Lapsus Ruang Rawat Jalan Kamar 3
Lapsus Ruang Rawat Jalan Kamar 3
DI SUSUN OLEH :
DEWI NURPRATIWI
NURUL QHASANAH
RUSNA MAHARANI
JURUSAN FISIOTERAPI
Laporan kasus praktek preklinik di Poliklinik Fisioterapi / Ruang Rawat Jalan Kamar 3 mulai tanggal 18
sampai dengan 22 Maret 2019 dengan judul kasus “Penatalaksanaan Fisioterapi pada gangguan
aktivitas fungsional akibat low back pain (LBP) et causa hernia nucleus pulposus (HNP)” telah
disetujui oleh Pembimbing Lahan (Clinical Educator).
Makassar,
Clinical Educator,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Anatomi Fisiologi/Biomekanik
B. Patologi
1. Definisi
2. Etiologi
3. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi
4. Gambaran Klinis
C. Intervensi Fisioterapi
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung
bawah (LBP) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis
paling sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya LBP oleh
karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu ± 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang
diperlukan kecuali pada keadaan tertentu. Sekitar 80% penduduk seumur hidup pernah sekali
merasakan nyeri punggung bawah. Pada setiap saat lebih dari 10% penduduk menderita nyeri
pinggang. Insidensi nyeri pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang 15-20% dari
total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik, termasuk
tipe benigna. Penelitian kelompok studi nyeri PERDOSSI Mei 2002 menunjukkan jumlah
penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri.
Studi populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria
dan 13,6% pada wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang insidensinya sekitar
5,4-5,8%, frekuensi terbanyak pada usia 45-65 tahun. Biasanya nyeri pinggang membutuhkan
waktu 6-7 minggu untuk penyembuhan baik terhadap jaringan lunak maupun sendi, namun 10%
diantaranya tidak mengalami perbaikan dalam kurun waktu tersebut. Hal ini pastilah sangat
mengganggu, nukan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit, tapi juga menghambat
produktifitas di kehidupan sehari-hari.
Nyeri punggung bawah merupakan gejala, bukan suatu diagnosis. Nyeri punggung
merupakan kelainan dengan berbagai etiologi dan membutuhkan penanganan simtomatis serta
rehabilitasi medik. Banyak sekali penyebab nyeri pinggang pada manusia, bisa karena infeksi
pada otot atau tulang belakang, trauma atau benturan yang hebat pada pinggang, kelainan pada
tulang belakang, dll. Salah satu yang cukup sering menyebabkan nyeri pinggang adalah yang
dinamakan Herniated Nucleus Pulposus (HNP).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b) Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya
usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya
nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus
menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau
pecah (Moore dan Agur, 2013).
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh
karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis
sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma
bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat
selama beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi
diskus kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan
memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf
spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi, 2012).
c) Proses Patologi Gerak dan Gangguan Fungsi
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum ferensial. Karena
adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih besar dan timbul
sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu
dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan sebagai gaya
traumatic ketika hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat
dan sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang
belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis.
Menjebolnya sebagian nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto
rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial
pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schmorl
merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis yang kemudian
disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai ischialgia atau siatika.
Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus
menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan
dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus
intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa
ganjalan.
d) Gambaran Klinis
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah
disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan lateral.
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia dan retensi urine.
Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada
punggung bawah, di tengah-tengah area bokong dan betis, belakang tumit, dan telapak
kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan reflex achiller negative. Pada
HNP lateral L5-S1 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian
lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kelemahan m.
gastrocnemius (plantar fleksi pergelangan kaki), m. ekstensor halusis longus (ekstensi
ibu jari kaki). Gangguan reflex Achilles, defisit sensorik pada malleolus lateralis dan
bagian lateral pedis.
