Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Singkat Giri kedaton dan penyebaran Islam di Lamongan

Giri Kedaton sebagai tanah perdikan (sima) berdiri menjadi kerajaan pada tahun 1487 i
oleh Sunan Giri I (Raden Ainul Yaqin, Prabu Satmata, atau Raden Paku). Kerajaan ini berdiri
karena situasi politik di Majapahit yang mengharuskan para sunan untuk mendirikan kerajaan.
Kerajaan-kerajaan kecil ini berafiliasi dengan kerajaan Demak untuk menguatkan pengaruh
Islam di nusantara sependinggal jatuhnya imperium Majapahit. Seperti yang diketahui, jatuhnya
Majapahit melahirkan dua kekuatan besar yang berbeda satu sama lainnya. Kekuatan pertama
diwakili oleh bekas keturunan Majapahit yang berhaluan Jawa-Hindu, antara lain Klungkung,
Pengging, Sengguruh, dan Terung, di pedalaman. Sedangkan kekuatan kedua diwakili oleh Giri,
Demak, dan Kudus yang berhaluan Islam, di pantai Utara Jawaii. Terbukti dalam sejarah, Giri
Kedaton pernah diserbu oleh Kerajaan Sengguruh sampai Sunan Dalem keluar dari keraton
dan menyusun kekuatan di Gumeno Gresikiii
Setelah Prabu Satmata meninggal di tahun 1506, Giri Kedaton diperintah oleh putranya
yang bernama Sunan Dalem dan bergelar Sunan Giri II sampai tahun 1548. Masa keemasan Giri
Kedaton terjadi ketika diperintah oleh Sunan Prapen atau Sunan Giri III. Prapen berarti
perapian. Ini bisa berarti tempat membuat keris atau tempat untuk mencari pencerahan ilmu iv.
Sunan Prapen sosok raja Islam yang komplet. Ia adalah seorang raja, pendakwah dan penyebar
ajaran Islam serta seorang pujangga besar di masanya. Ia lah yang menggubah kitab Asrar dan
kemudian digunakan sebagai dasar menyusun Jangka Jayabaya. Selain itu, Sunan Prapen juga
dikenal sebagai mpu atau pembuat keris. Karyanya yang terkenal di bidang pembuatan keris
adalah keris Angun-angun. Kekuasaan Giri Kedaton di sepanjang laut Jawa sampai di kepulauan
Maluku. Bahkan tidak hanya itu, Sunan Prapen hampir selalu menjadi pelantik setiap ada raja
Islam yang naik takhta di segenap penjuru nusantara di bawah Pemerintahan pusat Pajang.
Pada masa Sunan Prapen inilah Kadipaten Lamongan berdiri dengan diwisudanya Tumengung
Surajaya bertepatan pada tanggal 10 dzulhijah 976 H yang tidak lain adalah hari Idul Adha atau
bertepatan pada tanggal 26 Mei 1569 M. Setelah Sunan Prapen meninggal tahun 1605, Giri
Kedaton dipimpin oleh Sunan Kawis Guwo.
Luasnya kekuasaan Giri Kedaton membuat Kerajaan Mataram, setelah mengalahkan
Kerajaan Pajang, ingin Giri Kedaton di bawah kekuasaannya sepenuhnya. Kekalahan Giri
Kedaton karena ada pengkhianatan Pangeran Pekik dari Surabaya yang membantu Mataram.
Kekalahan ini karena jatuhnya mental tentara Giri karena Pangeran Pekik masih keturunan
Sunan Ampel yang masih kakek-buyut Sunan Kawis Guwo. Kekalahan Sunan Kawis Guwo ini
adalah akhir dari gelar “Sunan” di thaun 1636. Sunan Kawis Guwo ditangkap dan dibawa ke
kerajaan Mataram. Giri Kedaton dikembalikan tetapi keturunannya tidak diperkenankan
menggunakan gelar sunan lagi, tetapi menggunakan kata “panembahan”v. Kemudian Kawis
Guwo bergelar Panembahan Ageng Giri. Sampai meninggal gelarnya menggunakan
Panembahan Kawis Guwo. Selanjutnya karena ingin merdeka, Giri Kedaton bersekutu dengan
Trunojoyo dari Madura untuk melakukan perjuangan merebut status kerajaan dari Kerajaan
Mataram yang waktu itu sudah diperintah oleh Amangkurat I. Amangkurat I bersekutu dengan
VOC untuk melawan perjuangan Trunojoyo. Sedangkan perjuangan Giri Kedaton beralih ke
Pangeran Singosari. Dalam beberapa literature, Pangeran Singosari adalah panglima Perang dari
Panembahan Ageng Giri. Tetapi menurut cerita keluarga dari Sunan Giri dari Panembahan
Agung Singodipuro, Pangeran Singosari adalah Raja Giri Kedaton yang menggantikan
Panembahan Kawis Guwo. Kekalahan Pangeran Singosari ini oleh Mataram dilanjutkan oleh
Panembahan Ageng Sedo Ing Rana yang makamnya ada di sebelah selatan Badu Wanar.
Kerajaan Mataram memburu keluarga Sunan Giri sampai pada Panembahan Agung Singodipuro
yang menikah dengan putri adipati Madiun, Putri Rara Kuning. Pada masa panembahan Agung
Singodipuro inilah jejak kerajaan Giri hilang sepenuhnya dan tidak bisa bangkit lagi.
Panembahan Agung Singodipuro menyebarkan agama Islam di daerah Badu Wanar, Pucuk,
Lamongan. Santri-santrinya yang belajar kesaktian banyak tersebar dari berbagai daerah di
wilayah Jawa timur. Untuk menyamarkan namanya Panembahan Agung menyingkatnya dengan
Mbah Agung atau Mbah Dukun. Lama-lama desa dimana ia tinggal disebut Badu yang berasal
dari Mbah Dukun. Keturunan Mbah Agung tersebar di wilayah Lamongan. Peninggalannya
masih banyak tersimpan di keturunannya.

Penulis Dr. R. Chusnu Yuli Setyo


Keturunan Sunan Giri dari Jalur Panembahan Agung Singodipuro.

i
Feener, R. Michael. (2018). Challenging Cosmopolitanism: Coercion, Mobility and Displacement in
Islamic Asia. Edinburg: Edinburgh University Press.
ii
Lihat Sartono Kartodirdjo, 1958 : 10. Juga lihat Sartono Kartodirdjo, 1992 : 31.
iii
Babat Gresik.
iv
Seperti yang dituturkan oleh R. Fatah Yasin kepada penulis yang merupakan keturunan Sunan Giri dari jalur
Panembahan Agung Singodipuro atau Panembahan Baduwanar, Pucuk, Lamongan.
v
Seperti yang dituturkan oleh R. Syamsyuduha, keturunan Sunan Giri dari jalur Panembahan Agung Singodipuro.

Anda mungkin juga menyukai