Anda di halaman 1dari 4

22 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 13, No.

1, April 2012: 21 - 30 AKTIVITAS ANTIDIABETES


MELITUS EKSTRAK KULIT BUAH JERUK MANIS (Citrus sinensis) DAN KULIT BUAH KELENGKENG
(Euphoria longan (Lour.) Steud) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI
ALOKSAN Muhtadi, Eni Setyowati, Tanti Azizah Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta ABSTRAK Kulit buah jeruk manis (Citrus sinensis) dan kelengkeng (Euphoria longan (Lour.)
Steud) telah dilaporkan mengandung flavonoid dan diduga mempunyai efek hipoglikemik. Penelitian
ini bertujuan mengetahui aktivitas antidiabetes ekstrak kulit buah jeruk manis dan kulit buah
kelengkeng terhadap tikus putih jantan galur wistar yang dinduksi aloksan. Metode penelitian ini
adalah pre and post test with control group design. Empat puluh ekor tikus dibagi dalam 8 kelompok
perlakuan. Kelompok I (kontrol negatif) diberi CMC-Na 0,5%, kelompok II (kontrol positif) diberi
glibenklamid 0,45mg/kgBB, kelompok III, IV, V diberi ekstrak kulit buah jeruk manis dengan dosis
berturut-turut 125 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, kelompok VI, VII, VIII diberi ekstrak kulit
buah kelengkeng dengan dosis berturut-turut 125 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB.
Sebelumnya tikus diinduksi aloksan monohidrat dosis 150 mg/kgBB secara intraperitoneal, 4 hari
kemudian tikus dengan kadar glukosa darah ± 200 mg/dL digunakan dalam penelitian. Perlakuan
pada tikus diabetes selama 10 hari dengan 4 kali pengambilan darah yaitu hari ke-0, 4, 11 dan 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah jeruk manis dosis 125 mg/kgBB, 250
mg/kgBB dan 500 mg/kgBB memiliki aktivitas menurunkan kadar glukosa darah dengan persentase
penurunan berturut-turut sebesar 39,24±4,96%; 46,18±6,60% dan 61,36±5,57%. Ekstrak kulit buah
kelengkeng dosis 125 mg/kgBB, 250 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB memiliki aktivitas menurunkan
kadar glukosa darah dengan persentase penurunan berturut-turut sebesar 29,59±4,44%;
36,96±3,88% dan 57,78±9,38%. Kata kunci: Citrus sinensis, Euphoria longan (Lour.) Steud, glukosa
darah ABSTRACT Sweet orange (Citrus sinensis) and Longan fruit peels (Euphoria Longan (Lour.)
Steud) contain flavonoids compounds had supposedly as hypoglycemic effect. This study purposed
to determine the activity antidiabetic of extract of sweet orange and longan fruit peels on male
Aktivitas Antidiabetes Melalui Ekstrak Kulit Buah Jeruk... (Muhtadi, dkk.) 23 white rats wistar strain
induced by alloxan. Forty rats were divided into 8 treatment group. Group I (negative control) were
treated by CMC-Na 0.5%, group II (positive control) were treated by glibenclamide 0.45 mg/kg BW,
group III, IV, V were treated by extracts of sweet orange fruit peels with dose 125 mg/kgBW, 250
mg/kgBW, 500 mg/kgBW respectively, group VI, VII, VIII were treated by extracts of longan fruit
peels with dose 125 mg/kgBW, 250 mg/kgBW, 500 mg/kgBW respectively. Previous rats induced
alloxan 150 mg/kgBW intraperitoneally, 4 day later, the rats with blood glucose level ± 200 mg/dL is
use for research. Treatment of diabetic rats was done during 10 days with 4 time the blood sampling
at 0, 4, 11 and 15 day. The results showed that the extract of sweet orange fruit peel dose of 125
mg/kgBW, 250 mg/kgBW and 500 mg/kgBW had blood glucose lowering activity with the percentage
of reduction 39.24±4.96%; 46.18±6.60% and 61.36±5.57% respectively. Extract of longan fruit peel
dose of 125 mg/kgBW, 250 mg/kgBW and 500 mg/kgBW had blood glucose lowering activity with
the percentage of reduction 29.59±4.44%; 36.96±3.88% and 57.78±9.38% respectively. Keywords:
Citrus sinensis, Euphoria longan (Lour.) Steud, blood glucose PENDAHULUAN Angka kejadian
diabetes melitus dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, survei WHO tahun 2005
Indonesia menempati peringkat ke-4 jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia setelah India,
China, dan Amerika Serikat. Prevalensinya mencapai 8,6 % dari total penduduk dan diperkirakan
akan terus meningkat mencapai 21,3 juta penderita di tahun 2030 (Iskandar, 2010). Oleh karena itu
kini penyakit diabetes melitus mendapat banyak perhatian dari berbagai pihak dalam upaya
pencegahan dan pengelolaan. Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik yang
ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah diatas nilai normal karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya (Perkeni, 2011). Pengelolaan dan pencegahan komplikasi pada
penderita DM dilakukan melalui pengaturan kadar glukosa yang baik dengan terapi non farmakologis
maupun farmakologis. Penggunaan obat antidiabetes kebanyakan berlangsung lama dan
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan serta tingginya biaya pengobatan sehingga
diperlukan alternatif terapi untuk mengurangi timbulnya beberapa efek samping dan biaya
pengobatan. Salah satunya dengan memanfaatkan tanaman yang diketahui berkhasiat hipoglikemik
yang berada disekitar kita. Pada tahun 1980 WHO merekomendasikan agar dilakukan penelitian
terhadap tanaman yang memilikki efek hipoglikemik karena penggunaan obat-obat hipoglikemik
yang kurang aman (Kumar et al., 2005). Hasil penelitian yang dilakukan Parmar & Kar (2007)
menyatakan bahwa ekstrak kulit jeruk manis berpotensi sebagai antidiabetes. Pemberian ekstrak
kulit jeruk manis pada mencit jantan dengan dosis 25 mg/kgBB 24 Jurnal Penelitian Sains &
Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2012: 21 - 30 mampu menormalkan kondisi- kondisi merugikan akibat
penginduksian aloksan. Kandungan senyawa dalam kulit buah jeruk antara lain flavon glikosida,
triterpen, pigmen, flavon polimetoksilat dan flavonoid (Milind & Dev, 2012). Kandungan flavonoid
inilah yang diduga memilikki aktivitas antidiabetes. Aksi flavonoid sebagai antidiabetes diduga
dengan meregenerasi kerusakan sel beta pankreas (Dheer & Bhatnagar, 2010) dan merangsang sel
beta pankreas untuk memproduksi insulin (Kawatu dkk., 2013). Kulit buah kelengkeng mengandung
asam galat, flavon glikosida dan hidroksinamat dengan kandungan utama flavon berupa kaempferol
dan kuersetin (Jaitrong et al., 2006). Menurut Annida (2011) kandungan fenolik dan flavonoid total
dari kulit dan biji buah kelengkeng cukup tinggi dan berpotensi sebagai sumber antioksidan alami.
Hasil penelitian praklinis melaporkan bahwa kaempferol mempunyai aktivitas antidiabetes
(Montano et al., 2011). Selain itu kuersetin juga ditemukan mempunyai aktivitas menghambat α-
glukosidase yang mampu menurunkan kadar glukosa darah (Zhang et al., 2011). Berdasarkan hal-hal
tersebut diatas ternyata kulit buah jeruk manis dan kulit buah kelengkeng yang selama ini hanya
berakhir sebagai sampah dari hasil beberapa penelitian-penelitian sebelumnya mempunyai senyawa
bioaktif yang dapat dimanfaatkan, salah satunya sebagai antidiabetes. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas antidiabetes dari ekstrak kulit buah jeruk manis dan
kulit buah kelengkeng terhadap tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi aloksan. METODE
PENELITIAN Alat Alat-alat yang digunakan adalah neraca analitik, penggiling simplisia (blender),
maserator, waterbath (memmert), rotary evaporator (stuart), timbangan hewan (triple beam
balance), minisipin ependorf (hamburg), tabung ependorf, spektrofotometer UV/Vis (Stardust),
kuvet (plastibrand), mikropipet (socorex), vortex (thermolyne), spuit injeksi (terumo), holder, sonde
lambung dan alat-alat gelas (pyrex). Bahan Bahan-bahan yang digunakan kulit buah jeruk manis, kulit
buah kelengkeng, etanol 96%, aseton, tikus jantan galur Wistar sehat, umur 2-3 bulan, berat 150-300
gram, aloksan monohidrat (Sigma Aldrich), aquabidestilata steril for injection, CMC-Na, GOD-PAP
(Glucose Oksidase Phenol 4-Aminoantipirin) dari Diagnostic Systems International (Diasys), dan
glibenklamid (Indofarma). Penyiapan Bahan Kulit buah jeruk manis dan kulit buah kelengkeng
diperoleh dari pasar Gede, Surakarta. Kulit buah yang diambil kemudian dibersihkan, dirajang kecil-
kecil, dikeringkan, kemudian diserbukan dengan blender. Serbuk kulit buah kemudian ditimbang dan
siap untuk diekstraksi. Ekstraksi kulit buah jeruk manis dan kulit buah kelengkeng Ekstrak kulit buah
jeruk manis dan kulit buah kelengkeng dibuat dengan metode maserasi Aktivitas Antidiabetes
Melalui Ekstrak Kulit Buah Jeruk... (Muhtadi, dkk.) 25 menggunakan cairan penyari etanol 96% :
aseton (4:1). Sebanyak 2,5 kg Serbuk kulit buah jeruk manis direndam dalam 10 L etanol 96% dan 2,5
L aseton dan untuk serbuk kulit buah kelengkeng sebanyak 2 kg direndam dalam 8 L etanol 96% dan
2 L aseton terlindung dari cahaya matahari dan diaduk setiap hari selama 3 hari. Hasil maserasi
kemudian disaring dengan corong Buchner. Sisa ampas diremaserasi 2 kali. Ekstrak cair yang
diperoleh dipekatkan dengan evaporator, kemudian diuapkan dengan waterbath sampai diperoleh
ekstrak kental. Cara pengambilan darah Pengambilan darah dilakukan melalui vena lateralis yang
terdapat di ekor tikus sebanyak 0,5 mL lalu ditampung di tabung ependorf, kemudian disentrifugasi
menggunakan minispin selama 20 menit dengan kecepatan 12.000 rpm untuk mendapatkan
serumnya. Selanjutnya supernatan diambil menggunakan mikropipet sebanyak 10 µL dimasukkan
kedalam kuvet kemudian ditambah 1000 µL campuran pereaksi GOD-PAP dan diinkubasi selama 10
menit pada suhu 37oC. Kemudian blanko, standar dan sampel dibaca serapannya menggunakan
spektrofotometer visible λ 500 nm. Uji aktivitas antidiabetes Hewan uji dibagi secara acak dalam 8
kelompok, masing-masing terdiri dari 5 ekor tikus. Masing- masing tikus diambil darahnya yang
sebelumnya dipuasakan dulu selama 12-15 jam dan diukur kadar glukosa darah awal. Selanjutnya
semua kelompok diinduksi intraperitonial dengan aloksan monohidrat 150 mg/kgBB (Sujono dan
Sutrisna, 2010). Empat hari setelah diinduksi aloksan kadar glukosa darah tikus diukur kembali, jika
terjadi kenaikan kadar glukosa darah tikus menjadi ± 200 mg/dL maka tikus dianggap sudah
diabetes. Kemudian setiap kelompok diberi perlakuan sebagai berikut: Kelompok I: kontrol negatif,
diberi CMC-Na 0,5%; Kelompok II: kontrol positif, diberi Glibenklamid dosis 0,45 mg/kgBB; Kelompok
III: ekstrak kulit buah jeruk manis dosis 125 mg/kgBB; Kelompok IV: ekstrak kulit buah jeruk manis
dosis 250 mg/kgBB; Kelompok V: ekstrak kulit buah jeruk manis dosis 500 mg/kBB; Kelompok VI:
ekstrak kulit buah kelengkeng dosis 125 mg/kgBB; Kelompok VII: ekstrak kulit buah kelengkeng dosis
250 mg/kgBB; Kelompok VIII : ekstrak kulit buah kelengkeng dosis 500 mg/kgBB. Selanjutnya setelah
10 hari diberi perlakuan, kadar glukosa darah tikus diukur kembali untuk dibandingkan dengan kadar
glukosa darah setelah diinduksi aloksan pada hari ke-4. Analisis Data Data pengukuran kadar glukosa
darah tikus yang diperoleh dari 3 titik pengambilan darah tikus yaitu glukosa awal pada hari ke-0,
glukosa post aloksan pada hari ke-4, glukosa akhir pada hari ke-15 dianalisis menggunakan uji
statistik dengan menggunakan software program SPSS versi 17 for windows. Analisis statistik yang
digunakan adalah uji distribusi normal (uji Shapiro-Wilk) dan uji homogenitas (uji Levene).
Dilanjutkan dengan analisis non parametrik (Uji Kruskal-Wallis) untuk melihat apakah terdapat
perbedaan penurunan kadar glukosa darah tikus antar kelompok yang bermakna. 26 Jurnal
Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2012: 21 - 30 selanjutnya (uji Mann-Whitney) untuk
mengetahui kelompok mana yang memberikan nilai berbeda bermakna dengan kelompok lainnya.
Persentase penurunan kadar glukosa darah dapat dihitung dengan rumus: % PKGD = x 100% HASIL
DAN PEMBAHASAN Ekstraksi kulit buah jeruk manis dan kulit buah kelengkeng menggunakan teknik
maserasi dengan pelarut etanol : aseton (4:1). Menurut Sanjaya (2012) pelarut campuran etanol dan
aseton dapat memberikan hasil ekstrak yang baik karena lebih selektif, tidak beracun, netral, panas
untuk pemekatan lebih sedikit dan etanol dapat bercampur dengan aseton dengan segala
perbandingan. Rendemen yang diperoleh dari kulit jeruk manis adalah 20,35% dan kulit kelengkeng
adalah 13,10%. Rendemen dari kulit buah jeruk manis lebih banyak daripada kulit buah kelengkeng.
Hal ini karena kandungan senyawa aktif dalam kulit buah jeruk manis lebih banyak daripada kulit
buah kelengkeng sehingga senyawa- senyawa aktif yang dapat tersari oleh pelarutpun juga lebih
banyak pada kulit buah jeruk manis daripada kulit buah kelengkeng. Induksi diabetes pada tikus
dalam penelitian ini menggunakan metode perusakan pankreas dengan memberikan diabetonik
yaitu aloksan. Dosis aloksan monohidrat 150 mg/kgBB diberikan melalui rute intraperitonial mampu
membuat kondisi diabetes pada tikus (Sujono and Sutrisna, 2010). Aloksan merupakan analog
glukosa yang bersifat toksik pada sel–sel beta pankreas. Mekanisme aloksan menginduksi diabetes
terutama dimediasi oleh produk radikal bebas yang terbentuk dari reaksi redoks. Aloksan dan
produk reduksinya, asam dialurik, membentuk siklus redoks dengan formasi radikal superoksida.
