Anda di halaman 1dari 35

ASKEP KOMUNITAS

PROSES KEPERAWATAN DENGAN MASALAH KESEHATAN DI


KOMUNITAS DENGAN PENYAKIT PJK

Oleh :
Kelompok II

SRI WAHYUNI MUH. AKSA


MULYANA ANWAR IKRIMAH SYAM

MEILINDAH NUR KHAFIFA MUSLIMIN. A

RINA NUR INSANI NURMA

EVI ASHARI A.M.ABD WAHAB

ANDI NUR. MUH. IMRAN RETNO IRIANA PAKAYA

M.ALI BUGIS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin ucapan rasa syukur tak terhingga kepada allah


swt, atas rahmat dan hidayah-nya yang masih tercurah kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas matakuliah keperawatan komunitas II. Dan tak lupa pula
kita kirimkan salam dan salawat kepada Nabiullah Muhammad SAW yang telah
mengantarkan kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang
sampai sekarang ini.

Dalam usaha menyelesaikan tugas ini, kami dihadapkan dengan berbagai


hambatan dan tantangan, namun atas bantuan, bimbingan, dan dorongan dari
berbagai pihak dan izin allah swt akhirnya hambatan dan tantangan tersebut dapat
diatasi serta mencapai tahap penyelesaian.

Dalam pembuatan tugas ini tidak tertutup kemungkinan adanya kekurangan.


Oleh karena itu, kritikan dan saran penyempurnaan yang dapat membangun sangat
penulis harapkan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Samata, 21 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….......

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Angka Kesakitan Dan Kematian Pada Usia Dewasa Pria Dan Wanita……
B. Jelaskan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Pria Dan Wanita
C. Masalah Kesehatan Utama Pada Pria Dan Wanita ………………………..
D. Proses Keperawatan Dengan Masalah Kesehatan Di Komunitas…………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………..
B. Saran………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utamakematian
secara Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utamakematian
secaraglobal. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang
terjadi di dunia global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian
yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua
pertiganya disebabkan olehPenyakit Tidak Menular. PTM juga membunuh
penduduk dengan usia yang lebih Penyakit Tidak Menular. PTM juga
membunuh penduduk dengan usia yang lebihmuda. Di negara-negara dengan
tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh muda. Di negara-negara
dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruhkematian yang
terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% kematian yang
terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29%disebabkan oleh
PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13% disebabkan oleh
PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13%kematian.
Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari
kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang
dari70 tahun, penyakit cardiovascular merupakan penyebab terbesar (39%),
diikuti 70 tahun, penyakit cardiovascular merupakan penyebab terbesar
(39%), diikutikanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis,penyakit
pencernaan dan PTM kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan
kronis,penyakit pencernaan dan PTMyang lain bersama-sama menyebabkan
sekitar 30% kematian, serta 4% kematian yang lain bersama-sama
menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematiandisebabkan diabetes.
Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit
Tidak Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit
TidakMenular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia,
peningkatan Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh
dunia, peningkatanterbesar akan terjadi di negara-negara menengah
danmiskin. Lebih dari dua pertiga terbesar akan terjadi di negara-negara
menengah danmiskin. Lebih dari dua pertiga(70%) dari populasi global akan
meninggal akibat penyakit tidak menular seperti (70%) dari populasi global
akan meninggal akibat penyakit tidak menular sepertikanker, penyakit
jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 kanker,
penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun
2030diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahunkarena penyakit tidak
menular, diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahunkarena penyakit
tidak menular,naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini.

Secara global, regional dan Nasional pada tahun 2030 transisi


epidemiologi Secara global, regional dan Nasional pada tahun 2030 transisi
epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular semakin
jelas. Diproyeksikan dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular
semakin jelas. Diproyeksikan jumlah kesakitan akibat penyakit tidak
menular dan kecelakaan akan meningkat dan penyakit menular akan
menurun. PTM seperti kanker, jantung, DM dan paru obstruktif kronik,
serta penyakit kronik lainnya akan mengalami peningkatan yang obstruktif
kronik, serta penyakit kronik lainnya akan mengalami peningkatan yang
signifikan pada tahun 2030. Sementara itu penyakit menular seperti TBC,
signifikan pada tahun 2030. Sementara itu penyakit menular seperti TBC,
HIV/AIDS, Malaria, Diare dan penyakit infeksi lainnya diprediksi akan
mengalami HIV/AIDS, Malaria, Diare dan penyakit infeksi lainnya diprediksi
akan mengalami penurunan pada tahun 2030. Peningkatan kejadian PTM
berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup
seiring dengan perkembangan dunia yang makin modern, pertumbuhan
populasi dan peningkatan usia harapan hidup.

Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah


Triple Burden Diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi
masalah ditandaidengan masih sering terjadi KLB beberapa penyakit menular
tertentu, munculnyakembali beberapa penyakit menular lama (Re-Emerging
Diseases). Di sisi lain, PTMmenunjukkan adanya kecenderungan yang
semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan
SurveiKesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak
bahwa selma 12tahun ( 1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi
dimana kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat,
sedangkan kematian karena penyakitmenular semakin menurun.Menurut
hasil Riset Kesehatan Dasar (2007), terdapat 50.1% responden laki-laki yang
terkena Hipertensi. Hal ini dikarenakan prevalensi merokok di
Indonesiasangat tinggi, terutama pada laki-laki mulai dari anak, remaja dan
dewasa.
Data dariRiskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi perokok16 kali
lebih tinggi padalaki-laki (65.9%) dibandingkan perempuan (4.2%). Selain
dari merokok, hal lainyang memicu tingginya hipertensi disebabkan oleh
kebiasaan memakan makananyang kadar asupan lemaknya >30%, aktivitas
fisik yang sangat kurang danmengalami stress. Sedangkan, prevalensi asma
dan kanker di Indonesia cenderunglebih tinggi pada perempuan dibandingkan
dengan laki-laki. Prevalensi kankercenderung lebih tinggi pada masyarakat
kota dibanding pedesaan dan cenderunglebih tinggi pada orang yang
berpendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena gayahidup yang tidak sehat,
kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, sertakurangnya aktivitas fisik
(Riskesdas, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana angka kesakitan dan kematian pada usia dewasa pria dan wanita
2. Jelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pria dan wanita
3. Masalah kesehatan utama pada pria dan wanita
4. Proses keperawatan dengan masalah kesehatan di komunitas
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Angka Kesakitan dan Kematian pada Usia Dewasa Pria dan Wanita

Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, prevalensi tertinggi untuk

penyakit Kardiovaskuler di Indonesia adalah PJK, yakni sebesar 1,5%. Dari

prevalensi tersebut, angka tertinggi ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur

(4,4%) dan terendah di Provinsi Riau (0,3%), kata Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes RI, dr. Lily S Sulistyowati,

MM usai konferensi pers terkait peluncuran obat jantung baru di Jakarta,

Sabtu (29/7).

Menurut kelompok umur, PJK paling banyak terjadi pada kelompok

umur 65-74 tahun (3,6%) diikuti kelompok umur 75 tahun ke atas (3,2%),

kelompok umur 55-64 tahun (2,1%) dan kelompok umur 35-44 tahun (1,3%).

Sedangkan menurut status ekonomi, terbanyak pada tingkat ekonomi bawah

(2,1%) dan menengah bawah (1,6%).

Data World HealthOrganization (WHO) tahun 2012 menunjukkan

17,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31%
dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia. Lebih dari 3/4 kematian akibat

penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan

rendah sampai sedang.

Dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler 7,4 juta (42,3%)

di antaranya disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan 6,7 juta

(38,3%) disebabkan oleh stroke. (Kemenkes RI, 2017)


Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan

oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi

sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian “dini” yang

disebabkan oleh penyakit jantungterjadi berkisar sebesar 4% di negara

berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan

rendah.

Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh


dunia setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian

karena penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke.Kematian

yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung

koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta

kematian pada tahun 2030.

Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di

Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang,

sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau

diperkirakan sekitar 2.650.340 orang.

Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita penyakit


jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812

orang (0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki jumlah penderita

paling sedikit, yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%). Berdasarkan

diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner

terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%),

sedangkan jumlah penderita paling sedikit ditemukan di Provinsi Papua Barat,

yaitu sebanyak 6.690 orang (1,2%).(Kemenkes RI, 2014)


