a Marketing Department, ESADE – Universitat Ramon Llull, Av. Torre Blanca 59,
08172 Sant Cugat del Vallès (Barcelona), Spain.
b Department of Marketing, Copenhagen Business School, Solbjerg Plads 3, 2000
Frederiksberg, Denmark.
c Department of Business, School of Business and Economics, Edifici B, Universitat
Autònoma de Barcelona, Campus UAB, 08193 Bellaterra (Barcelona), Spain.
Tujuan Penelitian
Studi ini dilakukan bertujuan untuk menyelidiki pengaruh sensory brand
experience terhadap brand equity di industri perbankan, melalui kepuasan
pelanggan dan komitmen afektif pelanggan. Selain itu juga untuk menguji apakah
empati karyawan memoderasi dampak sensory brand experience pada kepuasan
pelanggan dan komitmen afektif pelanggan.
Perumusan Masalah
1. Apakah Sensory brand experience memiliki efek positif pada brand equity,
customer affective commitment dan customer satisfaction?
2. Apakah semakin besar employee empathy, semakin kuat pengaruh sensory brand
experience pada customer affective commitment dan customer satisfaction?
3. Apakah Customer satisfaction memiliki efek positif pada customer affective
commitment dan brand equity?
2
4. Apakah Customer affective commitment memiliki efek positif pada brand
equity?
Metode Penelitian
Subyek Penelitian
Pengumpulan data dilakukan di Spanyol pada 2016, menggunakan panel pelanggan
online untuk industri perbankan. Semua negara bagian Spanyol diwakili dalam
sampel. Mengenai metode prosedur pengambilan sampel, sampling non-
probabilistik dengan kuota diimplementasikan. Kuota yang ditetapkan dalam
variabel sosio-demografis merupakan representasi populasi Spanyol.
3
pandang konseptual, dan cara mereka ditempatkan. Kedua, 10 responden target
diminta untuk mengevaluasi kemudahan pemahaman kuesioner.
Hipotesis
H1. Sensory brand experience memiliki efek positif pada brand equity.
H2. Sensory brand experience memiliki efek positif pada customer affective commitment.
H3. Sensory brand experience memiliki efek positif pada customer satisfaction.
H4. Semakin besar employee empathy, semakin kuat pengaruh sensory brand experience
pada customer affective commitment.
H5. Semakin besar employee empathy, semakin kuat efek sensory brand experience pada
customer satisfaction.
H6. Customer satisfaction memiliki efek positif pada customer affective commitment.
H7. Customer satisfaction memiliki efek positif pada brand equity.
H8. Customer affective commitment memiliki efek positif pada brand equity.
Analisis Data
4
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pemodelan persamaan struktural melalui
partial least square (PLS-SEM) untuk secara simultan menguji hubungan yang
dihipotesiskan dalam perangkat lunak Smart PLS 3.0. PLS-SEM adalah prosedur
estimasi berbasis varians yang didasarkan pada serangkaian regresi berganda dan
estimator kuadrat terkecil biasa. Prosedur ini merupakan algoritma iteratif yang
pertama-tama memecahkan blok-blok model pengukuran, dan kemudian
memperkirakan koefisien jalur dalam model struktural. Beberapa sarjana
berpendapat bahwa PLS-SEM adalah prosedur yang cocok untuk menguji model
kompleks dan hubungan kompleks antara konstruksi (misalnya, Chin, Marcolin, &
Newsted, 2003; Eggert, Ulaga, & Schultz, 2006; Henseler, Ringle, & Sinkovics,
2009 ; Sarkar, Echambadi, & Harrison, 2001).
5
Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui panel 1739 pelanggan, model
struktural dihipotesiskan diuji menggunakan path analysis. Hasil menunjukkan
bahwa sensory brand experience memiliki dampak tidak langsung positif pada
brand equity, melalui kepuasan pelanggan dan komitmen afektif pelanggan.
Kepuasan pelanggan secara positif mempengaruhi komitmen afektif pelanggan, dan
empati karyawan memoderasi hubungan antara sensory brand experience dan
kepuasan pelanggan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kontribusi teoretis dan implikasi manajerial
sebagai berikut:
1. Kontribusi Teoritis
Secara umum, penelitian ini berkontribusi pada literatur dengan memajukan
pengetahuan tentang proses pembentukan brand equity, yang sangat relevan dan
membutuhkan perhatian akademik lebih lanjut dalam pengaturan layanan.
Secara khusus, penelitian ini berkontribusi pada literatur dengan menunjukkan
bahwa efek langsung dari pengalaman merek sensorik pada ekuitas merek tidak
signifikan dalam konteks layanan perbankan. Temuan ini menarik dan relevan,
karena penelitian sebelumnya menemukan bahwa efek langsung dari
pengalaman merek sensorik pada ekuitas merek signifikan dalam konteks
layanan lain - termasuk layanan katering dan industri penerbangan. Ini konsisten
dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa evaluasi pelanggan
terhadap pengalaman merek dan respons emosional mereka adalah kunci untuk
membangun brand equity.
Penelitian ini menunjukkan bahwa, dalam industri perbankan, kepuasan
pelanggan dengan merek memiliki efek positif pada komitmen afektif pelanggan
terhadap merek, yang pada gilirannya berpengaruh positif terhadap brand equity.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkat tinggi komitmen afektif
pelanggan mungkin sangat relevan dalam konteks layanan karena layanan tidak
6
berwujud dan heterogen dan tugas memberikan pengalaman kualitas homogen
lebih menantang daripada di bidang produk / barang.
Kontribusi teoritis kunci lain dari penelitian ini adalah empati karyawan secara
negatif memoderasi hubungan antara pengalaman merek sensorik dan kepuasan
pelanggan.
Secara keseluruhan, penelitian ini lebih lanjut memperkuat peran yang relevan
bahwa dimensi sensorik pengalaman merek bermain dalam konteks layanan dan
khususnya dalam industri perbankan dalam melengkapi dan memperkaya
penilaian kinerja layanan oleh pelanggan, terutama ketika ada variabilitas kinerja
karyawan karena kurangnya empati.
Penelitian ini belum menemukan bukti empiris untuk mendukung efek moderasi
empati karyawan pada hubungan antara pengalaman merek sensorik dan
komitmen afektif pelanggan. Ini berarti bahwa isyarat sensorik positif dapat
menimbulkan respons emosional yang kuat dan cepat, dan dengan demikian
tingkat komitmen afektif pelanggan yang lebih tinggi, yang tidak bergantung
pada evaluasi tingkat empati karyawan.
2. Implikasi manajerial
Merek-merek dalam industri perbankan semakin banyak memindahkan bagian
yang relevan dari operasinya ke saluran online untuk memberikan pengalaman
yang lebih sederhana, lebih cepat, dan lebih nyaman bagi pelanggan mereka.
Namun, secara paralel, beberapa merek ini juga berinvestasi secara signifikan
dalam meningkatkan pengalaman di sejumlah cabang yang lebih selektif.
Apabila merek perbankan ingin meningkatkan ekuitas mereka, mereka juga
harus berinvestasi dalam merancang pengalaman merek sensorik yang unggul.
Oleh karena itu, manajer harus memberikan perhatian khusus pada antarmuka
merek-pelanggan visual, laboratorium dan penciuman, untuk menyesuaikan atau
mendesain ulang mereka untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif.
Meningkatkan pengalaman sensorik pelanggan dengan merek sangat penting
dalam industri perbankan, karena dapat meningkatkan tingkat kepuasan
pelanggan dan komitmen afektif pelanggan, yang pada gilirannya cenderung
meningkatkan brand equity.
7
Merek dalam industri perbankan juga harus memanfaatkan potensi musik dan
wewangian untuk membangun ekosistem isyarat indera yang mampu
menciptakan suasana dan pengalaman yang lebih menyenangkan.
Dalam hal ini, manajer dalam industri jasa harus memahami bahwa merancang
dan mengatur pengalaman merek sensorik yang unggul dapat mengimbangi dan
mengatasi variabilitas tingkat layanan pelanggan yang diperoleh, misalnya, dari
heterogenitas empati karyawan ketika berinteraksi dengan pelanggan.
Saran
Terlepas dari kontribusi teoritis dan implikasi manajerialnya, penelitian ini juga
memiliki beberapa keterbatasan dan perlu dilakukan perbaikan pada penelitian di
masa yang akan datang, yakni:
Studi ini terbatas pada industri perbankan, dan oleh karena itu validitas
eksternal dari temuan adalah masalah. Penelitian di masa depan harus
mereplikasi penyelidikan ini dan memperluas keragaman pengaturan layanan
dalam sampel untuk menemukan apakah hasilnya konsisten di seluruh sektor
layanan.
Batasan kedua adalah karena sampel hanya mewakili populasi target Spanyol.
Oleh karena itu, generalisasi hasil menjadi perhatian. Studi selanjutnya harus
mencakup survei dari negara lain. Mengevaluasi pengalaman sensorik dari
negara-negara dengan budaya yang berbeda akan lebih menarik.
Penelitian di masa depan dapat mencoba untuk memahami dari perspektif
omni-channel dampak dari pengalaman merek sensorik offline pada
menghasilkan word-of-mouth positif di lingkungan online.
Penelitian di masa depan disarankan dapat memperluas model artikel ini
dengan memeriksa apakah loyalitas merek berkinerja baik sebagai konsekuensi
dari brand equity.
8
II. DEFINING OF BRAND EQUITY
Dalam jurnal imilah tersebut diperoleh berberapa definisi brand equity yang
dikemukakan menurut para ahli sebagai berikut:
Brand Equity adalah salah satu konstruksi paling penting dalam bidang
manajemen merek, baik dari perspektif akademik dan manajerial (Yang,
Liu, & Li, 2015).
Brand Equity sebagai aset berbasis pasar relasional yang dihasilkan melalui
interaksi dan hubungan antara merek dan pelanggan mereka. Hal ini
dikonseptualisasikan oleh beberapa sarjana (misalnya, Davcik, Vinhas da
Silva, & Hair, 2015; Hooley, Greenley, Cadogan, & Fahy, 2005; Srivastava,
Fahey, & Christensen, 2001).
9
pelanggan perusahaan. Selain itu sebagai aset berbasis pasar relasional yang
dihasilkan melalui interaksi dan hubungan antara merek dan pelanggannya.
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, (2015): Marketing Management, 15th Edition
New Jersey: Pearson Pretice Hall, Inc.
Iglesias, O., Markovic, S., & Rialp, J. (2019). How does sensory brand experience
influence brand equity? Considering the roles of customer satisfaction,
customer affective commitment, and
employee empathy. Journal of
Business Research Volume 96, March 2019, Pages 343-354.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2018.05.043
10