Anda di halaman 1dari 23

Grease Konduktif untuk jaringan electrical ( Electrical

Conductive Grease )

Fungsi utama grease adalah untuk pelumasan yang berbentuk pasta. Pelumasan grease digunakan saat
pelumasan dalam bentuk liquid / oli tidak memungkinkan digunakan. Komponen utama grease yaitu base oil,
additive & thickener ( pengental ). Pelumasan grease memungkinkan digunakan pada semua lokasi aplikasi.

Pada jaringan elektrikal juga diperlukan pelumasan dengan fungsi utama untuk anti karat, pendingin dan
melindungi dari kontaminan seperti air, debu, uap, kimia asam dan lain-lain. Di sini kita akan membahas electrical
grease yang bersifat konduktif.

Grease yang bersifat konduktif dan compound anti-seize memiliki thickener / campuran bubuk logam dasar yang
tersuspensi dalam base oil. Bubuk logam yang tersuspensi inilah yang menyebabkan sifat konduktif.

Hanya saja pada konduktif grease komponen additive & campuran logam lebih dititikberatkan pada daya hantar
listrik dan panas, serta meminimalkan induksi, corona discharge & electical arching sehingga lost factor arus listrik
lebih sedikit dan arus lebih maksimal sedangkan compound anti seize lebih dititikberatkan pada ketahanan
terhadap suhu tinggi.

Teori cara kerja konduktif grease adalah base synthetic oil mengikat additive & bubuk logam untuk melindungi
permukaan jaringan elektrikal.
Base synthetic oil yang paling banyak digunakan yaitu silicone oil atau PFPE ( PerflouroPolyEther ) yang memiliki
kelebihan sebagai berikut :
• daya long life lubricant ( pelumasan jangka panjang ),
• memiliki konsistensi tinggi sehingga tidak mudah bercampur dengan air, debu, zat kimia asam
• meredam karat & panas yang lebih baik dari mineral oil
• kompatibel dengan semua material termasuk karet, plastik, logam & polimer.
• Non-flamable.
• Memiliki daya tahan suhu tinggi ( rata-rata sampai -55 to +260 deg celcius )
Proses kombinasi base synthetic oil dengan thickener ini sangat rumit, tidak semudah base mineral oil. Bubuk
logam yang paling banyak digunakan yaitu perak / silver dan carbon black.
Perak memiliki daya hantar paling bagus diantara logam lainnya, namun harganya sangat mahal. Maka untuk
alternatif harga yang lebih murah dibuat kelas konduktif di bawahnya yaitu carbon black.

By nur hadi at 20:42 0 comments


Object 1

Tuesday, 26 September 2017


TECCEM Fluoronox MS 30/2 - Synthetic Multipurpose Grease
H1 registered

Teccem Fluoronox MS 30/2 adalah synthetic grease based on a medium viscosity


Perfluoropolyether. Diformulasikan untuk industri yang memiliki suhu operasional -45°C
and +230°C dan pemakaian periodik + 260 °C

Fluoronox MS 30/2 memiliki dengan thickener PTFE ( Teflon ) yang memiliki tingkat friksi
sangat rendah sehingga sangat aman untuk lubrikasi material metal, plastik dan
elastomer.

produk sekelasnya adalah Molykote HP 500.


Karakteristik :
Tidak berbau
oxidation resistant
Non-flammable ( Melting point : 325 °C ) tahan terhadap asam kuat & solvent Tidak
menimbulkan noda carbon & kerak (free of carbonising substances ) kompatible dengan
hampir semua jenis grease lain.
Telah memiliki sertifikat NSF H1 jadi aman digunakan pada industri makanan &
minuman.

Aplikasi :

Roller bearings, sliding metal parts, plastics, elastomers, from low to high temperatures.
Dapat digunakan sebagai barrier grease, protecting film dan sebagai sealing grease pada
mold.

Spesifikasi PDS : http://www.teccem.de/Fluoronox_MS30_2_e.htm


Typical technical data
Product Name MS 30/2

NLGI grade (DIN 51818) 2

Pour Point, of base fluid


(°C) -50
(°F) -58

Viscosity Index, of base fluid 190

Density, g/ml @20°C (68°F) 1.88

Flash Point none, nonflammable

Colour white

Base Fluid Perfluoropolyether

Thickener PTFE

Base Fluid Viscosity, [mm2/s]


@20°C (68°F) 381
@38°C (100°F) 140
@100°C (212°F) 20

Maximum evaporation loss, % in 24h @200°C 0.8

Recommended temperature range, [°C] -45/+230


By nur hadi at 00:10 0 comments

Object 2

Tuesday, 22 August 2017


Cara memilih oli mesin industri yang baik.

Untuk memilih pelumas yang sesuai dengan kendaraan, tingkat vikositasnya harus disesuaikan
dengan rekomendasi pabrikan ( Original Equipment Manufacturer / OEM ). Hal ini untuk menjamin
usia pakai mesin yang telah dirancang oleh pabrikannya. Tingkat viskositas utamanya
direkomendasikan berdasarkan temperature lingkungan dan temperature saat pertama
menghidupkan mesin ( start ).
Suhu operasional sebuah oli mesin baisanya tidak berubah dengan signifikan walaupun pada suhu
lingkungan yang berbeda. Jadi tetap harus disesuaikan dengan jenis aplikasi mesin yang
digunakan.
Perbedaan utama tingkat viskositas “W” ini berhubungan dengan starting temperature. Hal ini
akan menjelaskan tentang kekentalan pelumas, daya dorong dan kesiapan untuk melumasi
mesin. Oli mesin dengan grade 5W biasanya dapat mengalir dengan baik pada suhu lebih rendah
dibandingkan dengan grade 15W lebih sesuai untuk daerah tropis. Seperti negara tropis di
Indonesia memiliki suhu berkisar 27 - 33 C dengan suhu malam hari 23- 27 C.

Pada daerah beriklim tropis, kebanyakan pabrikan merekomendasikan produk yang multi-grade
seperti SAE 15W40, karena pelumas dapat mengalir dengan baik pada mesin dibandingkan
dengan oli yang murni SAE 40 walaupun saat start suhu disekitarnya lebih tinggi.

Hal lain yang perlu diperhatikan saat memilih oli mesin yaitu sertifikasi kualitas atau performance
level, seperti standard API ( American Petroluem Institute ). Pada mesin diesel menggunakan
sertifikasi kualitas dengan kode huruf “ C” yang diikuti dengan huruf berikutnya yang
melambangkan level performance nya. Untuk jelasnya bisa dilihat pada artikel sebelumnya.

Pada pemakaian lainnya, bisa digunakan grade 5W jika sebelumnya grade 10W atau 15W
direkomendasikan agar proses pelumasan pada komponen mesin lebih cepat saat start. Walaupun
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti bahan dasar atau base oil 5W memang lebih
encer, hal ini bisa menyebabkan menguapan lebih besar dibandingkan oli 10W atau 15W. Harga
oli grade 5W jauh lebih mahal dibanding 15W. Penurunan yang lebih cepat additive viskositas
improver dalam formula oli, hal ini berdampak pada jangka waktu pergantian oli jadi lebih
pendek.

Anda juga bisa memilih oli synthetic dengan viskositas & kualitas yang sama. Pada umumnya
pelumas full synthetic memiliki daya bersih dan perlindungan terhadap mesin yang jauh lebih
baik. Namun hal ini kadang tidak diperbolehkan oleh pabrikannya menyangkut komponen lainnya
dan material dalam mesin seperti karet seal & logam lain yang sensitive.
Pada umumnya SAE 15W lebih direkomendasikan pada iklim tropis.
Berikut ilustrasi berdasarkan tingkat SAE yang bisa digunakan untuk acuan umum pada pemilihan
viskositas dan suhu lingkungan :
source : http://www.machinerylubrication.com/Read/30197/choose-engine-oil

By nur hadi at 21:35 0 comments

Object 3

Monday, 21 August 2017


Total Carter EP - Gear Oil dengan performa tinggi
Tim Research & Development Total Oil yang berpusat di Perancis telah membuat formulasi khusus untuk
mendapatkan jenis pelumas yang berkualitas dengan taraf international. Total Carter EP merupakan pelumas
khusus untuk gear dengan performa tinggi yang dikembangkan dengan teknologi terbaru.

Total Carter EP merupakan pelumas dengan kualitas premium untuk industrial gear lubricant yang dirancang untuk
memberikan layanan excellent Extreme Pressure ( EP ) dan properties load carry yang sangat baik.
Formulasi bahan dasar oli ( base oil ) pilihan yang dikombinasikan dengan teknologi bahan kimia terbaru yaitu
Sulfur-Phosporus yang memiliki manfaat sebagai berikut :
• Membuat gear tidak mudah panas
• Meningkatkan anti-wear, tidak mudah aus
• Lapisan film pelumas yang Extreme Pressure ( EP )
• Menurunkan tingkat gesekan ( metal to metal contact )
• Kompatible dengan semua elastomer & seal
• Efesiensi energi yang dibutuhkan
• Karakteristik anti-foam, tidak mudah berbusa
• Tingkat oksidasi yang lebih stabil & ketahanan terhadap suhu, sehingga usai pakai jadi lebih panjang
• Menahan terjadinya karat & korosi

Berikut spesifikasi international yang sudah didapat Carter EP :

• AGMA 9006 -D94EP


• ISO 12925-1 CKD
• DIN 51517 Part 3 - Group CLP
• AISI 224
• AFNOR NFE 60.200 - Category CKC
• CINNCINATI MILACRON P-74 (ISO 220) and P-59 (ISO 320)
Berikut approval pabrikan yang didapat Carter EP :
• US STEEL 224
• DAVID BROWN ET 33/80
• FLENDER
• SEB 181226
Berikut type karakteristik Carter EP :

By nur hadi at 21:03 0 comments

Object 4

Tuesday, 8 August 2017


Viskositas dalam gear oil - SAE, ISO atau AGMA ?

Viskositas merupakan bahasa yang lebih mudahnya untuk memahami tingkat kekentalan sebuah cairan, dalam hal
ini kita membahas tentang pelumas oli. Ada beberapa cara untuk mengukur tingkat viskositas oli. Pada artikel
sebelumnya secara umum telah membahas klasifikasi SAE & ISO.
Khusus untuk oli gear industri Total Oil menggunakan 3 ketetapan internasional yang sering dipakai, yaitu SAE,
ISO dan AGMA.