B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Pria dan Wanita
1. Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan
a. Jenis Kelamin
Dari sisi jenis kelamin, pria lebih sering terkena serangan
jantung dibanding perempuan. Tetapi setelah menopause, frekuensinya
sama antara pria dan wanita. Tomaszewski (2008) dari University of
Leicester, meneliti sebanyak 933 laki-laki dengan usia rata-rata 19
tahun yang berpartisipasi dalam studi Young Men Cardiovascular
Association. Tomaszewski menyelediki adanya interaksi antara kadar
hormon hormon seksual estradiol, estron, testosteron, dan
androstenedion, dengan 3 faktor risiko mayor penyakit jantung
(kolesterol, tekanan darah dan berat badan). Dalam studi ini diteliti
hubungan antara estrogen dalam darah (estradiol dan estron) maupun
androgen (testosteron dan androstenedion) dengan faktor risiko mayor
kardiovaskular (kadar lipid, tekanan darah, dan indeks massa tubuh)
pada 933 laki-laki muda sehat dengan median usia 19 tahun. (Karson.
2012)
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa 2 jenis hormon seksual
(yaitu estradiol dan estron, yang secara bersama disebut estrogen)
berhubungan dengan meningkatnya kadar kolesterol-LDL dan
menurunnya kadar koleterol-HDL pada laki-laki. (Karson. 2012)
Studi ini memperlihatkan bahwa salah satu hormon seksual
yaitu estradiol mempunyai korelasi positif dengan kolesterol total dan
mempunyai korelasi negatif dengan kolesterol HDL. Kadar hormon
seks lain yaitu estron, menunjukkan korelasi positif kuat dengan
kolesterol total maupun kolesterol HDL (Tomaszewski, 2008).Hal ini
menunjukkan bahwa hormon seksual mungkin merupakan faktor
risiko yang penting untuk timbulnya penyakit jantung pada laki-laki,
dan hal ini sudah terjadi sebelum adanya gejala penyakit arteri koroner
atau stroke (Karson, 2012).
Tim peneliti ini menyatakan bahwa kadar hormon seksual
dalam sirkulasi darah berhubungan dengan faktor risiko penyakit
kardiovaskular pada laki-laki, jauh sebelum timbulnya manifestasi
penyakit kardiovaskular seperti stroke dan infark miokard. Jadi, laki-
laki yang mempunyai kadar estron dan estradiol tertinggi, mempunyai
risiko kardiovaskuler tertinggi juga, karena kadar kolesterol LDLnya
tinggi sedangkan kadar kolesterol HDLnya yang bersifat protektif
justru berkadar rendah. (Karson. 2012)
b. Umur
Budhi Setianto, seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh
darah dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI
dalam penjelasannya di sebuah seminar 2012 mengatakan makin
bertambah usia, makin mudah kena serangan jantung. Jumlah
penderita PJK pria masih dapat dikatakan lebih besar dibandingkan
perempuan (Wahyuningsih, 2011).
Faktor hormonal yang menyebabkan hal tersebut. Seperti yang
sudah disebutkan, perempuan baru akan mengidap PJK di usia 55
tahun ke atas, sementara pria di usia 45 tahun ke atas. Ada jarak 10
tahun antara usia pria dan perempuan, yang artinya, perempuan
memiliki 10 tahun waktu lebih lama terlindungi dari PJK
dibandingkan pria (Wahyuningsih, 2011).
Alasannya, karena perempuan mengalami menstruasi dengan
siklus yang cenderung teratur setiap bulannya. Dengan menstruasi
wanita mengeluarkan zat feritin (semacam protein) yang diduga
merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner. Feritin ini, secara
teratur dikeluarkan bersama menstruasi yang dialami perempuan.
Sementara, feritin di dalam tubuh pria tak bisa mengalami proses
pengeluaran, sehingga tetap mendekam di dalam tubuh. (Karson, 2012
).
Hormon estrogen mampu melindungi kaum hawa dari penyakit
degeneratif, salah satunya PJK. Hormon estrogen inilah yang dapat
memberikan efek proteksi terhadap mekanisme aliran darah dari dan
ke dalam jantung. Hormon estrogen ini mampu meningkatkan high
density lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik, serta menurunkan low
density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat yang dapat
menimbulkan proses pengapuran di pembuluh darah yang kemudian
akan menyumbat aliran darah saat memasuki pembuluh-pembuluh
darah menuju jantung (Karson, 2012).
Dengan meningkatnya HDL di dalam darah oleh hormon
estrogen, sumbatan di pembuluh darah yang disebabkan oleh LDL ini
dapat dihancurkan. Selain itu, estrogen pun dapat memperlebar
pembuluh darah agar aliran darahnya menjadi lancar. Dengan
demikian, perempuan yang sudah mengalami menopause, otomatis
produksi hormon estrogen akan jauh berkurang. Saat inilah perempuan
mulai dapat dikatakan rentan terkena PJK. (Karson, 2012)
c. Riwayat Keluarga Yang menderita PJK
Faktor keluarga dan genetika mempunyai peranan bermakna
dalam patogenesis PJK. Pada penelitian Fazida, dkk 2009
menyimpulkan bahwa terdapat 35,7% penderita PJK mempunyai
riwayat keluarga menderita penyakit jantung serta hipertensi dan
resiko terkena PJK pada orang yang mempunyai riwayat keluarga 3,8
kali dibanding yang tidak mempunyai riwayat keluarga.
2. Faktor resiko yang dapat dikendalikan
Faktor risiko yang dapat diubah dengan cara berperilaku sehat
sehari-hari, antara lain merokok, hipertensi, kolesterol tinggi, kelebihan
berat badan, DM, dan aktivitas fisik yang kurang.

Tabel 2.1 Faktor Resiko mayor dan Minor PJK

Faktor Resiko Mayor Faktor Resiko Minor


- Merokok - Lemak jenuh
- Diabetes Melitus - Garam dan kolesterol
- Hipertensi - Tidak berolahraga/
- Diet tinggi kalori - Inaktifitas
- Hiperlipidemia - Obesitas

Sumber: Suryaatmadja, Marzuki 2010

a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko utama PJK di
samping hipetensi dan hiperkolesterolemia. Orang yang merokok lebih 20
batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor
utama resiko lainnya. Penelitian Sanders, mendapatkan kematian
mendadak akibat PJK pada laki-laki perokok 10 kali lebih besar daripada
bukan perokok dan pada perempuan perokok 4 kali lebih besar daripada
bukan perokok. Rokok dapat menyebabkan 25 % kematian PJK pada laki-
laki dan perempuan umur di bawah 65 tahun atau 80 % kematian PJK
pada laki-laki umur di bawah 45 tahun. (Karson, 2012 ).
Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena
rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi oksigen akibat
inhalasi CO. Akibat selanjutnya adalah takikardi, vasokonstruksi
pembuluh darah, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
perubahan 5-10 % Hb menjadi carboksi-Hb. Nikotin akan menyebabkan
debaran yang lebih cepat dan gas CO akan mengikat butir darah merah
(hemoglobin) lebih kuat dibanding oksigen sehingga oksigenisasi jantung
relatif berkurang (Karson, 2012 ).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Selim (2013) didapati hasil
yang menunjukkan nadi istirahat perokok secara signifikan lebih tinggi ( p
< 0,001 ) dan tekanan darah sistolik ( p = 0,001 ) dibandingkan dengan
non perokok dan memiliki resiko lebih besar terhadap angka kejadian
PJK. Di samping itu rokok dapat menurunkan kadar HDL kolesterol.
Makin banyak jumlah rokok yang dihisap, kadar HDL kolesterol makin
menurun. Pada perempuan perokok maka penurunan kadar HDL
kolesterolnya lebih besar dibandingkan laki-laki perokok. (Karson, 2012 ).
Kenfield, 2008 dari Harvard School of Public Health di Boston
dan para koleganya dalam laporan yang berjudul Smoking and Smoking
Cessation in Relation to Mortality yang diterbitkan dalam Journal of the
American Medical Association menunjukkan bahwa terdapat 64%
kematian pada perokok serta 28% kematian pada mantan perokok.Apabila
berhenti merokok, maka penurunan resiko PJK akan mencapai 50 % pada
akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti yang
tidak merokok setelah berhenti merokok 10 tahun. Harus diupayakan
seseorang berhenti merokok untuk selama-lamanya. Menghentikan
merokok secara total memungkinkan tapi dapat juga sedikit demi sedikit
mengurangi jumlah rokok yang dihisap sampai akhirnya berhenti total
(Karson, 2012 ).
b. Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama untuk
terjadinya PJK. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum
terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia
18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar
31,7%. Sebesar 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki
hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi.Adapun
Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII (Joint National Committee VII)
terdapat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII (2003)
Tekanan Darah
Klasifikasi
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pre-Hipertesi 120-139 80-90
Hipertensi stage I 140-159 90-99
Hipertensi Stage II ≥160 ≤100

