Anda di halaman 1dari 125

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bali merupakan salah satu daerah pariwisata di Indonesia yang memiliki

daya tarik yang sangat tinggi. Selain dari segi panorama alam yang eksotik, salah

satu yang menjadi daya tarik wisatawan adalah kebudayaan Bali. Perkembangan

pariwisata Bali yang mengedepankan kebudayaan sebagai fondasi utama

membuat Bali dikenal sebagai Pariwisata Budaya. Seperti halnya kehidupan

sehari-hari masyarakat Bali sangat dekat dengan kesenian, baik seni rupa, seni

musik, dan seni tari. Salah satu contoh seni musik yang erat dengan kehidupan

masyarakat setempat sekaligus warisan kesenian tradisional secara turun-temurun

yang populer dikalangan umum adalah karawitan Bali. Musik karawitan biasanya

digunakan sebagai pengiring pada upacara keagamaan, adat-istiadat dan musik

hiburan. Dalam karawitan Bali terdapat beberapa jenis instrumen musik antara

lain gamelan Gong Kebyar, gamelan Jegog, Baleganjur, Kendang, Cek-Cek Ricik,

Suling Jegog, pleret, cekepung dan salah satunya adalah Rindik.

Rindik atau yang dikenal dengan tingklik adalah salah satu instrumen bilah

yang digunakan pada perangkat gamelan Rindik Gegandrungan. Alat ini terbuat

dari bahan dasar bambu yang membuat berbeda dengan gamelan Bali pada

umumnya yang biasanya menggunakan bilah logam, dimainkan dengan cara

dipukul dengan menggunakan alat pemukul khusus yang disebut dengan ​katik​.

1
2

Kesan yang ditimbulkan terdengar alami karena alat terbuat dari bahan dasar

bambu sehingga menghasilkan suara yang indah dan harmonis.

Rindik dikenal sebagai musik pengiring untuk pertunjukkan tarian,

upacara perkawinan, acara jamuan, upacara adat dan hiburan lainnya.

Pertunjukkan tari yang diiringi dengan musik Rindik adalah ​Joged Bumbung.

Namun pertunjukkan dengan musik Rindik masih terdengar asing di luar pulau

Bali sementara Rindik sudah menjadi salah satu alat musik tradisional yang cukup

terkenal di Bali. Terdapat beberapa jenis tabuhan Rindik dalam mengiringi

pertunjukkan tari ​Joged Bumbung namun untuk memainkannya dibutuhkan

keahlian karena Rindik dimainkan dengan dua tangan, dimana fungsi keduanya

berbeda, tangan kanan memainkan ​kotekan sedangkan yang kiri memainkan


1
melodi.

Dalam pementasannya tari ​Joged Bumbung ​diiringi oleh gamelan ​Rindik

Gegandrungan y​ ang terdiri dari Rindik, gong pulu, kajar, ceng-ceng, suling d​ an
2
satu buah ​gendang. Alat musik yang paling menarik adalah Rindik sebagai alat

musik bilah yang terbuat dari bambu yang mendominasi iringan musik tari

tersebut. Keunikan lainnya terlihat dari motif tabuhan yang dimainkan tetap

bernuansa ritmis musik Bali meskipun Rindik terbuat dari bambu. Permainan

Rindik dalam iringan tari ​joged bumbung t​ ergolong sulit bagi para pemula yang

ingin mempelajarinya dikarenakan kurangnya pengetahuan tertulis atau

1
​http://www.negerikuindonesia.com/2015/09/Rindik-alat-musik-tradisional-dari-Bali.html​ diakses
pada 17 Okt 17 pukul 17.39
2
Dibia, I Wayan, Rucina Ballinger. 2012. “A Guide to The Performing Art of Bali Balinese
Dance, Drama & Music”. USA: Tuttle Publishing. p.34
3

dokumentasi partitur yang dapat mempermudah pembelajaran Rindik itu sendiri.

Hal ini mendorong penulis untuk membuat dokumentasi partitur Rindik dalam

iringan tari ​Joged bumbung. ​Salah satu keunikan Rindik Bali adalah terbuat dari

bilah bambu itulah yang membuat Rindik berbeda dari gamelan yang umumnya

terbuat dari logam. Keunikan Rindik lainnya ialah keberadaan terbatas hanya ada

di Bali. Sayangnya Rindik sudah mulai terancam punah karena kurangnya

peminat dari regenarasi. Dari beberapa pemaparan di atas peneliti tertarik untuk

membahas Rindik secara lebih dalam.

B. Fokus Penelitian

Peneliti memfokuskan penelitian terhadap “pola ritmik permainan Rindik

pada iringan musik tari ​Joged Bumbung d​ alam karawitan Bali”.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ingin dibahas dalam tulisan ini adalah :

Bagaimana pola ritmik permainan Rindik pada musik pengiring tari ​Joged Bumbung

dalam karawitan Bali ?


4

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat-manfaat untuk​ :

1. Untuk pembaca, sebagai wadah informasi tentang pola ritmik permainan

Rindik musik pengiring tari ​Joged Bumbung d​ alam karawitan Bali.

2. Untuk seniman tradisi khususnya pemain Rindik, sebagai bahan acuan teori

dalam bentuk dokumentasi notasi untuk mempelajari dan bermain Rindik

karawitan Bali.

3. Untuk masyarakat umum, sebagai pengetahuan mengenai kesenian tradisional

karawitan Bali khususnya Rindik.


5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Unsur Musik

Musik terdiri atas beberapa unsur yang berkaitan satu sama lain. Unsur –

unsur itu dibuat menjadi satu – kesatuan dalam komposisi musik yang tidak

dapat dipisahkan, sehingga membentuk sebuah karya musik. Unsur-unsur

musik yang dimaksud antara lain adalah :

a. Irama

Menurut Yayat Nusantara, irama ialah komposisi durasi atau pola

panjang-pendeknya bunyi dari sebuah rangkaian-rangkaian nada, yang


3
membentuk melodi. Menurut Matius Ali irama secara sederhana dalah alunan

nada-nada yang konsisten dan berulang-ulang dengan suatu pola tertentu


4
walaupun panjang nadanya berbeda-beda.