C. Intervensi Fisioterapi
Adapun modalitas fisioterapi yang dapat digunakan dalam penanganan kasus di atas
adalah :
1. Infra Red
Tujuan :
a. Relief of pain (mengurangi rasa sakit)
b. Muscle relaxation (relaksasi otot)
c. Meningkatkan supply darah
2. Interferensi
Tujuan :
a. Memelihara fisiologi otot dan mencegah atrofi otot
b. Re-edukasi fungsi otot
c. Modulasi nyeri tingkat sensorik
d. Menambah ROM
e. Memperlancar peredaran darah
3. Mc. Kenzie Exercise
Teknik :
Latihan 1 : posisi pasien tengkurap. Kepala menghadap salah satu sisi. Pasien diminta
untuk tarik nafas dan rileks selama 4-5 menit
Latihan 2 : posisi pasien tengkurap, lipat siku, badan tertumpu pada siku, pandangan
lurus ke depan lalu pertahankan posisi selama 2-5 menit
Latihan 3 : posisi tengkurap. Posisi tangan seperti push-up. Lalu gerakan tekan
matras, pinggang dan badan terangkat ke atas. Usahakan pelvic dan kedua lutut tetap
menempel pada lantai, pertahankan selama 5 detik dengan 10 kali repitisi
Latihan 4 : posisi tengkurap, lipat kedua siku, badan tertumpu pada kedua siku
tersebut. Pandangan lurus ke depan dengan kedua tungkai lurus, angkat kepala sekitar
45º. Pasien diminta menggerakkan satu tungkai, secara bergantian
Latihan 5 : posisi berdiri tegak, kaki agak terbuka, kedua tangan pada pinggang, jari
terbuka ke belakang, lalu bungkukkan badan ke belakang sesuai kemampuan pasien.
Pertahankan posisi selama 5 detik.
Tujuan :
- Penguatan dan peregangan otot ekstensor dan fleksor sendi lumbosakralis
- Menekankan peran aktif pasien
- Dapat mengurangi nyeri yang disebabkan oleh spasme otot
4. Massage Frixion
Adalah gerakan mengerus yang arahnya naik dan turun secara bebas. Frixion
menggunakan ujung jari / ibu jari dengan mengeruskan melingkar seperti spiral pada
bagian otot tertentu. Tujuannya adalah membantu menghancurkan myeloglosis, yaitu
timbunan sisa-sisa pembakaran energy (asam laktat) yang terdapat pada otot yang
menyebabkan pengerasan pada otot yang memicu munculnya trigger point yang
berakibat nyeri.
5. Massage Effleurage
Tujuan : untuk mengurangi spasme otot
Teknik : kedua telapak tangan fisioterapis mengusap bagian otot yang mengalami
spasme ke arah jantung secara lembut.
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
C. Inspeksi/observasi
1. Statis : mimic wajah pasien meringis
2. Dinamis :
- Pasien merasakan nyeri menjalar saat melakukan gerakan fleksi lumbal
- Pasien mampu merubah posisi dari tidur terlentang ke posisi tidur miring
- Pasien datang dengan cara berjalan berlahan
3. TIMT
a. Fleksi lumbal
- Nyeri : Positive
- Kekuatan otot : Lemah
b. Ekstensi lumbal
- Nyeri : Positive
- Kekuatan otot : Lemah
c. Lateral fleksi lumbal
- Nyeri : Positive
- Kekuatan otot : Normal
d. Rotasi lumbal
- Nyeri : Positive
- Kekuatan otot : Normal
e. Fleksi hip
- Nyeri : Positive
- Kekuatan otot : Lemah
f. Ekstensi hip
- Nyeri : Positive
- Kekuatan otot : Lemah
Keterangan :
0-1 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
3-7 : nyeri sedang
7-9 : nyeri berat
9-10 : nyeri sangat berat
Hasil : 2 (nyeri ringan)
2. Tes SLR (Straight Leg Raising) : Fisioterapis mengangkat lurus tungkai kiri pasien 30°-
70°. Positif bila timbul nyeri menjalar pada pasien.
Hasil : nyeri menjalar sampai ke paha
3. Tes Bragard : Prosedur sama dengan tes SLR bedanya pada bragard tes, fisioterapi
menambahkan fleksi cervical pasien secara pasif disertai dorso fleksi ankle pasien.
Hasil : pasien merasakan nyeri
4. Tes Patrick : Tungkai pasien yang dites dalam posisi fleksi pada sendi lutut sementara
tumit diletakkan pada lutut sebelah. Kemudian lutut pada tungkai yang dites ditekan ke
bawah.
Hasil : pasien merasakan nyeri
5. Tes Anti Patrick : Posisi fleksi pada salah satu sendi lutut dan sendi panggul, kemudian
lutut didorong ke arah medial.
Hasil : pasien tidak merasakan nyeri
6. Tes Sensorik
Tes suhu panas / dingin : Fisioterapis menyentuhkan suhu panas dan dingin secara
bergantian di area dermatom pasien.