Penyebab kematian akibat hipertensi di Amerika adalah kegagalan


jantung 45 %, miokard infark 35 %, cerebrovascular accident 15 % dan
gagal ginjal 5 %. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi esensial
biasanya akibat perubahan struktur arteri dan arterial sistemik, terutama
terjadi pada kasus-kasus yang tidak diobati. Mula-mula akan terjadi
hipertrofi dari tunika media diikuti dengan hialinisasi setempat dan
penebalan fibrosis dari tunika intima dan akhirnya akan terjadi
penyempitan pernbuluh darah. Tempat yang paling berbahaya adalah bila
mengenai miokardium, arteri dan arterial sistemik arteri koroner dan
serebral serta pembuluh darah ginjal. Komplikasi terhadap jantung akibat
hipertensi yang paling sering terjadi adalah kegagalan ventrikel kiri, PJK
seperti angina pektoris dan miokard infark.Dari beberapa penelitian
Framingham 1965 didapatkan ± 50 % penderita miokard infark menderita
hipertensi dan 75 % kegagalan ventrikel kiri penyebabnya adalah
hipertensi. (Supriyono, 2008)
Klasifikasi hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena :
1) Meningkatnya tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk
jantung, sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri (faktor
miokard). Keadaan ini tergantung dari berat dan lamanya hipertensi.
2) Mempercepat timbulnya aterosklerosis
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan
trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria
dan memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner (faktor koroner).
Hal ini memunculkan gejala angina pektoris, insufisiensi koroner dan
miokard infark lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi
dibandingkan orang normal.
Tekanan darah sistolik diduga mempunyai pengaruh yang lebih
besar dari pada tekanan diastolik. Kejadiannya PJK pada hipertensi
sering ditemukan dan secara langsung berhubungan dengan tingginya
tekanan darah sistolik. Penelitian Framingham selama 18 tahun
terhadap penderita berusia 45-75 tahun mendapatkan hipertensi
sistolik merupakan faktor pencetus terjadinya angina pektoris dan
miokard infark.
Penelitian di Amerika Serikat melaporkan pada dekade terakhir
ini telah terjadi penurunan angka kematian PJK sebanyak 25 %.
Keadaan ini mungkin akibat hasil dari deteksi dini dan pengobatan
hipertensi pemakaian beta-bloker dan bedah koroner serta perubahan
kebiasaan merokok.Bagi mereka yang hipertensi, ada baiknya
mengukur tekanan darah setiap ke dokter atau satu sampai dua kali
setahun jika tubuh dalam keadaan sehat. Tetapi, jika mengidap
hipertensi, harus diet rendah garam, menurunkan berat badan bagi
yang berlebihan, minum obat, dan kontrol ke dokter sesuai dengan
anjuran.
c. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) terbukti merupakan faktor risiko yang
kuat untuk semua penyakit aterosklerotik. Mortalitas dan morbiditas
PJK pada penderita DM 2-3 kali lipat dibandingkan dengan yang non
DM. Pada penderita DM dewasa 75-80 % akan meninggal karena
komplikasi PJK.
Berdasarkan Standards of Medical Care in Diabetes2013,
beberapa kriteria dan monitoring untuk DM tersebut yakni, A1C > 6,5
% atau Fasting plasma glucose (FPG) >126 mg/dL (7 mmol/L), puasa
didefinisikan tidak adanya ambilan kalori sedikitnya selama 8 jam, 2
jam glukosa plasma > 200 mg/dL (11,1 mmol/L) selama oral glucose
tolerance test (OGTT) dengan asupan glukosa sebanding dengan 75
glukosa anhydrous yang dilarutkan. Pasien dengan keluhan klasik
hiperglikemia atau krisis hiperglikemia dengan glukosa darah sewaktu >
200 mg/dL (11,1 mmol/L) atau dengan riwayat konsumsi obat
DMsecara teratur.
Penelitian Hong Wang dan kolegannya 2011 menunjukkan laki-
laki yang menderita DM resiko PJK 50 % lebih tinggi daripada orang
normal, sedangkan pada perempuan resikonya menjadi 2 kali lipat.
Mekanismenya belum jelas, akan tetapi terjadi peningkatan tipe IV
hiperlipidemidan hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal
dan DM yang disertai obesitas dan hipertensi. Mungkin juga banyak
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.Diusahakan berolahraga 3-5
kali seminggu, dengan durasi 30-60 menit setiap berolahraga. Untuk
kelebihan berat badan, agar dikendalikan dengan kisaran indeks massa
tubuh 21-25 kilogram/meter persegi.
d. Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
oleh peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan
fraksi utama dari lipid adalah kenaikan kadar kolesterol total, Low
Density lipoprotein (LDL) dan trigliserida serta penurunan High Density
lipoprotein (HDL). Adult Treatment Panel (ATP) III memberi batasan
dislipidemia aterogenik adalah peningkatan trigliserida, small dense
LDL dan penurunan HDL.
Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) yang dikenal sebagai
kolesterol jahat dan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) yang
dikenal sebagai kolesterol baik. LDL membawa kolesterol dari hati ke
sel, dan HDL berperan membawa kolesterol dari sel ke hati. Kadar
kolesterol LDL yang tinggi akan memicu penimbunan kolesterol di sel,
yang menyebabkan munculnya atherosclerosis (pengerasan dinding
pembuluh darah arteri) dan penimbunan plak di dinding pembuluh
darah. Lipoprotein-a diperkirakan berperan pada atherogenesis dengan
mentranspor molekul LDL dan mempengaruhi proliferasi sel otot polos
vaskular, menghambat fibrinolisis, dan mempengaruhi fungsi
platelet.(Karson. 2012)
Hal ini dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit akibat
gangguan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner. Sedangkan
HDL dapat mengangkut kolesterol dari jaringan tepi, termasuk plak
atherosklerotik, untuk dibawa ke hati atau dibuang dalam bentuk asam
empedu. Proses tersebut disebut reverse cholesterol transport. Hal ini
menunjukkan bahwa pembentukan plak atherosklerosis tidak hanya
berkaitan dengan peningkatan kadar LDL, namun juga rendahnya HDL
dan hipertrigliseridemia. (Karson. 2012)
Profil lemak yang normal adalah sebagai berikut, kadar
kolesterol darah di bawah 200 mg/dl, kadar kolesterol LDL di bawah
150 mg/dl, kadar kolesterol HDL di atas 35 mg/dl, dan kadar trigliserida
dibawah 200 mg/dl, seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.3. Hal yang
juga tidak kalah pentingnya adalah rasio kolesterol LDL dan kolesterol
HDL yang kurang dari 3,5. Kadar kolesterol HDL yang rendah
seringkali dijumpai bersamaan dengan kadar trigliserida yang tinggi Jika
kadar kolesterol total kurang dari 200 mg/dl, maka seseorang dikatakan
beresiko rendah terhadap penyakit jantung. Sementara total kolesterol
antara 200-239 mg/dl, maka dia beresiko terserang penyakit jantung, dan
jika total kolesterol lebih dari 240 mg/dl, maka termasuk yang beresiko
tinggi terhadap penyakit jantung. (Karson. 2012)
e. Obesitas
Obesitas adalah status gizi dimana indeks massa tubuh ≥ 25 kg/m2.
Obesitas juga dapat diartikan sebagai kelebihan jumlah lemak tubuh > 19
% pada laki-laki dan > 21 % pada perempuan. Berdasarkan data dari
WHO tahun 2008, prevalensi obesitas pada usia dewasa di Indonesia
sebesar 9,4% dengan pembagian pada pria mencapai 2,5% dan pada
wanita 6,9%Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi,
DM dan hipertrigliserdemia. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol total dan LDL kolesterol. Resiko PJK akan jelas meningkat bila
berat badan mulai melebihi 20 % dari berat badan ideal. Obesitas akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan volume darah sekitar 10 -30 %.
(Karson. 2012)
Hal ini tentu merupakan beban tambahan bagi jantung, otot
jantung akan mengalami perubahan struktur berupa hipertropi atau
hiperplasi yang keduanya dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
pompa jantung atau lazim disebut sebagai gagal jantung atau lemah
jantung. Pada gagal jantung penderita akan merasakan lekas capek, sesak
napas bila melakukan aktifitas ringan, sedang, ataupun berat (tergantung
dari derajat lemah jantung). (Karson, 2012)
Obesitas dapat mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner
melalui :Obesitas mengakibatkan terjadinya perubahan lipid darah, yaitu
peninggian kadar kolesterol darah, kadar LDL-kolesterol meningkat,
penurunan kadar HDL-kolesterol.Obesitas akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan faktor-faktor pembekuan darah, sebagaimana diketahui
bahwa faktor pembekuan darah merupakan faktor resiko untuk terjadinya
serangan jantung dan stroke. Obesitas akan meningkatkan resiko stroke 20
% dan resiko serangan jantung sebesar 8 kali lipat dibanding mereka yang
bukan obesitas. Jika berat badan naik 20 % maka angka kematian
meningkat 20 % pada pria dan 10 % pada wanita. Seperti penelitian yang
dilakukan Wira, dkk 2006 di denpasar dari hasil penelitiannya terdapat
51,1% penderita PJK dengan obesitas dari total keseluruhan sampel.
(Karson. 2012)
f. Inaktivitas fisik
Pada latihan fisik akan terjadi dua perubahan pada sistem
kardiovaskuler, yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi aliran
darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang aktif. Aktivitas aerobik
secara teratur menurunkan risiko PJK, meskipun hanya 11 % laki-laki dan
4 % perempuan memenuhi target pemerintah untuk berolah raga. (Karson.
2012)
Disimpulkan juga bahwa olah raga secara teratur akan menurunkan
tekanan darah sistolik, menurunkan kadar katekolamin di sirkulasi,
menurunkan kadar kolesterol dan lemak darah, meningkatkan kadar HDL
lipoprotein, memperbaiki sirkulasi koroner dan meningkatkan percaya
diri. (Karson. 2012)
Diperkirakan sepertiga laki-laki dan dua per tiga perempuan tidak
dapat mempertahankan irama langkah yang normal pada kemiringan
gradual (3 mph pada gradient 5 %). Olah raga yang teratur berkaitan
dengan penurunan insiden PJK sebesar 20 – 40 %. (31) Dengan berolah
raga secara teratur sangat bermanfaat untuk menurunkan faktor risiko
seperti kenaikan HDL-kolesterol dan sensitivitas insulin serta menurunkan
berat badan dan kadar LDL-kolesterol. (Karson. 2012)
C. Masalah Kesehatan Utama Pada Pria dan Wanita
Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia sebab
tingginya prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Hipertensi adalah
penyakit dengan berbagai etiologi yang mempengaruhi 972 juta penduduk di
seluruh dunia. Diduga prevalensi hipertensi di seluruh dunia akan meningkat
dari 26,4 % pada tahun 2000 menjadi 29,2 % ditahun 2025 (Ong et al., 2008).
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) tahun
2003 kejadian hipertensi di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 1 miliar
individu dan kurang lebih 7,1 juta individu di dunia meninggal karena
hipertensi. Data dari National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) mengindikasikan 50 juta atau lebih penduduk Amerika menderita
tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh berbagai hal. World Health
Organization (WHO) melaporkan bahwa tekanan darah suboptimal (>115
mmHg) bertanggungjawab pada penyakit cerebrovascular sebanyak 62% dan
penyakit jantung koroner (PJK) sebesar 49%, (Chobanian, 2003). Di Amerika
Serikat PJK merupakan penyebab utama kematian. Pada tahun 2006 penyakit
ini menyebabkan kematian 631.636 penduduk di negara tersebut dan 63 %
kematian disebabkan oleh PJK (Brown dan O’connor, 2010).
Penyakit jantung koroner merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang penting karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Ditinjau dari
segi pembiayaan, akibat waktu perawatan dan biaya pengobatan PJK serta
pemeriksaan penunjangnya, tentu tidak sedikit. Oleh karena itu upaya
pencegahan PJK sangat bermanfaat karena sudah pasti lebih murah dan lebih
efektif.
D. Proses Keperawatan dengan Masalah Kesehatan di Komunitas