Radikal ini mengalami dismutasi menjadi hidrogen peroksida. Aksi radikal bebas dengan rangsangan
tinggi meningkatkan konsentrasi kalsium sitosol yang menyebabkan destruksi cepat sel beta
pankreas (Rohilla and Ali, 2012). Setelah diinduksi aloksan jika terjadi kenaikan kadar glukosa darah
menjadi ± 200 mg/dL maka tikus dianggap sudah diabetes. Kemudian tikus diberi perlakuan yaitu
kontrol negatif (pemberian CMC-Na 0,5%), kontrol positif (pemberian glibenklamid dosis
0,45mg/kgBB), ekstrak kulit buah jeruk manis dosis: 125 mg/kgBB, 250 mg/kgBB dan 500mg/kgBB,
dan ekstrak kulit buah kelengkeng dosis: 125 mg/kgBB, 250 mg/kgBB dan 500mg/kgBB selama 10
hari. Hasil rata-rata pengukuran kadar glukosa darah tikus dapat dilihat pada Tabel 1. Aktivitas
Antidiabetes Melalui Ekstrak Kulit Buah Jeruk... (Muhtadi, dkk.) 27 Tabel 1. Rata–rata hasil
pengukuran kadar glukusa darah tikus Perlakuan Kadar glukosa awal (mg/dL) Kadar glukosa post
aloksan (mg/dL) Kadar glukosa akhir (mg/dL) PKGD (%) Kontrol negatif (CMC-Na 0,5%) 81,60±20,16
217,80±15,27 227,80±21,58 - Kontrol positif (Glibenklamid 0,45 mg/kgBB) 66,60±6,88 213,60±13,94
130,40±28,43 42,76±12,48 Ekstrak etanol kulit buah jeruk manis dosis 125 mg/kg BB 81,60±16,29
214±14,02 138,40±11,30 39,24±4,96 Ekstrak etanol kulit buah jeruk manis dosis 250 mg/kg BB
92±13,78 218,60±7,70 122,60±15,04 46,18±6,60 Ekstrak etanol kulit buah jeruk manis dosis 500
mg/kg BB 88,60±14,96 219,20±17,88 88±12,69 61,36±5,57 Ekstrak etanol kulit buah kelengkeng
dosis 125 mg/kg BB 82,00±14,23 221,80±17,03 157±5,24 29,59±4,44 Ekstrak etanol kulit buah
kelengkeng dosis 250 mg/kg BB 85,20±12,66 236,20±27,64 143,60±8,85 36,96±3,88 Ekstrak etanol
kulit buah kelengkeng dosis 500 mg/kgBB 80,20±21,12 215,60±28,65 96,20±21,37 57,77±9,38 Data
kadar glukosa darah awal, glukosa post induksi aloksan dan glukosa akhir dianalisis distribusinya
dengan Sapiro-Wilk dan homogenitas data dengan Test of Homogenecity of Variance. Hasil uji
Sapiro-Wilk pada kadar glukosa darah awal dan post aloksan didapat nilai p>0,05 yang berarti data
normal. Sedangkan pada glukosa darah akhir pada kelompok kontrol positif didapat distribusi data
tidak normal nilai p0,05), kadar glukosa darah setelah induksi aloksan 0,099 (p>0,05) dan kadar
glukosa darah akhir 0,171 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data homogen. Perbedaan efek
penurunan kadar glukosa darah dilihat dari kadar glukosa akhir saja karena distribusi data kadar
glukosa darah setelah induksi aloksan normal dan homogen. Karena pada kadar glukosa darah puasa
akhir didapat data yang tidak normal maka dilanjutkan dengan uji non parametrik. Hasil Uji Kruskal-
Wallis dengan taraf kepercayaan 95% pada kadar glukosa darah akhir didapat nilai signifikansi 0,00
(p

Anda mungkin juga menyukai