Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Perpindahan Panas Terhadap Pyrolysis Yields Bambu (Bambussa

blumeana)
Agung Chandra Permana, Widya Wijayanti, Purnami
Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. Mayjend. Haryono no. 167, Malang, 65145, Indonesia
Email: agungcp1304@gmail.com

ABSTRAK
Bambu merupakan salah satu biomassa yang dapat digunakan sebagai alternative BBM melalui
pengolahan dengan pirolisis. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pirolisis adalah suhu
operasi,dimana terjadi perpindahan panas.Hasil pirolisis bambu dapat menghasilkan liquid (tar), padatan
(char), dan gas bergantung dari suhu operasi yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh perpindahan panas terhadap pyrolysis yields selama proses pirolisis bambu. Metode
penelitian yang digunakan adalah secara eksperimental. Serbuk bambu seberat 1200 gram diumpankan ke
dalam tabung furnace dan dilakukan proses pirolisis selama 120 menit dengan suhu operasi 250 oC, 350oC,
450oC, 550oC, dan 650oC. Dari hasil pirolisis ini didapatkan hubungan antara suhu operasi dan waktu
pirolisis, kontur distribusi untuk tiap suhu operasi, hubungan suhu operasi dengan massa dan volume
yields, hubungan antara perpindahan panas terhadap volume dan perubahan massa yields. Proses
perpindahan panas pada suhu 250 oC dan 350 oC lebih lambat dibanding suhu operasi 450 oC,550 oC dan
650 oC dikarenakan selisih perbedaan temperatur kecil. Selain itu proses perpindahan panas terjadi mulai
dari sekitar dinding furnace merambat hingga ke bagian tengah tabung furnace. Nilai konduktivitas
termal bambu yang yang kecil dan nilai divusifitas bambu yang besar membuat proses perpindahan panas
dalam biomassa menjadi kecil. Selama proses pirolisis, semakin tinggi suhu operasi, maka massa dan
volume yields yang diperoleh akan semakin menurun akibat adanya dekomposisi material. Perubahan
volume banyak terjadi pada menit 50 hingga 80 pada proses pirolisis.
Kata Kunci: bambu, perpindahan panas,pirolisis

ABSTRACT
Bamboo is one of the biomass that can be used as an alternative fuel through processing with pyrolysis.
One of the factors that influence the pyrolysis process is the operating temperature, where heat transfer
occurs. The results of bamboo pyrolysis can produce liquid (tar), solids (char), and gas depending on the
operating temperature used. The purpose of this study was to determine the effect of heat transfer on
pyrolysis yields during the bamboo pyrolysis process. The research method used is experimental. 1200
grams of bamboo powder was fed into the furnace tube and the pyrolysis process was carried out for 120
minutes with an operating temperature of 250 oC, 350oC, 450oC, 550oC, and 650oC. From the results of
pyrolysis, the relationship between operating temperature and pyrolysis time is obtained, the distribution
contour for each operating temperature, the relationship between operating temperature with mass and
volume yields, the relationship between heat transfer to volume and change in mass yields. The heat
transfer process at temperatures of 250 oC and 350oC is slower than the operating temperature of 450oC,
550oC and 650oC due to the small difference in temperature difference. In addition, the heat transfer
process occurs from around the walls of the furnace to the center of the furnace tube. The small thermal
conductivity value of bamboo and the large value of bamboo diversity make the process of transferring
heat in biomass small. During the pyrolysis process, the higher the operating temperature, the mass and
volume of yields obtained will decrease due to material decomposition. Many volume changes occur at 50
to 80 minutes in the pyrolysis process.
Keywords: bamboo, heat transfer, pyrolysis

