Anda di halaman 1dari 15

VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) ATAU

KONSELING DAN TES SUKARELA (KTS)

No. Dokumen : No.Revisi : Halaman

0 1/1
RSUD SULTAN SYARIF
MOHAMAD ALKADRIE

Tanggal terbit : Ditetapkan,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
drg. Yuliastuti Saripawan, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19710714 200012 2 002
PENGERTIAN VCT adalah suatu proses interaksi antara konselor dan klien
yang datang dengan sukarela untuk mendapatkan bantuan dan
akses ke semua layanan kesehatan, baik informasi, edukasi,
pemecahan masalah, testing, terapi, perawatan dan dukungan
psikososial yang berhubungan dengan HIV dan AIDS.
Sebagai salah satu strategi kesehatan masyarakat untuk
mencegah penyebaran HIV & AIDS.
VCT diperuntukkan bagi semua orang. Namun demikian, target
layanan pertama adalah populasi berisiko seperti kelompok
pekerja seks, homoseksual, waria, narapidana, pengguna zat
adiktif, pelaku seks bebas, kelompok migrant; pencegahan
penularan dari ibu ke anak (prevention mother to child
transmission/PMTCT); dan layanan darah yang aman.
Disamping itu pula pada seluruh petugas di layanan kesehatan
yang terkena pajanan sebagai akibat kecelakaan kerja.

Konseling pre tes VCT adalah konseling yang dilakukan


sebelum dilakukan tes darah secara sukarela untuk penyakit
infeksi HIV & AIDS.
Konseling pasca tes VCT adalah konseling yang dillakukan
setelah dilakukan tes darah secara sukarela untuk penyakit
infeksi HIV-AIDS
TUJUAN 1. Mengidentifikasi ODHA sedini mungkin
2. Memberikan informasi tentang pelayanan konseling HIV-
AIDS
3. Memotivasi kesiapan klien/pasien untuk tes HIV
4. Memotivasi untuk perubahan perilaku
5. Sebagai pintu masuk menuju perawatan, dukungan dan
pengobatan HIV-AIDS
6. Menyediakan berbagai dukungan psikososial
7. Mengurangi stigma dan diskriminasi

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSUD Sultan Syarif Mohamad


Alkadrie Kota Pontianak No. 91/RSUD-PTK/TAHUN 2016
tentang Kebijakan Pelayanan HIV dan AIDS kepada pasien di
RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
PROSEDUR Konseling Pre Tes VCT :

1. Membina hubungan baik dengan klien/pasien


2. Memberikan informasi tentang HIV-AIDS
3. Penularan (ESSE = Exit Sufficient Survive Enter), jalan
masuk virus, perjalanan penyakit, timbul antibody (window
periode), macam-macam tes dan metode tes dan arti hasil
tes, pencegahan, pengobatan, dan perawatan berkelanjutan
4. Memberikan penjelasan penyakit lain : TB, IMS, hepatitis
5. Menanyakan perilaku berisiko terakhir dan hambatan dalam
menurunkan faktor risiko.
6. Memberikan informasi tentang cara-cara pengurangan
perilaku berisiko termasuk risk elimination, risk reduction
serta harm reduction (demo penggunaan kondom dan jarum
suntik)
7. Menanyakan kesiapan melakukan tes, apa yang dilakukan
bila hasil tes negatif / non reaktif dan bila hasil tes
positif/reaktif
8. Menilai kemungkinan potensi bunuh diri
9. Mengevaluasi dukungan sebaya, keluarga, pasangan lain
seperti KB, pembukaan status, pekerjaan, dll
10. Memberikan kesempatan klien/pasien untuk bertanya
tentang apa saja yang belum dimengerti
11. Menanyakan keputusan klien/pasien apakah bersedia untuk
dites, bila setuju maka klien/pasien menandatangani formulir
informed consent
12. Menjaga keputusan klien/pasien untuk pembukaan status
untuk pelayanan kesehatan bila tes darah positif/reaktif
13. Melakukan perjanjian untuk konseling ulang, bila
klien/pasien belum siap atau bersedia dites.
14. Melakukan kesepakatan waktu untuk konseling post test
15. Memberikan surat pengantar laboratorium untuk tes HIV.

Konseling Pasca Test Vct


1. Mengulangi prosedur konseling pre tes untuk lebih
memahami apa yang telah diberikan pada konseling pre tes
maupun yang belum pernah dlakukan konseling pre tes
2. Melakukan konseling pasca tes dengan cek list sbb :
 mengucapkan salam
 menanyakan keadaan diri dan keluarga
 menanyakan kesiapan menerima hasil dan kemungkinan
bila hasil tes reaktif dan non reaktif
 menanyakan apakah ada hal-hal yang belum dimengerti
 mengulangi kembali informasi pada pra tes konseling
 menunjukkan hasil tes benar milik pasien (cocok nomor
registrasinya)
 memastikan menggunakan 3 metode, bila klien/pasien
sudah membawa hasil tes
 membicarakan hasil dengan mengucapkan dengan nada
biasa, apakah hasil reaktif atau non reaktif
 menunjukkan lembar hasil kepada klien/pasien
 melihat reaksi klien/pasien
 diam dan menunggu respon pasien, berikan waktu untuk
mengungkapkan emosinya
 membantu mendukung perasaan dan ekspresi emosi pasien
 menggali pemahaman pasien tentang arti dari hasil tes

Bila Hasil Non Reaktif


1. mengecek window periode atau periode jendela. Bila masih
dalam masa jendela, mendiskusikan pentingnya melakukan
tes ulang
2. membicarakan strategi pengurangan risiko
3. menawarkan untuk mengajarkan pasangan untuk
melakukan VCT
4. melakukan hubungan seks hanya pada pasangan resmi
saja
5. menggunakan kondom
6. menghindari seks bebas dan seks diluar nikah (pada kondisi
tertentu membatasi jumlah pasangan seks)
7. bila adiktif NAPZA, mendiskusikan harm reduction
8. membicarakan kembali tentang pengungkapan hasil tes
pada pasangan dan pengetesan pasangannya
9. mendiskusikan kemungkinan perbedaan status HIV AIDS
dengan pasangan
10. menjelaskan bahwa konseling terbuka untuk semua
pasangan
11. merujuk bila ada penyakit lain : IMS, TB, Hepatitis, untuk
KB, dll
12. menawarkan bila sewaktu-waktu membutuhkan VCT boleh
datang atau keluarga/teman lain yang membutuhkan
13. membuat perjanjian untuk tes ulang bila masih dalam
periode jendela dan menghindari perilaku berisiko
14. mengakhiri dengan memberikan salam

Bila Hasil Reaktif


1. menanyakan bagaimana perasaannya setelah tahu hasil tes
2. menekankan pentingnya harm reduction dan penggunaan
kondom
3. membicarakan bentuk dukungan yang diperlukan
4. menilai risiko bunuh diri
5. mendiskusikan rencana perilaku dan pola hidup sehat
secara biopsikososial spiritual
6. bila perlu memberi contoh orang-orang yang masih dapat
bertahan hidup dan mengatur hidupnya setelah menderita
HIV & AIDS
7. membicarakan kemungkinan pembukaan status kepada
orang tua atau saudara/keluarga atau teman/orang yang
dipercaya atau pasangan
8. membicarakan kepada pasangan tentang seks aman,
rencana kehamilan dan lain-lain
9. menawarkan bantuan psikologis bila sewaktu-waktu
diperlukan
10. menawarkan untuk dirujuk ke manajer kasus dan atau CST
11. menawarkan VCT untuk pasangan
12. mendiskusikan untuk konseling perawatan berkelanjutan
mengakhiri dengan memberi salam
Bagan alur diagnosis HIV pada anak >18 bulan, remaja, dan dewasa
Kriteria interpretasi tes anti-HIV dan tindak lanjutnya

Hasil tes Kriteria Tindak lanjut


Positif Bila hasil A1 reaktif, A2 reaktif Rujuk ke pengobatan HIV
dan A3 reaktif
Negatif - Bila hasil A1 non - Bila tidak memiliki perilaku
reaktif berisiko , dianjurkan perilaku
- Bila hasil A1 reaktif hidup sehat
tapi pada - Bila berisiko, dianjurkan
pengulangan A1 pemeriksaan ulang minimum
dan A2 non reaktif 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan
- Bila salah satu dari pemeriksaan pertama
reaktif tapi tidak sampai satu tahun
berisiko
Indeterminate - Bila dua hasil tes - Tes perlu diulang dengan
reaktif spesimen baruminimal
- Bila hanya 1 tes setelah 2 minggu dari
reaktif tapi pemeriksaan yang pertama
mempunyai risiko - Bila hasil tetap indeterminate ,
atau pasangan dilanjutkan dengan
berisiko pemeriksaan PCR
- Bila sarana pemeriksaan PCR
tidak memungkinkan, rapid
tes diulang 3 bulan, 6 bulan,
dan 12 bulan dari
pemeriksaan yang pertama.
Bila sampai satu tahun hasil
tetap indeterminate dan faktor
risiko rendah, hasil dapat
dinyatakan negatif

UNIT TERKAIT 1. Klinik VCT


2. Seluruh SMF
INFORMED CONSENT PELAYANAN VCT

No. Dokumen : No.Revisi : Halaman

0 1/1
RSUD SULTAN SYARIF
MOHAMAD ALKADRIE

Tanggal terbit : Ditetapkan,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
drg. Yuliastuti Saripawan, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19710714 200012 2 002
PENGERTIAN Penandatanganan persetujuan secara sukarela oleh
klien/pasien atau keluarga yang berhak secara hukum, setelah
mendapatkan penjelasan yang lengkap oleh konselor dan
diberikan kesempatan untuk bertanya hal-hal yang kurang
dimengertinya untuk keperluan tes darah klien/pasien dalam
rangkaian konseling dan tes sukarela untuk penyakit infeksi
HIV-AIDS.
TUJUAN 1. untuk memberikan informasi tentang informed consent
pada yang membutuhkan pelayanan konseling dan tes
HIV-AIDS
2. untuk menggugah kesadaran tentang kesukarelaan tes
darah untuk HIV-AIDS yang diperlukan
3. untuk memberikan perlindungan hukum bagi klien/pasien
dan konselor
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Kota Pontianak No. 91/RSUD-PTK/TAHUN 2016
tentang Kebijakan Pelayanan Penanggulangan HIV dan AIDS
RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
PROSEDUR 1. Penanggung Jawab
Konselor
2. Sasaran
Siapa saja yang akan datang baik dengan atau tanpa
rujukan yang setuju dilakukan tes HIV-AIDS di pelayanan
VCT
3. Waktu
Hari senin s/d jumat pkl. 08.00-13.00 (hari jumat pkl. 11.00
wib)
4. Rincian Tugas
1. Persiapan
Klien/pasien diberi informasi mengenai kegunaan informed
consent pelayanan VCT
2. Pelaksanaan
a. Penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan informed
consent pelayanan VCT
b. Pemberian formulir informed consent kepada klien/pasien
untuk dibaca
c. Bila masih dibawah 18 tahun, diwakili oleh orang tuanya
kecuali sudah menikah
d. Bila karena sesuatu dan lain hal tidak mampu dengan
secara sadar menandatangani/menerima informed consent,
maka diwakili oleh keluarga yang berhak mewakili secara
hukum
e. Bila dalam keadaan gawat dan tidak mampu menerima
penjelasan dan atau menandatangani informed consent,
maka dapat dilakukan tes darah tanpa informed consent
bila diperlukan tes darah
f. Bila karena penyakitnya, memerlukan segera dites
darahnya untuk keperluan terapi, maka dokter yang
menanganinya boleh memintakan informed consent
dengan memberikan penjelasan sebelumnya tanpa
dilakukan konseling pre tes oleh konselor (PITC)

UNIT TERKAIT - Instalasi Rawat Jalan


- Instalasi rawat inap
PITC (PROVIDER INITIATIVE TEST AND COUNSELING)

