Anda di halaman 1dari 16

OBAT

Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992, definisi obat adalah bahan atau
panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi
(Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).

A. Penggolongan Obat Menurut Permenkes No.917 Tahun 1993

Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/Per/X /1993


yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/ VI/2000 penggolongan
obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan
distribusi. Penggolongan obat ini terdiri atas :
a. Obat Bebas
Peratuan daerah Tingkat II tangerang yakni Perda Nomor 12 Tahun 1994 tentang izin
Pedagang Eceran Obat memuat pengertian obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas
kepada umum tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat
keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI. Di buku ISO ada tanda atau
tulisan B.
Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983
tentang tanda khusus untuk untuk obat bebas dan untuk obat bebas terbatas. Tanda khusus
untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti terlihat
pada gambar berikut :

Gambar 1. Penandaan Obat Bebas


Contoh Obat Bebas :
Nama Obat Nama Obat Nama Obat
Aspirin Bayer New Diatabs Sangobion
Bodrex Forte Oskadon San-B-Plex
Biogesic Panadol Redoxon Double Action
Becombion Syrup Pamol Vicee 500
Calcidol Paracetamol Hexpharm Vitacimin
Calapol Poldan Mig Vitalong C
Degirol Promag Xon-ce
Durol Panadol Actifast Tonikum Bayer
Dumin Pyridol Vitamin B Complex
Enzyplex Pyrex Vitamin B12
Feroglobin Pyrexin Vitamin B6
Iberet Folic-500 Plantacid CDR Fortos
Kamulvit B12 Polysilane Decolgen
Microlax Polysilane for Children Bisolvon Kids
Mulax Obimin–AF Paramex
Neosanmag Neurodex Calcifar
Neo Kaolana Neurovit E

b. Obat Bebas Terbatas


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-obatan ke dalam daftar
obat “W” (Waarschuwing) memberikan pengertian obat bebas terbatas adalah obat keras
yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya memenuhi
persyaratan sebagai berikut :

1. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya atau pembuatnya.
2. Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda peringatan.
Di buku ISO ditandai dengan tulisan T. Tanda peringatan tersebut berwarna
hitam,berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih
sebagai berikut :
Gambar 2. Peringatan Obat Bebas Terbatas

Penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.2380/A/SK/VI/83


tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi
berwarna hitam, seperti pada gambar berikut:

Gambar 3. Penandaan Obat Bebas Terbatas


Sebagai contoh peringatannya :
 P No. I : awas obat keras, bacalah aturan pemakaiannya.
Contoh :Dulcolax tablet, Acetaminofen = >600 mg/tab atau >40 mg/ml (kep Menkes
no.66227/73), SG tablet.
 P No. 2 : awas obat keras, hanya untuk kumur , jangan ditelan
Contoh : Gargarisma khan, Betadin gargarisma
 P NO. 3 : awas obat keras hanya untuk bagian luar badan
Contoh :Anthistamin pemakain luar ( misal dalam bentuk cream, caladin, caladril),
Lasonil, Liquor burowl.
 P No. 4 : awas obat keras hanya untuk dibakar
Contoh : Dalam bentuk rokok dan sebuk untuk penyakit asma yang mengandung
scopolamin.
 P No.5 ; awas obat keras tidak boleh ditelan
Contoh : Dulcolax Suppos, Amonia 10 % ke bawah
 P No. 6 : awas obat keras wasir jangan ditelan:
Contoh : Varemoid

Contoh Obat Bebas Terbatas :


Nama Obat Nama Obat Nama Obat
Acidrine Evion Procold
Anacetine Enerbol SupraFlu
Askamex Encephabol Termorex
Albucid Theobrom Kalpanax
Andonex Fungiderm Daktarin
Anadex Gestamag Antiza
Albothyl Gunacold Insto
Bisolvon Hemamin Forte Romilar
Benacol Inza Saridon
Paratusin Ikadryl Oskadon
Fludexin Laktobion Resochin
Combantrin Lesifit Efisol
Decolsin Lacto-B Laxamex
Dexanta Lotremin Mixagrip
Decotan Magasida Longatin
Diabion Canesten Smecta
Dulcolax Oskadryl

c. Obat Keras
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukkan obat-obatan
kedalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat keras adalah obat-obat yang
ditetapkan sebagai berikut :
1. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa obat itu hanya
boleh diserahkan dengan resep dokter.
2. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk dipergunakan
secara parenteral.
3. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara
tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia.
Contoh : Andrenalinum, Antibiotika, Antihistaminika, dan lain-lain
Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.
02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G (Gevarrlijk) adalah
“Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang
menyentuh garis tepi”, dan di penandaanya harus dicantum kalimat “Harus dengan Resep
Dokter”. seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Gambar 4. Penandaan Obat Keras


