Anda di halaman 1dari 27

EPIDEMIOLOGI DAN BIOSTATISTIKA

Oleh:
Evlin Kohar, S.Ked 04054821820019
Fianirazha Primesa Caesarani, S.Ked 04054821820111
M. Taufan Kurniawan, S.Ked 04054821820112

Pembimbing:
dr. Achmad Ridwan, MO, M.Sc

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT−ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2019

0
A. SOAL OUTBREAK
Di pagi tanggal 1 November, 1979, selama perjalanan haji ke Mekkah, epidemiologist
ditugaskan untuk menyelidiki kasus sakit perut dan diare yang dialami misi Kuwait medical di
holy masjid sebelum mengelilingi Ka’bah. Dia telah mempelajari bahwa kejadian yang sama
telah berkembang ke anggota misi. Pada malam ke Mina dia berinisiatif untuk melakukan
penyelidikan.

1. Informasi apa anda butuhkan untuk memutuskan apakah ini sebuah epidemik?

a. Apakah ini merupakan kasus baru?


b. Apakah kasus ini menyerang banyak anggota misi? Berapa jumlahnya?
c. Apakah penyakit ini menular?
d. Sejak kapan penyakit ini muncul?
e. Apa dampak yang ditimbulkan dari kasus ini?
Persiapan dikelompokkan dalam tiga kategori : Investigasi, administrasi, dan
konsultasi. Pertama, dibutuhkan pengetahuan ilmiah yang sesuai, perlengkapan dan
alat yang dibutuhkan dalam penyelidikan. Perlu diadakan pembahasan situasi dengan
pihak yang paham tentang penyakit, penyelidikan lapangan dan studi kepustakaan.
Konsultasi dengan staf laboratorium untuk memastikan bahan yang tepat untuk
dibawa, serta cara pengumpulan, penyimpanan dan teknik pengiriman yang sesuai
dengan prosedur administrasi. Kedua, harus diperhatikan prosedur administrasinya.
Di dinas kesehatan diperlukan rencana dan untuk mendapatkan ijin dan pengaturan
perjalanan. Ketiga, harus diketahui peran masing – masing petugas yang turun ke
lapangan. Siapakah yang diharapkan untuk memimpin penyelidikan ini, menjadi
konsultan staf local, ataukah hanya membantu dalam penyelidikan? Peran tersebut
harus disepakati sebelum turun ke lapangan. Harus diketahui pula siapa kontrak/mitra
kerja kelompok penyelidik ini di lapangan, kapan dan dimana kelompok akan
bertemu dengan staf lokal dan kontrak/mitra kerja setiba di lapangan.
Untuk menentukan apakah jumlah kasus yang sudah melampaui jumlah yang
diharapakan, biasanya dilakukan dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu
dengan jumlahnya beberapa minggu atau bulan sebelumnya atau beberapa tahun
sebelumnya. Sumber informasi bervariasi tergantung dari situasinya.
- Untuk penyakit yang harus dilaporkan, bisa digunakan catatan hasil
surveilans.

1
- Untuk penyakit/ kondisi yang lain, umumnya ada data setempat yang
tersedia – catatan keluar dari rumah sakit, statistik kematian, register kanker
atau cacat lahir, dll.
- Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau
data nasional, atau alternativ lain menyelenggarakan survei lewat telpon
kepada dokter-dokter untuk menentukan apakah mereka mengetahui
banyaknya kasus yang luar biasa

Epidemiologis telah menginterviu beberapa anggota misi yang sakit untuk


mengetahui karakeristik yang sakit. Berdasarkan interviu ini, epidemiologist secara
cepat menyiapkan sebuah kuesioner dan mengadakan interviu dengan 112 anggota
misi.
Total dari 66 kasus yang sakit tadi diidentifikasi, 2 telah sakit di Kuwait
sebelum dimulai perjalanan haji dan 64 telah mengalami sakit sejak sore 31
Oktober.

