Anda di halaman 1dari 75

COVER

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

(HAKK601)

JUDUL :

PERENCANAAN PENATAAN KAWASAN KAMPUNG SASIRANGAN DI


BANJARMASIN

Oleh :

ALYA ANISAH SAVITRY AGOES 1610812220003

KHANSA YUSTIKA FARHANA 1610812320008

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2019
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL :

PERENCANAAN PENATAAN KAWASAN KAMPUNG SASIRANGAN DI


BANJARMASIN.

PENYUSUN :

1. ALYA ANISAH SAVITRY AGOES 1610812220003


2. KHANSA YUSTIKA FARHANA 1610812320008

Banjarbaru, April 2019.

Koordinator Praktik Kerja Lapangan Pembimbing Praktik

Dr. Ira Mentayani, S.T, M.T. Dr. Irwan Yudha Hadinata


NIP 19740801 199803 2 001 NIP 2016198607200801

Ketua Program Studi Arsitektur

Nurfansyah, ST., MT.

NIP 19731222 2005501 1 002


PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Penulis menyatakan bahwa Laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul


PERENCANAAN PENATAAN KAWASAN KAMPUNG SASIRANGAN DI
BANJARMASIN.

Seluruhnya merupakan hasil karya penulis dibawah bimbingan Bapak


Irwan Yudha Hadinata dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir laporan ini.

Demikian pernyataan bebas plagasi ini penulis buat dengan sejujur-


jujurnya, jika di kemudian hari terdapat kekeliruan yang bertentangan dengan
pernyataan ini, penulisbersedia menanggung segala risikonya sesuai ketentuan
yang berlaku.

Banjarbaru, April 2019

Yang menyatakan,

Penulis 1, Penulis 2,

Alya Anisah Savitry Agoes Khansa Yustika Farhana

NIM 1610812220003 NIM 1610812320008


SURAT PERMOHONAN
SURAT BALASAN
SURAT PENUNJUKAN BIMBINGAN
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN KERJA PRAKTIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan Praktik Kerja
Lapangan yang berjudul “Perencanaan Penataan Kampung Sasirangan
Banjarmasin” dengan tepat waktu dan semaksimal mungkin.

Tujuan dari penyusunan laporan ini guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Praktik Kerja Lapangan (HAKK601) pada Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat. Laporan ini disusun
berdasarkan pengetahuan yang penulis dapatkan di lapangan selama mengerjakan
Praktik Kerja Lapangan perencanaan kawasan Kampung Sasirangan di kelurahan
Seberang Masjid dan Sungai Jingah.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam
kegiatan praktik kerja lapangan dan proses penulisan laporan, khususnya kepada :

1. Walikota Banjarmasin Bapak H. Ibnu Sina, S.Pi, M.Si dan istri Ibu Dr. Hj.
Siti Wasilah, M.Si.Med
2. Pemerintah Kota Banjarmasin sebegai mitra kegiatan perencanaan, Ketua
Dewan Kerajinan Nasional Kota Banjarmasin dan Bapak Khuzaimi selaku
Kepala Bidang Pengembangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Banjarmasin.
3. Bapak Dr. Bani Noor Muchammad, ST., MT. selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
4. Bapak Nurfansyah, MT. selaku Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
5. Bapak Dr. Bani Noor Muchammad, Dr. Ira Mentayani dan Dr. Irwan
Yudha Hadinata selaku Koordinator mata kuliah Praktik Kerja Lapangan.
6. Bapak Dr. Irwan Yudha Hadinata selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dalam penyusunan laporan ini hingga selesai.
7. Ibu Dr. Ira Mentayani, ST., MT, selaku Kepala Laboratorium Perumahan,
Permukiman Perkotaan, Bapak JC. Heldiansyah, ST., M.Sc selaku Kepala
Laboratorium Arsitektur Digital, Bapak Ibnu Saud, ST., M.Sc selaku
Kepala Studio Perancangan Arsitektur dan Ibu Naimatul Aufa, ST., M.Sc
selaku Kepala Laboratorium Arsitektur Vernakular Fakultas Teknik yang
telah memberikan wadah aspiratif selama pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan.
8. Tim Dosen Arsitektur Fakultas Teknik yang telah membantu dalam proses
pelaksanaan Kerja Praktik Lapangan.
9. Orang Tua dan rekan seperjuangan yang telah banyak memberi dukungan,
doa dan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan
ini.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kesalahan
karena kurangnya ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis siap
menerima kritik dan saran yang membangun sebagai bahan evaluasi. Semoga
laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat memberikan kontribusi positif serta
bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, April 2019

Penulis 1, Penulis 2,

Alya Anisah Savitry Agoes Khansa Yustika Farhana

NIM 1610812220003 NIM 1610812320008


DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. LAPORAN HARIAN
2. KARTU KENDALI
3. DAFTAR HADIR PRAKTIK KERJA LAPANGAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Latar Belakang Kerja Praktik

Dalam mempelajari ilmu arsitektur yang terus berkembang mengikuti


perkembangan zaman, tidak akan berarti bila hanya ikut berkembang melalui
teori-teori yang diperoleh dari bangku perkuliahan saja, mahasiswa juga
memiliki tantangan tersendiri untuk mengembangkan kemampuannya dalam
bidang praktik dengan cara mencari pengalaman berproyek di lapangan. Hal
ini dimaksudkan agar calon arsitek nanti mampu mengeksplorasikan
pengalamannya kelak jika sudah terjun ke dunia kerja. Sehingga perlunya
Praktik Kerja Lapangan agar teori dan keterampilan yang diajarkan dapat
diterapkan.

Pada Program Studi Arsitektur mata kuliah Praktik Kerja Lapangan


merupakan mata kuliah wajib dilaksanakan oleh mahasiswa arsitektur .
Dengan mengikuti kerja praktik, mahasiwa dapat mendapatkan pembekalan
dan penyeimbangan pengetahuan tentang teori dan praktik. Selain itu juga
dapat menambah wawasan berpikir dan pengetahuan tentang dunia
profesionalisme arsitektur, seperti pengetahuan struktur dan konstruksi
bangunan.

Dalam mata kuliah Praktik Kerja Lapangan terdiri dari 3 jenis bidang kerja
yang memberikan pengetahuan tentang teori arsitektur dan pelaksanaan
pembangunan dilapangan, sebagai berikut :

1. Praktik kerja lapangan untuk bidang perencanaan pada konsultan


perencana. Berlangsung sekitar 1 bulan/30 hari kerja (120 jam) dengan
minimal 4 jam per-hari
2. Praktik kerja lapangan untuk bidang pelaksanaan pada kontraktor
berlangsung sekitar 2 bulan/60 hari kerja (240 jam) dengan minimal 4
jam per-hari.
3. Praktik kerja lapangan untuk bidang pengawasan pada konsultan
pengawasan. Jumlah hari dan jam mengikuti bidang pelaksanaan

Kerja praktik yang dilaksanakan adalah dibidang perencanaan kawasan


Kampung Sasirangan Banjarmasin yang terletak di kelurahan Seberang Masjid
dan Sungai Jingah.

1.1.2 Latar Belakang Judul Kerja Praktik

Bentuk kontribusi dalam lembaga yang berkembang dalam suatu daerah


tertentu adalah adanya kerjasama antara pemerintahan daerah dengan suatu
lembaga tersebut yang disebut hilirisasi. Hilirisasi juga diartikan sebagai
pendekatan hasil riset dan inovasi kepada pengguna yang sebagian besar
penggunanya adalah masyarkat. Dalam tingkatan lembaga pendidikan seperti
Universitas hilirisasi yang diberikan berupa pengetahuan dan penelitian dalam
bentuk nyata. Hilirisasi dapat berbentuk pemberdayaan masyarakat, bantuan
infrastrukur atau gagasan dalam pembangunan secara nyata. Dalam
pendidikan dalam bidang Arsitektur bentuk hilirisasi pengetahuan yang dapat
di kontribusikan kepada pemerintah daerah salah satunya berupa perencanaan.

Perencanaan ini terlaksana karena adanya kerjasama swakelola antara


Fakultas Teknik dengan Pemerintah Kota Banjarmasin khususnya Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin. Kegiatan ini berupa penataan
kawasan Kampung Sasirangan yang terfokus pada 2 (dua) lokasi. Lokasi
pertama berada di kawasan Kampung Sasirangan tepi sungai Martapura
Kelurahan Seberang Masjid. Lokasi kedua berada di kawasan Sungai Jingah
yang sudah memiliki potensi dalam mengembangkan kain sasirangan karena
sudah terdapat 18 pengerajin. Kegiatan penataan perencanaan ini
ngekhususkan pada area dermaga dan desain beautification kawasan.

Proyek ini dijadikan objek perencanaan karena mengingat adanya


proyeksi permasalahan untuk mengintegrasikan pembangunan kota
Banjarmasin sebagai salah satu kebutuhan untuk memunculkan dan
menguatkan citra kawasan dan nilai ideal yang muncul karena adanya
kerjasama.
1.2 Permasalahan
Perencanaan kawasan Kampung Sasirangan ini berlokasikan pada 2 (dua
tempat) :
1.2.1 Tepi Sungai Martapura, Kelurahan Seberang Masjid

1.2.2 Kawasan Sungai Jingah

Pada lokasi ini area perencanaan berfokuskan pada sekitaran area


pameran yang berlangsung setiap Sabtu pagi dari pukul 07.00 WITA s/d 10.00
WITA. Perencanaan ini berupa penguatan citra kawasan karena pada kawasan
tersebut terdapat 18 (delapan belas) pengerajin kain sasirangan yang kuat di
daerah Banjarmasin.

Permasalahan, dipecah menjadi 2 sub bab dijelaskan, kemudian kesimpulan


dari 2 permasalahan lokasi, diakhirnya di rincikan

1.3 Lingkup dan Batasan Kerja Praktik

1.3.1 Lingkup Kerja Praktik

Ruang lingkup perencanaan penataan kawasan Kampung Sasirangan


Banjarmasin di Kelurahan Seberang Masjid meliputi pergola, dermaga, ruang
terbuka, dan pagar dengan fungsi sebagai rumah produksi kain sasirangan,
citra kawasan, area taman dan photobooth. Sedangkan perencanaan penataan
kawasan Kampung Sasirangan Banjarmasin di Sungai Jingah meliputi
pergola, pagar, open space, dermaga dan titian dengan fungsi sebagai berikut:
ruang pameran, citra kawasan, dan parkir.

1.3.2 Batasan Kerja Praktik

Praktik Kerja Lapangan merupakan serangkaian kegiatan yang


dilaksanakan maksimal 2 (dua) orang mahasiswa dalam satu kelompok dengan
satu pokok bahasan/judul, dan telah memenuhi syarat yang telah ditentukan
dalam Pedoman Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan. Rentang waktu
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan pada kawasan Kampung Sasirangan
adalah 2 bulan terhitung sejak tanggal 4 Februari 2019 s/d 4 April 2019
dengan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja yang dinyatakan dalam daftar
hadir yang disahkan oleh tim perencana Fakultas Teknik dan Laboratorium
Perumahan, Permukiman dan Perkotaan.

Tempat pelaksanaan Kerja Praktik kawasan Kampung Sasirangan yang


pertama terletak di Kelurahan Seberang Masjid, Pasar Lama, Banjarmasin
dengan spesifikasi perencanaan berupa perencanaan penataan `di area
dermaga masuk kawasan. Tempat pelaksanaan Kerja Praktik kawasan
Kampung Sasirangan kedua terletak di Sungai Jingah, Banjarmasin dengan
spesifikasi perencanaan penataan di area pameran kain sasirangan dan area
dermaga.

1.4 Tujuan dan Sasaran

1.4.1 Tujuan

Tujuan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini adalah sebagai


berikut :
a) Sebagai bagian dari mata kuliah yang wajib diambil dalam
pendidikan S1 Program Studi Arsitektur, Universitas Lambung
Mangkurat.
b) Mengetahui aplikasi dari teori-teori perancangan dan memahami
praktik langsung di lapangan.
c) Sebagai media penerapan teori-teori yang sudah didapatkan pada
saat perkuliahan.
d) Merasakan secara langsung terlibat dengan kegiatan perencanaan
pada proyek nyata.

1.4.2 Sasaran

a) Menerima gambaran mengenai pekerjaan di lapangan serta


menambah pengetahuan diluar teori-teori yang diajarkan di bangku
perkuliahan.
b) Memahami dengan jelas tentang proses perencanaan dalam suatu
proyek untuk dapat menambah wawasan yang berkaitan dengan
perencanaan arsitektur sehingga nantinya siap menjadi arsitek
professional dan mampu terjun langsung ke lapangan.

1.5 Teknik Pegumpulan Data


Teknik pengumpulan data untuk menyusun laporan Praktik Kerja
Lapangan pada Perencanaan Beautification Program kawasan Kampung
Sasirangan adalah sebagai berikut :

1. Studi Literatur
Mencari dan mempelajari informasi terkait teori-teori perencanaan
di lapangan dan objek perencanaan.

2. Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung di lapangan dengan cara
ikut terlibat dalam proses perencanaan proyek.

3. Dokumentasi
Menyimpan hal-hal yang diperlukan dalam perencanaan proyek
maupun dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan.

4. Wawancara
Melakukan tanya jawab atau diskusi dengan pihak yang terlibat
dalam proses perencanaan proyek.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan pada Laporan Praktik Kerja Lapangan dibidang
perencanaan ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang pemilihan objek Praktik Kerja Lapangan, lingkup dan
batasan Praktik Kerja Lapangan, tujuan dan sasaran pelaksanaan Praktik
Kerja Lapangan, teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan
laporan Praktik Kerja Lapangan.

BAB II TINJAUAN PROYEK

BAB III TINJAUAN TEORI


Berisi tinjauan pustaka berupa teori-teori perencanaan penataan kawasan,
penjabaran mengenai aspek yang dirancang, dan konsep yang digunakan.

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP
BAB 2
TINJAUAN PROYEK

2.1 Pengertian Proyek dan Perencanaan

2.1.1 Pengertian Proyek

Menurut Lewis (2005): Proyek yaitu sebuah usaha yang dilakukan dengan
cara bertanggung jawab untuk menghasilkan sebuah produk, jasa, yang
menghasilkan suatu hasil tertentu.

Menurut Yamit dalam Dannyanti (2010), setiap pekerjaan yang memiliki


kegiatan awal dan memiliki kegiatan akhir, dengan kata lain setiap pekerjaan
yang dimulai pada waktu tertentu dan direncanakan selesai atau berakhir pada
waktu yang telah ditetapkan disebut proyek.

Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan. Ada


titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas
fungsi organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari
berbagai profesi dan organisasi. Setiap proyek adalah unik, bahkan tidak ada
dua proyek yang persis sama. Proyek adalah aktivitas sementara dari personil,
material, serta sarana untuk menjadikan/mewujudkan sasaran proyek dalam
kurun waktu tertentu yang kemudian berakhir (PT. Pembangunan Perumahan,
2003).

Menurut Dannyanti (2010), ciri-ciri proyek antara lain :

1. Memiliki tujuan tertentu berupa hasil kerja akhir.


2. Sifatnya sementara karena siklus proyek relatif pendek.
3. Dalam proses pelaksanaannya, proyek dibatasi oleh jadwal,
anggaran biaya, dan mutu hasil akhir.
4. Merupakan kegiatan nonrutin, tidak berulang-ulang.
5. Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya.

2.2 Pengertian Perencanaan


Menurut C. Brobowski (1964) : Perencanaan adalah suatu himpunan dari
keputusan akhir, keputusan awal dan proyeksi ke depan yang konsisten dan
mencakup beberapa periode waktu, dan tujuan utamanya adalah untuk
mempengaruhi seluruh perekonomian di suatu Negara.
Menurut Waterston (1965) : Perencanaan adalah usaha sadar, terorganisasi
dan terus menerus guna memilih alternative yang terbaik dari sejumlah
alternative untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Conyers dan Hills (1984) : Perencanaan adalah proses yang
kontinyu, terdiri dari keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk
menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk mencapai tujuan
tertentu di masa mendatang.

2.3 Latar Belakang Proyek


Proyek ini merupakan proyek kerjasama swakelola antara Fakultas Teknik
dengan Pemerintah Kota Banjarmasin, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Banjarmasin, Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan kota
Banjarmasin, dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Banjarmasin.
Proyek ini berfokus kepada peningkatan citra kawasan kampung sasirangan
sesuai dengan arahan dari Walikota Banjarmasin.

Perencanaan Kawasan Kampung Sasirangan Banjarmasin yang pertama


terletak di Kelurahan Seberang Masjid, Pasar Lama Banjarmasin. Kawasan ini
merupakan pusat pengrajin sasirangan di daerah Banjarmasin yang dijuluki
Kampung Sasirangan. Pada kawasan ini perencanaan berfokuskan kepada
peningkatan citra kawasan yang berada di area dermaga masuk kawasan.

Sedangkan perencanaan kawasan Kampung Sasirangan Banjarmasin yang


kedua terletak di Sungai Jingah, Banjarmasin. Untuk kawasan Kampung
Sasirangan di Sungai Jingah ini berfokus kepada peningkatan citra kawasan
dan penataan kawasan untuk pameran.

2.4 Data Umum


Perencanaan kawasan Kampung Sasirangan yang pertama, sebagai berikut :

1) Nama Proyek : Perencanaan Kawasan Kampung Sasirangan di


Kelurahan Seberang Masjid.
2) Lokasi : Kelurahan Seberang Masjid, Pasar Lama, Banjarmasin.
3) Jenis Proyek : kawasan wisata
4) Deliniasi Kawasan :

Gambar 2.1 Deliniasi Kawasan Kampung Sasirangan


Kelurahan Seberang Masjid

Perencanaan kawasan Kampung Sasirangan yang kedua, sebagai


berikut :

1) Nama Proyek : Perencanaan Kawasan Kampung Sasirangan di


Sungai Jingah.
2) Lokasi : Sungai Jingah, Banjarmasin.
3) Jenis Proyek : kawasan wisata
4) Deliniasi Kawasan :

Gambar 2.2 Deliniasi Kawasan Kampung Sasirangan Sungai


Jingah
2.4.1 Pemilik Proyek
Pemilik proyek adalah pihak yang memiliki proyek dan memberi pekerjaan
kepada konsultan perencana. Pada perencanaan penataan kawasan Kampung
Sasirangan ini, pemilik proyek adalah Pemerintah Kota Banjarmasin (Walikota
Banjarmasin, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, DEKRANASDA, dan
BARENLITBANGDA).

2.4.2 Perencana Proyek

Perencana adalah pihak yang diberikan pekerjaan atau proyek oleh pemilik
proyek. Pada perencanaan penataan kawasan Kampung Sasirangan ini, perencana
proyek adalah Fakultas Teknik dengan skema kerjasama antara Pemerintah Kota
Banjarmasin dengan Fakultas Teknik.

2.5 Tujuan dan Sasaran Proyek


Perencanaan Penataan Kawasan Kampung Sasirangan Banjarmasin memiliki
tujuan dan sasaran sebagai berikut :

2.5.1 Tujuan Proyek

Tujuan dari perencanaan penataan Kawasan Kampung Sasirangan


Banjarmasin ini adalah untuk memunculkan dan menguatkan citra kawasan
sebagai Kampung Sasirangan baik di Kelurahan Seberang Masjid, maupun di
Sungai Jingah.

2.5.2 Sasaran Proyek

Sasaran dari perencanaan penataan Kawasan Kampung Sasirangan


Banjarmasin ini ada dua yaitu pada Kawasan Kampung Sasirangan di Kelurahan
Seberang Masjid dan Kawasan Kampung Sasirangan di Sungai Jingah. Sasaran
dari perencanaan penataan Kawasan Kampung Sasirangan di Kelurahan Seberang
Masjid berfokus pada peningkatan citra kawasan sasirangan di area dermaga
masuk kawasan. Sedangkan pada Kawasan Kampung Sasirangan di Sungai Jingah
berfokus pada peningkatan citra kawasan sasirangan dan penataan kawasan untuk
pameran.
2.6 Uraian Tugas
Sebelum dilaksanakannya perencanaan penataan kawasan kampung
sasirangan, dilakukan pengumpulan data terlebih dahulu melalui kegiatan survey
yang dilakukan bersama dengan tim dari kerjasama swakelola yang lain. Melalui
kegiatan survey ini diperoleh data berupa hasil pengukuran dan hasil analisis dari
kondisi eksisting kawasan. Setelah memperoleh data-data yang diperlukan dan
setelah selesai melakukan analisis terhadap kawasan yang disurvey, dilanjutkan
dengan penyusunan pra desain berupa konsep kawasan secara menyeluruh dan
secara mendetail.

2.7 Produk Kegiatan


Produk yang dihasilkan pada kegiatan praktik kerja lapangan ini meliputi;
gambar pra desain (dermaga, titian, pergola, open space, stand pameran).
BAB 3
TINJAUAN TEORI

3.1 Tinjauan Objek Perencanaan


Perencanaan penataan kawasan adalah sebuah sistem perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan manfaat ruang yang mendukung pengelolaan
lingkungan hidup. Dalam proyek ini perencanaan penataan kawasan
berfokuskan pada citra kawasan. Penataan kawasan Kampung Sasirangan ini
merupakan proyek kerjasama (swakelola) Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat dengan Pemerintah Kota Banjarmasin, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Banjarmasin dan Badan Perencanaan Penelitian
dan Pengembangan Kota Banjarmasin dengan kepemilikan proyek atas
Pemerintah Banjarmasin yang di peruntukkan untuk Kota Banjarmasin.
Perencanaan penataan kawasan Kampung Sasirangan terdiri atas 2 (dua)
lokasi :
 Lokasi 1 : Kampung Sasirangan Jl. Seberang Masjid, Banjarmasin
 Lokasi 2 : Kampung Sasirangan, Sei Jingah, Jl. Sungai Jingah,
Banjarmasin

3.2 Kawasan Wisata Tepi Air


Kawasan tepian air adalah area yang dibatasi oleh air dari komunitasnya
yang dalam pengembangannya mampu memasukkan nilai manuasi, yaitu
kebutuhan akan ruang public dan nilai alami (Carr, 1992). Disamping itu
secara lebih luas kawasan tepian air dapat dimaknai dengan beberapa hal
sebagai berikut :

a) Kawasan yang dinamis dan unik dari suatu kota (dengan segala
ukuran) dimana daratan dan air (sungai, danau, laut, teluk) bertemu
(kawasan tepian air) dan harus dipertahankan keunikannya.
b) Kawasan yang dapat meliputi bangunan atau aktivitas yang tidak
harus secara langsung berada di atas air, akan tetapi terikat secara
visual atau historis atau fisik atau terikat dengan air sebagai bagian
dari rencana yang lebih luas.
Tepian Air (waterfront) merupakan sebuah aset yang dimiliki oleh suatu
kota yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan publik dengan berbagai
tujuan. Dalam proses pengembangan kawasan tepian air pada dasarnya
merupakan permasalahan yang sangat kompleks di suatu kawasan perkotaan
yaitu adanya perbedaan pengembangan antara kepentingan publik dengan
kepentingan swasta dari orientasi pengembangan fungsi ruang pulik menjadi
fungsi properti. Pengembangan ruang public merupakan pengembangan yang
diorientasikan kepada kesejahteraan masyarakat luas sedangkan
pengembangan fungsi properti berorientasi kepada keuntungan sebagian
pihak. Oleh sebab itu usaha untuk melindungi kawasan tepi air sebagai ruang
publik yang terbebas dalam proses konstruksi diperlukan adanya kerjasama
dan kesatuan visi dari berbagai pihak yaitu masyarakat, pemerintah dan swasta
untuk mewujudkan karakter kawasan tepian air sehingga dapat dimanfaatkan
secara maksimal. Dalam proses pengembangan suatu kawasan tepian air pada
dasarnya dapat dibagi atas tiga (3) jenis pengelompokan, yaitu :

1. Konservasi
Merupakan pengembangan yang bertujuan untuk memanfaatkan
kawasan tua yang berada di tepi air dimana pada kondisi sekarang
masih terdapat potensi yang dapat dikembangkan secara maksimal.
Contoh Venice waterfront

Gambar3. 1 Venice waterfront yang dikembangkan dengan adanya potensi konservasi


2. Redevelopment
Pengembangan jenis ini merupakan suatu usaha untuk
menghidupkan atau membangkitkan kembali kawasan pelabuhan
dengan tujuan agar berbeda sebagai suatu kawasan penting bagi
kehidupan masyarakat kota dengan adanya mengubah fasilitas yang
ada pada kawasan yang digunakan oleh kapasitas yang berbeda pula.
Contoh Riverfrobt Redevelpoment, Memphis-Tennessee.

Gambar 3.2 Riverfront Redevlopment, Memphis-Tennessee

Penambahan fungsi taman di manfaatkan untuk dapat menampung


kegiatan dengan skala yang lebih besar. Proses redevelopment ini
terhubung antara pusat kota dan taman.

3. Development
Pengembangan jenis ini merupakan contoh perencanaan yang
sengaja dibentuk dengan menciptakan sebuah kawasan tepian air
dengan melihat kebuthan masyarakat terhadap ruang di kota dengan
cara penataan kawasan tepian air. Contoh Portland waterfront
development.
Gambar 3.3 Portland Waterfront Development

3.2.1 Pengembangan Kawasan Tepian Air

Pengembangan kawasan tepian air atau bisa disebut dengan waterfront


development adalah suatu upaya pengembangan wilayah perkotaan atau
daerah yang secara fisik alamnya berada dekat dengan air dimana bentuk
pengembangan pembangunan wajah kota berorientasi ke arah perairan atau
mengikuti bentukan air dengan fungsi dan skala kegiatan yang beragam baik
untuk perumahan, pelabuhan dan perdagangan komersil dan industri hingga
kawasan wisata.

Mengembalikan suatu tepi perairan bukanlah suatu hal yang mudah dan
biasanya melibatkan berbagai masalah, mulai dari hak-hak kepemilikan
individual hingga persepsi publik akan nilai suatu ruang publik (Torre, 1989)
Hal ini ditambah dengan masalah tata guna lahan dan zoning, keamanan, akses
dan sirkulasi, merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan guna
menciptakan perairan yang dapat digunakan sebagai area rekreasi, tidak hanya
digunakan sebagai suatu isu bagi kepentingan semata (Torre, 1989)

Faktor-faktor yang menjadi penentu keberhasilan suatu pengembangan


kawasan tepian air antara lain :

1. Keseimbangan Respon dan Partisipasi Publik


Menurut Torre (1989) prinsip dasar dalam menciptakan dan
mendapatkan keuntungan dari fasilitas yang ada adalah
menyeimbangkan respond an partisipasi public, dimana hal ini akan
menjadi penentu apakah perkembangan kawasan ini akan hidup
ataukah mati. Tujuan terpenting dalam pengembangan tepian air
adalah mencapai keseimbangan antara respon dan partisipasi publik.
Konsep dasar suatu tepian air adalah wadah bersatunya segala masalah
dan kepentingan : kunci dari pngembangan adakah kompromisasi.

2. Keragaman Ekspresi Tepi Air


Selain untuk mengatasi permasalahan yang ada keberhasilan dalam
menyatukan semua kepentingan yang ada dapat membawa manfaat
lain dalam keberhasilan perencanaan pengembangan kawasan tepi air.
Keberhasilan bekerja sama dengan segala isu juga akan menciptakan
keragaman ekspresi kawasan tepian air dan hal ini akan menciptakan
dasar yang kuat dalam menarik pengunjung. Manfaat yang lain adalah
menciptakan keseimbangan pengguna yang peduli dengan segala
fasilitas yang ada, yang akan menciptakan kawasan yang hidup serta
menghindari kegagalan proyek waterfront akibat ketidaksesuaian
pendapat. (Torre, 1989)

3. Memiliki Karakter
Sebagai kawasan dengan keberagaman pengguna, maka tedapat hal-hal
tertentu yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan
pengembangan tepian air. Setiap pengembangan tepian air memiliki
cerita yang berbeda sesuai dengan kondisi geografis, sejarah, waktu,
politik, kepemimpinan bisnis dan peluang, hal ini berarti meniru hasil
dari pengembangan tepian air yang lain merupakan sebuah kegagalan
atau menjadi suatu proyek yang tidak sesuai dengan konteks kawasan
tersebut dan tentunya kondisi dari badan perairan harus diperhatikan
baik-baok dalam suatu desain tepian air (Breen, 1994). Hal-hal tersebut
perlu diperhatikan agar didapatkan suatu kawasan urban waterfront
yang berkarakter. Masih menurut Breen (1994), karakter adalah suatu
kualitas ekslusif yang membuat suatu tempat menjadi unik. Semakin
unik dan memiliki karakter maka tempat tersebut menjadi semakin
menarik. Torre (1989) memiliki pendapat yang sama dengan
mengatakan bahwa setiap tepian air membutuhkan tema dan image
tersendiri agar menjadi unik. Suatu tepian air yang hidup dari aktivias
yang berorientasikan air merupakan dasar dari pengalaman yang
otentik dan menyenangkan.

4. Fungsional
Selain mengenai karakter, terdapat hal lain yang harus diperhatikan
dalam perencanaan pengembangan kawasan tepian air terutama
mengenai kota tepian sungai (urban waterfront). Hal ini dijelaskan
oleh Torre (1989) bahwa tidak peduli seunik atau semenarik apapun
suatu tepian air, kawasan tersebut hanya akan berhasil apabila
berfungsi dengan baik dalam segala hal. Mulai dari akses kawasan dan
sirkulasi hingga kapasitas parkir yang mencukupi, pergerakan
pedestrian yang mudah dan nyaman, hingga keseluruhan pengalaman
yang dialami pengunjung, setiap kawasan harus berfungsi dengan baik,
begitupun juga mengenai masalah kapasitas pada waktu-waktu padat.
Suatu urban waterfront dapat berhasil apabila dalam perencanaan
urban waterfront juga dipikirkan dengan baik mengenai fungsi setiap
hal yang terdapat di dalam perencanaan tersebut. Bahkan hingga ke hal
terkecil yang berhbungan dengan kenyamanaan pengunjung seperti
keberadaan tangga aksesibel, dll.

5. Menjadi Wadah bagi Kegiatan Publik


Salah satu hal utama dalam proyek tepian air bagi publik adalah
bagaimana kawasan ini mampu menjadi wadah bagi kegiatan publik.
Kawasan tepian air mampu menjadi tempat yang ideal dan netral
sebagai tempat pelaksanaan festival dan kegiatan masyarakat lainnya
(Breen, 1994). Dengan adanya kegiatan di kawasan ini akan menarik
minat masyarakat yang tentu saja akan meningkatkan jumlah
kunjungan ke kawasan tersebut.
6. Edukasional
Kawasan tepian air juga harus merupakan kawasan yang logik dan
dramatis sehingga mampu menjadi tempat edukasi bagi masyarakat.
Hal ini dapat diwujudkan melalui museum maritim, seni, sains, dan
lain-lain, maupun akuarium serta fasilitas lain yang mampu menarik
minat masyarakat kota dari berbagai umur dan kalangan untuk dating
ke kawasan ini. (Breen, 1994)

3.2.2 Prinsip Pengembangan Kota Tepian Air

Pengembangan kawasan tepian air merupakan suatu potensi yang sangat


tinggi bagi suatu kawasan untuk mengemmbangkan fungsi komersil seperti
restoran dan kawasan perbelanjaan. Adapun prinsip yang dikembangan dalam
pengembangan kawasan tepian air yang diungkapkan oleh L. Azeo Torre
dalam bukunnya Waterfront Development pada dasarnya terdiri atas empat
hal pokok yaitu konsep, aktivitas, tema dan fungsi yang dikembangkan.
Berikut gambaran prinsip yang digunakan dalam pengembangan kawasan
tepian air adalah :

1. Adanya kerjasama berbagai pihal dalam pengembangan kawasan tepian


air sebagai suatu daya tarik bagi pengunjung.
2. Pengembangan konsep tepi air melalui potensi yang ada pada kawasan
sebagai suatu daya tarik bagi pengunjung untuk dating ke kawasan
tersebut.
3. Pengembangan aktivitas di kawasan tepian air dan menikmati aktivitas
disekitar pelabuhan sebagai sebuah potensi utnuk memberikan
pengalaman yang berharga bagi pengunjung seperti makan, berbelanja,
dll.
4. Pengembangan tema pada pintu masuk dari sungai, danau menjadi
pengembangan aktivitas utama kawasan tepian air.

Pengembangan kawasan tepian air sebagai orientasi rekreasi dapat berupa


aktivitas berenang, olahraga, dan fasilitas pendukung lainnya seperti tempat
beristirahat, taman, hunian dan perdagangan. Dari hasil penelitian dan survei
lapangan yang dihasilkan, daerah rencana penataan kawasan Kampung
Sasirangan mencakup 5 dari 7 struktur pengembangan kawasan tepian air
yang diteliti pada tahuan 1995-2000, yaitu :

1) Kawasan Komersil
Adapun kriteria pokok pengembangan kawasan komersil di kota
air adalah :
 Harus mampu menarik pengunjung yang akan
memanfaatkan potensi kawasan pantai sebagai tempat
bekerja, belanja maupun rekreasi (wisata).
 Kegiatan yang diciptakan tetap menarik dan nyaman untuk
dikunjungi (dinamis).
 Bangunan harus mencirikan keunikan budaya setempat dan
merupakan sarana bersosialisasi dan berusaha (komersil).
 Mempertahankan keberadaan golongan ekonomi lemah
melalui pemberian subsidi.
 Keindahan bentuk fisik (profil tepi air) kawasan diangkat
sebagai faktor penarik bagi kegiatan ekonomi, social
budaya, dll.
2) Kawasan Budaya, Pendidikan dan Lingkungan Hidup
Kriteria pokok pengembangannya adalah :
 Memanfaatkan potensi alam untuk kegiatan penelitian,
budaya dan konservasi.
 Menekankan pada kebersihan badan air dan suplai air
bersih yang tidak hanya untuk kepentingan kesehatan saja
tetapi juga untuk menarik investor.
 Diarahkan untuk menyadarkan dan mendidik masyarakat
tentang kekayaan alam tepi air yang perlu dilestarikan dan
diteliti.
 Keberadaan budaya masyarakat harus dilestarikan dan
dipadukan dengan pengolaan lingkungan didukung
kesadaran melindungi atau mempertahankan keutuhan fisik
badan air untuk dinikmati dan dijadikan sebagai wahana
pendidikan.
 Perlu ditunjang oleh program-program pemanfaatan ruang
kawasan.
 Perlu upaya peraturan/pengendalian fungsi dan
kemanfaatan air/badan air.
3) Kawasan Peninggalan Bersejarah
Kriteria pokok pengembangannya adalah :
 Pelestarian peninggalan-peninggalan bersejarah (landscape,
situs, bangunan, dll) dan/atau merehabilitasinya untuk
pengunaan berbeda.
 Pengendalian pengembangan baru yang kontradiktif dengan
pembangunan yang sudah ada guna mempertahankan
karakter (ciri) kota.
 Program-program pemanfaatan ruang kawasan.
4) Kawasan Wisata/Rekreasi
Kriteria pokok pengembangannya kawasan rekreasi/wisata tepi air
adalah :
 Memanfaatkan kondisi fisik untuk kegiatan rekreasi (indoor
atau outdoor).
 Pembangunan diarahkan di sepanjang badan air dengan
tetap mempertahankan keberadaan ruang terbuka.
 Perbedaan budaya dan geografis diarahkan untuk
menunjang kegiatan pariwisata, terutama pariwisata
perairan.
 Kekhasan arsitektur local dapat dimanfaatkan secara
komersil guna menarik pengunjung.
 Pemanfaatan kondisi fisik tepian air untuk kegiatan
rekreasi/wisata air.
5) Kawasan Pemukiman
Kriteria pokok pengembangan kawasan permukiman di tepian air
adalah :
 Perlu keselarasan pembangunan untuk kepentingan pribadi
dan umum.
 Perlu memperharikan tata air, budaya lokal serta
kepentingan umum.
 Pengembangan kawasan permukiman dapat dibedakan atas
kawasan permukiman penduduk asli dan kawasan
permukiman baru.
 Pada permukiman/perumahan produksi harus dilakukan
upaya penataan dan perbaikan untuk meningkatkan kualitas
lingkungan dan kawasan. Penempatannya hendaknya
disesuaikan dengan potensi sumber daya.
 Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan
untuk kawasan permukiman pendidikan asli (lama) antara :
revitalisasi/penataan bangunan, penyediaan utilitas,
penanganan sarana air bersih, air limbah dan persampahan,
penyediaan dermaga perahu, serta pemeliharaan drainase.
 Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan
untuk kawassan permukiman baru antara lain : penataan
bangunan dengan memberi ruang untuk akses publik ke
badan air, peraturan pengambilan air, reklamasi, peraturan
batas sempadan dari badan air dan program penghijauan,
dll.

3.2.3 Tipologi Kota Tepian Air

Kegiatan yang berkembang pada suatu area tepian air sangan bergantung
pada potensi yang ada pada kawasan atau area yang dikembangkan.
Berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dikembangkan di dalamnya, tepian air
dapat dikategorikan sebagai berikut (Breen, 1994):

a) Cultural Waterfront
Cultural waterfront mewadahi aktivitas budaya, pendidikan dan ilmu
pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa fasilitas yang ada pada
kawasan waterfront tersebut seperti aquarium (Baltimore, Marylandm dan
Monterey California), Memorial Fourtain (Detroit Michigan), tepian air
dengan program khusus (Ontario, Kanada)

b) Environmental Waterfront
Environmental waterfront yaitu pengembangan kawasan tepian air
yang bertumpu pada usaha peningkatan kualitas lingkungan yang
mengalami degradasi, memanfaatkan potesi dari keaslian lingkungan yang
tumbuh secara alami, seperti hutan. Kegiatan yang dapat di lakukan adalah
berjalan-jalan menikmati keaslian alam, rekreasi, taman bermain.

c) Historical Waterfront
Pada umumnya berkembang sebagai upaya konservasi dan restorasi
bangunan bersejarah di kawasan tepian air. Konteks kesejarahan yang
dapat dikembangkan berupa dermaga, museum kapal, bendungan,
jembantan kuno, dll.

d) Mixed-Use Waterfront
Pengembangan kawasan mixed-used waterfront diarahkan pada
penggabungan fungsi perdagangan, rekreasi, perumahan, perkantoranm
transportasi, wisata dan olahraga.

e) Recreational Waterfront
Pengembangan kawasan tepian air dengan fungsi aktivitas rekreasi
dapat didukung dengan berbagai fasilitas antara lain : taman bermain,
taman air, taman duduk, taman hiburan, area untuk memancing, riverwalk,
amphitheatre, dam, diving, pelabuhan, gardu pandang, fasilitas perkapalan,
paviliun, fasilitas olahraga, marina, museum, hotel, restoran dan aquarium.

f) Residental Waterfront
Pengembangan kawasan tepian air dengan fungsi utama sebagai
perumahan. Fasilitas yang dibangun berupa kampung, nelayan, apartemen,
vila rekreasi dan kesehatan.
3.2.4 Komponen Penataan dalam Mendesain Kawasan Tepian Air

Menurut Isfa Sartrawati di dalam Jurnal Perancangan Wilayah dan Kota


(Kasus Kawasan Tanjung Bunga) vol 14 No. 3 Desember 2003 halaman 95-
111, terdapat beberapa komponen penataan dalam mendesain kawasan tepian
air.

a. Pedestrian (jalur pejalan)


Jalur pejalan kaki disediakan di sepanjang tepi air untuk menikmati
pemandangan dengan RTH yang harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
 Kenyamanan, adalah cara untuk mengukur kualitas fungsional
yang ditawarkan oleh sistem pedestrian.
 Orientasi, berupa tanda visual (landmark, marka jalan) pada
lansekap untuk membantu dalam menentukan jalan pada konteks
lingkungan yang lebih besar.
 Kemudahan berpindah dari satu arah ke arah lainnya yang
dipengaruhi oleh kepadatan pedestrian, kehadiran penghambat
fisik, kondisi permukaan jalan dan kondisi iklim. Jalur pejalan kaki
harus akseksibel untuk semua orang termasuk penyandang cacat.
Karakter fisik, meliputi :
 Kriteria dimensional, disesuaikan dengan kondisi sosial dan
budaya setempat, kebiasaan dan gaya hidup, kepadatan penduduk,
warisan dan nilai yang dianut terhadap lingkungan.
 Kriteria pergerakan, jarak rata-rata orang berjalan di setiap tempat
umumnya berbeda dipengaruhi oleh tujuan perjalanan, kondisi
cuaca, kebiasaan dan budaya. Pada umumnya orang tidak mau
berjalan lebih dari 400 m.
b. Jalur Sepeda
Jalur sepeda disediakan sepanjang tepian air untuk memungkinkan
pengendara mengitari kawasan tepian air sambil menikmati keindahannya.
Jalur sepeda di desain menyatu dengan penataan lansekap.
c. Jalur Kendaraan Bermotor
Pada pembangunan baru kawasan, jalur kendaraan di sediakan di
sepanjang tepian air bila memungkinkan agar pengendara dapat menikmati
pemandangan tanpa terhalang dengan bangunan dan untuk kemudahan
pencapaian ke area publik.
d. Parkir
Ruang parkir di sediakan dekat dengan kawasan tepian air, sebaiknya
berada di belakang garis sempadan tepian air.
e. Bangunan
Bangunan di tempatkan di luar garis sempadan tepian air untuk
menghindari kemungkinan bahaya gelombang ombak yang keras, bencana
seperti erosi/abrasi, banjir, mengurangi pengaruh garam dan angina yang
keras dengan pemilihan struktur dan bahan bangunan, menghindari
pembangunan di atas lahan yang tidak stabil dan memberikan ruang gerak
pejalan atau akses ruang publik.
f. Signage (penanda)
Signage di sediakan untuk memberikan petunjuk orientasi dan
kepentingan keselamatan para pengunjung, seperti alat pelampung dan
batas area berenang yang aman.
g. Street Furniture
Pengadaan street furniture memfasilitasi dan memberikan kenyamanan
bagi pengunjung dan penduduk.
h. Ruang Terbuka Hijau (penataan lansekap)
Penataan lansekap dilakukan dengan menanam pohon di sepanjang tepian
air untuk mereduksi panas sinar matahari, polusi udara, kebisingan dan
angin. Penanaman pohon sebagai pengarah kawasan tepi air agar tidak
terjadi akses pejalan yang tidak terkontrol (bukan pada jalur pejalan).

3.2.5 Integrasi Tata Guna Lahan

Tata guna lahan adalah suatu proses memebagi ruang menjadi beberapa
segmen atau sub-zona yang berbeda pada suatu hamparan yang relative luas
berdasarkan karakteristik dan potensi ruang serta aktivitas yang sedang dan
akan berlangsung untuk mencapai tujuan dan sasaran yang di tetapkan.
Menurut Shirvani (1985), tata guna lahan merupakan suatu rencana 2
dimensi yang akan menciptakan ruang 3 dimensi dan memunculkan fungsi.
Rencana tata guna lahan yang saling berpadu dengan aturan-aturan tata guna
lahan akan memberikan dasar dalam penentuan fungsi yang tepat untuk
wilayah tertentu.

Dalam mengambil keputusan penggunaan lahan seharusnya tidak dibuat


hanya atas dasar kesesuaian lahan biofisik, tetapi juga harus sesuai dengan
permintaan untuk produk tertentu (demand) dan sepenting apa tujuan
penggunaan lahan yang ditetapkan pada wilayah terpilih. Selain itu
perencanaan tata guna lahan harus mengintegrasikan informasi tentang
kesesuaian lahan (land suitability), tuntutan dan permintaan untuk produk
dan penggunaan tertentu.

Rencana tata guna lahan yang saling berpadu dengan aturan-aturan tata
guna lahan akan memberikan dasar dalam penentuan fungsi yang tepat untuk
wilayah tertentu (Shirvani, 1985). Menurut Kamus Bahasa Besar Indonesia,
integrasi memiliki airti pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh dan
bulat. Perpaduan antara rencana tata guna lahan dengan aturan-aturan terkait
tata guna lahan dikatakan sebagai integritas tata guna lahan. Dari teori diatas,
variabel integritas tata guna lahan yang akan digunakan dalam penelitian
antara lain :

 Keberagaman Penggunaan/kegiatan
Menciptakan keberagaman penggunaan pada suatu wilayah
dimaksudkan untuk menciptakan vitalitas sepanjang waktu.
Dengan keberagaman penggunaan diharapkan suatau kawasan
dapat hidup sepanjang saat, tidak hanya pada waktu-waktu
tertentu saja.

 Tujuan Penggunaan Lahan


Yang dimaksud dengan tujuan penggunaan lahan adalah sepenting
apa tujuan penggunaan lahan yang ditetapkan pada wilayah
terpilih. Apabila bukan merupakan suatu fungsi yang terpenting
maka perlu dipertimbangkan lagi untuk penggunaan yang lebih
tepat.

 Kesesuaian Lahan (Land Suitability)


Keputusan penggunaan lahan harus dibuat dengan
mempertimbangkan kondisi biofisik lahan tersebut.

 Tuntutan dan Permintaan (Demand)


Perencanaan guna lahan harus mempertimbangkan tuntutan dan
permintaan baik dari masyarakat sekitar, calon pengguna maupun
pasar.

 Hubungan Elemen Tata Guna Lahan


Terdapat hubungan yang baik dan seimbang antara pemilihan
potensi di lokasi, aktivitas yang ditimbulkan serta sasaran
penggunanya.

 Livabilitas
Kenyamanan untuk tinggal. Dalam kasus ini sebgai kawasan
rekreasi maka livabilitas merupakan kenyaman untuk beraktivitas
dan menikmati kawasan tersebut.

 Amenitas
Ketersediaan penunjang kemudahan/amenitas sangat penting guna
menunjang fungsi suatu lahan. Pada kasus ini maka amenitas yang
diharapkan merupakan fasilitas penunjang rekreasi seperti ruang
terbuka, taman kota, dll.

 Keteribatan Publik
Setiap kelompok atau individu yang berkepentingan dengan
rencana haarus diakomodasikan untuk berpartisipasi dalam proses,
untuk menjaga agar tidak terdapat arahan penggunaan lahan yang
cenderung semena-mena.

3.3 Objek Perencanaan Penataan Kawasan

PERBANDINGN TEORI DAN TEKNIS, UU. PAKE SOLUSI APA DAN


GIMANA.

TEORI DAN BENTUK WATER FRONT TORRE ALZOE 1989 URBAN


WATERFRONT. ADA TEMA, FUNGSI, CITRA, EXPERIENCE.
KEVIN LYNCH 1994 IMAGE OF THE CITY. STANDAR PU.
EKSESKUSI DESAIN DAN TEORI

 Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan yang dibuat untuk berlabuhnya
sebuah kapal atau perahu untuk kegiatan bongkar muat barang atau
penumpang. Banjarmasin merupakan kota seribu sungai dimana
keberadaan dermaga merupakan hal penting dalam kegiatan beraktivitas
sehari-hari. Sebagian besar masyarakat menggunakan dermaga sebagai
akses untuk destinasi, berdagang atau menuju rumah yang terletak di
pinggiran sungai. Bentukan dermaga semata-mata tidak berupa kayu yang
bisa di tumpangi untuk di lalui begitu saja setelah masuk dan keluar
perahu, bentuk dermaga juga bisa dijadikan daya tarik untuk
meningkatkan estetika daerah dan dapat dinikamati dalam waktu yang
tidak singkat.
Menurut Perda Banjarmasin no 20 tahun 2007 tentang kepelabuhan,
dermaga atau pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan sungai
di perairan pedalaman (sungai dan danau) di sekitarnya dengan batasan-
batasan tertentu sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, dan naik turun
penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
 Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang Terbuka Hijau adalah sebuah pengelolaan ruang yang
direncanakan karena kebutuhan akan tempat untuk beraktivitas secara
individu atau kelompok dan tempat berkumpul di ruang terbuka. Tempat
yang dapat digunakan sebagai ruang terbuka hijau adalah lahan yang
belum dibangun atau sebagian belum dibangun yang mempunyai nilai
untuk keperluan taman dan rekreasi, konservasi lahan atau keperluan
sejarah dan estetika.
Secara fisik ruang terbuka hijau dapat dibedakan menjadi RTH alami
berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional serta
RTH non alami atau binaan seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman
atau jalur-jalur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat berfungsi
ekologis, sosial budaya, estetika dan ekonomi. Secara struktur ruang, RTH
dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang, tersebar),
maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang
perkotaan.
Tujuan ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut :
a. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air.
b. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui
keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan
yang berguna untuk kepentingan masyarakat.
c. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana
pengamanan lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar,
indah dan bersih.

Fungsi ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut :

Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis.


a. Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem
sikulasi udara (paru-paru kota).
b. Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara
alami dapat berlangsung lancar.
c. Sebagai peneduh.
d. Produsen oksigen.
e. Penyerapan air hujan.
f. Penyedia habitat satwa.
g. Penyerap polutan media udara, air dan tanah.
h. Penahan angin.

Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu :

Fungsi sosial budaya :

a. Menggambarkan ekspresi budaya lokal.


b. Merupakan media komunikasi warga kota.
c. Tempat rekreasi.
d. Wadah dan objek pendidikan, penelitian dan pelatihan dalam
mempelajari alam.

Fungsi ekonomi :

a. Sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah,


daun, dan sayur mayor.
b. Bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan,
kehutanan dll.

Fungsi estetika :

a. Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota


baik dari skala mikro : halaman rumah, lingkungan
permukiman, maupun makro : lansekap kota secara
keseluruhan.
b. Menstimulasi kreativitas dan produkivitas warga kota.
c. Pembentuk faktor keindahan arsitektural.
d. Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area
terbangun dan tidak terbangun.

Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas :

a. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat


tangiable), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan
(teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk
dijual (kayu, bunga, buah, daun).
b. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat
intangiable), yaitu pembersih udara yang sangat efektif,
pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah,
pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna
yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).

Persyaratan pola tanaman vegetasi pada ruang terbuka hijau (RTH)


sempadan sungai adalah sebagai berikut :

a. Jalur hijau tanaman meliputi sempadan sungai selebar 50 m


pada kiri-kanan sungai besar dan sungai kecil (anak sungai).
b. Sampel jalur hijau sungai berupa petak-petak berukuran 20 m x
20 m diambil secara sistematis dengan intensitas sampling 10%
dari panjang sungai.
c. Sebelum di lapangan, penempatan petak sampel di lakukan
secara awalan acak pada peta. Sampel jalur hijau sungai berupa
jalur memanjang dari garis sungai ke arah darat dengan lebar
20 m sampai pohon terjauh.
d. Sekurang-kurangnya 100 m dari kiri kanan sungai besar dan 50
m di kanan kiri anak sungai yang berada di luar permukiman.
e. Untuk anak sungai di kawasan permukiman berupa sempadan
sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi
antara 10-15 m.
f. Kriteria pemilihan vegetasi untuk RTH sempadan sungai,
adalah sebagai berikut :
 Sistem perakaran yang kuat, sehingga mampu menahan
pergeseran tanah.
 Tumbuh baik pada tanah padat.
 Sistem perakaran masuk kedalam tanah, tidak merusak
konstruksi dan bangunan.
 Kecepatan tumbuh bervariasi.
 Tahan terhadap hama dan penyakit tanaman.
 Jarak tanam setengah rapat sampai rapat 90% dari luas
area, harus dihijaukan.
 Tajuk cukup rindang, tetapi tidak terlalu gelap.
 Berupa tanaman lokal dan tanaan budidaya.
 Dominasi tanaman tahunan.
 Sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang
burung.
 Pergola
Pergola adalah suatu bangunan dengan fungsi sebagai peneduh yang
tidak harus menyatu dengan bangunan rumah dengan tambahan berupa
tanaman rambat. Bahan yang digunakan untuk pembuatan pergola sangat
beragam, yang sering didapati di kota Banjarmasin adalah pergola
berbahan kayu yang mudah ditemukan dengan bentukan yang sulit
dibedakan dengan bentuk pergola di daerah lain.

 Display Kain Sasirangan


Dalam suatu perencanaan penataan kawasan yang bertemakan
sasirangan tentunya tidak luput dari usaha untuk menampilkan kain
sasirangan. Dalam perkembangan kota Banjarmasin sekarang ini semakin
banyak objek-objek yang digambarkan menggunakan motif sasirangan.
Pada kawasan pengembangan perencanaan ini merupakan kawasan yang
akan dijadikan pusat kampung yang khas dengan sasirangan atau disebut
dengan “Kampung Sasirangan” yang tentunya sangat khas dan banyak
menampilkan sasirangan. Salah satu cara untuk menampilkan kain
sasirangan adalah dengan menyediakan display kain sasirangan yang
edukatif bagi pengunjung atau masyarakat sekitarnya sehingga dapat
memberikan dampak positif lain selain mengenalkan kain sasirangan.

3.4 Studi Preseden


A. Wisata Kuliner Tepian Sungai Martapura, Banjarmasin, Kalimantan
Selatan.
Gambar 3.4 Suasana Wisata Kuliner Tepian Sungai Martapura

Deskripsi
Suasana lokasi sentra kuliner “Mandiri” yang dibangun oleh
Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin melalui Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (UKM) setempat ini cocok sekali bagi mereka
yang ingin menikmati wisata kuliner dan bersantai bersama dengan teman
– teman atau keluarga tercinta. Di bawah puluhan tenda – tenda warna -
warni di tepian sungai dan dinaungi oleh pepohonan yang rindang, lokasi
yang dulunya adalah kawasan pasar burung ini merupakan tempat ideal
bagi wisatawan yang ingin berlama – lama menikmati sepoi – sepoi angin
dan gemericik suara riak air sungai yang berhulu ke pegunungan meratus.
Di dalam lokasi ini dijual aneka makanan / minuman khas Banjarmasin
dan kue - kue tradisional dimana anda akan merasa dimanjakan buat
melakukan sarapan pagi, makan siang, serta makan malam, atau sekedar
mencicipi kue kecil atau aneka camilan ringan lainnya seraya menghirup
panasnya kopi khas orang Banjar atau secangkir teh manis.
Sejauh mata memandang, terlihat aneka pemandangan tepian sungai
yang saat ini telah dimodifikasi menjadi water front city (kota bantaran
sungai) yang dibangun oleh Pemkot Banjarmasin dengan dana ratusan
miliar rupiah. Dengan melihat aktivitas sehari – hari warga di sungai yang
bermuara ke Sungai Barito ini mampu menambah pemandangan yang
bernuansa tradisional dan membuat betah pengunjung untuk berlama –
lama liburan di kawasan wisata alam ini, apalagi di sungai tersebut terlihat
hilir - mudik “klotok” adalah semacam angkutan warga sejenis perahu
bermesin, hilir - mudik di wilayah yang dikenal dengan nama kota seribu
sungai.
Klotok seperti layaknya mobil angkot di daratan dengan jarak tempuh
yang jauh, kemudian masih ada hilir - mudik jukung (sampan) dan
angkutan untuk warga kota ke sana kemari dengan jarak pendek,
merupakan pemandangan alami kerap terjadi di Kota Banjarmasin seperti
halnya becak dan jenis angkot lainnya.
B. Taman Cimanuk, Sungai Cimanuk, Kota Indramayu, Jawa Barat.

(Sumber : http://www.pergipedia.com/2016/06/taman-cimanuk-indramayu-taman-indahdi. html26


Maret 2016 pukul 11:10 WITA)

Deskripsi

Taman Cimanuk indramayu merupakan taman indah di bantaran


Sungai Cimanuk yang menjadi salah satu ikon wisata baru di Kabupaten
Indramayu. Lokasi taman ini berada tepat di belakang masjid agung
Indramayu atau di bawah jembatan utama dekat pendopo jalan Veteran
Indramayu.
Taman Cimanuk ini biasanya ramai di kunjungi oleh masyarakat pada
akhir pekan atau hari libur. Pengunjung taman ini mulai dari anak – anak,
remaja hingga orang tua. Pengunjung biasanya duduk santai sambil
menikmati makanan atau minuman yang dijual di pinggir jalan, membaca
buku, berbincang atau berfoto. Taman Cimanuk ini dilengkapi dengan
ruang terbuka hijau seperti taman dan beberapa fasilitas lainnya.

C. Sekayu Waterfront, Sungai Musi, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera


Selatan.

(Sumber : http://travel.detik.com, di akses tanggal 26 Maret 2016 pukul 11:21 WITA)

Deskripsi
Sekayu water front adalah sebuah kawasan terbuka hijau yang berdiri
tepat menghadap ke arah Sungai Musi karena letak kawasan terbuka hijau
yang berdiri tepat menghadap kearah Sungai Musi maka sebabnya tempat
ini diberi nama Sekayu waterfront. Letak kawasan terbuka hijau ini ada di
kota Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan. Sekayu
waterfront terpilih untuk menjadi salah satu venue yang menggelar etape
ke - 3 lomba dayung bertaraf internasional dan diikuti oleh 5 Negara
ASEAN. Sekayu waterfront sengaja dibangun untuk penyelenggaraan
ajang lomba dayung bertaraf internasional dan diharapkan menjadi
destinasi wisata baru di wilayah Musi Banyuasin dan bisa dikunjungi
wisatawan yang ingin bersantai di tepi sungai. Terdapat sebuah taman
yang dahulu bernama taman Kirap ini dari segi penataan sudah cukup rapi
dan masih sangat terawat pepohonan dan taman bunga di kanan kiri
semakin menambah asri suasana.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Alur Pikir Proses Desain

Gambar 4.1 Alur Kerangka Berpikir Arsitek Perencana

4.2 Perencanaan
4.2.1 Persiapan

Tahap persiapan sebelum perancangan adalah mahasiswa PKL diberi


pengarahan mengenai pra-survey oleh mentor dan koordinator. Pada
proses pengarahan ini penulis diberi peta deliniasi dan arahan mengenai
wilayah yang akan dirancang. Setelah mendapat arahan, proses selanjutnya
adalah mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan cara turun
langsung ke lapangan dan mewawancara warga sekitar pada tanggal 16
Januari 2019 bersama dengan mentor.

4.2.2 Peran Mahasiswa PKL


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan berada di bawah bimbingan mentor,
yang dikendalikan oleh koordinator mata kuliah Praktik Kerja Lapangan
yang diketahui langsung oleh Fakultas Teknik Universitas Lambung
Mangkurat. Peran mahasiswa PKL pada program kerjasama swakelola
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat dengan Pemerintah
Kota Banjarmasin, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarmasin dan
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan kota Banjarmasin, dan
Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Banjarmasin sebagai tim
perencana yang bertugas merencanakan penataan kawasan Kampung
Sasirangan Kelurahan Seberang Masjid dan Kampung Sasirangan Sungai
Jingah.

4.2.3 Proses Asistensi


Ide-ide dan hasil rancangan yang penulis kerjakan akan di asistensikan
baik ke mentor ataupun ke dosen pembimbing. Lalu di asistensikan
langsung ke klien yaitu Pemerintah Kota Banjarmasin terutama Walikota
Banjarmasin dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Pada proses ini, klien
akan menyampaikan pendapat serta kritik dan saran mengenai desain yang
diajukan sehingga kemungkinan aka nada revisi.

4.3 Eksisting Kawasan


Berikut adalah kondisi eksisting kawasan Kampung Sasirangan
Banjarmasin yang akan di tata :
4.3.1 Kampung Sasirangan di Kelurahan Seberang Masjid
Pada Kampung Sasirangan di Kelurahan Seberang Masjid,
perencanaan penataan kawasannya lebih berfokus kepada area titian dan
rumah warga. Klien meminta area titian di satu titik tertentu disini agar
dijadikan sebagai dermaga masuk kawasan, sementara rumah warga yang
berada di sekitar titian agar dijadikan sebagai rumah produksi kain
sasirangan. Namun melihat kondisi eksisting yang ada rasanya perlu upaya
yang lebih untuk merealisasikan hal tersebut. Luas titian yang ada
terbilang cukup kecil yaitu hanya sekitar 1,3 meter. Terdapat sebuah WC
umum di ujung titian yang masih digunakan oleh warga sekitar. Rumah
warga di sekitar titian ini posisinya terbilang sangat berdempetan satu
sama lain.
Gambar 4.2 Titik Area Titian Kampung Sasirangan Kelurahan Seberang Masjid

Gambar 4.3 Kondisi Eksisting Titian Kelurahan Seberang Masjid

Gambar 4.4 Kondisi Eksisting Dermaga Kelurahan Seberang Masjid


Gambar 4.5 Rumah Warga yang akan Dijadikan Rumah Produksi

4.3.2 Kampung Sasirangan di Sungai Jingah

Pada Kampung Sasirangan di Sungai Jingah, perencanaan penataan


kawasannya lebih berfokus kepada area titian dan area pameran. Pada
Kampung Sasirangan di Sungai Jingah ini, klien juga meminta agar area
titian di satu titik tertentu disini agar dijadikan sebagai dermaga masuk
kawasan. Di Kampung Sasirangan Sungai Jingah ini biasanya diadakan
pameran setiap Sabtu pagi. Klien meminta agar area pameran di Sungai
Jingah ini bisa lebih tertata. Sama dengan titian di Kelurahan Seberang
Masjid, lebar titian di Sungai Jingah ini juga terbilang cukup kecil. Untuk
area pameran, karena biasanya pamerannya berlangsung di jalan akses
utama pada kawasan ini, maka desain yang digunakan akan disesuaikan
dengan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan.

Gambar 4.6 Kondisi Eksisting Titian di Sungai Jingah


Gambar 4.7 Kondisi Jalanan di Sungai Jingah Saat Tidak Ada Pameran

Gambar 4.8 Kondisi Jalanan di Sungai Jingah Saat Pameran Berlangsung

4.4 Konsep Desain


Konsep yang diterapkan pada Perencanaan Penataan Kawasan Kampung
Sasirangan ini adalah konsep Metafora. Pengertian Metafora dalam arsitektur
adalah kiasan atau ungkapan bentuk yang kemudian di wujudkan ke dalam
bangunan. Karena tujuan dari proyek ini adalah untuk menaikkan citra
kawasan Kampung Sasirangan, maka pada Perencanaan Penataan Kawasan
Kampung Sasirangan baik di Kelurahan Seberang Masjid dan di Sungai
Jingah, penerapan konsep metafora terdapat pada elemen-elemen desain yang
mengandung bentuk atau motif-motif dari kain sasirangan beserta filosofinya.
Motif Sasirangan memiliki makna penting tersendiri yang membedakan
dengan kain dari budaya lain. Kain sasirangan memiliki teknik dan proses
produksi yang khas dan memiliki nilai-nilai budaya yang erat dengan
masyarakat Kalimantan Selatan. Terdapat berbagai macam jenis motif
sasirangan yang telah di produksi, dalam proyek ini penulis mengambil
sebagian motif yang umum digunakan dan memiliki makna yang terkait akan
perencanaan penataan kawasan Kampung Sasirangan, yaitu :

 Iris Pudak

Gambar 4.9 Motif Iris Pudak

Pudak adalah tanaman pandan yang sering digunakan untuk pewarnaan


kue khas Banjar.

 Kambang Kacang

Gambar 4.10 Motif Kambang Kacang

Kambang Kacang adalah sebuah motif yang terinspirasi dari tanaman


kacang panjang yang memiliki makna dihormati dan bermartabat serta
merakyat.

 Bayam Raja

Gambar 4.11 Motif Bayam Raja

Motif ini memiliki makna leluhur yang dihormati dan bermartabat.

 Naga Balimbur
Gambar 4.12 Motif Naga Balimbur

Motif ini berasal dari cerita dogeng yang berisi tentang adanya naga yang
bermandi ria ditengah-tengah sungai sambil berjemur. Motif ini
menggambarkan suasana yang menyeangkan dan menggembirakan.

 Tampuk Manggis

Gambar 4.13 Motif Tampuk Manggis

Motif ini berasal dari tampuk pada buah manggis yang jumlahnya selalu
sama dengan isi buah manggis didalamnya. Motif ini juga digunakan pada
relief sungkul tangga rumah Banjar sehingga memiliki dua makna yaitu
kejujuran dan kerja keras untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

 Hiris Gagatas

Gambar 4.14 Motif Hiris Gagatas

Motif Hiris Gagatas memiliki makna “bungas” yang berarti cantik dan
tidak bosan dipandang.

 Bintang
Gambar 4.15 Motif Bintang

Motif ini melambangkan kebesaran Tuhan Yang Maha Besar yang berada
di angkasa raya.

 Gelombang

Gambar 4.16 Motif Gelombang

Motif gelombang memiliki makna keuletan dan kesabaran dalam


menjalani kehidupan seperti halnya angin yang bertiup kencang
menyebabkan gelombang air seperti gambaran kehidupan manusia yang
kadang-kadang memiliki gelombang.

4.5 Hasil Desain


Berikut adalah hasil desain dari Perencanaan Penataan Kawasan
Kampung Sasirangan di Banjarmasin :

4.5.1 Kampung Sasirangan di Kelurahan Seberang Masjid

Gambar 4.17 Tampak Atas Kawasan Kampung Sasirangan di Kelurahan Seberang Masjid
Pada Perencanaan Penataan Kawasan Kampung Sasirangan di
Kelurahan Seberang Masjid, ada 6 objek yang penulis desain, yaitu :

 Dermaga
Pada proyek ini penulis diminta untuk mendesain sebuah dermaga
yang digunakan sebagai area penyambutan bagi wisatawan yang datang.
Bentuk dermaga menggunakan bentuk dari motif sasirangan yaitu Tampuk
Manggis yang berarti kejujuran. Oleh karena itu, bentuk ini mengkiaskan
penyambutan pengunjung dengan kejujuran hati.
Material yang digunakan untuk dermaga ini adalah kayu ulin agar
tahan lama. Pada bagian bawah dermaga diberi penahan benturan yang
terbuat dari ban mobil bekas agar perahu yang berlabuh tidak berbenturan
langsung dengan tepian dermaga.
Di tengah-tengah dermaga ini terdapat sebuah signage sebagai penanda
pada dermaga. Material signage terbuat dari kayu dan rangka besi setinggi
2,2 meter. Signage ini menerapkan motif gigi haruan karena letaknya yang
berdekatan langsung dengan sungai.

Gambar 4.18 Desain Dermaga di Kelurahan Seberang Masjid


Gambar 4.19 Perspektif Dermaga Gambar 4.20 Detail Material Dermaga

Gambar 4.22 Signage Dermaga


Gambar 4.21 Tampak Depan Dermaga

 Titian dan Pergola


Mengingat kondisi eksisting titian yang sudah mengalami banyak
kerusakan, maka penulis membuat beberapa perubahan pada bagian titian
yaitu pada bentuk susunan kayunya. Susunan kayu di titian yang pada
awalnya berbentuk memanjang seperti titian pada umumnya, penulis ubah
menjadi bentuk motif sasirangan iris pudak. Penulis juga sedikit
memperlebar titian sebanyak 0,4 meter, dari yang awalnya 1,3 meter
menjadi 1,7 meter.
Untuk menjaga keamanan disekitar titian ini, maka dibuatlah pagar
pembatas berbahan besi dengan bentuk yang di ambil dari gabungan motif
kambang kacang dan gagatas. Untuk menambah kenyamanan wisatawan
yang melewati titian, diberikan pergola agar bisa menghalau sinar
matahari langsung. Pergola ini terbuat dari papan kayu meranti yang diukir
membentuk motif kambang kacang. Pada ukiran motif tadi ditutup dengan
fiber glass bening, sehingga cahaya matahari yang menembus fiber glass
tersebut akan menghasilkan bayangan yang mengikuti bentuk dari motif
kembang kacang.

Gambar 4.23 Perspektif Area Titian 1

Gambar 4.24 Perspektif Area Titian 2


Gambar 4.25 Bentuk Titian Gambar 4.26 Pagar Pembatas

Gambar 4.27 Tampak Depan


Pergola Gambar 4.28 Perspektif Pergola

 Rumah Produksi
Sesuai dengan apa yang diinginkan oleh klien, rumah-rumah warga
yang berada di sekitar area titian akan dijadikan sebagai rumah produksi
kain sasirangan. Rumah produksi ini bertujuan untuk memberikan edukasi
kepada para wisatawan yang datang tentang bagaimana proses pembuatan
kain sasirangan. Para wisatawan juga diharapkan bisa ikut serta dalam
proses pembuatan kain sasirangan tersebut. Penulis memilih area teras dari
tiap rumah agar mempermudah wisatawan untuk melihat dan sekaligus
mencoba membuat kain sasirangan tanpa mengganggu kenyamanan dan
privasi warga.
Namun, mengingat kondisi eksisting rumah warga yang letaknya
berdempetan dan terasnya relatif kecil, maka setiap satu rumah produksi
hanya memperlihatkan satu proses pembuatan kain sasirangan. Penulis
mengambil 3 (tiga) buah rumah warga untuk dijadikan sebagai rumah
produksi.
Rumah yang pertama dijadikan sebagai rumah display. Rumah ini
terletak paling dekat dengan dermaga. Rumah ini adalah tempat dimana
para wisatawan dapat meliat hasil dari kain-kain sasirangan yang sudah
selesai dibuat. Alasan kenapa rumah yang paling dekat dengan dermaga ini
dijadikan sebagai rumah display adalah harapannya agar wisatawan yang
baru datang bisa langsung melihat hasil dari kain-kain sasirangan tersebut
lalu tertarik untuk mencoba membuatnya sendiri.
Rumah yang kedua dijadikan sebagai rumah motif dan sisit. Di rumah
ini, wisatawan dapat melihat dan mencoba mengerjakan proses pemotifan
dan penjelujuran kain sasirangan.
Rumah yang terakhir dijadikan sebagai rumah pewarnaan. Di rumah
ini, wisatawan dapat melihat dan ikut mencoba proses pencelupan warna
dan pembilasan kain sasirangan yang sudah di motif tadi.
Pada tiap pagar rumah produksi, diberi bentuk motif sasirangan yang
berbeda untuk memberi penanda perbedaan proses pengerjaan dari
masing-masing rumah. Motif Bayam Raja untuk rumah display, motif
Tampuk Manggis untuk rumah motif dan sisit, dan motif Gegatas untuk
rumah pewarnaan.

Gambar 4.29 Bentuk Pagar 1 Gambar 4.30 Bentuk Pagar 2 Gambar 4.31 Bentuk Pagar 3
Gambar 4.32 Rumah Produksi Display

Gambar 4.33 Rumah Produksi Pewarnaan & Pembilasan

 Taman dan Photobooth


Pada eksisiting terdapat lahan kosong yang tidak terpakai. Di lahan
kosong ini dibuat taman dan area tempat duduk untuk para wisatawan
beristirahat. Di dekat taman juga dibuat area photobooth untuk menarik
minat wisatawan yang ingin mengabadikan momen di Kampung
Sasirangan ini.
4.5.2 Kampung Sasirangan di Sungai Jingah

Gambar 4.34 Tampak Atas Kawasan Kampung Sasirangan di


Sungai Jingah

Gambar 4.35 Perspektif Kawasan Kampung Sasirangan di Sungai Jingah

Pada Perencanaan Penataan Kawasan Kampung Sasirangan di Sungai


Jingah, ada 5 objek yang penulis desain, yaitu :
 Dermaga
Sama halnya dengan Kawasan Kampung Sasirangan di Kelurahan
Seberang Masjid, klien juga meminta adanya dermaga di Kawasan
Kampung Sasirangan Sungai Jingah ini. Desain dermaga yang penulis buat
merupakan desain dengan modul atau bentuk yang sama dengan yang ada
di Kelurahan Seberang Masjid yaitu dermaga berbentuk Tampuk Manggis.
 Pergola
Pergola yang digunakan di Sungai Jingah ini agak berbeda dengan
pergola yang ada di Kelurahan Seberang Masjid. Pergola yang ada di
Sungai Jingah ini digunakan sebagai pelindung bagi para pejalan kaki di
area pameran. Bentuk pergola menyesuaikan dengan keadaan jalan yang
cukup sempit.

Gambar 4.36 Pergola di Area Pameran

Tinggi pergola adalah 3 (tiga) meter dengan jarak antar modul pergola
sebesar 6 (enam) meter. Tiang pergola terbuat dari kayu ulin dan
berbentuk motif sasirangan gegatas. Pergola ini selain sebagai peneduh,
juga bisa dijadikan sebagai display kain sasirangan dengan cara menaruh
besi di antara tiang pergola.

Gambar 4.37 Modul Pergola


Gambar 4.38 Modul Pergola menjadi Display Kain Sasirangan

Penutup pergola terbuat dari papan kayu meranti yang diukir


membentuk motif-motif sasirangan. Tiap modul pergola memiliki motif-
motif yang berbeda.

kayu meranti
fiber glass
Gambar 4.39 Detail Penutup Pergola

Iris Pudak Bayam Raja Bintang Sudut


Ampat

Ular Lidi Gagatas Tampuk Manggis

Gambar 4.40 Motif - Motif Pergola

Perletakkan pergola disesuaikan dengan makna atau filosofi dari motif


yang dipilih. Berikut filosofi dari motif pergola dan perletakannya :
o Motif Iris Pudak diletakkan di dekat orang yang berjualan
makanan, karena motif ini dikenal dengan tanaman pandan
yang sering digunakan sebagai penghraum makanan seperti
menanak nasi dan pewarna makanan alami.
o Motif Ular Lidi didekatan dengan SD karena motif sasirangan
ular lidi ini diambil dari dongeng orang Banjar dan dianggap
sebagai simbol kecerdikan.
o Motif Bayam Raja didekatkan dengan rumah ketua RT, rumah
ustadz atau rumah camat karena motif sasirangan Bayam Raja
merupakan atribut untuk seseorang yang bermartabat dan
dihormati di masyarakat.
o Motif Gagatas, didekatkan dengan rumah pengrajin dan toko-
toko sasirangan karena memaknakan kecantikan, seperti halnya
kain sasirangan yang motifnya cantik-cantik.
o Motif Bintang Sudut Ampat, bermakna bahwa bintang adalah
salah satu tanda kebesaran Yang Maha Kuasa, kita sebagai
manusia tak akan sanggup untuk dapat menghitung berapa
sesungguhnya jumlah bintang yang ada di alam semesta ini.
Sehingga bentuk pergola ini diletakkan dekat dengan Musholla
dan masjid.
o Motif Tampuk Manggis, bermakna apa yang diucapkan sesuai
dengan isi hati, oleh karena itu bentuk ini mengkiaskan
penyambutan pengunjung dengan kejujuran hati, pergola
bentuk ini diletakkan berdekatan dengan area masuk dermaga
mengikut bentuk dermaga.
 Area Tempat Duduk
Di dekat dermaga masuk, terdapat sebuah lahan kosong yang penulis
jadikan sebagai area tempat duduk. Tempat duduk ini berada di atas titian.
Titian berbentuk motif sasirangan iris pudak. Area tempat duduk ini juga
memiliki peneduh berupa pergola dengan bentuk motif sasirangan naga
balimbur. Di area tempat duduk ini terdapat tempat wudhu karena
berdekatan juga dengan masjid.
Gambar 4.41 Perspektif Area Tempat Duduk 1

Gambar 4.42 Perspektif Area Tempat Duduk 2

fiber glass

papan kayu
meranti

kayu meranti

Gambar 4.43 Detail Area Tempat Duduk


Gambar 4.44 Tempat Wudhu

 Open Space
Pada Kampung Sasirangan di Sungai Jingah ini juga terdapat Open
Space berupa taman dan photobooth dengan modul yang sama dengan
yang ada di Kelurahan Seberang Masjid. Bedanya adalah di Kelurahan
Seberang Masjid taman berada di atas sungai langsung, sedangkan di
Sungai Jingah taman berada di atas tanah urugan.

Gambar 4.45 Perspektif Open Space


area photobooth tempat duduk

Gambar 4.46 Tampak Atas Open Space

Gambar 4.47 Area Photobooth

 Stand Pameran
Pada Kampung Sasirangan di Sungai Jingah desain lebih difokuskan di
area pameran. Klien juga meminta untuk dibuatkan display meja kain
sasirangan untuk digunakan di pameran.
Alas meja terbuat dari papan kayu. Sedangkan kaki meja terbuat dari
besi hollow. Pada bagian kaki meja juga terdapat besi hollow yang
dipasang secara horizontal yang bisa digunakan untuk menggantung kain-
kain sasirangan.

Gambar 4.48 Perspektif Stand Pameran 1


Gambar 4.49 Perspektif Stand Pameran 2

papan
kayu

kain
sasirangan
besi hollow

Gambar 4.50 Detail Meja Stand


BAB 5
KESIMPULAN

Selain mempelajari ilmu arsitektur melalui teori-teori yang diperoleh


dari bangku perkuliahan, mahasiswa juga harus mengembangkan
kemampuannya dalam bidang praktik dengan cara mencari pengalaman
berproyek di lapangan. Dengan mengikuti kerja praktik, mahasiwa dapat
mendapatkan pembekalan dan penyeimbangan pengetahuan tentang teori
dan praktik.

Kerja praktik yang dilaksanakan adalah dibidang perencanaan kawasan


Kampung Sasirangan Banjarmasin yang terletak di kelurahan Seberang
Masjid dan Sungai Jingah. Proyek Perencanaan Penataan Kawasan
Kampung Sasirangan di Banjarmasin ini merupakan proyek kerjasama
(swakelola) antara Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
dengan Pemerintah Kota Banjarmasin, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Banjarmasin, Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Kota
Banjarmasin, dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Banjarmasin.
Perencanaan Penataan Kawasan Kampung Sasirangan memiliki 2 (dua)
titik lokasi yaitu di Kelurahan Seberang Masjid dan di Sungai Jingah.

Perencanaan Penataan Kawasan Kampung Sasirangan ini bertujuan


untuk meningkatkan citra kawasan kampung sasirangan baik di Kelurahan
Seberang Masjid maupun di Sungai Jingah. Perencanaan Penataan
Kawasan Kampung Sasirangan ini memakai konsep metafora motif
sasirangan yang diterapakan pada elemen-elemen desainnya berupa
dermaga, titian, pergola, rumah produksi, open space, dan stand pameran.

Selama Praktik Kerja Lapangan ini berlangsung, penulis mendapatkan


banyak sekali pengalaman dan manfaat, salah satunya yaitu penulis bisa
belajar bagaimana bekerja sama dalam tim, penulis bisa terjun dan
mempelajari langsung ke lapangan, dan penulis juga bisa menerapkan
teori-teori yang didapat pada bangku perkuliahan ke dalam praktik kerja
langsung.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAPORAN HARIAN PERENCANAAN PENATAAN KAWASAN
KAMPUNG SASIRANGAN DI BANJARMASIN
KARTU KENDALI
DAFTAR HADIR PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Anda mungkin juga menyukai