(HAKK601)
JUDUL :
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2019
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL :
PENYUSUN :
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir laporan ini.
Yang menyatakan,
Penulis 1, Penulis 2,
Tujuan dari penyusunan laporan ini guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Praktik Kerja Lapangan (HAKK601) pada Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat. Laporan ini disusun
berdasarkan pengetahuan yang penulis dapatkan di lapangan selama mengerjakan
Praktik Kerja Lapangan perencanaan kawasan Kampung Sasirangan di kelurahan
Seberang Masjid dan Sungai Jingah.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam
kegiatan praktik kerja lapangan dan proses penulisan laporan, khususnya kepada :
1. Walikota Banjarmasin Bapak H. Ibnu Sina, S.Pi, M.Si dan istri Ibu Dr. Hj.
Siti Wasilah, M.Si.Med
2. Pemerintah Kota Banjarmasin sebegai mitra kegiatan perencanaan, Ketua
Dewan Kerajinan Nasional Kota Banjarmasin dan Bapak Khuzaimi selaku
Kepala Bidang Pengembangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Banjarmasin.
3. Bapak Dr. Bani Noor Muchammad, ST., MT. selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
4. Bapak Nurfansyah, MT. selaku Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
5. Bapak Dr. Bani Noor Muchammad, Dr. Ira Mentayani dan Dr. Irwan
Yudha Hadinata selaku Koordinator mata kuliah Praktik Kerja Lapangan.
6. Bapak Dr. Irwan Yudha Hadinata selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dalam penyusunan laporan ini hingga selesai.
7. Ibu Dr. Ira Mentayani, ST., MT, selaku Kepala Laboratorium Perumahan,
Permukiman Perkotaan, Bapak JC. Heldiansyah, ST., M.Sc selaku Kepala
Laboratorium Arsitektur Digital, Bapak Ibnu Saud, ST., M.Sc selaku
Kepala Studio Perancangan Arsitektur dan Ibu Naimatul Aufa, ST., M.Sc
selaku Kepala Laboratorium Arsitektur Vernakular Fakultas Teknik yang
telah memberikan wadah aspiratif selama pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan.
8. Tim Dosen Arsitektur Fakultas Teknik yang telah membantu dalam proses
pelaksanaan Kerja Praktik Lapangan.
9. Orang Tua dan rekan seperjuangan yang telah banyak memberi dukungan,
doa dan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan
ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kesalahan
karena kurangnya ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis siap
menerima kritik dan saran yang membangun sebagai bahan evaluasi. Semoga
laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat memberikan kontribusi positif serta
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis 1, Penulis 2,
Dalam mata kuliah Praktik Kerja Lapangan terdiri dari 3 jenis bidang kerja
yang memberikan pengetahuan tentang teori arsitektur dan pelaksanaan
pembangunan dilapangan, sebagai berikut :
1.4.1 Tujuan
1.4.2 Sasaran
1. Studi Literatur
Mencari dan mempelajari informasi terkait teori-teori perencanaan
di lapangan dan objek perencanaan.
2. Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung di lapangan dengan cara
ikut terlibat dalam proses perencanaan proyek.
3. Dokumentasi
Menyimpan hal-hal yang diperlukan dalam perencanaan proyek
maupun dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan.
4. Wawancara
Melakukan tanya jawab atau diskusi dengan pihak yang terlibat
dalam proses perencanaan proyek.
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang pemilihan objek Praktik Kerja Lapangan, lingkup dan
batasan Praktik Kerja Lapangan, tujuan dan sasaran pelaksanaan Praktik
Kerja Lapangan, teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan
laporan Praktik Kerja Lapangan.
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
BAB 2
TINJAUAN PROYEK
Menurut Lewis (2005): Proyek yaitu sebuah usaha yang dilakukan dengan
cara bertanggung jawab untuk menghasilkan sebuah produk, jasa, yang
menghasilkan suatu hasil tertentu.
Perencana adalah pihak yang diberikan pekerjaan atau proyek oleh pemilik
proyek. Pada perencanaan penataan kawasan Kampung Sasirangan ini, perencana
proyek adalah Fakultas Teknik dengan skema kerjasama antara Pemerintah Kota
Banjarmasin dengan Fakultas Teknik.
a) Kawasan yang dinamis dan unik dari suatu kota (dengan segala
ukuran) dimana daratan dan air (sungai, danau, laut, teluk) bertemu
(kawasan tepian air) dan harus dipertahankan keunikannya.
b) Kawasan yang dapat meliputi bangunan atau aktivitas yang tidak
harus secara langsung berada di atas air, akan tetapi terikat secara
visual atau historis atau fisik atau terikat dengan air sebagai bagian
dari rencana yang lebih luas.
