Etiologi Maloklusi
Halaman : 57-70
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2019
1
ETIOLOGI MALOKLUSI
Penilaian etiologi dari maloklusi merupakan aspek penting dalam
ortodontik, sebagai asal mula deformitas yang menyediakan kunci untuk rencana
pada genotip, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari faktor keturunan. Oleh
karena interaksi ini, sulit untuk mengklasifikasikan etiologi maloklusi secara tepat,
diturunkan biasanya tidak monogenik, tetapi poligenik, misalnya gen tunggal yang
dalam ortodontik) hanya memiliki efek sedikit pada manifestasi spesifik dalam
fenotip. Hanya efek akumulasi dari berbagai gen yang terlibat dalam penentuan
sifat bawaan.
penampilan klinis yang pasti seperti pada monogenik (contohnya displasia enamel
“poligenesis aditif” dan efek ambang batas, misalnya untuk menjadi faktor khas
dalam fenotip, bundel gen yang diwariskan dapat "terbalik" misalnya oleh faktor
eksogen harus ringan hingga berat untuk mengekspresikan karakter dari deformitas
2
dalam bentuk yang lebih jelas. Di sisi lain, pengaruh eksogen bisa juga
sistemik seperti kondisi iklim atau ekologis, nutrisi, dan penyakit dapat
berpengaruh hanya pada satu bagian spesifik atau hanya pada bagian yang aktif
(trauma).
dan skeletal.
3
karena kehilangan prematur gigi sulung dan ekstraksi awal molar permanen kiri
atas.
4
Jika dalam etiologi maloklusi, pengaruh eksogen terjadi dalam arah yang sama
Begitu pula sebaliknya, sifat-sifat genotip dapat ditutupi oleh pengaruh faktor
lingkungan.
Gigitan terbuka karena mengisap ibu jari dan mendorong lidah pada pasien
PENYEBAB MALOKLUSI
dengan tepat, penyebab asli anomali dentofasial yang paling umum telah dirangkum
beroperasi hanya sekali dalam setiap atau seluruh tahap perkembangan (pre- atau
postnatal).
Hasil dari faktor-faktor yang mengganggu ini tergantung pada lokalisasi dan
tekstur jaringan yang paling dipengaruhi oleh deformitas. Bagian jaringan primer
ini mungkin: jaringan neuromuskuler, gigi, tulang, jaringan kartilago, dan jaringan
gigi dipengaruhi secara primer; dan displasia tulang, jika jaringan tulang
Dalam banyak kasus, kombinasi dari ketiga anomali terjadi, terlepas dari jaringan
primer menempati jaringan lain, biasanya jaringan sekunder juga terlibat dalam
deformitas.
Abnormalitas Herediter
ada bukti ilmiah yang mendukung tesis ini. Rincian yang tepat tentang signifikansi
melakukan studi ekstensif pada anak kembar dan keluarga. Menurut pengetahuan
saat ini, jaringan-jaringan berikut ini dapat dipengaruhi secara primer oleh
- Sistem neuromuskuler
- Gigi
- Jaringan lunak
7
Sistem Neuromuskuler
anomali dalam ukuran, posisi, tonisitas, kontraktilitas, dan dalam pola koordinasi
neuromuskuler otot wajah, mulut, dan lidah. Dengan demikian, deformitas parah
Konfigurasi bibir serta kompetensi dan fungsinya sangat penting jika sistem
yang terjadi beberapa kali dalam satu keluarga dapat bersifat herediter dan dengan
Seringkali sulit untuk memutuskan apakah kebiasaan lidah dan bibir disebabkan
Kondisi otot patologis yang jarang, seperti hipertrofi dan atrofi, juga dapat
menyebabkan maloklusi.
8
Baris atas: Walaupun kakak laki-laki (kiri) memiliki bibir yang normal dan
Kakak tertua (kiri) dengan bibir normal, memiliki overjet terkecil dan adik paling
kecil dengan bibir tidak kompeten dan hiperaktifitas otot mental, memiliki overjet
terbesar (kanan).
Gigi-geligi
1. Ukuran gigi
2. Bentuk gigi
3. Jumlah gigi
4. Mineralisasi gigi
6. Sekuensi erupsi
9
Deviasi yang parah dalam bentuk dan ukuran gigi merupakan penyebab
yang paling umum pada permulaan maloklusi dentofasial. Dari sudut padang
ortodontik, biasanya bukan ukuran gigi asli yang relevan (Gambar 137, 138),
namun ukuran gigi dibandingkan dengan basis tulang (Gambar 139, 140).
ketiga, adalah 3,4%; anomali lebih jarang ditemukan pada gigi sulung daripada gigi
permanen. Molar ketiga adalah gigi yang paling sering hilang, dilanjutkan dengan
premolar kedua bawah, insisif lateral atas, premolar kedua atas, insisif sentral
bawah, dan premolar pertama atas dan bawah. Hipodonsia seringkali terjadi
lebih jarang dibandingkan kasus gigi hilang secara kongenital. Semua jenis gigi
gigi lebih sering terjadi pada rahang atas, terutama regio anterior dan molar. Gigi
yang paling sering terpengaruh selanjutnya adalah premolar bawah dan insisif
(Gambar 151). Gigi supernumerary dapat dibentuk secara normal maupun tidak
biasa. Gigi juga dapat dibentuk, akibat geminasi dan fusi, struktur supernumerary
tidak berkembang secara terpisah namun menjadi gigi yang sangat besar (Gambar
156).
10
Gigi supernumerary umumnya terjadi pada pasien dengan celah bibir dan langir-
langit sekitar area celah (supernumerary insisif lateral) dan pada kasus
137 Mikrodonsia
Semua jenis gigi, insisif lateral rahang aras paling bervarias dalam bentuk.
Anomali ukuran gigi dapat terbatas pada satu gigi atau secara keseluruhan.
Anomali gigi pada regio anterior rahang atas karena insisif lateral yang terlalu
besar.
139 Makrodonsia pada gigi rahang atas dalam relasi dengan ukuran tulang
basal
140 Mikrodonsia pada seluruh gigi dalam relasi dengan ukuran tulang basal
Jarak antara gigi diakibatkan diskrepansi ukuran antara lengkung gigi dan tulang
basal.
12
Hipodonsia.
Gigi sulung insisif lateral rahang atas hilang secara kongenital karena predisposisi
142 Hipodonsia pada gigi permanen. Oklusi pada pasien berusia 11 tahun
Insisif permanen lateral rahang atas hilang. Kaninus rahang atas erupsi secara
mesial. Pada populasi Kaukasia, gigi permanen yang paling umum terpengaruh
13
kehilangan kongenital adalah premolar kedua rahang bawah dan insisif lateral
rahang atas.
143 Posisi gigi sulung pada kasus gigi permanen hilang secara kongenital
Gigi molar sulung kedua rahang bawah yang tenggelam, merupakan gejala
Lengkung anterior pada pasien berusia 12 tahun terlihat telah rata akibat kehilangan
Diskrepansi ukuran gigi anterior antara lengkung atas dan bawah menyebabkan
146 Oligodonsia
Hipodonsia sejumlah besar gigi pada pasien dengan celah bilateral bibir, rahang,
dan palatum. Pasien menunjukkan kehilangan kongenital insisif lateral rahang atas,
premolar pertama dan kedua rahang atas, insisif sentral kiri rahang bawah, dan
premolar kedua rahang bawah. Benih gigi kaninus permanen rahang atas dystopic.
15
perkembangannya.
Oligodonsia yang diturunkan pada ekspresi yang bervariasi pada empat bersaudara.
Hipodonsia pada kaninus rahang atas, molar kedua rahang bawah, dan gigi molar
ketiga pada usia 13,5 tahun. Gigi sulung kaninus kanan rahang atas persistensi.
Kehilangan kongenital gigi kaninus rahang atas, insisif lateral kanan rahang bawah,
dan premolar kedua rahang bawah pada usia 9,5 tahun. Gigi insisif lateral kiri
Anak laki-laki ketiga dalam keluarga memiliki oligodonsia pada usia 10 tahun--
kehilangan kongenital gigi insisif lateral kanan rahang atas, gigi premolar pertama
kanan rahang atas, gigi kaninus dan gigi premolar kedua rahang atas, dan gigi
Anak termuda dalam keluarga, seorang anak perempuan berusia 6 tahun, memiliki
hipodonsia gigi insisif lateral kanan rahang atas, gigi premolar kedua kiri rahang
atas, dan kedua gigi premolar rahang bawah. Benih gigi insisif lateral kiri rahang
atas mengalami hypoplastic. Benih gigi kaninus permanen kanan rahang atas ada
151 Hiperodonsia
Gigi supernumerary pada kedua regio premolar pada lengkung rahang bawah.
Benih distomolar terlihat pada kuadran kiri rahang atas, diperkirakan akibat formasi
152 Mesioden
Gigi supernumerary dan belum sempurna yang telah erupsi di antara gigi insisif
sentral rahang atas. Jenis abnormalitas ini seringkali diturunkan dan jenis
hiperodonsia yang paling umum. Gigi ini dapat menghalangi parah erupsi gigi
anterior.