Menurut Karen Speerstra, “​Rhytm in music is refers to the arrangement of

long and short notes and strong or weak beats​” ritmik dalam musik mengarah

3
Yayat Nursantara.2007.​Seni Budaya Jilid 1.​Jakarta : Erlangga, p.26
4
Matius Ali.2006.Seni Musik.Jakarta : Erlangga, p. 31
6

5
pada panjang dan pendek nada dan kuat atau lemahnya ketukan. Menurut

Catherine-Schmidt-Jones, ​“Rhytm is repetitive pulse of the music, or a rhythmic

pattern that is repeated throughout the music” ritem adalah ketukan yang
6
berulang dalam musik, atau pola ritmis yang diulang di seluruh bagian musik.

Menurut Yayat Nusantara ritmik adalah panjang pendeknya bunyi atau

tanda diam dari serangkaian not atau tanda diam yang dihitung dengan
7
pulsa/ketukan. Panjang pendeknya bunyi digambarkan dalam bentuk not adalah

sebagai berikut :

5
Karen Speerstra.1985.​Music The Art of Listening​.USA: Wm. C Brown Publisher, p. 11.
6
​Catherine-Schmidt-Jones.2007.​Understanding Basic Theory Music.​Texas : Conexion, p. 77
7
​ ayat Nusantara​, p​ .54
​Op.Cit, Y
7

Gambar 2.1 Tabel nilai dan bentuk not


Sumber : Buku Teknik Tercepat Belajar Bermain Keyboard, h.21-22.

Menurut Rahayu Supanggah, pola adalah istilah generik untuk

menyebutkan satuan tabuhan ricikan dengan ukuran panjang tertentu dan yang

telah memiliki kesan atau karakter tertentu. Pola oleh kalangan (etno) musikologi
8
sering disebut dengan formula atau pattern. Menurut Jamalus, ritme adalah irama,

sedangkan pola ritme adalah bentuk susunan panjang pendek bunyi dan diam.

8
​Rahayu Supanggah. 2007.​Bothekan Karawitan II.​ Surakarta.ISI Press Surakarta, p. 205
8

Jamalus pada jurnalnya mengatakan bahwa pola irama terbagi menjadi tiga jenis,
9
yaitu pola irama rata, pola irama tidak rata, dan pola irama sinkop.

a) Pola Irama Rata adalah bentuk pola irama yang susunan

panjang pendek bunyinya terbagi rata atau terbagi sama atas pulsanya.

Contoh:

Gambar 2.2 Pola irama rata


Sumber: Penulis, 2018

b) Pola Irama Tidak Rata adalah bentuk pola irama yang

susunannya panjang pendek bunyinya tidak rata atau tidak terbagi

sama atas pulsanya.

Contoh :

Gambar 2.3 Pola irama tidak rata


Sumber: Penulis, 2018

c) Pola Irama Sinkop adalah bentuk pola irama dengan tempat

aksen kuat yang biasa berpindah ke tempat pulsa yang seharusnya

tidak mendapat aksen atau tekanan lebih.

Contoh :

9
Jamalus​.​1991.​Pendidikan Kesenian 1 (musik)​. Jurnal Depdikbud Direktoral Jenderal Pendidikan
Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, p. 45
9

Gambar 2.4 Pola irama sinkop


Sumber: Penulis, 2018

Mengacu kepada beberapa teori diatas, maka dapat disimpulkan

irama adalah ketukan berulang pada susunan panjang pendek

serangkaian nada dan kuat atau lemahnya suatu ketukan dalam suatu

karya musik.

b. Tangga Nada

Menurut M.Soeharto, tangga nada ialah susunan berjenjang nada-nada

pokok sebuah sistem nada, dari salah satu nada dasar sampai dengan nada
10
oktafnya. Menurut Matius Ali, Dalam notasi, nada-nada disusun berdasarkan

tinggi-rendahnya frekuensi. Antara nada-nada tersebut, dibuat pula jarak-jarak

tertentu, yaitu ½, 1, 1 ½, dan 2. Urutan atau susunan nada seperti ini disebut
11
tangga nada. Ada dua jenis tangga nada, yaitu tangga nada diatonis dan tangga

nada pentatonis :

a) Tangga Nada Diatonis

Tangga nada diatonis terdiri atas tujuh buah nada yang berjarak 1 dan ½

nada. Tangga nada diatonis terbagi lagi menjadi dua kelompok, yakni

10
M. Soeharto.1989.​Seni Musik.​ Jakarta : PT.Gramedia, p. 31.
11
​Matius Ali.2010.​Seni Musik 2​ Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama , p. 77.
10

a.1 Tangga Nada Mayor

Gambar 2.5 : Tangga Nada Diatonis Mayor


Sumber : Matius Ali, Seni Musik 2, 2010

a.2 Tangga Nada Minor

Gambar 2.6 : Tangga Nada Diatonis Minor


Sumber : Matius Ali, Seni Musik 2, 2010

b) Tangga Nada Pentatonis

Tangga nada pentatonis terdiri dari lima nada pokok. Kelima nada

tersebut disusun tidak berdasarkan pada jarak antara nadanya, tetapi

berdasarkan urutannya dalam tangga nada. Tangga nada pentatonis

terbagi lagi menjadi dua kelompok, yakni :

b.1 Tangga Nada Pelog

Gambar 2.7 : Pelog


Sumber : Matius Ali, Seni Musik 2, 2010

b.2 Tangga Nada Slendro


11

Gambar 2.8: Slendro


Sumber : Matius Ali, Seni Musik 2, 2010

Hal ini berkaitan dengan topik yang akan diteliti, yaitu pola ritmik ​Rindik pada

​ unari Anguci, adapun keterkaitan tersebut terletak pada tangga


lagu S

nada yang digunakan pada lagu Sunari Anguci yaitu tangga nada mayor.

c. Melodi

Sebuah karya musik pasti memiliki melodi, begitu pula pada lagu Sunari

Anguci y​ ang menjadi lagu pendukung dalam penelitian ini sudah pasti memiliki

melodi.

Menurut Matius Ali, melodi adalah rangkaian nada-nada dalam sebuah


12
musik yang dinyanyikan secara berurutan. Menurut Vincent McDermott, melodi
13
adalah dimensi musik yang paling popular. Menurut Iman Ujianto, melodi
14
adalah susunan deret suara yang teratur dan berirama dalam setiap birama.

Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa melodi adalah

dimensi musik yang merupakan rangkaian nada-nada yang teratur dan berirama

dalam setiap birama.

12
​ atius Ali,​ p​ .33
Op.Cit,M
13
Vincent McDermott.2013.​Mengubah Musik Biasa menjadi Luar Biasa. (Yogyakarta: Art Music
Today, p. 70.
14
Iman Ujianto.2009. ​Indahnya Musik.J​ akarta: Iman Printing, p. 25.
12

d. Ekspresi

Unsur musik yang menunjukan sifat dari sebuah komposisi ialah ekspresi.

Ekspresi dalam musik dapat dibagi menjadi dua yaitu tempo dan dinamik.

Dalam Ensiklopedia musik Indonesia, Volume 3 dituliskan ekspresi dalam


15
seni musik adalah rasa keindahan yang didukung oleh buny-bunyian. Menurut
16
Dedi Nurhadiat, ekspresi adalah ungkapan perasaan. Menurut Rizma Ismail,
17
ekspresi terlahir dari emosi yang bereaksi sehingga kelihatan dari segi visual.

Menurut Yayat Nusantara, tempo adalah kecepatan lagu atau karya musik
18
menurut ukuran pulsa tertentu. Tempo menentukan ekspresi lagu. Menurut

Matius Ali, tempo adalah kecepatan lagu yaitu, banyaknya ketukan beat dalam
19
satu menitnya. Ukurannya adalah Metronom Maelzel.

Menurut Yayat Nusantara, dinamik adalah keras lirihya lagu menurut

ukuran intensitas tertentu. Menurut Matius Ali, dimanik menentukan ekspresi


20
lagu, tandanya ditulis diatas bagian lagu. Menurut Matius Ali, volume bunyi
21
yang kuat, lembut, dan perubahannya disebut dinamik.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, tempo dan dinamik

menentukan ekspresi lagu. Tempo menentukan kecepatan lagu sedangkan

dinamik menentukan keras lirihnya lagu

15
​Ensiklopedi musik Indonesia, Volume 3.2​ 006.Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah., p.2
16
Dedi Nurhadiat.2005.Kerajinan tangan dan Kesenian. Jakarta : Grasindo, p.135
17
Rizma Ismail.2008.​Kitab Ngartun.​Jakarta : Indiez, p.17
18
​Op.Cit, Y ​ ayat Nusantara, p.86
19
​Op.Cit, M ​ atius Ali, p.32
20
​Op. Cit, ​Yayat Nusantara, p.87
21
​Op. Cit,​ Matius Ali,​ p​ .30
13

e. Bentuk dan Struktur Lagu

Unsur musik yang dapat membantu melihat format dan kerangka lagu

untuk penelitian ini adalah bentuk dan struktur lagu.

a) Bentuk

Menurut Karl-Edmun Prier SJ, bentuk atau form yaitu suatu gagasan atau

ide yang nampak dalam pengolahan atau susunan semua unsur musik dalam

sebuah komposisi (melodi, irama, harmoni, dan dinamika). Ide ini mempersatukan

nada-nada musik serta terutama bagian-bagian komposisi yang dibunyikan satu


22
persatu sebagai kerangka. Menurut Michael Kennedy, istilah musik konsep

bentuk merupakan “​Form the structure and design of a composisition” s​ truktur


23
atau desain dari sebuah karya musik. Menurut Karl-Edmun Prier SJ,

kalimat-kalimat musik dapat disusun dengan memakai bermacam-macam bentuk.

Bentuk yang paling banyak digunakan adalah bentuk lagu atau bentuk bait

(Liedform). Artinya : Bentuk ini memperlihatkan suatu kesatuan utuh dari satu
24
atau beberapa kalimat dengan penutup yang meyakinkan.

22
Karl-Edmund Prier SJ.1996.​Ilmu Bentuk Musik.​Yogyajarya: Pusat Musik Liturgi, p.​ ​2
23
Michael Kennedy.1985.​Oxford Dictionary of Music.​(New York : Oxford University, p. 371)
24
​ arl-Edmund Prier SJ​, ​p.5
Op. Cit, K
14

Bentuk lagu dapat dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan

jumlah kalimat pembangunnya :

1) Bentuk lagu satu bagian, terdiri dari satu kalimat contohnya “Kole Kole”

Gambar 2.9 : Contoh Bentuk Lagu Satu Bagian


Sumber : Kumpulan Lagu Terlengkap Daerah, h.125.
Diakses Pada Senin 13 November 2017, 13:26
15

2) Bentuk lagu dua bagian, terdiri dari dua kalimat yang berbeda, contohnya

“Satu Nusa Satu Bangsa”.

Gambar 2.10 : Contoh Bentuk Lagu Dua Bagian


Sumber : Koleksi Terlengkap Lagu Wajib Nasional, Daerah Dan Anak-Anak,
h.68.
16

Diakses Pada Senin 13 November 2017, 13:26

3) Bentuk Lagu tiga bagian, terdiri dari tiga kalimat berbeda, contohnya

“Bangun Pemudi-Pemuda”
17

Gambar 2.11 : Contoh Lagu Tiga Bagian


Sumber : Lagu-lagu Wajib Dalam Permainan Suling Rekorder & Pianika, h.12-13.
Diakses pada Senin 13 November 2017, 13:26

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bentuk musik

merupakan suatu gagasan yang berupa struktur atau desain sebuah karya yang

memiliki unsur-unsur musik seperti melodi, ritmik, irama. Berdasarkan jumlah

kalimatnya, bentuk lagu dapat dibedan menjadi bentuk satu bagian, bentuk dua

bagian, dan bentuk tiga bagian.


18

b) Struktur

Menurut Yohanes Mardimin struktur adalah rupa, wujud, dan susunan

kalimat yang terbagi dua bagian yaitu :

1. Struktur beraturan : struktur ini mempunyai kerangka yang tetap.


25
2. Struktur tak beraturan : struktur ini tidak mempunyai kerangka yang tetap.

Menurut Cooper, struktur adalah suatu susunan atau hubungan antara unsur-unsur

musik dalam suatu lagu sehingga menghasilkan sebuah komposisi yang


26
bermakna. Menurut Rahayu Supanggah, penggunaan kata struktur dalam

karawitan tradisi juga merupakan sesuatu yang baru, setidaknya baru mulai

setelah adanya tradisi akademik dalam musik karawitan di Jawa dan di Indonesia
27
pada umumnya.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa struktur adalah

susunan atapun hubungan unsur-unsur musik yang memiliki kerangka yang tetap

dan tidak mempunyai kerangka yang tetap dalam sebuah lagu sehingga menjadi

sebuah komposisi yang bermakna.

