Proyek Pakubuwono
Proyek Pakubuwono
A. Pendahuluan
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap rencana yang
dibuat oleh pihak perencana. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat
penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang baik
sehingga diperoleh hasil yang baik, tepat pada waktunya, dan sesuai dengan apa
yang sudah direncanakan sebelumnya.
Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil tidaknya
suatu proyek, oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksana khususnya tenaga
ahli yang profesional yang dapat mengatur pekerjaan dengan baik serta dapat
mengambil keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah yang ditemui di
lapangan.
Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang tidak
terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan adanya
rapat koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama-sama.
Dalam rapat koordinasi dihadiri oleh :
Konsultan proyek
Koordinator dan para pelaksana
Pihak pemilik (owner) jika diperlukan
Pihak perencana / arsitek jika diperlukan
Hal-hal yang dibahas dan diselesaikan dalam rapat koordinasi meliputi :
Kemajuan ( progress) pekerjaan di lapangan
Masalah-masalah dan solusinya menyangkut pelaksanaan di lapangan
Realisasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai dibandingkan dengan
time schedule yang telah direncanakan
Masalah administrasi yang menyangkut kelengkapan dokumen kontrak
Sasaran yang akan dicapai untuk jangka waktu ke depan
B. Peralatan
Suatu proyek agar lancar dan memenuhi targer mutu dan waktu harus didukung
oleh peralatan yang memadai. Supaya dalam penyediaan alat bias berfungsi secara
optimal perlu adanya manajem peralatan yang tertib. Dalam manajemen ini
diperhatikan masalah pengolahan peralatan proyek terdiri dari penyewaan,
pembelian dan masalah perawatan alat. Hal ini untuk mengefektifkan keberadaan
alat dilapangan.
Peraalatan pada proyek The Pakubuwono View Jakarta diantaranya termasuk
kepemilikan oleh kontraktor tersendiri, tapi untuk alat – alat berat kebanyakan
dengan sewa karena biaya akan lebih murah. Perelatan pada peralatan pada proyek
akan diuraikan dibawah ini.
a. Backhoe
Backhoe merupakan suatu alat yang digunakan untuk pekerjaan tanah
khususnya galian. Backhoe termasuk dalam jenis kendaraan excavator , karena
badannya dapat berputar 360o. Keuntungan dari penggunaan Backhoe adalah dapat
melakukan pekerjaan penggalian dengan lebih cepat dan lebih efisien.
Kinrja Backhoe biasanya di kombinasikan dengan Dump Truck pada saat galian
tanah. Pada proyek ini digunakan Backhoe dengan tipe Crawel, yang mempunyai
tenaga 100 HP dengan mengguanakan bahan bakar solar.
Gambar 4.1 Backhoe
b. Conrete Pump Truk
Merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari mixer truck ke lokasi
pengecoran. Penggunaan concrete pump truck ini untuk meningkatkan kecepatan
dan efisiensi waktu pengecoran. Alat ini digunakan untuk pengecoran balok dan plat
lantai.
Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin pompa yang
dilengkapi dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel, sejumlah pipa
berdiameter 15 cm serta nenerapa alat tambahan berupa klem penyambung pipa-
pipa tersebut. Penggunaan mesin pompa kecil masih efisien untuk ketinggian 4-5
lantai, selebihnya menggunakan tower crane. Dan untuk pompa besar dapat
menjangkau lebih dari itu, dan biasa digunakan di lantai 15 ke atas agar efisiensi
biaya berkaitan dengan harga borongan sewanya.
e. Dum Truck
Dum Truck merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk memindahkan
atau membuang suatu material hasil galian dari lokasi proyek ke lokasi proyek yang
telah ditetapkan kemana material tersebut itu dibuang / dijual. Pada saat membawa
material hasil galian, bagian belakang dum truck ditutup dengan terpal dengan
tujuan agar material tidak terjatuh dijalan raya dan debunya tidak menggangu
pengguna jalan lain.
Dalam proyek ini kurang lebih dari 20 dum truck yang digunakan pada saat
pekerjaan galian dan mobilisasinya pada saat malam hari dengan tujuan agar
proses pemindahan / pengiriman material dapat lebih cepat dan lancar.
2. Alat – alat Survey
a. Theodolith
Theodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as
bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat
tidak miring. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi tanah dan elevasi
tanah galian timbunan. Cara operasionalnya adalah dengan mengatur nuvo dan
unting-unting di bawah theodolith. Kemudian menetapkan salah satu titik sebagai
acuan. Setelah itu, menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang
ditetapkan tadi.
a. Vibrator
Pada pengecoran beton dibutuhkan kepadatan yang utuh sehingga tidak
terdapat rongga dalam adukan beton, karena rongga tersebut dapat mengurangi
mutu dan kekuatan beton. Dalam pelaksanaan pengecoran dibutuhkan vibrator yang
fungsinya untuk memadatkan adukan beton pada saat setelah pengecoran.
Vibrator merupakan alat penggetar mekanik yang digunakan untuk menggetarkan
adukan beton yang belum mengeras agar menghilangkan rongga-rongga udara,
sehingga beton menjadi lebih padat. Cara operasionalnya dengan cara
memasukkan selang penggetar ke dalam adukan beton yang telah dituang ke dalam
bekisting.
Gambar 4.11.Vibrator
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat ini adalah :
Ujung belalai vibrator dimasukkan dalam adukan beton dengna posisi vertikal
Ujung vibrator diusahakan untuk tidak mengenai tulangan baja.
Penggetaran dilakukan sekitas 10-15 detik untuk datu posisi titik.
Penggetaran dilakukan selapis demi selapis untuk mendapatkan pemadatan
yang diinginkan.
Ujung vibrator dicabut perlahan-lahan secara perlahan-lahan dari adukan
sehingga bekasnya dapat meutup kembali.
b. Concrete Mixer
Concrete Mixer atau yang sering disebut molen berguna untuk mencampur
dan mengaduk material beton agar lebih homogen. Adanya sirip – sirip pada bagian
dalam drum, memungkinkan teraduknya material dari adukan beton secara merata
pada waktu berputar. Alat ini digunakan khusus untuk volume pekerjaan yang relatif
kecil dan non struktural seperti pembuatan lantai kerja, pmasangan batako,
plesteran dan lain – lain. Drum pengaduk mempunyai dua macam kecepatan gerak,
yaiti gerak untuk mengatur posisi drum dan gerak untuk mencampur adukan.
C. Material
Didalam pelaksanaan suatu proyek, diperlukan adanya pengelolaan bahan
dan peralatan yang baik untuk menunjang kelancaran pekerjaan. Penyimpangan
terhadap bahan-bahan bangunan perlu mendapat perhatian khusus mengingat
adanya bahan-bahan bangunan yang sangat peka terhadap kondisi lingkungan,
seperti semen dan juga baja tulangan yang peka terhadap pengaruh air dan udara
sekitar. Pengaturan dan penyimpangan bahan-bahan dan peralatan dalam proyek
menjadi tanggung jawab bagian logistik dan gudang.
Mengingat rencana pekerjaan Proyek Pembangunan yang dibatasi oleh waktu,
diusahakan penempatan material yang tepat dan seefisien mungkin sehingga dapat
mempercepat dan mempermudah pekerjaan. Di samping itu, penempatan material
yang baik dan tertata rapi akan mendukung efektifitas kerja dan keselamatan kerja.
1. Pasir (Agregat Halus)
Pasir digunakan untuk pekerjaan non struktural seperti pekerjaan pembuatan lantai
kerja, plesteran, dan digunakan untuk campuran adukan beton yang dikerjakan di
lapangan. Agregat halus yang digunakan sebagai bahan pengisi pada proyek ini
harus memenuhi beberapa syarat berikut :
a. Butiran – butiran pasir kasar, tajam dan keras, harus bersifat kekal ( tidak
hancur karena pengaruh cuaca ).
b. Pasir terdiri dari butir – butir yang beraneka ragam.
c. Pasir tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak.
d. Pasir laut tidak boleh digunakan di dalam semua mutu beton, kecuali dengan
menggunakan petunjuk – petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan – bahan
yang diakui.
e. Mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.
2. Agregat Kasar
Agregat kasar berupa butir – butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak harus memenuhi kriteria sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0 %
berat, sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90 % sampai 98 % berat dan
selisih antara sisa – sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan adalah
maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.
3. Semen
Semen digunakan sebagai bahan pengikat dalam pekerjaan konstruksi, antara
lain digunakan untuk pasangan batu bata dan plesteran. Dalam proyek ini
digunakan Semen Gresik yang telah disetujui oleh pengawas. Hal – hal yang perlu
diperhatikan dalam penyimpanan persediaan semen :
a. Sebelum diangkut ke lapangan untuk digunakan, semen harus dijaga agar
tidak lembab.
b. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan dan zak (kantong) asli
dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat.
c. Tinggi tumpukan maksimum tidak lebih dari 2 m atau maksimal 10 zak. Hal ini
untuk menghindari rusaknya semen yang berada pada tumpukan yang paling
bawah akibat beban yang berat dalam waktu yang cukup lama sebelum
digunakan sebagai bahan bangunan.
d. Karena penimbunan semen dalam waktu yang lama juga akan mempengaruhi
mutu semen, maka diperlukan adanya pengaturan penggunaan semen secara
teliti. Sehingga dalam hal ini semen lama harus dipergunakan terlebih dahulu.
4. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak,
asam, alkali, garam – garam, bahan – bahan organis atau bahan – bahan lain yang
merusak beton dan baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang
dapat diminum. Bilamana mungkin menggunakan air PDAM.
D. Kendali mutu
Pengendalian mutu dalam suatu proyek merupakan hal yang penting, sebab
akan menentukan kualitas dari hasil pelaksanaan apakah telah sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan. Tinjauan pengendalian dalam proyek yang harus
diperhatikan adalah: pengendalian mutu bahan dan peralatan, pengendalian tenaga
kerja, pengendalian waktu, teknis, biaya serta pengendalian kesehatan keselamatan
kerja (K3).
1. Pengendalian Mutu Bahan
Kualitas bahan dalam pekerjaan sangat menentukan untuk bisa mencapai ketentuan
dalam spesifikasi yang telah direncanakan, sehingga pengendalian mutu bahan
sangatlah penting akan keberhasilan pembangunan dalam suatu proyek.
Standard yang ditetapkan oleh PT Davy Sukamta selaku konsultan perencana untuk
standard mutu bahan dalam pembangunan Apartemen Pakubuwono View,
menggunakan dari American Concrete Institute (ACI), American Standard for
Testing and Material (ASTM), Standard Nasional Indonesia (SNI).
a. Agregat
Untuk agregat yang akan digunakan untuk bahan beton dari pihak plant akan
dilakukan uji lab apakah memenuhi syarat atau tidak dan dari pihak pelaksana akan
meminta hasil tes tersebut. Jika dilakukan secara kasat mata, untuk mengetahui
pasir tersebut bagus dengan cara menggenggam jika menggumpal berarti pasir
tersebut tidak bagus.
2. Semen Portland
Pada semen porland butiran-butiran tidak boleh mengumpal keras, untuk
penyimpanannya tidak boleh dalam keadaan lembab untuk lebih menjaga semen
tetap baik maka diberi bantalan kayu sebagai tempat dibawahnya.
3. Besi
Merupakan material yang sangat penting dalam beton bertulang, sehingga perlu
dijaga mutu dan kualitasnya. Dalam hal ini PT Bona Widjaja Gemilang bekerja sama
dengan PT Master Steel selaku subkont besi tulangan. Untuk mengetahui mutu besi
baik maka harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut :
a. Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak retak atau
mengelupas.
b. Mempunyai penampang yang sama rata.
c. Ukuran disesuaikan dengan shop drawing.
Untuk tempat penyimpan sebaiknya diberi bantalan kayu dan tempat yang kering
unruk menghindari karat.
4. Beton
Untuk pengujian mutu beton dilakukan dengan cara slump tes untuk pengujian
dilapangan dan uji kuat tekan jika hasil slump sesuai spesifikasi. Untuk
pengujian Crushing Test dilakukan oleh PT. PionirBeton Industri selaku subkont
untuk beton readymix sedangkan untuk pengujiannya sendiri dilakukan di Concrete
Laboratory-Pulo Gadung Plant.
a. Uji Slump
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang berhubungan dengan
mutu beton. Dalam proyek pembangunan Apartemen Pakubuwono View untuk
pondasi. Pengujian dengan menggunakan kerucut Abrams, sebagai berikut :
1) Menyiapkan kerucut abrans dengan diameter atas 10 cm, bawah 20 cm dan
tinggi 30 cm yang diletakkan pada bidang datar namun tidak menyerap air.
2) Adukan beton yang akan diuji dimasukkan dalam tiga lapis sambil ditusuk 25 kali
dengan tongkat baja agar adukan menjadi padat.
3) Setelah kerucut dibuka, kemudian diukur pada 3 tempat kemudian diambil rata-
rata
4) Adukan beton yang tidak sesuai dengan nilai slump rencana akan direject.
4. Pengendalian Waktu
Untuk menghindari adanya keterlambatan pelaksanaan maka perlunya
pengendalian waktu yang berdasarkan pada time schedule pekerjaan.
Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan berpengaruh pada cost. Maka
untuk mempermudah pelaksaan dilapangan, manager sebaiknya
membuat schedule yang lebih sederhana akan tetapi tetap mengacu pada time
schedule yang dikeluarkan oleh engineeringsebab tidak semua paham akan
pembacaan master schedule. Agar dapat berlangsung tepat waktu, maka time
schedule digunakan sebagai kontrol untuk mengatur tingkat prestasi pekerjaan
dengan lamanya pelaksanaannya. Sehingga pekerjaan apa yang harus dikerjakan
lebih dahulu dan kapan harus dimulai dapat terjadwal dengan baik, sehingga
kemungkinan keterlambatan dapat diperkecil.
Manfaat dari time schedule antara lain :
Gambar 4.19.Pengeboran
6. PROGRESS REPORT
Pengendalian hasil pekerjaan di lapangan dimaksudkan untuk mengetahui
perkembangan dan permasalahan di proyek melalui laporan kemajuan dan
koordinasi proyek. Laporan kemajuan proyek dikerjakan secara berkala untuk
mengetahui sejauh mana kemajuan dari proyek itu.
a. Laporan Harian
Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis oleh pihak pelaksana proyek
dalam melakukan tugasnya dan dalam mempertanggungjawabkan terhadap apa
yang telah dilaksanakan serta untuk mengetahui hasil kemajuan pekerjaannya
apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Laporan ini dibuat untuk memberikan
informasi bagi pengendali proyek dan pemberi tugas melalui direksi tentang
perkembangan proyek. Dengan adanya laporan harian ini, maka segala kegiatan
proyek yang dilakukan tiap hari dapat dipantau.
Laporan harian berisikan data – data antara lain :
1) Waktu dan jam kerja
2) Pekerjaan yang telah dilaksanakan maupun yang belum
3) Keadaan cuaca
4) Bahan – bahan yang masuk ke lapangan
5) Peralatan yang tersedia di lapangan
6) Jumlah tenaga kerja di lapangan
7) Hal – hal yang terjadi di lapangan
b. Laporan Mingguan
Laporan mingguan bertujuan untuk memperolah gambaran kemajuan
pekerjaan yang telah dicapai dalam satu minggu yang bersangkutan, disusun
berdasarkan laporan harian selama satu minggu tersebut. Laporan mingguan
berisikan antara lain :
1) Jenis pekerjaan yang telah diselesaikan.
2) Volume dan prosentase pekerjaan dalam satu minggu itu.
3) Catatan – catatan lain yang diperlukan.
Prosentase pekerjaan yang telah dicapai sampai dengan minggu tersebut
dapat diketahui dengan memperhitungkan semua laporan mingguan yang telah
dibuat, ditambah dengan bobot prestasi pekerjaan yang telah diselesaikan pada
minggu itu. Dari prosentase pekerjaan yang telah dicapai pada minggu ini kemudian
dibandingkan dengan prosentase pekerjaan yang telah dicapai pada minggu yang
bersangkutan, maka akan diketahui prosentase keterlambatan atau kemajuan yang
telah diperoleh. Laporan mingguan tidak dapat dipisahkan dengan time
schedulepelaksanaan pekerjaan yang telah disusun oleh pihak Kontraktor Utama
dengan persetujuan Project Manager.
c. Laporan Bulanan
Laporan bulanan pada prinsipnya sama dengan laporan mingguan, yaitu
untuk memberikan gambaran tentang kemajuan proyek. Untuk tujuan itu dibuatlah
rekapitulasi laporan mingguan maupun laporan harian dengan dilengkapi foto – foto
pelaksanaan pekerjaan selama bulan yang bersangkutan. Laporan bulanan
dilaporkan kepada Pemilik Proyek (Owner).
7. Pengendalian Biaya
Perlunya pengendalian biaya adalah untuk dapat mengetahui jumlah biaya
dengan realisasi pekerjaan. Fungsi dari pengendalian biaya agar dari Rencana
Anggaran Biaya (RAB) tidak membengkak dalam pelaksanaannya. Jikapun adanya
pembengkakan maka perlunya evaluasi biaya.
Salah satu penyebab terjadinya pembengkakan biaya adalah adanya kesalahan
dalam pelaksanaan dilapangan sehingga membutuhkan perbaikan yang tentu saja
menambah biaya dari segi biaya material maupun tenaga kerja, maka untuk
menghindari adanya pembengkakan biaya yaitu dengan cara melakukan
pelaksanaan dilapangan dengan baik dan hati-hati.
Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang
telah dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistic mencatat
jumlah material yang dibeli dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Sedangkan
pengendalian biaya tenaga kerja dilakukan dengan memeriksa daftar presensi
pekerja selam satu minggu dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar
gaji pekerja. Besar total biaya ini yang akan selalu dikontrol dan dievaluasi sebagai
pengendalian biaya. Selain itu, total biaya yang telah dikeluarkan ini juga dapat
digunakan untuk menyusun kurva-S realisasi dan untuk mengestimasi prosentase
pekerjaan proyek yang telah dicapai.
8. Pengendalian K3
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja sangat diperlukan untuk
melindungi para pekerja dari segala kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Perlindungan tenaga kerja dalam suatu proyek dimaksudkan agar tenaga kerja
dapat bekerja dengan aman dalam melakukan pekerjaannya. Target K3 sendiri
adalah ‘zero accident’ selama pelakasanaan di lapangan sehingga perlunya
penyusunan:
a. Safety Plan
Identifikasi bahaya kerja, dan penanggulangannya, rencana penempatan alat-
alat pengamanan seperti pagar pengaman, jarring pada tangga dan tepi bangunan,
railing serta rambu-rambu K3 serta rencana penempatan alat-alat kebakaran
(tabung pemadam api), dan lain-lain.
b. Security Plan
Prosedur keluar masuk bahan proyek, prosedur penerimaan tamu, identifikasi
daerah rawan di wilayah sekitar proyek, dan prosedur komunikasi di proyek.
c. House Keeping
Lokasi penempatan dan jumlah toilet pekerja, tempat sementara penimbunan
material bekas, pengaturan kantor, jalan sementara, gudang, barak pekerja dan lain-
lain.
Pada proyek pembangunan Apartemen The Pakubuwono View ini, hal – hal
tentang kesejahteraan dan keselamatan kerja sudah diperhatikan, yaitu dengan
adanya alat – alat, perlengkapan, dan fasilitas yang berhubungan dengan masalah
kesejahteraan dan keselamatan kerja. Meskipun masih terjadi pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukun oleh pekerja meski telah diberi rambu peringatan.
E. Pembahasan Pelaksanaan
1. Dewatering
a. Pendahuluan
Pada pembangunan gedung bertingkat yang tingginya lebih dari lima lantai
biasanya sering dibuat basement dengan alasan untuk menambah ruangan atau
sering juga digunakan sebagai lahan parkir. Untuk melaksanakan basement, maka
penggalian tidak dapat dihindarkan dan bilamana permukaan air tanah lebih tinggi
dari rencana lantai basement, maka pemompaan harus dilakukan sebagai upaya
untuk pengeringan lahan agar memungkinkan pelaksanaan konstruksi. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
menggunakan metode pengatusan dengan pemompaan, di mana sistem
pemompaan dilakukan dengan dewatering sistem sumur titik ( well point system ).
Dewatering merupakan suatu pekerjaan yang diperlukan untuk mengeringkan lahan
galian di bawah muka air tanah dan untuk mengatasi gaya uplift selama masa
konstruksi basement. Pekerjaan dewatering mutlak diperlukan sampai bangunan
selesai atau berat konstruksi bangunan dapat mengimbangi gaya uplift. Selain
itu, dewatering juga diperlukan untuk menanggulangi bila terjadi genangan pada
konstruksi basement atau pondasi, baik akibat air hujan ataupun rembesan air
tanah. Dewatering dioperasikan selama 24 jam selama pekerjaan basement.
Pada proyek Apartemen The Pakubuwono View Tower B & C ini digunakan enam
sumur dewatering, dua sumur piezometer, dan empat sumur recharging. Masing –
masing sumur tersebut dibor sampai pada kedalaman minus 20 meter dengan
diameter sumur 8” dan diameter casing PVC 6” untuk sumur dewatering; diameter
sumur 4” dan diameter casing 2,5” untuk sumur piezometer; dan diameter sumur
8” dan diameter casing 6” untuk sumur recharging. Penentuan banyaknya jumlah
sumur yang digunakan mengacu dari :
Data spesifikasi teknis rencana bangunan, luas galian, dan kedalaman galian
Data penelitian tanah dan pumpimg test
Pertimbangan kondisi lahan di sekitar proyek
Pengalaman sejenis yang telah dilakukan
b. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan dan pekerjaan persiapan dewatering system well
point dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Penentuan Titik Dewatering
Semua titik dewatering dibuat berada di dalam area galian, di mana titik – titik
tersebut ditentukan oleh pemberi tugas dengan dibantu team surveyor agar letak
sumur dewatering tidak berada pada posisi pondasi atau pile cap.
2) Penentuan Titik Piezometer
Titik piezometer dipasang pada sisi rencana bangunan proyek.
Gambar 4.27. Lokasi Sumur Dewatering dan Piezometer
5) Monitoring
Monitoring dilakukan selama 24 jam setiap pagi dan sore, dan dicatat ketinggian air
tanahnya. Monitoring dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ketinggian air
tanah, sehingga dapat diketahui apakah terjadi penurunan tanah atau tidak. Selain
itu, staff dewatering juga mengikuti aktifitas pekerjaan galian untuk memindahkan
jalur listrik dan jalur pemipaan / selang yang dapat rusak atau mengganggu kegiatan
operasional galian, dan membantu sepenuhnya pekerjaan galian agar tidak terhenti
oleh gangguan air tanah.
Gambar 4.28. Form Monitoring
c. Metode Teknis
1) Data Teknis
Data – data teknis pekerjaan dewatering proyek Apartemen The Pakubuwuno
View Tower B & C adalah sebagai berikut:
Jumlah sumur dewatering : 6 titik
Kedalaman : minus 20 meter
Elevasi Screen : – 12 meter s.d. – 18 meter
Diameter sumur dewatering : 8 inchi
Diameter casing PVC : 6 inchi
Filter / saringan : G level
Kapasitas pompa : ± 300 liter / menit
Jarak antara sumur dewatering : 40 meter
a. Pendahuluan
Ground Anchor adalah bangunan yang berfungsi sebagai penahan tanah
agar tidak mengalami longsor atau sliding akibat adanya beban yang bekerja di
sekitar tanah tersebut. Pada proyek Apartemen The Pakubuwono View Tower B & C
ini diperlukanground anchor dan dipasang pada sisi – sisi galian karena letaknya
berbatasan langsung dengan gedung – gedung yang telah ada sebelumnya (
Gedung Simprug Mobil Showroom pada sisi utara dan SMA 29 Jakarta pada sisi
selatan ). Dengan adanya ground Anchor tersebut diharapkan tanah tidak
mengalami longsor akibat beban yang berasal dari gedung – gedung sekitar dan
tidak terjadi penurunan tanah pada gedung – gedung di sekitar proyek tersebut.
Jumlah ground anchor pada proyek ini ada 41 titik dan terbagi menjadi 2, yaitu 24
titk di sisi Utara Tower C ( Simprug Mobil Showroom ) dan 17 titik di sisi Selatan
Tower B ( SMA 29 Jakarta ). Pekerjaan ground anchor ini memakan waktu selama 9
hari mulai tanggal 16 Juli 2008 sampai dengan tanggal 24 Juli 2004, di mana setiap
harinya rata – rata dapat diselesaikan 4 titik / alat.
b. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan ground anchor dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Penentuan Elevasi dan Marking
Proses ini dilakukan untuk menentukan ground anchor dan posisi capping
beam pada posisi yang sesuai dengan gambar shop drawing.
3) Pekerjaan Persiapan
Persiapan yang dilakukan adalah menyediakan alat – alat yang digunakan
untuk proses drilling, grouting, maupun stressing.
b. Dasar Teori
1) Definisi Mass Concrete
Berdasarkan ACI 207 : Mass Concrete adalah segala volume beton dengan
dimensi yang cukup besar sehingga perlu pengendalian thermal terhadap panas
yang ditimbulkan oleh proses hydrasi semen
2) Retak Thermal
Terjadinya retak thermal karena bagian beton dipermukaan yang mendingin
lebih cepat oleh pelepasan panas di udara mengalami kontraksi dan menjadi
kekangan terhadap pengembangan volume beton bagian dalam yang panas.
Perbedaan suhu beton antara lapisan bawah, tengah dan atas ≤ 200 C
Sebagai upaya untuk mengatasi retak thermal tersebut, dalam mass concrete perlu
memperhitungkan faktor-faktor berikut :
a) Kontinyuitas supply yaitu kemampuan produsen readymix menyediakan beton
dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang cepat dengan memperhitungkan
durasi pelaksanaan dan kesiapan sumber daya.
Beberapa hal yang mempengaruhi kontinyuitas pengiriman :
(1) Persiapan alat, personel dan infrastruktur proyek (jalan akses, lahan parkir
dan maneuver truck mixer serta area cuci truck mixer).
(2) Kapasitas batching plan. Kapasitas batching plan harus ≥ 1 kapasitas
bongkar proyek.
(3) Cycle time dari batching plan ke lokasi proyek. Cycle time terdiri dari :
c. Metode Pelakasanaan
Metode pelaksanaan Mat Foundation tower B dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Galian Tanah Area Mat Foundation
Galian tanah area mat foundation dilaksanakan sesuai shop drawing dengan
kedalaman 250 cm dari elevasi lantai dasar basement – 3, akan tetapi pada
dasar mat foundation ditambah 5 cm untuk lantai kerja dan pada galian samping
masing – masing diberi penambahan 15 cm yang digunakan untuk bekisting dari
pasangan batako, galian pada area ini dilakukan dengan bantuan backhoe,
sedangkan untuk area yang sulit dijangkau backhoe dilakukan dengan tenaga
manusia.
(a)
(b)
Gambar 4.35. (a) Bobok Pancang (b) Pemotongan Pancang dengan TC
5. Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan Bekisting dikerjakan pada sisi mat foundation dari material batako
setinggi dua meter dan stop cor stinggi 500 mm untuk posisi starter bar bagian
pembesian slab basement – 3. Pemasangan batako untuk dinding bekisting mat
foundation ini dikerjakan dalam dua tahap yaitu tahap pertama dinding batako
dipasang setinggi 1200 mm, dan tahap kedua dinding batako dipasang lagi setinggi
800 mm dari tinggi tahap pertama. Hal ini dilakukan untuk meghindari rubuhnya
dinding dari longsoran tanah diatasnya. Dalam pemasangan batako ini, seluruh
permukaannya harus dipasang secara rapat dan rata atau tidak beloh berongga.
6. Pekerjaan Pembesian
Pembesian dilaksanakan setelah seluruh area mat foundation dibersihakan
dari kotoran atau bekas – bekas material yang berserakan dengan menggunakan air
compressor. Mutu besi tulangan yang digunakan adalah U50 ( fy = 5000 kg/ cm )
dan pengikat atar besi digunakan kawat bendrat.
Pemasangan pembesian terdiri dari beberapa pekerjaan anara lain :
8. Pemasangan ThermoCouple
Monitoring temperature beton dalam pengecoran mat foundation adalah
sesuatu hal yang sangat penting. Terjadinya perbedaan temperature yang sangat
besar akan menimbulkan efek keretakan pada beton yang akan berakibat fatal. Alat
yang dipakai untuk memonitor perbedaan temperature tersebut adalah
Thermocouple. Thermocouple dipakai selain untuk memonitor suhu/perbedaan
temperature pada tiap bagian, juga digunakan untuk mengukur perbedaan suhu
maximum yang terjadi setelah pengecoran selesai, thermocouple menggunakan 3
layer dan 4 titik, sehingga jumlah thermocouple 12 buah. Pengukuran thermocouple
dilakukan tiap dua jam untuk 24 jam pertama, dan setiap 3 jam untuk 24 jam
berikutnya.
14. Pengecoran
Pengecoran mat foundation memerlukan jumlah volume beton yang tidak
sedikit dan tentu juga memerlukan biaya yang sangat besar , sehingga sangat
penting untuk persiapan antara lain :
a. Persiapan Insfrastruktur Proyek
1) Jalan Akses Truk Mixer
b. Persiapan Laboraturium
1) Persiapan di site ( gerobak, kerucut Abrams, Rojokan, palu, senter, alat Bantu
komunikasi, meteran )
2) Persiapan personel menggunakan shif ( kepala plan, Supervisor produksi, staff,
teknisi, dll )
Gambar diatas merupakan sirkulasi keluar masuk truk mixer (TM) dan
penempatan concrete pump,TM yang masuk ke lokasi pengecoran akan dicek waktu
kedatangannya, suhu beton, dan nilainya slumnya. Bila waktu kedatangnya, suhu ,
dan tes slump tidak memenuhi syarat maka TM tersebut akan segera dipulangkan
atau di reject. Pada TM yang memenuhi syarat akan langsung menuju concrete
pumpuntuk loading. Bila saat waktu antrian terlalu lama maka akan diadakan
tes slumplagi jika saat pengetesan gagal maka akan direject dari pihak pelaksana.
Area pengecoran pada mat foundation dibagi menjadi 7 zona yang mana
setiap zona dibatasi oleh kawat loket. Pada saat pengecoran berlangsung digunakan
alat Vibrator untuk membantu beton agar agregat kasar dan halus dapat menyatu,
selain itu juga mengalirkan beton.
15. Finishing Trowel
Pekerjaan ini dilakukan pada saat beton mendekati setting. Finish trowel ini
dilakukan dengan tujuan untuk memperhalus permukaan lantai beton yang telah
diberi floor hardener. Pelaksanaan floor hardener sendiri dilakukan setelah 30 menit
/ beton setting, dan dilaksanakan dengan system tabor. Komposisi yang digunakan 5
kg / m² dengan dua kali tabur dan dikontrol elevasinya sesuai shop drawing. Proses
penaburan dilakukan setelah relag selesai.