1 PENDAHULUAN Persebaran panas pada proses pirolisis


Salah satu biomassa yang dapat dengan memvariasikan temperatur sebagai
digunakan sebagai alternatif pengganti BBM variabel bebasnya, arah persebaran panas
adalah bamboo. Pengolahan biomassa terjadi secara vertikal, diketahui melalui
bambu dapat dilakukan dengan proses pemasangan 5 titik termokopel [6] [7].
pirolisis. Pirolisis merupakan proses Dari beberapa penelitian yang telah
thermochemical dengan emisi rendah yang dilakukan sebelumnya, masih dirasa kurang
dioperasikan pada suhu sangat tinggi sekitar efektif karena jumlah termokopel yang
160 - 900 0C mengikuti rentang suhu digunakan sedikit, sehingga perlu dilakukan
dekomposisi komponen suatu bahan [1]. penelitian lebih mendalam mengenai
Pada bambu, komponen utamanya adalah distribusi suhu dan perubahan massa char
selulosa (45%), hemiselulosa (25%), dan hasil pirolisis menggunakan 8 titik
lignin (25%) [2] dan akan terdekompoisi termokopel yang dipasang pada tabung
selama proses pirolisis. Produk hasil furnace dan variasi temperatur yang
pirolisis adalah liquid (tar), padatan (char), digunakan adalah 250oC hingga 650 oC.
dan gas (CO2, H2O, CO, C2H2, C2H4, C2H6,
C6H6) [3]. 2 METODE PENELITIAN
Salah satu faktor yang mempengaruhi Metode penelitian yang digunakan
pirolisis adalah suhu operasi pirolisis. dalam penelitian ini adalah penelitian
Semakin tinggi suhu yang digunakan pada eksperimetal (eksperimental research).
proses pirolisis maka hasil yang didapatkan Dalam penelitian ini penulis menggunakan
adalah berupa liquid dan gas, sehingga serbuk bambu sebagai feedstock dalam
massa char semakin sedikit seiring proses pirolisis dengan variabel bebas
bertambahnya suhu [4]. Selain itu suhu variasi suhu untuk mengetahui perpindahan
operasi pirolisis juga berpengaruh terhadap panas yang terjadi didalam biomassa dan
laju pemanasan (heating rate), dimana perubahan massa pada char hasil pirolisis.
semakin tinggi suhu maka heating rate juga
meningkat [5].
2.1 Instalasi alat pirolisis

Serbuk bambu dikeringkan dahulu


hingga kadar airnya ≤ 2%, selanjutnya
serbuk bambu diayak sehingga mendapatkan
ukuran maksimal 1 mm. Serbuk bambu
seberat 580 gram diumpankan ke dalam
tabung furnace yang telah terpasang instalasi
pengukur distribusi panas. Di dalam tabung
furnace, serbuk dipadatkan hingga
ketinggiannya 20 cm. Sebelum proses
pirolisis dilakukan, data logger
disambungkan dengan laptop. Selanjutnya,
Gambar 1 Instalasi Pyrolyzer katup nitrogen dibuka dengan flowrate 3
liter/menit selama 1,65 menit, dan
Keterangan : dilanjutkan dengan menyalakan heater dana
1. Tabung N2 tur suhu sesuai variabel yang diinginkan.
2. Katup N2 Proses pirolisis dilakukan selama 120 menit.
3. Heater Ketika waktu telah selesai, klik tombol
4. Tabung Furnace finish dan save data pada laptop.
5. Termokopel 8 titik
6. Biomassa 2.3 Analisis Data
7. Batu tahan panas Pengolahan data menggunakan software
8. Gas output OriginLab Pro 2018 untuk penggambaran
9. Termosetting grafik dan kontur distribusi panas.
10. Termokontrol
11. Data Logger 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hubungan antara Temperatur
terhadap Waktu Pirolisis

600
Suhu (oC)

250
400 350
200 450
550
Gambar 03 Grafik Hubungan antara Temperatur
0 20 dengan
Dinding Furnace 40 60 80 Pirolisis 650
100120
Waktu

12. Laptop Waktu (menit)


Gambar 2 Susunan dan Penomoran Titik Pada grafik di atas, temperature yang
Pemasangan Termokopel terbaca pada dinding furnace akan naik
sampai suhu pirolisis yang diatur,
selanjutnya temperature akan cenderung
2.2 Prosedur Penelitian stabil, dikarenakan laju pemanasan pada tiap
600
T1
500
Suhu (oC)
T2
400
T3
300
T4
200
T5
100
T6
0
0 50 100 150 T7

Waktu (menit) T8

variasi duhu memiliki nilai rata rata yang


sama, sebesar 8,5 0C.
Gambar 4 Grafik Hubungan Temperatur dengan
Waktu Pirolisis pada Suhu 650 0C

Pada penelitian ini digunakan 8 titik


termokopel sebagai sensor suhu yang berada furnace. Hal ini terjadi karena bahan dari
di dalam biomassa selama proses pirolisis. tabung furnace adalah iron, yang memiliki
T1 memiliki panas yang tinggi dikarenakan Gambar 5 Kontur Perpindahan Panas Pirolisis
berada paling dekat dengan dinding furnace. Bambu dengan Suhu Pirolisis 250 0C pada (a) 30
menit, (b) 45 menit, (c) 60 menit, (d) 90 menit, (e)
Pada titik yang berada di tengah furnace
105 menit, (f) 120 menit
yaitu T8, memiliki suhu yang lebih rendah.
Namun ditunjukkan juga melalui grafik,
bahwa semua titik mengalami peningkatan
suhu seiring proses pirolisis berjalan. Hal ini
menunjukkan adanya perpindahan panas
secara konduksi terjadi di dalam biomassa.
Grafik serupa juga tergambar pada variasi
suhu 250oC, 350oC, 450oC dan 550oC.

3.2.Kontur Perpindahan Panas pada


Pirolisis Bambu

Pada gambar 5 dan 6, fenomena


perubahan panas terjadi karena panas yang
berasal dari pemanas berada dibagian
dinding furnace yang digambarkan pada
bagian countur pada bagian samping. Ketika
pada menit ke 30 panas belum cepat
merambat dikarenakan selisih perbedaan Gambar 2 Kontur Perpindahan Panas Pirolisis
panas masih kecil sehingga perpindahan Bambu Pada Suhu 350 0C di (a) 30 menit, (b) 45
menit, (c) 60 menit, (d) 90 menit, (f) 120 menit
panas tidak merambat dengan cepat. Seiring
berjalannya waktu, panas akan terus konduktivitas termal lebih baik yaitu sebesar
merambat melalui biomassa dan juga tabung 80,2 W/mK dibandingkan konduktivitas
furnace itu sendiri, sehingga panas juga termal bambu yang memiliki nilai sebesar
merambat melalui bagian bawah tabung 0,096 W/mK. Hal ini mengakibatkan panas
akan lebih cepat merambat dari arah bawah
tabung furnace meski sumber panas ada
dibagian dinding furnace.

Gambar 3 Kontur Perpindahan Panas Pirolisis yang digunakan tinggi, maka proses
Bambu pada Suhu 450 0C di (a) 30 menit, (b) Gambar 4 Kontur Perpindahan Panas Pirolisis
45 menit, (c) 60 menit, (d) 90 menit, (e) 105 Bambu pada Suhu 550 0C di (a) 30 menit, (b)
menit, (f) 120 menit 45 menit, (c) 53 menit, (d) 60 menit, (e) 75
menit, (f) 90 menit, (g) 105 menit, (h) 120 menit

Pada gambar 7, terlihat jelas perubahan


suhu yang terjadi. Di menit 30, perambatan
suhu terjadi lebih cepat, dikarenakan
terdapat selisih suhu yang besar antara sisi
samping dengan bagian tengah. Pada menit
45 dan 60 kontur cenderung sama, terdapat
perambatan panas dari bagian samping dan
bawah menuju ke bagian tengah. Hingga
menit 120 panas terus naik dan berakhir
dengan panas tertinggi yaitu 425 0C.

Kontur perpindahan panas pada suhu 550 0C


berbeda dengan kontur perpindahan panas di
suhu lebih rendah. Perbedaan ditunjukkan
melalui adanya perambatan panas dari
bagian atas furnace. Pada menit 90, suhu di
dalam furnace telah merata di semua bagian,
yaitu 300 0C. Setelah menit 105, terjadi
perambatan dari bagian bawah hingga Gambar 5 Kontur Perpindahan Panas Pirolisis
selesai di menit 120. Ketika suhu operasi Bambu pada Suhu 650 0C di (a) 22 menit, (b) 24
menit, (c) 35 menit, (d) 85 menit, (e) 95 menit,
(g) 105 menit, (h) 120 menit
perpindahan panas juga akan semakin cepat. 3000
2500
Pada gambar 9, perpindahan panas

Volume (cm3)
2000
berlangsung semakin cepat. Hal ini 1500
dipengaruhi oleh semakin tingginya suhu 1000
500
dan juga terdekomposisinya bambu menjadi 0
bentuk gas, sehingga membuat proses 150 250 350 450 550 650
perpindahan panas menjadi lebih efisien.
Temperatur Pirolisis (oC)
3.3. Hubungan antara Temperatur
Gambar 6 Grafik Hubungan Temperatur dengan
Volume Yields Pirolisis Bambu
1400
1200 residu padat yang paling banyak sebesar
2718,25 cm3 dan pada suhu pirolisis 650 oC
Massa (gram)

1000
800 menghasilkan volume residu padat yang
Massa paling sedikit sebesar 1869.40 cm3.
600
(gram) Kontur perpindahan panas yang
400 tercatat pada setiap akhir pirolisis pada suhu
200 250 oC, 350 oC, 450 oC dan 550 oC memiliki
0 kesamaan dengan countur perpindahan
250 350 450 550 650 panas yang tercatat pada suhu operasi 650 oC
Suhu Pirolisis (oC) pada menit 22, 24, 50 dan 85, sehingga
Gambar 7 Grafik Hubungan antara Temperatur perubahan volume di dalam tabung dapat
dengan Massa Yields Pirolisis Bambu dianalisa menurut suhu yang tercatat dengan
volume yang dihasilkan. Karena hal tersebut
dengan Massa Yields Hasil Pirolisis maka dapat dianalisa perubahan massa yang
Bambu terjadi karena perpindahan panas yang
Pada gambar 10, ditunjukkan bahwa terjadi di dalam tabung furnace. Dengan
semakin tinggi suhu operasi pirolisis, maka menggabungkan suhu akhir pada setiap suhu
massa yields dalam bentuk padatan akan
semakin kecil. Pada suhu 250 0C, massa
yields yang dihasilkan adalah 1180 gram,
sedangkan pada suhu 650 0C, massa yields
yang dihasilkan adalah 433,67 gram.
Penurunan massa yields disebabkan karena
banyaknya biomassa yang terdekomposisi
menjadi gas dan tar.

3.4. Hubungan antara Temperatur


dengan Volume Yields Hasil Pirolisis
Bambu

Melalui gambar 11 ditunjukkan bahwa pirolisis dengan volume akhir hasil pirolisis,
terjadi penurunan volume yields seiring maka didapatkan gambaran sebagai berikut :
meningkatknya suhu operasi pirolisis. Pada Gambar 12 berkaitan dengan kontur suhu
suhu pirolisis 250 oC menghasilkan volume operasi 650 oC menit ke 22,24,50 dan 85
Gambar 8 Analisa Hubungan Perpindahan
Panas terhadap Perubahan Volume Produk
Hasil Pirolisis pada menit ke 120 dengan Suhu
Operasi (a) 250 0C, (b) 350 0C, (c) 450 0C, (d)
550 0C, dan (e) 650 0C
menunjukkan karakteristik perpindahan 3. Dengan tipe pemanas yang berada pada
panas yang sama pada maka dapat dianalisa dinding furnace, pemanasan merambat
perubahan volumenya. Pada menit 22 dari dinding menuju ke bagian tengah
hingga menit 24 perubahan volume belum tabung furnace. Panas juga merambat
terlalu banyak, hal ini dikarenakan panas dari bagian dasar furnace, dimana bahan
belum terlalu tinggi sehingga dekomposisi dari dasar furnace memiliki konduktivitas
biomassa belum banyak. Dari menit 24 ke termal yang lebih tinggi dibanding
menit 50 volume biomassa berkurang cukup biomassa.
banyak dan terjadi cekungan dibagian 4. Semakin meningkat temperatur pirolisis
tengah, hal ini disebabkan karena pada suhu maka massa yields pirolisis yang
tersebut panas juga memanasi dari arah didapatkan semakin turun, diakibatkan
bawah tabung furnace sehingga biomassa adanya dekomposisi rantai karbon
yang didekatnya akan terdekomposisi dan biomassa menjadi rantai karbon yang
membuat biomassa diatasnya akan mengisi lebih sederhana.
bagian yang kosong tersebut. Fenomena 5. Semakin tinggi temperatur pirolisis maka
tersebut terjadi hingga menit akhir dimana volume yang didapatkan semakin
bagian tengah memiliki ketinggian yang menurun, karena biomassa yang
lebih rendah atau cekung. terdekomposisi berubah wujud menjadi
Perubahan yang cukup signifikan terjadi dari gas.
menit ke 50 menuju 85, perubahan volume 6. Perubahan volume pada menit awal
terjadi sangat banyak yang dikarenakan pada sangat sedikit karena biomassa belum
suhu tinggi (±500oC) biomassa mengalami terdekomposisi dan berubah wujud
pemecahan ikatan rantai karbon menjadi menjadi gas. Perubahan volume yang
rantai karbon pendek yang ditandai dengan banyak terjadi di menit 50 hingga 80
produk karbon yang semakin meningkat dimana suhu yang terdapat pada
(Candra,2018). Dari hal tersebut dapat biomassa 360 oC pada menit 50 dan terus
disimpulkan bahwa arah perpindahan panas meningkat yang menyebabkan volatile
mempengaruhi perubahan volume dan pada biomassa mengalami retak
perubahan volume yang paling banyak sekunder, sehingga volumenya berkurang
terjadi adalah pada suhu 300 hingga 500oC, banyak.
dimana selisih perbedaan panas memiliki
nilai yang besar. DAFTAR PUSTAKA
[1] Oyedun, Adetoyese Olajire., Tesfaldet
4 KESIMPULAN Gebreegziabher., Chi Wai Hui. 2012.
Dari hasil penelitian maka dapat Mechanism and Modelling of Bamboo
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Pyrolisis. Fuel Processing Technology
1. Perpindahan panas pada proses pirolisis 106 (2013): 595-604.
pada suhu 250oC dan 350 oC lebih kecil
dibanding perpindahan panas di suhu [2] Li, Xiaobo. 2004. Physical, Chemical,
operasi yang lebih tinggi, dikarenakan And Mechanical Properties of
selisih temperatur pada suhu 250 oC dan Bamboo and Its Utilization Potential
350 oC tidak besar. for Fiberboard Manufacturing.
2. Nilai konduktivitas termal bambu yang Beijing: The School of Renewable
kecil dan divusifitas termal bambu yang Natural Resources.
besar membuat perpindahan panas di
dalam biomassa menjadi kecil.
[3] Basu, Prabir. 2013. Biomass Reaktor Pirolisis untuk Memproduksi
Gasificaton, Pyrolisis and Bahan Bakar Minyak dari Limbah
Torrefaction (Second edition)- Plastik. Skripsi tidak dipublikasikan.
Practical Design and Theory. London Bogor: Institut Pertanian Bogor
: Academic Press-Elsevier.
[7] Hartulistiyoso, Edy., Febri A. P. A. G.
[4] Jahirul, M. I., Ashfaque Chowdhury., Sigiro., Muhamad Yulianto. 2015.
Mohammad Rasul., Nanjappa Temperature Distribution of the
Ashwath. 2012. Biofuels Production Plastics Pyrolysis Process to Produce
through Biomass Pyrolysis- A Fuel at 450 0C. Bogor: Sciencedirect
Technological Review. Queensland:
Research Gate
[5] Majedi, Farid., Widya Wijayanti.,
Nurkholis Hamidi. 2015. Parameter
Kinetik Char Hasil Pirolisis Serbuk
Kayu Mahoni (Switenia Macrophylla)
dengan Variasi Heating Rate dan
Temperatur. Jurnal Rekayasa Mesin
Vol.6, No.1 (2015): 1-7.
[6] Gabe, Febri Aditya P. A., 2015.
Analisa Termal pada Rancang Bangun

Anda mungkin juga menyukai