Wulanda Anjaswari-120140103032
Wulanda Anjaswari-120140103032
TESIS
WULANDA ANJASWARI
1 2014 01 03032
BOGOR
2016
i
LEMBAR PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Bogor
Tanggal : Maret 2016
i
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat
karya atau bagian karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
subbab, atau bab dari karya yang pernah ditulis atau diterbitkan kecuali
yang secara tertulis dirujuk dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar
Referensi.
tesis ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan dan
Wulanda Anjaswari
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
i
Wulanda
Anjaswari
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas
rahmat dan ridha-Nya lah, sehingga penulis mampu menempuh dan
menyelesaikan tesis yang berjudul “
Optimalisasi Peran Komunitas Intelijen
Daerah Dalam Deteksi Dini Konflik Komunal Di Kota Pontianak”
.
Penyusunan tesis ini dimaksudkan sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan kuliah pada program Magister Sains Ilmu Pertahanan
Program Studi Damai dan Resolusi Konflik Fakultas Strategi Pertahanan
Universitas Pertahanan Indonesia.
Rasa syukur dan terima kasih bahwa beberapa kendala dan
hambatan yang dijumpai dalam penulisan tesis ini telah dapat diatasi
dengan baik, karena banyak pihak yang telah berkontribusi dalam
memberikan masukan, ide dan semangat kepada penulis terkait karya tulis
ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Letjen TNI I Wayan Midhio, M.Phil selaku Rektor Universitas
Pertahanan Indonesia.
2. Mayjen TNI I Gede Sumertha KY, PSC., M.Sc selaku Dekan Fakultas
Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan Indonesia
3. Kolonel Laut (KH) Dr. Adnan Madjid, S.H., M.Hum selaku Kepala
Program Studi Damai dan Resolusi Konflik.
4. Dr. M.D. La Ode, M.Si selaku pembimbing I yang banyak memberikan
ide, masukan, saran ilmiah dan bimbingan bagi penulis dan juga
memacu penulis penulis untuk dapat berkarya bagi kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya mengenai konflik dan politik etnis.
5. Dr. Supandi Halim, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II yang telah
memberikan waktu dan tenaga dalam mengarahkan serta memberikan
dorongan dan semangat kepada penulis untuk terus maju dan
v
mengatasi berbagai kendala yang muncul dalam menyelesaikan tesis
ini.
6. Walikota Pontianak dan seluruh jajaran Pemerintah Kota Pontianak
yang telah memberikan bantuan baik materil maupun moril sehingga
penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.
7. Seluruh Anggota Kominda Kota Pontianak dan Narasumber yang telah
berkontribusi penuh dalam penyelesaian tesis ini dan memberikan
masukan dan motivasi positif selama penyusunan tesis.
8. Seluruh Purna Praja Kota Pontianak yang telah membantu
memberikan bantuan, masukan, ide dan dorongan dalam
menyelesaikan penulisan tesis ini.
9. Suharno Faris, SH, Suami tercinta, beserta Putri kami, Rayya Adiva
Naira yang telah tulus ikhlas mengizinkan penulis mengikuti
pendidikan dan memberikan dukungan, semangat melalui cinta dan
doa yang tak henti setiap waktu.
10. H. Abdi Buana dan Hj. Sri Mulyani, orang tua penulis yang senantiasa
memberikan doa restu dan bantuan yang tak terhingga banyaknya
selama ananda menempuh proses pendidikan di Universitas
Pertahanan,
11. Adik-adikku, Tirta Arifin, Akhmad Zikri Ardillah, dan Fahmi Setiadi yang
senantiasa memberikan bantuan untuk mendukung penulis selama
pendidikan dan menyelesaikan penelitian ini.
12. Teman-teman Prodi Damai dan Resolusi Konflik Cohort 3, teman
mess, dan sahabat yang terus memberikan semangat serta dukungan
kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
13. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program Studi Damai dan
Resolusi Konflik dan Fakultas Strategi Pertahanan yang telah banyak
membantu penulis selama proses belajar dan penulisan tesis ini.
14. Berbagai pihak yang tidak penulis sebut satu per satu, yang telah
memberikan bantuan, masukan, serta dukungan bagi penulis sejak
dimulainya perkuliahan sampai dengan selesainya penyusunan tesis
ini.
v
Penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi
kita semua terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
peningkatan kesadaran kepada masyarakat luas mengenai pentingnya
deteksi dini, intelijen dan pemahaman mengenai konflik komunal.
Wulanda Anjaswari
v
DAFTAR SINGKATAN
v
ABSTRAK
i
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................. v
ABSTRACK............................................................................................... x
DAFTAR ISI.............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xv
x
2.1.5 Koordinasi dalam Kominda........................................ 22
x
4.2.2.4 Pelaksanaan Fungsi sekretariat Kominda........ 83
5.1 Simpulan........................................................................... 98
5.2 Saran................................................................................ 99
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 101
x
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai kerawanan yang melekat dengan kondisi geografis dan
demografis Indonesia merupakan realitas umum yang sudah sangat
dipahami oleh bangsa Indonesia. Komposisi masyarakat majemuk di
Indonesia yang terdiri dari berbagai Etnis, ras, agama, golongan yang
tersebar lebih di lebih dari belasan ribu pulau, membawa sejumlah
konsekuensi yang akan selalu mewarnai dinamika kehidupan nasional
hingga kapanpun (Dirjen strahan; 2012). Dalam masyarakat yang
majemuk, terjadinya konflik dalam hubungan atau interaksi antar kelompok
sangat mungkin terjadi sehingga salah satu konsekuensinya adalah
kesiapan untuk menghadapi konflik sosial yang merupakan konflik yang
mudah menyebar dan berpotensi menimbulkan kekerasan baik kekerasan
struktural maupun kekerasan fisik.
Pecahnya konflik akan berdampak pada kepentingan
dipertahankannya kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan
keselamatan bangsa atas gangguan dan ancaman terhadap keutuhan
bangsa dan negara. Dalam beberapa tahun terakhir indonesia mengalami
konflik horizontal yang menimbulkan korban yang tidak sedikit. Daerah-
daerah yang dilanda konflik seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Sulawesi Tengah, Maluku dan Maluku Utara menjadi salah satu bukti
ancaman internal yang dapat mengganggu stabilitas keamanan nasional.
Potensi ancaman ini apabila tidak diantisipasi secara dini, maka akan
melahirkan bibit disintegrasi bangsa (Jamal Baked dkk, 2002).
Andi Wijayanto dan Artanti Wardani (2008) dalam tulisannya
Hubungan Intelijen-Negara 1945-2004, menyatakan hambatan utama
dalam pembangunan di Indonesia adalah kondisi ketidakamanan sebagai
akibat dari instabilitas, kemiskinan sementara Kemiskinan dan kekerasan
komunal saling menguat satu sama lain. Hal ini memberi arti bahwa antara
pembangunan dan keamanan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Integrasi antara konsep kemananan, pembangunan, dan hak-hak sipil
x
1
Universitas Pertahanan
1
Universitas Pertahanan
2
Universitas Pertahanan
2
Universitas Pertahanan
2
an), dan Sulit diantisipasi (Alqadrie, 2015). Seringkali konflik yang terjadi
dimulai dari hal-hal yang bersifat sepele seperti kecelakaan dan
perbedaan paham kemudian berubah menjadi kekerasan kelompok yang
selama ini dikenal dengan konflik kekerasan antar kelompok etnis dan
agama. Pola kekerasan ini diperkuat dengan pernyataan Victor King
(dalam Alqadrie;2015) yang menyebutkan bahwa potensi konflik fisik dari
gerakan etnis dan keagamaan dalam masyarakat Dayak Kalimantan Barat
jauh lebih besar, keras dan dahsyat (much more violent) dibanding dengan
gerakan etnis keagamaan pada tiga Provinsi lainnya di Kalimantan Barat.
Berdasarkan Hipotesis Kerja Al-Qadrie dalam bukunya Matahari
Akan Terbit di Barat (2008) menyebutkan bahwa berdasarkan catatan
sejarah terjadinya pertikaian di Kalimantan Barat, kekerasan antar
komunitas atau antar kelompok etnis di Kalimantan Barat telah terjadi
dalam hampir setiap periode 30 tahunan sekali. Pertikaian terjadi dalam 4
lingkaran 30 tahunan yakni : (1) 1900-an, (2). 1930-an, (3). 1960-an, dan
(4) 1990-an. Pada lingkaran kelima 30 tahunan berikutnya yaitu tahun
2020-an diprediksikan pertikaian besar-besaran kemungkinan akan terjadi
lagi. Sebagai sebuah hipotesis, bukan tidak mungkin hal ini akan terjadi
diharapkan dengan adanya hipotesis kerja tersebut maka seharusnya
menjadi sebuah Early Warning System bagi Pemerintah sehingga klausul-
klausul yang ada dalam hipotesis tersebut tidak terpenuhi.
Berdasarkan data dari SNPK pada tahun 2014 kecenderungan
konflik di Kalimantan pada tahun 2003 hingga 2013 cenderung menurun,
meskipun pada tahun 1997 hingga tahun 2002 terjadi peningkatan
kecenderungan konflik dengan eskalasi konflik dimulai pada tahun 1999
hingga tahun 2003 dan puncak konflik pada tahun 2001 hingga 2003, hal
ini dapat dilihat dalam gambar berikut :
Universitas Pertahanan
2
Universitas Pertahanan
2
Universitas Pertahanan
2
Universitas Pertahanan
2
Universitas Pertahanan
2
Bab I Pendahuluan.
Bab ini berisi uraian mengenai latar belakangpenelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian dan signifikasi penelitian, manfaat penelitian,
serta ruang lingkup dan gambaran desain penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran.
Bab ini memuat tentang teori, definisi dan konsep yang berkaitan
tentang peran komunitas intelijen daerah dalam deteksi dini Konflik
Komunal di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan barat.
Bab III Metodologi penelitian.
Dalam bab ini berisi uraian tentang sumber data/subyek/obyek
penelitian, desain penelitian, dan prosedur peneitian.
Universitas Pertahanan
2
Universitas Pertahanan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
x
3
Universitas Pertahanan
3
Universitas Pertahanan
3
Universitas Pertahanan
3
Universitas Pertahanan
3
Menurut Ian White dan Possy Bullman (2010; p.2) Efektivitas EWS
harus mencakup Identity the cause of conflict- (triggers of violence),
Anticipate the possible direction in the escalation of conflict, dan Help
mitigate conflict by providing strategic advice to decision makers, sejalan
dengan hal tersebut Ichsan Malik (2013) menyatakan bahwa konflik dan
kekerasan dapat dicegah lebih dini dengan melakukan deteksi dini
terhadap kondisi (conditioning), kecermatan dalam mengorganisasi gejala-
gejala sebagai deteksi awal dan analisis faktor konflik, serta efektifitas
koordinasi antara berbagai pihak yang berkompeten untuk terlibat dalam
fungsi analisis, fungsi pengorganisasian dan fungsi database.
Sebagai sebuah aktivitas, fungsi deteksi dini yang dilakukan
intelijen berkaitan dengan penginderaan awal atau dalam kajian konflik
dikenal dengan (Conflict Early Warning And Early Response System
(CEWERS). CEWERS sendiri diasumsikan sebagai aktivitas penting yang
bisa dilakukan dalam tahap Pencegahan konflik. Dalam pelaksanaan
fungsi organik intelijen Early warning dan Early response ini dilakukan
dengan menganut doktrin Penyelidikan, Pengamanan dan Penggalangan.
Pelaksanaan Fungsi tersebut dilakukan dengan menganut Doktrin
Intelligence Cycle atau Roda Perputaran Intelijen (RPI). Sementara itu
dalam Central Intelligence Agency (dalam Rob Johnson; 2005), proses
intelligence cycle yang digunakan adalah The Traditional Intelligence
Cycle atay Daur Intelijen Konvensional. daur Intelijen Konvensional terdiri
dari 5 tahapan siklus yang meliputi Planning and Direction, Collection,
Processing, Analysis and Production dan Dissemination. Penjelasan dari
tahapan ini disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Universitas Pertahanan
3
Universitas Pertahanan
3
Universitas Pertahanan
3
Universitas Pertahanan
3
Universitas Pertahanan
3
Universitas Pertahanan
4
Universitas Pertahanan
4
Universitas Pertahanan
4
Universitas Pertahanan
4
Universitas Pertahanan
4
Universitas Pertahanan
4
Universitas Pertahanan
4
Universitas Pertahanan
4
Universitas Pertahanan
4
pembangunan daerah
karena pada akhirnya
dengan berjalannya
fungsi intelijen memiliki
implikasi positif
terhadap ketahanan
wilayah di Kabupaten
Mojokerto.
3. Edy Implementasi Kualitatif Implementasi
Haryanta, Peraturan Permendagri Nomor 16
DB. Menteri Tahun 2011 belum
Paranoan, dalam Negeri berjalan dengan baik
Rita Nomor 16 dikarenakan belum
Kalalinggi Tahun 2011 adanya sosialisasi
tentang kepada masyarakat
Komunitas mengenai Kominda,
Intelijen masih rendahnya
Daerah di kemampuan dan
Provinsi pengetahuan tentang
Kalimantan keintelijenen bagi
Timur sebagian angota
Kominda dan belum
adanya pembagian
tugas yang jelasa
antara anggota
Kominda.
Universitas Pertahanan
4
Universitas Pertahanan
5
Universitas Pertahanan
BAB 3
METODE PENELITIAN
l
5
Universitas Pertahanan
5
Universitas Pertahanan
5
Universitas Pertahanan
5
Catatan Lapangan
Obsevasi
Wawancara
Reduksi Data
Membuat Katagori
SIMPULAN
Universitas Pertahanan
5
Studi literatur
Penyusunan Proposal
penelitian
Sidang Proposal
Penelitian
Pengumpulan Data
Primer di Lapangan
Pengolahan Data
Penyusunan Laporan
Hasil Penelitian
Sidang Tesis
Universitas Pertahanan
BAB 4
l
5
Universitas Pertahanan
5
Tabel 4.1
Batas Wilayah Administrasi Kota Pontianak
Universitas Pertahanan
6
Jenis K elamin
No K ecamat an
L P L+P
1. Pontianak Selatan 42.935 43.666 86.601
2. Pontianak Tenggara 23.136 24.338 47.474
3. Pontianak Timur 43.742 43.457 87.199
4. Pontianak Barat 65.097 65.105 130.202
5. Pontianak Kota 57.802 58.741 116.543
6. Pontianak Utara 60.305 58.845 119.150
Jumlah 293.017 294.152 587.169
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pontianak.
Universitas Pertahanan
6
Universitas Pertahanan
6
Universitas Pertahanan
6
Universitas Pertahanan
6
Universitas Pertahanan
6
Universitas Pertahanan
6
Universitas Pertahanan
6
Universitas Pertahanan
6
Universitas Pertahanan
6
Universitas Pertahanan
7
Universitas Pertahanan
7
Sumber : ericopieter.blogspot.co.id
Universitas Pertahanan
7
Universitas Pertahanan
7
Sementara jika dilihat dari Aktor dan Kelompok yang terlibat dalam
konflik terdiri dari :
Tabel 4.6 Kelompok yang terlibat dalam konflik di Kota Pontianak
Kelompok Antara Kelompok
1. Warga/Masyarakat Adat >< Perusahaan
2. Karyawan >< Perusahaan
3. Pemilik Lahan >< Pemerintah
4. Warga/Kelompok Masyarakat >< Pemerintah
5. Perusahaan >< Pemerintah
6. Warga >< Warga
7. Warga >< Ormas/LSM
8. Ormas/LSM >< Perusahaan
Sumber : Ditintelkam Polda Kalbar, 2013
· Keterangan : >< = pihak yang bertikai
Universitas Pertahanan
7
makna, pertama konflik sebagai akibat dari proses integrasi di dalam satu
masyarakat yang tidak tuntas. Berdasarkan makna ini, konflik merupakan
sebuah ancaman laten yang dapat merusak harmonisasi dalam
masyarakat. sehingga dalam konflik dengan skala tertentu apalagi yang
bersifat komunal akan berdampak kepada stabilitas di daerah hingga
berdampak pada sistem dan stabilitas negara. Kedua, konflik dapat pula
dipahami sebagai sebuah kondisi alamiah yang bertujuan merekonstruksi
sistem sosial. konflik merupakan sebuah strategi untuk menghilangkan
disintegrasi dalam masyarakat yang tidak terintegrasi secara sempurna.
Sehingga dalam konteks konflik yang terjadi di Kota Pontianak
dijadikan sebagai penguat ikatan kemasyarakatan dalam kesatuan. Jika
kemudian masyarakat tidak bisa diintegrasikan kedalam sebuah ikatan-
ikatan dengan aspek yang lebih luas seperti rasa kedaerahan bahkan
nasionalisme, maka akan menjadi sebuah potensi yang bersifat laten
yang sewaktu dapat memuncak menjadi konflik dengan atribut identitas
etnis maupun agama. Contoh kasus ini adalah yang terjadi pada konflik
FPI dan Dayak pada tahun 2012. Seharusnya mayarakat memiliki
kesadaran sebagai sebuah satu kesatuan utuh dari masyarakat
Kalimantan Barat maupun sebagai warga Kota Pontianak, yang secara
penuh mengerti bagaimana perbedaaan-perbedaaan paham dan
kepentingan dapat dikelola sehingga tidak menimbulkan gesekan-gesekan
yang berdampak pada konflik fisik hingga kekerasan komunal.
Menanggapi hal ini dalam wawancara dengan Kepala BINDA, Heru
Istiono terkait dengan pengalaman konflik dan potensi konflik di Kota
Pontianak sebagai berikut :
“Dalam kasus FPI tahun 2012 kemarin, yang terjadi adalah
penggunaan atribut etnis dan agama, padahal jika dilihat awal
mulanya hanya bentrok antar kelompok ormas, jadi ketika pagi,
mereka masih bentrok antara kelompok Dayak dengan Pemuda FPI,
siangnya mereka sudah menggunakan ikat kuning, malam hari
sudah berganti menggunakan ikat kepala putih. Jadi provokasi terus
terjadi, dan opini terus bergulir. Pada akhirnya yang terjadi adalah
bukan masalah kebenaran tapi bagaimana menarik kekuatan
dengan ikatan emosional” . (wawancara, 25 Januari 2016).
Universitas Pertahanan
7
Universitas Pertahanan
7
seperti Dewan Adat Dayak (DAD) dan Lembaga Adat Melayu (LAM).
Pemilihan ketua DAD yang dijabat oleh Gubernur yang dalam konteks
politik merupakan pimpinan partai politik (PDIP) dan Kedudukan pimpinan
atau Ketua LAM juga dipimpin oleh figur yang berasal dari partai politik
(Golkar). Sementara di Kalimantan Barat dan di Kota Pontianak,
identifikasi etnis akan sangat berkaitan dengan identifikasi agama karena
setiap perbedaan etnis akan melekat dengan perbedaan agama. Dengan
gejala-gejala yang ada artinya masing-masing elit dalam kelompok
menyadari bahwa kompetisi politik dengan menggunakan identitas dan
simbol-simbol etnis dan agama merupakan sebuah kekuatan politik besar
bagi kepentingan politiknya.
Sehingga dengan indikator tersebut potensi konflik yang terjadi bisa
saja disebabkan oleh mobilisasi dan strategi yang digunakan oleh
kelompok-kelompok dengan basis etnis dan keagamaan tersebut dengan
mengaktifkan ikatan emosial kelompok masyarakat yang berkonflik di
masa lampau. Dengan demikian bahwa konflik pada dasarnya telah
terinternalisasi dan secara tidak langsung diwariskan ke dalam pola
hubungan politik masyarakat dan akan sangat mudah diaktifkan kembali
melalui ingatan luka-luka di masa lalu. Sehingga mendorong adanya
penguatan perasaan identitas kelompok.
Dengan kejadian konflik yang ada berikut potensi konflik dan
kerawanan di Kota Pontianak, peneliti berpendapat bahwa kerawanan
konflik di Kota Pontianak akan berhubungan dengan rasa keterikatan
dalam kesatuan sosial dan solidaritas sosial yang berhubungan dengan
kesamaan identitas etnis maupun agama. Dengan solidaritas sosial
tersebut akan mendorong kesadaran sebagai bagian dari kelompok
sehingga dalam kondisi tertentu kesadaran kelompok tersebut akan
memicu penggerakan massa yang lebih besar dan bersifat komunal.
Bahkan karena kesadaran kelompok yang timbul sebagai bentuk
solidaritas meyebabkan pemahaman yang bias mengenai akar masalah
penyebab konflik. Yang diperjuangkan bukan mengenai benar atau
tidaknya melainkan bagaimana kelompok tersebut dapat bertahan karena
Universitas Pertahanan
7
telah berhubungan dengan harga diri dan eksistensi kelompok. Hal ini juga
berhubungan dengan teori Burton (1990) yang menyatakan bahwa konflik
komunal yang menggunakan identitas agama dan etnis untuk
memobilisasi massa adalah konflik yang sangat rumit dan dilematis serta
tidak dapat dinegosiasikan (non-negotiable needs), karena identitas
berkaitan langsung dengan eksistensi dan kebutuhan dasar.
Universitas Pertahanan
7
Universitas Pertahanan
7
Universitas Pertahanan
8
Universitas Pertahanan
8
mengumpulkan,
mengkoordinasikan dan
mengkomunikasikan
informasi atau bahan
keterangan dan intelijen dari
berbagai sumber mengenai
potensi, gejala atau peristiwa
yang menjadi ancaman
stabilitas nasional di daerah
2. memberikan rekomendasi 12 Kali 12 Kali
sebagai bahan pertimbangan
bagi unsur pimpinan daerah
mengenai kebijakan yang
berkaitan dengan deteksi dini
terhadap ancaman stabilitas
nasional di Kota Pontianak
Sumber : diolah dari hasil penelitian
Universitas Pertahanan
8
Universitas Pertahanan
8
Ketiga. Processing
Processing diartikan sebagai kegiatan mengkonversikan data yang
bersifat acak menjadi data yang siap pakai untuk digunakan sebagai
bahan analisis. Pentingnya elemen ini disebabkan informasi yang
diperoleh sangat banyak, terpecah-pecah (fragmented) dan bahkan
kerapkali bertentangan antara satu dengan lainnya (ambiguous). Dengan
kondisi tersebut mengharuskan dilakukannya suatu pengolahan sehingga
diharapkan dapat menghasilkan interpretasi dan penilaian yang tepat dan
bermanfaat dalam pengambilan kebijakan. Laporan yang berasal dari
masing-masing intelijen akan dicatat dan dihimpun dalam rapat untuk
Universitas Pertahanan
8
Kelima. Disemination
Diseminasi diartikan sebagai distribusi produk intelijen kepada
pengguna dalam hal ini adalah pengambil kebijakan. Dalam konteks
Kominda pengguna informasi adalah Kepala Daerah atau bahkan
Pimpinan Daerah yang tergabung dalam Forum Koordinasi Pimpinan
daerah (Forkopimda). Pada pelaksanaan diseminasi oleh Kominda peran
ini dilaksanakan oleh sekretariat Kominda untuk mendistribusikan hasil
Universitas Pertahanan
8
Universitas Pertahanan
8
Universitas Pertahanan
8
Universitas Pertahanan
8
Universitas Pertahanan
8
Universitas Pertahanan
9
Universitas Pertahanan
9
Universitas Pertahanan
9
Universitas Pertahanan
9
Universitas Pertahanan
9
Universitas Pertahanan
9
Universitas Pertahanan
9
Universitas Pertahanan
9
Universitas Pertahanan
9
Universitas Pertahanan
9
Universitas Pertahanan
1
Universitas Pertahanan
1
informasi yang di dapat lebih banyak berasal dari Polres, Kodim dan
BINDA. Pelaporan hanya terbatas pada informasi yang bersifat umum dan
tidak bersifat spesifik sehingga dalam laporan Kominda pun peneliti tidak
bisa menemukan informasi yang akurat mengenai kejadian-kejadian aktual
yang terjadi di Kota Pontianak. Dengan demikian, diharapkan kedepannya
Kominda dapat membuat sebuah sistem pembagian kerja melalui fungsi
penyelidikan yang terarah dan terencana sebagai bagian dari
perencanaan pengambilan keputusan dan pencegahan konflik yang
merupakan tugas pokok dari Kominda.
Universitas Pertahanan
1
Universitas Pertahanan
1
6. Laporan atensi tentang kebakaran pasar tengah dan aksi damai FPI
ke polresta Pontianak serta Laporam Atensi tentang keberadaan ISIA
di Kota Pontianak Bulan Juli 2014
7. Laporan atensi tentang wacana kenaikan harga BBM dan tentang
persediaan solar subsidi di Kalbar bulan Agustus 2014.
8. Laporan Atensi bentroknya mahasiswa Fisip dan Hukum Untan serta
unjuk rasa mahasiswa dan aktivis pada pelantikan anggota DPRD
Kalbar periode 2014-2019 Bulan September 2014.
Dengan demikian pelaksanaan fungsi koordinasi pelaporan secara
administrasi telah dilaksanakan sesuai dengan mekanisme kerja yang ada
dalam ketentuan. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan kepala
kesbangpol, Drs. Zulkarnain M.Si mengatakan bahwa :
“Sejauh ini kesbangpol sudah melaksanakan fungsinya secara
normatif, sesuai peraturan untuk melaksanakan koordinasi dan
fasilitasi. Hasilnya seperti yang sudah kami laporkan, berjalan
secara formal. Jadi kami rasa, itu yang maksimal yang kami
perbuat” . (wawancara, 12 Januari 2016).
Universitas Pertahanan
1
dengan baik. Tanpa koordinasi tugas dan pekerjaan dari setiap individu
dan sumber daya dalam organisasi tidak akan tercapai. Dalam kominda
setiap bagian atau anggota kominda melakukan tugas dan pekerjaan yang
berbeda baik dari kepentingan maupun tujuan. Untuk itu masing-masing
pekerjaan dan kegiatan yang terkait dengan tugas dan peran dalam
kominda harus disatukan diarahkan dan diintegrasikan agar tujuan
dibentuknya kominda sebagai wadah koodinasi dan kerjasama dalam
rangka deteksi dini setiap ancaman stabilitas nasional di daerah dapat
tercapai.
Menurut Hasibuan (2001; 86) koordinasi menjadi bagian yang
sangat penting dalam organisasi, dengan alasan :
a. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percekcokan dan kembaran
atau kekosongan pekerjaan.
b. Agar orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan
untuk pencapaian tujuan organisasi
c. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.
d. Supaya semua unsur manajemen dan pekerjaan masing-masing
individu karyawan harus membantu tercapainya tujuan organisasi.
Optimalisasi peran Kominda Kota Pontianak dilakukan melalui
Koordinasi yang dilakukan dalam rangka deteksi dini Konflik Komunal.
Koordinasi menjadi suatu hal yang wajib dalam upaya yang dilakukan
Kominda untuk deteksi dini dan pencegahan konflik. Sebagai sebuah
organisasi, Kominda memfasilitasi keseluruhan proses kerjasama dan
koordinasi antara lembaga intelijen yang berbeda tugas dan tanggung
jawab. Bukan menjadi hal yang mudah bagi Kominda untuk menyatukan
unsur-unsur yang berbeda menjadi sebuah organisasi yang efektif bagi
tujuan Kominda sendiri. Banyak masalah koordinasi yang timbul karena
unit-unit dalam organisasi yang berlainan bertanggung jawab terhadap hal
yang berbeda dalam satu waktu.
4.3.1 Masalah-masalah dalam koordinasi
Paul R. Lawrence dan dan Jay W. Lorch (dalam Handoko, 2003)
mengungkapkan 4 tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang
Universitas Pertahanan
1
Universitas Pertahanan
1
Universitas Pertahanan
1
Universitas Pertahanan
1
Universitas Pertahanan
1
dengan cara atau metode yang digunakan dalam pelaksanaan tugas pada
instansi pokoknya.
Dalam artian produk yang dihasilkan dari kedua aktivitas dalam
organisasi adalah berupa informasi intelijen. Namun kedua pimpinan
organisasi atau institusi belum dapat mengkoordinasikan dengan baik hasil
-hasil kerja dari bagian-bagian yang memiliki fungsi yang sama tersebut
karena masing-masing institusi tunduk pada kebijaksanaan yang berlainan,
dalam institusi masing-masing yang ditentukan oleh kepala instansi
masing-masing dan untuk kepentingan yang berbeda. Dengan kata lain
pada satu waktu aparat kominda harus bekerja pada dua pengguna
produk tetapi dengan hierarki dan bentuk serta hubungan organisasi yang
berbeda.
b. Perbedaan jadwal waktu.
Pada kenyataannya kebanyakan kegiatan dalam organisasi
memerlukan jumlah waktu yang berlainan untuk menyelesaikan pekerjaan
dalam organisasinya. Dalam kaitan dengan kominda, masalah perbedaan
jadwal waktu akan dikaitkan dengan perbedaan prioritas kegiatan yang
dilaksanakan oleh masing-masing apintel terhadap kominda dan terhadap
instansi asal. Dalam pelaksanaannya hal ini menimbulkan persepsi
penting dan tidak penting. Hal ini terlihat dengan waktu pelaksanaan rapat
rutin yang sering tidak terealisasi pada waktu yang telah ditetapkan dan
tingkat kehadiran pada saat rapat. Pendelegasian perwakilan dari masing-
masing instansi sering dirasa tidak tepat dengan pengiriman personil yang
tidak dapat mengambil keputusan secara langsung maupun dalam proses
analisis informasi yang berkaitan dengan deteksi dini . Tentunya hal ini
menghambat pelaksanaan koordinasi dalam kominda terkait perannya
dalam kegiatan deteksi dini.
4.3.2.2 Faktor Manusia dan Koordinasi.
Masalah yang timbul karena masalah atau faktor manusia adalah
masalah atau faktor yang berhubungan dengan maslah yang berkembang
diantara orang-orang, kelompok-kelompok dan bagian-bagian. Beberapa
masalah koordinasi disebabkan oleh perbedaan di antara orang-orang dan
Universitas Pertahanan
1
Universitas Pertahanan
1
Selam ini analisa dilakukan oleh kepala kesbangpol yang bahkan belum
pernah mengikuti diklat atau pendidikan dasar intelijen.
Kedua. Anggaran yang terbatas.
Salah satu kendala yang paling sering dihadapi oleh organisasi
dalam proses pencapaian tujuan adalah masalah anggaran. Dalam
pelaksanaan operasionalisasi Kominda, Dukungan anggaran yang
diberikan untuk kegiatan Kominda melekat pada Kantor Kesatuan Bangsa
dan Sosial Politik Kota Pontianak. Dalam Dokumen Anggaran untuk
kegiatan fasilitasi Kominda, dukungan operasional yang diberikan berupa
Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan yang besarannya mungkin tidak
sebanding dengan kegiatan dan usaha apintel dalam memperoleh
informasi yang tentu saja melibatkan tidak sedikit personil. secara riil,
kurangnya dukungan dari pemerintah daerah tentu saja akan berpengaruh
terhadap distribusi dan pertukaran informasi sehingga akan
memmpengaruhi peran Kominda secara keseluruhan.
Ketiga. Keterbatasan sarana dan prasarana.
Tersedianya sarana dan prasarana yang cukup dan dengan
kualitas yang baik akan turut menunjang keberhasilan pelaksanaan tujuan
organisasi. Tanpa saran dan prasarana yang baik mustahil tujuan
organisasi akan tercapai secara efektif dan optimal. Sarana dan prasarana
dalam hal ini meliputi kantor dan alat-alat pendukung tugas lain.
Dalam pelaksanaannya Kominda Kota Pontianak memiliki
sekretariat yang ditempatkan pada Kantor Kesatuan Bangsa dan Sosial
Politik Kota Pontianak. Namun dalam peninjauan secara langsung di
lapangan bahwa kelengkapan sekretariat kominda masih dapat dikatakan
terbatas. Baik dari segi administrasi maupun alat pendukung pelaksanaan
tugas intelijen. dari segi administrasi dilihat bahwa tidak tersedia data-data
pendukung yang meliputi rencana kerja, peta konflik, peta kerawanan
bahkan inventarisai data belum dilakukan dengan baik.
Hal ini dikarenakan di sekretariat juga tidak tersedia ruangan yang
representatif sebagai pendukung kegaitan. Begitu juga dengan komputer,
alat komunikasi dan pendukung tugas intelijen lain. Padahal sarana dan
Universitas Pertahanan
1
Universitas Pertahanan
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.1.1 Optim alisasi peran Kominda dalam deteksi dini konflik komunal
di Kota Pontianak
Optimalisasi peran Kominda dalam deteksi dini konflik komunal di
Kota Pontianak dilakukan melalui peningkatan hubungan koordinasi yang
dilakukan melalui rapat rutin kominda maupun pertemuan informal untuk
membahas hal-hal urgen. Berdasarkan fungsi tugas kominda dalam
deteksi dini , peran yang dilaksanakan meliputi dua aspek , yaitu :;
a. Pengumpulan dan penghimpunan Informasi intelijen melalui koordinasi
antar aparat intelijen yang berkaitan dengan objek kerawanan yang
ada di Kota Pontianak.
b. Rekomendasi kebijakan yang berkaitan dengan deteksi dini terhadap
ancaman kerawanan yang ada di Kota Pontianak
Pada pelaksanaannya koordinasi yang dilakukan belum dapat dikatakan
optimal karena tidak semua indikator dalam koordinasi menurut
Handayaningrat dapat terpenuhi.
5.1.2 Faktor-faktor yang menghambat Optim alisasi Peran
Kominda.
Masalah-masalah yang dihadapi Kominda Kota Pontianak terkait
dengan optimalisasi peran Kominda dalam deteksi dini konflik komunal di
Kota Pontianak meliputi malah-masalah yang timbul karena faktor
organisasi yang diakibatkan oleh adanya beban kerja terhadap tugas yang
bersamaan yang harus dilakukan tetapi dibawahi oleh institusi dan
organisasi yang berbeda. Dengan struktur yang berbeda, dan waktu
pelaksanaan yang berbeda atau bahkan menuntut sama. Sehingga akan
menimbulkan persepsi penting dan tidak penting dalam pelaksanaan tugas
tersebut.
Masalah lain yang menghambat koordinasi adalah yang terkait dengan
faktor manusia dan koordinasi. Kendala-kendala koordinasi yang dihadapi
dalam faktor ini terkait dengan masalah perbedaan sumber daya yang
c
1
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, peneliti melihat bahwa perlu
dilakukan perbaikan-perbaikan dalam menunjang optimalisasi peran
kominda dalam deteksi dini konflik komunal di Kota Pontianak. Saran-
saran yang dapat diberikan adalah :
5.2.1 Saran Teoritis
1. Konflik merupakan situasi yang sangat dinamis, cepat berubah dan
tidak statis, untuk itu sangat penting memiliki cara pandang yang
dinamis dan holistik untuk memahami konflik
2. Dibutuhkan pemahaman intelijen untuk meningkatkan kepekaan dari
seluruh pemangku kepentingan di daerah karena dengan kondisi yang
ada di Kota Pontianak konflik kecil dapat mengakibatkan konflik
Komunal yang berdampak pada stabilitas nasional di daerah
5.2.2 Saran Praktis
1. Penguatan kemampuan aparat intelijen dalam kominda untuk
mendeteksi secara dini potensi dan kerawanan yang dapat memicu
terjadinya Konflik Komunal.
2. Penguatan kemampuan aparat pemerintah untuk melakukan cegah
dini terhadap potensi dan kerawanan yang memicu terjadinya Konflik
Komunal
3. Peningkatan koordinasi internal antara aparat kominda sebagai bagian
dari unsur organisasi sehingga tidak ada gap antar anggota
4. Peningkatan Koordinasi antar bagian dalam Kominda sebagai bagian
Universitas Pertahanan
1
Universitas Pertahanan
1
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Astuti Buchari, Dr. Sri. (2014). Kebangkitan Etnis Menuju Politik Identitas.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor.
Coser, L. A. (1956). The Function of Social Conflict. New York: The Free
Press.
Geertz, Clifford (ed.). (1963) .Old societies and new states: the quest for
Universitas Pertahanan
1
modernity in Asia and Africa. USA: The Free Press of Glencoe &
London UK.
La Ode, M.D. (2012). Etnis Cina Indonesia Dalam Politik: Politik Etnis Cina
Pontianak dan Singkawang di Era Reformasi 1998-2008. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor.
Universitas Pertahanan
1
Miles, B.M. dan Michael Huberman. (2009). Analisis Data Kualitatif : Buku
Sumber tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.
Mitchell, C. (1981). The Structure of International Conflict. London:
Macmillan.
Moekijat, D. (1994). Koordinasi (Suatu Tinjauan Teoritis). Bandung:
Mandar Maju.
Moleong, L. J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Novri Susan, M. (2010). Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik
Kontemporer . Jakarta: Kencana.
Prayitno, R. (2009). Intelijen Bertawaf. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Retno Wulan, Alexandra, dkk. (2006). Negara, Intel, dan Ketakutan.
Jakarta: Pacifis UI.
Riduwan, DR. (2014). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian .
Bandung: Alfabeta.
Ritzer, G, dan Douglas J. Goodman. (2007). Teori Sosiologi Modern.
Jakarta: Prenda Media Group.
Schmid, A. P. (2000). Theosaurus and Glossary of Early Warning and
Conflict Prevention terms. Synthesis Foundation Erasmus
University.
Universitas Pertahanan
1
Van Klinken, Gerry. 2007. Perang Kota Kecil: Kekerasan Komunal dan
Demokratisasi di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
KTTLV.
Website
Galtung, J.(1978). Peace and Social Structure. Prio Monograph, 486- 491.
Universitas Pertahanan
1
Perundang-Undangan
Universitas Pertahanan