1. pengkajian
a. Geografi
1) Apakah anda tingal di daerah pegunungan atau pantai ?
2) Bagaimana keadaan tanah di daerah ini ?
3) Berapa luas daerah ini ?
4) Ada berapa batas wilayah di daerah ini dan apa saja nama wilayah di
masing-masing batasnya?
b. Demografi
1) Berapakah jumlah KK di daerah ini ?
2) Berapakah jumlah penduduk di daerah ini ?
3) Bagaimana mobilitas penduduk, apakah penduduk jarang di rumah
ketika pagi dan siang hari karena bekerja, sedangkan anak-anak pada
sekolah.?
4) Apakah daerah ini termasuk daerah yang padat dengan penduduk?
c. Vital Statistik
1) Bagaimana status kelahiran di daerah ini?
2) Penyakit apa saja yang banyak terjadi di masyarakat khususnya pada
wanita usia dewasa?
3) Penyakit apa saja yang banyak terjadi di daerah ini khususnya pada
pria usia dewasa?
4) Apakah dalam satu bulan ini sudah terdapat banyak warga yang
meninggal?
d. Kelompok Etnis
1) Suku apa yang dianut di masyarakat?
e. Nilai dan Keyakinan
1) Apakah ada masjid / mushola atau tempat ibadah lainnya?
2) Apakah masyarakat menganut agama yang sama?
3) Keyakinan apa yang di anut dalam masyarakat?
Pengakajian Sub Sistem
a. Lingkungan fisik
1) Apakah rumah penduduk tergolong perumahan yang menetap?
2) Apakah pencahayaan di rumah penduduk sudah cukup?
3) Apakah di daerah ini sirkulasi udara sudah baik ?misalnya terdapat
pepohonan dan terdapat ventilasi yang cukup pada setiap rumah
warga?
b. Pelayanan Kesehatan
1) Apakah terdapat praktikklinikswasta di daerah ini ?
2) Berapa jumlah tenaga kesehatan di daerah ini (perawat, bidan, dokter)?
3) Apakah terdapat mushola atau tempat ibadah lainnya di daerah ini ?
4) Ada berapa sekolah yang terdapat pada daerah ini ?
5) Apakah terdapat panti sosial di daerah ini?
6) Apakah terdapat pasar/swalayan/ toko yang menyediakan kebutuhan
masyarakat?
7) Apakah ada tempat perkumpulan untuk melakukan musyawarah di
daerah ini ?
8) Apakah program posyandu terlaksana di daerah ini? Posyandu apa saja
yang diselenggarakan di daerah ini? Apakah posyandu sudah berjalan
aktif? Berapa kali diselenggarakan?
9) Apakah sanitasi warga sudah tergolong baik atau tidak ?
10) Dari mana sumber air yang digunakan dalam masyarakat?
11) Dimanakah pembuangan air limbah pada masyarakat?
12) Apakah mayoritas warga telah memiliki jamban pada setiap rumah ?
13) Dimanakah mayoritas warga melakukan MCK?
14) Dimankah tempat penumpukan/pembuangan sampah ?
15) Dari mana terdapatnya sumber polusi yang mungkin mengancam
kesehatan atau kegiatan sehari-hari?
16) Apakah ada vektor penyebab penyakit di masyarakat?
c. Keamanan & Transportasi :
1) Apakah ada pemadamkebakaran?
2) Apakah ada terdapat siskamling atau hansip?
3) Apakah ada transportasi umum atau pribadi yang bisa digunakan di
masyarakat?
4) Apakah keadaan jalanan di daerah ini sudah dalam keadaan baik?
5) Bagaimana cara pemilihan RT/RW di daerah ini ?
d. Pemerintah dan politik
1) Ada berapa RTdan RW di desa ini ?
2) Ada berapa kader di desa ini ?
3) Apakah ada karang taruna di desa ini? Apakahsudah berjalan dengan
baik dan aktif?
4) Apakah terdapat tokoh agama di desaini ?
e. Pendidikan
1) Tingkat pendidikan komunitas ?
2) Apa fasilitas pendidikan yang tersedia?
3) Jenis bahasa apa yang digunakan dalam pendidikan?
f. Rekreasi
1) Apakah masyarakat sering melakukan rekreasi antar warga atau
kelompok tertentu?
2) Fasilitas apa yang digunakan jika pergi berekreasi?
g. Ekonomi
1) Apakah warga memiliki pekerjaan yang tetap?
2) Berapa jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan?
3) Berapa jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan?
4) Berapa jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut
usia?
2. Diagnosa keperawatan
a. Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan
olahraga bagi kesehatan : suatu kebiasaan hidup yang dicirikan dengan
aktivitas fisik yang rendah.
b. Perilaku kesehatan cenderung beresikob.d kurang dukungan sosial :
Hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara
yang memperbaiki status kesehatan.
c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d keterampilan komunikasi
yang tidak efektif : ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola,
dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
d. Defisiensi kesehatan komunitas b.dketidakcukupan akses pada pemberi
layanan kesehatan.
e. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan sosial.

3. Intervensi keperawatan
Dx.1 Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan
olahraga bagi kesehatan : 00168

Kriteria hasil :

1. (185520) Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku kesehatan :


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.
2. (185522) Strategi pencegahan penyakit : dipertahankan pada 2 ditingkatkan
ke 5.
3. (185525) Manfaat dukungan sosial: dipertahankan pada 2 di tingkatkan ke
5.
4. (180502) Manfaat olahraga teratur : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke
5.
5. (182308) Perilaku meningkatkan kesehatan : dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke5.

NIC :

1. Peningkatan Latihan : Latihan kekuatan.

2. Terapi latihan : Latihan pergerakan sendi.

3. Bantuan modifikasi diri.

4. Fasilitasi tanggung jawab diri.

Dx. 2 Perilaku kesehatan cenderung beresikob.d kurang dukungan sosial :


00188

Kriteria hasil :

1. Penerimaan status kesehatan

a) 130016 : Mempertahankan hubungan : dipertahankan pada 3 di


tingkatkan 5.

b) 130007 : Menyesuaikan perubahan dalam status kesehatan :


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

c) 130011 : Membuat keputusan tentang kesehatan : dipertahankan


pada 2 ditingkatkan ke 4.

2. Kepercayaan mengenai kesehatan : Sumber-sumber yang diterima

a) 170303 : Merasakan dukungan dari tetangga :dipertahankan pada 3


ditingkatkan ke 5.
b) 170304 : Merasakan dukungan dari penyedia layanan kesehatan :
dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5.

c) 170305 : Merasakan dukungan dari dukungan kelompok sendiri :


dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5.

NIC :

1. Modifikasi perilaku.

2. Membangun hubungan yang kompleks.

3. Peningkatan koping.

4. Dukungan pengambilan keputusan.

Dx. 3 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d kurang pengetahuan


tentang keuntungan olahraga bagi kesehatan : 00099

Kriteria hasil :

1. Keseimbangan Gaya Hidup : 2013


a) 201301 : Mengenali kebutuhan untuk menyeimbangkan aktivitas-
aktivitas hidup : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.

b) 201302 : Mencari informasi tentang startegi untuk aktivitas


hidup yang seimbang : dipertahankan pada 2 ditingkatkan pada 4.

2. Pengetahuan : Manajemen Penyakit Jantung: 1830

a) 183001 : Perjalanan penyakit biasanya dipertahankan pada 3


ditingkatkan ke 5.
b) 183002 : Tanda dan gejala awal penyakit dipertahankan pada
2 ditingkatkan pada 4.

c) 183003 : Tanda dan gelaja memburuknya penyakit


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

d) 183004 : Manfaat manajemen penyakit dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke 4

e) 183005 : Strategi untuk mengurangi faktor resiko


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

f) 183028 : Strategi untuk mengurangi efek samping


pengobatan dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

3. Pengetahuan : gaya hidup sehat : 1855

a) 185522 : strategi pencegahan penyakit dipertahankan pada 2


ditingkatkan di 4.

b) 185527 : Pentingnya skrining pencegahan dipertahankan


pada 2 ditingkatkan ke 4.

c) 185535 : strategi meningkatkan keseimbangan hidup


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

NIC :

1. Berikan pendidikan kesehatan.

2. Peningkatan kesadaran kesehatan.

3. Lakukan Skrining kesehatan.

4. Berikan panduan sistem pelayanan kesehatan.


5. Fasilitasi pembelajaran.

Dx. 4 Defisiensi kesehatan komunitas b.dketidakcukupan akses pada


pemberi layanan kesehatan : 00215
Kriteria hasil :

1. Status imun komunitas : 2800

a) 280001 : Tingkat imunisasi sama dengan atau lebih besar dari


standar dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

b) 280007 : Skrining pada populasi beresiko infeksi dipertahankan


pada 1 ditingkatkan ke 4.

c) 280008 : Kepatuhan dengan rekomendasi imunisasi dipertahankan


pada 2 ditingkatkan ke 4.

2. Kontrol resiko komunitas penyakit kronik : 2801

a) 280101 : Penyediaan program pendidikan publik tentang penyakit


kronis dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

b) 280102 : Tingkat partisipasi populasi target dalam program


pengurangan resiko dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

c) 280103 : Ketersediaan program preventif dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke 4.

d) 280105 : ketersediaan program pendidikan manajemen penyakit


kronis sendiri dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

e) 280119 : pemantauan insiden penyakit kronis dipertahankan pada


2 ditingkatkan ke4.
f) 280123 : pemantauan komplikasi penyakit kronis dipertahakan
pada 2 ditingkatkan ke 5.

3. Kefektifan skrining kesehatan komunitas : 2807

a) 280701 : identifikasi kondisi berisiko tinggi yang umum di


komunitas dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

b) 280703 : pemilihan skrining difokuskan pada deteksi dini


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

c) 280707 : identifikasi kebutuhan skrining untuk orang dewasa


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

NIC :

1. Pengembangan kesehatan komunitas.

2. Manajemen sumber daya keuangan.

3. Skrining kesehatan.

Dx. 5 Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan sosial :


00078

Kriteria hasil :

1. Perilaku patuh : 1600

a) 160001 : Menanyakan pertanyaan terkait kesehatan


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.

b) 160002 : mencari informasi kesehatan dari berbagai macam


sumber dipertahakan pada 2 ditingkatkan ke 4.
c) 160003 : Menggunakan informasi kesehatan yang dapat
dipercaya untuk mengembangkan strategi dipertahakan pada 2
ditingkatkan ke 4.

NIC :

1. Membangun hubungan yang kompleks.

2. Modifikasi perilaku.

3. Peningkatan koping.

4. Konseling.

5. Dukungan emosional.

6. Panduan sistem pelayanan kesehatan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, prevalensi tertinggi

untuk penyakit Kardiovaskuler di Indonesia adalah PJK, yakni sebesar

1,5%. Dari prevalensi tersebut, angka tertinggi ada di Provinsi Nusa

Tenggara Timur (4,4%) dan terendah di Provinsi Riau (0,3%), kata

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular,

Kemenkes RI, dr. Lily S Sulistyowati, MM usai konferensi pers terkait

peluncuran obat jantung baru di Jakarta, Sabtu (29/7).

Menurut kelompok umur, PJK paling banyak terjadi pada

kelompok umur 65-74 tahun (3,6%) diikuti kelompok umur 75 tahun

ke atas (3,2%), kelompok umur 55-64 tahun (2,1%) dan kelompok

umur 35-44 tahun (1,3%).Sedangkan menurut status ekonomi,

terbanyak pada tingkat ekonomi bawah (2,1%) dan menengah bawah


(1,6%).

Data World HealthOrganization (WHO) tahun 2012

menunjukkan 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit

kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia.

Lebih dari 3/4 kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di

negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang.


Dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler 7,4 juta

(42,3%) di antaranya disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK)

dan 6,7 juta (38,3%) disebabkan oleh stroke. (Kemenkes RI, 2017)

Adapun factor- factor yang mempengaruhi pjk

Usia, Jenis kelamin, riwayat penyakit,perokok,,hipertensi,diabetes,

dislipidemia,dan obesitas

B. Saran
1. Untuk Mahasiswa Keperawatan :
Dengan banyaknya persoalan kesehatan pada masyarakat di
jaman sekarang, sudah saatnya mahasiswa keperawatan lebih
membuka wawasan lagi tentang dunia kesehatan, bukan hanya
berfikir bahwa lulusan akademi keperawatan ataupun fakultas-
fakultas kesehatan selalu bekerja di rumah sakit, harus mampu
mencari celah pada setiap permasalahan yang muncul di dunia
kesehatan, mampu memposisikan diri di tempat atau sarana
kesehatan, baik di Rumah Sakit maupun di kesehatan komunitas
seperti di masyarakat, hal itu tentunya harus dibekali dengan
pengetahuan yang mumpuni dan juga skill yang memadai, maka
dari itu, mahasiswa harus lebih berperan aktif dalam mensikapi hal
tersebut.
2. Untuk Perawat di Komunitas :
Perkembangan zaman memacu individu, pada khususnya
tenaga keperawatan untuk terus mengembangkan keilmuan di
bidang kesehatan, yang ke semua itu diharapkan mampu
memecahkan persoalan- persoalan yang setiap saat semakin banyak
dan beragam, kenali, dalami setiap masalah yang muncul, dan
berusaha semaksimal mungkin untuk menghadapi setiap
permasalahan tersebut dengan hati ikhlas dan berfokus pada
kesejahteraan masyarakat binaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2014. Info Datin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

Kemenkes RI. 2014. Pusat data dan informasi. Departemen kesehatan RI : Jakarta

Kemenkes RI. 2017. Artikel : Penyakit jantung merupakan penyebab kematian


tertinggi, Kemenkes Ingatkan Cerdik.Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Karson. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan serta Pengobatannya.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Mooheread,sue dkk. 2015. Nursing Outcomes Cassification, NOC Edisi VI Ahli


Bahasa: Intansasi Nurjannah dan Roxsana Devi Tumanggor. Elesiver; Jakarta.

Bulechek, Gloria M, dkk. 2015. Nuraing Intervensi Classification.NIC. NOC Edisi


VI Ahli Bahasa: Intansasi Nurjannahdan Roxsana Devi Tumanggor. Elesiver; Jakarta.

Nur Arif dan Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda
NIC-NOC.Edisi Revisi. Jilid 1 dan 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.

_________________. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda


NIC-NOC.Edisi Revisi. Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.

RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai