Anda di halaman 1dari 1

Cerpen Hasil Rekayasa Puisi W. S.

Rendra - Sajak Peperangan Abimanyu (Untuk


puteraku, Isaias Sadewa)

Wafatnya Abimanyu

A
pa yang masih dapat kau lakukan? Sudah tak ada jalan lagi! Ke mana kau akan lari?
Delapan buah peluru akan segera menembus tubuhmu dari delapan penjuru! Tidakkah kau
merasa gentar dan takut akan itu? Jawablah Abimanyu! Sebelum kau meregang nyawa!”
Daniel tersenyum licik.
“Apa yang kau katakan? Takut? Tidak sama sekali!” jawab Abimanyu dengan
dagu menantang.
“Jangan berlagak begitu! Kami tahu kalau kau ketakutan!” Steve memasang
wajah memelas.
“Tembakkan saja! Aku sudah siap mati! Walaupun begitu, aku merasa puas.
Dan aku akan mati dengan damai!” teriak Abimanyu lantang.
“Haaahh! Sombong!” Daniel mulai tersulut emosinya akan sikap Abimanyu.
“Lepaskan sekarang!” teriak Daniel memberi komando.
Delapan buah peluru telah dimuntahkan dari barat, barat laut, utara,
timur laut, timur, tenggara, selatan, dan barat daya Abimanyu. Masing-masing peluru
mengenai betis kiri, paha kanan, perut sebelah kanan, lengan atas kiri, bahu kiri,
pelipis kanan, telinga kiri, dan yang terakhir melesat tepat di bawah hidung
Abimanyu. Abimanyu roboh dengan cairan merah pekat membasahi pakaiannya dan sekujur
tubuhnya. Abimanyu sekarat. Namun, hatinya damai. Ia telah lunas menjalani
kewajiban dan kewajarannya.
Tunggu dulu! Abimanyu bangkit lagi? Ia berdiri tegak dengan luka yang
cukup parah di tubuhnya. Ia mendengar sesuatu. ‘Apa itu?’ pikirnya.
Nyanyian air dan angin yang turun dari gunung memenuhi indera
pendengarannya. Perjuangan yang ia lakukan merupakan satu kesimpulan cita dan
rasa. Wujud dari sebuah penghayatan.

Doorrr! Suara tembakan menggema di udara. Timah panas tepat mengenai


kening Abimanyu. Tak dapat dielak lagi. Kali ini Abimanyu langsung jatuh
tersungkur. Jiwanya terbang ke atas teratai. Roh ksatrianya telah menyatu dengan
cakrawala dan alam di sekitarnya.
Abimanyu wafat. Perjuangannya menolong rakyat di kampungnya telah
berakhir.

_____________

‘Apakah para petani akan tetap menderita setelah Abimanyu meninggal?’


‘Entahlah, aku tak tahu.’
‘Apakah para perempuan di kampung kita akan tetap menjadi pelacur di
tempatnya juragan James? Di kota sana?’
‘Entahlah, aku pun tak tahu.’
‘Apa tidak akan ada lagi yang akan menolong kita? Membebaskan kita?’
‘Mungkin kita akan begini terus.’

Dua buah siluet bergerak-gerak di pinggir ladang.


Meskipun begitu, dua orang itu tak tahu, bahwa kematian Abimanyu akan melahirkan
para ksatria yang akan membebaskan mereka dari penindasan dan kerja paksa. Dari
zaman ke zaman.

Anda mungkin juga menyukai