SKRIPSI
DINA ANDRIANI
1106052884
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
DEPOK
JANUARI 2016
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Arsitektur
DINA ANDRIANI
1106052884
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
DEPOK
JANUARI 2016
TIALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NPM
Universitas lndonesia
HALAMAN PENGESAHAN
NPM : 1 106052884
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Skripsi ini saya tulis sebagai bagian dari persyaratan untuk meraih gelar
Sarjana Arsitektur pada Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia, tahun ajaran 2015/2016.
Penulisan skripsi ini telah dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu,
saya menghaturkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:
1. Ibu Ir. Herlily, M. Urb. Des. sebagai pembimbing skripsi saya yang telah
memberi berbagai saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
2. Ibu Rini Suryantini, S.T., M. Sc. sebagai dosen pembimbing akademis
pada semester terakhir saya serta selaku koordinator skripsi.
3. Ibu Dra. Iriantine Karnaya A, M.Ars. sebagai dosen pembimbing
akademis pada 4 tahun awal perkuliahan saya. Terima kasih atas berbagai
bantuannya.
4. Bapak Moh. Nanda Widyarta, B. Arch., M. Arch. serta Ibu Enira Arvanda,
S. T., M. Dipl. selaku penguji yang telah memberikan kritik dan masukan.
5. PT. Net Mediatama Televisi dan staf, khususnya Cyndi Adissa Lianita, S.
Ars selaku set designer kantor yang telah membantu banyak dalam
pengambilan data yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini. Juga kepada
kak Pinka selaku set designer program Ini Talk Show yang bersedia
memberikan keterangan mengenai set program tersebut. Kepada Bapak
Lucky selaku Art Section Head, Mbak Nadya Yuniska selaku supervisor
dan atasan langsung saya selama periode magang, serta seluruh staf
wardrobe dan teman-teman magang yang telah mendukung secara moral.
6. Juga kepada Ibu Naniek Ekowati yang tak pernah berhenti mendukung
saya. Kepada Bapak Wing Widyarto yang telah memberikan berbagai
iv Universitas Indonesia
bentuk dukungan baik moral maupun material. Mas Dito, Mbak Giling,
Ade, dan Azzam Faisal Rashad yang selalu menjadi support system saya.
Maaf terlambat, tetapi akhirnya saya sampai juga.
7. Zenithesa, Syifanie, Sheila, Luthfan, Rizki, Firman, Aziz dan Dharma,
serta seluruh anggota UKM Sinematografi UI. Tanpa kalian saya tidak
akan pernah terpikirkan untuk menulis skripsi dengan topik desain set.
8. Mas Miko, Yustinus, dan Raden yang telah membantu saya mencoba
memahami teori hiperrealitas dan simulacra. Terima kasih sudah
memberikan pencerahan.
9. Irfan Febriandi yang selalu sabar menanyakan perkembangan penulisan
skripsi saya dan menyimak keluh kesah selama penulisan. Terima kasih,
nanti gantian ya.
10. Kak Yoerliansyah yang telah mengizinkan untuk menggunakan skripsinya
sebagai salah satu pedoman penulisan skripsi saya.
11. Seluruh teman-teman 2011 yang berjuang bersama menyelesaikan skripsi
di semester 9 ini, serta kepada Anwar Bahir, Nadia, Isnat, dll yang telah
membantu banyak dalam kehidupan akademis saya. Allah yang balas.
12. Seluruh pihak yang telah membantu baik banyak maupun sedikit, namun
tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Saya sadar skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu saya
memohon masukan, saran, dan kritik yang membangun sehingga saya dapat
menghasilkan karya yang lebih baik lagi nantinya. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan seluruh pihak yang membutuhkan.
Dina Andriani
1106052884
v Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Nama : DinaAndriani
NPM :1106052884
Program Studi : Arsitektur
Departemen :Arsitektur
Fakultas :Teknik
Jenis Karya : Skripsi
beserta perangkat yang ada fiika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmediakarVformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tidak
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
ffi;
( Dina Andriani )
V1 Universitas lndonesia
ABSTRAK
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA ILMIAH.....................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB 3 PEMBAHASAN.......................................................................................19
ix Universitas Indonesia
BAB 4 STUDI KASUS........................................................................................30
BAB 5 KESIMPULAN........................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................48
x Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tayangan Bajaj Bajuri Ep. Makan Malam Minggu Malah Kabur......5
Gambar 4.2 Referensi Elemen Dekoratif pada Tayangan Islam Itu Indah............32
xi Universitas Indonesia
Gambar 4.10 Set Area Kerja Rumah Ini Talk Show...............................................41
Gambar 4.11 Set Area Ruang Tamu Rumah Ini Talk Show...................................42
Gambar 4.13 Material pada Desain Set Rumah Ini Talk Show..............................44
BAB 1
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan ruang yang spesifik tidak lagi hanya untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia. Arsitektur sekarang dapat digunakan sebagai alat untuk
membangun sebuah lapisan realita yang dapat dikomersilkan. Arsitektur dapat
digunakan untuk membangun kembali sejarah yang sudah silam, untuk membuat
suatu fantasi ataupun cerita fiksi menjadi sebuah kenyataan, dan dapat pula
digunakan sebagai alat yang mengaburkan antara kebenaran dan kepalsuan.
Dalam konteks ini, arsitektur yang dimaksud merupakan arsitektur yang
hiperrealistis.
Produk tayangan televisi yang disajikan di layar kaca setiap harinya tentu
erat kaitannya dengan hiperrealitas. Berbagai macam tayangan disiarkan melalui
pancaran frekuensi UHF maupun satelit sehingga dapat ditonton oleh puluhan juta
konsumen televisi di Indonesia. Program televisi yang dapat ditonton meliputi
tayangan berita yang bersifat faktual, program sinetron yang fiktif, maupun
berbagai genre acara yang mencampurkan berbagai fakta dalam alur cerita fiksi.
Tayangan televisi merupakan sebuah entitas yang kuat dalam lapisan hiperrealitas,
yang diwujudkan dengan melakukan berbagai macam simulasi.
Universitas Indonesia
2
1.2 Permasalahan
Dalam penulisan skripsi ini terdapat dua permasalahan yang akan coba
dijawab terkait dengan latar belakang di atas, yaitu:
Universitas Indonesia
3
1. Studi Kepustakaan
Mempelajari berbagai macam teori yang dibutuhkan melalui literatur.
2. Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan menyimak berbagai tontonan yang
disiarkan di televisi dan diunggah di media internet. Program yang
ditonton khususnya yang menggunakan desain set dan secara umum
menerima animo tinggi dari masyarakat.
3. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan dengan mendatangi langsung sebuah studio
televisi yang menggunakan desain set pada produksi tayangannya.
Dengan pengamatan secara langsung diharapkan dapat menghasilkan
observasi yang lebih maksimal dan mendetail.
BAB 1 PENDAHULUAN
Membahas mengenai bagian pembukaan tulisan berisi latar belakang,
permasalahan, tujuan penulisan, metode pembahasan, serta sistematika penulisan.
BAB 3 PEMBAHASAN
Mendalami teori-teori pada Bab 2 dan mengkaitkannya pada kehidupan
sehari-hari.
Universitas Indonesia
4
BAB 5 KESIMPULAN
Merupakan sebuah kesimpulan yang menutup penulisan skripsi
Universitas Indonesia
5
BAB 2
KAJIAN TEORI
Seorang pria berambut pendek dan memakai baju bola terlihat keluar dari
pintu rumahnya dan kemudian mengendap-endap ke pintu rumah sebelahnya. Pria
tersebut yang bernama Ucup kemudian mengambil salah satu kaus milik Said dan
memakainya, namun Said menangkapnya basah dan memarahinya. Ucup berusaha
menjelaskan bahwa ia berniat meminjam kaus untuk kencan namun sayangnya
tidak dipinjamkan. Di sela-sela percakapan terdengar suara gelak tawa yang
menanggapi adegan tersebut.
Gambar 2.1 Tayangan Bajaj Bajuri Ep. “Makan Malam Minggu Malah Kabur”
Sumber (telah diolah kembali) : http://www.youtube.com (Dec 1, 2015)
Universitas Indonesia
6
Bajuri berkisah mengenai keseharian hidup seorang supir bajaj bernama Bajuri
yang tinggal bersama istri dan mertuanya. Plot cerita ini juga diramaikan oleh
suasana kehidupan di pemukiman padat di kawasan Jakarta. Budaya Betawi terasa
begitu kental dalam program ini. Bajaj Bajuri menerima animo yang besar selama
periode penayangannya akibat kontennya yang ringan dan lucu. Bajaj Bajuri pun
pernah menerima anugerah “Sinetron Komedi Terpuji” dari Festival Film
Bandung pada tahun 2004.
Dengan jumlah yang tak bisa dibilang sedikit tersebut, dapat disimpulkan
bahwa sebagian masyarakat Indonesia menyempatkan diri untuk menonton
televisi setiap harinya. Hasil survey Nielsen pada tahun 2012 menyebutkan bahwa
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
serta paska produksi. Pada perencanaan pra produksi para produser acara
merumuskan konsep, tujuan, serta metode pembuatan acara guna kelancaran
proses produksi. Tahap selanjutnya yaitu persiapan dan latihan. Tahapan ini
biasanya digunakan untuk membangun tempat atau desain set yang akan dibahas
lebih dalam kemudian. Tahapan ini juga digunakan oleh pengisi acara untuk
berlatih sesuai dengan konten acara yang sudah dikonsepkan oleh produser.
Berikutnya tahap produksi, yaitu saat ketika program atau tayangan televisi
direkam untuk kemudian ditayangkan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Setelah proses produksi tayangan selesai, tibalah tahap terakhir yaitu
tahap paska produksi. Tahapan ini digunakan untuk menyunting dan merapikan
tayangan, serta mendistribuskan tayangan ke khalayak umum.
Universitas Indonesia
10
penonton dapat memahami plotnya. Latar buatan yang dimaksud kerap disebut
dengan set.
Wurtzel dan Rosenbaum (1995) menyebutkan ada 4 fungsi dari desain set.
Yang pertama, desain set menyediakan latar dan lingkungan fisik bagi tayangan
dan pengisi acara. Desain set menjadi ruang berkegiatan bagi para pengisi acara
dan pembuatnya. Selanjutnya desain set berfungsi untuk memberi identitas waktu
dan tempat serta mood pada suatu tayangan. Tanpa adanya desain set penonton
Universitas Indonesia
12
akan kesulitan memaknai waktu dan tempat, yang dapat berujung ke tidak
sampainya ide acara ke penonton. Kemudian desain set memberi suatu gaya
(style) tertentu yang menyatukan berbagai elemen visual. Style yang digunakan
umumnya ada tiga, style netral, style realis atau representasional (dibuat mirip
dengan tempat yang sudah ada), dan style ekspresionis atau abstrak. Fungsi yang
terakhir yaitu desain set berfungsi sebagai elemen produksi yang efektif yang
menyempurnakan keseluruhan acara. Dengan adanya desain set, tayangan televisi
terlihat semakin lengkap dan menarik. Dari fungsi-fungsi tersebut dapat
disimpulkan bahwa meskipun desain set terkesan tidak penting, ia memiliki
peranan besar bagi kualitas visual dari sebuah acara.
latar tempat pada produksi tayangan televisi, namun merupakan opsi yang kerap
dipilih akibat kemudahannya untuk diatur tepat sesuai kebutuhan.
2.5. Hiperrealitas
Baudrillard menganggap bahwa dunia yang kita tinggali saat ini merupakan dunia
hiperrealitas, dunia yang sudah disimulasikan dan tidak lagi nyata. Peta tersebut
kemudian ia hubungkan dengan fase kedua simulacra.
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
sesuatu yang dapat kita alami secara langsung, dan diwujudkan dalam bentuk
yang cukup mendetail. Tidak seperti pada Lyndon Johnson Library atau Palace of
Living Arts yang memberikan informasi bahwa barang-barang yang mereka
pajang merupakan tiruan, Disneyland benar-benar memberikan sebuah reproduksi
akan fantasi. Memasuki Disneyland akan membuat kita merasa di dalam dunia
lain yang terasa nyata, sehingga imajinasi kita akan cerita-cerita masa kecil akan
terpuaskan.