1. Periode/Kalimat

Menurut Karl-Edmund Prier SJ, periode/kalimat adalah sejumlah ruang

birama (biasanya 8 atau 16 birama) yang merupakan satu kesatuan. Biasanya

25
Yohanes Marmidin.1991. ​Belajar Karawitan Dasar.S ​ emarang: Satya Wacana, p. 46
26
Cooper.1960. ​The Rhytmic Structure of Music​.London : University of Chicago Press, p.79.
27
Rahayu Supanggah. 2007.​Bhotekan Karawitan II.​ Surakarta: ISI Press Surakarta, p.195.
19

sebuah kalimat musik terdiri dari dua anak kalimat yaitu kalimat tanya dan
28
kalimat jawaban.

2. Motif

Menurut Karl-Edmund Prier SJ, motif adalah sepotong lagu atau


sekelompok nada yang merupakan satu kesatuan dengan memuat arti dalam
dirinya sendiri. Motif memiliki jenis yang bermacam-macam yaitu ulangan
harafia (sekuens imitasi), ulangan pada tingkat lain (sekuens), pembesaran interval
(augmentation of the ambitus), pemerkecilan interval (diminuation of the
ambitus), pemBalikan (inversion), pembesaran nilai nada (augmentation of the
29
value)​.
Menurut Ludmila Ulehla, ​”A ​ motive is a short phrase that sounds fragmentary

or in complete, but that lends itself to variation and development” ​Motif adalah kalimat

pendek yang terdengar fragmentis, tapi dapat pula menjadi variasi dan dapat
30
dikembangkan​.

Frasering (Pengalimatan)

Menurut Karl-Edmund Prier SJ, frasering adalah usaha untuk

memperlihatkan struktur kalimat dalam lagu. Frasering dapat dibagi menjadi dua

yaitu struktur makro pada akhir masing-masing anak kalimat dan struktur mikro
31
pada akhir masing-masing motif.

2. Rindik

Rindik merupakan salah satu alat musik tradisional Bali dan telah menjadi

ciri khas dari budaya Bali. Berawal ketika pihak wengker (sekarang ​Ponorogo​)

28
​Op. Cit,​ Karl-Edmund Prier SJ, p.​ 2​
29
Ibid,​ p.26
30
Ludmila Ulehla.1966.​Contemporary Harmony.​ (New York: The Free Press, p. 17)
31
​Op. Cit,​ Karl-Edmun Prier SJ, p.2
20

melakukan pemberontakan kepada majapahit, banyak Angklung Reyog yang

merupakan senjata Kerajaan Majapahit juga berfungsi sebagai alat musik di

tinggal di kerajaan. Sehingga saat serbuan dari Demak Angklung-Angklung dan

gamelan​ di bawa ke Bali sehingga mengalami pergesaran dan kerusakan.

Setiba di Bali, orang majapahit mengalami kesulitan saat merangkai gamelan

termasuk Angklung, meski Angklung di Bali tidak di bentuk sedemikian rupa,

tetapi tetap menghasilkan suara dengan cara di pukul layaknya gamelan yang

terbuat dari logam, Angklung ini berubah nama menjadi Rindik yang berasal dari

bahasa Jawa kuno yang berarti di tata dengan rapi dengan celah yang sedikit.

Meskipun ​Angklung reyog berhasil dirangkai dan terciptanya alat musik Rindik,

Angklung Reyog tetap di gunakan untuk keperluan keagamaan dan kesenian

hingga era kerajan Bali. Tetapi saat ini sudah tidak di teruskan seniman Bali

karena tidak mencerminkan keraifan lokal Bali. Rindik atau sering disebut

Tingklik adala salah satu tungguhan bilah yang digunakan pada perangkat

gamelan Rindik. ​Rindik terbuat dari bambu yang bernada selendro dan dimainkan

dengan cara dipukul. Alat musik ini biasa dimainkan oleh 2-5 orang pemain, di

mana 2 orang menabuh Rindik dan sisanya untuk seruling dan gong pulu.
32
Terdapat lima nada dasar yang dimiliki oleh Rindik.​  

32
​Wawancara dengan I Gusti Ngurah Padang (narasumber). 6 februari 2018
21

Gambar 2.12 Alat musik Rindik


Sumber: Penulis, 2018
 

Pada  awalnya  Rindik  hanya  dibuat sebagai alat untuk menghibur para petani di sawah. 

Rindik  juga  biasa  digunakan  sebagai  musik  pengiring  hiburan  rakyat  Joged 

Bumbung.  Namun,  seiring  dengan  perkembangan  zaman,  kini  Rindik  sudah 

lebih 
22

fleksibel  dalam pemakaiannya. Beberapa diantaranya adalah sebagai pelengkap 

untuk acara pernikahan/resepsi serta dapat pula untuk menyambut tamu.  

Gambar 2.13 Rindik sebagai pengiring Tari Joged Bumbung


Sumber: Penulis, 2018

Tungguhan Rindik menggunakan 15 bilah dibuat dari bambu berlaras slendro dengan

urutan nada sebagai berikut :


23

Gambar 2.14 Susunan nada dalam alat musik Rindik


Sumber: Penulis, 2018

3. Tari Joged Bumbung

Tari Joged Bumbung merupakan tarian pergaulan di ​Bali​. Biasanya

dipentaskan dalam acara-acara sosial kemasyarakatan di Bali, seperti acara

pernikahan maupun acara hiburan. Tarian ini ditarikan oleh penari wanita, yang

kemudian mencari pasangan pria dari para penonton untuk diajak menari bersama.

Tarian ini awalnya adalah sebuah tarian pergaulan yang diciptakan oleh para

petani kala itu untuk menghibur dikala sedang istirahat setelah bekerja di

lumbung. Tarian ini pun banyak diminati oleh masyarakat dan menjadi sebuah

kelompok-kelompok seni. Persaingan yang baik dan sehat mengakibatkan para

kelompok-kelompok tari berinovasi dengan berbagai hal termasuk memasukkan

unsur goyangan mengajak pengibing menarik dan seni yang sangat menarik

kedalam tariannya. Biasanya ada suara gamelan bedug di pertengahan yang

menandakan pengibing dan penari siap siap melakukan candaan walau sedikit
24

33
unsur erotis. Tarian ini biasanya diiringi dengan seperangkat musik dari ​bambu​.

B. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian Relevan yang menjadi acuan untuk penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh :

1. Ogi Chandra Saputra, judul jurnal “​Struktur  Analisis  Musik  Iringan  Tari 

Jepin  Pisau  Kota  Pontianak  Kalimantan  Barat​”, kesimpulannya pola

susunan musik dalam tarian Jepin Pisau mempunyai beragam susunan pola

ritmik musik. Sama halnya dengan penelitian ini, yang berfokus pada pola

ritmik Rindik yang akan mendokumenkan notasi pola ritmik Rindik yang

dapat mempermudah pemula dalam mempelajari pola dasar ritmik Rindik.

2. Indah Pribadi Wulandari, judul jurnal “Jatung Utang Sebagai Pengiring Tari

Hudog Pada Masyarakat Suku Dayak Kenyah Di Desa Sungai Payan

Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur”,

kesimpulanya pola ritmik Jatung Utang sebagai iringan Tari. Hal ini

berkaitan dengan salah satu tujuan peneliti yaitu Pola ritmik Rindik dalam

tarian Joged Bumbung.

33
​Wawancara dengan Ni Ketut Arini (narasumber), 6 Februari 2018
25

C. Kerangka berfikir

Karawitan Bali merupakan salah satu kesenian musik Bali yang memiliki

beragam alat musik di dalamnya salah satunya ialah Rindik. Salah satu fungsi

Rindik sebagai pengiring Tarian Joged Bumbung.

Sebagai alat musik pengiring Tari Joged Bumbung Rindik memiliki

keunikan pola ritmik namun, saat ini pendokumentasian partitur pola ritmik

Rindik untuk mengiringi Tari Joged Bumbung masih sangat minim.

Dengan beberapa alasan tersebut, penulis tergerak untuk meneliti pola

ritmik Rindik pada Tari Joged Bumbung dan mendokumentasikanya. Sehingga

pemain Rindik pemula yang ingin mempelajari pola ritmik Rindik untuk

mengiringi Tari Joged Bumbung dapat lebih mudah mempelajarinya.


26
27

Gambar 2.15

Bagan kerangka teori

Dokumentasi : Penulis, 2018

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan


34
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Penelitian kualitatif bertujuan

untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain dengan cara deskriptif dalam

bentuk kata-kata dan bahan, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
35
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Berdasarkan jenisnya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif

deskriptif yaitu menjabarkan objek penelitian berdasarkan apa yang diperoleh dari

Sugiyono.2007.​Memahami Penelitian Kualitatif ​.Bandung: Alfabeta, p. 1


34

35
Lexi J. Moloeng.1998.​Metodologi Penelitian Kualitatif​. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, p. 6
28

sebuah observasi/pengamatan lapangan, wawancara, video rekaman, dan studi

pustaka.

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola ritmik permainan Rindik

pada musik pengiring Tari Joged Bumbung d​ alam karawitan Bali dan

mendokumentasikan pola ritmik permainan Rindik dalam bentuk notasi musik,

sebagai upaya dalam melestarikan kesenian musik tradisional Indonesia.

B. Lingkup Penelitian

Lingkup atau objek yang akan diteliti pada penelitian ini adalah pola ritmik

Rindik pada lagu Sanuri Anguci sebagai musik pengiring Tari Joged

Bumbung.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian mengenai ​Pola Ritmik Rindik ​pada lagu Sanuri Anguci sebagai

musik pengiring Tari Joged Bumbung d​ alam karawitan Bali ini dilakukan di

Sanggar Warini, bertempat di jalan Kecubung, gang Soka no.1 Denpasar, Bali.

Sanggar ini dipimpin oleh Ni Ketut Arini. Penelitian dilakukan pada bulan

Oktober 2017 hingga Februari 2018.


29

D. Prosedur Penelitian

Berdasarkan jenisnya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif

deskriptif yaitu menjabarkan objek penelitian berdasarkan apa yang diperoleh dari

sebuah observasi/pengamatan lapangan, wawancara, video rekaman, dan studi

pustaka.

Peneliti menceritakan mengenai pola ritmik Rindik pada lagu Sanuri

Anguci sebagai musik pengiring Tari Joged Bumbung p​ ada karawitan Bali.

Peneliti melakukan studi pustaka mengenai karawitan Bali. Berikut

langkah-langkah yang dilakukan peneliti :

1. Peneliti menemukan topik alat musik Rindik yang diketahui sebagai

bagian dalam karawitan Bali kemudian mencari data lain mengenai Rindik

melalui pengamatan dari internet. Peneliti tertarik untuk menjabarkan

mengenai alat musik Rindik sebagai pengiring pada Tari Joged Bumbung.

2. Peneliti menentukan narasumber untuk melakukan observasi dalam

memperoleh data mengenai Rindik​.

3. Peneliti melakukan observasi, studi pustaka, dan wawancara dengan

narasumber untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.

4. Peneliti mendeskripsikan pola ritmik Rindik ​yang digunakan pada lagu

Sanuri Anguci dalam mengiringi Tari Joged Bumbung​ ​ke dalam notasi​.

5. Peneliti melakukan analisis terhadap pola ritmik Rindik y​ ang telah di

deskripsikan ke dalam notasi.


30

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan empat teknik dalam

mengumpulkan data, yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun

dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah
36
proses pengamatan dan ingatan.

Peneliti melakukan penelitan langsung ke lokasi yang menjadi tempat

penelitian yaitu, Sanggar Warini dan bertemu langsung dengan narasumber yaitu I

Gusti Ngurah Padang. Saat di lokasi penelitian, peneliti melakukan penelitian

sebanyak 4x (empat kali) selama 4 hari, yakni 6 Februari 2018 pukul 10.00-14.00,

7 Februari 2018 pukul 10.00-13.00, 9 Februari 2018 pukul 10.00-13.00 dan 10

Februari 2018 pukul 10.00-13.30. Pada observasi ini peneliti mengamati kegiatan

secara langsung permainan Rindik yang dimainkan oleh I Gusti Ngurah Padang

yang merupakan narasumber dari penelitian ini dan menggunakan hasil

pengamatan tersebut sebagai sumber data. Kegiatan Observasi ini dilakukan

terhadap para ahli yang dianggap memiliki keterampilan yang sudah diakui dalam

permainan musik Rindik.