No. Dokumen : No.Revisi : Halaman

0 1/1
RSUD SULTAN SYARIF
MOHAMAD ALKADRIE

Tanggal terbit : Ditetapkan,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
drg. Yuliastuti Saripawan, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19710714 200012 2 002
PENGERTIAN Pengetesan darah atas inisiatif dokter yang merawat untuk
mengetahui status HIV-AIDS klien/pasien.
Indikasi tes HIV :
- Setiap orang dewasa, anak, remaja, dengan kondisi
medis yang diduga terjadi infeksi HIV terutama dengan
riwayat tuberkulosis dan IMS
- Asuhan antenatal pada ibu hamil yang akan dilakukan
tindakan di RSUD Kota Pontianak
- Populasi kunci (pekerja seks, penasun, LSL, waria)
diulang minimal setiap 6 bulan sekali
- Pasangan ODHA
- Pasien hepatitis
TUJUAN 1. Untuk diagnostik klien/pasien
2. Memberikan perlindungan hukum bagi dokter
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Kota Pontianak No. 91/RSUD-PTK/TAHUN 2016
tentang Kebijakan Pelayanan Penanggulangan HIV dan AIDS
RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
PROSEDUR 1. Dokter/perawat yang merawat memberi informasi
kepada pasien mengenai pentingnya dilakukan
pemeriksaan tes darah HIV-AIDS segera
sehubungan keadaan klinisnya.
2. Dokter/perawat yang akan melakukan PITC mengisi
formulir permintaan pemeriksaan dengan indikasi
klinis
3. Bila hasil HIV positif, dokter memberitahu kepada
pasien mengenai penyakitnya dan atau keluarga
pasien bila pasien memperbolehkan keluarga untuk
mengetahui atau bila pasien mengalami penurunan
kesadaran, dokter dapat memberitahu keluarga yang
berhak mewakili pasien
4. Menghubungi konselor untuk konseling lebih lanjut

UNIT TERKAIT 1. Klinik vct


2. Instalasi rawat jalan
3. Instalasi rekam medik
4. Instalasi bedah sentral
5. Instalasi rawat inap
TES LABORATORIUM UNTUK INISIASI ARV

No. Dokumen : No.Revisi : Halaman

0 1/1
RSUD SULTAN SYARIF
MOHAMAD ALKADRIE

Tanggal terbit : Ditetapkan,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
drg. Yuliastuti Saripawan, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19710714 200012 2 002
PENGERTIAN Tes yang dilakukan sebelum memulai ARV

TUJUAN 1. untuk melihat kondisi ODHA sebelum inisiasi ARV


2. membantu penentuan paduan ARV yang akan
digunakan
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Kota Pontianak No. 91/RSUD-PTK/TAHUN 2016
tentang Kebijakan Pelayanan Penanggulangan HIV dan AIDS
RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
PROSEDUR setelah pasien di diagnosa HIV positif maka
pemeriksaan selanjutnya adalah :
1. rekomendasi utama : skrining TB, jumlah CD4 (bila
memungkinkan)
2. rekomendasi lain : HbsAg, Anti HCV, skrining IMS,
antigen kriptokokus jika CD4 ≤ 100 sel/mm3 (bila
memungkinkan), pemeriksaan penyakit komorbid,
serum kreatinin, dipstik urin, darah rutin, SGOT,
SGPT
3. periksa BB, TB; kaji gangguan mental & depresi (bila
diperlukan), medikasi, riw kejang, riw penyakit liver

UNIT TERKAIT 1. Laboratorium


2. Klinik VCT-PDP
PADUAN ART LINI PERTAMA

No. Dokumen : No.Revisi : Halaman

0 1/1
RSUD SULTAN SYARIF
MOHAMAD ALKADRIE

Tanggal terbit : Ditetapkan,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
drg. Yuliastuti Saripawan, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19710714 200012 2 002
PENGERTIAN Paduan ART untuk ODHA yang belum pernah mendapat ARV
sebelumnya (naive ARV)

TUJUAN 1. Memberikan pengobatan kepada ODHA dengan


memperhatikan rekomendasi inisiasi dan faktor risiko
2. Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat
3. Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang
berhubungan dengan HIV
4. Memperbaiki kualitas hidup ODHA
5. Memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan tubuh
serta menekan replikasi virus secara maksimal dan
secara terus menerus
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Kota Pontianak No. 91/RSUD-PTK/TAHUN 2016
tentang Kebijakan Pelayanan Penanggulangan HIV dan AIDS
RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
PROSEDUR 1. ART lini pertama : kombinasi 2 NRTI dan 1 NNRTI
Pilihan NRTI ke-1 Pilihan NRTI ke-2 Pilihan NNRTI
Zidovudin (AZT) Lamivudin (3TC) Nevirapin (NVP)
Stavudin (d4T) Efavirenz (EFV)
Tenofovir (TDF)

ART lini pertama digunakan untuk anak usia 5 tahun ke atas


dan dewasa, ibu hamil dan menyusui, ODHA koinfeksi hepatitis
B, ODHA dengan TB

ARV lini pertama


Paduan pilihan Tenofovir 300 mg 1xsehari +
Lamivudin (Hiviral) 150 mg 2xsehari
atau 300 mg 1xsehari + Efavirenz
600 mg 1xsehari
atau
Tenofovir 300 mg +Emtricitabin 200
mg+Efavirenz 600 mg, dalam
bentuk KDT (ATRIPLA) 1xsehari

Paduan alternatif - (Zidovudin 300 mg+


Lamivudin 150 mg
(DUVIRAL) 2xsehari +
Efavirenz 600 mg 1xsehari
(atau Nevirapin 200 mg
2xsehari; dosis inisial 1x200
mg selama 14 hari,
kemudian 2x200 mg bila
tidak terdapat efek samping)

- Tenofovir + Lamivudin (atau


Emtricitabin) + Nevirapin

Indikasi memulai terapi ARV :


1. Terapi ARV diberikan kepada semua ODHA tanpa
melihat stadium klinis dan jumlah CD4 (termasuk anak <
1 tahun, 1-10 tahun, remaja, ibu hamil, dewasa)
2. ARV diberikan segera/tanpa ditunda (dalam hari yang
sama dengan diagnosis sampai 1 minggu) pada pasien
yang siap dan tidak ada kontraindikasi klinis. Hasil
pemeriksaan laboratorium lengkap tidak menjadi pra-
syarat untuk memulai terapi ARV.
(Berdasarkan surat edaran kemenkes No.HK
02.02/I/1564/2018 tentang penatalaksanaan ODHA untuk
eliminasi HIV AIDS tahun 2030)

UNIT TERKAIT 1. Laboratorium


2. Klinik VCT-PDP
3. Poliklinik Penyakit Dalam
TOKSISITAS ARV LINI PERTAMA

No. Dokumen : No.Revisi : Halaman

0 1/1
RSUD SULTAN SYARIF
MOHAMAD ALKADRIE

Tanggal terbit : Ditetapkan,


Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
drg. Yuliastuti Saripawan, M.Kes
Pembina Tk. I
NIP. 19710714 200012 2 002
PENGERTIAN Efek samping yang dapat terjadi dalam beberapa minggu
pertama setelah inisiasi
TUJUAN 1. Memantau efek samping ARV
2. Rencana substitusi ARV
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Kota Pontianak No. tentang Kebijakan Pelayanan
Penanggulangan HIV dan AIDS RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie
PROSEDUR 1. Tentukan beratnya toksisitas
2. Evaluasi obat yang diminum bersamaan
3. Pertimbangkan proses penyakit lain
4. Tatalaksana efek samping bergantung pada beratnya
reaksi
 Derajat 1 (ringan)  tidak perlu penggantian terapi
 Derajat 2 (sedang)  jika tidak ada perubahan
dengan terapi simtomatis, pertimbangkan untuk
mengganti 1 jenis ARV
 Derajat 3 (berat)  ganti obat yang dicurigai tanpa
menghentikan ARV keseluruhan
 Derajat 4 (mengancam jiwa)  hentikan semua
ARV, beri terapi suportif & simtomatis, berikan lagi
ARV dengan paduan modifikasi, setelah ODHA
stabil
UNIT TERKAIT - Klinik VCT-PDP
- Poli Penyakit Dalam
- Instalasi rawat inap

Anda mungkin juga menyukai