BAB I
KONSEP DASAR AIR TANAH
1.1. Pendahuluan
Airtanah dipelajari dalam ilmu geohidrologi. Geohidrologi adalah cabang
ilmu hidrologi yang mempelajari keberadaan, persebaran, pergerakan serta sifat
fisik dan kimia air di bawah permukaan tanah. Selain ilmu geohidrologi ada
beberapa cabang ilmu hidrologi lainnya, diantaranya adalah Potamologi yang
mempelajari tentang air permukaan (sungai), Limnologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang genangan air secara alamiah (danau dan rawa),
Hidrometeorologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
meteorologi dan hidrologi (hujan, suhu udara, penguapan) serta Kriologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang salju dan es.
Selain ilmu-ilmu hidrologi seperti yang terkait di atas, ada istilah lain yang
hampir sama dengan pengertian geohidrologi yaitu hidrogeologi. Hidrogeologi
adalah cabang ilmu hidrologi yang mempelajari airtanah tetapi lebih ditekankan
pada material geologi.
Dalam Bab I ini akan dibahas secara mendalam konsep dasar airtanah.
Hal-hal yang akan dibahas adalah pengertian airtanah, kedudukan airtanah dalam
daur hidrologi, hubungan geohidrologi dengan ilmu-ilmu lainnya, sumber
airtanah serta agihan dan aliran airtanah. Isi Bab ini sangat penting karena
merupakan konsep dasar dalam mempelajari airtanah secara keseluruhan.
Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi (tidak termasuk es di kutub),
96% merupakan airtanah, sedangkan 4% sisanya terdapat di waduk, danau serta
uap air di udara. Airtanah (groundwater) adalah air yang berada di bawah
permukaan tanah pada zone jenuh air, dengan tekanan hidrostatis sama atau
lebih besar daripada tekanan udara. Sumber utama airtanah adalah air hujan
yang meresap ke dalam tanah mengikuti suatu proses yang disebut daur
hidrologi, yang secara skematis dapat dilihat pada gambar 1.
aliran sungai (stream flow) dan sebagian lagi terserap (infiltrasi) di daerah
recharge menjadi airtanah.
Ilmu geokimia sangat membantu untuk mengetahui kondisi air tanah dan
meteorology sangat diperlukan dalam studi air tanah karena interaksi tanah dan
air dan udara sangat erat dalam daur hidrologi. Ilmu radiologi diperlukan untuk
mengetahui asal dan gerakan air tanah serta pencemaran yang terjadi pada
akuifer.
Pada mintakat jenuh semua rongga terisi air dan telah mempunyai
tekanan hidrostatis. Air yg terdapat di mintakat ini disebut airtanah. Diantara
kedua mintakat ini dibatasi oleh bidang muka airtanah yang sering disebut water
table atau muka freatik (Gambar 2).
Ground Surface
Intermediate
vadose zone
Zone of saturation
Capilitary zone
Water Table
Impermeable Rock
Geohirdrologi dan Hidrothermal
akan bergerak turun ke bawah secara gravitatif. Air yang bergerak turun ini
disebut hasil air (water yield).
Specific retention adalah rasio antara air yang tertahan di tanah jenuh
pada saat pemompaan dengan volume total batuan atau tanah, dan dinyatakan
dalam satuan persen ( % ). Secara matematis dapat dirumuskan :
Sr = Wr x 100%
Kebalikan dari Specific retention adalah specific yield (Sy) yang sering
disebut pula kesarangan efektif. Specific yield adalah rasio antara air yang dapat
diambil selama pemompaan dengan volume total batuan atau tanah, dan
dinyatakan dalam satuan persen ( % ). Secara matematis dapat dirumuskan.
Sy = Wy x 100%
Jika semua rongga di dalam batuan atau tanah saling berhubungan, maka
jumlah dari specific retention dan specific yield adalah merupakan porositas atau
kesarangan batuan ( α ) yang dapat dinyatakan dalam rumus :
α = Sr + Sy
Pada tabel 1 dapat dilihat Specific yield dari berbagai batuan yang
dikemukakan oleh Johnson :
Kerikil kasar 23
Kerikil sedang 24
Kerikil halus 25
Pasir kasar 27
Pasir sedang 28
Pasir halus 28
Debu 8
Lempung 8
Batu gamping 14
Sanddune 38
Sekis 26
Tuf 21
Table 1. Specific Yield dari Berbagai Batuan Menurut Johnson (Todd, 1980)
Gerak air tanah dalam akuifer ditanah dipengaruhi oleh konduktivitas dan
gradien hidrolik. Fenomena ini telah diamati oleh Darcy dengan eksperimen
saringan pasir. Konduktivitas hidrolik adalah konstanta ukuran kelulusan dari
suatu medium, sedangkan gradien hidrolik adalah kemiringan lapisan tanah.
dan total laju aliran atau debit airtanah di seluruh akuifer adalah :
50 m
Alluvium Water table
1000 m
Equipotential line
25 m Flow line
50 m
75 m
62.4
61.2 Groundwater
contours
Water table
elevation
Direction of
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan
Groundwater Gas Bumi Balikpapan
Flow 9
60.8
Geohirdrologi dan Hidrothermal
Cross
sections
(a)
(b)
Plan
views
1. Evapotranspirasi
Akuifer bebas dengan muka airtanah tidak terlalu dalam akan mengalami
fluktuasi harian yang disebabkan oleh evapotranspirasi. Evapotranspirasi
menyebabkan terjadinya pelepasan airtanah ke atmosfer. Besar kecilnya
pelepasan airtanah oleh evapotranspirasi tergantung pada mintakat kapiler.
Kedalaman perakaran tumbuhan serta factor-faktor yang mempengaruhi
evapotranspirasi itu sendiri. White (Todd, 1980) memberikan rumus untuk
menghitung kehilangan airtanah akibat evapotranspirasi.
2. Keadaan Cuaca
3. Pasangsurut
Perubahan tinggi rendahnya air sungai dan pasangsurut di laut ternyata
berpengaruh terhadap muka airtanah .
4. Urbanisasi
Urbanisasi menyebabkan perubahan muka airtanah akibat bertambahnya
pengambilan airtanah dan berkurangnya imbuh airtanah. Ketidakseimbangan
antara besarnya pengambilan air dari sumur dengan imbuh dari air sisa
rumahtangga merupakan penyebab penurunan muka airtanah. Disamping itu
berkurangnya ruang terbuka sebagai daerah resapan semakin mengurangi
besarnya imbuh airtanah.
5. Gempa bumi
7. Penurunan tanah
BAB II
AKUIFER
2.1. Pendahuluan
Airtanah tidak dijumpai di semua tempat. Keterdapatan air tanah
tergantung dari pada ada tidaknya lapisan batuan yang dapat mengandung air
tanah yang disebut akuifer. Demikan pula keadalam air tanah juga tidak selalu
sama, ini tergantung dari ke dalam akuifernya.
2.1.1. Pengertian
Airtanah terdapat pada berbagai formasi geologi, terutama pada akuifer
(aquifer). Akuifer adalah formasi batuan yang dapat menyimpan dan melalukan
air. Akuifer sering pula disebut reservoir airtanah atau formasi air. Contoh
material yang dapat berfungsi sebagai akuifer adalah pasir dan kerikil lepas.
Formasi batuan yang merupakan kebalikan dari akuifer adalah akuifug (aquifug),
yaitu formasi batuan yang tidak dapat menyimpan maupun melalukan air. Contoh
akuifug adalah granit.
Sifat batuan yang lain selain akuifer dan akuifug adalah akuiklud
(aquiklude) dan akuitard (aquitard). Akuiklud adalah formasi batuan yang dapat
menyimpan air tetapi tidak dapat melalukannya dalam jumlah yang berarti,
misalnya lempung, serpih, tuf halus dan batuan lain yang butirannya berukuran
lempung. Akuitard adalah formasi batuan yang mempunyai susunan sedimikian
rupa sehingga dapat menyimpan air tetapi hanya dapat melalukanya dalam
jumlah yang terbatas , misalnya tampak pada rembesan atau kebocoran-
kebocoran.
Pada umumnya akuifer meliputi wilayah luas dan dapat dilihat sebagai
waduk air di bawah tanah (underground storage reservoir). Air masuk ke waduk
ini sebagai imbuhan alami ataupun buatan, dan mengalir keluar secara gravitasi
ataupun melalui sumur buatan.
Akuifer ini sering disebut juga dengan akuifer tidak tertekan menggantung
( perched aquifer ) akuifer ini terjadi bila tubuh air tanah terpisahkan Dan
akuifer ini umumnya ditemukan pada kedalaman yang relative dangkal
yaitu dari 40 meter yang dinamakan dengan formasi batuan yang kedap
air.
Akuifer jenis ini sering juga disebut sebagai akifer artesis. Bila air tanah
disumur dapat mengalir dipermukaan tanah disebut sumur mengalir
(flowing well). Dan bila air tanah disumur kenaikannya tidak mencapai
permukaan tanah disebut sumur artesisi (artesian well )
daerah lembah alluvial dan daratan, yang air tanahnya terletak di bawah
lapisan yang setengah kedap air atau akuitard.
4. Akuifer Ideal
Ada berbagai formasi geologi yang dapat berfungsi sebagai akuifer adalah
sebagai berikut :
1. Endapan Aluvial
Berdasarkan cara terbentuknya akuifer di daerah ini dapat dibagi menjadi
4 kategori :
a) Batu Gamping
Batu gamping mempunyai variasi yang besar dalam densitas,
kesarangan dan kelulusan. Variasi ini tergantung dari derajat
penampatan dan perkembangan rekahan pada saat
pembentukannya lubang-lubang.
b) Batuan Vulkanik
Batuan vulkanik dapat membetuk akuifer dengan kelulusan tinggi,
seperti misalnya basalt. Basalt mempunyai karakteristik berpori-
pori, yang merupakan bekas lubang gas dan mempunyai banyak
retakan.
c) Batupasir
Batuan pasir dan konglomerat terbentuk dari kerikil dan pasir yang
tersemen. Kesarangan dan hasil airnya telah berkurang, akibat
semen. Bila batu pasir dan konglemerat menpunyai banyak
retakan, maka batuan ini mempunyai hasil air yang baik.
Kedua jenis batuan ini relative kedap air dan merupakan akuifer
jelek. Meskipun demikian jika mengalami pelapukan, pada batuan
ini dapat dibuat sumur kecil untuk kebutuhan rumah tangga.
BAB III
KARAKTERISTIK AKUIFER
4.1. Pendahuluan
Kondisi akuifer tidak selalu sama, meskipun dalam perhitungan
matematis airtanah, seringkali akuifer dianggap homogen dan isotropis (akuifer
ideal). Kondisi suatu akuifer dikontrol oleh koefisien timbunan, kesarangan,
kelulusan dan keterusannya. Keempat parameter inilah yang menentukan
karakteristik suatu akuifer.
Gambar 7.
Material Kesarangan ( %)
Kerikil Kasar 28
Kerikil Sedang 32
Kerikil Halus 34
Pasir Kasar 39
Pasir Sedang 39
Pasir Halus 43
Debu 46
Lempung 42
Batu gamping 30
Dolomite 26
Sekis 38
Serpih 6
Tuf 41
Basalt 17
Gabro lapuk 43
Granit lapuk 45
k = K µ
ρ.g
dengan, k = permeabilitas
K = konduktivitas hidrolik
µ = viskositas
ρ = densitas fluida
g = percepatan gravitasi
BAB IV
MATAAIR
4.1. Pendahuluan
1. Curah hujan,
2. Karakteristik hidrologi material permukaan tanah terutama
permiabilitasnya,
3. Topografi,
4. Karakteristik hidrologi formasi akuifer dan
5. Struktur geologi
a. Mataair dingin (cold springs), mataair yg suhu airnya rendah, sumber air
berasal dari cairan salju atau es.
b. Tenaga gravitasi :
kedap air.
Sering dijumpai mataair yang airnya panas. Air yang berasal dari mataair
panas biasanya mempunyai kandungan mineral tinggi. Fenomena hidrotermis
merupakan fenomena pelepasan air dan uap, yg selalu berasosiasi dengan
batuan vulkanik dan cenderung berada pada daerah gradien hidrotermis besar.
BAB V
HIDROTHERMAL
5.1. Pendahuluan
Ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki pada sistem panas bumi,
diantaranya adalah :
Beberapa proses perpindahan panas yang dapat terjadi pada suatu media
tertentu, diantaranya adalah :
-
Konduksi (rambatan), terjadi pada benda padat
-
Konveksi (hantaran), terjadi pada benda cair
-
Radiasi (pancaran), terjadi pada benda gas
Proses perpindahan panas dari sistem panas bumi sebagian besar transfer panas
yang berlangsung didominanasi oleh adanya proses konduksi dan konveksi.
-
Proses perubahan mineral primer menjadi mineral sekunder akibat
pengaruh dari reaksi kimia dari fluida panas.
-
Mineral-mineral hidrotermal hasil alterasi dapat mencerminkan kondisi
sub surface
-
Dapat digunakan untuk mendeduksi “thermal history” yaitu reservoir
dalam kondisi heating up ataukah colling down
-
Berperan penting dalam reservoir panas bumi, karena merupakan jalur
bergeraknya fluida
-
Sesar / retakan merupakan porositas sekunder
-
Rhyollite, lebih dari 68% SiO2
-
Dacite, 62 – 68 % SiO2
-
Andesite, 53 – 62 % SiO2
-
Basalt, kurang dari 53 % SiO2
2. Air asam sulfat, memiliki kandungan sulfat tinggi, lebih dari 1000
ppm, karena diakibat dua proses :
-
Pemanasan steam pada air asam sulfat, terjadi oksidasi H2S
pada zona vadose (diatas water table), shg menghasilkan asam
sulfat
-
Akibat gas-gas volatil dari magma (H2O, CO2, SO2, HCL)
mengalami kondensasi menjadi fasa cair.
Cl -
Air Klorida
SO4 HCO3
Gambar 16. Segitiga Triner Fluida Panas Bumi
-
Heat transfer adalah proses perpindahan / aliran panas dari region panas
(temperatur tinggi) ke region dingin (temperatur rendah)
-
Coefficient of heat transfer adalah laju heat transfer per satuan area per
satuan temperatur (W / m2 °C)
-
Heat flux (q) merupakan laju aliran panas per satuan area (W / m2)
-
Overall heat transfer coefficient adalah thermal conductance per satuan
area (W / m2 °C)
-
Specific thermal capacity = specific heat (C) dapat didefinisikan sebagai
besaran panas yang diperlukan untuk menaikkan satu satuan massa
materi dan kenaikan satu satuan temperatur (J / Kg °C)
-
Thermal conductivity (k) adalah kuantitas panas yg ditransfer per satuan
waktu, per satuan area, per satuan gradien temperatur (W / m2 °C)
-
Thermal conductance (C) merupakan laju aliran panas per satuan
temperatur (W / m °C)
-
Thermal resistance (R) adalah kebalikan dari thermal conductance (°C/W)
-
Thermal diffusivity (α) merupakan ratio k / ρ . cp (m2/s)
DAFTAR PUSTAKA
Domenico & Schwarts, 1990, Physical & Chemical Hydrogeology, John Wiley &
Sons, Toronto Canada
Freeze R.A. & Cherry, 1979, Groundwater, Prentice Hall, Inc. United State of
America
Todd, DK., 1984, Groudwater Hydrology, 2nd ed, John Willey & Sons, New York
USA