2. Wawancara

36
Sugiyono.2012.​Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ​Bandung. Alfabeta, p.145
31

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan
37
atau orang yang diwawancarai.

Peneliti melakukan wawancara dengan I Gusti Ngurah Padang yang

dilakukan di Sanggar Warini, pada tanggal 6 Februari, 7 Februari, 9 Februari dan

10 Februari 2018. Wawancara pada penelitian ini dilakukan secara terbuka yaitu

berdasarkan pertanyaan yang tidak terbatas (tidak terikat jawabannya).

3. Dokumentasi

Dokumentasi ini dilakukan secara langsung dan ditujukan untuk

memperoleh data secara langsung dari tempat penelitian. Dokumentasi ini berupa

foto dan video yang diambil langsung dari tempat observasi yaitu Sanggar Warini.

Dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi penjelasan tentang data tambahan

dan melengkapi penjelasan tentang data-data lain yang diperoleh pada saat

penelitian berlangsung. Foto dan video tersebut untuk menggambarkan alat musik

Rindik dan permainan alat musik tersebut.

4. Studi Pustaka

Mencari sumber bacaan yang tepat dan secara khusus berhubungan dengan

objek penelitian, yaitu buku yang mengenai Unsur – Unsur Musik, dan tentang

pola ritmik Rindik, diantaranya melalui ​A Guide to The Performing Art of Bali

Balinese Dance, Drama & Music, 2012;​ Seni Budaya, 2007; Seni Musik, 2006;

37
Bungin, Burhan.2009.​Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Pulbik, dan Ilmu
Sosial lainnya .​ Jakarta. Kencana Pernada Media Group, p.111
32

Music The Art of Listening, 1​ 985; ​Understanding Basic Theory Music,​ 2007;

Bothekan Karawitan II, 2007; ​Pendidikan Kesenian 1 (musik), 1991; Seni Musik,

1989; Seni Musik 2, 2010; Mengubah Musik Biasa menjadi Luar Biasa, 2013;

Indahnya Musik, 2009; ​Ensiklopedi musik Indonesia, Volume 3, 2006; ​Kerajinan

tangan dan Kesenian, 2005; Kitab Ngartun, 2008; Ilmu Bentuk Musik, 1996;

Oxford Dictionary of Music, 1985; Belajar Karawitan Dasar, 1991; ​The Rhytmic

Structure of Music,​ 1960; Bhotekan Karawitan II, 2007; Contemporary Harmony,

1996; Memahami Penelitian Kualitatif , 2007; Metodologi Penelitian Kualitatif,

1998; Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 2012; Penelitian

Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, 2009.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh diuraikan dan disimpulkan

dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi Data : Mengumpulkan

data-data yang didapat selama penelitian, lalu

mengkaji ulang data yang diperlukan maupun


33

yang tidak diperlukan. Sehingga data yang tidak

diperlukan dapat di hilangkan karena tidak

dibutuhkan dalam penulisan.

2. Penyajian Data : Setelah melalui

reduksi data, peneliti akan menyajikan data yang

dirasa layak dan tepat sesuai dengan hal yang

diteliti.

G. Keabsahan Data

Data diperoleh melalui observasi, wawancara dari narasumber yaitu I

Gusti Ngurah Padang. Data juga diperoleh melalui dokumentasi, internet dan

kepustakaan.

1. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan

pengecekan data sebagai pembanding data.

Teknik keabsahan ini diperoleh dari beberapa data.

Langkah-langkah yang ditempuh peneliti untuk mencapai keabsahan data

adalah sebagai berikut :


34

a. Pengamatan dari data lapangan. Data ini diperoleh dari hasil observasi

selama latihan dan sumber yang menunjang selama proses pengumpulan

data, namun peneliti tidak terlibat langsung dalam proses penyajian.

b. Melakukan pengecekan kajian pustaka dengan mengambil teori dari kajian

pustaka yang berkaitan mengenai pola ritmik Rindik. Data lapangan yang

diperoleh bisa selaras dengan data pustaka bisa juga tidak sama dengan

data pustaka.

c. Melakukan wawancara dengan narasumber Rindik yang memang ahli di

bidangnya guna mendapatkan kelengkapan data dan keabsahan data yang

diperoleh dari observasi lapangan dan kajian pustaka guna mendapatkan

hasil apakah data sudah sesuai atau tidak.

BAB IV

HASIL PENELITIAN
35

A. Deskripsi Data

1. Rindik

Rindik merupakan salah satu instrumen musik tradisional yang

berasal dari Bali. Rindik menjadi salah satu instrumen yang ada dalam

Karawitan Bali. Asal mula penamaan Rindik berawal dari kata

Prindik. Prin memiliki arti bambu dan ​dik memliki arti aturan. Pada

awalnya Rindik terbuat dari jenis bambu yang digunakan untuk

genting atap rumah. Namun seiring perkembangan zaman, pembuatan

Rindik hanya menggunakan bahan dasar bambu yang terpilih. Nama


38
jenis bambu tersebut adalah ​tiing. Penamaan bagian-bagian iringan

Rindik dalam mengiringi Lagu Sanuri Anguci adalah sebagai berikut :

(1) ​Kawitan (pendahuluan) ; gending pemade dimainkan mengawali

lagu sebanyak 1x putaran baru kemudian diikuti oleh instrumen

lainnya, (2) ​Pepeson ; untuk mengiringi keluarnya penari, (3)

Pengawak ; melodi utama lagu (isi), (4) ​Pengecet ;​ bagian akhir lagu

dimana melodi iringan terdengar lebih dominan daripada melodi utama

lagu (​pengawak)​, (5) ​Pekaad ; bagian musik untuk mengiringi penari


39
pulang (keluar dari panggung).

Rindik memiliki beberapa ragam jenis, diantaranya :

38
​Hasil Wawancara dengan I Gusti Ngurah Padang, 7 Februari 2018
39
​Hasil Wawancara dengan I Gusti Ngurah Padang, 12 Juli 2018
36

a. Rindik Pemade

Rindik Pemade merupakan jenis Rindik yang bilahnya berukuran

sedang. karakter suara yang dihasilkan Rindik Pemade

terdengar yang paling tinggi dari jenis Rindik lainnya.