Hasil : pasien bisa membedakan suhu panas dan dingin
Tes tajam / tumpul : Fisioterapis menyentuhkan benda tajam dan tumpul secara
bergantian di area dermatom pasien.
Hasil : pasien bias membedakan benda tajam dan tumpul
7. MMT
No Nilai Keterangan
1. Nilai 0 Otot benar-benar diam pada palpasi atau inspeksi
visual (tidak ada kontraksi)
2. Nilai 1 Otot ada kontraksi, baik dilihat secara visual atau
palpasi, ada kontraksi satu atau lebih dari satu otot
3. Nilai 2 Gerak pada posisi yang meminimalkan gaya
gravitasi. Posisi ini sering digambarkan sebagai
bidang horizontal gerakan tidak full ROM
4. Nilai 3 Gerak melawan gravitasi dan full ROM
5. Nilai 4 Resistance Minimal
6. Nilai 5 Resistance Maksimal
Hasil :
Gerakan Kanan Kiri
Fleksi lumbal 5 5
Ekstensi lumbal 5 5
Lateral fleksi lumbal 5 5
Rotasi lumbal 5 5
Fleksi hip 5 5
Ekstensi hip 5 5
History Taking
Nyeri pinggang di alami sejak 3 tahun lalu, memberat 4 bulan terakhir.
Nyeri di rasakan memberat bila duduk/berdiri lama dan membaik bila
berbaring. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Nyeri menjalar kedua
tungkai.
Inspeksi
Statis : mimic wajah pasien meringis
Dinamis : - pasien merasakan nyeri menjalar saat melakukan gerakan fleksi lumbal
- pasien mampu merubah posisi dari tidur terlentang ke posisi tidur miring
- pasien datang dengan cara berjalan berlahan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang:
MRI
Diagnosa ICF :
Gangguan Aktivitas Fungsional Akibat
Low Back Pain (LBP) et Causa Hernia
Nukleus Pulposus (HNP).
C. Diagnosa Fisioterapi
Gangguan Aktivitas Fungsional Akibat Low Back Pain (LBP) et Causa Hernia Nukleus
Pulposus (HNP).
D. Problematik Fisioterapi
Kondisi/Penyakit :
Gangguan Aktivitas Fungsional Akibat Low Back Pain (LBP) et
Causa Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
Interferensi Memelihara fisiologi otot dan Agar tidak terjadi atrofi pada
mencegah atrofi otot, re-edukasi otot
fungsi otot, modulasi nyeri tingkat
sensorik, dan memperlancar
peredaran darah
Mc. Kenzie Exercise Penguatan dan peregangan otot Untuk menguatkan otot
ekstensor dan fleksor sendi fleksor dan ekstensor serta
lumbosakralis, menekankan peran mengurangi nyeri.
aktif pasien, dapat mengurangi nyeri
yang disebabkan oleh spasme otot.
G. Evaluasi Fisioterapi
Setelah melakukan intervensi fisioterapi, nyeri yang dirasakan pasien berkurang, spasme
otot sedikit mulai menurun, serta pasien sudah mampu berjalan tanpa ada gangguan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari
diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus dengan
tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada
umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada
level ini melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat
dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang sering
dirasakan penderita HNP. Weakness pada grup otot tertentu namun jarang terjadi pada
banyak grup otot. Adapun program intervensi yang diberikan yaitu infra red, interferensi,
mc. kenzie serta massage.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, Cetakan kedua puluh
Sembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006. p. 141-142.
2. Ballinger P. W. 1999, Merill’sAtlas of Radiographic Position and Radiologic
Procedures, Volume One, The CV. Mosby, Co. London.
3. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. 2013. Anatomi berorientasi klinis. Edisi
ke−5. Jakarta: Erlangga.
4. Helmi Zairin, N, 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
5. https://id.scribd.com/doc/79742234/Pemeriksaan diakses pada 19 Maret 2019
6. http://ferryfawziannor.blogspot.com/2011/07/hernia-nukleus-pulposus-hnp.html?m=1
diakses pada 19 Maret 2019
7. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://med.unhas.ac.id/kedo
kteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-4_Hernia-Nucleus-
Pulposus.pdf&ved=2ahUKEwjBucX034jhAhUN73MBHV_QBDMQFjAAegQIBhAB&
usg=AOvVaw1r3A5qx5Sf6l3iGiTg0542 diakses pada 19 Maret 2019