Anda di halaman 1dari 12

Pendahuluan

Pada saat ini, kita hidup di zaman globalisasi atau bisa juga disebut zaman
modernisasi. Modernisasi sendiri dalam ilmu sosial merujuk pada bentuk transformasi
dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan
harapan kehidupan masyarakat akan menjadi lebih baik. Modernisasi mencakup banyak
bidang, contohnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di zaman
modernisasi seperti sekarang, manusia sangat bergantung pada teknologi. Hal ini
membuat teknologi menjadi kebutuhan dasar setiap orang.
Perkembangan teknologi berkembang secara drastis dan terus berevolusi hingga
sekarang dan semakin mendunia. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya inovasi
dan penemuan yang sederhana hingga sangat rumit. Salah satu kemajuan teknologi
yang sedang dikembangkan adalah printer 3 Dimensi. Di mana teknologi percetakan 3
dimensi ini akan menjadi salah satu terobosan teknologi di masa depan karena
dipercaya mampu membawa dunia pada kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Di Indonesia sendiri perkembangan printer 3D belum begitu dikenal. Namun
seiring perkembangan zaman dan prospek yang cerah di masa depan dalam
pengaplikasian Printer 3D, sudah ada beberapa jasa yang menawarkan jasa percetakan
menggunakan Printer 3D ini di kota-kota besar seperti Bandung dan Jakarta. Meskipun
penjualannya masih terbatas dengan harga yang relatif mahal, bisnis Printer 3D masih
terus berkembang di Indonesia.

I.

Definisi Printer 3 Dimensi

Gambar 1. Printer 3 Dimensi

Printer 3D adalah alat cetak dalam bentuk 3 dimensi (juga dikenal sebagai prototipe
cepat atau stereolithography) di mana sebuah objek tiga dimensi dibuat dengan
meletakkan lapisan berturut-turut beberapa bahan. Teknologi printer 3D akan
menghasilkan benda padat, dan bukan seperti mencetak selembar 2D seperti printer
yang sudah biasa digunakan. Printer 3D ini akan melengkapi teknologi printer 2D yang
sudah lama digunakan sebagai alat cetak yang outputnya berupa lembaran dua dimensi.

II.

Sejarah Dan Perkembangan Printer 3 Dimensi

Gambar 2. Charless Hull, Pencipta teori stereolithography

1984 Charless Hull (Salah satu pendiri 3D Systems) menciptakan teori


stereolithography yaitu proses pencetakan yang memungkinkan nyata objek 3D
yang akan dibuat dari data digital. Penemuannya dipatenkan pada tahun 1986.

1992 Pertama kalinya mesin SLA (Stereolithographic Apparatus) diproduksi


oleh 3D Systems. Proses mesin menggunakan laser UV dalam pemadatan
photopolymer, carang dengan viskositas dan warna yang membuat bagian tiga
dimensi lapis demi lapis.

1999 Pertama kalinya organ buatan ditanamkan pada manusia ketika pasien
menjalani augmentasi kandung kemih menggunakan 3D perancah sintetis
dilapisi dengan sel mereka sendiri. Teknologi ini dikembangkan oleh para
ilmuwan di Wake Forest Institute untuk pengobatan regeneratif.

2005 Dr. Adrian Bowyer di University of Bath mendirikan RapRap, sebuah


inisiatif open source untuk membangun printer 3D yang dapat mencetak
sebagian besar komponennya sendiri.

2006 Pertama kalinya mesin SLS (Selective Laser Sintering) menjadi layak
dipakai dan muncul untuk publik. Mesin jenis ini menggunakan laser untuk
memadukan bahan menjadi produk 3D. Pada tahun yang sama Objet (penyedia
sistem 3D Printing dan bahan) menciptakan mesin yang mampu mencetak
dalam beberapa bahan termasuk elastomer dan polimer. Mesin ini
memungkinkan membuat singlet partus dengan berbagai variasi kepadatan dan
sifat material.

2008 Pertama kalinya replikasi printer 3D muncul yang mampu mencetak


mayoritas komponen sendiri. Pada tahun yang sama, pertama kalinya orang
berjalan dengan kaki palsu yang dicetak oleh printer 3D.

2010 Para ilmuwan dari University of Southampton bidang desain dan


penerbangan membangun pesawat pertama dengan printer 3D.

2012 Dokter dan insinyur di Belanda menggunakan printer 3D buatan Layer


Wise untuk mencetak prostetik rahang bawah, yang kemudian ditanamkan pada
seorang pasien.

III.

Teknik-teknik dalam Printer 3D


Stereolithography (SLA) adalah teknik pertama untuk 3D Printing. Caranya adalah
menambahkan layer terus menerus pada bahan photopolymer menuju keatas.
Material yang digunakan pada awalnya adalah liquid (cairan) dan akan mengeras
ketika liquid tersebut terkena sinar ultraviolet.

Gambar 3. Teknik Stereolithography (SLA)

Digital Light Processing (DLP) adalah teknik yang hampir sama dengan SLA yang
membuat bahan liquid mengeras dengan sinar ultraviolet. Tetapi, pada proses
penyinaran digital, objek pada awalnya berbentuk liquid yang penuh. Sebagian
dari liquid tersebut akan disinari, yang tentu saja akan mengeraskan liquid tersebut,
lalu objek yang mengeras akan tenggelam kebawah dan menaikkan liquid
selanjutnya. Proses ini terus menerus dilakukan hingga objek 3D tersebut berhasil
dibuat.

Gambar 4. Teknik Digital Light Processing (LDP)

Selective Laser Sintering (SLS) menggunakan tenaga yang sangat tinggi untuk
menggabungkan berbagai material, seperti plastik, gelas, keramik, dan metal
menjadi output 3D.

Gambar 5. Teknik Selective Laser Sintering (SLS)

Electron Beam Melting (EBM) adalah proses dari 3D Printing untuk bahan metal.
Prosesnya di sebuah vakum dan memulai prosesnya dengan menyebarkan sebuah
layer dari metal powder (lebih sering menggunakan titanium). Electron beam akan
mencairkan powder menjadi layer yang keras. Objek yang dibuat dengan teknik ini
akan sangat kuat.

Gambar 6. Teknik elektron Beam Melting (EBM)

Multi Jet Modelling (MJM) mempunyai cara kerja yang sama dengan inkjet printer.
Ia menyebarkan sebuah layer dari resin powder dan menyemprotkan sebuat lem
yang mempunyai berbagai warna dan akan mengeras pada satu layer. Multi Jet

Modelling sangatlah berguna karena sangat cepat dan mendukung penyediaan


warna.
Fused Deposition Modelling (FDM) menggunakan bahan nozzle yang dipanaskan
dan akan melelehkan bahan seperti plastik pada hasil outputnya. Nozzle tersebut
akan berpindah secara horizontal dan vertikal yang diatur oleh komputer. Ketika
material keluar dari nozzle, material tersebut akan mengeras.

Gambar 7. Teknik Fused Deposition Modelling (FDM)

Bioprinting, berbeda dengan mencetak benda-benda mati, 3D Printer dengan


material sel hidup (bioprinting) akan mengeluarkan output berupa sel dan gel larut
untuk mendukung dan melindungi sel selama pencetakan. Semua sel keluaran
bioprinters dari kepala bioprint yang bergerak kiri dan kanan, bolak-balik, naik dan
turun, dalam rangka untuk menempatkan sel-sel persis di mana diperlukan. Selama
periode beberapa jam, ini memungkinkan obyek organik besar yang akan dibangun
dari banyak lapisan yang sangat tipis.

Gambar 8. Teknik Bioprinting

IV.

Jenis-jenis Printer 3 Dimensi


Direct and Binder Printer 3D
Printer 3D jenis direct memiliki mekanisme kerja menggunakan teknologi
inkjet. Teknologi ini sudah ada sejak tahun 1960 dan digunakan pada printer 2D.
Inkjet hanya bergerak maju mundur atau horizontal pada printer 2D, sedangkan
pada printer 3D inkjet juga bisa bergerak vertikal ataupun diagonal bersamaan
dengan mengeluarkan cairan tetapi bukan tinta seperti printer 2D, melainkan lilin
dan polimer plastik. Pada gambar 3 menjelaskan bagian bagian printer 3D.

Gambar 9. Printer 3D direct

Printer 3D jenis binder juga menggunakan inkjet untuk menuangkan cairan


untuk membentuk setiap lapisan, akan tetapi yang membedakan dengan jenis direct
adalah untuk jenis binder pencetakan menggunakan dua bahan terpisah berupa
bubuk kering dan lem cair. Mekanisme kerjanya adalah pertama bubuk kering
dituangkan kemudian diberi lem cair agar terjadi pengikatan. Begitu seterusnya
hingga seluruh proses selesai. Gambar 4 menggambarkan binder printer.

Gambar 10. Printer 3D binder

Photopolymerization dan Sintering


Photo artinya cahaya dan polymer artinya senyawa kimia plastik. Jadi
dapat dikatakan Photopolymerization sebagai jenis printer 3D yang memiliki cara
kerja dengan meneteskan cairan plastik kemudian diberikan penyinaran laser
berupa ultraviolet. Dan selama proses penyinaran ini sanggup merubah cairan
menjadi bentuk padat, dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 11. Printer 3D Photopolymerization

Printer 3D jenis sintering (gambar 6) dalam proses kerjanya melibatkan


partikel padat diberikan proses penyinaran. Proses ini disebut Selective Laser
Sintering (SLS) yakni proses printer 3D yang bekerja menggunakan laser untuk
mencairkan bubuk plastik yang kemudian mencair dan membeku kembali
membentuk lapisan dicetak. Jenis sintering cocok untuk mencetak benda yang
berasal dari logam. Karena proses manufaktur pada logam sering membutuhkan
mekanisme dari bentuk padat kemudian cair lalu padat lagi. Dan keuntungan yang
dihasilkan dari proses sintering adalah tingkat presisi yang tinggi.

Gambar 12. Printer 3D Sintering

V.

Jenis-Jenis Material Yang Digunakan Untuk Mencetak Bentuk 3D


Nylon (Polymide) plastik putih yang kuat dan fleksibel.
ABS (Acrylonitrille Butadiene Styrene) mirip seperti material lego yang
keras. Memerlukan platform pemanas untuk mencetak. Berbentuk seperti
gulungan kabel.
PLA (Polylactic Acid) memiliki variasi warna yang lebih beragam dan lebih
baik untuk mencetak bentuk yang detail, serta tidak memerlukan pemanas
untuk mencetak.
Resin bersifat kaku dan sedikit lembut, berwarna hitam, putih serta
transparan. Berbentuk cairan yang memerlukan sinar UV untuk
memadatkannya.
Stainless Steel material yang sangat kuat, opsi warna seperti emas atau
perunggu, material berbentuk bubuk.
Emas dan Silver material yang kuat, biasanya digunakan untuk proses
casting.
Titanium material terkuat, digunakan untuk mesin jenis direct metal laser.
Ceramic bersifat kaku dan lembut, permukaan dapat dilapisi agar terlihat
berkilau.
Gypsum material berbentuk bubuk. Hasil cetakan bersifat kaku dan lembut.
Warna dasarnya adalah putih, namun dapat diberi pewarna agar berwarna.
Nanocomposite material inovasi terbaru yang terbuat dari campuran plastik
dan besi sehingga bersifat cukup kuat serta tahan benturan dan tahan lama.

VI.

Cara Kerja Printer 3D


1. Desain Model
Pertama-tama perlu dilakukan desain model dalam bentuk tiga dimensi
menggunakan software khusus untuk model desain 3D seperti Auto CAD, dan
software animasi 3D. Selain menggunakan software, bisa juga menggunakan
scanner 3D, proses ini menganalisa dan mengumpulkan data dari objek nyata untuk
kemudian bentuk dan penampilannya dibuat digital sebagai model 3D.
2. Printing
Proses printing atau mencetak menggunakan prinsip dasar Additive Layer.
Additive Layer merupakan proses membuat objek padat bentuk apapun dari model
digital dimana teknik membuat objek adalah dari sejumlah layer/lapisan yang
masing-masing dicetak di atas setiap lapisannya. Mesin membaca rancangan 3D
dan mulai menyusun lapisan secara berturut-turut untuk membangun model dalam
serangkaian proses lengkap.
3. Finishing
Tahap finishing dapat dilakukan secara manual untuk menyempurnakan bagianbagian kompleks yang mungkin terjadi seperti ukuran yang berbeda dari yang
diinginkan.

Gambar 13. Cara Kerja Printer 3D

Gambar 13 menggambarkan alur proses 3D printer, dimana ada input berupa


model atau desain yang telah kita buat pada software kemudian prosesnya adalah
pencetakan desain pada mesin printer 3D dan output berupa benda padat 3D sesuai
desain yang telah dibuat. Adapun feedback dalam proses ini adalah proses
finishing, dilihat dari output yang ada apakah ada kekurangan atau kegagalan akan
ada upaya yang dilakukan baik memperbaiki atau menyempurnakan kembali
output ataupun mengubah input, feedback dilakukan sesuai dengan keinginan
pengendali proses.
VII.

Kelebihan dan Kekurangan Printer 3D


Kelebihan:
1. Printer 3D bisa mencetak dengan desain beragam baik bentuk maupun warnanya.
2. Sangat bermanfaat dalam industri manufaktur untuk membuat prototype sebelum
menciptakan produk aslinya. Serta mencetak berbagai alat yang memenuhi
kebutuhan manusia.
3. Sangat bermanfaat dalam bidang medis dimana penggunaan bioprinting untuk
membuat implant bagian tubuh tertentu untuk pengobatan regeneratif yang
menggunakan sel pasien sehingga memperkecil terjadinya penolakan oleh tubuh.
4. Dapat menciptakan alat bantu gerak bagi pasien yang tidak memiliki bagian tubuh
tertentu.
5. Memiliki tingkat akurasi pencetakan yang tinggi sehingga dapat membuat objek
dengan tingkat kerumitan yang tinggi juga.
6. Apabila ada kesalahan gambar pada scanning, dapat dengan mudah diperbaiki dan
diubah sesuai keinginan pencetak.
7. Lebih mudah digunakan dibandingkan dengan rapi manufaktur lainnya.

Kekurangan :
1. Butuh banyak waktu untuk mencetak barang tertentu dalam jumlah besar.
2. Materi yang dicetak menyesuaikan dengan besarnya cetakan, kalaupun dipaksakan,
percetakan dibuat terpisah-pisah, lalu dilem.
3. Harga masih relatif mahal berkisar antara $ 800 - $ 4000.
4. Mengurangi daya kreativitas Free hand.
5. Mengurangi tenaga kerja pengrajin.

6. Tidak praktis dalam beberapa hal, salah satunya material pembentuk. Satu buah
mesin hanya dapat menggunakan satu jenis material.
7. Akan banyak bentuk pembajakan dengan bermodalkan soft file yang dapat dicetak
menggunakan printer 3D tanpa perlu mendapatkan jin dari perancang.
VIII.

Kesimpulan
Setelah mengetahui berbagai hal mengenai printer 3D dapat ditarik kesimpulan
bahwa Printer 3D akan membawa dunia menuju abad Post-industrialisasi di mana
produk akan didapatkan dengan lebih murah dan lebih cepat memproduksinya dalam
jumlah banyak. Hal tersebut tentu akan lebih menghemat perekonomian setiap individu
serta akan membuka lahan usaha baru untuk para designer dan seniman.
Walaupun begitu, printer 3D juga memiliki kekurangan yang memberikan efek
negatif pada masyarakat dengan matinya pekerjaan manufaktur kelas kecil dan
menengah yang mempekerjakan tenaga manusia. Serta matinya hak cipta karena orang
bisa dengan sesuka hati mencetak produk yang diinginkan bermodalkan soft filenya
saja. Pembajakan pun akan sangat sulit dihindari.
Mengingat berbagai efek tersebut, perlu dikembangkan solusi yang tepat agar
bisa menyeimbangi keberadaan Printer 3D di tengah kehidupan sosial, ekonomi, dan
budaya masyarakat dunia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lestari, Maya. 2014. Printer 3D : Teknologi Terbaru Di Dunia Percetakan. From


http://www.infotech-review.com/2013/12/printer-3d.html, 24 September 2016.
2. Partner3D. Tanpa Tahun. Mengenal Teknologi Printer 3D . From
http://www.partner3d.com/mengenal-teknologi-printer-3d-mesin-printing-canggihserbaguna/, 24 September 2016.
3. Reza, Anggreini. 2014. Tahukah Anda Tentang Printer 3D. From http://ilmuti.org/wpcontent/uploads/2014/03/Anggreini_Reza_Tahukah_Anda_Tentang_Printer_3D.pdf,
24 September 2016.
4. Taufik. 2016. Sejarah dan Perkembangan 3D Printing. From
http://miximaxi3d.com/3dblog/sejarah-dan-perkembangan-3d-printing/, 24 September
2016.
5. Ayu, Rositaya. 2013. New Media 3D Printing. From
http://rostiyaayu.blogspot.co.id/2013/10/new-media-3d-printing.html, 24 September
2016.
6. Anonim. 2016. 3D Printers Reviews. From
http://www.toptenreviews.com/computers/3d-printers/best-3d-printers/, 24 September
2016.
7. Anonim. 2016. What Is 3D Printing. From http://3dprinting.com/what-is-3d-printing/,
24 September 2016.
8. Wardiani, Prita. 2015. Printer 3D : Printer Mutakhir Di Masa Depan. From
http://www.teknoologia.com/tekno-news/2015/05/07/printer-3d-printer-mutakhir-dimasa-depan-92257/, 24 September 2016.
9. Admin. 2016. Apa Itu 3D Printer Serta Kelebihan dan Kekurangannya. From
http://sajuonline.com/apa-itu-3d-printer-serta-kelebihan-dan-kekurangannya/, 24
September 2016.
10. Tingkercad. 2012. Materials Guide. From https://blog.tinkercad.com/materialsguide/,
24 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai