1. font Courier New. Saya sendiri nggak tau kenapa harus pake courier new. Mungkin disesuaikan
dengan jaman baheula, dimana saat itu para penulis skenario masih menggunakan mesin tik jedag-
jedug, yang fontnya courier new. Ini adalah standar internasional, dan percayalah, anda tidak ingin
menggunakan font lain.
2. ukuran/size 12.
Ketiga format dasar ini nanti ada hubungannya dengan durasi film. Secara internasional sudah diakui
bahwa dengan font courier new, size 12 dan spasi 1, maka satu halaman skenario sama dengan satu
menit film. 120 halaman skenario = 120 menit film, atau dua jam. Pernyataan ini pun sebenarnya masih
tergantung juga pada seberapa detil penjelasan visual di skenario tersebut, dan berapa perbandingan
antara penjelasan visual/action, dengan dialognya.
Inget, ini bukan masalah baik dan benar, buruk dan salah. Yang udah-udah, sebuah skenario film 90
halaman dengan gaya penulisan yang cukup umum digunakan, biasanya akan menghasilkan sebuah film
dengan durasi tidak jauh dari 90 menit (yah, antara 80-100 menit mungkin). Ada juga pengecualian
untuk seorang filmmaker Eropa (Perancis) jaman dulu yang membuat film dengan hanya menggunakan
10 halaman skenario (atau mungkin lebih tepat kita sebut sinopsis aja), tapi jadi film panjang berdurasi
100 menit.
SCENE HEADING
Setiap scene dimulai dengan kepala scene mentok kiri, dengan semua huruf kapital, dan isinya:
- nomor scene,
- interior atau exterior (disingkat INT. atau EXT.) Sebenarnya tak masalah juga kalau ada yang ingin
menulis EKS. (dari eksterior), walaupun jarang ada yang menggunakannya,
- lokasi,
- waktu siang atau malam (day/night). Kalau pagi ya tulis pagi, kalau sore ya tulis sore. Semakin detil
skenario semakin bagus, karena mempermudah pemahaman,
- pemain utama yang terlibat dalam scene tersebut. Untuk elemen ini sebenarnya masih jarang
digunakan oleh para penulis skenario di Indonesia. Michael Rabiger dalam bukunya “Directing, Film
Techniques and Aesthetics” edisi ketiga terbitan tahun 2003 mencantumkan elemen ini pada
penjelasannya mengenai format skenario. Dengan adanya elemen pemain utama pada scene heading
tentu saja akan mempermudah kru dalam membreakdown skenario nantinya.
BODY
Elemen ini berisi deskripsi action, setting dan mood dari setting tersebut, posisi-posisi untuk adegan
yang akan dilakukan. Semuanya berupa deskripsi secara visual, jadi lupakanlah kata “cemburu”, “jatuh
cinta”, “melodius” dsb dsb karena tidak bisa dideskripsikan secara visual. “Pantat kuda” adalah kata
yang lebih visual dari kata “jatuh cinta”. Contoh:
bandingkan dengan:
Pantat kuda. Joko menendang pantat kuda. Kuda meringkik dan berlari kencang keluar kandang.
Gue yakin di kepala setiap orang yang membaca akan berisi imaji pantat kuda, ketimbang Joko yang
jatuh cinta pada Iwan dan Budi. Hal ini terjadi karena kata “jatuh cinta” itu bukanlah deskripsi visual.
Mungkin anda sebaiknya mendeskripsikan kata jatuh cinta seperti ini:
Joko melihat kearah Iwan dan Budi. Joko menautkan kedua tangan dan mengangkatnya hingga
menempel pipi sebelah kanan. Kepala Joko agak miring kearah tangan dan matanya berkedip berkali-
kali, dan pada setiap kedipannya terpercik simbol-simbol berbentuk hati berwarna merah muda… dst
dst.
DIALOG
- dimulai dengan nama orang yang berbicara, ditempatkan ditengah (centered), dan semuanya huruf
besar.
- dialognya sendiri juga berada ditengah, dengan margin yang lebih sempit dari bagian deskripsi.
- dimulai dan diakhiri dengan dua kali spasi (longkap satu baris).
FADE IN:
SUARA JAM BERDENTING SATU KALI. Kamar yang berantakan. Monitor komputer diatas meja menyala.
Lampu duduk di sudut meja menerangi ruangan dengan warna kuning redup. Seekor kecoa menyusuri
lantai, melewati tas ransel, gitar, celana panjang, baju, sejadah, dan menyelinap ke belakang CPU. JOKO,
23, laki-laki muda berambut panjang dengan kaos hitam dan celana pendek merah motif bunga Hawaii
sedang berbaring di atas kasur, melihat ke arah telepon genggam yang sedang dipegangnya. Ibu jari
gemetar diatas tombol bergambar gagang telepon berwarna hijau. Joko menelan ludah.