2. Adakah ini sebuah epidemik? Jelaskan jawaban anda.


a. Ya. Epidemik berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang
sejumlah besar orang di daerah yang luas. Epidemi dapat pula diartikan sebagai
peningkatan kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah
kasusnya maupun daerah terjangkit. Menurut Undang – undang RI No. 4 th. 1984
tentang wabah penyakit menular, epidemi adalah adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta
dapat menimbulkan malapetaka
b. Epidemik pada hakikatnya sama dengan outbreak. Outbreak biasanya digunakan
untuk suatu keadaan epidemik yang terjadi pada populasi dan area geografis yang
lebih terbatas atau tertutup seperti institusi, tempat kerja, atau sekolah yang terjadi
secara mendadak. Penggunaan masing - masing istilah tersebut ternyata sangat
subyektif (Gregg, 1986 ). Di Indonesia, pernyataan adanya wabah hanya boleh
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Peningkatan penderita penyakit/ kematian akan
dinyatakan sebagai suatu letusan penyakit (outbreak) bila kejadian tersebut terbatas
dan dapat ditanggulangi sendiri oleh Pemerintah Daerah atau dinyatakan kejadian

2
luar biasa (KLB atau unusual event), bila penanggulangannya membutuhkan bantuan
Pusat.

3. Kembangkan Definisi Kasus Awal

Kembangkan sebuah definisi kasus awal (preliminary).


Definisi kasus
Kasus gastroenteritis yang ditandai dengan diare, nyeri perut, mual, muntah (tidak
sering) dan pulih dalam 12-24 jam.
Waktu kejadian
Waktu kejadian kasus 31 Oktober 1979.
Tempat/orang
Tempat kejadian: Arafah.
Orang: 66 dari 112 anggota.

4. Buat daftar kategori penyakit secara garis besar yang harus dipertimbangkan
sebagai diagnosa banding dari outbreak penyakit gastrointestinal.

Diagnosis banding
1. Gastroenteritis akut e.c infeksi bakteri
2. Gastroenteritis akut e.c infeksi parasit
3. Keracunan makanan
4. Demam tifoid
Menurut agen penyakit
Berdasarkan penyebab penyakit bisa dibedakan menjadi penyebab bakteri, parasit,
virus.
Bakteri: Eschericia coli, Salmonella typhii, Salmonella paratyphii A/B/C,
Salmonella spp, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vibrio cholerae, Vibrio
parachemolyticus, Clostridium perfringens, Campylobacter (Helicobacter) jejuni,
Staphylococcus spp, Streptococcus spp, Yersinia intestinalis, Coccidosis.
Parasit
Protozoa: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Isospora
sp.

3
Cacing: Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Necator americanus,
Trichuris trichiura, Oxyuris vermicularis, Taenia saginata, Taenia sollium
Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus

Diagnosis banding menurut agent penyakit

Organisme Inkubasi Gejala Cara Penularan

Diare mendadak tanpa rasa sakit perut,


Jam – 5 kadang-kadang muntah, tinja Makanan dan minuman
V. cholerae
hari mengucur seperti air cucian beras, yang terkontaminasi
berbau amis, asidosis, dan dapat syok

12 – 24 Daging, unggas, susu dan


Salmonella spp Diare, demam, sakit perut
jam telur yang terkontaminasi

Diare, sakit perut, tenesmus, tinja Makanan saus dan kaleng


Shigella spp 2 – 3 hari
berlendir yang terkontaminasi

Makanan dan minuman


E. coli 3 - 4 hari Diare
yang terkontaminasi

Diare, sakit perut, mual, muntah,


Vibrio Makanan laut yang
2 – 3 hari demam, sakit kepala, kadang-kadang
parahaemolyticus terkontaminasi
seperti disentri

Daging, telur, makanan


Staphylococcus Mual, muntah, sakit perut, diare, suhu
2 – 6 jam kaleng dan roti yang
aureus badan tinggi
terkontaminasi

6 – 24 jam,
Clostridium Daging, makanan kaleng
biasanya Diare, sakit perut, mual
perfringens yang terkontaminasi
10 -12 jam

4
Bubur kaleng dan puding
Bacillus cereus 1 – 6 jam Diare, muntah, mual
yang terkontaminasi

Streptococcus Makanan yang


5 – 20 jam Mual, muntah, diare
faecalis terkontaminasi

Makanan kaleng yang


Enterococcus 2 – 18 jam Mual, muntah, diare
terokntaminasi

5. Apa informasi klinis dan epidemiologi yang dapat menolong menentukan


etiologi agent penyakit?
Pada kasus, ditemukan 66 anggota yang mengalami gejala gastroenteritis setelah
mengonsumsi makanan. Onset kejadian terjadi secara akut, yang ditandai dengan
diare. Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek/cair yang frekuensinya
lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari). Selain itu, sebagian besar
anggota juga mengalami nyeri perut. Mual, muntah, dan darah dalam tinja terjadi
tidak sering ditemukan pada setiap anggota. Tidak ada kasus yang dilaporkan dengan
demam. Semua anggota pulih dalam 12-24 jam.
Penyebaran gastroenteritis adalah secara fecal-oral, seperti melalui tangan yang
kotor, lalat, dan sanitasi yang buruk. Kejadian gastroenteritis dipengaruhi oleh 3
faktor, yakni faktor agen penyebab, faktor pejamu, dan faktor lingkungan atau
perilaku. Agen penyebab gastroenteritis memiliki tingkat virulensi dan masa inkubasi
yang beragam, serta memberikan gejala klinis yang berbeda-beda (Tabel X). Faktor
pejamu yang berisiko rentan terhadap gastroenteritis adalah seseorang yang kurang
gizi, ada penyakit penyerta, dan keadaan imunodefisiensi/ imunosupresi. Faktor
lingkungan atau perilaku yang perlu diperhatikan antara lain makan makanan basi
atau yang telah tercemar kuman, tidak mencuci tangan sebelum makan, setelah buang
air besar, dan setelah melakukan aktivitas yang mengotori tangan, serta membuang
tinja dan sampah sembarangan yang mempercepat pertumbuhan kuman.

6. Investigator Kuwait membagikan kuesioner ke semua anggota missi.


Informasi apa yang harus dimasukkan dalam kuesioner tersebut ?
Informasi yang dibutuhkan dalam kuesioner

5
 Informasi identitas responden (anggota misi Kuwait) mencakup :
- Nomor
- Nomor kartu identitas
- Nama lengkap minimal dua suku kata
- Tanggal lahir/umur
- Jenis kelamin
- Ras
 Informasi faktor risiko (penyebab)
- Pukul berapa anggota missi makan
- Apa jenis makanan yang dimakan anggota
- Berapa banyak makanan yang dimakan angggota
- Apakah ada makanan yang dibawa pulang
- Apakah anggota ada mengonsumsi makanan lain diluar makanan yang biasa
dikosumsi dalam kurun waktu tiga hari terakhir ini
- Apakah jenis makanan yag dikonsumsi sebelumnya
- Apa ada makanan lain yang dikonsumsi setelah makan makanan di Minah
 Informasi klinis (gejala, onset, lama gejala, lab)
- Kapan gejala pertama muncul
- Apa gejala yang muncul
- Berapa lama gejala tersebut muncul
- Apakah gejala hilang dengan sendirinya
- Apakah angota pernah mengalami gejala yang sama sebelumnya
- Apakah angggota mengosumsi obat untuk menghilangka gejala

7. Hitung attack rate yang makan dan yang tidak makan. Apa yang anda
simpulkan ? Lihat tabel 6.8.
Investigator menentukan bahwa 64 kasus mulai sakit selama perjalanan haji, semua
yang telah makan siang di Arafah pada pukul 2.00 p.m. pada 31 Oktober. 15 anggota
missi tidak makan siang: tidak ada yang sakit.
Tabel 6.8 informasi yang telah dikumpulkan oleh investigator. Dua anggota yang
sakit sebelum 31 Oktober telah dikeluarkan. 15 anggota yang tidak makan tidak
termasuk dalam tabel tersebut.
Menentukan Attack Rate:

6
Rumus Attack Rate (AR): Jumlah penyakit baru
------------------------------------------------------------------------ k
Jumlah populasi berisiko (dalam waktu wabah berlangsung)

64
Attack rate (anggota missi yang makan) : 112 X 100% = 57,14%

15
Attack rate (anggota missi yang tidak makan) : 112X100% = 13,39%

Kesimpulan : terdapat perbedaan angka serangan (attack rate) antara orang-orang


yang makan dan yang tidak makan terhadap penyakit (enteritis) sebesar 43,75%.
Berdasarkan data tersebut dicurigai telah terjadi wabah akibat keracunan makanan,
karena ditemukan lebih dari penderita dengan gejala yang serupa berupa gangguan
pencernaan sesudah memakan makanan yang sama.

8. Dengan menggunakan priode waktu yang tepat, gambar sebuah kurva


epidemiologik !

Keterangan Kurva:
Min 3 jam
Max 33 jam
Mean 13 jam
Median 13,5 jam
Modus 13 jam
Range 30 jam
Standar Deviasi 3,27
CI 95% 0,05

7
9. Adakah kasus yang waktu timbulnya sakit tampak tidak konsisten? Jelaskan !
Ada. Rerata waktu yang diperlukan dari makan hingga timbulnya keluhan adalah
sekitar 6-24 jam. Tetapi ada keluhan dari penderita yang muncul kurang dari 6 jam
atau lebih dari 24 jam.

31 36 M Oct,31 5 X x x D C BS
p.m
77 28 M Oct,31 5 X x D C
p.m

75 45 M Nov.1 5 pm X x X D BS
95 40 M Nov.1 11pm X x X D C

Berdasarkan kurva epidemiologik terlihat ada waktu timbulnya sakit tidak


konsisten. Kasus induk terjadi pada tanggal 31 Oktober 1979 pukul 05.00 pm. Puncak
kasus terjadi pada tanggal yang sama pukul 03.00 am sebanyak 13 kasus. Sedangkan
kasus terakhir pada tanggal 1 November 1979 pukul 11 pm sebanyak satu kasus.
Kasus terakhir mempunyai masa inkubasi yang panjang yaitu 33 jam dengan
terdapat periode kasus yang hilang. Satu kasus yang terjadi ini patut dicurigai apakah
masih berhubungan dengan kasus yang pertama muncul akibat sumber penularan
makanan atau awal kasus baru akibat sumber penularan yang lain contohnya dari
orang ke orang.
Berdasarkan tipe kurva epidemik, kurva ini termasuk common source, banyak
penderita timbul gejala secara serentak akibat penularan dari satu sumber dalam waktu
yang sama dan singkat.
Adanya kasus yang tidak konsisten dalam peristiwa ini, dimana terdapat lebih
dari satu makanan yang dimakan penderita, maka secara teoritis akan terdapat suatu
hubungan antara penderita yang sakit dengan satu macam makanan tertentu yang telah
dimakan. Penderita yang makan 100% sakit dan tidak makan 100% tidak sakit. Tetapi
yang terjadi tidak demikian.
Hal ini bisa terjadi akibat resistensi atau kerentanan individu, jumlah makanan
yang dimakan tidak sama, distribusi organisme atau toksin pada makanan tidak sama,
definisi atau kriteria orang sakit tidak jelas sehingga kemungkinan ikutnya penyakit
lain yang tidak ada hubungannya dengan penyakit yang diselidiki, terjadi kontaminasi

8
silang dari suatu makanan kepada yang lain, kesalahan saat mengambil suatu
anamnesa, kesalahan mengambil sampel, kemungkinan adanya gejala psikosomatis
pada individu yang diwawancarai.
Selain itu, kesalahan juga sering terjadi pada pembuatan kurva epidemik adalah
penetapan interval waktu. Pemilihan interval waktu yang terlalu panjang akan
menyembunyikan perbedaan kecil pada distribusi sehingga menyembunyikan puncak
kasus sedangkan pemilihan interval yang terlalu pendek akan menimbulkan puncak
palsu.

10. Modifikasi grafik yang telah digambarkan (Pertanyaan 8) untuk mengilustrasikan


distribusi masa inkubasi.

Masa Inkubasi
14

12

10
Jumlah kasus

6
Masa Inkubasi
4

31 Oktober 1 November

Periode inkubasi (jam)

9
11. Tentukan atau hitung minimum, maksimum, mean, median, mode, range , standar
deviasi priode inkubasi.
Min 3 jam
Max 33 jam
Mean 13 jam

Median 13,5 jam


(𝑛+1)
Median= 2

Modus 13 jam

Range 30 jam
Range = Nilai maksimum – Nilai minimum

Standar Deviasi 3,27

CI 95% 0,05

10
Dilihat dari median inkubasinya selama 13,5 jam, kemungkinan organisme penyebab
timbulnya gejala atara lain Salmonella spp., Clostridium perfringens, Streptococcus faecalis,
dan Enterococcus.

12. A. Hitung frekuensi masing-masing gejala klinis dari semua kasus.


Frekuensi dari masing-masing gejala klinis
 Diarrhea 62 kasus
 Cramps 52 kasus
 Blood in Stool 8 kasus
 Nausea 2 kasus
 Vomiting 2 kasus
 Fever 0 kasus

B. Bagaimana informasi gejala dan periode inkubasi menolong anda mempersempit


diagnosa banding? ( Anda dapat merujuk ke Ringkasan Kompendium
Keracunananmakanan akut penyakit GE, appendix E).
Jawab:
Informasi gejala dan periode inkubasi dapat membantu mempersempit
diagnosa banding sehingga tatalaksana dapat diberikan dengan tepat. Beberapa
organisme yang dapat menimbulkan gejala antara lain V. cholerae, Salmonnella
spp., Shigella spp., E. coli, Vibrio parahaemolyticus, Staphylococcus aureus,
Clostridium perfringens, Bacillus cereus, Streptococcus faecalis, Enterococcus.
Organisme-organisme tersebut dapat ditemukan dalam makanan yang
terkontaminasi yang dapat menyebabkan gejala-gejala seperti diare, sakit perut,
demam, mual muntah, BAB berdarah, dan lain-lain.
Diagnosa banding kemudian dipersempit lagi dengan menentukan median
dari waktu inkubasi, yaitu 13.5 jam. Organisme yang termasuk dalam median
waktu inkubasi antara lain Salmonella spp., Clostridium perfringens,
Streptococcus faecalis, dan Enterococcus.

11
12
13
Pertanyaan 13a. Dengan mengunakan riwayat mengkonsumsi makanan pada tabel 6.8.
lengkapi item 7 dari form laporan appendix F ” Penyelidikan out break Keracunan
makanan”
Food specific attack rate (item 7 Form investigasi outbreak karena makanan)
Food Jumlah orang yang makan spesifik Jumlah orang yg tidak makan
item food spesifik food
disajikan
Sakit Sehat Total Attack Sakit Sehat Total Attack
rate Rate
Nasi 62 31 93 66,7% 2 0 2 100%
Daging 63 25 88 71,6% 1 6 7 14,3%
Saus 51 26 77 66,2% 13 5 18 72,2%
Tomat

Anda dapat menganalisa data dengan tabel 2x2


Nasi
Sakit Sehat Total
Makan 62 31 93
Tidak 2 0 2
makan
Hitung RR
RR = (a/a+b)/(c/c+d) = (62/93) / (2/2) = 0,67

Daging
Sakit Sehat Total
Makan 63 25 88
Tidak 1 6 7
makan
Hitung RR
RR = (a/a+b)/(c/c+d) = (63/88) / (1/7) = 5
Makna: orang yang makan daging 5 kali lebih mungkin terkena gastroenteritis daripada yang
tidak makan daging.

14
Saus tomat
Sakit Sehat Total
Makan 51 26 77
Tidak 13 5 18
makan

Hitung RR
RR = (a/a+b)/(c/c+d) = (51/77) / (13/18) = 0,92

Pertanyaan 13b. Adakah perhitungan disini menolong anda untuk menentukan


makanan yang mana yang telah disajikan pada makan siang tsb. yang bertanggung
jawab terjadinya outbreak?
Ya, ada. Kecurigaan makanan yang menyebabkan outbreak pada kasus ini adalah daging.

Pertanyaan 14. Buat rencana penyelidikan lebih lanjut yang mana harus dilakukan.
Buat daftar satu atau beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kontaminasi
makanan.
Rencana penyelidikan lebih lanjut
Melakukan studi epidemiologi, lingkungan dan laboratorium (sampel pangan dan spesimen
darah, tinja);
 Selidiki sumber yang mungkin menjadi penyebab atau merupakan faktor yang ikut berperan
 Ambil specimen dan sampel pemeriksa di laboratorium
Melakukan tindakan penanggulangan dan pencegahan
 Tentukan cara penanggulangan yang paling efektif.
 Lakukan surveilence terhadap penyakit dan faktor lain yang berhubungan.
 Tentukan cara pencegahan dimasa akan datang
Mengkomunikasikan temuan
Mengevaluasi dan meneruskan surveilans
Faktor terjadinya suatu outbreak
a. Herd immunity yang rendah adalah daya tahan masyarakat terhadap penyebran penyakit
infeksi karena sebagian besar anggota masyarakat memiliki kekebalan terhadap penyakit
infeksi tersebut. Dalam keadaan tertentu herd immunity ini bisa menurun sehingga terjadi
wabah.

15
b. Patogenesis adalah kemampuan bibit penyakit untuk dapat menimbulkan suatu penyakit.
c. Lingkungan yang buruk adalah seluruh kondisi yang terdapat disekitar mikroorganisme
tetapi mempengaruhi kehidupan atau perkembangan mikroorganisme tersebut.

Daftar faktor yang dapat mengakibatkan kontaminasi makanan:


 Tempat pengolahan makanan tidak sesuai standar sanitasi.
 Bahan makanan tidak segar dan sudah tercemar.
 Penyimpanan bahan makanan (suhu, cara penyimpanan) yang tidak baik
 Pengolahan bahan makanan (pencucian bahan mentah, penjamah/pengolah makanan, proses
memasak, penggunaan bahan makanan tambahan, cara pengolahan, penggunaan peralatan)
yang tidak sesuai aturan dan prinsip higienitas dan sanitasi
 Penyimpanan makanan (peralatan, suhu, tempat, cara penyimpanan) tidak baik
 Pengangkutan makanan (suhu makanan saat diangkut, pengemasan, peralatan) tidak baik
 Penyajian makanan (makanan disajikan tanpa pemanasan ulang yang benar, wadah, alat
makan) tidak baik
 Pengawasan kerja yang kurang baik dan tidak sesuai standar

Pertanyaan 15. Dalam konteks outbreak, apa tindakan pengendalian akan anda
rekomendasikan?
Jika sumber wabah sudah diketahui maka kita dapat melakukan pengendalian awal pada
agent, sumber atau reservoir, misalnya menghilangkan/memusnahkan makanan terinfeksi,
memindahkan penjamah makanan, melakukan pengobatan dan perawatan anggota misi yang
sakit oleh tenaga medis. Perlu juga dilakukan pencarian apakah masih ada kasus baru lainnya.
Setelah dilakukan penanganan dan pengendalian awal, lakukan evaluasi mengenai proses
pengolahan, penyajian dan pendistribusian makanan. Hal yang penting juga perlu diberikan
penyuluhan kepada pihak penyedia jasa makanan dan para anggota misi.
Seharusnya dilakukan pemeriksaan sampel sisa makanan, terutama daging yang
dicurigai sebagai penyebab munculnya outbreak. Tetapi pada kasus ini tidak ada sisa makanan
dan kurangnya fasilitas laboratorium. Selain itu, dapat pula dilakukan pencegahan sekunder
agar tidak terjadi kasus serupa lagi misalnya dengan imunisasi.

Pertanyaan 16. Adakah itu penting untuk disiapkan/disusun/ditarik pelajaran dari


outbreak ini?. Sebutkan alasan mengapa penting

16
Alasan mengapa penting ditarik pelajaran dari outbreak ini adalah untuk meningkatkan
kewaspadaan terutama terhadap kebersihan yang dapat berdampak besar pada kesehatan. Hal
tersebut juga dapat mengganggu aktivitas para anggota saat menunaikan ibadah haji. Selain itu,
hal ini penting untuk pihak penyedia jasa makanan mengenai manajemen pengolahan makanan
yang baik dan higienis agar tidak terjadi lagi kasus keracunan makanan di waktu mendatang.

17
LATIHAN PWS
PWS CAMPAK
Jumlah kasus baru penyakit campak yang berobat ke puskesmas menurut gol. umur
Kab.Muaraenim, tahun 2001
1. Buat grafik trend perbulan selama 2001-2004 dan interpretasikan

Jawab :

th 2001-2004
200
150
100
th 2001-2004
50
0
J M M Jl S N J M M Jl S N J M M Jl S N J M M Jl S N

Interpretasi :
Grafik diatas menunjukan terjadi peningkatan kejadian (epidemi/KLB) penyakit campak
pada bulan Mei 2001 sebesar 185 kasus, bulan September dan Oktober tahun 2002,
Oktober tahun 2003, dan Januari, Maret, Agustus, dan September tahun 2004. Penyakit
campak mungkin dipengaruhi oleh musim, dari grafik diatas dapat dilihat angka kejadian
penyakit campak meningkat pada bulan-bulan menjelang musim hujan (pancaroba) dan
musim hujan. Tidak ada siklus pada penyakit campak, hanya perlu juga dilakukan
penelitian pada kurun waktu tersebut terutama Mei 2001 dan September-Oktober 2002
karena angka peningkatannya sangat drastis. Grafik diatas juga mengambarkan bahwa
angka kejadian penyakit campak mengalami peningkatan yang hampir konstan mulai dari
Januari – Oktober 2004.
Rata-rata 28,1 kejadian campak
Target Imunisasi Campak 80-91% tahun 2010-2015

18
2. Buat grafik pola penyakit maksimum dan minimum dengan menggunakan median
perbulan tahun 2001 sd 2004, Kemudian gambarkan juga pada grafik yg sama kasus
campak perbulan tahun 2005 perbulan, bandingkan dan Interpretasikan trend tahun
2005
Jawab :

60

50

40

Pola penyakit
30
Tahun 2005
20

10

-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Intrepretasi :
Grafik diatas menunjukan bahwa terjadi penurunan angka kejadian penyakit campak
bulan Januari-Juli tahun 2005 dan tidak ada kejadian luar biasa penyakit campak pada
bulan Januari-Juli tahun 2005 karena masih mengikuti pola penyakit bahkan angkanya
menurun.

19
PWS IMUNISASI
1. Buat Grafik PWS cakupan Imunisasi sampai Juli 2016 perdesa di wilayah kerja
Puskesmas A dan trend per desa dan puskesmas
2. Lakukan analisis tabel cakupan IMUNISASI di semua desa ( Bandingkan cakupan
terhadap Target, terhadap cakupan bulan yang lalu) status per desa
3. Apa saran tindak lanjutnya?

Jawab :

Kumulatif sd Juni
90
82.5
75
67.5
Imunisasi Campak

Target 52,5 %
60
52.5
45
37.5
30
22.5
15
7.5
0
Puskes
Desa A Desa B Desa C Desa D Desa E
mas
Kumulatif sd Juni 60 50 58 40 30 40

%Bulan ini 20 10 10 8 5 8
%Bulan lalu 10 7.5 6 8 5 7
Trend = =

Target Imunisasi Campak sampai Bulan Juli 2016 52,5 %, target sampai akhir Desemmber
2016 90%
DESA/ CAKUPAN CAKUPAN TERHADAP STATUS
KEL TEERHADAP TARGET BULAN YG LALU
DIATAS DIBAWAH NAIK TURUN TETAP
A + + BAIK

B + + KURANG
C + + BAIK
D + + KURANG
E + + KURANG

20
Tindak lanjut
Status Tindak lanjut
Baik-Cukup Desa yang berstatus baik atau cukup, pola penyelenggaraan
imunisasi perlu dilanjutkan dengan penyesuaian tertentu
sesuai kebutuhan
Kurang- Jelek Desa berstatus kurang atau jelek memerlukan analisis lebih
mendalam serta dicari penyebab rendahnya atau menurunnya
cakupan bulanan sehingga dapat diupayakan cara
penanganan masalah secara lebih spesifik

21
KASUS KLB NURSING HOME

Tabel 1.
Karakterisitik Penghuni ”Nursing Home” Selama KLB Diare, Pada Januari 2001
Penghuni Umur Sex Kamar Menu Diare Tanggal sakit
1 71 P 103 A Ya 15/1
2 72 P 105 A Ya 23/1
3 69 P 105 A Tidak
4 68 P 106 B Ya 18/1
5 70 L 107 B Tidak
6 64 L 109 A Ya 16/1
7 68 L 111 A Ya 18/1
8 64 P 111 A Ya 20/1
9 73 L 104 C Tidak
10 69 L 104 C Tidak
11 71 P 231 A Ya 14/1
12 68 P 231 D Ya 15/1
13 75 P 235 D Tidak
14 73 L 226 A Ya 13/1
15 68 L 226 A Ya 16/1
16 73 L 230 A Ya 13/1
17 74 L 232 E Tidak
18 72 P 234 A Ya 12/1
19 77 P 234 D Ya 14/1
20 72 P 236 A Ya 13/1
21 70 P 236 D Tidak
22 68 L 237 A Tidak
23 67 L 237 A Tidak
24 74 P 225 F Tidak
25 73 P 225 C Tidak

1) Buat kurva epidemi kasus diare. Anda menyampaikan laporan KLB melalui telepon
mengenai KLB tsb ke Dinas Kesehatan Kabupaten X, apa yang saudara bicarakan
berdasarkan grafik tersebut.

22
2) Buat sebuah tabel dari diare menurut jenis menu. Gunakan status diare sebagai label
kolom dan menu sebagai label pada baris.

3) Buat tabel 2 x 2 kejadian diare menurut paparan terhadap menu A.

4) Berapa kali risiko kejadian diare pada penghuni yang makan menu A?
Odds ratio = AD/BC = 11 x 8/3 x 3
= 88/9
= 9,778
Jadi pada orang yang mengonsumsi makanan A, resiko terjadinya diare 9,7 kali lipat
dibanding yang tidak mengonsumsi makanan A.

23
PWS DBD

Rekapitulasi Mingguan PWS KLB DBD minggu ke 40-51 di wilayah


kerja Puskesmas X tahun 2014

Desa Minggu 4 41 42 43 44 45 46 47 48 49 5 5
Ke 0 0 1
Ds A Kasus 0 1 2 1 1 1 0 1 0 0 0 0
Mngl 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ds B Kasus 0 3 5 10 3 3 3 1 0 0 0 2
Mngl 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0
Ds C Kasus 0 2 3 3 2 1 1 1 0 0 0 0
Mngl 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total K 2 6 10 14 6 5 4 3 0 0 0 0
M 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0

24
Interpretasi :
Grafik diatas menunjukan terjadi peningkatan kejadian (epidemi/KLB) penyakit DBD pada
minggu ke 40 sampai minggu ke 43 hingga terdapat 14 kasus baru dan 2 kasus meninggal,
kemudian terjadi penurunan kasus DBD hingga tidak ada sama sekali kasus DBD pada
minggu ke 48. Penyakit DBD mungkin dipengaruhi oleh musim. Terjadinya peningkatan
pada 3 minggu pertama disertai penurunan pada 5 minggu berikutnya, menunjukkan
adanya peran tenaga kesehatan dan masyarakat yang sukup baik untuk mengurangi jumlah
kasus DBD, hanya perlu juga dilakukan penelitian pada kurun waktu tersebut terutama
minggu ke 40 sampai minggu ke 43 karena angka peningkatannya sangat drastis. Rata-rata
kejadian DBD di seluruh desa adalah 4,16. Dan jumlah yang meninggal adalah 3 orang.
Kasus DBD terbanyak terjadi di desa B dan terendah di desa A. Maka perlu adanya prioritas
promosi kesehatan yang dilakukan di desa A.

Rekapitulasi Mingguan PWS KLB DBD minggu ke 40-51


di RS X tahun 2014

Desa Minggu Ke 40 41 42 43 44 45 46 4 4 4 5 5
7 8 9 0 1
Ds A Kasus 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
Mngl 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ds B Kasus 0 3 5 8 2 3 3 1 0 1 0 2
Mngl 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ds C Kasus 0 1 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0
Mngl 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total K 2 4 8 11 4 5 4 3 1 1 0 0
M 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

25
Grafik diatas menunjukan terjadi peningkatan kejadian (epidemi/KLB) penyakit DBD pada
minggu ke 40 sampai minggu ke 43 hingga terdapat 11 kasus baru dan 1 kasus meninggal
pada minggu ke 42, kemudian terjadi penurunan kasus DBD hingga tidak ada sama sekali
kasus DBD pada minggu ke 50. Penyakit DBD mungkin dipengaruhi oleh musim.
Terjadinya peningkatan pada 3 minggu pertama disertai penurunan pada 7 minggu
berikutnya, menunjukkan adanya peran tenaga kesehatan dan masyarakat yang sukup baik
untuk mengurangi jumlah kasus DBD, hanya perlu juga dilakukan penelitian pada kurun
waktu tersebut terutama minggu ke 40 sampai minggu ke 43 karena angka peningkatannya
sangat drastis. Rata-rata kejadian DBD di seluruh desa adalah 3,58. . Dan jumlah yang
meninggal adalah 1 orang Kasus DBD terbanyak terjadi di desa B dan terendah di desa A.
Maka perlu adanya prioritas promosi kesehatan yang dilakukan di desa A.

26

Anda mungkin juga menyukai