18
153 Odontoma
Stuktur mineralisasi supernumerary yang berada dekat mahkota gigi kaninus kanan
rahang atas yang mengganggu erupsi gigi kaninus dan bersamaan dengan kista
perikoronal, menahannya.
Gigi permanen berjumlah banyak, ektopik, secara keseluruhan atau sebagian pada
Gigi insisif, kaninus, dan premolar supernumerary dan persistensi gigi sulung
b. Twinning = pembelahan sempurna satu benih gigi untuk membentuk dua gigi
c. Fusi = dentin dari dua gigi yang menyatu, berasal dari dua benih gigi
d. Concresence = sementum dari dua gigi yang menyatu, berasal dari dua benih
156 Geminasi
Pembelahan tidak sempuna dari satu benih gigi pada gigi insisif sentral atas. Ukuran
Kanan: Terdapat takik pada tepi insisal, dan axial groove sampai ke mahkota,
157 Twinning
Gigi supernumerary pada regio anterior rahang bawah. Dilihat dari bentuk dan
ukuran gigi, terlihat seperti hiperdontia hasil dari benih gigi insisif sentral kanan
158 Fusi
Fusi antara gigi insisif kiri sentral rahang atas dan gigi supernumerary.
Kanan: mahkota gigi yang terlihat separuhnya mengalami fusi, pada kasus ini,
Cacat bawaan dari struktur gigi berbeda dari gangguan yang diinduksi
3. Cacat bawaan dari struktur gigi diatur baik tidak teratur atau sebagai
hilang.
Fakta bahwa gigi tetap dan gigi ektopik cenderung terjadi pada kelurga yang
Keturunan Lingkungan
Dentinogenesis imperfecta
Pasien usia 19 tahun mengalami displasia herediter pada dentin. Ukurannya kecil,
dan berwarna kuning pada gigi di rahang atas dan bawah. Temuan klinis yang khas
pada kelainan pembentukan gigi ini adalah email pecah dan atrisi di tepi insisal.
berkurangnya kontras radiografi dentin, hilangnya ruang pulpa dan saluran akar,
pendek, akar melebar. Anomali pada bentuk akar juga terlihat adanya penyempitan
Chalky - (putih dan coklat) enamel yang keras dan permukaan kasar. Menutupi pit
dan fissure. Terdapat atrisi yang hebat dan bagian enamel ikut terkelupas dari dasar
dentin.
Permukaan gigi kusam hingga ke ridge and groove. Terlihat banyak enamel yang
Enamel pada kaninus, premolar dan molar telah larut dan dentin berwarna
kecoklatan tua. Bagian mahkota gigi menunjukkan anomali pada bentuk dan
ukuran.
Temuan oklusal pada pasien terlihat pada Gambar 164. Pasien usia 13 tahun.
Impaksi gigi
Impaksi pada gigi tetap kanan bawah molar kedua pada pasien laki-laki usia 9
tahun. Ruangan untuk gigi sulung yang belum erupsi terbatas akibat mesial tipping
25
gigi yang berdekatan di sisi distal, yaitu kasus ankilosis. Benih gigi permanen
bergeser ke distal akibat gigi sulung yang impaksi. Pada kasus ini, erupsi abnormal
ankilosis pada gigi molar kedua kiri rahang bawahnya. Benih gigi permanen telah
bergeser ke mesial. Ruangan untuk gigi yang belum erupsi telah menyempit akibat
mesial tipping dari gigi molar permanen pertama. Erupsi dari gigi molar kedua
Dua gigi yang berdekatan telah bertukar posisi pada lenkung gigi akibat kelainan
genetik. Transposisi unilateral pada kaninus kiri dan premolar pertama. Dengan
Kiri: relasi oklusal ada anterior sebelah kiri dengan malposisi gigi rahang atas.
Transposisi pada gigi kaninus dan premolar satu adalah keadaan paling sering
terjadi.
Tulang
mandibular, maksila, dan tulang lain di bagian kraniofasial yang kompleks, yang
27
berikut:
• Ukuran tulang
• Lokasi tulang
Hipoplasia dan parsial aplasia pada tulang rahang terjadi bersamaan dengan
Profil wajah dan hubungan rahang anteroposterior pada pasien usia 3 tahun dengan
Cacat pada telinga luar juga terlihat, akibat retroagnasima pada mandibular, posisi
bibir bawah berada lebih belakang dari gigi insisif rahang atas.
progresif.
adalah eksoftalmus, hipertelorisma, hidung yang luas dan protusif bibir bawah.
Kanan: akibat prematur osifikasi dari sutura kranial, sindrom ini menyebabkan