Anda di halaman 1dari 3

Tugas KKUP TNTF-B

Identifikasi Masalah Etika Terkait Aplikasi Teknoligi 3D Printer


pada Bidang Fabrikasi Organ Tubuh

Anggota :
Nessie Talitha Ellora 15/379979/TK/43244

Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2019
A. 3D Printer
3D printing atau dapat dikenal juga rapid prototyping merupakan proses pembentukan
berbagai model digital secara visual dalam bentuk tiga dimensi. 3D printer merupakan proses
dimana materi bergabung atau dipadatkan di bawah control computer untuk membuat objek
tiga dimensi. Teknologi 3D printing ini menggunakan proses additive dengan setiap lapisan
material tercetak satu per satu dalam bentuk yang berbeda-beda sebelum menjadi model digital
yang diinginkan sehingga lapisan-lapisan ini menjadi sebuah objek nyata. Model-model 3D
yang dapat dicetak dapat dibuat dengan bantuan computer (CAD), melalui pemindai 3D atau
dengan kamera digital biasa dan perangkat lunak fotogrametri.
Teknologi 3D printer telah banyak digunakan dalam pembuata prototype dan distribusi
manufaktur. Beberapa bidang yang menggunakan teknologi 3D Printer adalah arsitektur,
Teknik, konstruksi, industrial design, aerospace, militer, medical industries, fesyen, informasi
sistem biografis dan sebagainya.
Dari segi harga, semenjak abad ke 21 dimana telah berkembangnya teknologi secara besar,
harga pasar untuk 3D printer ini meningkat. Pada tahun 2012 harga meningkat sejumlah 29%
dari tahun 2011 yaitu sebesar 2,2 juta dollar. Walaupun begitu, dapat dispekulasi bahwa suatu
saat teknologi ini dapat menjadi konsumsi publik yang dapat dengan mudah ditemukan di pasar
karena pada dasarnya teknologi ini dapat menekan biaya yang dikeluarkan masyarakat
Jenis filamen atau bahan yang umum digunakan adalah ABS (Acrylonitrile Butadiene
Styrene), PLA (Poly Lactic Acid), HIPS (High Impact Polystyrene), PVA (Polyvinyl Alkohol),
Flexible PLA, PETG (Glycol-modified PET), Color Change by UV, Color Change by
Temperature, Wood, Bronze
Berikut merupakan jenis-jenis dari 3D printer:
1. Direct and binder printer 3D
3D printer jenis direct ini memiliki mekanisme kerja menggunakan teknologi inkjet.
Teknologi ini telah digunakan pada 2D printer. Cara kerja dari printer ini hampir mirip
dengan printer 2D. Inkjet bekerja maju mundur sambal mengeluarkan cairan. Perbedaannya
denga 2D printer adalah inkjet pada 3D printer mampu bergerak vertikan ataupun diagonal
sambil mengeluarkan cairan tetapi bukan tinta printer seperti 2D, melainkan lilin dan
polimer plastic.
3D printer jenis binder memiliki proses kerja yang sama dengan menggunakan nozel
inkjet untuk menuangkan cairan dalam membentuk setiap lapisan. Perbedaannya dengan
direct adalah jenis binder untuk melakukan pencetakan menggunakan dua bahan yang
terpisah yang merupakan bubuk kering dan lem cair. Mekanisme kerjanya yang pertama
adalah bubuk kering dilakukan penuangan kemudian dibberikan lem cair agar terjadi
pengikatan.
2. Photopolymerization dan sintering
Photopolymerization merupakan jenis printer 3D yang memiliki cara kerja dengan
meneteskan cairan plastil dan diberikan penyinaran laser berupa ultraviolet. Selama proses
penyinaran cairan akan berubah menjadi padat.
3D printer jenis sintering memiliki proses kerja yang melibatkan partikel padat yang
diberi proses penyinaran. Proses ini biasanya disebut dengan selective laser sintering (SLS)
yaitu proses printer 3D yang bekerja menggunakan laser untuk mencairkan bubuk plastic
yang kemudian mencair dan membeku kembali membentuk lapisan dicetak. Jenis sintering
sangat kompatibel untuk mencetak benda dari logam. Proses manufaktur pada logam sering
membutuhkan mekanisme dari bentuk padat kemudian cair lalu padat lagi.
B. 3D Printer Bidang Fabrikasi Organ Tubuh
C. Permasalahan Etika yang Muncul dari 3D printer Bidang Fabrikasi Organ Tubuh
 Safety dan Health
Salah satu permasalah yang muncul adalah pada safety dan kesehatan pada manusia.
3D printer pada organ tubuh atau 3D bioprinting sampai saat ini masih belum dapat teruji
secara klinis. Penempatan organ dari 3D printer ke tubuh manusia sendiri masih memiliki
resiko berupa karsinogenesis, kanker, hingga migrasi implant. Resiko-resiko tersebut
berpotensi bersifat irreversible. Resiko-resiko tersebut terjadi akibat reaksi penolakan yang
terjadi pada tubuh manusia terhadap organ asil 3D printer yang akan diimplan. Beberapa
studi telah berhasil mencegah terjadinya resiko tersebut, namun hanya dalam janga pendek.
Sehingga resiko tersebut perlu diperimbangkan secara hati-hati karna dapat mempengaruhi
kehidupan manusia.
Penggunaan 3D printer untuk organ tubuh dijual dengan bebas dapat menjadikan
mindset masyarakat untuk tidak menggunakan obat bahkan melepakan gagasan akan gaya
hidup sehat. Misalnya pada pecandu rokok tidak akan berhenti merokok untuk melindungi
paru-parunya, melainkan akan mengganti paru-parunya yang telah rusak dengan paru-paru
baru menggunakan 3D printer organ tubuh.
D. Solusi
 Solusi pada permasalahan Safety dan Health
Salah satu solusi untuk menentukan apakah organ dari hasil 3D printer aman untuk
digunakan secara klinis apakah bahan bersifat karsinogenik atau berbahaya adalah dengan
melakukan tes secara in vivo. In vivo merupakan eksperimen dengan menggunakan
keseluruhan organisme hidup. Objek yang digunakan dalam percobaan in vivo antara lain
tikus, burung, katak, dan hewan lain. Uji secara in vivo memiliki batasan tertentu karena
berhubungan dengan hewan hidup. Sedangkan untuk solusi dari pengaruh 3D printer organ
tubuh yang dapat mengubah mindset hidup sehat masyarakat adalah dengan melakukan
sosialisasi resiko apa saja yang dapat timbul dari penggunaan 3D printer organ secara
bebas kepada masyarakar. Serta membentuk undang-undang atau aturan tertentu mengenai
bagaimana penjualan alat 3D printer di masyarakat sehingga tidak dijual secara bebas.

E. Referensi
Kritikos, M., (2018) “3D Bioprinting for Medical and Enhancement Purposes: Legal and
Ethical Aspects”, European Parliamentary Research Service
Putra, K. S., dan Sari, U. R., (2018) “Pemanfaatan Teknologi 3D Printing Dalam Proses
Desain produk Gaya Hidup”, Seminar Nasional Sistem Informasi dan Teknologi
Informasi 2018.
Putri, H. T., “Futurologi : Penciptaan Sel Stem Embrio Manusia di Masa Depan melalui
Teknologi 3D Printing”, Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai