Test Sondir
Test Sondir
TES SONDIR
PENDAHULUAN
Pondasi merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban langsung ke dalam lapisan
tanah. Jika kondisi tanah di bawah struktur cukup kuat dan mampu mendukung beban yang
ada berarti pondasi plat setempat dapat digunakan untuk menyalurkan beban. Dilain pihak,
seandainya kondisi tanah permukaan adalah lunak berarti tiang atau pier dapat digunakan
untuk menyalurkan beban lebih dalam pada kondisi tanah yang paling sesuai. Pada tulisan ini
pembahasan dibatasi hanya pada pondasi dangkal. Dalam dunia konstruksi yang menentukan
daya dukung ijin pondasi dangkal biasanya adalah insinyur geoteknik. Berdasarkan
pengalaman dan didukung oleh teori-teori, insinyur geoteknik menginterprestasikan
informasi hasil soil investigation untuk mendapatkan prediksi performansi pondasi.
Penyelidikan tanah untuk pondasi dangkal di Indonesia umumnya menggunakan metode
Conus Penetration Test (CPT) atau sounding/sondir. Dan hasil prediksi tersebut berakhir
pada laporan rekomendasi yang dibuat oleh insinyur geoteknik. Ada berbagai cara untuk
menentukan daya dukung tanah, salah satu diantaranya adalah melakukan pengetesan dengan
alat sondir. Alat ini mempunyai standar luas penampang sebesar 10 cm2, sudut puncak 60°,
dan luas selimut 150 cm2 (di Indonesia 100 cm2). Kecepatan penetrasi 2 cm/detik (standar
ASTM D411-75T).
Arsitek dan insinyur struktur mungkin sangat familiar dengan pernyataan seperti
“Rekomendasi daya dukung ijin pondasi plat setempat pada lokasi site yaitu 2 kg/cm2”.
Tetapi bagaimana cara mendapatkannya dan menentukannya sehingga rekomendasi tersebut
muncul ? Pengetahuan ini berguna bagi arsitek untuk keperluan preliminary design pondasi
atau disain pondasi bangunan sederhana, yang paling ideal jika didapatkan dari hasil
penyelidikan tanah seperti CPT atau sondir yang biasa digunakan di Indonesia dalam
mendisain pondasi dangkal tetapi jika belum ada dapat dimanfaatkan hasil sondir-sondir
terdahulu dengan mengasumsikan jika lokasi rencana bangunan dekat dengan lokasi sondir
terdahulu, dianggap daya dukung tanahnya diasumsikan sama walaupun asumsi tersebut tidak
sepenuhnya benar tetapi paling tidak dapat memberikan gambaran kondisi tanah pada
wilayah rencana.
1.2 Perumusan Masalah
PEMBAHASAN
Tes sondir merupakan salah satu tes dalam bidang teknik sipil yang berfungsi untuk
mengetahui letak kedalaman tanah keras, yang nantinya dapat diperkirakan seberapa kuat
tanah tersebut dalam menahan beban yang didirikan di atasnya. Tes ini biasa dilakukan
sebelum membangun pondasi tiang pancang, atau pondasi-pondasi dalam lainnya. Data yang
didapatkan dari tes ini nantinya berupa besaran gaya perlawanan dari tanah terhadap konus,
serta hambatan pelekat dari tanah yang dimaksud. Hambatan pelekat adalah perlawanan geser
dari tanah tersebut yang bekerja pada selubung bikonus alat sondir dalam gaya per satuan
panjang.
Metode Sondir
Metoda sounding/sondir terdiri dari penekanan suatu tiang pancang untuk meneliti penetrasi
atau tahanan gesernya. Alat pancang dapat berupa suatu tiang bulat atau pipa bulat tertutup
dengan ujung yang berbentuk kerucut dan atau suatu tabung pengambil contoh tanah,
sehingga dapat diperkirakan (diestimasi) sifat-sifat fisis pada strata dan lokasi dengan variasi
tahanan pada waktu pemancangan alat pancang itu. Metoda ini berfungsi untuk eksplorasi
dan pengujian di lapangan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui elevasi lapisan “keras” (Hard
Layer) dan homogenitas tanah dalam arah lateral. Hasil Cone Penetration Test disajikan
dalam bentuk diagram sondir yang mencatat nilai tahanan konus dan friksi selubung,
kemudian digunakan untuk menghitung daya dukung pondasi yang diletakkan pada tanah
tersebut.
Di Indonesia alat sondir sebagai alat tes di lapangan yang sangat terkenal karena di negara ini
banyak dijumpai tanah lembek (misalnya lempung) hingga kedalaman yang cukup besar
sehingga mudah ditembus dengan alat sondir. Di dunia penggunaan Sondir ini semakin
populer terutama dalam menggantikan SPT untuk test yang dilakukan pada jenis tanah liat
yang lunak dan untuk tanah pasir halus sampai tanah pasir sedang/kasar. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus (qc), hambatan lekat (fs) tanah
dan friction ratio (rf) untuk memperkirakan jenis tanah yang diselidiki.
Keuntungan dan Kerugian Alat Sondir
Keuntungan:
1. Cukup ekonomis.
2. Apabila contoh tanah pada boring tidak bisa diambil (tanah lunak / pasir).
3. Dapat digunakan manentukan daya dukung tanah dengan baik.
4. Adanya korelasi empirik semakin handal.
5. Dapat membantu menentukan posisi atau kedalaman pada pemboran.
6. Dalam prakteknya uji sondir sangat dianjurkan didampingi dengan uji lainnya baik uji
lapangan maupun uji laboratorium, sehingga hasil uji sondir bisa diverifikasi atau
dibandingkan dengan uji lainnya.
7. Dapat dengan cepat menentukan lekat lapisan tanah keras.
Kerugian:
1. Jika terdapat batuan lepas biasa memberikan indikasi lapisan keras yang salah.
2. Jika alat tidak lurus dan tidak bekerja dengan baik maka hasil yang diperoleh
Sondir merupakan salah satu pengujian tanah untuk mengetahui karakteristik tanah yang
dilakukan di lapangan atau pada lokasi yang akan dilakukan pembangunan konstruksi. Sondir
ada dua macam, yang pertama adalah sondir ringan dengan kapasitas 0-250 kg/cm² dan yang
kedua adalah sondir berat dengan kapasitas 0-600 kg/cm². Jenis tanah yang cocok disondir
dengan alat ini adalah tanah yang tidak banyak mengandung batu.
PERHITUNGAN:
HL = (JP-PK) x A/B
Dimana :
A = Interval Pembacaan 20 cm
JHLi = Z HL
Dimana :
Z= Zigma
Alat dan Bahan
Alat:
1. Mesin sondir
2. Satu set batang sondir lengkap dengan stang dalam yang panjangnya 1 meter
3. Manometer 2 buah
Bahan :
1. Minyak Hidrlolik
2. Tanah
LANGKAH KERJA
4cm. Nilai pada manometer yang terbaca adalah nilai tekanan ujung dan perlawanan lekat.
5. Menekan stang luar sampai kedalaman baru, penekanan stang dilakukan sampai setiap
kedalaman tambahan sebanyak 20 cm.
6. Melakukan hal yang sama dengan langkah kerja di atas sampai pembacaan manometer tiga
kali berturut-turut menunjukkan nilai ≥150 kg/cm2 dan jika penekanan mesin sondir sudah
mencapai maksimalnya atau dirasa telah mencapai tanah keras, maka pengujian ini dapat
dihentikan
GAMBAR: ALAT SONDIR DAN KERJA SONDIR
Kesimpulan
Sondir merupakan salah satu pengujian tanah untuk mengetahuikarakteristik tanah yang
dilakukan di lapangan atau pada lokasi yang akandilakukan pembangunan konstruksi. Dari
cara kerja dan dilakukannya tes makaakan didapatkan nilai perlawanan konus pada
kedalaman-kedalaman tertentu, Pemeriksaan Kekuatan tanah Dengan Sondir, menentukan
tipe atau jenis pondasiapa yang mau dipakai, menghitung daya dukung tanah asli, dan
menentukan seberapa dalam pondasi harus diletakkan nantinya.
Daftar Pustaka
http://tanya-konstruksi.blogspot.com/2013/02/apa-itu-tes-sondir.html
http://tukangsondir.blogspot.com/2013/02/cara-kerja.html
eprints.unsri.ac.id/1771/1/pondasi_dangkal01.doc
http://rickyhamzah.blogspot.com/2011/04/sondir.html
http://labmektansipilusu.blogspot.com/2011/02/pemeriksaan-kekuatan-tanah-dengan.html
www.ilmusipil.com/wp-content/uploads/2010/01/alat-tes-sondir1.jpg
https://tekniksipil006.files.wordpress.com/2014/10/27c78-caratekniskerjaujisondir1.jpg
BAB II
TES BORING
II.1 UMUM
Pemboran disini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengambil contoh pada kedalaman
tetentu untuk percobaan laboratorium.
Untuk menentukan dan mengklasifikasikan tanah, diperlukan pengamatan yang cermat di
lapangan. Tapi cara demikian kemungkinan besar akan terjadi kesalahan yang disebabkan
pengamatan perseorangan. Untuk mendapatkan hasil yang obyektif maka tanah dibagi
menjadi atau tanah berbutir halus dan kasar, selanjutnya untuk berbutir halus diadakan
percobaan konsentrasi.
1. Dari hasil pengeboran dapat diketahui lapisan dan jenis tanah secara visual.
2. Sebagai kelanjutan dari pemeriksaan ini, maka contoh yang berhubungan dengan jenis dan
sifat tanah tersebut, penyidikan atau pemeriksaan lebih lanjut akan dilaksanakan di
laboratorium.
3. Pada pemeriksaan / pengeboran sample diambil.
4. Secara keseluruhan data deskripsi tanah secara visual, maka dapat disimpulkan bahwa :
- Jenis tanah
- Sifat
- Warna
DAFTAR PUSTAKA
http://lingkarlingkungan.blogspot.com/2013/08/mekanika-tanah-boring-sampling.html
http://teorikuliah.blogspot.com/2009/08/penyelidikan-tanah-di-lapangan.html
http://mekanikatanah1.blogspot.com/
http://kentangsmada.blogspot.com/2014/11/laporan-mekanika-tanah-i.html
BAB III
SPT
Salah satu persyaratan yang harus diketahui sebelum membangun sebuah bangunan adalah
mengetahui jenis tanah di lokasi dimana akan didirikan bangunan.Dengan mengetahui jenis
tanah tersebut, dapat dilakukan analisis stabilitas dan perhitungan desain fondasi dan dapat
diketahui respon seismic lokasi, untuk merancang bangunan tahan gempa.
Salah satu cara untuk mengetahui jenis tanah lokasi adalah dengan test penetrasi tanah (SPT:
Standard Penetration Test).
Standard tentang ‘Cara uji penetrasi lapangan dengan SPT’ di Indonesia adalah SNI 4153-
2008, yang merupakan revisi dari SNI 03-4153-1996), yang mengacu pada ASTM D 1586-84
“Standard penetration test and split barrel sampling of soils”
Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah, disertai
pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm vertikal.
Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara
berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m. Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu
berturut-turut setebal 150 mm untuk masing-masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai
dudukan, sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga
dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam
pukulan/0,3 m).
GEOLISTRIK
Survei geolistrik adalah suatu metoda untuk mengetahui kondisi lapisan batuan di bawah
permukaan tanah dengan cara menginjeksikan arus listrik pada lapisan-lapisan tersebut
dengan tujuan dapat diketahuinya lapisan manakah yang merupakan lapisan pembawa air
(akuifer)
Survei hidrogeologi digunakan untuk mengkolerasi data geolistik tersebut dengan keadaan
hidrogeologi setempat, yang mana pada daerah-daerah tertentu dibutuhkan perlakuan khusus
untuk mendapatkan air baku, seperti di daerah yang terkena intrusi air laut.
BAB V
Pendahuluan
Metoda ini awalnya diciptakan oleh O.J poter kemudian di kembangkan oleh California State
Highway Departement, kemudian dikembangkan dan dimodifikasi oleh Corps insinyur-
isinyur tentara Amerika Serikat (U.S Army Corps of Engineers). Metode ini
menkombinasikan percobaan pembebanan penetrasi di Laboratorium atau di Lapangan
dengan rencana Empiris untuk menentukan tebal lapisan perkerasan. Hal ini digunakan
sebagai metode perencanaan perkerasan lentur (flexible pavement) suatu jalan. Tebal suatu
bagian perkerasan ditentukan oleh nilai CBR.
Defenisi
CBR merupakan suatu perbandingan antara beban percobaan (test load) dengan beban
Standar (Standard Load) dan dinyatakan dalam persentase. Dinyatakan dengan rumus :
PT
CBR = x 100%
PS
Keterangan :
PT = beban percobaan (test load)
PS = beban standar (standar load)
Harga CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan
standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban
1. Percobaan di Laboratorium
standar yang berlaku :
Bina Marga : PB – 0113 – 76
ASTM : D – 1883 – 73
AASHTO : T - 193 – 81
Tujuan : Untuk menentukan nilai daya dukung tanah dalam kepadatan maksimum
Alat-alat yang digunakan :
Alat yang digunakan sama dengan alat-alat percobaan pemadatan standar maupun dengan
modifikasi dengan spesifikasi seperti table berikut :
From mining engineering
From mining engineering
Percobaan C.B.R biasanya menggunakan contoh tanah dalam kadar air optimum.
Metode yang digunakan dalam metoda 2 atau standar ASTM D – 70 atau D – 1557 – 70.
diameter tabung = 6 inci = 15 cm dan tinggi = 5 sampai 7 inci = 12,50 cm sampai 17,50 cm.
Dengan menggunakan dongkrak mekanis sebuah piston penetrasi ditekan supaya masuk ke
dalam tanah dengan kecepatan tetap = 1,25 mm/menit dengan beban awal = 0,05 kN.
Pembebanan pada pluyer diamati pada penetrasi berturut-turut : 0.625 ; 1,250 ; 1,875 ; 2,500 ;
3,750 ; 5,000 ; 6,250 dan 7,500 mm.
hasil perhitungan ini di plot dalam kertas kurva.
2. percobaan di Lapangan
Tujuan untuk melakukan nilali C.B.R asli di Lapangan sesuai dengan kondisi tanah saat
iut. Biasanya digunaka untuk perencanaan tebal lapisan perkerasan yang perkerasan lapisan
tanah dasarnya tidak akan dipadatkan lagi.pemeriksaan dilakukan dengan kondisi kadar air
tanah tinggi.
1) Di Lapangan
a. Tanah digali di lokasi yang telah ditentukan dan kemudian dibuat deskripsi secara visual
b. Tabung diletakkan dipermukaan tanah dan kemudian diberi beban melalui truk dengan
dibantu dongkrak sebagai alat penekan
c. Cotoh tanah diambil sebanya k 2 tabung
d. Contoh tanah dibersihkan dan tutup rapat dan dibawa ke Laboratorium
e. Satu contoh langsung diuji dan yang lain direndam selama 4 x 24 jam.
2) Di Laboratorium
a. Beban statis diletakkan pada bagian atas tabung untuk mencegah pengembangan tanah
dalam tabung
b. Arloji penunjuk beban dan arloji penetrasi dipasang dan angka dinolkan
c. Pembebanan dimulai dengan beraturan sesuai dengan urutan waktu maupun kedalaman
yang ada pada forulir data.
d. Catat angka yang dibaca pada arloji pengukur pada formulir.
Jenis - Jenis CBR :
Berdasakan cara mendapatkan contoh tanahnya, CBR dapat dibagi menjadi :
1) CBR Lapangan (CBR inplace atau field Inplace)
• Digunakan untuk memperoleh nilai CBR asli di Lapangan sesuai dengan kondisi tanah pada
saat itu. Umum digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan yang lapisan tanah dasarnya
tidak akan dipadatkan lagi. Pemeriksaan ini dilakukan dala kondisi kadar air tanah tinggi
(musim penghujan), atau dalam kondisi terbuuk yang mungkin terjadi. Juga digunakan
apakah kepadatan yang diperoleh dengan sesuai dengan yang kita inginkan
2) CBR lapangan rendaman (undisturbed soaked CBR)
• Digunakan untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli di Lapangan pada keadaan jenuh air
dan tanah mengalami pengembangan (swell) yang maksimum
• Hal ini sering digunakan untuk menentukan daya dukung tanah di daerah yang lapisan tanah
dasarnya tidak akan dipadatkan lagi, terletak pada daerah yang badan jalannya sering
terendam air pada musim penghujan dan kering pada musim kemarau. Sedangkan
pemeriksaan dilakukan di musim kemarau.
• Pemeriksaan dilakukan dengan menambil contoh tanah dalm tabung (mould) yang ditekan
masuk kedalam tanah mencapai kedalaman yang diinginkan. Tabung berisi contoh tanah
dikeluarkan dan direndam dalam air selama beberapa hari sambil diukur pengembangannya.
Setelah pengembangan tidak terjadi lagi, barulah dilakukan pemeriksaan besarnya CBR.
3) CBR Laboratorium
• Tanah dasar (Subgrade) pada konstuksi jalan baru dapat berupa tanah asli, tanah timbunan
atau tanah galian yang telah dipadatkan sampai menncapai kepadatan 95% kepadatan
maksimum. Dengan demikian daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan
lapisan tanah memikul beban setelah tanah tersebut dipadatkan. CBR ini disebut CBR
laboratoium , karena disiapkan di Laboratorium. CBR Laboratorium dibedakan atas 2
macam, yaitu CBR Laboratorium rendaman dan BR Laboratorium tanpa rendaman
2) UKURAN BUTIR
Pembagian dari butir-butir tanah tergantung pada ukuran di dalam tanah Untuk bahan yang
berbutir kasar. Pembagian ini dapat ditentukan dengan menyaring, dan untuk butir-butir yang
halus digunakan suatu metoda pengukuran kecepatan penurunan dalam air. Penentuan
pembagian ukuran butir dengan metoda-metoda tersebut dikenal sebagai analisis mekanis.
Ada sejumlah sistem-sistem klasifikasi ukuran butir yang dipakai, akan tetapi ”British
Standard Institution” telah menerapkan sistem yang dikembangkan oleh ”Massachusetts
Institute of Technology”, berhubung batas- batas pembagian utama yang dipakai kira-kira
bersangkutan dengan perubahan-perubahan penting di dalam sifat-sifat teknis tanah.
From mining engineering
Analisis Kasar
Untuk analisis kasar, baik basah mapun kering dapat digunakan saringan. Dalam kedua
keadaan suatu contoh tanah yang dikeringkan dalam tungku ditimbang dan dilewatkan
melalui suatu kelompok saringan
Berat tanah kering yang tertahan diatas setiap saringan di catat dan dihitung persentase dari
contoh total yang melewati setiap saringan.
Analisis Halus
Teori analisis halus adalah berdasarkan kepada hukum Stike mengenai penurunan
(settlement), yaitu bola-bola kecil di dalam suatu cairan aka turun pada kecepatan-kecepatan
yang berbeda, bergantung kepada ukuran bola tersebut.
DAFTAR PUSATAKA
http://karpetilmusipil.blogspot.com/2010/01/cbr-california-bearing-ratio.html
http://blog-alatuji.blogspot.com/2015/01/hallo-sobat-engineer.html
http://solusibetonreadymix.com/jasa-test-cbr-tanah/
https://lauwtjunnji.weebly.com/cbr-lapangan.html
BAB VI
Satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan tanah adalah kepadatan
lapangan ( = berat isi kering)
Karena walaupun nilai CBR telah memenuhi standar, namun jika kepadatan lapisannya
masih belum baik, maka deformasi akibat konsolidasi masih dapat terjadi dan penyebaran
beban ke lapis tanah di bawahnya akan menjadi kurang baik, serta berpotensi terjadi
konsentrasi tegangan pada bagian tertentu dalam lapisan tanah tersebut yang dapat
mengakibatkan kegagalan lapis tanah dasar pondasi secara keseluruhan.
Standar SNI untuk
pengujian kepadatan tanah
dengan sand cone adalah :
SNI 03-2828-1992
(Metoda Pengujian
Kepadatan Lapangan
dengan Alat Konus
Pasir)
Lapisan tanah atau lapis pondasi bawah berupa sirtu dan batu pecah
yang akan diuji yang mengandung butir berukuran tidak lebih dari 5
cm, harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan membuat lubang
berdiameter sama dengan diameter corong dan plat dudukan corong,
dengan kedalaman 10 cm sampai 15 cm.
Pelaksanaan pengambilan tanah/lapis dasar pondasi yang diuji adalah sebagai berikut :
ratakan permukaan tanah atau lapis dasar pondasi yang diuji
tempatkan plat untuk dudukan corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang
berdiameter 16,51 cm pada permukaan tanah
kokohkan kedudukan plat dudukan corong dengan pasak atau paku pada keempat sisinya
gali lubang dengan kedalaman 10 cm - 15 cm pada lubang plat corong
pastikan seluruh partikel lepas hasil penggalian tidak ada yang tertinggal dalam lubang
masukkan semua tanah atau bahan lapis dasar pondasi yang digali dalam wadah/kaleng
tertutup yang sudah diketahui beratnya, lalu ditimbang
Ambil contoh tanah atau material lapis dasar pondasi untuk dihitung kadar airnya
Pengukuran dengan pasir uji :
Permasalahan yang mungkin timbul dalam pengujian sand cone sehingga mengakibatkan
pengukuran kepadatan lapangan yang tidak akurat atau salah, disebabkan antara lain oleh :
bahan pasir yang tidak bagus (tidak memenuhi syarat gradasi, kurang kering sehingga sulit
mengalir melalui corong, tercampur dengan material yang mempunyai daya lekat [mis :
lempung, lumpur, dsb])
berat isi pasir yang digunakan untuk pengujian tidak terkalibrasi dengan baik (selalu lakukan
kalibrasi berat isi pasir setiap akan melakukan pengujian, hitung rata-rata dari minimal 3 kali
kalibrasi berat isi pasir)
volume pasir dalam botol kurang untuk mengisi penuh lubang dan corong (gunakan botol
yang lebih besar jika volume botol kurang)
adanya getaran yang mempengaruhi pemadatan pasir yang diisikan ke dalam lubang uji
lubang uji yang terlalu kecil ukurannya
sample tanah atau material lapis dasar pondasi yang tidak dimasukkan dalam wadah tertutup
atau terkena suhu panas sehingga kehilangan kelembaban yang mengakibatkan pemeriksaan
kadar air tidak akurat
permukaan tanah atau lapis dasar pondasi yang diuji tidak rata (jika perlu, pastikan dengan
mistar waterpass untuk kerataan permukaan)
pengujian pada lebih dari 1 jenis lapisan (untuk menguji lapis yang sudah tertutup lapis
lainnya, pastikan bahwa lapis di atasnya sudah dikupas habis seluruhnya dan permukaan uji
merupakan permukaan lapisan yang diinginkan untuk diuji -- jangan menggali pada
perbatasan antar lapisan tanah atau perbatasan antar lapis material dasar pondasi)
ukuran lubang plat dudukan corong dan diameter corong tidak sama, sehingga ada sisa pasir
pada plat dudukan corong yang tidak terhitung pada waktu menghitung isi corong (usahakan
diameter lubang plat dudukan corong sama dengan diameter corong)
penggalian menghasilkan lubang yang lebih besar dari diameter lubang plat dudukan corong
sehingga ada celah di bawah plat dudukan yang tidak terisi pasir uji
DAFTAR PUSTAKA
https://lauwtjunnji.weebly.com/pengujian--sand-cone.html
http://www.ilmusipil.com/cara-tes-sand-cone-tanah
BAB VII
Compaction tes Tanah ini dilakukan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan
kepadatan tanah dengan memadatkandi dalam cetakan silinder berukuran tertentu dengan
mengunakan alat penumbuk 2,5 kg (5,5 lbs) dan tinggi jatuh 30 cm ( 12” )
Pemeriksaan kepadatan standar dalpat dilakukan dengan 4 (empat) cara sebagai berikut :
Cara A : cetakan diameter 102 mm (4”) beban lewat saringan 4,75 mm (no.4)
Cara B : cetakan diameter 152 mm (6”) beban lewat saringan 4,75 mm (no.4)
Selubung harus sedikitnya mempunyai 2 @ 4 buah lubang udara yang berdiameter tidak lebih
kecil dari 9,5 mm (3/8”) dengan poros tegak lurus satu sama lain berjarak 19mm dari kedua
ujung. Selubung harus cukup longgar sehingga batang penumbuk dapat jatuh bebas tidak
terganggu.
Dapat juga dipergunakan alat tumbuk mekanis, dari logam yang dilengkapi alat
pengontrol tinggi jatuh bebas 304,8 ± 1,524 mm (12,00” ± 0,06”). Dan dapat membagi
bagi tumbukan secara merata di atas permukaan.
Alat penumbuk harus mempunyai permukaan tumbuk yang rata berdiameter 50,8 ± 0,127
mm (2,00” ± 0,005”) dan berat 2,495 ± 0,009 kg (5,50 ± 0,02 lb).
Alat perata dari besi strength edge panjang 2,5 cm salah satu sisi memanjang harus
tajam dan sisi lain datar (0,01 % dari panjang)
Saringan 5mm (2”), 19mm (3/4”), 4,75mm (no.4)
Talam, alat pengaduk, dan sendok.
Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan lembab (damp),
keringkan contoh tersebut hingga menjadi gembur. Pengeringan dapat dilakukan di udara
atau dengan alat pengering lain dengan suhu tidak lebih dari 60. Kemudian gumpalan
gumpalan tanah tersebut ditumbuk tetepi butir aslinya tidak pecah.
Tanah yang gembur disaring dengan saringan 4,75 mm (no.4) untuk cara A dan B, serta
saringan19 mm (3/4”) untuk cara C dan D.
Jumlah contoh yang sesuai untuk masing masing cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
Cara A sebanyak 15 kg
Cara B sebanyak 45 kg
Cara C sebanyak 30 kg
Cara D sebanyak 65 kg
Benda uji dibagi menjadi 6 bagian dan tiap tiap bagian dicampur dengan air yang ditentukan
dan diaduk sampai merata.
Perbedaan kadar air dari benda uji masing masing antara 1 s/d 3 %
Masing masing benda uji dimasukkan ke dalam kantong plastic dan disimpan selama 12 jam
atau sampai kadar airnya merata.