Tepian Air (waterfront) merupakan sebuah aset yang dimiliki oleh suatu
kota yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan publik dengan berbagai
tujuan. Dalam proses pengembangan kawasan tepian air pada dasarnya
merupakan permasalahan yang sangat kompleks di suatu kawasan perkotaan
yaitu adanya perbedaan pengembangan antara kepentingan publik dengan
kepentingan swasta dari orientasi pengembangan fungsi ruang pulik menjadi
fungsi properti. Pengembangan ruang public merupakan pengembangan yang
diorientasikan kepada kesejahteraan masyarakat luas sedangkan
pengembangan fungsi properti berorientasi kepada keuntungan sebagian
pihak. Oleh sebab itu usaha untuk melindungi kawasan tepi air sebagai ruang
publik yang terbebas dalam proses konstruksi diperlukan adanya kerjasama
dan kesatuan visi dari berbagai pihak yaitu masyarakat, pemerintah dan swasta
untuk mewujudkan karakter kawasan tepian air sehingga dapat dimanfaatkan
secara maksimal. Dalam proses pengembangan suatu kawasan tepian air pada
dasarnya dapat dibagi atas tiga (3) jenis pengelompokan, yaitu :
1. Konservasi
Merupakan pengembangan yang bertujuan untuk memanfaatkan
kawasan tua yang berada di tepi air dimana pada kondisi sekarang
masih terdapat potensi yang dapat dikembangkan secara maksimal.
Contoh Venice waterfront
3. Development
Pengembangan jenis ini merupakan contoh perencanaan yang
sengaja dibentuk dengan menciptakan sebuah kawasan tepian air
dengan melihat kebuthan masyarakat terhadap ruang di kota dengan
cara penataan kawasan tepian air. Contoh Portland waterfront
development.
Gambar 3.3 Portland Waterfront Development
Mengembalikan suatu tepi perairan bukanlah suatu hal yang mudah dan
biasanya melibatkan berbagai masalah, mulai dari hak-hak kepemilikan
individual hingga persepsi publik akan nilai suatu ruang publik (Torre, 1989)
Hal ini ditambah dengan masalah tata guna lahan dan zoning, keamanan, akses
dan sirkulasi, merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan guna
menciptakan perairan yang dapat digunakan sebagai area rekreasi, tidak hanya
digunakan sebagai suatu isu bagi kepentingan semata (Torre, 1989)
3. Memiliki Karakter
Sebagai kawasan dengan keberagaman pengguna, maka tedapat hal-hal
tertentu yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan
pengembangan tepian air. Setiap pengembangan tepian air memiliki
cerita yang berbeda sesuai dengan kondisi geografis, sejarah, waktu,
politik, kepemimpinan bisnis dan peluang, hal ini berarti meniru hasil
dari pengembangan tepian air yang lain merupakan sebuah kegagalan
atau menjadi suatu proyek yang tidak sesuai dengan konteks kawasan
tersebut dan tentunya kondisi dari badan perairan harus diperhatikan
baik-baok dalam suatu desain tepian air (Breen, 1994). Hal-hal tersebut
perlu diperhatikan agar didapatkan suatu kawasan urban waterfront
yang berkarakter. Masih menurut Breen (1994), karakter adalah suatu
kualitas ekslusif yang membuat suatu tempat menjadi unik. Semakin
unik dan memiliki karakter maka tempat tersebut menjadi semakin
menarik. Torre (1989) memiliki pendapat yang sama dengan
mengatakan bahwa setiap tepian air membutuhkan tema dan image
tersendiri agar menjadi unik. Suatu tepian air yang hidup dari aktivias
yang berorientasikan air merupakan dasar dari pengalaman yang
otentik dan menyenangkan.
4. Fungsional
Selain mengenai karakter, terdapat hal lain yang harus diperhatikan
dalam perencanaan pengembangan kawasan tepian air terutama
mengenai kota tepian sungai (urban waterfront). Hal ini dijelaskan
oleh Torre (1989) bahwa tidak peduli seunik atau semenarik apapun
suatu tepian air, kawasan tersebut hanya akan berhasil apabila
berfungsi dengan baik dalam segala hal. Mulai dari akses kawasan dan
sirkulasi hingga kapasitas parkir yang mencukupi, pergerakan
pedestrian yang mudah dan nyaman, hingga keseluruhan pengalaman
yang dialami pengunjung, setiap kawasan harus berfungsi dengan baik,
begitupun juga mengenai masalah kapasitas pada waktu-waktu padat.
Suatu urban waterfront dapat berhasil apabila dalam perencanaan
urban waterfront juga dipikirkan dengan baik mengenai fungsi setiap
hal yang terdapat di dalam perencanaan tersebut. Bahkan hingga ke hal
terkecil yang berhbungan dengan kenyamanaan pengunjung seperti
keberadaan tangga aksesibel, dll.
1) Kawasan Komersil
Adapun kriteria pokok pengembangan kawasan komersil di kota
air adalah :
Harus mampu menarik pengunjung yang akan
memanfaatkan potensi kawasan pantai sebagai tempat
bekerja, belanja maupun rekreasi (wisata).
Kegiatan yang diciptakan tetap menarik dan nyaman untuk
dikunjungi (dinamis).
Bangunan harus mencirikan keunikan budaya setempat dan
merupakan sarana bersosialisasi dan berusaha (komersil).
Mempertahankan keberadaan golongan ekonomi lemah
melalui pemberian subsidi.
Keindahan bentuk fisik (profil tepi air) kawasan diangkat
sebagai faktor penarik bagi kegiatan ekonomi, social
budaya, dll.
2) Kawasan Budaya, Pendidikan dan Lingkungan Hidup
Kriteria pokok pengembangannya adalah :
Memanfaatkan potensi alam untuk kegiatan penelitian,
budaya dan konservasi.
Menekankan pada kebersihan badan air dan suplai air
bersih yang tidak hanya untuk kepentingan kesehatan saja
tetapi juga untuk menarik investor.
Diarahkan untuk menyadarkan dan mendidik masyarakat
tentang kekayaan alam tepi air yang perlu dilestarikan dan
diteliti.
Keberadaan budaya masyarakat harus dilestarikan dan
dipadukan dengan pengolaan lingkungan didukung
kesadaran melindungi atau mempertahankan keutuhan fisik
badan air untuk dinikmati dan dijadikan sebagai wahana
pendidikan.
Perlu ditunjang oleh program-program pemanfaatan ruang
kawasan.
Perlu upaya peraturan/pengendalian fungsi dan
kemanfaatan air/badan air.
3) Kawasan Peninggalan Bersejarah
Kriteria pokok pengembangannya adalah :
Pelestarian peninggalan-peninggalan bersejarah (landscape,
situs, bangunan, dll) dan/atau merehabilitasinya untuk
pengunaan berbeda.
Pengendalian pengembangan baru yang kontradiktif dengan
pembangunan yang sudah ada guna mempertahankan
karakter (ciri) kota.
Program-program pemanfaatan ruang kawasan.
4) Kawasan Wisata/Rekreasi
Kriteria pokok pengembangannya kawasan rekreasi/wisata tepi air
adalah :
Memanfaatkan kondisi fisik untuk kegiatan rekreasi (indoor
atau outdoor).
Pembangunan diarahkan di sepanjang badan air dengan
tetap mempertahankan keberadaan ruang terbuka.
Perbedaan budaya dan geografis diarahkan untuk
menunjang kegiatan pariwisata, terutama pariwisata
perairan.
Kekhasan arsitektur local dapat dimanfaatkan secara
komersil guna menarik pengunjung.
Pemanfaatan kondisi fisik tepian air untuk kegiatan
rekreasi/wisata air.
5) Kawasan Pemukiman
Kriteria pokok pengembangan kawasan permukiman di tepian air
adalah :
Perlu keselarasan pembangunan untuk kepentingan pribadi
dan umum.
Perlu memperharikan tata air, budaya lokal serta
kepentingan umum.
Pengembangan kawasan permukiman dapat dibedakan atas
kawasan permukiman penduduk asli dan kawasan
permukiman baru.
Pada permukiman/perumahan produksi harus dilakukan
upaya penataan dan perbaikan untuk meningkatkan kualitas
lingkungan dan kawasan. Penempatannya hendaknya
disesuaikan dengan potensi sumber daya.
Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan
untuk kawasan permukiman pendidikan asli (lama) antara :
revitalisasi/penataan bangunan, penyediaan utilitas,
penanganan sarana air bersih, air limbah dan persampahan,
penyediaan dermaga perahu, serta pemeliharaan drainase.
Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan
untuk kawassan permukiman baru antara lain : penataan
bangunan dengan memberi ruang untuk akses publik ke
badan air, peraturan pengambilan air, reklamasi, peraturan
batas sempadan dari badan air dan program penghijauan,
dll.
Kegiatan yang berkembang pada suatu area tepian air sangan bergantung
pada potensi yang ada pada kawasan atau area yang dikembangkan.
Berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dikembangkan di dalamnya, tepian air
dapat dikategorikan sebagai berikut (Breen, 1994):
a) Cultural Waterfront
Cultural waterfront mewadahi aktivitas budaya, pendidikan dan ilmu
pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa fasilitas yang ada pada
kawasan waterfront tersebut seperti aquarium (Baltimore, Marylandm dan
Monterey California), Memorial Fourtain (Detroit Michigan), tepian air
dengan program khusus (Ontario, Kanada)
b) Environmental Waterfront
Environmental waterfront yaitu pengembangan kawasan tepian air
yang bertumpu pada usaha peningkatan kualitas lingkungan yang
mengalami degradasi, memanfaatkan potesi dari keaslian lingkungan yang
tumbuh secara alami, seperti hutan. Kegiatan yang dapat di lakukan adalah
berjalan-jalan menikmati keaslian alam, rekreasi, taman bermain.
c) Historical Waterfront
Pada umumnya berkembang sebagai upaya konservasi dan restorasi
bangunan bersejarah di kawasan tepian air. Konteks kesejarahan yang
dapat dikembangkan berupa dermaga, museum kapal, bendungan,
jembantan kuno, dll.
d) Mixed-Use Waterfront
Pengembangan kawasan mixed-used waterfront diarahkan pada
penggabungan fungsi perdagangan, rekreasi, perumahan, perkantoranm
transportasi, wisata dan olahraga.
e) Recreational Waterfront
Pengembangan kawasan tepian air dengan fungsi aktivitas rekreasi
dapat didukung dengan berbagai fasilitas antara lain : taman bermain,
taman air, taman duduk, taman hiburan, area untuk memancing, riverwalk,
amphitheatre, dam, diving, pelabuhan, gardu pandang, fasilitas perkapalan,
paviliun, fasilitas olahraga, marina, museum, hotel, restoran dan aquarium.
f) Residental Waterfront
Pengembangan kawasan tepian air dengan fungsi utama sebagai
perumahan. Fasilitas yang dibangun berupa kampung, nelayan, apartemen,
vila rekreasi dan kesehatan.
3.2.4 Komponen Penataan dalam Mendesain Kawasan Tepian Air
Tata guna lahan adalah suatu proses memebagi ruang menjadi beberapa
segmen atau sub-zona yang berbeda pada suatu hamparan yang relative luas
berdasarkan karakteristik dan potensi ruang serta aktivitas yang sedang dan
akan berlangsung untuk mencapai tujuan dan sasaran yang di tetapkan.
Menurut Shirvani (1985), tata guna lahan merupakan suatu rencana 2
dimensi yang akan menciptakan ruang 3 dimensi dan memunculkan fungsi.
Rencana tata guna lahan yang saling berpadu dengan aturan-aturan tata guna
lahan akan memberikan dasar dalam penentuan fungsi yang tepat untuk
wilayah tertentu.
Rencana tata guna lahan yang saling berpadu dengan aturan-aturan tata
guna lahan akan memberikan dasar dalam penentuan fungsi yang tepat untuk
wilayah tertentu (Shirvani, 1985). Menurut Kamus Bahasa Besar Indonesia,
integrasi memiliki airti pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh dan
bulat. Perpaduan antara rencana tata guna lahan dengan aturan-aturan terkait
tata guna lahan dikatakan sebagai integritas tata guna lahan. Dari teori diatas,
variabel integritas tata guna lahan yang akan digunakan dalam penelitian
antara lain :
Keberagaman Penggunaan/kegiatan
Menciptakan keberagaman penggunaan pada suatu wilayah
dimaksudkan untuk menciptakan vitalitas sepanjang waktu.
Dengan keberagaman penggunaan diharapkan suatau kawasan
dapat hidup sepanjang saat, tidak hanya pada waktu-waktu
tertentu saja.
Livabilitas
Kenyamanan untuk tinggal. Dalam kasus ini sebgai kawasan
rekreasi maka livabilitas merupakan kenyaman untuk beraktivitas
dan menikmati kawasan tersebut.
Amenitas
Ketersediaan penunjang kemudahan/amenitas sangat penting guna
menunjang fungsi suatu lahan. Pada kasus ini maka amenitas yang
diharapkan merupakan fasilitas penunjang rekreasi seperti ruang
terbuka, taman kota, dll.
Keteribatan Publik
Setiap kelompok atau individu yang berkepentingan dengan
rencana haarus diakomodasikan untuk berpartisipasi dalam proses,
untuk menjaga agar tidak terdapat arahan penggunaan lahan yang
cenderung semena-mena.
Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan yang dibuat untuk berlabuhnya
sebuah kapal atau perahu untuk kegiatan bongkar muat barang atau
penumpang. Banjarmasin merupakan kota seribu sungai dimana
keberadaan dermaga merupakan hal penting dalam kegiatan beraktivitas
sehari-hari. Sebagian besar masyarakat menggunakan dermaga sebagai
akses untuk destinasi, berdagang atau menuju rumah yang terletak di
pinggiran sungai. Bentukan dermaga semata-mata tidak berupa kayu yang
bisa di tumpangi untuk di lalui begitu saja setelah masuk dan keluar
perahu, bentuk dermaga juga bisa dijadikan daya tarik untuk
meningkatkan estetika daerah dan dapat dinikamati dalam waktu yang
tidak singkat.
Menurut Perda Banjarmasin no 20 tahun 2007 tentang kepelabuhan,
dermaga atau pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan sungai
di perairan pedalaman (sungai dan danau) di sekitarnya dengan batasan-
batasan tertentu sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, dan naik turun
penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang Terbuka Hijau adalah sebuah pengelolaan ruang yang
direncanakan karena kebutuhan akan tempat untuk beraktivitas secara
individu atau kelompok dan tempat berkumpul di ruang terbuka. Tempat
yang dapat digunakan sebagai ruang terbuka hijau adalah lahan yang
belum dibangun atau sebagian belum dibangun yang mempunyai nilai
untuk keperluan taman dan rekreasi, konservasi lahan atau keperluan
sejarah dan estetika.
Secara fisik ruang terbuka hijau dapat dibedakan menjadi RTH alami
berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional serta
RTH non alami atau binaan seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman
atau jalur-jalur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat berfungsi
ekologis, sosial budaya, estetika dan ekonomi. Secara struktur ruang, RTH
dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang, tersebar),
maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang
perkotaan.
Tujuan ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut :
a. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air.
b. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui
keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan
yang berguna untuk kepentingan masyarakat.
c. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana
pengamanan lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar,
indah dan bersih.
Fungsi ekonomi :
Fungsi estetika :
Deskripsi
Suasana lokasi sentra kuliner “Mandiri” yang dibangun oleh
Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin melalui Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (UKM) setempat ini cocok sekali bagi mereka
yang ingin menikmati wisata kuliner dan bersantai bersama dengan teman
– teman atau keluarga tercinta. Di bawah puluhan tenda – tenda warna -
warni di tepian sungai dan dinaungi oleh pepohonan yang rindang, lokasi
yang dulunya adalah kawasan pasar burung ini merupakan tempat ideal
bagi wisatawan yang ingin berlama – lama menikmati sepoi – sepoi angin
dan gemericik suara riak air sungai yang berhulu ke pegunungan meratus.
Di dalam lokasi ini dijual aneka makanan / minuman khas Banjarmasin
dan kue - kue tradisional dimana anda akan merasa dimanjakan buat
melakukan sarapan pagi, makan siang, serta makan malam, atau sekedar
mencicipi kue kecil atau aneka camilan ringan lainnya seraya menghirup
panasnya kopi khas orang Banjar atau secangkir teh manis.
Sejauh mata memandang, terlihat aneka pemandangan tepian sungai
yang saat ini telah dimodifikasi menjadi water front city (kota bantaran
sungai) yang dibangun oleh Pemkot Banjarmasin dengan dana ratusan
miliar rupiah. Dengan melihat aktivitas sehari – hari warga di sungai yang
bermuara ke Sungai Barito ini mampu menambah pemandangan yang
bernuansa tradisional dan membuat betah pengunjung untuk berlama –
lama liburan di kawasan wisata alam ini, apalagi di sungai tersebut terlihat
hilir - mudik “klotok” adalah semacam angkutan warga sejenis perahu
bermesin, hilir - mudik di wilayah yang dikenal dengan nama kota seribu
sungai.
Klotok seperti layaknya mobil angkot di daratan dengan jarak tempuh
yang jauh, kemudian masih ada hilir - mudik jukung (sampan) dan
angkutan untuk warga kota ke sana kemari dengan jarak pendek,
merupakan pemandangan alami kerap terjadi di Kota Banjarmasin seperti
halnya becak dan jenis angkot lainnya.
B. Taman Cimanuk, Sungai Cimanuk, Kota Indramayu, Jawa Barat.
Deskripsi
Deskripsi
Sekayu water front adalah sebuah kawasan terbuka hijau yang berdiri
tepat menghadap ke arah Sungai Musi karena letak kawasan terbuka hijau
yang berdiri tepat menghadap kearah Sungai Musi maka sebabnya tempat
ini diberi nama Sekayu waterfront. Letak kawasan terbuka hijau ini ada di
kota Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan. Sekayu
waterfront terpilih untuk menjadi salah satu venue yang menggelar etape
ke - 3 lomba dayung bertaraf internasional dan diikuti oleh 5 Negara
ASEAN. Sekayu waterfront sengaja dibangun untuk penyelenggaraan
ajang lomba dayung bertaraf internasional dan diharapkan menjadi
destinasi wisata baru di wilayah Musi Banyuasin dan bisa dikunjungi
wisatawan yang ingin bersantai di tepi sungai. Terdapat sebuah taman
yang dahulu bernama taman Kirap ini dari segi penataan sudah cukup rapi
dan masih sangat terawat pepohonan dan taman bunga di kanan kiri
semakin menambah asri suasana.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Perencanaan
4.2.1 Persiapan
Iris Pudak
Kambang Kacang
Bayam Raja
Naga Balimbur
Gambar 4.12 Motif Naga Balimbur
Motif ini berasal dari cerita dogeng yang berisi tentang adanya naga yang
bermandi ria ditengah-tengah sungai sambil berjemur. Motif ini
menggambarkan suasana yang menyeangkan dan menggembirakan.
Tampuk Manggis
Motif ini berasal dari tampuk pada buah manggis yang jumlahnya selalu
sama dengan isi buah manggis didalamnya. Motif ini juga digunakan pada
relief sungkul tangga rumah Banjar sehingga memiliki dua makna yaitu
kejujuran dan kerja keras untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Hiris Gagatas
Motif Hiris Gagatas memiliki makna “bungas” yang berarti cantik dan
tidak bosan dipandang.
Bintang
Gambar 4.15 Motif Bintang
Motif ini melambangkan kebesaran Tuhan Yang Maha Besar yang berada
di angkasa raya.
Gelombang
Gambar 4.17 Tampak Atas Kawasan Kampung Sasirangan di Kelurahan Seberang Masjid
Pada Perencanaan Penataan Kawasan Kampung Sasirangan di
Kelurahan Seberang Masjid, ada 6 objek yang penulis desain, yaitu :
Dermaga
Pada proyek ini penulis diminta untuk mendesain sebuah dermaga
yang digunakan sebagai area penyambutan bagi wisatawan yang datang.
Bentuk dermaga menggunakan bentuk dari motif sasirangan yaitu Tampuk
Manggis yang berarti kejujuran. Oleh karena itu, bentuk ini mengkiaskan
penyambutan pengunjung dengan kejujuran hati.
Material yang digunakan untuk dermaga ini adalah kayu ulin agar
tahan lama. Pada bagian bawah dermaga diberi penahan benturan yang
terbuat dari ban mobil bekas agar perahu yang berlabuh tidak berbenturan
langsung dengan tepian dermaga.
Di tengah-tengah dermaga ini terdapat sebuah signage sebagai penanda
pada dermaga. Material signage terbuat dari kayu dan rangka besi setinggi
2,2 meter. Signage ini menerapkan motif gigi haruan karena letaknya yang
berdekatan langsung dengan sungai.
Rumah Produksi
Sesuai dengan apa yang diinginkan oleh klien, rumah-rumah warga
yang berada di sekitar area titian akan dijadikan sebagai rumah produksi
kain sasirangan. Rumah produksi ini bertujuan untuk memberikan edukasi
kepada para wisatawan yang datang tentang bagaimana proses pembuatan
kain sasirangan. Para wisatawan juga diharapkan bisa ikut serta dalam
proses pembuatan kain sasirangan tersebut. Penulis memilih area teras dari
tiap rumah agar mempermudah wisatawan untuk melihat dan sekaligus
mencoba membuat kain sasirangan tanpa mengganggu kenyamanan dan
privasi warga.
Namun, mengingat kondisi eksisting rumah warga yang letaknya
berdempetan dan terasnya relatif kecil, maka setiap satu rumah produksi
hanya memperlihatkan satu proses pembuatan kain sasirangan. Penulis
mengambil 3 (tiga) buah rumah warga untuk dijadikan sebagai rumah
produksi.
Rumah yang pertama dijadikan sebagai rumah display. Rumah ini
terletak paling dekat dengan dermaga. Rumah ini adalah tempat dimana
para wisatawan dapat meliat hasil dari kain-kain sasirangan yang sudah
selesai dibuat. Alasan kenapa rumah yang paling dekat dengan dermaga ini
dijadikan sebagai rumah display adalah harapannya agar wisatawan yang
baru datang bisa langsung melihat hasil dari kain-kain sasirangan tersebut
lalu tertarik untuk mencoba membuatnya sendiri.
Rumah yang kedua dijadikan sebagai rumah motif dan sisit. Di rumah
ini, wisatawan dapat melihat dan mencoba mengerjakan proses pemotifan
dan penjelujuran kain sasirangan.
Rumah yang terakhir dijadikan sebagai rumah pewarnaan. Di rumah
ini, wisatawan dapat melihat dan ikut mencoba proses pencelupan warna
dan pembilasan kain sasirangan yang sudah di motif tadi.
Pada tiap pagar rumah produksi, diberi bentuk motif sasirangan yang
berbeda untuk memberi penanda perbedaan proses pengerjaan dari
masing-masing rumah. Motif Bayam Raja untuk rumah display, motif
Tampuk Manggis untuk rumah motif dan sisit, dan motif Gegatas untuk
rumah pewarnaan.
Gambar 4.29 Bentuk Pagar 1 Gambar 4.30 Bentuk Pagar 2 Gambar 4.31 Bentuk Pagar 3
Gambar 4.32 Rumah Produksi Display
Tinggi pergola adalah 3 (tiga) meter dengan jarak antar modul pergola
sebesar 6 (enam) meter. Tiang pergola terbuat dari kayu ulin dan
berbentuk motif sasirangan gegatas. Pergola ini selain sebagai peneduh,
juga bisa dijadikan sebagai display kain sasirangan dengan cara menaruh
besi di antara tiang pergola.
kayu meranti
fiber glass
Gambar 4.39 Detail Penutup Pergola
fiber glass
papan kayu
meranti
kayu meranti
Open Space
Pada Kampung Sasirangan di Sungai Jingah ini juga terdapat Open
Space berupa taman dan photobooth dengan modul yang sama dengan
yang ada di Kelurahan Seberang Masjid. Bedanya adalah di Kelurahan
Seberang Masjid taman berada di atas sungai langsung, sedangkan di
Sungai Jingah taman berada di atas tanah urugan.
Stand Pameran
Pada Kampung Sasirangan di Sungai Jingah desain lebih difokuskan di
area pameran. Klien juga meminta untuk dibuatkan display meja kain
sasirangan untuk digunakan di pameran.
Alas meja terbuat dari papan kayu. Sedangkan kaki meja terbuat dari
besi hollow. Pada bagian kaki meja juga terdapat besi hollow yang
dipasang secara horizontal yang bisa digunakan untuk menggantung kain-
kain sasirangan.
papan
kayu
kain
sasirangan
besi hollow