Mari kita mambahasnya satu per satu :

1. ISO ( International Standardization Organization )

ISO yang berpusat di Jenewa - Swiss merupakan perkumpulan independen ilmuwan internasional yang membahas
khusus tentang standard teknologi, industri, service & safety. Hampir semua oli menggunakan ketetapan
international ini, karena ketetapan ini berlaku sebagai standard umum untuk semua jenis pelumas. Biasanya orang
pelumas industri lebih familiar dengan sebutan ISO VG ( ISO Viscosity Grade ).

2. SAE ( Society of Automotive Engineerings )


Banyak dari kita yang sudah mengenal ketetapan SAE, terutama untuk oli mesin ( engine oil ). Pada gear oil juga
kadang menggunakan ketetapan ini seperti yang kita kenal pada gear transmisi, axle / gardan, diffrential &
coupling. Contohnya pada transmisi SAE 80, SAE 90 & SAE 140.

3. AGMA ( American Gear Manufacturers Association )

AGMA merupakan ketetapan khusus yang dibuat untuk produk gear, meliputi material/bahan, ukuran, fungsi
termasuk pelumas pada gear. Pada oli gear industri ketetapan yang digunakan adalah standard AGMA 9005 - D94.

Pada pembuat gear dan oli mungkin hanya menyertakan salah satu dari standard di atas. Untuk memudahkan ada
tabel persamaan yang digunakan. Misalnya oli dengan SAE 90 bisa disetarakan dengan AGMA 5 dan ISO 220.

Berikut tabel persamaa untuk gear oil :

Source : http://www.doolittleoil.com/faq/viscosity-sae-iso-or-agma

By nur hadi at 21:01 0 comments


Object 5

Sunday, 6 August 2017


Total Nateria MH 40 - Gas engine oil SAE 40

Total Neteria MH 40 merupakan jenis pelumas untuk mesin berbahan bakar gas dengan kadar abu rendah ( low
ash > 5% ). Jenis gas alam seperti CNG, LPG dan sejenisnya. Pelumas ini banyak digunakan pada mesin
pembangkit listrik tenaga gas.

Total Nateria MH 40 diformulasi khusus dari minyak bumi dengan standard ketahanan terhadap suhu, nitrasi dan
oksidasi. Kadar abu redah ( low ash 5%) membuat mesin gas menjadi lebih maksimal dalam pembakaran,
perlidungan mesin dari dampak gas dan tingkat kebersihan oli yang sangat optimal sehingga usia pakai oli lebih
maksimal.

Additive khusus yang dirancang untuk perlindungan dengan properties antiwear & antikorosi dengan tingkat
batasan tertentu yang menjamin kompatible dengan system emisi gas buang mesin.

Berikut approval manufacturer yang telah merekomendasikan Total Nateria MH 40 :


• CATERPILLAR (séries 3300 à 3500)
• GE
• JENBACHER
• MDE
• MTU
• MWM
• PERKINS
• WAUKESHA (APG 2000/3000)
• WARTSILA (220 SG)
Berikut properties dari Total Nateria MH 40 :

source : http://www.total-distributor-partners.com/media/18200/nateria_mh_40_-_04.2012.pdf
By nur hadi at 21:04 0 comments
Object 6

Wednesday, 12 July 2017


Mengapa koneksi listrik butuh pelumasan silicone grease

Pelumas yang banyak dikenal saat ini adalah pada mekanikal seperti pada bearing dan sejenisnya. Pada artikel ini
saya ingin mengulas sedikit tentang pelumas dengan grease pada jaringan electrical.

Fungsi pelumas pada jaringan elektrik lebih dititik beratkan pada perlindungan / proteksi terhadap arching atau
loncatan elektron yang terlihat seperti petir dan perlindungan terhadap dampak lingkungan seperti uap air, debu,
karat dan kontaminan lainnya.

Mengapa menggunakan silicone grease


Silicone grease merupaakan waterproof grease ( anti air ) yang terbuat dari dari kombinasi silicone oil dan
pengental ( thickener ). Jenis silicone oil yang dipakai pada umumnya adalah polydimethylsiloxane ( PDMS ) dan
thickener dengan silica, sehingga menghasilkan grease seperti pasta berwana putih agak bening.

Dipilihnya silicone grease sebagai pelumas pada kontak elektrik adalah sebagai berikut :

Silicone grease ini merupakan pelumas synthetic yang ramah terhadap semua material termasuk plastik,

karet/rubber, dan semua logam. Sedangkan kita semua tahu bahwa perangkat elektrik sekarang banyak
yang menggunakan part plastik atau karet. Tidak seperti grease mineral yang terbuat dari minyak bumi
bisa merusak karet atau plastik.
• Silicone grease merupakan waterproof ( anti air ), jadi menghindarkan jaringan terhadap air atau uap air
yang bisa menyebabkan korsleting ( arus pendek ).
• Silicone grease menjadi electrical insulating yang dapat mengisolasi listrik sehingga daya listrik tidak
melebar disekitarnya. Daya insulatingnya kurang lebih 30 KV / mm
• Silicone grease bisa menjadi thermal greaase yang memiliki jangkauan daya tahan temperatur yang
sangat baik dari -40 C sampai 200 C
• Silicone grease memiliki daya tahan pelumas jangka panjang karena memiliki konsistensi tidak mudah
berubah terhadap air, oli, gas & bahan kimia, seperti amonia, gas chlorine, glycol, glycerol, asam sulfur,
asam nitric, dll. .
• Silicone grease mampu meredam corona discharge atau loncatan elektron akibat induksi yang bisa
mengurangi kinerja jaringan atau bahkan bisa membahayakan di sekitar jaringan listrik
Hal tersebut di atas merupakan silicone grease pada umumnya yang bersifat isolator, saat ini telah ada inovasi
yang digunakan sebagai conductive grease ( penghantar listrik ) yang banyak digunakan pada busbar untuk
tegangan tinggi ( high voltage ).

Silicone conductive grease memiliki thickener dengan bahan konduktor yang paling bagus saat ini adalah silver
( perak ). Namun karena harganya sangat mahal, maka dibuat alternatif lain yaitu Carbon Black sebagai pengganti
silver.

Source : https://en.wikipedia.org/wiki/Silicone_grease
By nur hadi at 22:25 0 comments

Object 7
Wednesday, 17 May 2017
Mengapa oli hidrolik berubah warna

Ketika oli hidrolik berubah warna dari bening menjadi coklat tua, mungkin kita akan timbul
beberapa pertanyaan :
· Apakah ini berarti kita harus segera mengganti oli hidrolik ini?
· Apakah oli hidrolik sudah kehilangan daya lumasnya?
· Apakah oli telah terkontaminasi dalam operasionalnya?
· Apakah ini kondisi normal pemakaian yang bisa diukur dengan hasil lub oil analisys yang
bisa dikategorikan wajar?

Beberapa pertanyaan di atas mungkin perlu didiskusikan. Banyak orang membandingkan oli
hydraulic industry dengan oli hydraulic yang digunakan pada alat berat yang bergerak, sehingga
diasumsikan jika oli sudah berubah warna menjadi coklat tua, maka harus segera diganti tanpa
mempertimbangkan seberapa lama sudah digunakan.

Ini mudah saja untuk dihiraukan bahwa oli di system hidrolic dalam industri memiliki perbedaan
lingkungan pada internal combustion engine ( pembakaran internal mesin ). Perubahan warna
dalam oli hidrolik merupakan tanda yang baik sebagai peringatan. Namun perlu harus kita tahu
mengapa oli hidrolik berubah warna.

Ada dua hal umum yang menyebabkab oli berubah warna gelap yaitu tekanan temperature dan
oksidasi, keduanya memang perlu adanya pergantian oli. Langkah pertama yang harus dilakukan
yaitu mengambil sample untuk dilakukan lab analisis. Sebenarnya walaupun oli hidrolik telah
berubah gelap tapi masih bagus digunakan, tapi ada juga yang warnanya masih bening namun
sudah tidak memiliki daya lumas dan tidak bisa melindungi system hidrolik. Jadi sebenarnya kita
tidak bisa hanya melihat secara warna saja untuk mempertimbangkan oli masih layak atau
tidaknya.

Bagaimanapun juga, warna mulai gelap pada oli merupakan tanda beberapa hal potensi masalah
dalam system hidrolik. Mungkin dalam system ada satu atau beberapa titik panas / hot spot yang
membuat oli meningkat panas secara signifikan di area tertentu, dan akan turun lagi suhunya
ketika masuk reservoir ( penampungan oli ).

Ada satu case yang bermasalah pada kegagalan valve ( katup ) yang menyebabkan oli masuk
celah sehingga terjadi penurunan tekanan yang signifikan. Ini menyebabkan sejumlah titik panas.
Walaupun hal kecil begini, namun bisa menyebabkan oksidasi & temperature naik yang
merupakan penyebab oli hirolik berubah warna.

Ketika sample diuji, dan jika menunjukkan jumlah asam ( acid number ) dan viscosity ( tingkat
kekentalan ) tidak berubah atau masih dalam tahap toleransi. Maka hal ini menghilangkan
kemungkinan terjadinya oksidasi dan temperature tinggi yang berakibat perubahan warna oli
hidrolik. Langkah berikutnya perlu diperiksa valve dengan memperhatikan varnish atau kerak
akibat terjadinya panas. Dan mengganti valve jika ada yang bermasalah. Oil analysis tadi
menunjukkan bahwa oli masih bisa digunakan. Sebenarnya selama tidak ada perubahan dalam
operasional system kemungkinan sangat kecil berubah warna, namun perlu juga diperhatikan
valve & seal pada systemnya.

Ketika oksidasi, terjadi reaksi bergabungnya oli dan oksigen, ini lah yang membuat stabilitas oli
berkurang, menyebabkan perubahan warna sebagai indikasi tidak bagus tingkat oksidasinya.
Didalam oli hidrolik sebenarnya ada additive antioksidan yang berfungsi untuk menghambat
terjadinya reaksi yang merusak stabilitas oli.

Antioksidan akan bereaksi untuk melindungi kualitas oli dengan merubah warnanya dari kunig
terang sampai hitam gelap tergantung tingkat oksidasinya. Ada sejumlah factor termasuk
formulasi oli, kondisi operasional dan kontaminan ( bahan yang mengkontaminasi ) yang
menyebabkan warna oli berubah walaupun tidak terjadi penurunan kualitas oli. Walaupun
perubahan warna oli merupakan tanda, namun oli masih memiliki antioksidan yang baik sampai
batas tertentu yang memang sudah sebenarnya harus diganti.

Sekali lagi, cara yang tepat melihat tingkat oksidasi adalah dengan oil analysis yang menunjukkan
peningkatan viscositas & jumlah asam ( acid number ) sebagai tanda oli teroksidasi.

Adanya metal catalyst particle, panas /heat, oksigen dan air memiliki kantirbusi dalam oksidasi
oli. Dampaknya adalah meningkatnya jumlah asam dan korosi pada komponen atau sejenisnya.
Dampak lain meningkatnya viscositas yang berasal dari kontaminan yang bercampur dalam oli.
Ini akan meninggalkan lumpur, kerak atau tar yang tipis yang tidak larut dan membuat lapisan
dipermukaan internal system. Proses degradasi dipercepat dengan komponen tadi.

Oksidasi bisa dijaga dengan maintenance yang baik. Tingkat reaksi kimia dalam oli termasuk
oksidasi akan berlipat ganda setiap kenaikan suhu 10 C. Untuk hampir semua hidrolik yang
berbahan dasar mineral oil, direkomendasikan pada suhu 60 C dan setiap kenaikan 5 C usia pakai
akan berkurang setengahnya.

System pressure / tekanan akan berdampak yang berbeda. Semakin meningkat tekanan akan
berdampak pada viscositas yang menyebabkan gesekan dan panas. Juga meningkatnya tekanan
bisa memasukkan angin termasuk oksigen. Dengan penambahan oksigen akan meningkatkan
reaksi oksidasi dalam oli. Jadi sangat direkomendasikan menjaga tingkat tekanan yang dianjurkan
oleh pabrikan pembuat system hidrolik agar usia pakai oli dan komponen terjaga.
Kontaminan lainnya ada juga yang menyebabkan dampak oksidasi. 1 persen lumpur / sludge
dalam oli hidrolik akan membuat ganda tingkat oksidasi oli jika dibandingkan dengan oli yang
tanpa lumpur/sludge. Kandungan metal terutama copper / tembaga merupakan katalis / bahan
yang mempercepat oksidasi. Sedangkan penyebab yang lain adalah air. Kehadiran air dan
tembaga akan muncul saat panas muncul.

Ketika kita menenukan oli hidrolik berubah warna , jangan diasumsikan harus segera diganti. Hal
ini sangat mungkin terjadi, jadi perlu diperhatikan komponen atau oli sisa saat pergantian dengan
oli baru. Maka perlu dilakukan oil analysis agar diketahui penyebabnya. Selanjutnya memeriksa
pusat reservoir ( tampungan oli ).
Lakukanlah pengujian oli pada periode waktu tertentu dengan lokasi pengambilan sampel yang
bervariasi sehingga mendapatkan hasil perawatan yang maksimal.

source : http://www.machinerylubrication.com/Read/30495/hydraulic-oil-color

By nur hadi at 22:39 0 comments

Object 8

Tuesday, 4 April 2017


Sedikit info tentang Natural Gas Engine Oil

Natural gas engine adalah sesuatu yang sangat unik. Mereka dioprasikan pada berbagai lokasi
yang tidak biasa. Dari lokasi yang extrim tingkat cuaca dingin luar biasa Arctic Canada sampai di
lokasi yang sangat panas di gurun pasir Amerika Sarikat bagian selatan.

Natural gas engine dirancang dengan berbagai type seperti Caterpillar vertical in-line and V type
four-stroke, the two-cycle Cooper Bessemer V type integral with a horizontally opposed
reciprocating compressor and the dual crankshaft, vertically opposed, two-stroke engine built by
Fairbanks Morse.

Type gas ingine tersebut memiliki syarat bahan bakar gas yang bervariasi, tapi tetap saja tidak
bisa membatasi jenis gas apa yang akan digunakan. Misalnya Sour Gas dengan kandungan sulfur,
Sweet Gas dengan tanpa sulfur dan sedikit karbon dioksida, Wet Gas dengan kandungan relative
tinggi komponen gas nya seperti Butane, dan terakhir adalah Landfill atau digester gas ( gas dari
sampah atau kotoran hewan ) yang utamanya dibuat dari methane dan karbon dioksida serta
sering kali ada kandungan gas halogen seperti fluorine & chlorine.

Perlu diperhatikan, pada pengoperasian beberapa engine gas adalah emisi gas buang berupa asap
yang perlu diperhatikan serius. Untuk mengendalikan atau menghilangkan emisi ini, di beberapa
rancangan gas engine diberi catalytic converter yang diberikan batasan type additive dan tingkat
formulasi pada pelumas engine yang akan digunakan.

Pelumas ini sangat bervariasi tergantung rancangan engine, kondisi saat operasional, jenis
penahan oksidasi mineral oil, tingkat ash ( abu ), alkaline & tingkat detergent sebagai pembersih
yang bisa larut dalam oli.

Keunikan Natural Gas Engine


Perbedaan utama antara natural gas dengan pembakaran internal engine oil lainnya terletak pada
tingkat penurunan kualitas oli yang disebabkan proses pembakaran bahan bakar gas. Proses ini
menghasilkan oskidasi nitrogen. Kondisi ini umumnya disebut Nitrasi. Untuk itu perlu diperhatikan
untuk pergantian oli nya, saat nitrasi ini bersifat asam yang berdampak menurunnya kualitas oli.

Kandungan abu sulfat ( sulfated ash ) merupakan salah satu kandungan khas yang dihasilkan saat
operasional natural gas oil. Hasil ini bersifat merusak kualitas pelumas, sehingga harus dilakukan
pengujian agar tetap terkontrol selama pemakaian oli.

Condition-Monitoring Techniques
Ada beberapa yang umum teknik untuk memonitor kondisi pelumas pada natural gas engine.
Analysis terhadap compression pressure/crank angle atau grafik pressure terhadap time / durasi
(Grafik P-T). Ini merupakan salah satu teknik yang paling umum. Natural gas engine memiliki
beberapa siklus pembakaran yang bervaiasi yang bisa dicatat dengan grafik P-T. Analisa ini bisa
menjelaskan kondisi konsumsi bahan bakar, internal pressure yang tidak biasa, suhu tinggi dan
ketidakseimbangan yang disebabkan guncangan dari dampak piston, serta tingkat efektif pelumas
dan system kontrol emisi gas buang.

Analysis Grafik pressure-volume (Grafik P-V) bisa digunakan untuk keseimbangan piston,
mendeteksi masalah valve train dan tingkat gesekan (frictional losses) dengan membandingkan
engine horsepower dengan compressor horsepower.
Sebagai tambahan, menganalisa pola getaran piston bisa membantu untuk memahami kepastian
kondisi mekanikalnya.

Condition-monitoring technique sangat membantu untuk perawatan engine dan kontrol terhadap
pelumas. Namun tidak semua teknisi gas engine memahami hal ini. Salah satu cara yang paling
mudah adalah dengan lube oil analisis dengan laboratorium yang hasilnya bisa membantu jadwal
prediksi pergantian part engine. Tes pada natural gas engine oil meliputi :
 Viscosity
 Base number
 Acid number
 Glycol contamination
 Water contamination
 Insolubles
 Spectrochemical analysis
 Nitration/oxidation

Pada artikel berikutnya akan kami ulas satu per satu komponen tersebut.
By nur hadi at 00:56 0 comments

Object 9

Friday, 31 March 2017


Klasifikasi API pada pelumas mesin ( engine oil )
Penggunaan pelumas mesin pada kendaraan atau alat berat biasanya sudah diberikan standard oleh pabrikan
pembuat mesin tersebut. Artikel ini mungkin sedikit memberikan informasi kepada Anda seputar klasifikasi API
( American Petroluem Institute ) pada engine oil. Serta sebagai tambahan pada artikel API sebelumnya.

Pada setiap kemasan atau spek pelumas yang akan digunakan memberikan informasi type pelumas tersebut.
Salah satunya informasi tentang standard API pada pelumas tersebut. Pada standard internasional API engine oil
yang umum di kategorikan menjadi 2 jenis yang diberikan kode sebagai berikut :
• Kode "S" yang berarti Service, digunakan pada engine oil yang berbahan bakar gasoline atau jenis bensin
yang dikenal di Indonesia pada Pertamina dengan nama Premium, Pertalite, Pertamax, dll.
• Kode "C" yang berarti Commercial, digunakan pada engine oil yang berbahan bakar diesel atau yang lebih
dikenal oleh orang Indonesia dengan nama Solar, biosolar, Dexlite atau Pertamina DEX.
By nur hadi at 21:11 2 comments

Object 10

Wednesday, 29 March 2017


Memahami Perbedaan Formulasi Base Oil

Semua pelumas memiliki bahan dasar yang sama yaitu base oil. Kemudian base oil ini
diformulasikan dengan cara diblending ( diaduk ) dengan campuran additive, dan tambahan
thickener ( pengental ) jika dalam pembuatan grease.
Bagaimana kita akan tahu base oil mana yang terbaik. Jika memilih antara mineral & synthetic tentu
ada pertimbangan harus kita tahu. Dengan artikel ini mungkin bisa menambah informasi untuk
menentukan base oil mana yang akan digunakan.

Kategori Base Oil

Pelumas dikategorikan dalam berbagai cara, salah satu yang paling umum adalah penggolongan
berdasarkan base oil : mineral, synthetic atau vegetable ( nabati ).
Mineral Oil terbuat dari minyak bumi mentah yang disuling ( refining process ). Synthetic Oil
merupakan buatan manusia dengan formulasi ilmiah yang unik untuk kebutuhan tertentu. Vegetable
Oil ( nabati ) terbuat dari tanaman bisa biji atau pohon tumbuhan, jumlah minyak nabati yang
digunakan untuk pelumas sangat terbatas karena faktor lingkungan.

Karakteristik Base Oil

Semua base oil memiliki karaktristik untuk menahan berbagai kondisi pelumasan dengan tujuan
yang diinginkan. Pada mineral oil, tujuan saat proses refining adalah untuk hasil dengan kandungan
yang optimal sehingga mendapat produk pelumas yang baik.
Pada pembuatan synthetic oil, berbagai formulasi dipakai tujuan membuat sebuah pelumas dengan
kandungan yang tidak terdapat pada mineral oil. Baik pelumas mineral maupun synthetic dirancang
untuk sebuah aplikasi pelumasan yang spesifik.

Beberapa hal yang peting pada kandungan base oil meliputi kekentalan : viscosity limitation,
viscosity index, pour point, volatility, oxidation and thermal stability, aniline point ( tingkat daya
bersih terhadap material lain, termasuk additive ) & hydrolytic stability (ketahanan pelumas
terhadap air ).

Group Base Oil

Di abad 20 terlihat peningkatan jumlah pada proses refining oli mineneral dan juga proses
pembuatan oli synthetic. Pada tahun 1990-an American Petroleum Institute (API) mengkategorikan
base oil menjadi 5 group, dengan tiga group pertama dikhususkan untuk mineral oil yaitu group I, II
& III dan dua berikutnya group IV & V untuk synthetic oil.
Base oil group I dibuat menggunakan solvent-extraction atau solvent-refining technology. Technologi
ini telah digunakan sejak pertama kali mineral oil diproduksi. Prosesnya dengan mengextrak
komponenyang tidak diinginkan di dalam minyak seperti struktur cincin (ring structures ) dan
aromatic.

Base oil group II diproduksi menggunakan proses hydrogenation atau hydrotreating. Tujuan dari
proses ini adalah sama saat solvent-refining di group I, tapi lebih efektif saat merubah komponen
yang tidak diinginkan seperti aromatic menjadi struktur hydricarbon yang diinginkan. Sehingga base
oil group II ini menjadi lebih baik & lebih berih dari group I

Base oil group III dibuat dengan cara yang sama saat pembuatan base oil group II mineral oil,
kecuali saat proses hydrogenation yang dikombinasikan dengan suhu tinggi (high temperatures) dan
tekanan tinggi ( high pressures). Hasilnya hampir semua komponen yang tidak diinginkan dalam
kandungan base oil dirubah menjadi struktur hydrocarbon yang diinginkan. Sehingga base oil group
III menjadi mineral oil terbaik dibanding group di bawahnya.

Ketika membandingkan kandungan yang ada di semua group mineral base oil. Kita bisa melihat
keunggulan yang semakin meningkat pada setiap proses refining, dari group III lebih baik dari group
II & group I, terus group II lebih baik dari group I.
Keunggulan tersebut meliputi : oxidation stability, thermal stability, viscosity index, pour point and
suhu poraesi yang lebih tinggi (higher operating temperatures).

Base oil group IV dikhususkan pada satu type oli synthetic yaitu polyalphaolefin (PAO). Type ini
merupakan synthetic base oil yang paling banyak digunakan. PAO merupakan hydrocarbon oil yang
ditingkatkan menjadi synthetic dengan cara membuat struktur tambahan pada ekor olefinic melalui
proses polymerization kedalam ethylene gas. Hasilnya sebuah struktur pelumas yang sangat banyak
seperti bentuk paling murni pada mineral oil group III.
Keunggulan PAO dibanding mineral oil meliputi viscosity index lebih tinggi, performa pada suhu
rendah dan suhu tinggi, superior oxidation stability dan lower volatility.

Base oil group V menunjukkan synthetic base oil lainnya. Beberapa yang masuk group V adalah
diester, polyolester, polyalkylene glycol, phosphate ester dan silicone.

Diester (dibasic acid ester) dibuat melalui reaksi dibasic acid dengan alcohol. Menghasilkan
properties / kandungan yang bisa kompatible dengan penggunaan dibasic acid dan alcohol.

Polyolester dibuat melaui reaksi monobasic acid dengan sebuah polyhydric alcohol. Hampir sama
dengan diester, namun hasil kandungannya tergantung pada type gabungan 2 bahan tersebut
(monobasic acid dengan sebuah polyhydric alcohol )

Polyalkylene glycol (PAG) dibuat melalui reaksi didalam ethylene atau propylene oxide dengan
alcohol menjadi variasi bentuk polymer. Jumlah produk PAG yang dihasilkan tergantung pada oxide
yang digunakan dan akan berpengaruh pada tingkat larutnya dalam air.

Phosphate ester dibuat melalui reaksi phosphoric acid dan alcohol, sedangkan silicones
diformulasikan ke bentuk struktur silicon-oxygen dengan rantai organic didalamnya.

Setiap synthetic base oil ini memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, table berikut akan
menjelaskan :
By nur hadi at 20:52 0 comments

Object 11

Thursday, 9 February 2017


Carbon Black Conductive Grease

Carbon Black Conductive Grease Osbond 700 CB berbahan dasar silicon oil dengan thickener Pure Carbon.
Carbon Black berfungsi sebagai penghantar listrik & panas yang bagus dan hambatan ( resistivity ) rendah. Carbon
Black menjadi alternatif thickener bahan pengganti konduktor logam (perak & tembaga) dengan harga yang lebih
efesien.
Carbon Black Conductive Grease Osbond 700 CB termasuk kategori minyak gemuk penggunaan jangka panjang
( long life lubricants ). Durasi / life time produk ini pada pemakaian dalam ruangan & suhu normal 25 C bisa tahan
selama 5 tahun dan tidak akan menjadi keras / berkerak. Tingkat penguapan yang sangat kecil. Carbon Black
Conductive Grease Osbond 700 CB memiliki suhu operasional -55 C sampai 200 C.
Penggunaan :
• High power electrical applications untuk meningkatkan efesiensi operasional pada tegangan tinggi :switche
breaker, circuit breakers, knife blade switches and other sliding metal contacts.
• Low power electronic application, termasuk : static drains, grounding, “soft” electronic connections, heat
dissipation requirements and assembly protection
• Pendingin processor komputer terutama pada CPU and high performance heat sinks atau water-cooling
solutions.
• Perlindungan efektif dari panas pada komponen electronic listrik, seperti : power resistor,
rectifiers, transistors, and transformers
Property Value :
Viscosity : Thixotropic Paste
Specific Gravity, @ 25°C : 1.3
Color : Black
Evaporation, @ 200°C, 24 Hrs. : 0.2 %/Wt.
Thermal Conductivity, (ASTM D5470) : 2.2 W/m.°K
Thermal Resistance : 0.023°C-In2 /W
Electrical Properties :
Volume Resistivity. (ASTM-D257) : <25 Ohm-cm.
Operating Temperature Range : -55°C to 200°C

By nur hadi at 22:23 0 comments

Object 12

Tuesday, 3 January 2017


Fire Resistant Fluids : Electro-Hydraulic Control ( EHC )

Kita akan bahas salah satu type hydraulic oil Fire Resistant yaitu EHC atau Electro-Hydraulic Control.
EHC awalnya dikembangkan pada tahun 1970, yang dibuat dari bahan baku synthetic terbaik. EHC memiliki fitur
cairan self- extinguishing (fire resistant). Organisasi Standar Internasional (ISO) mengklasifikasikanEHC sebagai
kelas HFDR.

Kelas HFDR merupakan pelumas tanpa air (non aqueous hydraulic fluids )yang sangat sulit untuk menyala dan
memiliki daya memadamkan api yang sangat bagus ( excellence inherently self-extinguishing ).

Sebelum jauh kita bahas tentang EHC, mungkin perlu kita bahas dulu tentang fire resistant hydraulic oil, mungkin
bisa lihat varian hydraulic oil pada posting sebelumnya.
Fire resistant hydraulic oil dikategorikan menjadi 2 yaitu :

Pertama yaitu Water based atau yang sering disebut “aqueous fluids” yang merupakan hydraulic fluid yang
diformulasikan dengan kandungan air tertentu sehingga tahan terhadap api. Cara kerjanya dengan mereduksi
kandungan air dalam cairan hydraulic ini apabila terkena dampak api langsung. Pada tetapan ISO
mengklasifikasikan pada HFAE, HFAS, HFAB dan HFC.

Kedua yaitu “Synthetic non aqueous fluids” yang merupakan komposisi material kimia yang tahan terhadap api.
Pada tetapan ISO ada 2 klasifikasi :

· Synthetic fluids Phosphate Ester, pada ISO diklasifikasikan HFDR di dalamnya ada kategori EHC

· Synthetic fluids Non-Phosphate Ester, pada ISO diklasifikasikan HFDU di dalamnya adalah POE ( Polyol
Ester ) dan PAG ( PolyAlkylene Glycols ).

EHC merupakan jenis sintetik fire resistant yang memiliki fitur memadamkan api sendiri (self-extinguishing ), ini
merupakan ciri paling utama dengan kelas HFDU. Pada peralatan yang sangat penting harus menggunakan kelas
HFDR self extinguishing fluids untuk mendapatkan tingkat perlindungan tinggi dari dampak api.

Pada operator turbin uap harus menggunakan pelumas type fire resistant self- extinguishing kelas HFDR untuk
mendapatkan tingkat perlindungan tertinggi dari risiko bocor kebakaran cairan. Namun pada beberapa turbine bisa
juga menggunakan kelas HFDU untuk efesiensi biaya.

Pada Total Oil memiliki produk type HFDR yaitu Hydransafe FR NSG 38
EHC saat ini yang telah dikembangkan dengan beberapa kali perbaikan.

First generation triaryl phosphate ester


chemical : Trixylyl phosphate
produknya: Fyrquel® EHC-N

2. Second generation triaryl phosphate ester


chemical : Butylated triphenyl phosphate ester based mixture with Trixylyl phosphate,
produknya : Fyrquel® EHC dan Fyrquel® EHC S

3. Third generation triaryl phosphate ester


chemical : Butylated triphenyl phosphate,
produknya : Fyrquel® EHC Plus

EHC advantages :
• Highest fire resistance
• Inherent self extinguishing property
• High oxidative and thermal stability
• Good hydrolytic stability
• Excellent lubrication properties
• Rated readily biodegradable
• Not classified or transport regulated under GHS

Sangat direkomendasikan bagi pengguna pelumas EHC dengan generasi ke tiga ( EHC Plus ) yang lebih modern
dengan bahan phosphate ester fluid yang dihasilkan dari bahan baku yang lebih baru dan memiliki fitur desain
produk yang lebih berkelanjutan (sustainable ) dengan trixylyl phosphate-free.

FYRQUEL® EHC PLUS NEXT GENERATION FLUID ADVANTAGES :


• Improved air entrainment.
• Superior oxidative stability in high temperature services
• Lowest fluid acidity.
• Higher fluid resistivity.
• Made from more sustainable materials, not classified under United Nations GHS hazard classification.
• Fully interchangeable and mixable with prior generation Fyrquel® EH fluids
• Switching to this improved modern fluid is as simple as reservoir top off.
• Continues to provide STG operators with the required self-extinguishing phosphate ester fire resistance.
Source :
http://www.fyrquel.com/english.php
http://www.machinerylubrication.com

Anda mungkin juga menyukai