Universitas Indonesia
19
BAB 3
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
Dalam tulisannya yang berjudul The Gulf War Did Not Take Place (1995),
Baudrillard membahas peran televisi dalam Perang Teluk. Baudrillard
berpendapat bahwa Perang Teluk sebenarnya tidak terjadi. Perang Teluk hanyalah
sekedar tontonan yang dilebih-lebihkan untuk meramaikan media. Baudrillard
mengatakan bahwa kita semua adalah sandera racun media, yang dibuat percaya
bahwa perang tersebut benar-benar terjadi. Bukan berarti Perang Teluk tidak
terjadi sama sekali, namun Perang Teluk diliput dan ditayangkan secara
berlebihan. Layar televisi kita pada saat itu dibombardir dengan berbagai liputan
mengenai Perang Teluk. Baudrillard menyebutkan bahwa media mempromosikan
perang, dan perang mempromosikan media. Hal ini menunjukkan bahwa media
dan perang sama-sama diuntungkan. Penonton disuguhkan dengan berbagai
liputan perang tersebut sehingga kemudian menerima kesan bahwa Perang Teluk
merupakan perang yang besar, padahal menurut Baudrillard yang terjadi hanyalah
Universitas Indonesia
25
beberapa pertempuran saja. Hal ini menunjukkan bahwa televisi telah membantu
mengkonstruksi informasi yang tidak sepenuhnya nyata.
Universitas Indonesia
26
Televisi merupakan salah satu bentuk dari media massa. Televisi yang
dianggap menjadi sumber informasi dapat menjadi tidak netral akibat
kepentingan pihak internal. Apa yang masyarakat tonton dengan harapan
menerima informasi sesuai dengan yang sebenarnya terjadi dapat menjadi bias
akibat sudut pandang dan cara menyampaikan informasi tersebut. Hal ini
menunjukkan betapa hiperrealistis informasi yang kita peroleh dari televisi.
Komunikasi yang terjadi pada televisi juga memang terjadi satu arah. Meskipun
terdapat beberapa program yang menghadirkan penonton baik secara langsung
maupun dengan berbagai media, hal tersebut hanya menjadi sedikit representasi
Universitas Indonesia
27
dari banyaknya massa penonton televisi. Komunikasi dalam televisi pun juga
hiperrealistis mengingat seakan-akan benar terjadi komunikasi dua arah antara
setiap penonton yang berada di rumah.
Meskipun begitu, sadar maupun tak sadar, penonton Indonesia masih saja
meluangkan waktu untuk menonton hiperrealitas yang terkonstruksi dalam
televisi. Ini tidak terjadi pada satu atau dua orang, tapi pada hampir 20%
masyarakat Indonesia, itupun jumlah yang tersurvei. Orang-orang berbondong-
bondong menyaksikan sesuatu yang ditawarkan sebagai “kenyataan yang lebih
nyata” yang padahal direkayasa sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Pihak
pembuat acara televisi juga sudah semakin terjebak dalam pakem keorisinilan,
bahwa tayangan harus dibuat semeyakinkan mungkin, semasuk akal mungkin
sehingga masyarakat mau menonton acara yang mereka buat. Bukan hanya pada
program dokumenter saja seperti yang dicontohkan Baudrillard, namun pada
tayangan sinetron, variety show, program religi, hingga ke acara berita yang kita
anggap “faktual dan terpercaya”. Kenyataan kemudian dikonstruksi, dan bukan
direkam. Hal ini ditakutkan dapat membuat masyarakat semakin sukar untuk
menentukan batas antara kebenaran yang nyata dengan suatu cerita yang dibuat-
buat.
Mengacu pada contoh kasus simulasi pada teori Baudrillard (1981) yang
sudah dibahas sebelumnya, suatu ruang binaan dapat diparalelkan terhadap contoh
tersebut. Seseorang yang tidak sakit, namun dengan alasan tertentu membuat
dirinya mensimulasikan penyakit pada tubuhnya, sehingga gejala penyakit pun
timbul. Apakah orang tersebut sakit atau tidak, merupakan pertanyaan yang sulit
dijawab, karena gejala yang timbul sama nyatanya dengan apabila penyakit
tersebut muncul dengan sendirinya. Hal ini dapat dibandingkan dengan simulasi
arsitektural.
Universitas Indonesia
28
Pada televisi, desain set kemudian dirancang dalam bentuk tertentu dengan
alasan tuntutan konsep acara, keorisinilan, dan menghindari plagiarisme.
Meskipun kadang desain set mencontoh suatu tempat yang sudah ada, jarang
sekali terjadi desain set menjadi replika asli suatu tempat. Biasanya terjadi
Universitas Indonesia
29
penyesuaian di beberapa sudut dan titik untuk membuatnya lebih cocok dalam
kamera, lebih memudahkan proses produksi acara, lebih menarik untuk
dipertontonkan. Ini yang membuat desain set menjadi suatu simulacra seperti
yang dideskripsikan Baudrillard. Semakin kompleks dan berbeda bentuknya,
maka ia semakin tidak mirip dengan bentuk aslinya, dan semakin ia mirip dengan
dirinya sendiri. Hal ini membuat desain set sesuai dengan simulacra dalam fase
keempat.
Universitas Indonesia
30
BAB 4
STUDI KASUS
Acara religi yang kerap disiarkan pada dini hari kerap menggunakan
desain set sebagai opsi menghadirkan latar tempat. Program religi Islam Itu Indah
yang dipandu oleh Ustadz Maulana dan Ustadzah Okky Setiana Dewi berisi
ceramah agama Islam yang disampaikan dengan gaya yang lucu dan mudah untuk
dicerna. Seperti program-program siraman rohani lain yang tayang pada jam yang
sama, Islam Itu Indah juga menghadirkan penonton di studio pada proses
syutingnya. Penonton yang mayoritas berasal dari kalangan ibu rumah tangga ini
dimaksudkan sebagai audiens yang memberikan umpan balik terhadap ceramah
dan slogan-slogan dari para pemandu acara. Program ini saya ambil sebagai
contoh kasus karena set yang digunakan relevan dengan simulacra fase pertama.
Universitas Indonesia
31
Program Islam Itu Indah menampilkan set yang lebih sederhana pada
studionya jika dibandingkan dengan kemeriahan set pada program-program
televisi lainnya. Hal ini dapat dikorelasikan dengan konten ceramah yang ringan
dan sederhana. Elemen-elemen keruangan yang menonjol adalah elemen dekoratif
yang dibuat seperti layaknya lengkung bangunan masjid yang kerap ditemui.
Lengkung atau arch pada elemen dekoratif tersebut dilihat sebagai upaya
mensimulasikan tempat ibadah umat Muslim ke dalam ruang studio Islam Itu
Indah. Selain itu kita juga dapat melihat pola geometris bintang dengan 8 sudut
yang sering muncul pada arsitektur Islami. Pola yang bernama Rub el Hizb
tersebut umumnya ditemukan pada kaligrafi Arab maupun dalam Al Quran
(Ancient Symbols, 2014). Pola tersebut merupakan bagian dari elemen dekoratif
sebagai upaya mensimulasikan nuansa Islami pada studio, yang penggunaan
aslinya bukanlah sebagai tempat ibadah.
Universitas Indonesia
32
Gambar 4.2 Referensi Elemen Dekoratif pada Tayangan Islam Itu Indah
1. Lengkungan khas Masjid Sheikh Zayed Abu Dhabi; 2. Rub el-Hizb
Sumber: http://www.canvas-of-light.com/2011/03/photo-essay-sheikh-zayed-mosque-uae/ &
http://www.ancient-symbols.com/symbols-directory/rub_el_hizb.html (Dec 10, 2015)
Yuk Keep Smile (YKS) merupakan tayangan bergenre variety show atau
acara varietas yang menampilkan komedi, musik, dan kuis interaktif. YKS tayang
di Trans TV sejak tahun 2013 dan berhenti tayang pada 28 Juni 2014 akibat
terkena sanksi dari KPI (Kompas, 2014). Acara yang terkenal akan berbagai
gerakan tarian ini menggunakan set yang terlihat sebagai suasana perkotaan.
Panggung tempat pengisi acara tampil disajikan sebagai sebuah jalan yang diapit
berbagai macam toko. Latar belakang atau pun backdrop yang ditampilkan
Universitas Indonesia
33
menggambarkan suasana kota Jakarta di malam hari, terlihat dari gambar Monas
yang menjulang tinggi.
Program Yuk Keep Smile terlihat menggunakan set yang terlihat seperti
perkotaan. Suasana perkotaan pun disimulasikan dalam bentuk desain set seperti
yang terlihat pada gambar. Di sisi kanan dan kiri panggung terdapat set yang
menyerupai toko-toko yang terlihat palsu dan artifisial. Kualitas artifisial tersebut
terlihat disengajakan untuk mensimulasikan konsep ketidakseriusan pada acara.
Hal tersebut dirasa wajar mengingat acara Yuk Keep Smile mengandung unsur
komedi. Selain itu toko-toko palsu tersebut juga bermanfaat sebagai tempat
berbagai brand sponsor untuk mengiklankan produknya.
Universitas Indonesia
34
Universitas Indonesia
35
Melanjutkan apa yang sudah dibahas, set Office Boy dapat dikategorikan
sebagai simulacra fase ketiga. Set yang begitu mendetail tersebut dapat membuat
penonton percaya bahwa kantor OKTV merupakan kantor yang nyata, setidaknya
secara fisik. Tentunya hal ini tidak terjadi hanya karena tampilan visualnya yang
cukup meyakinkan, melainkan didukung dengan akting para aktornya yang dapat
berinteraksi dengan set sedemikian rupa sehingga ruang kantor terasa nyata. Set
Office Boy menutupi ketidakberadaan ruangan kantor OKTV baik sebagai stasiun
televisi maupun sebagai ruang kantor tempat pegawainya bekerja. Hal tersebut
tentu menjadi bukti bahwa set Office Boy merupakan simulacra fase ketiga.
Universitas Indonesia
36
Universitas Indonesia
37
Tangga, dan Haji Bolot sebagai Pak RT (Netmedia, n.d.). Selain itu program Ini
Talk Show juga didukung oleh Parto, Yujeng, serta Nunung.
Alasan saya memilih set Ini Talk Show sebagai studi kasus saya yang
pertama karena program ini mencampurkan adegan fiktif seperti adegan maling
yang dideskripsikan sebelumnya, dengan wawancara talk show seperti yang
umumnya dilakukan. Hal tersebut mengaburkan batas antara konten acara yang
sebenarnya dengan adegan-adegan yang bersifat gimmick, sehingga program ini
terasa hiperrealistis. Yang kedua karena set yang digunakan memiliki sifat naratif
yang mencerminkan karakter-karakter dalam acara. Set tersebut sejalan dengan
konsep acara yang melakukan talk show seperti seorang pemiliki rumah yang
sedang menerima tamu. Sifat naratif tersebut membuat set program Ini Talk Show
menjadi menarik.
Universitas Indonesia
38
Universitas Indonesia
39
Keberadaan set dapur pada program Ini Talk Show diperlukan mengingat
acara tersebut memiliki karakter asisten rumah tangga bernama Maya yang kerap
berakting seolah-olah menyiapkan minuman dan cemilan bagi para bintang tamu
yang diundang. Meskipun begitu, akting menyiapkan minuman dan cemilan
tersebut terlihat hanya dilakukan sekenanya, mengingat Maya yang selalu terlihat
langsung membawa minuman atau makanan yang sudah jadi ke area ruang tamu.
Set dapur memang diperlukan, namun pada gambar di atas terlihat kitchen set
yang dibuat serta properti yang diletakkan memberi kesan bahwa ini merupakan
dapur yang benar-benar digunakan untuk beraktifitas. Material yang digunakan
pada kitchen set terlihat kuat dan kokoh seakan-akan kitchen set tersebut
digunakan oleh ibu rumah tangga yang menyiapkan masakan untuk keluarganya.
Hal yang membuat set ini terlihat artifisial adalah kebersihan meja konter yang
terlihat jarang digunakan serta ketidakhadiran berbagai perlengkapan dapur
seperti kompor, kulkas, bak pencuci piring dan lain sebagainya yang
keberadaannya vital terhadap kegunaan dapur yang asli digunakan. Area dapur
pada set hanya berfungsi untuk mensimulasikan suasana dapur yang sebenarnya
tidak ada, dan dapat disimpulkan sebagai simulacra fase ketiga.
