Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Omega 3

1. Defenisi Omega 3

Asam lemak omega 3 atau asam linolenat adalah asam lemak esensial, yaitu
dibutuhkan oleh tubuh dan tubuh tidak dapat mensintesisnya. Asam lemak omega 3
dibutuhkan utuk pertumbuhan dan fungsi normal semua jaringan.

Asam lemak omega 3 adalah asam lemak tidak jenuh ganda yang mempunyai ikatan
rangkap banyak, ikatan rangkap pertama terletak pada atom karbon ketiga dari gugus metil
omega, ikatan rangkap berikutnya terletak pada nomor atom karbon ketiga dari ikatan rangkap
sebelumnya. Gugus metil omega adalah gugus terakhir dari rantai asam lemak. Asam lemak
otak yaitu asam lemak esensial serta omega-3 merupakan zat gizi yang harus terpenuhi
kebutuhannya. Zat gizi berperan vital dalam proses tumbuh kembang sel-sel neuron otak
untuk bekal kecerdasan bayi yang dilahirkan.

Asam lemak omega-3 ini turunan dari prekursor (pendahulu)-nya, yakni asam lemak
esensial linoleat dan linolenat. Asam lemak esensial tidak bisa dibentuk dalam tubuh dan
harus dipasok langsung dari makanan. Kemudian prekursor itu masuk dalam proses elongate
dan desaturate yang menghasilkan tiga bentuk asam lemak omega-3: LNA (asam alfa
linolenat (C18:3,n-3)), EPA(eikosapentaenoat(C20:5,n- 3)), serta DHA (dokosaheksaenoat
(C22:6,n-3).

Proses pembuatan DHA maupun AA difasilitasi oleh enzim desaturase dan elongase.
Aktifitas kedua enzim ini masih sangat kurang pada bayi prematur bahkan pada bayi sampai
usia 4-6 bulan. Karenanya penambahan DHA dan AA pada bayi prematur sangat dianjurkan
dengan dosis yang mengacu pada kandungan asam lemak dalam ASI.

Aktifitas enzim desaturase maupun elongase dipengaruhi oleh asam lemak yang
terdapat pada makanan. Minyak ikan yang mengandung banyak DHA akan menghambat
aktifitas enzim tersebut sehingga dapat menghambat pembentukan AA. Sebaliknya minyak
jagung atau safflower memacu aktifitas enzim desaturase sehingga meningkatkan
pembentukan AA 1 1. Sifat fisis dan sifat kimia metabolisme ,pencernaan, absorbsi dan
sekresi omega 3 sama dengan lemak. Sifat fisik trigliserida ditentukan oleh proporsi dan
struktur kimia asam lemak yang membentuknya. Semakin banyak mengandung asam lemak
rantai pendek dan ikatan tidak jenuh, semakin lunak dan cair lemak tersebut. Sebaiknya,
semakin banyak mengandung asam lemak-jenuh rantai panjang, seperti asam plamitat (CI
6:0) dan asam stearat (18:0) yang terdapat pada lemak hewan, semakin padat lemak tersebut.

Sifat trigliserida juga ditentukan oleh posisi (omega) dan posisi asam lemak pada
molekul gliserol

2. Bentuk-Bentuk Omega 3
Omega-3 merupakan asam lemak tak jenuh jamak (polyunsaturated) yang tidak dapat
diproduksi sendiri oleh tubuh. Adapun 3 bentuk omega 3 yaitu:omega-3 :LNA (asam alfa-
linolenat (CI8 :3, n-3)), EPA (eikosapentaenoat (C20: 5, n-3)), serta DHA (dokosaheksaenoat
(C22 : 6, n-3)'°. Induk dari asam lemak omega-3 adalah alpha linolenic acid (ALA). ALA
dengan bantuan enzim delta-6-desaturase dapat berubah menjadi stearidonic acid kemudian
oleh enzim delta-5-desaturase dikonversi tubuh menjadi eicosapentaenoic acid (EPA) dan oleh
enzim delta- 4 desaturase dirubah menjadi docosahexaenoic acid (DHA). DHA (asam
dokosaheksaenoat) atau yang di kenal sebagai omega-3.
Omega-3 dibagi lagi berdasarkan jenis dan perannya masing-masing, diantaranya:

1. Eicosapentaenoic acid (EPA)


EPA fungsinya adalah menghasilkan senyawa kimia eicosanoid dalam tubuh
yang berperan menjaga kekebalan tubuh dan mengendalikan peradangan. EPA
juga diketahui membantu meringankan gejala depresi.
2. Docosahexaenoic acid (DHA)
DHA merupakan salah satu komponen utama yang membangun 8% dari berat
otak, sehingga jenis asam lemak ini sangat diperlukan dalam pertumbuhan dan
perkembangan otak. DHA tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak pada masa
perkembangan namun juga pada lansia untuk mencegah kerusakan otak seperti
demensia.
3. Alpha-linolenic acid (ALA)
ALA merupakan bentuk omega 3 yang paling sederhana diantara ketiga asam
lemak omega-3, ALA dapat dibentuk kembali menjadi DHA ataupun EPA,
namun sebagian besar ALA digunakan sebagai penghasil energi.

Selain menjalankan fungsi sebagai jenis asam lemak masing-masing, omega-3 juga
diserap oleh membrane sel tubuh dan memiliki fungsi dalam mengatur lemak tubuh dengan
cara meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL), mencegah plak pada pembuluh darah,
mengurangi penumpukan lemak dibawah kulit dan lemak yang tersimpan pada hati.

3. Klasifikasi dan Sumber Omega 3

Asam lemak dibedakan menurut jumlah karbon yang dikandungnya yaitu asam lemak
rantai pendek (6 atom karbon atau kurang), rantai sedang (8 hingga 12 karbon), rantai panjang
(14-18 karbon), dan rantai sangat panjang (20 atom karbon atau lebih). Asam lemak esensial
sebenamya terdiri dari asam linoleat (AL)/ "linoleic acid" (LA), asam linolenat (ALN)/"
linolenic acid" (ALA) serta asam arachidonic/ "arachidonic acid"(AA), asam lemak ini tidak
bisa dibuat oleh tubuh baik dari asam lemak lain maupun dari karbohidrat ataupun asam
amino. Asam arachidonic dapat dibuat dari asam linolenat (seri n-6), karenanya yang
dianggap sebagai asam lemak esensial hanyalah asam lemak lenolenat dan asam lemak
lenoleat. Kedua asam lemak esensiel ini tidak dapat saling berubah dari yang satu menjadi
yang lain serta berbeda baik dalam metabolisme maupun fungsinya, bahkan secara fisiologik
keduanya mempunya fungsi yang berlawanan.
Klasifikasi Omega 3

Nomenklatur Istilah Kimia Nomenklatur Sumber pada bahan


umum pendek makanan

Tidak jenuh Asam 9.12.15 – 18:3(n-3/w-3) Minyak kacang


ganda oktadekatrieonat kedelai, kecambah
gandum

Eikosa- Asam 5.8.11.14.17 20:5(N-3/w-3) Minyak ikan tertentu


pentaenoat/EPA (dapat dibuat dari
Eikosapentaenoat asam linolenat)

Dokosa- Asam 22:6(n-3/w-3) ASI, minyak ikan


heksanoat/DHA 4.7.10.13.16.19.22 tertentu

(N-3/w-3)
Dokosaheksanoat

(Sumber : Almatsier, 2006)

Asam lemak yang terdiri dari atas rantai karbon yang mengikat semua hidrogen yang
dapat diikatnya dinamakan asam lemak jenuh. Asam lemak yang mengandung satu atau lebih
ikatan rangkap dimana sebetulnya dapat dikatakan tambahan atom hidrogen dinamakan asam
lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh tunggal mengandung satu ikatan rangkap,
sedangkan asam lemak tidak jenuh ganda mengandung dua atau lebih ikatan rangkap.
Klasifikasi asam lemak menurut panjang rantai karbon dan tingkat kejenuhan dalam
lemakyang banyak terdapat di alam dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. Sumber asam lemak omega 3

Sumber Jumlah kandungan omega 3

Makarel 2,5 gr

Herring 1,7 gr

Salmon 1,2 gr

Crustacea/lobster 0,2 gr

Cumi-cumi 0,6 gr

Salmon oil 19,9 gr

Cod liver oil 18,5 gr

Herring oil 11,4 gr


4. Kebutuhan Omega 3

Lemak akan menghasilkan asam-asam lemak dan kolesterol yang ternyata dibutuhkan
untuk membentuk sel-sel membran pada semua organ. Organ–organ penting seperti retina dan
sistem saraf pusat terutama disusun oleh lemak. Asam lemak sangat dibutuhkan oleh jaringan
tubuh terutama adalah asam lemak esensial. asam lemak tersebut adalah asam linolenat (w-3)
dan asam linoleat (w-6), dan asam arachidonat.

Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. Menurut WHO (1990)


menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15-30% kebutuhan energi total dianggap baik untuk
kesehatan. Jumlah ini akan memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan membantu
penyerapan vitamin larut lemak. Diantara lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling
banyak 10% dari kebutuhan total berasal dari asam lemak jenuh, dan 3-7% dari lemak tidak
jenuh ganda yaitu asam lemak omega 3. Konsumsi kolesterol dianjurkan adalah < 300 mg
sehari. WHO telah menetapkan rekomendasi tentang asupan omega 3 untuk setiap orang
adalah 0,3-0,5 g/hari (EPA+DHA).

5. Manfaat Omega 3

Adapun manfaat omega 3 yaitu :

1. Sangat penting bagi kesehatan bahkan paling penting dari asam-asam lemak lainnya
karena memiliki efek antiperadangan dan antipenggumpalan darah.
2. Baik dalam sistem saraf pusat dan otak dan mencegah penyakit CVD (Cardiovaskular
disease). Asam lemak omega 3 yang paling banyak pada ikan adalah EPA dan DHA.
Mengkonsumsi ikan secara teratur dapat mencegah terjadinya CVD.
3. Asam lemak tak jenuh omega 3 berperan penting dalam perkembangan morfologis,
biokimia, dan molekuler dari otak dan organ lainnya.
Kekurangan asam lemak omega 3 yang disebabkan oleh asupan yang kurang atau
karena adanya penyakit yang mengurangi daya serap, dapat menghambat
perkembangan otak, kesehatan fisik dan interaksi lingkungan memiliki efek yang kuat
dalam pembentukan perkembangan kognitif.
Defisiensi omega 3 yang berkepanjangan dapat berakibat fatal. Kekurangan asam
lemak omega-3 menimbulkan gangguan saraf penglihatan serta bisa mengganggu
perkembangan sistem saraf. Akibatnya, akan terjadi gangguan pada sistem daya tahan tubuh ,
daya ingat, mental, dan penglihatan.
Pemberian lemak yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas dan penyakit jantung
bahkan dapat menimbulkan keganasan, dapat meningkatkan kadar kolesterol. LDL dapat
memacu terjadinya atherosclerosis dan penyakit jantung koroner. Hal ini sangat bergantung
pada komposisi dari asam lemaknya, komposisi lipopotrein, diet rendah serat, antioksidan,
dan aktifitas serta derajat kesehatannya. Saturated fatty acid seperti lauric, myristic, dan asam
palmitat dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, sedangkan pemberian
polyunsaturated fatty acid dapat menurunkan kadar kolesterol dan LDL dalam darah.
Pada bayi prematur banyak berat badannya dibawah normal(2.500 g) dan ukuran
otaknya lebih kecil dari rata-rata. Karena jumlah sel neuronnya juga sedikit, maka bayi bisa
cacat, kualitasnya rendah serta proses tumbuh kembagn sel otak tidak normal atau di bawah
optimal. Asam lemak omega-3, EPA dilaporkan berperan pula dalam mencegah penyakit
degeneratif sejak janin dan pada saat dewasa. Pada saat janin dalam kandungan, EPA sangat
diperlukan dalam pembentukan sel-sel pembuluh darah dan jantung. Sementara pada saat
dewasa EPA berfungsi menyehatkan darah, mekanisme kerja pembuluh darah dankerja
kantung pengatur sirkulasi darah.
Oleh sebab itu akibat kekurangan omega-3 EPA, bisa beresiko menderita penyakit
pembuluh darah dan jantung.
Keseimbangan rasio EPA, DHA, dan AA dalam darah bayi, remaja, atau dewasa dapat
dijadikan salah satu indikator untuk meramalkan risiko gangguan sistem pembuluh darah dan
penyakit jantung di masa mendatang. Untuk itu dibutuhkan upaya preventif sejak dini agar
terhindar dari penyakit degeneratif ini, rasio EPA, DHA AA dan alfa linoleat harus
dikonsumsi dalam jumlah yang seimbang. Perbandingan konsumsi omega 3: omega 6 yaitu
5:1 sampai 10:1.
DHA diperlukan sebagai unsur pembentuk cawan untuk wadah rhodopsin yaitu
senyawa vital pengindraan dan pengiriman balik sinyal yang diterima mata ke otak.
Docosaheksanoat Acid (DHA) dan Arachidonat Acid (AA) merupakan unsur nutrisi yang juga
penting dalam tumbuh kembang dan perkembangan saraf di otak dan membantu pembentukan
saraf di otak dan membantu pembentukan jaringan lemak otak (mylenisasi) serta menjaga
interkoneksi sel-sel saraf otak terutama untuk mempengaruhi perkembangan otak.