Contoh obat keras yaitu :

Nama obat Nama obat Nama obat


Norvask Angioten Zumafib
Noperten Adalat Flagyl Forte
Methergin Actus Kalmicetin
Migardis Bricasma Vomitas
KSR Digoxin Sanpicillin
Kaflam Dexacap Supertetra
Lasix Daonil Cefpan
Letonal Damaben Ciproxin
Lipitor Gabexa Cloracef
Irgapan Glucovance Ceradolan
Intifen Glucophage Crovox 250
Irvask Pronocy Cefat Capsule
Incidal OD Xenical Climaden
Isoprinosine Viagra Spiraden
Imodium Kalmoxillin
Felden D Oxaflox
Aspar K Zithromax
Adona Forte Tarivid

d. Obat Wajib Apotek


Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek tanpa
resep dokter. Menurut keputusan menteri kesehatan RI Nomor 347/Menkes/SK/VIII/1990
yang telah diperbaharui Mentri Kesehatan Nomor 924/Menkes/Per/X/1993 dikeluarkan
dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Pertimbangan utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan pertimbangan obat yang
diserahkan tanpa resep dokter, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dengan meningkatkan
pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.
2. Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkatkan peran apoteker di apotek dalam
pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat kepada masyarakat.
3. Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk
pengobatan sendiri. Obat yang termasuk kedalam obat wajib apotek misalnya : obat
saluran cerna (antasida), ranitidine, clindamicin cream dan lain-lain.
Berdasarkan keputusan Menkes No. 347/ menkes/SK/VII/1990 tentang obat wajib
Apotek (OWA 1) No. I, dan keputusan Menkes : 924/93 (OWA 2) maka menurut cara
memperolehnya, obat keras terbagi 2:
a.Harus dengan resep dokter ( G1)
 Untuk semua injeksi
 Antibiotika dan virus
 Obat-obat jantung
 Obat-obat psikotropika.
b. Disarankan oleh apoteker di apotek
 pil kb
 analgetik-antipiretik ( antalgin, asam mefenamat)
 antihistamin dan obat asma
 Psikotropika Kombinasi
 Obat Keras tertentu

Menurut UU No. 49/1949 pasal 3 ayat 2, Apoteker hanya dapat menjual obat keras kepada:
1. pasien dengan resep dokter untuk obat yang bukan OWA
2. apoteker
3. dokter/dokter gigi
4. dokter hewan
Yang berhak memiliki serta menyimpan obat daftar G dalam jumlah yang patut disangka
bahwa obat tersebut tidak akan digunakan sendiri adalah:
1. PBF (pedagang besar farmasi)
2. APA (apoteker pengelola apotik)
3. Dokter yang berizin (dr,drg)
4. Dokter hewan (dalam batas haknya)

OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA)
kepada pasien. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada persayaratan yang
harus dilakukan dalam penyerahan OWA.

1. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama, alamat,
umur) serta penyakit yang diderita.

2. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada
pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya
boleh diberikan 1 tube.

3. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontra-
indikasi, cara pemakaian, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin timbul
serta tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.

Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat


diserahkan:
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2
tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan
penyakit.

3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.

5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan


untuk pengobatan sendiri.

Contoh Obat Wajib apotik :

Nama Obat Nama Obat Nama Obat


Aldazide Adone Forte Histapan
Excluton Diflucan Interhistin
Ekstrak beladon Dextamine Benohist
Inpepsa Lysagor Polaramin
Allorir Feldene-Gel Zentel
Avil Hypofil Cendocykline
Gastrozepin Salbuven Cendomycetin
Dudencer Ventolin Genticid
Papaverin Berodual Erymed
Damaben Enflagen Cindala
Vomitrol Mucocil Cortril
Mediamer Mucopront Cendomycos
Dulcolax Mucosil Benoson
Astifen Mefentan Nerisona
Pehatifen Epexol Denomix
Bintasma Opistan Baycuten-n
Bricasma Glaphen

e. Obat Golongan Narkotika


Pengertian narkotika menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam golongan I, II dan III.
Contoh :
 Tanaman Papaver Somniferum
 Tanaman Koka
 Tanaman ganja
 Heroina
 Morfina
 Ovium
 Kodeina
Obat narkotika ditandai dengan lingkaran warna putih ada palang merah di tengah-
tengahnya dan termasuk daftar O (Opiat). Untuk memperolehnya harus dengan resep dokter
dan apotik wajib melaporkan jumlah dan macamnya. Peresepan tidak boleh diulang dan ada
tanda tangan dokter penulis resep. Di buku ISO ditandai dengan N.

Gambar 5. Penandaan Obat Narkotika


UU Narkotika No. 9 thn 1976 yang terdiri atas 10 bab 55 pasal diganti dengan UU no. 22
tahun 1997 tentang Narkotika dengan 15 BAB 104 pasal.
Menurut pasal (2) Bab I , Narkotika digolongkan menjadi:
a. Narkotika golongan I- kokain, heroin
b. Narkotika golongan II= Metadon, morfina, opium, petidin, tebain
c. Narkotika golongan III- kodein.
d.
Contoh obat narkotika yaitu :

1. Pulv. Opii
2. Pulv. Doveri tablet 100 mg
3. Coditam
4. Codipront sirup
5. Codein 20 mg
6. Codipront Kapsul
7. Nalorfin
8. Naltrekson
9. Pentazosin
10. Diamorfin
11. Petidin injeksi
12. Buprenorfin
13. Nalbufin
14. Dihidrokodein
15. Dekstropropoksifen
f. Obat Psikotropika
Pengertian psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Contoh :
 Lisergida
 Amphetamin
 Codein
 Diazepam
 Nitrazepam
 Fenobarbital
Untuk Psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan penandaan untuk obat
keras, hal ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika,
maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras, hanya saja karena efeknya dapat
mengakibatkan sindroma ketergantungan sehingga dulu disebut Obat Keras Tertentu.
Sehingga untuk Psikotropika penandaannya : lingkaran bulat berwarna merah, dengan huruf
K berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam.

Tanda Obat Psikotropik

Menurut Undang-undang RI no. 5 tahun 1997 tentang PSIKOTROPIKA yang terdiri atas
16 bab 74 pasal, tertanggal 11 maret 1997, PSIKOTROPIKA adalah zat atau obat baik
alamiah maupun bukan narkotik yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Dalam pasal 2 ayat(2), Penggolongan psikotropika yaitu:
1. Psikotropika golongan I : yaitu psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan
pengobatan dengan potensi ketergantungan yang sangat kuat
2. Psikotropika golongan II : yaitu psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi dapat
menimbulkan ketergantungan.
3. Psikotropika golongan III : yaitu psikotropika dengan efek ketergantungannya sedang
dari kelompok hipnotik sedatif.
4. Psikotropika golongan IV : yaitu psikotropika yang efek ketergantungannya ringan.

Berdasarkan Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang pemberantasan peredaran


narkotika dan psikotropika, tahun 1988 tersebut maka psikotropika dapat digolongkan
sebagai berikut : (didahului dengan nama International dan nama kimia diletakkan dalam
tanda kurung)

1. Psikotropika golongan I
Nama Nama Nama
Broloamfetamine atau DOB MDMA Parahexyl
Cathinone PMA Rolicyclidine - PHP,PCPY
DET Psilocine, psilotsin STP, DOM
DMA Psilocybine Mescaline Tenamfetamine - MDA
DMHP Methcathinone Tenocyclidine - TCP
DMT 4-methylaminorex Tetrahydrocannabinol
DOET Eticyclidine - PCE MMDA TMA
Etrytamine N-ethyl MDA
Lysergide - LSD, LSD-25 N-hydroxy MDA

2. Psikotropika golongan II
Nama Nama
Amphetamine Methaqualone
Dexamphetamine Methylphenidate
Fenetylline Phencyclidine - PCP
Levamphetamine Phenmetrazine
Levomethampheta-mine Secobarbital
Mecloqualone Dronabinol atau delta-9-
Methamphetamine tetrahydro-cannabinol
Methamphetamineracemate Zipeprol
3. Psikotropika golongan III
Nama Nama
Amobarbital Cyclobarbital
Buprenorphine Flunitrazepam
Butalbital Glutethimide Pentazocine
Cathine / norpseudo-ephedrine Pentobarbital

4. Psikotropika golongan IV
Nama Nama
Allobarbital Clobazam
Alprazolam Clonazepam
Amfepramone Clorazepate
Aminorex Clotiazepam
Barbital Cloxazolam
Benzfetamine Delorazepam
Bromazepam Diazepam
Butobarbital Estazolam
Brotizolam Ethchlorvynol
Camazepam Ethinamate
Chlordiazepoxide

B. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat


Obat digolongkan menjadi lima jenis :

1. Obat yang bekeja terhadap penyebab penyakit, misalnya penyakit karena bakteri atau
mikroba, contoh: antibiotik.
2. Obat yang bekerja mencegah keaadan patologis dari penyakit, contoh: serum, vaksin.
3. Obat yang menghilangkan gejala penyakit = simptomatik, missal gejala penyakit nyeri,
contoh: analgetik, antipiretik.
4. Obat yang bekerja untuk mengganti atau menambah fungsi-fungsi zat yang kurang,
contoh: vitamin, hormon.
5. Pemberian placebo, adalah pemberian sediaan obat yang tanpa zat berkhasiat
6. untuk orang-orang yang sakit secara psikis, contoh: aqua proinjection
7. Selain itu, obat dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya misalkan
antihipertensi, cardiaca, diuretic, hipnotik, sedative dan lain-lain (Chaerunisaa, dkk,
2009).

C. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian


Obat dibagi dua golongan:

1. Obat Dalam, misalnya obat-obat peroral. Contoh: antibiotik, acetaminophen


2. Obat Topikal, untuk pemakaian luar badan. Contoh sulfur, antibiotik (Anief, 1994).

D. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian

1. Oral, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui mulut, Contoh: serbuk, kapsul, tablet
sirup.

2. Parektal, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui rectal. Contoh supositoria,
laksatif.

3. Sublingual, dari bawah lidah, kemudian melalui selaput lendirdan masuk ke pembuluh
darah, efeknya lebih cepat. Untuk penderita tekanan darah tinggi, Contoh: tablet hisap,
hormone.

4. Parenteral, obat suntik melaui kulit masuk ke darah. Ada yang diberikan secara intravena,
subkutan, intramuscular, intrakardial.

5. Langsung ke organ, contoh intrakardial.

6. Melalui selaput perut, intraperitoneal (Anief, 1994).

E. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan

1. Sistemik: masuk ke dalam system peredaran darah, diberikan secara oral


2. Lokal : pada tempat-tempat tertentu yang diinginkan, misalnya pada kulit, telinga, mata
(Anief, 1994).

F. Penggolongan obat berdasarkan penamaanya


Menurut Widodo (2004), penamaan dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Nama Kimia, yaitu nama asli senyawa kimia obat.

2. Nama Generik (unbranded name), yaitu nama yang lebih mudah yang disepakati sebagai
nama obat dari suatu nama kimia.

3. Nama Dagang atau Merek, yaitu nama yang diberikan oleh masing-masing produsen
obat. Obat bermerek disebut juga dengan obat paten.

G. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya

1. Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)

- tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll


- hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
- mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll

2. Sintetik : merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi kimia,


contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam salisilat.

H. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi

1. farmakodinamik

obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh, contoh hormon dan vitamin

2. kemoterapi

obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit penyakit,
mempunyai daya kerja kombinasi.

I. Penggolongan obat berdasarkan bentuk sediaan


1. Padat, meliputi ekstrak, serbuk, pil, tablet, suppositoria, kapsul, dan ovula.
2. Cair, meliputi sirup, larutan, suspensi, linimen, lotion, dan infus.
3. Semi padat, meliputi salep, krim, gel, dan pasta.
4. Gas, yaitu aerososl, oksigen, dan inhaler

J. Penggolongan obat berdasarkan intrnasional


a. Obat Paten
Obat paten adalah obat yang mempunyai hak paten dan diberikan kepada industri farmasi
pada obat baru yang ditemukannya berdasarkan riset. Obat yang telah diberi hak paten
tersebut tidak boleh diproduksi dan dipasarkan dengan nama generik oleh industri
farmasi lain tanpa izin pemilik hak paten selama masih dalam masa hak paten.
b. Obat Generik
Obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh
semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Ada dua jenis obat generik,
yaitu obat generik bermerek dagang dan obat generik berlogo yang dipasarkan dengan
merek kandungan zat aktifnya.

K. Penggolongan Obat Berdasarkan Kelas Terapi


Penggolongan berdasarkan kelas terapi umumnya digunakan dalam buku-buku seperti DOEN,
formularium (daftar obat yang digunakan Rumah Sakit), dan panduan terapi.
Contoh kelas terapi :
a. Analgetik, antipiretik, antiinflamasi non steroid
b. Anestetik
c. Antialergi
d. Antidotum dan obat lain untuk keracunan

DAFTAR PUSTAKA
1. http://id.sribd.com/doc/167359834/Penggolongan-Obat-Menurut-Permenkes-No
2. Permenkes No.917 Tahun 1993
3. http://id.scribd.com/doc/109371076/Penggolongan-Obat
4. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jtptunimus-gdl-deniandrea-6401-3-babii.pdf

5. http://www.academia.edu/7005738/PENGGOLONGAN_OBAT
6. Chaerunisaa, Y.A.
Surahman, E. dan Soeryati, S. 2009. Farmasetika Dasar,
Konsep Teoritis Dan Aplikasi Pembuatan Obat. Widya Padjadjaran. Bandung.
7. Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
8.

Anda mungkin juga menyukai