Anda di halaman 1dari 24

Limfedenopati

Apakah operasi itu bermanfaat?;

Pada umumnya limfadenopati memerlukan operasi.

limfadenopati leher

Sama dengan limfadenitis, limfadenopati adalah pembesaran kgb akibat kegagalan


mengatasi gangguan di daerah pertahannya. Perbedaannya terletak pada siapa yang
bertanggung jawab atas serangan itu. Teroris limfadenitis datang dari luar tubuh seperti
bakteri sedangkan limfadenopati dari dalam. Teroris limfadenopati dapat disidik seperti
kanker tetapi dapat juga tidak diketahui. Ia dapat berasal dari setiap lokasi di daerah
pertahanannya seperti payudara bagi ketiak ataupun di pos pertahanan itu sendiri seperti
limfoma.

2. Apakah kelainan itu layak untuk dioperasi (operable)?

Limfadenopati dapat dioperasi dengan aman karena batasnya tegas hingga mudah
diangkat tanpa merusak jaringan disekitarnya.

3. Kapankah waktu yang tepat untuk melakukan operasi

Waktu operasi adalah sesegera mungkin di usia remaja dimana sering ditemukan limfoma
dan yang lebih tua dengan kemungkinan berpeluang menderita kanker. Anak-anak yang
jarang menderita kanker bukan calon operasi.

4. Jenis operasi apakah yang sesuai?

Pilihan operasi hanyalah biopsi eksisi dengan mengangkat keseluruhan tumor

5. Apakah resiko operasi itu?

Segera sesudah operasi dapat terjadi perdarahan yang biasanya diatasi dengan
pemasangan dren.

6. Apakah diperlukan pengobatan lain selain operasi dan kalau ada bagaimanakah
urutannya?
Pwngobatan lainnya tergantung tergantung atas hasil pemeriksaan jaringan. Bila tidak
ditemukan kelainan, tidak ada pengobatan lanjutan. Bila ditemukan limfoma, dipelukan
kemoterapi dan atau penyinaran (radiasi). Bila ditemukan metastasis dari alat tubuh
lainnya maka pengobatannya disesuaikan dengan penyakit asal. lain bagi FAM apaklagi
tadi sudah disebut bahwa manfaat oeprasi hanya untuk meyakinkan diagnosa.Misalnya
kgb ketiak mengandung metastasis payudara maka pengobatannya disesuaikan dengan
kanker payudara.

7. Berapakah perkiraan biayanya?

Biopsi eksisi dengan bius umum termasuk golongan sedang sedangkan bius lokal, kecil.

Kelenjar getah bening terdapat di beberapa tempat di tubuh kita. Seringkali timbul
benjolan-benjolan di daerah tempat kelenjar getah bening berada dan seringkali pula hal
itu menimbulkan kecemasan baik pada pasien, ataupun orang tua pasien apakah
pembesaran ini merupakan hal yang normal, penyakit yang berbahaya ataukah
merupakan suatu gejala dari keganasan. Untuk itu perlu dikenali kemungkinan-
kemungkinan penyebab dari pembesaran kelenjar getah bening tersebut dan gambaran
klinisnya sehingga mengetahui alur tatalaksana yang akan dilakukan. Pembesaran
kelenjar getah bening 55% berada di daerah kepala dan leher karena itu bahasan
diutamakan pada pembesaran kelenjar getah bening di daerah kepala dan leher.

Kelenjar getah bening (KGB)

Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita
memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya didaerah
submandibular (bagian bawah rahang bawah; sub: bawah;mandibula:rahang bawah),
ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat.

Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan
merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah
bening yang melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke KGB sehingga
dari lokasi KGB akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya.

Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen
(mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang
menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh
yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening
membesar. Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel
pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit
dan histiosit,atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi
di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya) sel-sel ganas atau timbunan
dari penyakit metabolit makrofag (gaucher disease)

Dengan mengetahui lokasi pembesaran KGB maka kita dapat mengerahkan kepada lokasi
kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab pembesaran KGB.
Epidemiologi

Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjar getah bening dalam ukuran,


konsistensi ataupun jumlahnya. Pada daerah leher (cervikal), pembesaran kelenjar getah
bening didefinisikan bila kelenjar membesar lebih dari diameter satu sentimeter.
Pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher sering terjadi pada anak-anak. Sekitar
38% sampai 45% pada anak normal memiliki kelenjar getah bening daerah leher yang
teraba. Dari studi di Belanda terdapat 2.556 kasus limadenopati yang tidak dapat
dijelaskan dan 10% dirujuk kepada subspesialis, 3.2% membutuhkan biopsi dan 1.1%
mengalami keganasan. Studi kedokteran keluarga di amerika serikat tidak ada dari 80
pasien dengan limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan yang mengalami keganasan dan
tiga dari 238 pasien yang mengalami keganasan dari limadenopati yang tidak dapat
dijelaskan.

Pasien usia >40tahun dengan limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan memiliki risiko
keanasan 4% dibanding risiko keganasan 0,4% bila ditemukan pada psien <40tahun.

gambar 1. kelenjar getah bening daerah leher, arah aliran dan kemungkinan penyebab.
gambar diambil dari aafp

Etiologi (penyebab)

Pembesaran kelenjar getah bening dapat dibedakan menjadi lokal atau umum
(generalized). Pembesaran kelenjar getah bening umum didefinisikan sebagai
pembesaran kelenjar getah bening pada dua atau lebih daerah. Daerah-daerah terdapatnya
kelenjar getah bening adalah :
Gambar diambil dari www.aafp.org

Penyebab yang paling sering adalah hasil dari proses infeksi dan infeksi yang biasanya
terjadi adalah infeksi oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas (rinovirus, virus
parainfluenza, influenza, respiratory syncytial virus (RSV), coronavirus, adenovirus atau
reovirus). Virus lainnya virus ebstein barr, cytomegalovirus, rubela, rubeola, virus
varicella-zooster, herpes simpleks virus, coxsackievirus, human immunodeficiency virus.
Bakteri pada peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta
hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan
caries dentis (gigi berlubang) dan penyakit gusi. Difteri, Hemofilus influenza tipe b
jarang menyebabkan hal ini. Bartonella henselae, mikrobakterium atipik dan tuberkulosis
dan toksoplasma.

Keganasan seperti leukimia, neuroblastoma, rhabdomyosarkoma dan limfoma juga dapat


menyebabkan limfadenopati. Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah
limfadenopati adalah kawasaki, penyakit kolagen, lupus. Obat-obatan juga menyebabkan
limfadenopati umum. Limfadenopati daerah leher perah dilaporkan setelah imunisasi
(DPT,polio atau tifoid).

Masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari pembesaran kelenjar getah
bening saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran kelenjar
getah bening.

Gejala klinis
Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis (wawancara), pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang bila diperlukan. Pada anamnesis dapat didapatkan :

anamnesis Keterangan
Lokasi Pembesaran kelenjar getah bening pada dua sisi leher secara mendadak
pembesaran biasanya disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas.
kelenjar getah Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya
bening satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan
infeksi oleh mikobakterium, toksoplasma, ebstein barr virus atau
citomegalovirus.
Gejala-gejala Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab
penyerta infeksi saluran pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan
(symptoms) penurunan berat badan mengarahkan kepada infeksi tuberkulosis atau
keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa lelah dan nyeri
sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit
serum (serum sickness-ditambah riwayat obat-obatan atau produk darah).
Riwayat Adanya peradangan tonsil (amandel) sebelumnya mengarahkan kepada
penyakit infeksi oleh streptokokus; luka lecet pada wajah atau leher atau tanda-
sekarang dan tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi stafilokokus; dan adanya
dahulu infeksi gigi dan gusi juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri
anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan kepada
citomegalovirus, epstein barr virus atau HIV.
Penggunaan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti
obat-obatan fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol,
captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin,
pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac). Pembesaran karena obat
umumnya seluruh tubuh (generalisata)
Paparan Paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi saluran
terhadap infeksi napas atas, faringitis oleh streptokokus, atau tuberkulosis turut membantu
mengarahkan penyebab limfadenopati.
Riwayat Perjalanan ke daerah-daerah afrika dapat mengakibatkan terkena
perjalanan atau tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena tularemia
pekerjaan

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan
fisik
Secara umum Malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan kepada
penyakit kronik (berjalan lama) seperti tuberkulosis, keganasan atau
gangguan sistem kekebalan tubuh
Karakteristik KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. Kelenjar getah bening
dari kelenjar harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya
getah bening nyeri tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan
atau tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah
keras atau kenyal.
 Ukuran : normal bila diameter <1cm (pada epitroclear >0,5cm dan
lipat paha >1,5cm dikatakan abnormal)
 Nyeri tekan : umumnya diakibatkan peradangan atau proses
perdarahan
 Konsistensi : keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan,
padat seperti karet mengarahkan kepada limfoma; lunak
mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif mengarahkan telah
terjadinya abses/pernanahan
 Penempelan/bergerombol : beberapa KGB yang menempel dan
bergerak bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis,
sarkoidosis, keganasan.

Pembesaran KGB leher bagian posterior (belakang) terdapat pada infeksi


rubela dan mononukleosis. Supraklavikula atau KGB leher bagian
belakang memiliki risiko keganasan lebih besar daripada pembesaran
KGB bagian anterior.

Pembesaran KGB leher yang disertai daerah lainnya juga sering


disebabkan oleh infeksi virus.

Keganasan, obat-obatan, penyakit kolagen umumnya dikaitkan degnan


pembesaran KGB generalisata.

Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, KGB umumnya bilateral (dua
sisi-kiri/kiri dan kanan), lunak dan dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh
bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan, baik satu sisi atau dua
sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan
suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya
fluktuatif menandakan terjadinya abses. Bila limfadenopati disebabkan
keganasan tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB keras dan tidak dapat
digerakkan (terikat degnan jaringan di bawahnya)

Pada infekswi oleh mikobakterium pembesaran kelenjar berjalan


minguan-bulan, walaupun dapat mendadak, KGB menjadi fluktuatif dan
kulit diatasnya menjadi tipis, dan dapat pecah dan terbentuk jembatan-
jembatan kulit di atasnya.
Tanda-tanda Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-
penyerta bintik merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri
(sign) streptokokus. Adanya selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit
yang sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan
lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri.
Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi
epstein barr virus. Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik
mengarahkan kepada campak. Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan
(bintik merah yang tidak hilang degnan penekanan), memar yang tidak
jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada
leukomia. Demam panjang yang tidak berespon dengan obat demam;
kemerahan pada mata; peradangan pada tenggorok, “strawberry tongue”;
perubahan pada tangan dan kaki (bengkak, kemerahan pada telapak
tangan dan kaki); limfadenopati satu sisi (unilateral) mengarahkan kepada
penyakit kawasaki.

Alur Diagnosis

diambil dari RCH

Diagnosis banding :

Benjolan di leher yang seringkali disalahartikan sebagai pembesaran KGB leher :

 •Gondongan : pembesaran kelenjar parotits akibat infeksi virus, sudut rahang


bawah dapat menghilang karena bengkak
 •Kista duktus tiroglosus : berada di garis tengah dan bergerak dengan menelan
 •Kista dermoid : benjolan di garis tengah dapat padat atau berisi cairan
 •Hemangioma : kelainan pembuluh darah sehingga timbul benjolan berisi jalinan
pembuluh darah, berwarna merah atau kebiruan.

Tatalaksana

Tatalaksana pembesaran KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari
pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan
apapun selain dari observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat
menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi kelenjar getah bening. Biopsi dilakukan bila
terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasa, KGB yang menetap atau
bertambah besar dengan pengobatan yang tepat, atau diagnosis belum dapat ditegakkan.

Pembesarab KGB pada anak-anak biasanya disebabkan oleh virus dan sembuh sendiri,
walaupun pembesaran KGB dapat berlangsung mingguan. Pengobatan pada infeksi KGB
oleh bakteri (limfadenitis) adalah antibiotik oral 10 hari dengan pemantauan dalam 2 hari
pertama flucloxacillin 25mg/kgBB empat kali sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap
antibiotik golongan penisilin dapat diberikan cephalexin 25mg/kg (sampai dengan
500mg) tiga kali sehari atau eritromisin 15mg/kg (sampai 500mg) tiga kali sehari.

Bila penyebab limfadenopati adalah mikobakterium tuberkulosis maka diberikan obat


anti tuberkulosis selama 9-12 bulan. Bila disebabkan mikobakterium selain tuberkulosis
maka memerlukan pengangkatan KGB yang terinfeksi atau bila pembedahan tidak
memungkinkan atau tidak maksimal diberikan antibiotik golongan makrolida dan
antimikobakterium. Pemeriksaan penunjang bila limfadenopati akut tidak diperlukan,
namun bila berlangsung >2minggu dapat diperiksakan serologi darah untuk epstein barr
virus, citomegalovirus, hiv, toxoplasma; tes mantoux, rontgen dada, biopsi dimana
semuanya disesuaikan dengan tanda dan gejala yang ada dan yang paling mengarahkan
diagnosis.

Kesimpulan

Pembesaran kelenjar getah bening daerah leher biasa ditemukan dan umumnya tidak
berbahaya. Observasi merupakan hal utama. Diagnosis didapatkan dari wawancara
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang apabila diperlukan. Bila diagnosis belum
dapat ditentukan dan tidak didapatkan tanda dan gejala ke arah keganasan dapat
doibservasi daulu selama 3-4 minggu.

Bahan bacaan :

 1.Ferrer R. Lymphadenopathy : Differential diagnosis and evaluation. AAFP


(58);6.1998. Diakses dari http://www.aafp.org/afp/981015ap/ferrer.html
 2.Leung AKC, Robson WLM. Childhood Cervical Lymphadenopathy. Diakses
dari http://www.medscape.com/viewarticle/467025
 3.Peters TR, Edwards KM. Cervical Lymphadenopathy and Adenitis. Pediatrics in
Review (21);12.2000
 4.Bazemore A, Smucker DR. Lymphadenopathy and Malignancy. Am Fam
Physician 2002;66:2103-10. Diakses dari
http://www.aafp.org/afp/20021201/2103.html
 5.Royal Children Hospital. Cervical Lymhadenopathy. Diakses dari
http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?doc_id=5166

Oleh : dr. Anto

Askep Limfadenopaty

A. Pengertian
Limfadenopati adalah suatu tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi (Tambayong, 2000;
52).
Limfadenopati adalah digunakan untuk menggambarkan setiap kelainan kelenjar limfe
(Price, 1995; 40).
Limfadenopati adalah pembengkakan kelenjar limfe (Harrison, 1999; 370).
Dari pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Limfadenopati adalah
kelainan dan pembengkakan kelenjar limfe sebagai tanda dari infeksi berat dan
terlokalisasi.

B. Etiologi
1. Peningkatan jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi terhadap antigen.
2. infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe.
3. Proliferasi in situ dari limfosit maligna atau makrofag.
4. infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastatik.
5. Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung metabolit dalam penyakit
cadangan lipid.
(Harrison, 1999; 370)

BAB II

A. DEFINISI

Ventrikel septum defek yaitu kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum
interventrikuler, lubangtersebut dapat hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan
fungsi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan, sehingga darah bisa
mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya.
VSD yaitu defek yang biasanya terjadi pada septum pars membranaseum dan terletak
dibawah katup aorta kadang defek terjadi pada pars muscolorum.
VSD perimembraneus dapat pula terletak baik dibawah cincin katup aorta maupun
pulmonal, keadaan ini disebut “ doubly commited vsd “
VSD biasanya bersifat tunggal tetapi dapat pula multiple, vsd muskuler yang multiple
disebut “ swiss cheese vsd “.

B. ETIOLOGI

Lebih dari 90% kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya adalah multi faktor. Faktor
yang berpengaruh adalah :
1. Faktor eksogen : berbagai jenis obat, penyakit ibu ( rubella, IDDM ), ibu hamil dengan
alkoholik.
2. Faktor endogen : penyakit genetik ( dowm sindrom ).

C. GAMBARAN KLINIS
Menurut ukurannya VSD dapat dibagi menjadi :
1. VSD kecil
a. Biasanya asimptomatik
b. Defek kecil 1 – 5 mm
c. Tidak ada gangguan tumbuh kembang
d. Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising peristaltik yang menjalar ke seluruh
tubuh perikardium dan berakhir pada waktu distolik karena terjadi penutupan VSD
e. EKG : dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas ventrikel kiri
f. Radiologi : ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau sedikit meningkat
g. Menutup secata spontan pada waktu umur 3 tahun
i. Tidak diperlukan kateterisasi jantung
2. VSD sedang
a. Sering terjadi simptom pada masa bayi
b. Sesek nafas pada waktu aktivitas terutama waktu minum, memerlukan waktu lebih
lama untuk makan dan minum, sering tidak mampu menghabiskan minuman dan
makanannnya
c. Defek 5 – 10 mm
d. BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
e. Mudah menderita infeksi biasanya memerlukan waktu lama untuk sembuh
paru tetapi umumnya responsif terhadap pengobatan
g. Takipnue
h. Retraksi
i. Bentuk dada normal
j. EKG : terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri maupun kanan , tetapi kiri lebih
meningkat
k. Radiologi : terdapat pembesaran jantung derajat sedang, conus pulmonalis menonjol,
peningkatan vaskularisasi paru dan pembesaran pembuluh darah di hilus

3. VSD besar
a. Sering timbul gejala pada masa neonatus
b. Dispnea meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam minggu
pertama setelah lahir
c. Pada minggu ke 2 atau 3 simptom mulai timbul akan tetapi gagal jantung biasanya baru
timbul setelah minggu ke 6 dan sering didahului infeksi saluran nafas bagian bawah
d. Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis karena
kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan
e. Gangguan tumbuh kembang
f. EKG : terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri
g. Radiologi : pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis yang tampak menonjol
pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan vaskularisasi paru perifer

D. PATOFISIOLOGI
VSD ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah mengalir
langsung antar ventrikel biasanya dari kiri ke kanan. Diameter defek bervariasi dari 0,5 –
3,0 cm. Kira – kira 20% dari defek ini pada anak adalah defek sederhana, banyak
diantaranya menutup secara spontan. Kira – kira 50 % - 60% anak – anak menderita
defek ini memiliki defek sedang dan menunjukkan gejalanya pada masa kanak – kanak.
Defek ini sering terjadi bersamaan dengan defek jantung lain. Perubahan fisiologi yang
terjadi sebagai berikut :
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah kaya oksigen
melalui defek tersebut ke ventrikei kanan.
2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya dipenuhi darah
dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vaskular pulmonar.
3. Jika tahanan pulmonar ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat menyebabkan
pirau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel kanan ke kiri
menyebabkan sianosis ( sindrom eisenmenger ).

E. PATHWAYS
Faktor Eksogen Faktor Endogen
Ventrikel Septum Defek

Pirau Ventrikel Kiri ke ventrikel kanan

Volume ke paru-paru meningkat

Volume sekuncup turun


Tekanan ventrikel kanan meningkat
Hipertropi otot ventrikel kanan
COP menurun
Hipertropi pulmonal
Aliran darah ke paru meningkat
Worklood
Kebutuhan O2 dan zat nutrisi untuk metabolisme tubuh tidak seimbang
Takipnoe, sesak nafas pada saat aktivitas (bermain)
Fibriotik katup arteri pulmonal
Atrium kanan tidak dapat mengimbangi peningkatan worklood
Berat badan sukar naik
Intoleransi Aktifitas
Aliran darah balik
ke ventrikel kiri
Pembesaran atrium kanan
Darah CO2 dan O2 bercampur

Penurunan curah jantung


Gejala CHP : murmur,
distensi vena jugularis,
edema hepatomegali
Mengalir ke seluruh tubuh
Nutrisi kurang terpenuhi
Sesak nafas pada waktu
makan atau minum
Gangguan tumbuh kembang
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK
1. Kateterisasi jantung menunjukkan adanya hubungan abnormal antar ventrikel
2. EKG dan foto toraks menunjukkan hipertropi ventrikel kiri
3. Hitung darah lengkap adalah uji prabedah rutin
4. Uji masa protrombin ( PT ) dan masa trombboplastin parsial ( PTT ) yang dilakukan
sebelum pembedahan dapat mengungkapkan kecenderungan perdarahan

G. KOMPLIKASI
1. Gagal jantung kronik
2. Endokarditis infektif
3. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonar
4. Penyakit vaskular paru progresif
5. kerusakan sistem konduksi ventrikel

H. PENATALAKSANAAN
1. VSD kecil tidak perlu dirawat, pemantauan dilakukan di poliklinik kardiologi anak.
2. Berikan antibiotik seawal mungkin
3. Vasopresor atau vasodilator adalah obat – obat yang dipakai untuk anak dengan VSD
dan gagal jantung misal dopamin ( intropin ) memiliki efek inotropik positif pada
miokard menyebabkan peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta
tekanan nadi. Sedang isoproterenol ( isuprel ) memiliki efek inotropik posistif pada
miokard menyebabkan peningkatan curah jantung dan kerja jantung.
4. Bayi dengan gagal jantung kronik mungkin memerlukan pembedahan lengkap atau
paliatif dalam bentuk pengikatan / penyatuan arteri pulmonar. Pembedahan tidak ditunda
sampai melewati usia prasekolah.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Kaji adanya komplikasi
2. Riwayat kehamilan
3. Riwayat perkawinan
4. Pemeriksaan umum : keadaan umum, berat badan, tanda – tanda vital, jantung dan paru
5. Kaji aktivitas anak

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya
suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada
saat makan dan meningkatnya kebutuhan anak.
4. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung.
5. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap keadaan post op
6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi.
7. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pemasangan
mesin jantung.
8. Gangguan rasa nyamam nyeri berhubungan dengan luka post op
9. Resiko komplikasi

C. INTERVENSI
Pre op
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya
suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
Intervensi
a. Monitor tinggi dan berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu
yang sama dan didokumentasikan dalam bentuk grafik.
Rasional : mengetahui perubahan berat badan.
b. Ijinkan anak untuk sering beristirahat dan hindarkan gangguan pasa saat tidur.
Rasional : tidur dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara pemakaian


oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk melakukan permainan dan aktivitas yang ringan.
Rasional : melatih klien agar dapat beradaptasi dan mentoleransi terhadap aktifitasnya.
b. Bantu klien untuk memilih aktifitas sesuai usia, kondisi dan kemampuan.
Rasional : melatih klien agar dapat toleranan terhadap aktifitas.
c. Berikan periode istirahat setelah melakukan aktifitas
Rasional : mencegah kelelahan berkepanjangan
.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada
saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Intervensi :
a. Hindarkan kegiatan perawatan yang tidak perlu pada klien
Rasional : menghindari kelelahan pada klien
b. Libatkan keluarga dalam pelaksanaan aktifitas klien
Rasional : klien diharapkan lebih termotivasi untuk terus melakukan latihan aktifitas
c. Hindarkan kelelahan yang sangat saat makan dengan porsi kecil tapi sering
Rasional : jika kelelahan dapat diminimalkan maka masukan akan lebih mudah diterima
dan nutrisi dapat terpenuhi
d. Pertahankan nutrisi dengan mencegah kekurangan kalium dan natrium, memberikan
zat besi.
e. Sediakan diet yang seimbang, tinggi zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang
adekuat.
f. Jangan batasi minum bila anak sering minta minum karena kehausan
Rasional : anak yang mendapat terapi diuretik akan kehilangan cairan cukup banyak
sehingga secara fisiologis akan merasa sangat haus.

4. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung


Intervensi :
a. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung , nadi perifer, warna dan kehangatan
kulit
Rasional : memberikan data untuk evaluasi intervensi dan memungkinkan deteksi dini
terhadap adanya komplikasi.
b. Tegakkan derajat cyanosis (misal : warna membran mukosa derajat finger)
Rasional : mengetahui perkembangan kondisi klien serta menentukan intervensi yang
tepat.
c. Berikan obat – obat digitalis sesuai order
Rasional : obat – obat digitalis memperkuat kontraktilitas otot jantung sehingga cardiak
outpun meningkat / sekurang – kurangnya klien bisa beradaptasi dengan keadaannya.
d. Berikan obat – obat diuretik sesuai order
Rasional : mengurangi timbunan cairan berlebih dalam tubuh sehingga kerja jantung akan
lebih ringan.

Post op
1. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap
Intervensi :
a. Orientasikan klien dengan lingkungan
b. Ajak keluarga untuk mengurangi klien jika kondisi sudah stabil
c. Jelaska keadaan yang fisiologis pada klien post op

2. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pemasangan


mesin jantung
Intervensi :
a. Batasi cairan
b. Monitor dan catat intake dan output
c. Monitor tanda – tanda penurunan cairan
d Monitor cairan dari drain toraks pada 4 – 6 jam pertama, tidak lebih dari 200 cc / jam

3. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi


Intervensi :
a. Berikan respirasi support ( 24 jam post op )
b. Analisa gas darah
c. Berikan chest terapi
d. Batasi cairan
e. Lakukan suction trache bronch
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post op
Intervensi :
a. Periksa sternotomi
b. Catat lokasi dan lamanya nyeri
c. Bedakan nyeri insisi dan angina
d. Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan obat – obat analgetik

5. Resiko komplikasi
Intervensi :
a. Berikan keluarga pendidikan kesehatan dalam rangka persiapan pulang / rehabilitasi
b. Diskusikan tentang penyakit klien selama fase penyembuhan
c. Aktifitas ditingkatkan secara bertahap
d. Berikan diet rendah garam
e. Timbang BB tiap hari

. Pengertian
Limfadenopati adalah suatu tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi (Tambayong, 2000;
52).
Limfadenopati adalah digunakan untuk menggambarkan setiap kelainan kelenjar limfe
(Price, 1995; 40).
Limfadenopati adalah pembengkakan kelenjar limfe (Harrison, 1999; 370).
Dari pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Limfadenopati adalah
kelainan dan pembengkakan kelenjar limfe sebagai tanda dari infeksi berat dan
terlokalisasi.

B. Etiologi
1. Peningkatan jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi terhadap antigen.
2. infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe.
3. Proliferasi in situ dari limfosit maligna atau makrofag.
4. infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastatik.
5. Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung metabolit dalam penyakit
cadangan lipid.
(Harrison, 1999; 370)

.
C. Patofisiologi
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular darah.
Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe jaringan, dan
limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung kembali
kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang menyolok pada
aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan akut,
lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama seperti yang terjadi
pada venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang
masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak
hanya aliran limfe yang bertambah , tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe
juga bertambah dengan cara yang sama.
Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan
karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan
mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan
cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer ketempat yang
jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular dapat menyebar.
Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional
yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau
bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar dan
akhirnya mencapai aliran darah. (Price, 1995; 39 - 40).
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang
kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya hitung
darah lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati sistemik tetap
terjadi tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan.
(Harrison, 1999; 372). Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur mame diamdil
melalui operasi dengan anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan, lalu secepatnya
dikirim kelaborat untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan untuk pemastian
diagnosis setelah operasi. ( Oswari, 2000; 240 ). Anestesi umum menyebabkan mati rasa
karena obat ini masuk kejaringan otak dengan tekanan setempat yang tinngi. ( Oswari,
2000; 34 ). Pada awal pembiusan ukuran pupil masih biasa, reflek pupil masih kuat,
pernafasan tidak teratur, nadi tidak teratur, sedangkan tekanan darah tidak berubah,
seperti biasa. (Oswari, 2000; 35).

D. Manifestasi klinis
Kelenjar limfoma cenerung teraba kenyal, seperti karet, saling berhubungan, dan tanpa
nyeri. Kelenjar pada karsinoma metastatik biasanya keras, dan terfiksasi pada jaringan
dibawahnya. Pada infeksi akut teraba lunak, membengkak secara asimetrik, dan saling
berhubungan, serta kulit di atasnya tampak erimatosa.
(Harrison, 1999; 370).

E. Pemeriksaan penunjang
1. Hitung darah lengkap.
2. Biakan darah.
3. Foto rontgen.
4. Serologi.
5. Uji kulit.
(Harrison, 1999; 372).

F. Penatalaksanaan medis dan bedah


Biopsi kelejar limfe.
(Harrison, 1999; 372).

G. Dasar data pengkajian Pasien


Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum.
Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi latihan.
Kebutuhan tidur dan dan istirahat lebih banyak.
Tanda : Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda lain yang
menunjukkan kelelahan.
Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, angina / nyeri dada.
Tanda : Takikardia, disrutmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa adalah
kejadian yang jarang).
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obstruksi duktus
empedu oleh pembesan nodus limfe (mungkin tanda lanjut).
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
Integritas ego
Gejala : Faktor stres, mis ; sekolah, pekerjaan, keluarga.
Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati.
Anseitas/takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan (kemoterapi
dan terapi radiasi)
Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan
sehubungan dengan kehilangan waktu bekerja.
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan dengan menjadi orang yang tergantung
pada keluarga.
Tanda : berbagai perilaku, mis ; marah, menarik diri, pasif.
Eliminasi
Gejala : Perubahan karakteristik urine dan/ atau feses.
Riwayat obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorpsi (infiltrasi dari
nudos limfa retroperitonial).
Tanda : Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran kanan atas dan pembesaran
pada palpasi (hematomegali).
Nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali).
Penurunan haluaran urine, urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretral/ gagal ginjal).
Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut).
Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia/kehilangan nafsu makan.
Disfagia ( tekanan pada esofagus )
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat tak dapat dijelaskan sama dengan 10%
atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda : pembengkakan pada wajah, leher, rahang, atau tangan kanan ( sekunder terhadap
kompresi vena kava superioroleh pembesaran nodus limfe).
Ekstrimitas: edema ekstrimitas bawah sehubungan dengan obstruksi vena kava inferior
dari pembesaran nodus limfe intraabdominal ( non-Hodgkin).
Asites ( obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa
intraab-dominal).
Neurosensori

Gejala : Nyeri syaraf ( neuralgia ) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran
nodus limfa pada brakial, lumbar, dan, pleksus sakral.
Kelamahan otot, parestesia
Tanda : Status mental: letargi, menarik diri, kurang minum terhadap sekitar.
Paraplegia ( kompresi batang spinal dari tubuh vetebral, keterlibatan diskus pada
kompresi/ degenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batang spinal).
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan / nyeri pada nodus limfa yang terkena, mis; pada sekitar
mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung ( kompresi vertebral ) ; nyeri tulang umum
( keterlibatan tulamg limfomatus )
Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda : Fokus pada diri sendiri; perilaku berhati – hati.
Pernafasan
Gejala : Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda : Dispnea; takikardia
Batuk kering non-produktif.
Tanda distres pernafasan, contoh peningkatan frekuensi pernapasan dan kedalaman,
penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/ paralisis laringeal(tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).
Keamanan
Gejala : Riwayat sering/adanya infeksi ( abnormalitas imunitas seluler pencetus untuk
infeksi virus herpes sismetik, TB, toksoplasmosis, atau infeksi bakterial ).
Riwayat mononukleus ( resiko tinggi penyakit hodgkin pada pasien dengan titer tringgi
virus Espstien – Barr ). Riwayat ulkus / perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari berakhir sampai beberapa minggu
( demam pel – Ebstain ) diikuti oleh periode demam; keringat malam tanpa mengigil.
Kemerahan/ pruritus umum.
Tanda : Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 380 C tanpa gejala
infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri, membenkak / membesar ( nodus servikal paling umum
terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan kanan; kemudian nudos aksila dan
mediastinal )
Nudus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tonsil.
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin ( vitiligo )
Seksualitas
Gejala : Masalah tentang fertilitas / kehamilan ( sementara penyakit tidak
mempengaruhi ).
Tetapi penurunan libido.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga ( lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin
dari pada populasi umum ).
Pekerjaan terpajan pada herbisida ( pekerja katu / kimia ).
Pertimbangan DRG
menunjukkan rerata lama dirawat 3,9 hari, dengan intervensi bedah, 10,1 hari.
Rencana pemulangan :
Dapat memerlukan bantuan terapi medik / suplai, aktivitas perawat diri dan/atau
pekerjaan rumah / transportasi, belanja.
( Doengos,1999; 605-607 )
H. Pathway dan masalah keperawatannya

Peradangan

Pembuluh darah

Cairan iterstisial ke saluran limfe jaringan

Peningkatan pada aliran limfe

Lapisan sel pembatas meregang

Kelenjar limfe membesar

Bahan interstisial yang masuk lebih banyak

Agen penyebab cidera terbawa cairan limfe

Pembuluh darah

Keseluruh tubuh

Penyebaran agen yang menular
Operasi/biopsi
Intoleransi aktifitas


Pembiusan biopsi

Pernafasan tidak teratur Mati rasa Kelemahan umum


Nyeri

Neuromuskular Dilakukan sayatan


Pembuluh darah Kulit terbuka
Resiko kekurangan volume cairan
Pola nafas tidak efektif
Resiko infeksi

Oeswari, 2000
Price, 1995
Harrison, 1999

I. Fokus intervensi.
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan: Mencapai penyembuhan tepat waktu,bebas drenase purulen atau eritema dan
tidak demam ( doengos, 1999; 796 – 797 )
Interensi :
- Tingkatkan cuci tangan yang baik pada setaf dan pasien.
- Gunakan aseptik atau kebersinan yang ketet sesuai indikasi untuk menguatkan atau
menganti balutan dan bila menangani drain.insruksian pasien tidak untuk menyentuh atau
menggaruk insisi
- Kaji kulit atau warna insisi. Suhu dan integrits: perhatikan adanya eritema /inflamasi
kehilangan penyatuan luka.
- Awasi suhu.adanya menggigil.
- Dorong pemasukan cairan,diey tinggi protein dengan bentuk makanan kasar.
- Kolaborasi berikan antibiotik sesuai indikasi

Rasional :
- Menurunkan resiko kontaminasi silang.
- Mencegah kotaminasi dan resiko infeki luka,dimana dapat memerlukan post prostese.
- Memberikan informasi trenteng status proses penyembuhan dan mewaspadakan staf
terhadap dini infeksi.
- Meskipun umumnya suhu meningkatpdad fase dini pasca operasi dan/atua adanya
menggigil biasanya mengindikasikan terjadinya infeksi memerlukan inetrvensi untuk
mencegah komplikasi lebih serius.
- Mempertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi untuk mendukung perfusi jaringan
dan memberikan nutrisi yang perlu untuk regenerasi selular dan penyembuhan jaringan.
- Mungkin berguna secara profilaktik untuk mencegah infeksi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas otot.
Tujuan: mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol / hilang.
( doengos, 1999; 915 – 917 )
Intervensi :
- Evaluasi rasa sakit secara regular (mis, setiap 2 jam x 12 ), catat karakteristik, lokasi n
intensitas ( skala 0-10 ).
- Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi.
- Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesui kebutuhan
- Lakukan reposisi sesui petunjuk, misalnya semi - fowler; miring.
- Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya latihan napas dalam, bimbingan
imajinasi, visualisasi.
- Berikan perwatan oral reguler.
Rasional:
- Sediakan informasi mengenai kebutuhan / efektifitas intervensi. Catatan: sakit kepala
frontal dan / atau oksipital mungkin berekembang dalam 24-72 jam yang mengikuti
anestesi spinal, mengharuskan posisi terlentang, peningkatan pemasukan cairan, dan
pemberitahuan ahli anestesi.
- Ketidaknyamanan mungkin disebabkan / diperburuk dengan penekanan pada kateter
indwelling yang tidak tetap, selang NG, jalur parenteral ( sakit kandung kemih,
akumulasi cairan dan gas gaster, dan infiltrasi cairan IV/ medikasi.
- Pahami penyebab ketidaknyamanan ( misalnya sakit otot dari pemberian suksinilkolin
dapat bertahan sampai 48 jam pasca operasi, sakit kepala sinus yang disosialisasikan
dengan nitrus oksida dan sakit tenggorok dan sediakan jaminan emosional. Catatan:
peristasia bagian-bagian tubuh dapat menyebabkan cedera saraf. Gejala – gejala mungkin
bertahan sampai berjam-jam atau bahkan berbulan – bulan dan membutuhkan wevaluasi
tambahan.
- Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semi – Fowler dapat
mengurangi tegangan otot abdominal dan oto punggung artritis, sewdangkan miring
mengurangi tekanan dorsal.
- Lepaskan tegangan emosional dan otot; tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin
dapat meningkatkan kemam puan koping.
- Mengurangi ketidaknyamanan yang di hubungkan dangan membaran mukosa yang
kering pada zat – zat anestesi, restriksi oral.

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan neouromuskular, ketidak imbangan


persptual.
Tujuan: Menetapkan pola nafas normal / efektif dan bebas dari sianosis dan tanda – tanda
hipoksai lain. ( doengos, 1999; 911 – 912 )
Intervensi:
- Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hipereksentensi rahang,
aliran udara feringeal oral.
- Obserefasi dan kedalamam pernafasan, pemakaian otot – otot bantu pernafasan,
perluasan rongga dada, retraksi atau pernafasan cuping hidung, warna kulit dan aliran
udara.
- Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernafasan dan jenis
pembedahan.
- Observasi pengembalian fungsi otot terutama otot pernafasan.
- Lakukan penghisapan lendir jika perlu.
- Kaloborasi: berikan tambahan oksigen sesui kebutuhan.
Rasional:
- Mencegah obstruksi jalan nafas.
- Dilakukan untuk memastikan efektivitas pernafasan sehingga upaya memperbaikinya
dapat segera dilakukan.
- Elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aspirasi dari muntah, posisi
yang benar akan mendoromg ventilasi pada lobus paru bagian bawah dan menurunkan
tekanan pada diafragma.
- Setekah pemberian obat – obat relaksasi otot selama masa intra operatif pengembalian
fungsi otot pertama kali terjadi pada difragma, otot – otot interkostal, dan laring yang
akan diikuti dengan relaksasi dengan relaksasi kelompok otot – otot utma seperti leher,
bahu, dan otot – otot abdominal, selanjutnya diikuti oleh otot – otot berukuran sedang
seperti lidah, paring, otot – otot ekstensi dan fleksi dan diakhiri oleh mata, mulut, wajah
dan jari – jari tangan.
- Obstruksi jalan nafas dapat terjadi karena danya darah atau mukus dalam tenggorok
atau trakea.
- Dilakukan untuk meningkatkan atau memaksimalkan pengambilan oksigen yang akan
diikat oleh Hb yang mengantikan tempat gas anestesi dan mendorng pengeluaran gas
tersebut melalui zat – zat inhalasi.

4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran


integritas pembuluh darah, perubahan dalam kemampuan pembekuan darah.
Tujuan: Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat, sebagaimana
ditunjukkan dengan tanda – tanda vital yang stabil, palpasi denyut nadi dengan kualitas
yang baik, turgor kulit normal, membran mukosa lembab, dan pengeluaran urine yang
sesui. . ( doengos, 1999; 913 – 915 )

Intervensi:
- Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran ( termasuk pengeluaran gastrointestinal ).
- Kaji pengeluaran urinarus, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan.
- Berikan bantuan pengukuran berkemih sesuai kebutuhan. Misalnya privasi, posisi
duduk, air yang mengalir dalam bak, mengalirkan air hamgat diatas perineum.
- Catat munculnya mual/muntah, riwayat pasien mabuk perjalanan.
- Periksa pembalut, alat drein pada intrval reguler. Kaji luka untuk terjadinya
pembengkakan.
- Kalaborasi: Berikan cairan pariental, pruduksi darah dean / atau plasma ekspander
sesuai petunjuk. Tingkatkan kecepatan IV jika diperlukan.
Rasional:
- Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan/
kebutuhan pemggantian dan pilihan – pilihan yang mempengaruhi intervensi.
- Mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada sistem
genitourinarius dan / atau struktur yang berdekatan.
- Meningkatkan relaksasi otot perineal dan memudahkan upaya pengosongan.
- Wanita, pasien dengan obesitas, dan mereka yang memiliki kecenderungan mabuk
perjalanan penyakit memiliki resiko mual/ muntah yang lebih tinggi pada masa pasca
operasi. Selain itu, semakin lama durasi anestesi, semakin resiko untuk mual, catatan:
Mual yang terjadi selama 12 –24 jam pasca operasi umumnya dibangunkan dengan
anestesi( termasuk anestesi regional ),. Mual yang bertahan lebih dari 3 hari pasca operasi
mungkin dihubungkan dengan pilihan narkotik untuk mengontrol rasa sakit atau tr erap
oabt – abatan lainnya.
- Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia / hemoragi.
Pembengkakan lokal mungkin mengindikasikan formasi hematoma/ perdarahan.
- Gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu penggantian
volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi, misalnya ketidak
seimbangan.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum; penurunan kekuatan /


ketahanan; nyeri.
Tujuan: Menunjukkan teknik / perilaku yang mampu memampukan kembali melakukan
aktivitas. . ( doengos, 1999;536 – 537 )

Intervensi:
- Tingkatkan tirah baring / duduk. Berikan linkungan tenang; batasi pengunjung sesui
keperluan.
- Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
- Tingkatkan aktivitas sesui toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sensipasi/
aktif.
- Dorong penggunaan teknik menejemen stres. Contoh relaksasi progresif, vissualisasi
bimbing imajinasi. Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton Tv, radio, dan
membaca.
- Berikan obat sesui indikasi, Sedatif, agen antiansietas, contoh Diazepam ( valium ),
Lorazepam ( ativam ).
Rasional:
- Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyipan energi yang digunakan untuk
penyembuhan. Aktivitas dengan posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran darah
kaki yang mencegah sirkulasi optimal kesel hati.
- Meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk
menurunkan resiko kerusakan jaringan.
- Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan
aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
- Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali perhatian, dan
meningkatkan koping.

Lebih lengkap disini: Askep Limfadenopaty | kumpulan askep askeb | download KTI
Skripsi | asuhan keperawatan kebidanan
http://terselubung.cz.cc/

Anda mungkin juga menyukai