Gambar 4.1 Rindik Pemade


Sumber: Penulis, 2018
37

Rindik Pemade memainkan melodi utama lagu tanpa berhenti.

Melodi yang dimainkan berfungsi untuk mengiringi seluruh bagian

gerakan tari ​Joged Bumbung d​ alam lagu Sanuri Anguci.

b. Rindik Kantil

Rindik Kantil merupakan jenis Rindik yang ukuran bilahnya paling

kecil dari jenis lainnya. Karakter suara yang dihasilkan Rindik

Kantil terdengar lebih rendah dari jenis Rindik Pemade. Melodi

yang dimainkan sama dengan melodi yang dibunyikan pada

Rindik Pemade.

Gambar 4.2 Rindik Kantil

Sumber: Penulis, 2018


38

c. Rindik Jegog

Rindik Jegog merupakan jenis Rindik yang ukuran bilahnya paling

besar dari jenis lainnya. Karakter suara yang dihasilkan Rindik

Jegog terdengar paling rendah dari jenis Rindik lainnya. Jegog

hanya memainkan melodi isian dalam mengiringi lagu Sanuri

Anguci untuk tari ​Joged Bumbung​. Jegog dimainkan dengan 2

pola yang berbeda untuk mengisi melodi isian satu sama lain.

Tangan kiri memainkan pada ketukan lemah (​up ​beat)​ .

Sementara tangan kanan memainkan melodi pada hitungan

ketukan kuat (​down beat)​ sehingga terdengar suara yang saling

bersahut-sahutan.
39

Gambar 4.3 Rindik Jegog


Sumber: Penulis, 2018

2. Tari Joged Bumbung

Tari Joged Bumbung ini pertama kali muncul di Bali utara sekitar

pada tahun 1946. Tarian ini biasanya dipentaskan pada hari raya

maupun acara hiburan. Tari Joged bumbung merupakan tarian rakyat

yang berfungsi sebagai hiburan atau tarian pergaulan.


40

Tarian ini merupakan tarian yang bisa mengundang para penonton

dan ditunjuk langsung oleh sang penari untuk ikut menari

bersama-sama.

Penonton yang ikut menari dinamakan ​“Pengibing”.​ Dalam tarian

Joged bumbung ini dibutuhkan kelincahan dan gerak pada tubuh sang

penari. Seiring dengan teknologi yang semakin maju, tarian joged

bumbung semakin jarang dipentaskan. Tetapi bagi para penikmat

tarian ini, masih digemari oleh para penonton. Menurut Drs.

Soedarsono, tarian ini biasanya diiringi dengan instrumen Rindik yang


40
berlaras slendro dan berfungsi sebagai pembawa melodi pokok.

3. Ragam Gerak yang terdapat dalam Tari Joged Bumbung

Dalam setiap pementasan Tarian Joged Bumbung permainan Rindik selalu

mengikuti ekspresi penari. Berikut adalah ragam gerak dalam Tarian

Joged Bumbung :

40
​Prof.I Wayan Dibya.2013.Mengenal Tarian Rakyat Bali.​Denpasar., p.1 

 
41

1) ​Buka Lawang

Gambar 4.4
Gerakan ​Buka
Lawang
Dokumentasi:
Penulis, 2018
42

Ragam gerak ini mempunyai posisi kedua tangan yang di rentangkan ke

depan seperti menutup wajah. Lalu, posisi kedua lengan menekuk dan

perlahan-lahan kedua tangan melebar ke samping kiri dan kanan seperti membuka

pintu dengan posisi jari 90Loading..., disebut juga dengan istilah ​“naga

rangsang”.​ Pola ritmik Rindik pada gerakan ini adalah :

● Pola ritmik gerakan atau posisi Buka Lawang berada pada lagu

nomor 1 bagian D. (lihat pada hal. 53).


43

2) ​Agem

Gambar 4.5
Gerakan
Agem

Dokumentasi: Penulis, 2018


44

Ragam gerak ini mempunyai sikap pokok (dasar) yang tidak berubah-ubah.

Gerakan ini dilakukan di tempat dengan posisi tangan kanan membentuk Sirang

dan posisi tangan kiri sejajar dengan dada. Sikap dasar pada kaki kanan

diposisikan terbuka. Posisi kaki kiri sedikit di depan dan sikap tubuh sedikit

menyamping. Pola ritmik Rindik pada gerakan ini adalah :

● Pola ritmik gerakan atau posisi Agem adalah gerakan setelah

Buka lawang kemudian mengambil gerakan Agem (terdiam)

berada di lagu nomor 1 bagian D. (lihat pada hal. 62).


45

3) ​Seledet

Gambar 4.6
Gerakan ​Seledet
Dokumentasi: Penulis, 2018
46

Ragam gerak ini mempunyai sikap tubuh seperti posisi gerakan agem.

Perbedaan terletak pada ekspresi wajah yaitu gerakan bola mata. Gerakan mata

melirik kesamping kanan dan kiri dengan urutan gerakan ke samping kanan lalu

ke atas kemudian ke samping kanan begitu juga sebaliknya. Pola ritmik Rindik

pada gerakan ini adalah :


47

● Pola ritmik gerakan atau posisi Seledet berada pada lagu nomor

2 bagian D’. (lihat pada hal. 72 ).

4) Ulu Wangsu
48

Gambar 4.7
Gerakan ​ulu wangsu
Dokumentasi: Penulis, 2018

Ragam gerak ini melakukan gerakan leher seperti membentuk angka 8. Pola

ritmik Rindik pada gerakan ini adalah :

● Pola ritmik gerakan atau posisi Ulu Wangsu berada pada

keseluruhan lagu nomor 3 bagian C”. (lihat pada hal. 80).


49

5) Luk Nerudut
50

Gambar 4.8
Gerakan ​Luk Nerudut
Dokumentasi: Penulis, 2018

Ragam gerak ini dilakukan dengan menggerakan kepala ke kanan dan ke

kiri sambil tangan melakukan gerakan haluan yang seiring. Pola ritmik Rindik

pada gerakan ini adalah :


51

● Pola ritmik gerakan atau posisi Luk Nerudut berada pada lagu

nomor 3 bagian E. (lihat pada hal. 90).

6) Nyegut
52

Gambar 4.9

Gerakan ​Nyegut

Dokumentasi: Penulis, 2018

Ragam gerak ini dilakukan seperti sedang menganggukan leher. Leher

digerakan ke atas dan ke bawah sambil arah bola mata melihat ke bawah dan

mengerutkan kening. Pola ritmik Rindik pada gerakan ini adalah :


53

● Pola ritmik gerakan atau posisi Nyegut berada pada lagu nomor

3 bagian D”. (lihat pada hal. 99).


54

7) Egol

Gambar 4.10
Gerakan ​Egol
Dokumentasi: Penulis, 2018

Ragam gerak ini dilakukan dengan menggerakan pinggul ke kiri dan ke

kanan. Pola ritmik Rindik pada gerakan ini adalah :


55

● Pola ritmik gerakan atau posisi Egol berada pada lagu nomor 3

bagian E. (lihat pada hal.108).


56

4​. ​Pola Permainan Rindik dalam lagu Sanuri Anguci pada Tari Joged

Bumbung.

1. ​Buka Lawang

● Rindik Pemade
57
58
59
60

● Rindik Kantil
61
62
63

● Rindik Jegog
64
65
66

2. ​Agem

● Rindik Pemade
67
68
69

● Rindik Kantil
70
71
72
73

● Rindik Jegog
74
75
76

3. Seledet

● Rindik Pemade
77
78
79

● Rindik Kantil
80
81
82
83

● Rindik Jegog
84
85
86

4. ​Ulu Wangsu

● Rindik Pemade
87
88
89

● Rindik Kantil
90
91
92

● Rindik Jegog
93
94
95

5. ​Luk Nerudut

● Rindik Pemade
96
97
98

● Rindik Kantil
99
100
101

● Rindik Jegog
102
103
104

6. ​Nyegut

● Rindik Pemade
105
106
107

● Rindik Kantil
108
109
110

● Rindik Jegog
111
112
113

7. Egol

● Rindik Pemade
114
115
116

● Rindik Kantil
117
118
119

● Rindik Jegog
120
121

Keterangan :

● : ​Rindik Pemade

● : ​Rindik Kantil
122

● : ​Rindik Jegog

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini peneliti memiliki keterbatasan dalam penulisan,

diantaranya :

1. kurangnya sumber buku yang bisa dijadikan pedoman dalam pembahasan

tentang pola ritmik permainan Rindik dalam iringan Tari Joged Bumbung.

2. Keterbatasan lainnya juga berupa kesulitan mencerna komunikasi,

dikarenakan saat mewawancara narasumber menggunakan logat bahasa

setempat yang membuat peneliti harus mampu menyamakan persepsi

antara apa yang dimaksud narasumber dengan apa yang dipikirkan oleh

peneliti,

3. selain itu peneliti juga mengalami kesulitan saat mentranskrip data yang

dilihat di video kemudian dipindahkan ke bentuk notasi musik. Jarak yang

jauh juga memerlukan biaya yang lebih untuk dapat melakukan penelitian

di tempat yang peneliti tuju, yakni Bali. Selain itu kurangnya waktu dalam

penelitian ini, sehingga penulisan yang dilakukan masih kurang begitu

sempurna.
123

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan beberapa kali pengamatan, penulis menjabarkan

ke dalam bentuk tulisan, dapat diambil kesimpulan pola ritmik Rindik

sebagai iringan Tari Joged Bumbung dalam karawitan Bali pada lagu

Sanuri Anguci, memiliki penamaan bagian-bagian dalam iringannya.

Bagian tersebut terdiri dari: (1) ​Kawitan (pendahuluan) (2) ​Pepeson

(masuknya penari)​, (3) ​Pengawak​ ; (4) ​Pengecet ;​ (5) ​Pekaad.​

kelima bagian tersebut diiringi oleh rindik dalam karawitan bali.

rindik dalam iringan tari tersebut terdiri dari 3 jenis yaitu pemade, kantil

dan jegog. Ketiga alat musik tersebut memiliki karakter suara yang

berbeda. Rindik Pemade adalah alat musik yang paling umum digunakan

dalam acara hiburan, namun dalam lagu Sanuri Anguci alat musik ini

menjadi ​lead atau melodi utama dalam pola ritmik. Rindik Kantil

mengikuti pola ritmik dan permainan pemade.

Berdasarkan 2 jenis alat musik yang telah disebutkan diatas, Jegog

memiliki pola ritmik yang berbeda. Perbedaannya terletak pada ritmik di


124

tangan kiri dan ritmik di tangan kanan. Ritmik ditangan kiri sebagai

iringan dengan pola ritmik yang dimainkan pada ketukan ganjil sedangkan

tangan kanan sebagai iringan melodi dgn pola ritmik yang dimainkan di

ketukan genap.

B. Implikasi

Berdasarkan penelitian pola ritmik permainan Rindik pada musik pengiring tari

Joged Bumbung dalam karawitan Bali, dalam bentuk notasi musik,

diharapkan dapat bermanfaat untuk para pembaca dan pemain Rindik

pemula. Karena sering kali pemain Rindik pemula tidak mempunyai acuan

pembelajaran tertulis untuk pertama kali mempelajari Rindik.

Diharapkan pula untuk generasi penerus, dalam hal ini kaum muda, dapat lebih

mengerti cara memainkan Rindik dan dipermudah dengan penulisan notasi

musik, sehingga dapat lebih mencintai dan memiliki rasa ingin memiliki

akan kekayaan budayanya sendiri.

C. Saran

Setelah melakukan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa saran untuk:

1. Pemerintah, khususnya Pemda Bali, agar dapat melestarikan

kebudayaan di Bali dengan cara tetap memperkenalkan Rindik lewat

penampilan di acara-acara pemerintahan maupun hiburan, sehingga

Rindik dapat lebih dikenal oleh generasi muda.


125

2. Perpustakaan daerah, khususnya perpustakaan daerah Bali, agar lebih

memperbanyak buku-buku yang berkaitan dengan Rindik, sehingga

masyarakat Bali maupun Luar Daerah dapat memperoleh informasi

Rindik dengan mudah.

3. Kaum generasi muda, agar lebih mencintai kebudayaan negerinya yang

kaya. Karena jika kita yang memiliki kebudayaan sendiri tidak

mencintai budaya kita, sampai kapan pun tidak akan dihargai oleh

negara lain, bahkan kebudayaan kita bisa diakui oleh pihak-pihak yang

tidak bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai