Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

PROSES PRODUKSI PADA USAHA MIKRO KECIL


MENENGAH (UMKM) DAPUR FITRA

DISUSUN OLEH:
NAMA : ARIS PRIYATNA
NIM : 02190010
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


BISNIS INTERNASIONALINDONESIA
STIE BII BEKASI
2023
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Aris Priyatna

NIM : 02190010

Program Studi : Manajemen

Judul Laporan KKL : PROSES PRODUKSI PADA USAHA MIKRO


KECIL MENENGAH ( UMKM ) DAPUR FITRA
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Laporan KKL yang telah di
buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila terjadi
dikemudian hari penulisan Laporan KKL ini merupakan hasil plagiat atau
penjiplakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib STIE BII
Bekasi.
Demikian pernyataan ini di buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.

Penulis

(Aris Priyatna)

NIM 02190010

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LAPORAN
KULIAH KERJA LAPANGAN

PROSES PRODUKSI PADA USAHA MIKRO KECIL


MENENGAH (UMKM) DAPUR FITRA

Nama : Aris Priyatna


NIM : 02190010
Program Studi : Manajemen

Laporan Kuliah Kerja Lapangan


Ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Pada Tanggal :
Disetujui oleh Dosen Pembimbing

Inas Afifah Zahra, S.E,. S.Pd,. S.Th.I,. M.Si


NIDN 0403019201
Ketua STIE BII Bekasi Pembimbing Lapangan

R.Hendri Darusman, MBA Nurintan Purba


NIK 198016072000 NIB 2406230053283

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LAPORAN
KULIAH KERJA LAPANGAN

PROSES PRODUKSI PADA USAHA MIKRO KECIL


MENENGAH (UMKM) DAPUR FITRA

Nama : Aris Priyatna


NIM : 02190010
Program Studi : Manajemen

Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini telah dipertahankan \


Dalam ujian pada tanggal : ............
Disetujui oleh
Penguji I Penguji II

Yusril, S.E., Ak., M.M. Novi Lestari, S.E., M.M.


NIDN 0307076401 NIDN 0424087603
Mengetahui,

Ketua STIE BII Ketua Program Studi

R. Hendri Darusman,MBA Candra Dwi Hardiana, S.Sos,. M.Si


NIK190816072000 NIK 190816072000

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga pada akhirnya penulis diberikan
kelancaran dan dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini
dengan baik. Dimana laporan ini disajikan dalam bentuk buku sederhana. Adapun
judul laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini adalah “Proses Produksi pada
Usaha Mikro kecil Menengah (UMKM) DAPUR FITRA”.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua
pihak terkait, maka penulisan ini tidak akan terlaksana dengan baik dan lancar.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. RH. Sudhartin, M.si selaku Ketua Yayasan Pendidikan Pusaka
Nusantara
2. Bapak Dr. Kasidjo, M.M selaku Ketua senat Perguruan Tinggi sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Bisnis Internasional Indonesia.
3. Bapak R. Hendri Darusman, MBA. selaku Ketua STIE BII Bekasi.

4. Bapak Yusril, S.E., Ak,. M.M. selaku Wakil Ketua I STIE BII Bekasi.

5. Bapak Ali Mutaufiq, S.E,. M.M. selaku Ketua Lembaga Penjaminan Mutu
STIE BII Bekasi.
6. Ibu Novi Lestari, S.E,, M.M. selaku Kepala Program Studi S1 Akutansi STIE
BII Bekasi.
7. Ibu Candra Dwi Hardiana, S.sos, M.Si. selaku Kepala Program Studi S1
Manajemen STIE BII Bekasi.
8. Bapak Jarkoni, S.E,. M.M. selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan
STIE BII Bekasi.
9. Ibu Inas Afifah Zahra, S.E., S.Pd., S.Th.I., M.Si. selaku dosen pembimbing
penulis.

v
10. Kepada seluruh dosen STIE BII Bekasi yang telah memberikan ilmu kepada
penulis
11. STIE BII Bekasi yang telah memberikan pelayanan yang baik dan kemudahan
dalam administrasi.
12. Ibu Nurintan Purba selaku pemilik UMKM tempat melaksanakan Kuliah
Kerja Lapangan yang telah membantu dan memberikan informasi kepada
penulis.
13. Yang teristimewa orang tua penulis yang telah banyak memberikan doa,
dukungan dan motivasi baik secara moril maupun materi sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini.
14. Seluruh mahasiswa dan mahasiswi STIE BII Bekasi yang telah memberikan
dorongan, motivasi, nasehat dan banyak hal lain yang tidak bisa penulis
sampaikan satu persatu.
15. Kepada seluruh teman dan sahabat penulis yang telah banyak memberikan
semangat, motivasi, dan banyak hal lain yang tidak bisa penulis sampaikan
satu persatu.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, tanpa mengurangi rasa
hormat dan terima kasih penulis atas kebaikan yang telah diberikan dalam
menyusun Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini.
Penulisan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini masih jauh dari sempurna.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati mohon maaf apabila pada laporan
Kuliah Kerja Lapangan ini ada salah dalam penulisan. Kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk
menyempurnakan laporan ini, mengingat penulis masih dalam tahap proses
belajar dan semoga laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi siapa saja yang membacanya.
Bekasi, 9 Agustus
2023
Penulis

vi
Aris Priyatna
NIM 02190010

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LAPORAN KULIAH
KERJA LAPANGAN (UMKM DAPUR FITRA).............................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LAPORAN KULIAH KERJA
LAPANGAN (UMKM DAPUR FITRA)............................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.1. Tujuan Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan............................................5
1.3. Manfaat Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan..........................................5
1.3.1 Bagi Mahasiswa.................................................................................5
1.3.2 Bagi Masyarakat dan Industri............................................................5
1.3.3 Bagi Penulis Lanjutan........................................................................6
1.4. Sistematika Penulisan................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
2.1 Supply Chain Management...........................................................................8
2.2 Halal...............................................................................................................9
2.3 Halal Supply Chain Management...................................................................9
2.4 Peran Sertifikasi Halal..................................................................................11
2.5 Proses Pelabelan...........................................................................................12
2.6 Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)............................12
2.6.1 Prinsip dan Tujuan UMKM.............................................................14

vii
2.6.2 Kriteria UMKM...............................................................................15
BAB III OBJEK KULIAH KERJA LAPANGAN............................................16
3.1. Sejarah UMKM Dapur Fitra.......................................................................16
3.2 Profil UMKM..........................................................................................17
3.2.1 Biodata Pemilik UMKM..................................................................17
3.3 Logo dan Visi Misi..................................................................................18
3.3.1 Logo.................................................................................................18
3.3.2 Visi...................................................................................................18
3.3.3 Misi..................................................................................................18
3.4 Struktur Organisasi UMKM Dapur Fitra................................................18
3.4.1 Deskripsi Jabatan.............................................................................19
3.5 Hasil Produksi Dapur Fitra........................................................................19
3.6 Kegiatan Produksi Dapur Fitra.....................................................................20
3.6.1 Alur Proses Produksi Nastar............................................................22
3.6.2 Alur Proses Produksi Putri Salju.........................................................24
3.6.3 Alur Proses Produksi Kastangle..........................................................26
3.7 Proses Pemasaran........................................................................................28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................32
4.1 Pelaksanaan Halal Supply Chain Management...........................................32
4.1.1 Kegiatan Penyediaan Bahan..................................................................33
4.1.2 Kegiatan Produksi..................................................................................38
4.1.3 Proses Distribusi...................................................................................43
4.2 Kepercayaan Masyarakat........................................................................44
4.3 Kendala proses produksi yang dihadapi oleh UMKM Dapur Fitra............45
4.4 Solusi dari kendala yang dihadapi oleh UMKM Dapur Fitra.....................45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................47
5.1 Kesimpulan...................................................................................................47
5.2 Saran.............................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.3. 1 Logo Dapur Fitra........................................................................18

Gambar 3.3. 2 Sturktur Organisasi Dapur Fitra..............................................18

Gambar 3.6. 1 Alur Proses Produksi Nastar.....................................................22


Gambar 3.6. 2 Alur Proses Produksi Putri Salju..............................................24

Gambar 3.6. 3 Alur Proses Produksi Kastangle...............................................26

Gambar 3.7. 1 Produk Kue Nastar


....................................................................29
Gambar 3.7. 2 Produk Kue Putri Salju.............................................................29

Gambar 3.7. 3 Tabel harga.................................................................................30

Gambar 4. 1 Proses HSCM UMKM Dapur Fitra


............................................32
Gambar 4. 2 Tempat penyimpanan bahan baku..............................................38

Gambar 4. 3 Proses penimbangan bahan..........................................................41

Gambar 4. 4 Proses memixer bahan..................................................................41

Gambar 4. 5 Bahan yang telah diadon...............................................................41

Gambar 4. 6 Nastar yang sudah di bentuk........................................................42

Gambar 4. 7 Nastar yang akan dioven...............................................................42

Gambar 4. 8 Wadah penyimpanan produk.......................................................43

ix
Gambar 4. 9 Kue nastar yang siap di distribusikan.........................................44

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) secara


menyeluruh merupakan salah satu bagian penting dari
perekonomian suatu negara maupun daerah. Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) memegang peranan penting
dalam perekonomian karena dapat menjadi ujung tombak
industri nasional, menyerap tenaga kerja, menyumbang
devisa dan ikut membayar pajak (Rahmana, 2019). UMKM
merupakan kelompok pelaku usaha terbesar di Indonesia
dengan karakteristik berpenghasilan rendah, bergerak di
sektor informal dan sebagian besar termasuk dalam
kelompok keluarga miskin (Sudaryanto, 2015). Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia tetap
eksis dan berkembang dengan adanya krisis ekonomi yang
disebabkan oleh adanya pandemi covid 19 pada tahun 2019
bahkan menjadi katup penyelamat bagi pemulihan ekonomi
bangsa karena kemampuannya memberikan sumbangan
yang cukup signifikan pada PDB maupun penyerapan
tenaga kerja (Karsidi, 2017).

Kelompok usaha mikro dalam sebagian besar


kasus, masih belum dapat memenuhi kebutuhan dasar untuk
hidup, seperti: gizi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.
Usaha mikro memiliki karakteristik yang unik dan belum
tentu dapat diberdayakan secara optimal melalui
mekanisme pasar yang bersaing. Pemberdayaan usaha
mikro perlu ditetapkan sebagai suatu strategi yang

1
tersendiri, melalui pengembangan pranata kelembagaan
usaha mikro, pengembangan lembaga keuangan mikro dan
mendorong pengembangan industri pedesaan.

Permasalahan yang dihadapi oleh UMKM saat ini


adalah banyaknya persaingan yang dihadapi UMKM akibat
ekspansi dari perusahaan-perusahaan besar domestik dan
perusahaan asing yang masuk ke Indonesia. Keberadaan
dan peran serta UMKM dalam perekonomian, merupakan
salah satu kunci keberhasilan bangsa Indonesia yang
mampu dalam menghadapi berbagai krisis yang menimpa

2
2

bangsa Indonesia pada tahun 2007/2008, pada saat usaha besar melemah bahkan
gulung tikar, disatu sisi UMKM mampu untuk bertahan bahkan memberikan
kontribusi yang cukup tinggi disaat krisis global terjadi. UMKM juga tidak akan
terpengaruh pada keadaan pasar internasional, maka dari itu UMKM sangat
berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan yang besar disaat para
perusahaan-perusahaan pada bangkrut karna kurang stabilnya pasar internasional.
Keberhasilan UMKM ini dikarenakan, UMKM tidak memiliki hutang luar negeri
dan tidak banyak hutang ke perbankan, sektor-sektor kegiatan UMKM, seperti
pertanian, perdagangan, industri rumah tangga, dan lain-lainnya tidak bergantung
sumber bahan baku dari luar negeri.

UMKM Dapur fitra merupakan salah satu usaha


makanan yang tergolong dalam jenis kue kering yang
berada di kota Bekasi tepatnya di Desa Kompas Kecamatan
Tambun selatan. Dapur Fitra melakukan produksinya
berdasarkan pesanan yang masuk melalui media maupun
melalui pesanan langsung ke rumah. Dapur Fitra
menggunakan bahan baku terbaik dan pengolahan yang
sesuai standar halal. Dalam persaingan yang ketat seperti
saat ini, Dapur Fitra mengedepankan kualitas untuk meraih
pangsa pasar yang lebih luas. Untuk mendapatkan kualitas
yang baik, sebuah produk harus didukung oleh proses
produksi yang baik pula. Proses produksi memiliki
pengaruh yang penting dalam menghasilkan sebuah produk
dengan kualitas yang tinggi dan sesuai dengan keinginan
konsumen. Pengendalian proses produksi dilakukan untuk
memastikan seluruh kegiatan produksi berjalan sesuai
rencana awal/Planning.

Kualitas bahan baku juga harus diperhatian untuk mendapatkan


hasil produksi yang baik, sesuai target, dan cocok dengan selera serta
kebutuhan konsumen. Sehingga proses produksi yang dilakukan sesuai
3

dengan apa yang diharapkan untuk meninkatkan kualitas produk yang


diinginkan. Proses produksi merupakan suatu bentuk kegiatan yang
paling penting dalam pelaksanaan produksi disuatu perusahaan. Hal ini
karena proses produksi merupakan cara, metode maupun teknik
bagaimana kegiatan penambahan faedah atau penciptaan faedah
tersebut.
Kelancaran proses produksi sangat dipengaruhi sistem produksi
yang telah dipersiapkan sebelum perusahaan melaksanakan proses
produksi. Selain itu demi kelancaran proses produksi diperlukan pula
pengendalian proses produksi yang akan mengendalikan seluruh
komponen penting dalam suatu perusahaan. Adanya proses produksi
dapat menghasilkan barang yang sesuai kita atau konsumen inginkan,
yang harus selalu diperhatikan dalam proses produksi adalah prinsip
kesejahteraan ekonomi, juga dalam sistem kapitalis terdapat keseriusan
untuk memproduksi barang dan jasa yang didasarkan pada asas
kesejahteraan ekonomi. Kegiatan produksi ini menciptakan dan
menambah kualitas terhadap suatu barang dan jasa. Kualitas suatu
barang dan jasa menjadi perhatian penting bagi perusahaan dalam
menciptakan sebuah produk. Produk yang berkualitas menjadi kriteria
utama konsumen dalam pemilihan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan. Perusahaan senantiasa mampu mempertahankan dan
meningkatkan kualitas produk guna memenuhi keinginan konsumen.
Dengan produk yang berkualitas perusahaan dapat bersaing dengan
para kompetitor dalam menguasai pangsa pasar.
Dalam meningkatkan kualitas produksi ada berbagai faktor yang
harus dikelola yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi yaitu:
material atau bahan, mesin atau peralatan, manusia atau karyawan,
modal atau uang. Dengan pengelolaan faktor-faktor produksi
sedemikian rupa sehingga keluaran (output) yang dihasilkan sesuai
dengan permintaan konsumen baik kualitas, harga maupun waktu
penyampaiannya. (Hadi, 2015) Perlu diketahui juga mengenai faktor-
4

faktor yang mempengaruhi kualitas suatu produk. Kualitas produk


dipengaruhi oleh faktor tenaga kerja, bahan baku, metode kerja, mesin,
dan lingkungan.
Kelancaran proses produksi sangat dipengaruhi sistem produksi
yang telah dipersiapkan sebelum perusahaan melaksanakan proses
produksi. Selain itu demi kelancaran proses produksi diperlukan pula
pengendalian proses produksi yang akan mengendalikan seluruh
komponen penting dalam suatu perusahaan. Adanya proses produksi
dapat menghasilkan barang yang sesuai kita atau konsumen inginkan,
yang harus selalu diperhatikan dalam proses produksi adalah prinsip
kesejahteraan ekonomi, juga dalam sistem kapitalis terdapat keseriusan
untuk memproduksi barang dan jasa yang didasarkan pada asas
kesejahteraan ekonomi. Kegiatan produksi ini menciptakan dan
menambah kualitas terhadap suatu barang dan jasa. Kualitas suatu
barang dan jasa menjadi perhatian penting bagi perusahaan. dalam
menciptakan sebuah produk. Produk yang berkualitas menjadi kriteria
utama konsumen dalam pemilihan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan. Perusahaan senantiasa mampu mempertahankan dan
meningkatkan kualitas produk guna memenuhi keinginan konsumen.
Dengan produk yang berkualitas perusahaan dapat bersaing dengan
para kompetitor dalam menguasai pangsa pasar.
Dalam meningkatkan kualitas produksi ada berbagai faktor yang
harus dikelola yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi yaitu:
material atau bahan, mesin atau peralatan, manusia atau karyawan,
modal atau uang. Dengan pengelolaan faktor-faktor produksi
sedemikian rupa sehingga keluaran (output) yang dihasilkan sesuai
dengan permintaan konsumen baik kualitas, harga maupun waktu
penyampaiannya. (Hadi, 2015) Perlu diketahui juga mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas suatu produk. Kualitas produk
dipengaruhi oleh faktor tenaga kerja, bahan baku, metode kerja, mesin,
dan lingkungan.
5

Dapur Fitra merupakan salah satu UMKM yang bergerak di


bidang kue kering bahan baku yang di gunakan oleh Dapur Fitra
merupakan bahan bahan yang terbaik dan rata-rata sudah memiliki
label halal hanya dibeberapa peraalatan saja yang masih dipertanyakan
kehalalannya total ada 8 produk .kue kering yang di produksi di Dapur
Fitra.

Kue kering adalah makanan produk baking yang mempunyai bentuk kecil
dan tekstur renyah, biasanya dibuat dari adonan yang manis dengan Variasi isi dan
topping. Pada pembuatannya ditambahkan cairan dan bahan pengembang cookies
yang sempurna harus memiliki flavor yang baik, tekstur renyah dan warna yang
seragam. Bentuk disesuaikan dengan jenis kue kering yang dibuat (Herudiyanto,
2010)..

Berdasarkan uraian diatas penulis memiliki ketertarikan untuk mengambil judul


“Proses Produksi Usaha Mikro kecil Menengah (UMKM) Dapur Fitra”.

1.1. Tujuan Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan

Berdasarkan uraian dan rumusan masalah di atas, maka


tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses produksi kue kering.


2. Untuk meningkatkan pemahaman UMKM Dapur Fitra mengenai
produk halal
3. Untuk mengetahui apakah sertifikat halal pada produk dapat
mempengaruhi meningkatkan kepuasan konsumen muslim pada
UMKM Dapur Fitra.

1.3. Manfaat Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan


1.3.1 Bagi Mahasiswa

1. Melatih pengetahuan, keterampilan, dan sikap mahasiswa/i


6

dalam bidang manajemen.


2. Belajar mengenal, melaksanakan, dan memahami tugas-
tugas yang berhubungan didunia usaha dalam penulisan
laporan KKL.
3. Mengembangkan disiplin ilmu manajemen yang diperoleh
dibangku kuliah dan mencoba menentukan hal-hal baru
yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang dipelajari.

1.3.2 Bagi Masyarakat dan Industri

1. Memberikan wawasan bagi masyarakat mengenai


pentingnya sertifikasi halal di bidang makanan.

2. Menjamin makanan yang dimakan umat muslim adalah


makanan yang halal.
1.3.3 Bagi Penulis Lanjutan
1. Penulisan ini dapat digunakan sebagai acuan ataupun
referensi dalam penulisan sejenis selanjutnya.

2. Penulis lanjutan diharapkan bisa lebih menyempurnakan


penulisan ini. Dikarenakan, penulisan ini masih belum
sempurna.

1.4. Sistematika Penulisan

Penyusunan penulisan laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)


ini dilaksanakan dengan beberapa metode dan format susunan
yang terbagi ke dalam beberapa bab, yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan membahas mengenai latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
7

dan manfaat, jadwal kegiatan, dan sistematika


penulisan laporan KKL.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini menjelaskan tentang teori berisi
penjelasan proses produksi.

BAB III OBJEK KULIAH KERJA LAPANGAN


Bab ini akan membahas mengenai sejarah
perusahaan, visi dan misi, struktur organisasi,
dan kegiatan yang ada di dalam UMKM Dapur
Fitra.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab ini akan membahas mengenai proses
produksi donat kentang, kendala yang dihadapi,
dan solusi dari kendala pada UMKM Dapur
Fitra..

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran
hasil dari penulis yang didapat selama 1 bulan
melaksanakan program KKL.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen Operasional

Manajemen Operasional secara umum adalah sebuah usaha pengelolaan


secara maksimal dalam penggunaan berbagai faktor produksi, mulai dari sumber
daya manusia (SDM), mesin, peralatan (tools), bahan mentah (raw material), dan
faktor produksi lainnya dalam proses mengubahnya menjadi beragam produk
barang atau jasa. Manajemen operasional menjadi hal yang sangat penting dalam
suatu organisasi atau bisnis, dan tugasnya pun tergantung pada ukuran
perusahaan. Pengelolaan manajemen operasional ini dimulai dari SDM (Sumber
Daya Manusia), Peralatan, Mesin, Raw Material serta hal lainnya yang memberi
pengaruh pada kinerja perusahaan.

Manajemen operasional secara umum memegang peranan mengenai isu


strategis dalam menentukan rencana produksi (manufacturing) juga metode
manajemen proyek serta implementasi struktur jaringan teknologi informasi.
Disisi lain, manajemen operasional juga melakukan beberapa hal penting
diantaranya mengatur skala inventaris, mengatur level proses dan level
pengerjaan, meng-organise akuisisi bahan baku, mengontrol kualitas, meng-
handle material, dan menjaga serta merawat kebijakan. Manajemen operasional
juga harus mempelajari bahan baku yang digunakan untuk produksi dan menjamin
tidak ada kelebihan yang sia-sia. Mereka memiliki formula pemesanan jumlah
bahan yang dibutuhkan sehingga sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Beberapa ahli di bidang ilmu manajemen


menjelaskan tentang definisi Manajemen Operasional,
diantaranya adalah :
10

Menurut Rony Edward Utama dkk. (2019:2)


Manajemen operasi merupakan kegiatan yang kompleks,
tidak saja mencakup pelaksanaan fungsi manajemen dalam
mengoordinasi berbagai kegiatan dalam mencapai tujuan
operasi, tetapi juga mencakup kegiatan teknis untuk
menghsilkan suatu produk yang memenuhi spesifikasi yang
diinginkan, dengan proses produksi yang efisien dan
efektif, serta dengan mengantisipasi perkembangan
teknologi dan kebutuhan konsumen di masa mendatang.

Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2016:3)


diterjemahkan oleh Hirson Kurnia, Ratna Saraswati dan
David Wijaya mengatakan bahwa Manajemen Operasi
(operations management-OM) adalah serangkaian aktivitas
yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa
dengan mengubah masukan menjadi hasil.

Menurut Eddy Herjanto (2015:2), manajemen operasi


merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan
pembuatan barang, jasa atau kombinasinya melalui proses
transformasi dari sumber daya produksi menjadi keluaran
yang diinginkan.

Tampubolon (2018:19) berpendapat bahwa yang


dimaksud dengan manajemen operasional merupakan
bentuk dari pengelolaan yang menyeluruh secara optimal
dari tenaga kerja, barang-barang (bahan mentah, peralatan
dan mesin), atau dari berbagai faktor produksi yang lain
agar dapat menjadi bentuk produk barang dan jasa yang
dapat diperjualbelikan secara umum.

Menurut Suryono Efendi (2019:2), Manajemen


Operasi juga bisa didefinisikan sebagai kegiatan mengatur
11

dan mengkoordinasi penggunaan berbagai sumber daya


secara efektif dan efisien dalam upaya membuat produk
ataupun menambah kegunaannya

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai


manajemen operasional, maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen operasional adalah serangkain proses produksi
yang menghasilkan berbagai macam barang dan jasa mulai
dari pemilihan bahan baku, cara mengolah, teknik operasi
dan produksinya hingga produk tersebut menjadi produk
jadi.

2.1.1 Ruang Lingkup Manajemen Operasional

Manajemen operasi didefinisikan sebagai desain,


operasi dan perbaikan sistem produksi yang menciptakan
barang dan jasa utama perusahaan. Manajemen operasi
mulai berkembang pesat sejak tahun 1910-an. Pada saat itu
Frederick W Taylor mengembangkan konsep yang terkait
dengan efisiensi dibidang produksi menggunkan perdekatan
ilmiah untuuk menghitung produktivitas, menggunakan
fungsi manajemen untuk menemukan dan menggunakan
aturan dan prosedur dalam operasi sistem produksi.

Ruang lingkup manajemen operasional mencakup


tiga aspek utama yaitu: 1. Perencanaan sistem produksi
yang meliputi perencanaan produk, perencanaan lokasi
pabrik, perencanaan lingkungan kerja, perencanaan standar
produksi. 2. Sistem pengendalian produksi yang meliputi
pengedalian proses produksi, bahan, tenaga kerja, kualitas
dan pemeliharaan. 3. Sistem informasi produksi, aspek ini
12

meliputi struktur organisasi, produksi atas dasar pesanan,


mass production.

Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2015:9) ada


empat alasan perlunya mempelajari manajemen operasional
yaitu, 1. Manajemen operasi dipelajari untuk menegtahui
bagaimana orang mengorganisasikan diri mereka untuk
mendapatkan perusahaan yang produktif. 2. Mempelajari
manajemen operasional untuk mengetahui bagaimana
barang dan jasa diproduksi. 3. Kita mempelajari
manajemen operasional untuk memahami apa yang
dikerjakan oleh manajer operasi. 4. Mempelajari
manajemen operasional karena bagian ini merupakan
bagian paling banyak mengeluarkan biaya dalam sebuah
organisasi, sebagian besar pengeluaran perusahaan terletak
pada manajemen operasi namun manajemen operasi
memberikan peluang untuk meningkatkan keuntungan dan
pelayanan terhadap masyarakat.

Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2015:20)


manajemen operasi memiliki sepuluh keputusan strategi
penting yang memperlihatkan dengan jelas bahwa masing-
masing keputusan membutuhkan perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan karyawan, pengarahan, dan
pengendalian. Sepuluh keputusan tersebut diantaranya:

1. Desain Produk dan Jasa sebuah strategi di manajemen operasional


yang menjabarkan tentang apa saja yang dibutuhkan untuk
melaksanakan suatu kegiatan operasi pada masing-masing
keputusan.
2. Manajemen mutu adalah pembuatan kebijakan dan prosedur untuk
mencapai ekspektasi kualitas dari pelanggan seperti yang
diinginkan.
13

3. Desain proses dan kapasitas adalah Penentuan seberapa baik


barang ataupun jasa pada saat proses produksi dengan
menggabungkan manajemen terhadap kualitas, sumberdaya
manusia, investasi/modal serta teknologi untuk menentukan biaya
dasar perusahaan.
4. Lokasi adalah strategi yang yang berhubungan dengan tempat
yang akan ditempati yang memiliki kiteria seperti kedekatan
dengan konsumen, dekat dengan bahan baku maupun dekat
dengan pemasok, namun juga harus mempertimbangkan mengenai
biaya, infrastruktur, logistic maupun pemerintah.
5. Desain tata letak atau strategi tata ruang yaitu penyelarasan antara
kapasitas, teknologi, jumlah karyawan, dan jumlah persediaan
yang dibutuhkan terhadap tata letak ruang yang dipakai agar
mencapai tujuan informasi, biaya, dan orang dalam arus yang
lancar.
6. Sumber daya manusia dan system kerja adalah strategi dalam
melaksanakan perekrutan calon tenaga kerja, memberikan
motivasi, dan mempertahan mereka yang memiliki kemampuan
yang dibutuhkan.
7. Manajemen rantai pasokan adalah penentuan rantai pasok kedalam
manajemen perusahaan termasuk kedalam keputusan-keputusan
yang menentukan barang apa yang harus dibeli dari siapa dan
dengan syarat yang seperti apa.
8. Perawatan adalah pemeliharaan yang dilakukan kepada kapasitas
fasilitas, pemintaan produksi, kebutuhan karyawan yang dapat
diandalkan untuk menjaga setiap proses produksi.
9. Penjadwalan jangka pendek dan menengah adalah penentuan
dalam penerapan jadwal jangka waktu baik menengah maupun
pendek dan penggunaan tenaga kerja yang efektif dan efisien
untuk memenuhi permintaan konsumen.
14

10. Manajemen persediaan adalah penentuan keputusan mengenai


pemesanan dan penyimpanan persediaan dan sekaligus bagaimana
cara pengoptimalan kapabilitas dari pemasok dan kapan
persediaan tersebut akan diproduksi.

2.2 Pengertian Proses

Proses merupakan suatu tahapan-tahapan yang


diterapkan dari suatu pekerjaan sehingga hasil yang dicapai
dari pekerjaan tersebut mampu menggambarkan baiknya
prosedur yang digunakan. Dalam melaksanakan suatu
pekerjaan perlu adanya proses yang tepat agar setiap
pekerjaan dapat diselesaikan secara efektif dan efesien
sesuai dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan. Contoh dari
proses meliputi, pengembangan suatu produk baru;
pemesanan barang-barang dari pemasok; menciptakan
suatu rencana pemasaran; memproses dan membayar suatu
klaim asuransi; dan lain-lain. Proses dapat didefinisikan
berdasarkan pada tiga dimensi berikut :

1. Entitas : Proses yang berlangsung antara entitas organisasi. Proses


itu mungkin bersifat lintas organisasi. Contoh : EDI, yaitu
Pertukaran Data Elektronik), lintas fungsi atau hubungan
antarpribadi . Contoh : CSCW, yaitu Computer Supported
Cooperative Work.
2. Objek : Proses yang mengakibatkan manipulasi atas objek. Objek
ini dapat berupa fisik atau informasi.
3. Aktivitas : Proses yang dapat melibatkan dua jenis aktivitas, yaitu
manajerial (contoh : pengembangan anggaran) dan operasional
(contoh : memenuhi pesanan pelanggan).
Adapun beberapa pengertian proses menurut para ahli, yaitu :
Menurut S. Handayaningrat dalam bukunya yang berjudul
“Pengantar studi dan administrasi” mengemukakan bahwa proses
15

adalah serangkaian tahap kegiatan mulai dari menentukan sasaran


sampai tercapainya tujuan (S.Handayaningrat, 2016:20)
Menurut JS Badudu dan Sutan M. Zain dalam kamus Bahasa
Indonesia, “Proses adalah jalannya suatu peristiwa dari awal sampai
akhir atau masih berjalan tentang suatu perbuatan, pekerjaan, dan juga
tindakan”. (JS Badudu dan Sutan M. Zain 2017:1092).
Proses adalah suatu kegiatan klerikal, biasanya melibatkan
beberapa orang dalam suatu department atau lebih, yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang
terjadi berulang-ulang (Mulyadi,2017:5)
Menurut Ida Nuraida (2008:35), Proses adalah urutan
langkahlangkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan), di mana
pekerjaan tersebut dilakukan, berhubungan dengan apa yang
dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana melakukannya, di
mana melakukannya, dan siapa yang melakukannya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa proses merupakan
suatu aktivitas kegiatan dari awal sampai akhir atau masih berjalan
yang memberikan nafas bagi organisasi sampai dengan tercapainya
suatu tujuan.

2.3 Pengertian Produksi

Menurut Fahmi Irham (2016, 200) mendefinisikan


bahwa produksi adalah suatu bagian dalam suatu organisasi
bisnis, memegang peran penting dalam usaha
mempengaruhi suatu organisasi. Bagian produksi sering
dilihat sebagai salah satu fungsi manajemen yang
menentukan penciptaan produk serta turut mempengaruhi
peningkatan dan penurunan penjualan.
Sofyan Assauri (2016:7) mendefinisikan “Produksi
adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah
16

kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa untuk kegiatan


perusahaan yang membutuhkan faktor-faktor produksi
dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja dan skill
(Organization, Managerial dan skill)”.
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2016:8)
Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input
menjadi output. Kegiatan ekonomi biasanya dinyatakan
dalam fungsi produksi. Proses yang secara kontinu
sepanjang waktu berulang-ulang yang efisien sehingga
menjadi output yang memenuhi spesifikasi desain yang
telah ditetapkan berdasarkan keinginan pasar.
Menurut Murti Sumarti dan Jhon Soeprihanto (2015:2)
“Produksi adalah semua kegiatan dalam menciptakan atau
menambah kegunaan barang atau jasa, dimana untuk
kegiatan tersebut diperlukan faktor-faktor produksi”.
Pengertian produksi yang menunjukkan faedah
menurut Agus Ahyari dalam Christian (2017:5), “Produksi
diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan
tambahan manfaat atau faedah baru”.
Dari pengertian produksi diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa produksi merupakan suatu kegiatan
untuk mentransformasikan faktor-faktor produksi, sehingga
dapat meningkatkan atau menambah faedah bentuk, waktu
dan tempat suatu barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan manusia yang diperoleh melalui pertukaran.

2.3.1 Fungsi Produksi


Menurut Sofyan Assauri (2016:23), ada empat fungsi
terpenting dalam fungsi produksi dan operasi adalah
sebagai berikut :
17

1. Proses pengolahan yang merupakan metode yang digunakan untuk


mengelola masukan.
2. Jasa-jasa penunjang sarana yang berupa pengorganisasian untuk
penetapan taktit dan metode yang akan dijalankan, sehingga
proses pengolahan akan efektif dan efisien.
3. Perencanaan yang berkaitan dengan pengorganisasian dari
kegiatan produksi yang akan dilaksanakan dalam suatu dasar
waktu atau periode tertentu.
4. Pengendalian dan pengawasan yang berfungsi untuk menjamin
kegiatan yang sesuai dengan yang sudah direncanakan sehingga
maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan
pada kenyataannya dapat dilaksanakan.

2.3.2 Jenis-jenis Produksi


Menurut Agus Ahyari (2017:15), jenis produksi dari
segi wujud proses produksinya ini terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu :

1. Proses produksi kimiawi.


Merupakan suatu proses produksi yang menitik beratkan
pada adanya proses analisa atas senyawa kimia, digunakan
perusahaan-perusahaan yang dari sifat produk menurut adanya
perubahan kimiawi dalam pelaksanaan proses produksi.
2. Proses produksi perubahan bentuk
Merupakan suatu proses produksi dimana dalam proses
produksinya menitik beratkan pada adanya perubahan-perubahan
bentuk dari masukan menjadi keluaran. Dengan demikian akan
didapat penambahan manfaat dari barang tersebut jika
dibandingkan sebelum masuk proses produksi.
18

3. Proses produksi assembling


Merupakan suatu proses produksi yang didalam proses
produksinya akan lebih mengutamakan pada proses
penggabungan dari komponen-komponen produk dari
perusahaan.

Untuk menghasilkan suatu produk dapat dilakukan


melalui beberapa cara, metode dan teknik yang berbeda-
beda. Walaupun proses produksi sangat banyak, tetapi
secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
proses produksi secara terus-menerus (continous) dan
proses produksi yang terputus. Perbedaan pokok antara
proses ini terletak pada panjang tidaknya waktu persiapan
atau mengatur set up peralatan produksi yang digunakan
untuk memproduksi suatu produk atau beberapa produk
tanpa mengalami suatu perubahan, sebagai contoh dapat
dilihat apabila kita menggunakan mesin untuk dipersiapkan
kembali untuk memproduksi produk lainnya (Sofyan
Assauri, 2016:75).

Proses yang terputus-putus disebut intermitten process atau


manufacture dalam proses ini terdapat waktu yang pendek (Short run),
sedangkan proses secara terus-menerus (continous) dalam proses ini
terdapat waktu yang panjang tanpa adanya perubahan-perubahan dan
pengaturan mesin atau peralatannya (Sofyan Assauri, 2016:75).
Menurut Amirullah (2015:92) ciri-ciri proses produksi yang
secara terus menerus, yaitu :
1. Produksi dalam jumlah besar (produksi massa), variasi produk
sangat kecil dan sudah distandardisir.
2. Menggunakan product lay out atau departementation by product.
3. Mesin bersifat khusus (special purpose machines).
19

4. Operator tidak memiliki keahlian/keterampilan yang sangat


tinggi.
5. Salah satu mesin/peralatan yang rusak atau terhenti, seluruh
proses produksi terhenti.
6. Dibutuhkan maintenance specialist yang berpengetahuan dan
pengalaman yang banyak.

Menurut Amirullah (2015:92) kelebihan proses produksi secara


terus-menerus adalah :
1. Biaya per unit rendah apabila produk dalam volume yang besar
dan distandarisasi.
2. Pemborosan dapat diperkecil, karena menggunakan tenaga
mesin.
3. Biaya tenaga kerja yang rendah.
4. Biaya pemindahan bahan di pabrik rendah karena jaraknya lebih
pendek.

Menurut Amirullah (2015:92) kekurangan proses produksi secara


terus-menerus adalah :
1. Terdapat kesulitan dalam perubahan produk.
2. Proses produksi mudah terhenti.
3. Terdapat kesulitan menghadapi perubahan tingkat permintaan.

Menurut Sofyan Assauri (2016:36) ciri-ciri proses produksi yang


terputus-putus adalah :
1. Produk yang dihasilkan dalam jumlah kecil, variasi sangat
besardan berdasarkan pesanan.
2. Menggunakan process lay out (departementatuion by
equipment).
3. Menggunakan mesin-mesin bersifat umum (general purpose
machines) dan kurang otomatis.
20

4. Operator memiliki keahlian yang tinggi.


5. Proses produksi tidak mudah terhenti walaupun terjadi kerusakan
disalah satu mesin.
6. Menimbulkan pengawasan yang lebih sukar.
7. Persediaan bahan mentah yang tinggi.
8. Pemindahan bahan baku dengan mengunakan peralatan handling
yang fleksibel (varied path equipment) menggunakan tenaga
kerja manusia seperti kereta dorong (forklift).

Menurut Sofyan Assauri (2016:36) kelebihan proses produksi


yang terputus-putus, yaitu :
1. Fleksibelitas yang sangat tinggi dalam menghadapi perubahan
produk.
2. Sistem penyusunan peralatan (lay out) nya yang berbentuk tatak
letak prosesnya.
3. Jenis atau tipe mesin yang digunakan untuk proses yang bersifat
umum (general purpose machines).
4. Sistem pemindahan bahan baku yang tidak menggunakan tenaga
kerja mesin tapi tenaga manusia.
5. Di penghematan uang dalam investasi mesin yang bersifat
umum.
6. Proses produksi tidak mudah terhenti, walaupun memiliki
kerusakan disalah satu mesin proses produksinya.

2.4 Pengertian Proses Produksi


Proses produksi adalah suatu kegiatan yang menggabungkan
berbagai faktor produksi yang ada dalam upaya menciptakan suatu
produk, baik itu barang atau jasa yang memiliki manfaat bagi
konsumen. Proses produksi disebut juga sebagai kegiatan mengolah
bahan baku dan bahan pembantu dengan memanfaatkan peralatan
sehingga menghasilkan suatu produk yang lebih bernilai dari bahan
21

awalnya. Hasil dari kegiatan produksi adalah barang dan jasa. Barang
merupakan sesuatu yang memiliki sifat-sifat fisik dan kimia, serta
mempunyai masa waktu. Sedangkan jasa merupakan sesuatu yang
tidak memiliki sifat-sifat fisik dan kimia, serta tidak mempunyai
jangka waktu antara produksi dengan konsumsi.
Menurut Sofjan Assauri (2016:123) “Proses produksi adalah
suatu kegiatan yang melibatkan tenaga manusia, bahan serta peralatan
untuk menghasilkan produk yang berguna”.
Menurut Vincent Gaspersz (2015:4) “Proses produksi adalah
integrasi sekuasial dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja,
dan mesin atau peralatan dalam suatu lingkungan yang kompetitif
dipasar”.
Menurut Reksohadiprodjo (2017:153) “Proses produksi adalah
kegiatan untuk menciptakan atau menambah suatu barang atau jasa
dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja,
mesin, bahan baku, dan dana agar lebih bermanfaat.”
Menurut Agus Ahyari (2017:4) “Proses produksi suatu cara,
metode maupun teknik bagaimana kegiatan penciptaan faedah baru
atau penambahan faedah tersebut dilaksanakan”.
Dari definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa proses produksi adalah suatu cara atau
aktivitas menciptakan suatu barang atau jasa dengan menggabungkan
berbagai faktor produksi yang ada, baik itu barang atau jasa yang
memiliki manfaat bagi konsumen.

2.4.1 Jenis-jenis Proses Produksi

Memisahkan jenis proses produksi perusahaan


dengan baik menurut Manahan P. Tampubolon (2018:123)
maka kita perlu mengetahui terlebih dahulu dari mana atau
dari sudut pandangan apa kita akan mengadakan pemisahan
22

jenis dari proses produksi dalam perusahaan tersebut. Jenis


proses produksi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Proses produksi terus-menerus (Continuous Processes)

Proses produksi terus-menerus terdapat pola atau urutan yang


pasti dan tidak berubah-ubah dalam pelaksanaan produksi dari
perusahaan. Metode ini mengutamakan pengawasan yang terus-
menerus pada tingkat persediaan atau pada stock level. Posisi
stock atau tingkat persediaan adalah total inventory. Yang tersedia
atau on-hand inventory ditambah dengan jumlah material yang
sedang dalam pemesanan. Pada periode ini, stock diawasi sesudah
setiap kali transaksi dilakukan atau terus-menerus.

2. Proses Produksi terputus-putus

Proses produksi terputus-putus adalah suatu proses produksi


dimana arus proses yang ada dalam perusahaan tidak selalu sama.
Pada umumnya dilakukan oleh industri proses kimia dengan skala
produksi kecil atau menengah dan industri manufaktur. Contoh
dari industri yang umumnya melakukan proses produksi secara
terputus-putus adalah industri manufaktur seperti industri sepatu
dan industri proses kimia seperti industri farmasi, tinta, cat, dan
perekat. Pada proses produksi terputus-putus tinta dan cat, dikenal
teknik colour-run. Teknik ini berlangsung dengan memproduksi
warna paling muda terlebih dahulu, seperti misalnya kuning muda,
dilanjutkan dengan warna yang lebih tua, seperti misalnya jingga,
kemudian merah dan seterusnya hingga mencapai warna hitam dan
proses produksi diulang lagi. Dengan menggunakan teknik ini,
pencucian dan rekonfigurasi mesin antar partai dapat
diminimalkan.

3. Proses Produksi Campuran


23

Proses produksi ini merupakan penggabungan dari proses


produksi terus-menerus dan terputus-putus. Penggabungan ini
digunakan berdasarkan kenyataan bahwa setiap perusahaan
berusaha untuk memanfaatkan kapasitas secara penuh.

2.5 Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang


Usaha Mikro Kecil dan Menengah secara lengkap
disebutkan sebagai berikut:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan


dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
Jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.
4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukab oleh
badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
24

tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha


nasional milik Negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha
asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
5. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah
dan Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia
dan berdomisili di Indonesia.

Menurut Hamdani (2020:1) UMKM adalah bentuk


kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi
kriteria kekayaan bersih sebagaimana diatur dalam undang-
undang

Menurut Kwartono (2015:5) UMKM adalah bidang


usaha yang terklarifikasi sebagai bentuk usaha dengan
kekayaan bersih kurang dari 200 juta. Dasar kualifikasi
perhitungan kekayaan disesuaikan dengan laba penjualan
dalam periode tahunan yang diterima oleh perusahaan.

Menurut Ragimun Sudaryanto UMKM adalah usaha


kecil yang menjadi sarana bantuan untuk meningkatkan
perekonomian bangsa. Pasalnya usaha ini bisa dijadikan
media untuk meningkatkan lapangan kerja dan devisa
Negara melalui pajak yang dikeluarkan badan tersebut.

Menurut Inna Primiana (2016:4) UMKM adalah suatu


aktivitas yang ada hubungannya dengan ekonomi dan
perekonomian dalam bentuk pergerakan pembangunan
Indonesia. Untuk itu bidang usaha yang digariskan dalam
system UMKM ada agribisnis, industry, manufaktur,
agraris serta peningkatan SDM.

Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa


UMKM adalah usaha milik orang perorangan badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang dari
25

perusahaan lain dengan kriteria memiliki modal usaha yang


memiliki batasan-batasan tertentu.

2.5.1 Prinsip dan Tujuan UMKM

Prinsip pemberdayaan dalam Undang-Undang No.


20 Tahun 2008 dijelaskam prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan


Usaha Mikro Kecil dan Menengah untuk berkarya dengan
prakarsa sendiri.
2. Perwujudan kebijakan public yang transparan, akuntabel, dan
berkeadilan.
3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi
pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro Kecil dan
Menengah
4. Peningkatan daya saing Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
5. Penyelenggaraan, pelaksanaan, perencanaan, dan pengendalian
secara terpadu.

Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan


Menengah dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008
sebagai berikut:

1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,


berkembang, dan berkeadilan
2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri
3. Meningkatkan peran Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan dari
kemiskinan.
26

2.5.2 Kriteria UMKM

Berikut penjelasan kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah


Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 sebagai berikut:

1. Kriteria Usaha Mikro:


a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
2. Kriteria Usaha Kecil:
a. Memilik kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
3. Kriteria Usaha Menengah:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp50. 000.000.000,00 (lima
puluh milyar rupiah).
BAB III

OBJEK KULIAH KERJA LAPANGAN

3.1. Sejarah UMKM Dapur Fitra

Dapur Fitra merupakan UMKM yang bergerak dalam


bidang makanan kue kering. UMKM ini didirikan pada
Tanggal 24 Juni 2020 oleh Ibu Nurintan Purba yang
berlokasi di Jl.PANDAN, Desa/Kelurahan
Mekarsari,Kec.Tambun Selatan, Kab. Bekasi, Provinsi
Jawa Barat. Produk yang dihasilkan UMKM ini salah
satunya adalah nastar,putri salju, dan kastangle. Pemilik
usaha Dapur Fitra saat ini tercatat atas nama Ibu Nurintan
Purba berdasarkan Nomor Izin Berusaha (NIB) yaitu
2406230053283

Kecamatan Tambun Selatan sejauh ini sekitar 9


pelaku UMKM yang sudah bergabung. Pada kegiatan
usahanya, Ibu Nurintan Purba dibantu oleh anak dan
saudaranya. Dengan kegigihan, ketekunan dan semangat
pemilik dalam mengelola usahanya mendorong untuk terus
berkembang dan maju dengan modal dan pendapatan yang
semakin bertambah.

Latar belakang pendirian UMKM Dapur Fitra dari


Ibu Nurintan Purba memulai meminati membuat kue dari
hasil kesukaanya dalam membuat kue kering. Semakin hari
skill ibu Nurintan Purba bertambah dan mencoba untuk
membuka open PO (pre order) kecil – kecilan. Ibu
Nurintan Purba melakukan produksi kue kering pertama
dengan menggunakan alat sederhana yang ada pada alat
dapur rumah pribadi. Seiring berjalannya waktu Ibu

16
17

Nurintan Purba memiliki pelanggan dan penghasilan dari


jualan nya.

Ibu Nurintan Purba memiliki modal awal yang tidak


begitu besar, ia hanya mempunyai modal sebesar Rp.
500.000.00,- untuk memulai usaha olahannya tersebut.
Modal itu didapatkan dari uang suaminya.

Dengan bermodalkan Rp. 5000,000,00,- Ibu Nurintan


Purba mulai memasarkan produknya dari mulut ke mulut,
tetangga, saudara sampai ke teman-teman. Dan dari
penjualan tersebut dapat digunakan untuk membeli bahan
baku lagi

16
17

untuk diolah kembali. Setelah pembuatan kue kering


menggunakan alat sederhana yang ada, Ibu Nurintan Purba
mulai membeli peralatan utnuk membuat kue kering seperti
oven,mixer, dan loyang.

3.2 Profil UMKM

1. Nama Perusahaan : Dapur Fitra


2. Bidang Usaha : Industri makanan
3. Jenis produksi : Kue kering
4. Alamat Perusahaan : Jl.PANDAN, Desa/Kelurahan
Mekarsari, Kec.Tambun Selatan, Kab. Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
5. Nomor Telepon : 087810958607
6. NIB : 2406230053283
7. Bentuk Perusahaan : Perseorangan
8. Mulai berdiri : 24 Juni 2020

3.2.1 Biodata Pemilik UMKM

1. Nama Pengelola : Nurintan Purba


2. Jabatan : Pemilik
3. Tempat, Tanggal Lahir : Banjarmasin. 09 September 1971
4. Agama : Islam
5. Status : Menikah
6. Alamat Rumah : Jl.PANDAN, Desa/Kelurahan
Mekarsari, Kec.Tambun Selatan, Kab. Bekasi, Provinsi Jawa Barat
7. Nomor Telepon : 087810958607
8. Pendidikan Terakhir : D3
18

3.3 Logo dan Visi Misi


3.3.1 Logo

Gambar 3.3. 1 Logo Dapur Fitra


3.3.2 Visi

Menjadikan Dapur Fitra Sebagai UMKM penghasil kue kering bermutu


secara kualitatif dan kuantitatif dan dikenal secara luas oleh masyarakat

3.3.3 Misi

1. Menyediakan berbagai variasi produk kue kering


2. Kualitas pelayanan yang baik
3. Memberikan inovasi dan peningkatan kualitas pelayanan demi
memaksimalkan kepuasan pelanggan

3.4 Struktur Organisasi UMKM Dapur Fitra

PEMILIK UMKM

Nurintan Purba

PRODUKSI KEMASAN/PACKING PEMASARAN

Nurintan Purba Nurintan Purba Nurintan Purba

Gambar 3.3. 2 Sturktur Organisasi Dapur Fitra


19

3.4.1 Deskripsi Jabatan

Dilihat dari Struktur Organisasi pada UMKM Dapur


Fitra ada beberapa bagian didalamnya. Berikut penjabaran
singkat tentang tugas dan tanggung jawab dari masing-
masing bagian:

1. Pemilik UMKM
Ibu Nurintan Purba sebagai pemilik bertugas memimpin
bisnisnya dan mengkoordinasi seluruh kegiatan, agar mampu
mencapai target.
2. Produksi
Ibu Nurintan Purba bertugas merencanakan kegiatan produksi
yang dihasilkan sesuai dengan jumlah yang dipesan.
3. Kemasan/Packing
Ibu Nurintan Purba dan anaknya bertugas mengemas atau
packing produk pesanan yang telah selesai diproduksi.
4. Pemasaran
Ibu Nurintan Purba dan suami bertugas memasarkan produk
dan bertanggungjawab dalam mengantarkan pesanan kepada
pelanggan. Mereka memasarkan produknya dengan sistem pre-
order ( PO ) atau dari mulut ke mulut.

3.5 Hasil Produksi Dapur Fitra

Produk yang dihasilkan dari UMKM Dapur fitra


adalah kue kering seperti,nastar,putri salju, dan kastangle
produk ini dibuat dengan bahan-bahan premium dengan
kualitas terbaik dan tanpa bahan pengawet. kue kering dari
Dapur Fitra dibuat menggunakan terigu. Tepung terigu
terbaik biasanya digunakan untuk membuat makanan yang
bersifat renyah, ringan, atau crunchy seperti halnya kue
kering atau cookies, biskuit. Hal ini disebabkan karena
20

tepung terigu ini memiliki daya serap terhadap air yang


sangat sedikit dan tingkat elastisitas yang rendah pula.

Adapun hasil produksi kue kering yang telah


diproduksi ini sesuai dengan spesifikasi yang telah
direncanakan yaitu:

1) Nastar
1) Jenis Produk : Kue Kering
2) Bentuk : Bulat
3) Ukuran : Diameter 2 cm
4) isi produk : Keju dan Selai nanas
5) Isi per toples : 500gr.
2) Putri Salju
1) Jenis Produk : Kue Kering
2) Bentuk : Bulat
3) Ukuran : Diameter 2 cm
4) Topping produk : Gula halus
5) Isi per toples : 500gr
3) Kastangle
1) Jenis Produk : Kue Kering
2) Bentuk : Persegi Panjang
3) Ukuran : 4 cm
4) Topping Produk : Keju
5) Isi per toples : 500gr.

3.6 Kegiatan Produksi Dapur Fitra

Kegiatan produksi Dapur Fitra dilakukan dengan cara semi


modern. Alat yang digunakan untuk pencampuran adonan
21

menggunakan mesin mixer dan sebagian kegiatan proses produksi lain


dilakukan secara tradisional. Dapur Fitra sangat menjaga kualitas
produk, dalam proses produksinya menggunakan bahan baku yang
berkualitas dan terjaga kebersihannya.

Adapun bahan baku yang digunakan dalam proses produksi Dapur Fitra ini antara
lain :

1.Bahan-Bahan Untuk Nastar


1) Tepung Terigu
2) Gula Pasir
3) Butter Margarin
4) Vanili
5) Selai nanas
6) Telur

Semua bahan yang digunakan dengan takaran yang dirahasiakan (secukupnya).

2. Bahan-Bahan Untuk Putri Salju.

1) Tepung Terigu 5) Gula halus


2) Gula 6) Garam
3) Tepung maizena 7) Telur
4) Margarin 8) Keju

3. Bahan-Bahan Untuk Kastengel

1) Tepung Terigu 5) Keju


2) Garam 6) Gula
3) Mentega 7) Telur
4) Susu
22

Alat yang digunakan dalam proses produksi Produk Dapur Fitra sebagai berikut:

1) Kuas
2) Kocokan telur
3) Kompor
4) Oven
5) Loyang
6) Alas roti
17

3.6.1 Alur Proses Produksi Nastar

Penimbangan bahan

Pengadukan (15 s.d. 20 menit)

Penyimpanan pada loyang

Pengolesan kuning telur

Pemanggangan nastar (60menit)

Pengangkatan nastar dari oven

Pendinginan

Pengemasan/Packing

Gambar 3.6. 1 Alur Proses Produksi Nastar

Proses produksi nastar pada gambar diatas dapat dijelaskan sebagai


berikut:

1. Pemilihan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan kue kering
haruslah baik dan bermutu tinggi terlebih tepung terigu yang harus
berprotein rendah karena bahan ini sangat berpengaruh dalam
mengembangnya produk akhir.
2. Penimbangan bahan
Bahan yang akan dipakai haruslah ditimbang dengan baik dan
benar tujuannya agar sesuai dengan formula yang telah ditentukan.Dalam
24

hal penimbangan kita harus teliti dan cepat. bagi penimbangan air jangan
terlalu banyak dulu hal ini mencegah terjadinya adonan yang lembek.
3. Pengadukan (15 s.d. 20 menit)
Pengadukan/mixing tujuannya yaitu untuk mencampur bahan
secara homogen agar semua bahan mendapatkan tekstur yang sempurna.
Dalam pengaduan masukkanlah bahan yang kering terlebih dahulu (terigu,
gula, dan telur). Setelah itu semua bahan dicampurkan untuk tekstur yang
sempurna. Lama pengadukan tergantung banyak atau sedikitnya protein
yang terkandung dalam terigu. Biasanya semakin banyak proteinnya
semakin lama pengadukannya, begitu pula sebaliknya.
4. Proses pembentukan adonan
Proses pembentukan adonan dilakukan untuk memberi bentuk
adonan nastar sesuai keinginan.
5. Penyimpanan adonan di loyang
Adonan yang telah dibentuk kemudian disimpan di loyang panjang
untuk di disusun rapih.
6. Peroses memanggang adonan
Selama proses memangang kue nastar, sebaiknya jangan buka
tutup oven. Hal ini bertujuan untuk menghindari kue nastar tidak
mengembang. Butuh waktu sekitar 60 menit untuk memanggang adonan
kue nastar hingga matang.
7. Pengangkatan kue nastar dari oven
Kue nastar yang sudah matang harus sesegera mungkin diangkat
agar menghindari tekstur kue menjadi sangat keras.
8. Pendinginan
Proses pendinginan tujuannya agar suhu panas pada kue nastar
turun dan mempermudah proses berikutnya.
9. Pengemasan/Packing
Hal ini bertujuan agar nastar tetap terjaga dari jamur dalam batas
waktu 3 bulan.
25

3.6.2 Alur Proses Produksi Putri Salju

Tahap penyiapan bahan

Pengadukan (15 s.d. 20 menit)

Penyimpanan pada loyang

Pemanggangan putri salju (60menit)

Pengangkatan putri salju dari oven

Pendinginan

Pemberian toping

Pengemasan/Packing

Gambar 3.6. 2 Alur Proses Produksi Putri Salju

Proses produksi putri salju pada gambar diatas dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1. Pemilihan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan kue kering
haruslah baik dan bermutu tinggi terlebih tepung terigu yang harus
berprotein rendah karena bahan ini sangat berpengaruh dalam
mengembangnya produk akhir.
2. Penimbangan bahan
Bahan yang akan dipakai haruslah ditimbang dengan baik dan
benar tujuannya agar sesuai dengan formula yang telah ditentukan.Dalam
26

hal penimbangan kita harus teliti dan cepat. bagi penimbangan air jangan
terlalu banyak dulu hal ini mencegah terjadinya adonan yang lembek.
3. Pengadukan (15 s.d. 20 menit)
Pengadukan/mixing tujuannya yaitu untuk mencampur bahan
secara homogen agar semua bahan mendapatkan tekstur yang sempurna.
Dalam pengaduan masukkanlah bahan yang kering terlebih dahulu (terigu,
gula, dan telur). Setelah itu semua bahan dicampurkan untuk tekstur yang
sempurna. Lama pengadukan tergantung banyak atau sedikitnya protein
yang terkandung dalam terigu. Biasanya semakin banyak proteinnya
semakin lama pengadukannya, begitu pula sebaliknya.
4. Proses pembentukan adonan
Proses pembentukan adonan dilakukan untuk memberi bentuk
adonan putri salju sesuai keinginan.
5. Penyimpanan adonan di loyang
Adonan yang telah dibentuk kemudian disimpan di loyang panjang
untuk di disusun rapih.
6. Peroses memanggang adonan
Selama proses memangang kue putri salju, sebaiknya jangan buka
tutup oven. Hal ini bertujuan untuk menghindari kue putri salju tidak
mengembang. Butuh waktu sekitar 60 menit untuk memanggang adonan
kue putri salju hingga matang.
7. Pengangkatan kue putri salju dari oven
Kue putri salju yang sudah matang harus sesegera mungkin
diangkat agar menghindari tekstur kue menjadi sangat keras.
8. Pendinginan
Proses pendinginan tujuannya agar suhu panas pada kue putri salju
turun dan mempermudah proses berikutnya.
9. Pemberian Topping
Pemberian topping kedalam kue putri salju dapat memasukan
bebesarapa topping rasa agar konsumen tertarik.
27

10. Pengemasan/Packing
Hal ini bertujuan agar putri salju tetap terjaga dari jamur dalam batas
waktu 3 bulan.

3.6.3 Alur Proses Produksi Kastangle

Tahap penyiapan bahan

Pengadukan (15 s.d. 20 menit)

Penyimpanan pada loyang

Pemberian toping

Pemanggangan Kastangle (60menit)

Pengangkatan Kastangle dari oven

Pendinginan

Pengemasan/Packing

Gambar 3.6. 3 Alur Proses Produksi Kastangle

Proses produksi kastangle pada gambar diatas dapat dijelaskan sebagai


berikut:

1. Pemilihan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan kue kering
haruslah baik dan bermutu tinggi terlebih tepung terigu yang harus
28

berprotein rendah karena bahan ini sangat berpengaruh dalam


mengembangnya produk akhir.
2. Penimbangan bahan
Bahan yang akan dipakai haruslah ditimbang dengan baik dan
benar tujuannya agar sesuai dengan formula yang telah ditentukan.Dalam
hal penimbangan kita harus teliti dan cepat. bagi penimbangan air jangan
terlalu banyak dulu hal ini mencegah terjadinya adonan yang lembek.
3. Pengadukan (15 s.d. 20 menit)
Pengadukan/mixing tujuannya yaitu untuk mencampur bahan
secara homogen agar semua bahan mendapatkan tekstur yang sempurna.
Dalam pengaduan masukkanlah bahan yang kering terlebih dahulu (terigu,
gula, dan telur). Setelah itu semua bahan dicampurkan untuk tekstur yang
sempurna. Lama pengadukan tergantung banyak atau sedikitnya protein
yang terkandung dalam terigu. Biasanya semakin banyak proteinnya
semakin lama pengadukannya, begitu pula sebaliknya.
4. Proses pembentukan adonan
Proses pembentukan adonan dilakukan untuk memberi bentuk
adonan kastangle sesuai keinginan.
5. Penyimpanan adonan di loyang
Adonan yang telah dibentuk kemudian disimpan di loyang panjang
untuk di disusun rapih.
6. Pemberian topping
Pemberian topping kedalam kastangle dapat memasukan bebesarapa
topping rasa agar konsumen tertarik.
7. Proses pemangganan adonan
Selama proses memangang kue kastangle, sebaiknya jangan buka tutup
oven. Hal ini bertujuan untuk menghindari kue kastangle tidak
mengembang. Butuh waktu sekitar 60 menit untuk memanggang adonan
kue kastangle hingga matang.
29

8. Pengangkatan kue kastangle dari oven


Kue kastangle yang sudah matang harus sesegera mungkin
diangkat agar menghindari tekstur kue menjadi sangat keras..
9. Pendinginan
Proses pendinginan tujuannya agar suhu panas pada kue kastangle
turun dan mempermudah proses berikutnya
10. Pengemasan/Packing
Hal ini bertujuan agar kastangle tetap terjaga dari jamur dalam batas
waktu 3 bulan.

3.7 Proses Pemasaran

Dalam proses pemasaran produk Dapur Fitra juga berjalan dengan baik
dengan menerapkan strategi Marketing Mix walaupun secara sederhana yang
diharapkan mampu meningkatkan harga jual dan kepuasan dimasyarakat.
Dalam pemasaran membutuhkan yang namanya 4P yang meliputi (Product,
Price, Place, Promotion).
1. Produk (Product)
Produk adalah barang yang di buat atau di produksi untuk
memenuhi kebutuhan sekelompok orang terterntu. Produk UMKM Dapur
Fitra bagi pengonsumsi baik itu anak-anak sampai Orang Tua karena dapat
di konsumsi oleh semua kalangan dan usia.
a. Kualitas
Produk Dapur Fitra sangat mengedepankan untuk kepuasan
para konsumen agar di sukai oleh pengonsumsi, dengan tidak
menggunakan bahan kimia atau pun pengawet apapun untuk
menjaga khas asli dan kesehatan dari produk Dapur Fitra
b. Keistimewaan
Dari produk ini sendiri Dapur Fitra merupakan salah satu
jajanan kue kering yang enak dengan harga yang relatif murah
serta rasa dan tekstur yang nikmat.
30

c. Nama Merk
Nama merk Dapur Fitra, atas diskusi antara ibu Nurintan
dan keluarga. Dengan penuh kepercayaan dan keyakinan bahwa
brand kami ini suatu saat akan di kenal oleh masyarakat.
d. Kemasan
Salah satu aspek penting yang memberikan konstribusi
terhadap peningkatan kualitas suatu produk adalah kemasan atau
bungkusan. Jika faktor-faktor yang menyebabkan persaingan pada
produk adalah bahan baku, desain, kompatabilitas, daya tahan,
kesederhanaan dan lain sebagainya, maka aspek lain yang menjadi
pertarungan persaingan bisnis di dalam pasar untuk mempengaruhi
dan menjadi daya tarik adalah kemasan produk.

Bahan kemasan yang dipakai oleh UMKM Dapur Fitra untuk mengemas
produk adalah toples mika yang ukurannya bervariasi dengan kualitas yang cukup
bagus. Ini bertujuan untuk menjaga kualitas dan keawetan produk.

Gambar 3.7. 1
Produk Kue Nastar Gambar 3.7. 2 Produk Kue Putri Salju
31

2. Harga (Price)
Harga produk pada dasarnya adalah jumlah yang di bayar pelanggan untuk
menikmatinya. Harga merupakan suatu hal penting dalam pemasaran karena
suatu pendapatan usaha merupakan hasil dari menjual suatu produk.

a. Harga
Tentunya harga sangat penting di cantumkan di suatu produk untuk
memudahkan konsumen melakukan pembelian dan perhitungan.

NO PRODUK BERAT HARGA


1 Nastar 500 gram IDR 80.000 / box
2 Putri Salju 500 gram IDR 65.000 / box
3 Kastangle 500 gram IDR 90000 / box
Gambar 3.7. 3 Tabel harga

b. Sistem Pembayaran

Untuk memudahkan konsumen dalam melakukan pembayaran tanpa


harus melakukan pembayaran langsung, maka Dapur Fitra telah
menyiapkan cara untuk memudahkan pembayaran. Seperti melalui cash
dan transfer.

3. Promosi (Promotion)
Diharapkan dari promosi ini adalah konsumen dapat mengetahui tentang produk
dan pada akhirnya memutuskan untuk membeli produk. Promosi juga sangat penting
karena dapat meningkatkan penjualan, Dapur Fitra melakukan promosi yaitu secara
online maupun offline untuk melakukan pemasaran.
a. Offline

Promosi secara Offline atau secara langsung memberitahukan informasi


informal kepada masyarakat tentang produk dan sering di lakukan di sekitar
tempat tinggal, dan ke teman-teman yang nantinya di harapkan sampai ke
orang lain untuk kenal dengan produk ini. Pada UMKM Dapur Fitra ini
tanggung jawab pemasaran diserahkan kepada Ibu Nurintan Pemasaran
32

dilakukan dari menjualkan produk ke sekitaran perumahan, teman dan


saudara.
b. Online
Setelah memasarkan produk secara Offline, Dapur Fitra memanfaatkan
jejaring media sosial seperti WhatsApp. Selain dengan WhatsApp, penulis
membantu membuatkan akun Instagram guna mempermudah para konsumen
untuk mengenal tentang produk yang di jual dan mempermudahkan pembelian
mengetahui lokasi tempat berjualan dan jam operasional.
4. Tempat (Place)
Penempatan adalah bagian yang sangat penting sebagai produk makanan
kue dan gorengan maka produk harus tetap higienis agar konsumen yakin
untuk membeli dan mengonsumsinya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Produksi Kue kering Pada UMKM Dapur Fitra

4.1.1 Bahan Baku

Bahan utama yang digunakan oleh UMKM Dapur Fitra untuk pembuatan
kue kering adalah tepung. Bahan baku inilah yang nantinya akan mempengaruhi
produk yang dihasilkan. Sedangkan bahan tambahan atau penunjang adalah
telur,gula halus,vanili,maragrine,keju, dan selai nanas. Berikut merupakan
penjelasan tentang kegunaan bahan penunjang yaitu:

a. Tepung terigu
Tepung terigu merupakan bahan setengah jadi hasil penggilingan
endosperm gandum. Tepung terigu memiliki kandungan protein yang cukup
tinggi. Protein dalam tepung terigu tersusun atas gliadin dan glutenin yang
berperan dalam pembentukan gluten di mana akan memberi sifat
elastisekstensibel / kalis pada adonan yang dihasilkan.

Gambar 4.1. Tepung terigu

32
33

b. Gula

Gula berperan besar dalam memberi kelembaban dan tekstur kue. Selain itu
gula dapat menunda pembentukan gluten dan pembangunan struktur, membuat
produk menjadi lebih empuk. Gula yang digunakan oleh UMKM Dapur Fitra
yaitu gula pasir dan gula halus

Gambar 4.2. Gula halus & Gula pasir

c. Kuning telur

Menggunakan kuning telur dalam adonan kue akan membuat tekstur akhir kue
kering menjadi kenyal. Sementara, kandungan lemak yang lebih tinggi dalam
kuning telur bisa membuat kue kering lebih lembut.

Gambar 4.3. Telur


34

d. Vanili

Vanil digunakan dalam adonan kue kering untuk memberikan aroma dan rasa
yang khas serta menyempurnakan profil rasa kue

Gambar 4.4. Vanili

e. Margarine

Penggunaan margarin dalam adonan kue kering akan membuat tekstur kue
jadi lebih lembut.

Gambar 4.5. Margarine


35

f. Selai nanas
Selai nanas adalah bahan utama dalam kue nastar yang memberikan rasa khas
dan karakteristik kue

Gambar 4.6. Selai nanas

g. Keju
Keju berperan sebagai toping kastangle

Gambar 4.7. Keju

4.1.2 Pengelompokan Harga Pokok Produksi

Perhitungan Harga Pokok Produksi dapat dilakukan denga pengelompokan


biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Berikut ini biaya-biaya yang terdapat pada UMKM Dapur Fitra.
36

1. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku untuk 1 kali produksi dengan kuantitas (500gr) akan di
tampilkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 1

Biaya bahan baku nastar dalam 1 kali produksi (500gr)

NO JENIS BAHAN KEBUTUHAN SATUAN HARGA (Rp)


1 Tepung terigu 400 gr 13.000
2 Telur 3 butir 6.000
3 Gula 100 gr 1.400
4 Vanili 1 sachet 5.000
5 Margarine 200 gr 8.750
6 Selai nanas 170 gr 17.600
TOTAL HARGA BAHAN BAKU 47.250

Tabel 2

Biaya bahan baku putri salju dalam 1 kali produksi (500gr)

NO JENIS BAHAN KEBUTUHAN SATUAN HARGA (Rp)


1 Tepung terigu 400 gr 13.000
2 Telur 3 butir 6.000
3 Gula 100 gr 1.400
4 Vanili 1 sachet 5.000
5 Margarine 200 gr 8.750
6 Gula halus 250 gr 8.900
TOTAL HARGA BAHAN BAKU 43.050
37

Tabel 3

Biaya bahan baku kastangle dalam 1 kali produksi (500gr)

NO JENIS BAHAN KEBUTUHAN SATUAN HARGA (Rp)


1 Tepung terigu 400 gr 13.000
2 Telur 3 butir 6.000
3 Gula 100 gr 1.400
4 Vanili 1 sachet 5.000
5 Margarine 200 gr 8.750
6 Keju 165 gr 21.000
TOTAL HARGA BAHAN BAKU 55.150

2. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar para

pegawai yang bekerja pada suatu perusahaan. UMKM Dapur Fitra tidak

mengeluarkan biaya tenaga kerja dikarenakan produksinya dikerjakan oleh

pemilik UMKM nya sendiri.

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik yang digunakan untuk 1 kali produksi terdiri dari :

biaya listrik dan air, biaya gas, dan biaya kemasan. Berikut perhitungan biaya

overhead pabrik:

Biaya overhead pabrik untuk donat mutmut dalam 1 kali produksi

Biaya listrik dan air : Rp1.500,-

Biaya gas : Rp3000,-

Biaya kemasan : Rp3000,-

Total biaya overhead pabrik : Rp7.500,-


38

4.1.2.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi

Berikut perhitungan harga pokok produksi kue kering menurut jenisnya :

a) HPP Nastar dalam 1 kali produksi (500gr)

Biaya Bahan Baku : Rp47.250,-

Biaya Tenaga Kerja : Rp0

Biaya Overhead Pabrik : Rp7.500,-

Total HPP : Rp54.750,-

Harga jual nastar per toples (500gr) : Rp80.000,-

Keuntungan penjualan per toples (500gr) : Rp25.250,-

b) HPP Putri salju dalam 1 kali produksi (500gr)

Biaya Bahan Baku : Rp43.050,-

Biaya Tenaga Kerja : Rp0

Biaya Overhead Pabrik : Rp7.500,-

Total HPP : Rp50.550,-

Harga jual putri salju per toples (500gr) : Rp65.000,-

Keuntungan penjualan per toples (500gr) : Rp14.450,-


39

c) HPP Kastangle dalam 1 kali produksi (500gr)

Biaya Bahan Baku : Rp55.150,-

Biaya Tenaga Kerja : Rp0

Biaya Overhead Pabrik : Rp7.500,-

Total HPP : Rp62.650,-

Harga jual Kastangle per toples (500gr) : Rp90.000,-

Keuntungan penjualan per toples (500gr) : Rp27.350,-

4.1.2 Mesin dan Peralatan yang digunakan

a. Oven

Oven yaitu alat yang digunakan untuk memanggang adonan kue yang
sudah jadi

Gambar 4.8. Oven


40

b. Loyang
Loyang yaitu alat yang digunakan sebagai alas untuk adonan kue yang
sudah dibentuk
41

Gambar 4.9. Loyang

c. Alas roti

Alas roti sering digunakan sebagai dasar untuk berbagai jenis kue. Dalam
beberapa resep, roti atau adonan kue yang dipanggang digunakan sebagai alas
untuk menciptakan lapisan bawah yang memberikan struktur pada kue

Gambar 4.10. Alas roti

d. Kocokan telur

Kocokan telur berfungsi sebagai proses untuk mengocok telur hingga


42

tercampur rata, pengocokan telur sangat penting karena akan


mempengarui adonan

Gambar 4.11. Kocokan telur

e. Kuas

Kuas berfungsi sebagai alat untul mengoles bagian atas kue

Gambar 4.12. Kuas

f. Kompor gas
43

Alat yang digunakan untuk proses memanggang kue

Gambar 4.13. Kompor

4.1.3 Proses Pembuatan Kue Kering

Proses pembuatan kue kering pada UMKM Dapur Fitra, terdapat beberapa
tahapan yang harus diperhatikan, yang mana tahapan-tahapan ini sangat
pentingdan berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Tahapan-
tahapan tersebut digambarkan pada diagram berikut ini.
44

Masukan Kocok kuning telur


margarine
Vanili
Gula halus
Adonan jadi
Tepung terigu

Pembentukan kue

Pemberian topping

Pemanggangan (oven)

pendinginan

Pengemasan

Gambar 4.14 Diagram alur proses pembuatan kue kering


45

Penjelasan mengenai alur proses produksi UMKM Dapur Fitra yaitu sebagai

berikut:

1. Pemilihan Bahan

Menyiapkan semua bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses


pembuatan kue kering, baik bahan baku maupun bahan penunjang.Bahan-
bahan yang digunakan dalam proses pembuatan kue kering haruslah baik dan
bermutu tinggi karena bahan ini sangat berpengaruh dalam kualitas produk.

Gambar 4.15. Bahan baku & penunjang

2. Penimbangan Bahan

Semua bahan ditimbang sesuai dengan formula/resep. Penimbangan bahan


harus di lakukan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan
bahan. Untuk jenis bahan baku tepung terigu, mentega, dan bahan penunjang
lainnya yang merupakan bahan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, tetapi
sangat penting agar kue kering yang dihasilkan dapat berkualitas baik
sehingga dalam penimbangaannya harus teliti.
46

Gambar 4.16. Proses penimbangan

3. Pengadukan (15 s.d. 20 menit)

Tahap selanjutnya adalah pencampuran yaitu mencampur semua bahan


kedalam mixer. Langkah pertama yaitu memasukkan semua bahan kering dan
kuning telur, diaduk dengan kecepatan rendah lalu air dimasukkan sedikit
demi sedikit. Setelah tercampur rata kemudian mentega dimasukkan. Adonan
diaduk dengan kecepatan sedang hingga kalis. Penggadukkan dihentikan
setelah adonan menjadi kalis. Kalis adalah pencapaian pengadukan
maksimum sehingga terbentuk permukaan film pada adonan. Tanda-tanda
adonan kue telah kalis adalah jika adonan tidak lagi menempel di wadah atau
di tangan atau saat adonan dilebarkan, akan terbentuk lapisan tipis yang
elastis.

Gambar 4.17. Proses mixer bahan

4. Pembentukan adonan kue


47

Pembentukan adonan kue dilakukan agar kue dapat di bentuk


dengan seusai kriteria kue pembentukan adonan di Dapur Fitra sendiri
masih dilakukan secara manual menggunakan tangan

Gambar 4.18. Proses pembentukan adonan

5. Pemberian topping

Pemberian toping dilakukan seusai dengan produk yang akan


dibuat jika produk kastangel maka pemberian topping dilakukan sebelum
masuk oven sedangkan putri salju dilakukan setelah proses pendinginan

Gambar 4.19.

Proses pemeberian topping

6. Pemanggangan

adonan yang telah dibentuk di letakkan diatas loyang yang telah


dibersihkan, adonan disusun secara rapi kemudian dimasukkan kedalam
oven dengan suhu dan waktu yang telah ditentukan, setelah pemangganagn
selesai nastar dikeluarkan dan didiamkan terlebih dahulu agar nastar
tersebut dingin.
48

Gambar 4.20. Nastar yang akan di oven

7. Pendinginan

Kue yang sudah selesai di dinginkan selama beberapa menit sampai bisa di
masukan kedalam kemasan

Gambar 4.21. Proses

pendinginan

8. Pengemasan

Kue kering yang sudah dingin lalu dimaskuan kedalam kemasan agar
produk kue kering bisa awet dan tahan lama

Gambar 4.22. Proses pengemasan


49

4.2 Kendala proses produksi yang dihadapi oleh UMKM Dapur Fitra

Kendala-kendala proses produksi yang ada pada proses produksi UMKM


Dapur Fitra sebagai berikut :

a. Bahan baku
1. Pembelian bahan baku yang tidak terjadwal membuat UMKM ini
selalu kehabisan stok bahan baku ketika sedang melakukan
produksinya.
b. Alat prduksi
1. Oven yang masih menggunakan oven kompor ini memperlambat
proses produksi di UMKM Dapur Fitra
2. Meja kerja yang saat ini digunakan terlalu tinggi.

4.3 Solusi dari kendala yang dihadapi oleh UMKM Dapur Fitra

Solusi dalam mengatasi kendala-kendala pada proses produksi yang dihadapi


oleh UMKM Dapur Fitra sebagai berikut :
a. Bahan baku

UMKM Dapur Fitra membuat jadwal pembelian bahan baku.


Contohnya dengan perhitungan EOQ (Economic Order Quantity). Agar
bahan-bahan yang ingin digunakan selalu terpenuhi / stand by dan tidak
mengganggu jalannya proses produksi

b. Alat produksi
1. Menggunakan Oven yang berkapasitas besar agar proses produksi
di UMKM Dapur Fitra lebih efektif.
2. Menggunakan meja kerja yang sesuai kebutuhan agar posisi badan
saat melakukan produksi menjadi lebih nyaman dan proses
produksi menjadi lebih efektif
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dibahas pada bab
sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan terkait analisis penerapan Proses
Produksi pada UMKM Dapur Fitra ialah sebagai berikut

g. Proses pengadaan bahan baku yang dilakukan oleh UMKM Dapur Fitra
dilakukan secara langsung oleh pemilik usaha itu sendiri ini agar menjaga
kualitas dan kehalalan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat
kue kering tetap terjaga
h. Proses produksi kue kering yang dilakukan oleh UMKM Dapur Fitra
terdapat tahapan-tahapan yang harus diperhatikan. Tahapan yang harus
diperhatikan yaitu proses pemanggangan, dimana proses pemanggangan
ini harus diamatai karena jika terlalu lama akan menyebabkan kue menjadi
lebih keras. Oleh karena itu UMKM Dapur Fitra harus lebih
memperhatikan proses pemangganan tersebut agar kue kering yang
dihasilnya dapat mengembang secara maksimal.
i. Proses distribusi yang dilakukan oleh Dapur Fitra adalah dengan cara
mengantarkan produk secara langsung oleh pemilik kepada konsumen
produk yang diantarkan di kemas secara rapat dengan kemasan yang
terjamin kehalalannya
j. Kendala yang dihadapi oleh UMKM Dapur Fitra adalah jenis kue kering
yang di produksi termasuk kue kering yang hanya ramai di hari-hari
tertentu seperti hari lebaran dan oven yang masih menggunakan oven
kompor ini menyebabkan proses produksi kue kering menjadi semakin
lama karena hanya bisa memanggang beberapa loyang saja dalam satu kali
produksi

55
56

k. Solusi yang dalam mengatasi kendala-kendala yang ada pada UMKM


Dapur Fitra adalah dengan membuat jadwal pembelian bahan baku seperti
perhitungan EOQ (Econimic Order Quantity). Menggunakan oven dengan
menyesuaikan komposisi bahan baku agar sesuai dengan kapasitas yang
ditentukan. Menggunakan meja kerja yang sesuai kebutuhan agar posisi
badan saat melakukan produksi menjadi lebih nyaman dan proses produksi
menjadi lebih efektif. Menambah jenis kue kering yang tidak hanya ramai
di hari-hari tertentu seperti cookies atau kue kering lainnya

5.2 Saran
Saran untuk pemilik UMKM Dapur Fitra kedepannya, agar lebih bisa
berinovasi dengan macam-macam rasa atau jenis varian kue kering dan
memperluas sektor pemasaran, dan selalu menjaga kualitas bahan baku dan
produk yang digunakan, menjadwalkan pembelian bahan baku agar bahan baku
yang ingin digunakan selalu tersedia, dan selalu memperhatikan alat-alat yang
dipakai dalam melakukan proses produksi agar selalu dalam keadaan baik agar
tidak mengganggu jalannya proses produksi
56

DAFTAR PUSTAKA

Adi, M Kwartono. 2015. Analisis Usaha Kecil dan Menengah. Andi Offset:
Yogyakarta.

Ahyari, Agus. 2017. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi, Edisi


Keempat. BPFE UGM: Yogyakarta.

Amirullah. 2015. Pengantar Manajemen. Mitra Wacana Media: Jakarta.

Assauri, Sofjan. 2016. Manajemen Operasi Produksi, PT Raja Grafindo Persada:


Jakarta.

Badudu J.S dan Zain, Sutan Mohammad. 2017. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.

Efendi, Suryono. 2019.Manajemen Operasional. LPU-UNAS: Jakarta.

Fahmi, Irham. 2016. Manajemen Produksi dan Operasi. Alfabeta: Bandung.

Gaspersz, Vincent. 2015. Production Planning And Inventory Control. PT


Gramedia Pustaka Umum: Jakarta.

Hamdani. 2020. Mengenal Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Lebih
Dekat. Uwais Inspirasi Indonesia: Sidoarjo.

Heizer, Jay and Barry Rander. 2015. Manajemen Operasi, Manajemen


Keberlangsungan dan Rantai Pasokan, Alih Bahasa: Hirson Kurnia, Ratna
Saraswati dan David Wijaya. Salemba Empat: Jakarta.

Herjanto, Eddy. 2015. Manajemen Operasi, Edisi Revisi. Gramedia: Jakarta.

Ida Nuraida. (2008). Manajemen Administrasi Perkantoran. Kanisius:


Yogyakarta.

Manahan P. Tampubolon., 2018. Manajemen Operasi dan Rantai Pemasok. Mitra


Wacana Media: Jakarta.

Mulyadi. 2016. Sistem Informasi Akuntansi. Salemba Empat: Jakarta.

Murti Sumarti dan Jhon Soeprihanto. Pengertian Produksi. Edisi Revisi II.
Liberty: Yogyakarta.

Primiana, Ina. 2016. Menggerakkan Sektor Riil UKM &Industri. Alfabeta:


Bandung.
56

Reksohadiprodjo, Sukanto dan Gitosudarmo, Indriyo. 2017. Manajemen


Produksi. Edisi 4. BPFE: Yogyakarta.

Sudaryanto, Ragimun. 2015. Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar


Bebas Asean. Kedaulatan Rakyat: Yogyakarta.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha


Mikro, Kecil dan Menengah.

Utama, Rony Edward dkk. 2019. Manajemen Operasi. UM Jakarta Press: Jakarta
56

LAMPIRAN

Lampiran 1. Buku Mengenal Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Lebih Dekat.
56

Lampiran 2. Kutipan pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menurut Hamdani
56

Lampiran 3. Lembar permohonan kuliah kerja lapangan


56

Lampiran 4. Lembar persetujuan UMKM


56

Lampiran 5. Lembar penilaian kulaih kerja lapangan


56

Lampiran 6. Lembar penilaian dosen


56

Lampiran 7. Lembar kegiatan KKL

Anda mungkin juga menyukai