur
tar, maka tujuan penelitian ini adalah lainnya. Char hasil pirolisi kemudian
mengetahui pengaruh penggunaan zeolit dianalisa kandungan unsur dengan
terhadak produk char hasil pirolisis serbuk menggunakan alat Scanning electron
kayu mahoni. microscope - Energy dispersive X-Ray
(SEM-EDX) di Institut Biosains Universitas
METODE PENELITIAN Brawijaya dan gugus fungsinya pada char
Penelitian ini melakukan proses akan diteliti dengan alat Fourier Transform
pirolisis dengan variasi temperatur Infrared (FT-IR) di Laboratorium
pemanasan pada saat yaitu 250˚C, 350˚C, Instrumentasi Kimia , Jurusan Kimia,
400˚C, 450˚C,500˚C, 600˚C, 700˚C dan Universitas Brawijaya Malang.
3

INSTALASI ALAT PIROLISIS Dengan zeolit yang ditambahkan pada


kayu mahoni, dalam penelitian ini
menghasilkan massa terbanyak yaitu
640.46 gram pada temperatur 250oC. Dan
massa paling sedikit yaitu 621 gram pada
temperatur 800oC. Sedangkan pirolisis
tanpa menggunakan zeolit menghasilkan
char dengan massa terbanyak yaitu 149.48
gram pada temperatur 250oC dan terkecil
pada suhu 800oC yaitu 83.95 gram.
Produk Residu padat yang dihasilkan
oleh pirolisis dengan zeolit 75% lebih
banyak dari pada pirolisis tanpa zeolit. Hal
ini dapat terjadi karena kandungan zeolit
yang ditambahkan 75% dari massa total
Gambar 1 Skema instalasi alat pirolisis yaitu sebanyak 600 gram sedangkan serbuk
kayu mahoni yang dipakai hanyak 200
HASIL DAN PEMBAHASAN gram.
Pengaruh Variasi Temperatur Terhadap Hubungan Temperatur Pirolisis
Residu padat Terhadap Massa Char
Gambar 2 menjelaskan hubungan Untuk lebih memperjelas pengaruh
temperatur pirolisis terhadap massa produk zeolit terhadap dekomposisi serbuk kayu
Residu padat. Temperatur pirolisis yang mahoni dibawah ini ditampilkan grafik
digunakan dalam penelitian ini adalah massa kayu mahoni yang terdekomposisi.
250oC sampai 800oC. Pada grafik diatas Zeolit memiliki stabilitas termal hingga
juga ditampilkan massa char hasil pirolisis temperatur 1300oC (dutta et al, 2003).
tanpa zeolit dan massa Residu padat dengan Sehingga pada proses piirolisis hanya
campuran zeolit 75%. Pirolisis dengan serbuk kayu mahoni yang terdekomposisi.
kandungan zeolit 75 % menghasilkan Untuk memperkuat bahwa zeolit tidak ikut
Residu padat yang lebih banyak dari pada terkomposisi, maka dilakukan pengujian
tanpa zeolit. Kecenderungan dari kenaikan pirolisi terhadap zoelit saja. Zeolit
temperatur akan menurunkan massa Residu dipirolisis dengan suhu 800oC selama 3
padat yang dihasilkan baik tanpa zeolit jam. penimbangan massa zeolit sebelum
maupun dengan capuran zeolit. Hal ini dilakukan proses apapun memiliki massa
disebabkan karena kenaikan temperatur 0,858 kg. Setelah dilakukan proses
pirolisis semakin tinggi dekomposisinya. pirolisis. Zeolit memiliki massa 0,858 kg
750 sama seperti massa sebelumnya. Dengan
600 hasil pengujian ini terbukti bahwa zeolit
Massa (gram)

450 tidak ikut terpirolisis dibuktikan dengan


300 massanya yang tetap sama walaupun telah
150 dilakukan proses pirolisis
0 Grafik dibawah menjelaskan
250 450 650 850 hubungan temperatur pirolisis terhadap
Temperatur (oC) massa char. Temperatur pirolisis yang
campuran 75% zeoit Tanpa Zeoit digunakan dalam penelitian ini adalah
Gambar 2 Grafik hubungan temperatur 250oC sampai 800oC. Pada grafik diatas
Pirolisis Terhadap Massa Residu padat juga ditampilkan massa char hasil pirolisis
tanpa zeolit dan massa char dengan katalis
4

zeolit 75%. Pirolisis tanpa katalis 1000


menghasilkan massa char yang lebih besar 950
900

Volume (cm3)
dari pada massa char dengan katalis zeolit
75%. Kecenderungan dari kenaikan 850
800
temperatur akan menurunkan massa char 750
yang dihasilkan baik tanpa zeolit maupun 700
dengan zeolit. Hal ini disebabkan karena 650
kenaikan temperatur pirolisis 600
mennyebabkan semakin banyak kayu 250 450 650 850
mahoni yang terdekomposisi menjadi tar Temperatur (oC)
dan gas.
Campuran zeolit 75% Tanpa zeolit

200
Gambar 5 Grafik Hubungan Temperatur
Massa (gram)

150 Terhadap Volume Residu Padat


Grafik diatas menunjukan pengaruh
100
temperatur terhadap volume residu padat
50
yang dihasilkan. Pirolisis tanpa
menggunakan zeolit menghasilkan volume
0 residu padat tertinggi pada temperatur
250 450 650 850 250oC yaitu 981,234 cm3 dan volume
Temperatur (oC) terendah pada temperatur 800oC yaitu
campuran 75% zeoit Tanpa Zeoit 667,026 cm3 Dengan katalis zeolit 75%
volume tertinggi diperoleh pada temperatur
Gambar 3 Grafik hubungan temperatur 250oC yaitu 900.658 cm3 dan volume
Pirolisis Terhadap Massa Char terendah diperoleh pada temperatur 800oC
Sesuai dengan mekanisme yaitu 654,719 cm3 . Pada variasi terperatur
pemecahan rantai karbon panjang menjadi 350oC sampai 700oC pirolisis tanpa zeolit
rantai karbon pendek. Ada dua mekanisme volume residu padat berturut-turut adalah
yang terjadi yaitu thermal cracking dan sebagai berikut : 874.132 cm3, 811.95 cm3,
catalyctic cracking. Thermal cracking 802.9 cm3, 780.934 cm3, 758.838 cm3. Pada
yaitu kalor yang ditambahkan suhu variasi 350oC sampai 700oC dengan
menyebabkan pemisahan pada rantai katalis zeolit 75% volume residu padat
karbon menjadi redikal bebas dimana salah berturut-turut adalah sebagai berikut :
satu atomnya mengalami kekurangan 853,716 cm3, 793.451 cm3, 775.971 cm3,
elektron sehingga menjadi sangat reaktif 764.168 cm3, 730.104 cm3.
(Sadeghbeige, 2012) Dalam mempermudah perhitungan
dilakukan pengukuran volume zeolit saat
memiliki massa 600 gram. Memastikan
kembali bahwa tidak ada perubahan
volume antara zeolit sebelum dengan
Gambar 4 Thermal Cracking sesudah pirolisis maka dilakukan pengujian
pirolisi terhadap zoelit saja. Zeolit
Hubungan Temperatur Pirolisis dipirolisis dengan suhu 800oC selama 3
Terhadap Volume Residu Padat jam. Hasil menunjukan bahwa keduanya
tidak memiliki pebedaan volume antara
sebelum dengan setelah dilakukan pirolisis,
keduanya memiliki volume 300 cm3
5

Untuk mempermudah pengaruh menyebabkan proses dekomposisi dimulai


zeolit terhadap serbuk kayu mahoni secara dari bagian terluar sampel lalu mengalir inti
volume maka dibuat grafik temperatur sampel. Hal tersebut dibuktikan dengan
terhadap volume char. Perhitungan bentuk residu padat dimana semakin tinggi
didapatkan dengan cara menghitung temperatur pirolisis bentuk residu padat
volume residu padat hasil pirolisis. Untuk semakin cekung ke bawah.
char dengan katalis zeolit 75% (300 cm3)
volume residu padat dikurangi terlebih
dahulu dengan volume zeolit sehingga
diketahui volume char hasil pirolisis yang
berasal dari serbuk kayu mahoni maka dari
itu perhitungannya seperti dibahwah ini. 250oC 350oC

Volume ℎ 75% =
− 300 3

900
Volume (cm3)

700 450oC 500oC

500

300
250 450 650 850
Temperatur (oC)
600oC 700oC
Campuran zeolit 75% Tanpa zeolit

Gambar 6 Grafik Temperatur Terhadap


Volume Char
Pada variasi terperatur 250oC 800oC
sampai 800oC pirolisis tanpa zeolit volume
char berturut-turut adalah sebagai berikut Gambar 7 Skema dimensi residu padat
: 981.234 cm3, 874.132 cm3, 811.95 cm3, tanpa Zeolit.
802.9 cm3, 780.934 cm3, 758.838 cm3 dan
667.026 cm3. Pada suhu variasi 250oC
sampai 800oC pirolisis dengan katalis zeolit
75% volume residu padat berturut-turut
adalah sebagai berikut : 600.658 cm3,
553.716 cm3, 493.451 cm3, 475.971 cm3, 250oC 350oC
464.168 cm3, 430.104 cm3 dan 354.719
cm3.
Untuk memperjelas perubahan
volume berikut ditampilkan skema residu
padat yang terbentuk dari proses pirolisis
pada setiap temperaturnya. Dari skema
yang ditampilkan disimpulkan bahwa 450oC 500oC
proses perpindahan panas dari Heater pada
pyrolyzer menuju sampel yang ada di
furnace berjalan melalui dinding dinding
furnace. Perpindahan panas ini
6

mengaami penurunan yang signifikan tidak


sebanding dengan penurunan volumenya.
Penurunan massa jenis ini juga
mempengaruhi pori pori pada char.
Semakin rendah niai massa jenisnya maka
pori pori char semakin besar. Pada hasi
600oC 700oC
miroskop SEM juga terlihat bahwa pori –
pori residu padat banyak yang ditempati
oleh butiran zeolite.
Hubungan Temperatur Pirolisis
Terhadap Kandungan unsur Char
Untuk menganalisa kandungan
800oC unsur ada char penulis menggunakan
Gambar 8 Skema dimensi residu padat perangkat Scanning Electron Microscopy -
Campuran Zeolit 75%. Energy Dispersive X-ray (SEM-EDX).
Dengan perangkat EDX dapat kita
Hubungan Temperatur Pirolisis menganalisa kandungan unsur pada char
Terhadap Massa Jenis Char berdasarkan hasil foto SEM
0.2
massajenis (gr/cm3)

0.15

0.1

0.05

0 (a) (b)
200 400 600 800
Temperatur (oC)

Campurran 75% zeolit tanpa zeolit

Gambar 9 Grafik Temperatur Terhadap


Massa Jenis Char
(c) (d)
Char dari pirolisis katalis zeolite
75% menghasilkan produk car yang
memiki massa jenis yang lebih rendah dari
pada char tanpa campuran zeoit. Hal
tersebut terjadi dikarenakan karena massa
zeolite lebih rendah dari pada serbuk kayu
mahoninya sendiri sehingga saat proses `(e) (f)
pirolisis dilakukan banyak massa char
yang berubah menjadi tar dan gas namun Gambar 10 Hasil pengujian SEM-EDX
massa zeolite tetap tertinggal didalam char (a) 350oC tanpa zeolit, (b) 500oC tanpa
furnace. zeolit, (c) 800oC tanpa zeolit, (d) 350oC
Pada char pirolisis tanpa zeolite 75%zeolit, (e) 500oC 75% zeolit, (f) 800oC
kenikan temperatur pirolisis membuat 75%zeolit
massa jenis yang dimiliki oleh char
Jika kita perhatikan pada Gambar
semakin menurun. Penurunan massa jenis
4.9 a, b dan c rongga yang dimiliki oleh
ini disebabkan karena nilai massa char
residu padat semakin besar. Hal ini
7

menjelaskan bahwa semakin tinggi terdekomposi sesuai dengan percobaan pirolisis


temperatur menyebabkan rongga pada zeolit sebelumnya. Kandungan karbon dan
residu padat tanpa zeolit semakin oksigen merupakan kandungan yang digunakan
membesar, inilah penyebabnya mengapa untuk menganalisa karakteristik dari char yang
massa char hasil proses pirolisis tanpa dihasilkan (Jindo et al, 2014).
zeolit semakin kecil seiring dengan
100
kenaikan temperatur pirolisis. Dari gambar
4.x c,d dan e terlihat bahwa butir butir zeolit
75

persentase (%)
menempati posisi rongga rongga h residu
padat,inilah penyebab mengapa massa jenis
residu padat hasil pirolisis dengan 50
campuran zeolit 75% memiliki massas yang
lebih besar dari pada tanpa zeolit, dan 25
semakin tinggi temperatur maka rongga
char akan semakin membesar dan semakin 0
banyak pula butir zeolit yang menempati 200 400 600 800
posisi tersebut. Temperatur (oC)
Dari analisa yang kami lakukan tanpa zeolit dengan zeolit 75%
dihasilkan kandungan unsur yang Gambar 11 Grafik Temperatur Terhadap
ditunjukan pada tabel di bawah ini. Kadar Karbon
Ditampilkan 6 jenis unsur yaitu karbon dan
Pirolisis biomassa merupakan
oksigen sebagai parameter analisa
proses dekomposisi molekul – molekul
dekomposisi hidrokarbon, selain itu juga
panjang menjadi molekul – molekul yang
ditampilkan almunium dan silikon sebagai
lebih pendek. Pada proses pirolisis terjadi
indikasi pemakaian zeolit serta ditampilkan
pemecahan rantai molekul lignuselulosik,
unsur kalsium dan besi yang menunjukan
diakibatkan oleh kalor yang ditambahkan
terbentuknya abu pada char hasil pirolisis.
kedalam tungku pirolisis. Seperti pada
Tabel 1. Kadar Unsur residu padat pada skema dibawah
setiap variasi temperatur

Gambar 12 Reaksi yang terjadi saat


pirolisis tanpa zeolit

Sedangkan saat 75% zeolit ditambahkan


tejadi pemutusan rantai molekul seperti
gambar dibawah

Tabel 1 menjelaskan tentang kandungan residu Gambar 13 Reaksi yang terjadi saat
padat dari hasil pirolisis yang dilakukan. Kalsium pirolisis dengan 75% zeolit
merupakan unsur yang terkandung pada
biomassa serbuk kayu mahoni sedangkan silikon Dimana molekul panjang terputus menjadi
menunjukan terbentuknya abu. Pada pirolisis melih pendek. Penggunaan zeolit dalam
dengan 75% zeolit terdapat kandungan pirolisis menyebabkan atom karbon
almunium,besi dan silikon yang merupakan menguap menjadi tar dan gas, inilah
kandungan dari zeolit namun tidak ikut mengapa persentase kandungan karbon saat
8

menggunakan zeolit dapat lebih rendah dari dengan panjang gelombang 3200-3700 cm-
1
pada tanpa menggunakan zeolit. dimana hal ini menunjukan adanya gugus
fungsi alkohol dan fenol O-H . Gelombang
Hubungan Temperatur Pirolisis yang ketiga adalah range 1620-1680 cm-1
Terhadap Gugus Fungsi Char menunjukan adanya gugus fungsi alkena
C=C. lalu muncul gelombang dengan range
Pengujian FT-IR digunakan untuk 1400-1600 cm-1 menunjukan adanya gugus
membaca kandungan gugus fungsi pada fungsi aromatik C=C. selanjutnya muncul
char. Sumbu vertikal menrangkan jumlah gelombang dengan range 1350-1480 cm-1
transmittance yang mengartikan bahwa menunjikan adanya gugus fungsi alkana -
semakin tinggi jumlah transmittance ini C-H. gelombang selanjutnya adalah daerah
maka kandungan gugus fungsinya semakin range 1000-1300 cm-1 menunjukan gugus
sedikit. Sedangkan sumbu horizontal fungsi eter C-O. gelombang terakhir
menunjukan wave number yang digunakan dengan range 675-1000 cm-1 menunjukan
dalam menganalisa jenis gugus fungsi, gugus fungsi alkana =C-H.
karena setiap gugus fungsi memiliki wave
number yang berbeda. Tabel dibawah ini
menjelaskan hasil pengujian FT-IR pada
temperatur 350oC,500oC dan 800oC. Kode
A-1 merujuk pada grafik temperatur 350oC,
kode A-2 adalah kode untuk temperatur
500oC sedangkan A-3 murujuk pada
tempertur 800oC. Kode D-1 merujuk pada
grafik temperatur 350oC tanpa penggunaan
zeolit, kode D-2 adalah kode untuk
temperatur 500oC tanpa penggunaan zeolit
sedangkan D-3 murujuk pada tempertur
800oC tanpa penggunaan zeolit. Tiga hasil Gambar 15 Grafil Hasil Pengujian FT-IR
uji FT-IR ini ditampilkan dalam satu grafik pada Char Tanpa Zeolit
agar dapat melihat perubahan kandungan Grafik diatas menerangkan
gugus fungsi pada temperatur yang komposisi gugus fungsi pada char tanpa
berbeda. zeolit. Pada grafik diatas muncul puncak
gugus fungsi pada daerah dengan panjang
gelombang 3200-3700 cm-1 dimana hal ini
menunjukan adanya gugus fungsi fenol O-
H. .lalu muncul gelombang berada pada
range 2850-3000 cm-1 yang merupakan
gugus fungsi alkana C-H. Gelombang yang
ketiga adalah range 1670-1800 cm-1
menunjukan adanya gugus fungsi karbonil
C=O. selanjutnya muncul gelombang
dengan range 1400-1600 cm-1 menunjukan
adanya gugus fungsi aromatik C=C.
gelombang selanjutnya adalah daerah range
Gambar 14 Grafil Hasil Pengujian FT-IR
1000-1300 cm-1 menunjukan gugus fungsi
pada Char Pirolisis 75% Zeolit.
eter C-O. gelombang terakhir dengan range
Grafik diatas menerangkan 675-1000 cm-1 menunjukan gugus fungsi
komposisi gugus fungsi pada char degan alkana =C-H.
kandungan zeolit 75%. Pada grafik diatas Untuk mempermudah dalam
muncul puncak gugus fungsi pada daerah penganalisaan gugus fungsi maka dibuat
9

tabel 2. Dapat dilihat pada tabel 2 bahwa rendah. Pada pirolisis tanpa zeolit semakin
pada char tanpa zeolit terdapat gugus tinggi temperatur pirolisis maka
aromatik (C=C) sama seperti pada char keberadaan gugus alkana akan semakin
menggunakan campuran 75% zeolit. berkurang. Hal tersebut diduga terjadi
Namun bila kita lihat pada tabel hasil FT- karena senyawa seyawa alkana mengalami
IR, kelimpahan gugus aromatik pada char proses dehidrasi sehingga berubah menjadi
tanpa tambahan zeolit memiliki kelimpahan senyawa alkena.
yang lebih banyak dari pada char campuran Proses dehidrasi ini menyebab hilangnya
75% zeolit. Keberadaan gugus (-OH) kadar air seiring dengan naiknya temperatur
terdapat pada seluruh variasi temperatur yang digunakan. Dengan penggunaan zeolit
baik itu menggunakan tanpa menggunakan proses dehidrasi akan semakin bertambah
zeolit maupun campuran 75% zeolit, terlihat dengan ketidak hadiran gugus
namun pada char campuran 75% zeolit alkana pada char hasil pirolisis campuran
kelimpahan gugus (-OH) lebih sedikit dari 75% zeolit.
pada tanpa menggunakan zeolit. Kedua hal
diatas dapat dikaitkan, tanpa menggunakan KESIMPULAN
zeolit diduga bahwa gugus (-OH) berasal Kesimpulan
dari senyawa fenol terbukti dari banyaknya Dari hasil data dan pembahasan grafik
gugus aromatik. Pada saat menggunakan serta tabel dapat ditarik kesimpulan :
zeolit senyawa fenol tersebut 1. Semakin tinggi temperatur pirolisis
terdekomposisi menjadi senyawa alkohol maka massa dan volume char yang
terbukti dengan keberadaan gugus aromatik dihasilkan akan semakin sedikit,
yang semakin sedikit. Lalu senyawa terutama pada pirolisis campuran zeolit
senyawa tersebut diduga hilang 75%.
terdekomposisi menjadi tar dan gas seiring 2. Semakin tinggi teperatur pirolisis maka
dengan tingginya temperatur pirolisis. massa jenis char yang dihasilkan akan
semakin kecil. Berkebalikan dengan
Tabel 2. Kadar Unsur char pada setiap pirolisis campuran 75% zeolit yang
variasi temperatur massa jenisnya justru meningkat.
3. Semakin tinggi temperatur pirolisisnya
maka kadar karbon yang terkandung
pada char semakin banyak dan
oksigennya semakin sedikit. Hal ini
sesuai dengan mekanisme pemecahan
rantai karbon panjang menjadi rantai
karbon pendek diantaranya dehidrasi,
karboksilasi, isomerisasi.
Saran
1. Hendaknya dilakukan penelitian lebih
Gugus karbonil (C=O) hilang dikarenakan lanjut mengenai mengenai komposisi
pada suhu tinggi gugus karbonil (C=O) char dari hasil pirolisis katalis 75%,
diduga berikatan dengan hidrogen bebas sehingga dapat diketahui senyawa apa
dan berubah menjadi gugus eter (C-O). Gas saja yang terkandung pada char lebih
hidrogen berasal dari biomassa yang pada akurat.
suhu tinggi terpecah dari senyawa lain 2. hendaknya dilakukan penelitian
sehingga berikatan dengan oksigen pada mengenai nilai kalor char dari hasil
karbonil. Peristiwa ini dapat diilustrasikan pirolisis katalis 75%.
pada reaksi dibawah. 3. hendaknya dilakukan pengembangan
Gugus alkana muncul pada char lebih lanjut mengenai char agar dapat
pirolisi tanpa zeolit terutama di temperatur diaplikaskan langsung ke masyarakat.
10

[Prosiding] Seminar Hasil Litbang


DAFTAR PUSTAKA Hasil Hutan. Bogor. Departemen
Barubara & Ridwanti. 2009. Komposisi Kehutanan.
Kimia Beberapa Kayu Tropis. USU Chang, Raymond., 2003, “Kimia Dasar :
Repository. Sumatera Utara. Konsep-konsep Inti,” Jilid 1/Edisi
Basu, Prabir. 2010. Biomass Gasification ketiga, Erlangga, Jakarta.
and Pyrolisis Practical Design and
Theory. Elsevier
Dewan Energi Nasional Republik
Indonesia. 2014. Outlook Energi
Indonesia 2014. .
Dutta et al. 2003. Zeolite Science an
Technology. A Handbook; marcel
Dekker, Inc. Columbus, USA.
Galadima, Ahmad & Muraza, Oki. 2015. In
situ fast pyrolysis of biomass with
zeolite catalyst for
bioaromatics/gasoline production. A
review. Energy conversion and
management. Elsevier
Jindo, K et al, 2014 Physical and chemical
characterization of biochars derived
from different agricultural residues. .
Biogeosciences, 11, 6613–6621, 2014
Kumara, D. 2015. Pengaruh Variasi
Heating Rate dan Temperatur
Terhadap Hasil Produk Tar Pada
Serbu Kayu Mahoni Dengan
Katalisator Zeolit. Thesis. Malang.
Fakultas Teknik, Universitas
Brawijaya.
Mochizuki, Takegisa., Chen S.Y. & Toba.,
2013, Pyrolyzer-GC/MS system-based
analysis of the effects of zeolite catalyst
on the fast pyrolysis of jatropha husk.
Catalysis, Vol 5, 305-8565
Mohammad I. Jahirul, Mohammad G.
Rasul, Ashfaque Ahmed Chowdhury &
Nanjappa Ashwath. 2012. Biofuels
Production through Biomass Pyrolysis
—A Technological Review. Energies,
5, 4952-5001; doi:10.3390/en5124952
Mohan et al.; 2005: Pyrolysis of
wood/Biomass for Bio-oil: A Critical
Review; Department of Chemistry,
Mississippi State University, USA.
Saideghgbeige, Reza, 2012, fluid catalytic
cracking, Handbook, Elsevier, USA
Sukadaryati. 2006. Potensi Hutan Rakyat di
Indonesia dan Permasalahannya.

Anda mungkin juga menyukai