6. Manfaat Omega 3 Dalam Sistem Imun

Omega 3 merupakan asam lemak esensial yang terdiri dari EPA dan DHA. EPA dan
DHA memiliki fungsi dalam fungsi kekebalan tubuh karena dapat mengendalikan
peradangan. Sel-sel inflammatory (peradangan) seperti neutrofil, monosit, dan makrofag
membentuk bagian dari respon imun bawaan yang bertanggung jawab dalam pertahanan awal
inang terhadap bakteri. Sel-sel inflammatory mengenali bakteri dengan jalan nonspesifik dan
beraksi menghancurkan bakteri dengan fagositosis, dengan memproduksi superoksida dan
jenis oksida reaktif yang berkenaan dalam respiratory burst.
Komponen dinding sel bakteria seperti lipopolisakarida (LPS) merangsang produksi
sitokinin seperti tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin 1 (IL-1) dan IL-6 oleh monosit
danmakrofag. Sitokinin inflammatory menghubungkan antara sel-sel inflammatory dan
imunitas spesifik karena dapat merangsang limfosit T dan B. Monosit dan makrofag juga
dapat bertindak sebagai sel-sel penghasil antigen, yang membuat hubungan lain antara sistem
imun spesifik dan bawaan.
Ketika limfosit T hadir bersama antigen, ia menjadi aktif menghasilkan sitokinin,
akhirnya memasuki siklus sel dan membelah. Limfosit T diklasifikasikan ke dalam sel-sel T
penolong. Limfosit T juga dapat dibagi lagi secara fungsional menurut pola sitokinin yang
dihasilkan. Limfosit T penolong tipe 1 menghasilkan IL-2 dan interferon γ (IFN- γ),
sedangkan limfosit T penolong tipe 2 menghasilkan IL-4, IL-5, dan IL-10.
Pada manusia, malnutrisi akan menekan cell mediated immune dan akan meningkatkan
resiko infeksi. Malfungsi dari sistem imun juga dapat terjadi pada kondisi defisiensi asam
lemak esensial/essential fatty acids (EPA). PAmerupakan asam lemak tak jenuh yang
dibutuhkan untuk makanan yang sempurna yang harus tersedia dalam diet, karena tidak
mampu disintesa oleh tubuh. EPA merupakan turunan dari linolenat (C18-3n-3) yang
merupakan asam lemak tak jenuh ganda/PUFA. Penelitian tentang pengaruh PUFA (ω-6) dan
(ω-3) terhadap sistem imun sudah dilakukan, dan studi epidemiologis memperlihatkan
penurunan infeksi pada populasi yang mengkonsumsi PUFA (ω-3). Hal ini mengindikasikan
pentingnya PUFA (ω-3) dalam sistem imun. Pemberian PUFA dalam diet dapat berpengaruh
positif dalam menghindari terjadinya kelainan inflammatory dan autoimun yang akan
mencegah terjadinya kondisi-kondisi seperti atherosclerosis dan rhematoid arthritis (Rundles,
2003). Hal ini karena PUFA merupakan bahan baku bagi tubuh untuk memproduksi substansi
serupa hormon yang mengatur fungsi-fungsi tubuh secara luas, antara lain terhadap tekanan
darah, formasi pembekuan darah, lemak darah, respons imun, respons inflamasi terhadap luka
dan infeksi.

Asam linoleat dan asam linolenat merupakan PUFA utama dalam kebanyakan diet.
Asam linoleat adalah bentuk PUFA utama dalam tubuh, biasanya mencapai 12-15% dari
asamlemak pada jaringan lemak. Pada jaringan tubuh bebas lemak terdapat tiga PUFA dari
profil asam lemak (asam linolenat, asam arakidonat, asam docosaheksanoat) yang jumlahnya
kurang dari 5%.
Asam linolenat merupakan anggota utama dalam kelompok asam lemak ω-3, dan telah
diakui peranannya dalam dunia kesehatan. Pertanyaan mengapa penduduk asli Greenland dan
Alaska yang mengkonsumsi lemak tinggi jarang terkena penyakit jantung, terjawab dengan
kenyataan bahwa mereka mengkonsumsi sejumlah besar ikan laut dan minyak yang terdapat
di dalamnya. Minyak ikan mengandung asam eicosapentanoat (EPA) (C20:5n-3) dan asam
docosa-heksanoat (DHA) (C22:6n-3) yang termasuk dalam kelompok asam lemak ω-3.
Selain merupakan bagian terbesar dari cortex cerebral otak dan diperlukan bagi
perkembangannya serta membantu pembentukan retina mata yang dibutuhkan untuk
penglihatan normal, asam-asam lemak ini juga dapat dikonversi menjadi produk serupa
hormon yang mempengaruhi jantung dan sistem imun.

7. Mekanisme Kerja Omega 3 Dalam Sistem Imun

Mekanisme kerja omega-3 ada 2, yaitu

1. Mekanisme kerja omega 3 pada sel kanker

Asupan diet lemak sangat berpengaruh terhadap meningkatnya resiko kanker payudara
dan prostat, karena perannya dalam mempengaruhi konsentrasi hormon seks endogenous.
Konsumsi EPA dan DHA dari minyak ikan memperlihatkan hasil yang konsisten dalam
menghambat proliferasi sel-sel kanker payudara dan prostat dan menurunkan resiko
perkembangan tumor pada hewan percobaan.
Mekanisme kerjanya adalah dengan meningkatkan metabolisme estradiol untuk
menginaktifkan estrogen catechol pada kasus kanker payudara, dan penurunan sirkulasi
konsentrasi testosteron pada kasus kanker prostat. Lebih rinci lagi, mekanisme minyak ikan
dalam menurunkan resiko kanker adalah dengan menghambat biosintesis eicosanoid dari
asam arakidonat. Proses oksigenasi siklik dari asam arakidonat akan menghasilkan
prostaglandin E 2 (PGE2). Sel-sel tumor secara tipikal menghasilkan sejumlah besar PGE2 )
yang terkait dengan karsinogenesik yang berasal dari asam arakidonat, yang mengganggu
fungsi sistem imun karena berperan dalam menghasilkan sel-selT penekan.

Suplementasi minyak ikan pada pasien kanker saluran pencernaan setelah operasi
memperlihatkan bergabungnya PUFA ω-3 dalam struktur lipid pasien, dan lebih toleran
terhadap nutrisi. Pada pasien dengan gangguan pernafasan akut, pemberian minyak ikan dapat
menurunkan tingkat infeksi. Hal ini menunjukkan bahwa, konsumsi PUFA ω-3 dapat
ditingkatkan sampai tingkat sedang tanpa menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap
respons imun bawaan maupun yang didapat dan terhadap kemampuan individu untuk
meningkatkan respons imun dengan baik.

2. Mekanisme omega 3 dalam menurunkan trigliserida

Bukti epidemiologis yang terkait dengan asupan minyak ikan yang kaya asam lemak ω-
3 memperlihatkan bahwa, asupan minyak ikan dalam jumlah yang sedang secara efektif dapat
menurunkan konsentrasi trigliserida, kolesterol, dan LDL plasma. Efektifitas minyak ikan
dalam menurunkan kolesterol serum tiga kali lipat lebih baik dibandingkan minyak tumbuh-
tumbuhan, meskipun mengandung lebih banyak proporsi asam lemak jenuh dibandingkan
minyak tumbuh-tumbuhan. Keadaan ini akan menyebabkan turunnya kejadian penyakit
jantung koroner, atherosklerosis, dan arthiritis.
Para peneliti mendapatkan bahwa potensi minyak ikan dalam menurunkan triglesirida
karena kandungan EPA dan DHA. Mekanisme kerjanya melalui; penurunan produksi
endogenous lipoprotein yang kaya trigliserida (medium transport trigliserida dalam darah),
meningkatkan eliminasi lipoprotein yang kaya trigliserida, atau meningkatkan aktivitas lipase
lipoprotein.

Daftar Pustaka

Diana, Melva Fivi. 2012. “Omega 3”. Studi Literatur. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Wajizah, Siti. 2004. “Perspektif Minyak Ikan Sebagai Imunonutrisi”. Jurnal. Bogor : IPB.

https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/fungsi-dan-manfaat-asam-lemak-jenuh/

Anda mungkin juga menyukai