PLOT
Plot adalah sebuah kejadian atau peristiwa yang ditampilkan dalam film. Apapun yang ditangkap oleh
mata dan telinga ketika kita menyaksikan sebuah film, itu adalah plot. Contoh sederhana:
Yphoel sedang berbicara dengan temannya di sebuah kafe mahal. Ia berkata,” fren, kemaren gue
ditabok pacar gue lantaran gue ketauan selingkuh sama cewek kampus. Akhirnya hubungan terlarang
yang sudah terjalin dua tahun itu gue putusin deh.”
So, yang mana yang plot? Kita nggak bisa bilang kalo Yphoel yang ditabok pacar itu sebagai plot, karena
kita tidak melihat Yphoel ditabok, seorang perempuan
yang menabok, ataupun suara tabokan. Kita hanya melihat Yphoel yang sedang berbicara dan
mendengar apa yang sedang dibicarakan.
Kita juga nggak bisa bilang kalau perselingkuhan selama dua tahun itu plot, karena kita hanya
mendengarnya dari Yphoel. Kita tidak BENAR-BENAR MENYAKSIKAN kejadian itu didepan mata kita.
Kejadian yang kita lihat hanyalah Yphoel yang sedang berbicara dengan temannya di kafe. Itu adalah
plot.
Inilah yang dinamakan story, atau cerita. Story adalah keseluruhan cerita yang disampaikan, entah itu
berupa informasi yang datangnya dari dialog yang dilakukan tokoh, dari narasi sang narator, atau dari
plot itu sendiri.
plot adalah satu: MEMBERIKAN INFORMASI. Ini adalah satu-satunya senjata yang dimiliki filmmaker
untuk menyampaikan informasi. Plot berisi informasi. Contoh
diatas membuktikan bahwa plot tersebut memuat informasi (dengan menggunakan dialog) bahwa
Yphoel baru saja ditabok pacar kemarin, dan ia memberitahukan pada
temannya. Informasi tidak harus menggunakan dialog, karena sebuah kejadian pun akan berisi
informasi. Contoh: Joko tiduran telanjang dada dengan seorang cowok
dikamarnya. Informasinya ada banyak nih: yang tidur dengan Joko adalah temannya yang numpang
tidur, atau kamar Joko tidak ada pendingin ruangan sehingga mereka
kepanasan dan membuka baju, atau dll, you know lah. Mungkin beberapa orang langsung menuding
bahwa Joko dan cowok yang tidur disebelahnya itu homo, tapi
bayangkan jika sebelum melihat plot itu kita sudah melihat plot dimana Joko sedang berciuman mesra
dengan seorang wanita cantik, apakah para penuding itu
tetap akan menuduh bahwa Joko homo? Separah-parahnya paling tuduhan bergeser bahwa Joko itu AC-
DC (biseks, cowok bisa, cewek bisa). Mungkin jika setelah plot dimana mereka tidur kita melihat plot
mereka berdua sedang ngobrol dan Joko berdialog pada si cowok, “De, dapet salam dari Mama,” maka
tuduhan menjadi lenyap. Kalau tidak mah keterlaluan.
Inilah penataan plot. It’s about the information you want to give, to suspend, or to keep it for yourself
and leave people questioning whether Joko is gay or
not. Cara-cara untuk menatanya adalah tak terhingga. Be creative, but please be responsible.
Daripada menulis sesuatu yang orisinil, mereka biasanya mengambil scene-scene bagus dari film
terkenal (dengan sedikit perubahan agar tidak dibilang nyolong). Usaha seperti ini dilakukan dengan
tujuan membuat skenario film yang “komersial” atau sebagai pemicu untuk mengembangkan cerita
mereka sendiri.
Dengan telak mengikuti ajaran terstruktur dari buku penulisan skenario yang dibuat oleh penulis
skenario handal. Pernyataan ini tidak dimaksudkan untuk menyerang para penulis skenario yang menulis
buku itu (karena mereka biasanya adalah guru yang memiliki ide yang provokatif dan berguna).
Kebanyakan dari buku-buku itu menawarkan sistem untuk memfokuskan pikiran kita untuk menulis
cerita. Namun lebih baik jika para penulis dapat belajar dari beberapa skenario yang mereka telah buat
sendiri, sebelum mempelajari sistem-sistem yang diajarkan pada buku. Anda bisa eksperimen sendiri
dan lihat kemana cerita yang anda buat membawa anda. Ketika anda melakukan revisi, anda bisa
mengecek dengan para pengajar/ahli penulis skenario dan lihat apakah arahan dari mereka bisa
menstimulasi anda untuk membuat skenario anda menjadi lebih baik.
Bagaimana gue bisa tau kapan skenario gue siap buat dijadiin film?
Ada seorang sutradara bernama David Lean, yang membuat film berjudul “Lawrence of Arabia”. Ketika
film yang diciptakannya selesai, dan ketika ia menyaksikannya disebuah bioskop, ia pergi ke ruang
dimana proyektor diputar dan melakukan sedikit potongan disini dan disana untuk filmnya. Ia
melakukan hal ini cukup sering dan akhirnya pintu ruang proyektor tersebut perlu diblokade. lean selalu
ingin mengulik lagi dan lagi film miliknya. Etika kreatif yang menarik. Ini bisa dilakukan ketika menulis
skenario karena secara teknis dasar tak ada batas waktu akhir untuk sebuah skenario.
Para penulis bisa mendengar bagaimana hasil karya mereka jika dibacakan oleh pemain sebelum
mengirim ke rumah produksi atau ke sutradara. Proses ini bisa memberikan kepercayaan diri anda
terhadap hasil kerja anda, dan lebih ideal lagi, anda akan memoles dan mengulik karya anda untuk
menjadikannya yang terbaik.
Software terbaik untuk menulis skenario dan yang biasa digunakan para profesional?
Program best-seller adalah Final Draft, diikuti oleh Screenwriter 2000 dari Movie Magic, lalu ada
Scriptware and Script Thing.
Apakah lebih baik mempublikasikan cerita gue sebelum gue coba jual ke pembuat film?
Beberapa cerita seharusnya menjadi novel, beberapa cerita yang lain jadi cerpen, beberapa cerita yang
lain lagi bisa menjadi film yang hebat, dan cerita-cerita yang lain bisa digunakan dengan baik untuk lebih
dari satu format. Jika anda mempertimbangkan sisi penjualan (dimana anda pasti mempertimbangkan
hal tersebut), dengan mempublikasikan cerita bisa dikatakan sebagai sebuah langkah profesional
dimana anda membuat pernyataan, “cerita ini pantas untuk dipublikasikan.”
Untuk menjual proyek anda kepada pembuat film, anda membutuhkan persetujuan dari semua
profesional dan referensi yang bisa anda temukan dan dijadikan satu untuk bahan pertimbangan.
Tentu saja ada beberapa penulis yang mempublikasikan bukunya sendiri dan kemudian mencoba
menjualnya kepada pembuat film. Satu atau dua diantara mereka memiliki kesempatan untuk memilih
rumah produksi mana yang ingin ia pilih. Mungkin ini bukan jalan yang dianjurkan, tetapi tidak ada
salahnya untuk dijadikan pertimbangan.
Memilih karir sebagai penulis skenario betul-betul membutuhkan usaha yang besar, sama besarnya
seperti karir sebagai penulis, dan keduanya bukan jalan yang mudah ditempuh.
Bagaimana seorang penulis biasa bisa merangkul seorang bintang, sutradara, dan duit?
SKENARIO ANDA lah yang mampu merangkul elemen-elemen diatas, bukan anda sebagai anda.
Jika skenario anda tidak punya nilai-nilai diatas, maka anda tidak membuat film betapapun terkenalnya
anda.
TREATMENT
Treatment adalah ulasan menyeluruh dari sebuah film, hampir tiap-tiap scene, namun tanpa dialog.
Untuk film panjang (90-120 menit), treatment berkisar antara 30-50 halaman.
Sinopsis – 1-3 halaman yang menjelaskan situasi, pemain utama, dan kejadian-kejadian penting.
Treatment – perjalanan cerita secara mendetil, hampir dari scene ke scene, dalam bentuk prosa, tanpa
dialog.
Dalam kontrak-kontrak di luar Indonesia (seperti di Writer’s Guild), penulis mendapatkan bayaran
hampir sepertiga dari keseluruhan untuk tahap pengerjaan treatment. Hal ini menunjukkan bagaimana
mereka mengharapkan kedetilan cerita dan pengembangan karakter dalam sebuah treatment.
http://ksmovies.wordpress.com/about/
« JeNiS FiLm
1. IDE CERITA
Film itu sebuah cerita bergambar dan bersuara. Karena sebuah cerita, jadi kamu harus punya cerita yang
dianggap menarik untuk difilmkan. Dari mana datangnya ide? Ide banyak. Ada di mana-mana. Tinggal
kamu buka lebar-lebar semua indera kamu. Kamu bakal mendengar, merasa, melihat, mengecap, dan
mencium ide.
2. SIAPKAN SINOPSISNYA
Sekalipun film dan cerpen atau novel sama-sama sebuah cerita, tetapi ada perbedaan. Perbedaannya
pada medium yang digunakan. Seperti disebutkan pada nomor satu, film menggunakan medium gambar
dan suara. Sedangkan cerpen dan novel menggunakan medium teks.
Sementara sinopsis sendiri memiliki arti penting dalam pembuatan skenario, yaitu sebagai pijakan. Kita
akan kesusahan bikin skenario bila kita tidak tahu sinopsis ceritanya. Akan sama sulitnya kita akan bikin
sinopsis bila tidak punya ide cerita.
Bila yang kamu bikin bukan film lepas (FTV/layar lebar), melainkan sinetron, maka selain menyiapkan
sinopsis global, kamu juga harus menyiapkan sinopsis per episode yang tentu saja lebih detail dibanding
dengan sinopsis global.
3. BIKIN LOGLINE/PREMIS
Logline atau premis bertujuan untuk memperjelas film apa yang kamu buat. Logline sejenis iklan. Logline
yang bagus akan menarik orang untuk menonton film yang kita buat. Agar mudah membuat logline,
Richard Krevolin memberikan pola kalimat sebagai berikut: bagaimana jika…… dan kemudian…….
Contoh: bagaimana jika orang yang kamu siksa adalah orang yang akan menolong kamu dan kamu tidak
tahu. Kalimatnya dibikin sederhana menjadi: yang kamu siksa adalah penolongmu yang tidak kamu
ketahui.
Untuk lebih jelas tentang logline, kamu bisa melihat cover-cover film. Di sana ada kalimat-kalimat yang
menarik. Itulah logline atau premis.
4. TREATMEN
Treatmen ini pembabakan. Sebuah film umumnya tiga babak. Sinopsis itu harus dipecah ke dalam tiga
babak ini. Babak pertama sebagai pengenalan seting, tokoh, dan awal masalahnya. Babak kedua sebagai
bagian berkecamuknya masalah. Babak ketiga sebagai penyelesaiannya.
Yang tiga babak ini disebut dengan struktur tiga babak (tree acts structure). Ada juga yang disebut
struktur sembilan babak (nine acts structure), sebagai pengembangan dari yang tiga babak. Yang
sembilan babak ini terdiri dari:
· Babak 3: kejadian buruk menimpa protagonis, atau terlibat/dilibatkan kepada masalah orang lain pada
babak 1.
· Babak 4: protagonis dan antagonis
Sekarang saatnya membuat outline scene/scene plot. Outline scene/scene plot adalah rencana
peristiwa-peristiwa yang akan diambil (disyut). Pembuatan outline scene/scene plot akan
mempermudah pembuatan skenario.
Contoh:
3. Dst
6. BIKIN SKENARIO!
SANG PRABU
Fade In
Act 1
Kepengen memergoki PUTRI MALAKA sedang bersedih hati. Kepengen menanyakan kesedihannya. Putri
malaka bermuram durja.
Tanpa mereka sadari, roh deni hadir di sini. Mendengarkan percakapan mereka.
KEPENGAN:
Haiya, kenapa putli owe yang cantik ini belmulam dulja?
ROH DENI:
PUTRI MALAKA:
Bagaimana Ay tidak sedih? Sekarang Ay tak punya datang! Gusti Prabu belum nyariin Ay punya dayang!
Padahal gengsi seorang putri itu ada pada seorang dayang!
CUT TO
Pemain: Prabu, Putri Malaka, Woro Denok, Putra Mahkota, Selir, Permaesuri, Mahapatih, Para
Punggawa, Dayang
Prabu duduk di singgasananya. Permaisuri di sebelahnya. Woro Denok dengan genit duduk sambil
memegang Putri Mahkota.
PRABU:
Siang ini sengaja kukumpulkan. Pertemuan ini atas permintaan Putri Bunga Seroja dari Kerjaan Malaka…
Dst
CUT TO
03…………….
04………………….
FADE OUT
Keterangan:
Act 1 : Babak 1
Selain Cut To masih ada turunannya spt: intercut to, disslove to, paralel cut to, dll
PERTANYAAN PENTING
Ada 7 pertanyaan penting yang harus dijawab penulis skenario agar skenarionya bagus. Tujuh
pertanyaan itu ialah:
Itulah “prosedur” penulisan skenario film. Lebih jelasnya kamu bisa baca pada buku-buku panduan
menulis skenario.
http://bayumobile.wordpress.com/2008/01/18/langkah-membuat-skenario-film/