Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I
PENDAHULUAN
I. II TUJUAN
1. Untuk dapat mengetahui bagaimana cara mengoprasikan Thedolit.
2. Untuk dapat mengetahui peralatan dan prosedur dalam pengukuran menggunakan
Theodolit.
3. Untuk dapat mengetahui cara menghitung jarak, dan sudut.
I. III MANFAAT
1. Dapat menginformasikan cara mengoprasikan Theodolit.
2. Dapat menginformasikan peralatan dan prosedur dalam pengukuran menggunakan
Theodolit
3. Dapat menginformasikan cara menghitung jarak, dan sudut.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan
tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang
hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa
sampai pada satuan sekon (detik). Theodolit merupakan alat yang paling canggih
di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah
teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat
diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal
untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat
diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal
untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi
(Farrington 1997).
Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan dipetakan
luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut memiliki relief
atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan
kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington
1997) Instrumen pertama lebih seperti alat survey theodolit benar adalah kemungkinan
yang dibangun oleh Joshua Habermel (de: Erasmus Habermehl) di Jerman pada 1576,
lengkap dengan kompas dan tripod. Awal altazimuth instrumen yang terdiri dari dasar
lulus dengan penuh lingkaran di sayap vertikal dan sudut pengukuran perangkat yang
paling sering setengah lingkaran. Alidade pada sebuah dasar yang digunakan untuk
melihat obyek untuk pengukuran sudut horisontal, dan yang kedua alidade telah
terpasang pada vertikal setengah lingkaran. Nanti satu instrumen telah alidade pada
vertikal setengah lingkaran dan setengah lingkaran keseluruhan telah terpasang
sehingga dapat digunakan untuk menunjukkan sudut horisontal secara langsung. Pada
akhirnya, sederhana, buka-mata alidade diganti dengan pengamatan teleskop. Ini
pertama kali dilakukan oleh Jonathan Sisson pada 1725. Alat survey theodolite yang
menjadi modern, akurat dalam instrumen 1787 dengan diperkenalkannya Jesse
Ramsden alat survey theodolite besar yang terkenal, yang dia buat menggunakan mesin
pemisah sangat akurat dari desain sendiri. Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang
berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran
polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari.
Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar
bila sudut vertiKalnya dibuat 90º. Dengan adanya teropong pada theodolit, maka
theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung,
theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan /
pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu
bangunan bertingkat.
2
Gambar 1. Theodolit Konvensional ( T0 )
II. III Tata Cara Pengukuran Detil Tachymetri Menggunakan Theodolit Berkompas
Pengukuran detil cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur
(Theodolite) titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk
pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke
rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta sudut
miring m. Tempatkan alat ukur theodolite di atas titik kerangka dasar atau titik
kerangka penolong dan atur sehingga alat siap untuk pengukuran, ukur dan catat tinggi
alat di atas titik ini. Dirikan rambu di atas titik bidik dan tegakkan rambu dengan
3
bantuan nivo kotak. Arahkan teropong ke rambu ukur sehingga bayangan tegak garis
diafragma berimpit dengan garis tengah rambu.
Kemudian kencangkan kunci gerakan mendatar teropong. Kendorkan kunci jarum
magnet sehingga jarum bergerak bebas. Setelah jarum setimbang tidak bergerak, baca
dan catat azimuth magnetis dari tempat alat ke titik bidik. Kencangkan kunci gerakan
tegak teropong, kemudian baca bacaan benag tengah, atas dan bawah serta catat dalam
buku ukur. Bila memungkinkan, atur bacaan benang tengah pada rambu di titik bidik
setinggi alat, sehingga beda tinggi yang diperoleh sudah merupakan beda tinggi antara
titik kerangka tempat berdiri alat dan titik detil yang dibidik.
Akibatnya dari konstuksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0º, dapat
ditentukan kearah bdikan / target myang dikehendaki. Theodolit yang termasuk ke
dakm jenis ini adalah theodolit type TM 6 dan TL 60-DP (Sokkisha ), TL 6-DE
(Topcon), Th-51 (Zeiss)
4
D. RAMBU
Gambar 2. Rambu
Bentuk rambu mirip dengan mistar kayu yang besar, dilengkapi dengan skala
pembacaan tiap satu sentimeter dan skala besarnya merupakan huruf E. Panjang rambu
adalah tiga meter. Bahan rambu ada yang dari kayu maupun alumunium. Rambu berguna
untuk membantu theodolitdalam menentukan jarak secara optis. Hal yang perlu
diperhatikan adalah dalam memegang rambu harus tegak lurus terhadap titik yang ditinjau.
Patok Kayu
Patok kayu dibuat dari reng ¾ atau bujur sangkar dan panjangnya ± 90 centimeter
yang salah satu ujungnya diruncingkan dan di ujung lainnya di beri paku payung agar
pembacaan noniuslebih akurat.
Pengukuran Poligon
Cara membuat suatu polygon adalah cara pertama untuk menentukan tempat lebih
dari satu titik. Penentuan titik dapat dilakukan dengan beberapa cara:
a. Penentuan ralatif dengan menempatkan beberapa titik yang terletak di atas satu garis
lurus, maka empat titik-titik itu dapat dinyatakan dengan dengan jejak dari suatu titik yang
terletak di atas garis lurus itu pula. Titik-titik yang diambil sebagai dasar untuk
5
menghitung jarak-jarak dinamakan titik nol. Karena titik-titik dapatterletak di sebelah kiri
dan kanan titik nol (O)> maka kepada titik yang terletak di sebelah kanan titik nol (o)
diberi jarak dengan titik positif (+)dan titik yang terletak di sebelah kiri titik nol diberi
jarak dengan tanda negative (-). Buat skala dengan bagian yang sama (ke kiri dan ke
kanan) dengan satuan jarak 1 m, 10 m, atau 100 m, tergantung pada jarak-jarak harus
dinyatakan.
αAB = xa – xb
= (+20) – (-40)
= +60
Cara menentukan tempat titik-titik dengan menggunakan suatu titik nol pada garis harus
digunakan pada pengukuran daerah-daerah yang kecil.
b. Penentuan dengan koordinat kartesian (salib sumbu)
Hal ini digunakan apabila cara di atas titik tidak dapat dilakukan, karena titik-titik tidak
terdapat di suatu garis lurus. Sebagian besar penentuan tempat titik-titik ialah dua garis
lurus yang saling tegak lurus (salib sumbu).
n = bilangan bulat (belum tentu sama dengan banyaknya titik), harganya harus dicari
dengan memisahkan fβ = 0 dan harga n diambil bilangan bulat yang paling dekat dengan n
yang menghasilkan. Perumusan untuk polygon tertutup, rumus perataannya adalah :
∑β = (n – 2) 1800 + fβ
∑d sin α = (xa – xb) + fx
∑d cos α = (ya – yb) + fx
6
BAB III
PERALATAN DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
7
BAB IV
Perhitungan
1. -Muka
Luar biasa → 351°-180°=171°
171°26'30"
Biasa → 171°26'30''
-Belakang
Luar biasa → 155°+180°=335°
335°41'20"
Biasa → 329°10'40"
2 -Muka
Luar biasa → 196°-180°=16°
16° 36' 40"
Biasa → 16° 38' 30''
-Belakang
Luar biasa → 321°-180°=141°
141° 9' 20"
Biasa → 141° 10' 30"
8
2 2
= 16° 37' 35"
Belakang= 141° 10' 30" + 141° 9' 20" = 282° 19' 50"
2 2
= 141° 9,5' 25"
3. -Muka
Luar biasa → 334°-180°=154°
154° 28' 35"
Biasa → 54° 28' 00''
-Belakang
Luar biasa → 97°+180°=277°
277° 47' 00"
Biasa → 280° 52' 10"
Belakang = 280° 52' 10" + 277° 47' 00" = 557° 99' 10"
2 2
= 278,5° 49,5' 5"
9
Biasa → 16° 17' 30''
-Belakang
Luar biasa → 24°+180°=204°
204° 7' 20"
Biasa → 203° 58' 40"
5. -Muka
Luar biasa → 194°-180°=14°
14° 11' 10"
Biasa → 14° 13' 5''
-Belakang
Luar biasa → 304°-180°=124°
124° 30' 20"
Biasa → 124° 33' 20"
10
< Depan belakang = belakang - muka
= 124° 31,5' 20" - 14° 12' 17,5"
= 110° 19,5' 12,5"
= 110,33
6. -Muka
Luar biasa → 36°+180°=216°
216° 32' 00"
Biasa → 216° 26' 00''
-Belakang
Luar biasa → 130°+180°=310°
310° 00' 00"
Biasa → 310° 2' 30"
Muka = B + LB = 216° 26' 00'' + 216° 32' 00"
2 2
= 216° 29' 00"
Belakang = B + LB = 310° 2' 30" + 310° 00' 00"
2 2
= 310° 1' 15"
7. -Muka
Luar biasa → 269°-180°=89°
89° 19' 40"
Biasa → 89° 13' 20''
-Belakang
Luar biasa → 187°-180°=7°
7° 7' 50"
Biasa → 7° 3' 50"
11
= 89° 16' 30"
8. -Muka
Luar biasa → 62°+180°=242°
242° 22' 40"
Biasa → 242° 20' 30''
-Belakang
Luar biasa → 147°+180°=327°
327° 36' 40"
Biasa → 327° 27' 30"
9. -Muka
Luar biasa → 306°-180°=126°
126° 51' 20"
Biasa → 126° 49' 00''
12
-Belakang
Luar biasa → 124°+180°=304°
304° 13' 20"
Biasa → 304° 14' 00"
-Belakang
Luar biasa → 215°-180°=35°
35° 44' 30"
Biasa → 35° 45' 00"
13
= 160° 59,5' 5"
= 160,99
11. -Muka
Luar biasa → 57°+180°=237°
237° 53' 20"
Biasa → 237° 51' 20''
-Belakang
Luar biasa → 237°-180°=57°
57° 37' 40"
Biasa → 57° 31' 30"
Dari data yang kami peroleh secara langsung di lapangan, dari sebelas titik yang
harus kami hitung ada sedikitnya tiga titik yangtidak dapat kami hitung, mungkin di
karenakan kesalahan pada saat sentringpoint, ataupun salah dalam pembacaan surveiyor
dan pendengaran penulis.
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan
antara lain :
1. Pengukuran yang digunakan adalah pengukuran poligon tertutup, dimana titik awal dan
titik akhirnya terletak pada titik yang sama.
2. Dari data praktikum poligon dapat diambil beberapa hal, yaitu : sudut, jarak dan azimut dai
suatu daerah.
3. Dari azimut yang didapatkan dapat diketahui koordinat titik – titik poligon yang akan
diplotkan ke kertas gambar.
4. Kesalahan perhitungan poligon dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu : faktor manusia,
faktor alat dan faktor alam.
Saran
1. Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan alat, pengutaraan dan kalibrasi.
2. Mengusahakan pemilihan waktu pelaksanaan, keadaan cuaca yang cerah.
3. Pemilihan lokasi patok dengan tanah yang mendukung.
15
DAFTAR PUSTAKA
16