Universitas Indonesia
40
Pada area ruang keluarga terdapat sofa dan televisi yang khas ada di tipikal
rumah tinggal masyarakat Indonesia. Ruang ini terlihat cukup kecil untuk
mengakomodasi “keluarga” Ini Talk Show yang terdiri dari banyak karakter.
Televisi yang dipajang memutar video berisi iklan-iklan program NET. TV tanpa
henti selama studio Ini Talk Show digunakan. Area ini terlihat jarang digunakan
oleh karakter pengisi acara bahkan untuk berakting gimmick komedi. Area ini
terasa dihadirkan hanya sebagai pelengkap untuk membuat tampilan set interior
rumah semakin meyakinkan secara menyeluruh.
Universitas Indonesia
41
Area panggung utama merupakan simulasi akan ruang tamu pada “rumah”
keluarga Ini Talk Show. Pada area ini wawancara terhadap bintang tamu dilakukan
dan area ini merupakan titik utama di mana kamera diarahkan. Berbagai adegan
komedi yang diselipkan diantara wawancara pun juga sering dilakukan di area ini.
Jika melihat kembali ke gambar studio Ini Talk Show akan terlihat bahwa dimensi
area ruang tamu ini lebih besar ketimbang area-area lainnya pada set. Hal ini
ditujukan untuk mengakomodasi pergerakan karakter-karakter pengisi acara.
Selain itu dimensi yang besar juga untuk mengantisipasi tampilan ruang di kamera
yang biasanya terlihat lebih sempit dibandingkan dengan kenyataan.
Universitas Indonesia
42
dengan jelas, area duduk di sampingnya tidak terlihat digunakan pada adegan-
adegan pengisi, perapian tersebut bahkan tidak memiliki lubang sehingga tidak
bisa menyala, serta foto Sule yang dipajang memperlihatkan tampilannya dalam
karakter host yang ia perankan dan bukan sebagai dirinya sendiri.
Gambar 4.11 Set Area Ruang Tamu Rumah Ini Talk Show
1. Area Interview; 2. Jendela; 3. Perapian
Sumber: Dokumentasi Pribadi (Dec 8, 2015)
Pada set rumah Ini Talk Show juga terdapat tampilan suasana luar ruang
(outdoor) yang juga ikut diperhatikan. Jika melihat pada “pintu” rumah yang
digunakan sebagai main entrance oleh para bintang tamu untuk masuk ke tengah-
tengah studio, terdapat sebuah backdrop yang menggambarkan suasana
perumahan di malam hari. Di belakang pintu tersebut juga dipasang karpet rumput
sintetis untuk mensimulasikan halaman rumput pada rumah tinggal. Pada area
ruang keluarga juga terdapat jendela yang jika diperhatikan, menampilkan
pemandangan rumah tetangga di seberangnya, yang juga dalam kondisi
Universitas Indonesia
43
Pada set, kita juga dapat melihat berbagai kombinasi material yang
ditampilkan. Pada dinding terlihat kayu, batu alam, bata expose, dan gambar
berpola. Lantai terlihat menggunakan papan kayu atau parquet. Namun karena
sifat set yang temporer, tidak mungkin menggunakan material yang asli untuk
membangunnya. Karena itu, material-material tersebut disimulasikan dalam
bentuk kertas dinding. Gambar berpola dihadirkan dalam bentuk wallpaper, hal ini
tentu sudah biasa ditemui di berbagai ruangan tempat kita beraktifitas. Namun
batu alam dan bata expose yang terlihat juga ditampilkan dalam bentuk kertas
Universitas Indonesia
44
dinding dengan tekstur yang terlihat seperti itu. Pada lantai juga bukan parquet
asli yang digunakan, melainkan material berbahan vinyl dengan pola lantai kayu
yang tercetak. Simulasi terhadap material bangunan juga dilakukan pada set
rumah Ini Talk Show.
Gambar 4.13 Material pada Desain Set Rumah Ini Talk Show
Sumber (telah diolah kembali): Dokumentasi Pribadi
Desain set program Ini Talk Show yang berbentuk seperti rumah terdiri
dari bagian-bagian yang cukup detail. Area-area pada rumah, furnitur, perabotan,
pajangan, dan material yang disimulasikan saling mendukung satu sama lain
untuk mewujudkan tampilan set yang lengkap dan menyeluruh. Merujuk pada
teori Baudrillard, set program Ini Talk Show baik sebagian maupun keseluruhan
dapat disimpulkan sebagai simulacra pada fase ketiga, bahkan mengarah ke fase
keempat. Suasana rumah yang dihasilkan membuat acara Ini Talk Show semakin
hiperrealistis, mengingat elemen-elemen palsu (jendela, buku-buku pada rak,
kitchen set tanpa perlengkapan, wallpaper) bercampur dengan elemen-elemen asli
(furnitur seperti sofa, kursi, meja yang benar-benar digunakan) sehingga sulit
untuk dibedakan. Simulasi kualitas homey pada set juga mendukung berjalannya
plot acara yang bersifat naratif mengingat jumlah adegan-adegan komedi yang
menjadi pengisi di antara wawancara dengan bintang tamu. Desain set Ini Talk
Show merupakan contoh simulasi arsitektural yang berhasil membangun
hiperrealitas pada tayangannya.
Universitas Indonesia
46
BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Indonesia
47
Pada tayangan Ini Talk Show, desain set menjadi simulasi untuk
menghadirkan elemen keruangan dalam program televisi. Tayangan tersebut ingin
menghadirkan suasana rumah dalam tampilannya sehingga dibuatlah sebuah
desain set yang menyerupai keadaan interior sebuah rumah. Simulasi arsitektural
pada desain set Ini Talk Show berwujud hadirnya berbagai area-area yang kerap
ditemukan dalam rumah tinggal, seperti area dapur, area kerja, ruang keluarga,
dan area ruang tamu. Selain itu, penempatan berbagai macam furnitur, peralatan
rumah tangga, kitchen set, dan pajangan juga memperkuat area-area dalam set
sebagai wujud simulasi arsitektural. Dalam kasus Ini Talk Show, rumah tersebut
bersifat tidak nyata, namun disimulasikan pada tayangan sehingga terasa nyata.
Ketika tayangan tersebut berakhir, maka keberadaan rumah tersebut pun hilang.
Universitas Indonesia
48
DAFTAR PUSTAKA
Baudrillard, J. (1995). The Gulf War Did Not Take Place (P. Patton, Trans.).
Indianapolis: Indiana University Press.
Bruun, H. (2001). The Aesthetics of Television Talk Shows. In G. Agger & J.H.
Jensen (Ed.). The Aesthetics of Television (pp. 229-255). Aalborg: Aalborg
University Press.
Chung Chin Yi (2007, March). Hyperreality, the Question of Agency, and the
Phenomenon of Reality Television. Nebula 4.1.
Universitas Indonesia
49
Netmedia (n.d.). About The Show. Ini Talk Show. December 11, 2015.
http://www.netmedia.co.id/program/107/Ini-Talk-Show
Nielsen (2007, August). Ketatnya Pertarungan di Awal Prime Time. AGB Nielsen
Media Research Newsletter, 1. November 8, 2015.
http://agbnielsen.com/Uploads/Indonesia/AGB%20Nielsen%20Newsletter%20
Aug-Ind.pdf
Nielsen (2014, May 21). Nielsen: Konsumsi Media Lebih Tinggi di Luar Jawa.
November 8, 2015. http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2014/nielsen-
konsumsi-media-lebih-tinggi-di-luar-jawa.html
Universitas Indonesia
50
Pramita, Y. (Producer). (2013, August 9). Opera Van Java [Television broadcast].
Jakarta: Trans 7. December 4, 2015.
https://www.youtube.com/watch?v=4MlKjVB3nuo
Silalahi, M. (2013, March 6). Pemirsa Indonesia Habiskan 197 Jam Untuk
Menonton Sinetron. November 8, 2015. http://mix.co.id/brand-
insight/research/pemirsa-indonesia-habiskan-197-jam-untuk-menonton-
sinetron
Wurtzel, A. & Rosenbaum, J. (1995). Television Production (4th ed.). New York:
McGraw-Hill.
Universitas Indonesia