Anda di halaman 1dari 303

4

IDENTIFIKASI BAYI BARU LAHIR

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
001/08-15/
SPO/PN/RSHK/V/201 00 1/2
8
Ditetapkan oleh:
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Harapan
PROSEDUR
Keluarga Jababeka
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS


Prosedur teknis cara mengidentifikasi sesuai dengan keadaan yang
PENGERTIAN
di temukan pada bayi baru lahir.
- Bayi baru lahir memiliki data yang lengkap dan dapat
dipercaya
TUJUAN
- Bayi terhindar dari kekeliruan
- Menghindari bayi tertukar

KEBIJAKAN SK Direktur RS Harapan Keluarga Jababeka


090/PER/DIR/RSHK/V/2018 tentang Pedoman Rumah Sakit
Sayang Ibu dan Anak
A. Persiapan
1. Alat
a. Gelang bayi
b. Bantalan stempel
c. Tinta stempel
d. Pulpen
e. Rekam medis
PROSEDUR
2. Pasien
Ibu diberitahu tentang prosedur yang akan dilakukan
3. Lingkungan
a. Penerangan cukup
b. Jauhkan benda / barang yang membahayakan bayi
B. Pelaksanaan
1. Catat tanggal, bulan, tahun dan pukul berapa bayi lahir
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
001/08-15/
SPO/PN/RSHK/V/201 00 2/2
8
2. Menilai APGAR sesuai prosedur
3. Memeriksa jenis kelamin
4. Memeriksa apakah ada kelainan bawaan
5. Menimbang berat badan dan mengukur panjang bayi
6. Membuat sidik telapak kaki kiri dan kanan bayi dan jempol
jari tangan kiri dan kanan ibu pada status bayi
7. Memberikan identitas pada bayi atau gelang tangan yang
berisi nama ibu dan ayah (orangtua), jenis kelamin, pukul,
tanggal, bulan, tahun lahir, BB, PB, serta tempat ruang
rawat.
8. Menunjukan cacat/kelainan bawaan bahwa pada ibu dan
keluarga sesuai situasi
9. Mendokumentasikan semua data dalam status bayi dan ibu
10. Merapikan bayi
11. Merapikan alat

C. Hal yang perlu diperhatikan


1. Gelang bayi dipasang jangan terlalu longgar / kencang
2. Sebelum memberi identitas, jenis kelamin bayi, diperlihatkan
langsung kepada orang tuanya
3. Tinta stempel harus jelas dan nyata . Bila bayi dipulangkan
harus digunting dan di depan orangtuanya

1. Ruang bersalin

UNIT TERKAIT 2. Kamar operasi


3. Ruang rawat ibu dan bayi
4
MEMBERI IDENTITAS BAYI BARU
LAHIR

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
002/08-15/
SPO/PN/RSHK/V/201 00 1/2
8
Ditetapkan oleh: Direktur RS
STANDAR
Tanggal terbit Harapan Keluarga Jababeka
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Memberi identitas bayi dengan menggunakan gelang dan


PENGERTIAN
mengambil sidik telapak kaki bayi serta sidik ibu jari tangan
1. Menghindari bayi tertukar
ibu.
TUJUAN
2. Memberi rasa aman dan nyaman bagi orang

Sesuai dengan kebijakan RS Harapan Keluarga Jababeka

KEBIJAKAN No 092/PER/DIR/RSHK/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan


Maternal dan Perinatal.
A. Persiapan
1. Alat
- Gelang Bayi
- Bantalan Stempel
- Tinta Stempel
- Ballpoint
- Rekam Medik

PROSEDUR 2. Pasien
Ibu diberitahu tentang prosedur yang akan dilakukan
3. Lingkungan
a. Penerangan cukup
b. Jauhkan benda tajam / barang yang membahayakan
bayi

B. Pelaksanaan
1. Menanyakan dan mencocokan kembali nama ayah dan
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
002/08-15/
SPO/PN/RSHK/V/ 00 2/2
2018
pada rekam medik
2. Menulis nama ayah dan ibu pada gelang bayi dan ditulis
jelas dengan ballpoint dan huruf cetak ( nomor rekam
medik bayi, tanggal lahir, jam, dan jenis kelamin )
3. Memasang gelang pada tangan kanan bayi segera setelah
bayi lahir, warna gelang disesuaikan dengan jenis kelamin
(untuk bayi laki-laki warna biru muda dan untuk
perempuan warna merah muda )
4. Memasang gelang tangan dengan benar dan menggunting
bagian gelang yang berlebihan
5. Menunjukkan gelang tangan yang dipasang kepada ibu
dan keluarga
6. Mengambil sidik telapak kaki bayi kiri kanan dan sidik ibu
jari tangan kiri dan kanan ibu pada rekam medik bayi

C. Hal yang diperhatikan :


- Gelang bayi dipasang jangan terlalu longgar / kencang
- Sebelum memberi identitas, jenis kelamin bayi
diperhatikan
- Langsung kepada orang tuanya
- Tinta stempel harus jelas dan nyata
- Bila bayi dipulangkan gelang harus digunting di
depan orang tuanya
- Ruang Rawat Ibu dan Bayi
UNIT TERKAIT
- Perinatal
4
PEMERIKSAAN PADA BAYI BARU
LAHIR

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
003/08-15/
SPO/PN/RSHK/V/201 00 1/2
8
Ditetapkan oleh: Direktur RS
STANDAR
Tanggal terbit Harapan Keluarga
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

PENGERTIAN Memeriksa bayi baru lahir secara keseluruhan dengan sistematis

- Memperoleh data
TUJUAN
- Membantu menentukan diagnosa
SK Direktur RS Harapan Keluarga 092/PER/DIR/RSHK/V/2018
KEBIJAKAN
tentang Pedoman Pelayanan Maternal dan Perinatal

A. Persiapan
1. Alat
a. Thermometer
b. Stetoskop
c. Metline
d. Spatel dan senter
2. Pasien
Ibu diberitahu tentang perawatan bayi

PROSEDUR B. Pelaksanaan
1. Memeriksa bagian kepala antara lain:
- Ukuran kepala
- Cephal hematom / caput succedaneum / molage
- Sutura meregang
2. Memeriksa bagian muka:
- Mata (reaksi pupil) – telinga – hidung
- Mulut (labio genato palate schizis)
3. Memeriksa bagian leher antara lain:
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
003/08-15/
SPO/PN/RSHK/V 00 2/2
/2018
- Leher pendek / tortikolis
4. Memeriksa bagian bahu:
- Fraktur klavikula
5. Memerikasa bagian dada:
- Pembesaran / dada burung
- Pernafasan
- R etraksi
6. Memeriksa bagian extremitas antara lain:
- Simetris
- Jumlah jari (polidactili / syndactili)
- Reflex moro
- Kelainan bentuk kaki (pesvagus / pesvarus)
- Fraktur
7. Memeriksa bagian abdomen antara lain:
- Perdarahan tali pusat
- Pembesaran

1. Ruang bersalin
2. Kamar operasi
UNIT TERKAIT
3. Ruang rawat ibu dan bayi
4. Perinatal
4
PENGGUNAAN SUCTION (ALAT PENGHISAP
LENDIR)

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
004/08-15/
00 1/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
Ditetapkan oleh: Direktur RS
STANDAR
Tanggal terbit Harapan Keluarga
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Prosedur penggunaan alat penghisap lendir (suction) untuk


PENGERTIAN
melakukan pembersihan lendir pada bayi / anak
- Untuk membersihkan lendir dengan cara menghisap lender
TUJUAN
- Untuk menghisap lendir dari rongga mulut
SK Direktur RS 092/PER/DIR/RSHK/V/2018 tentang
KEBIJAKAN
Pedoman Pelayanan Maternal dan Perinatal

A. Persiapan
1. Alat
a. Sarung tangan
b. Mesin penghisap lendir
c. Suction Catheter
d. Stetoskop

B. Pelaksanaan
PROSEDUR
1. Pastikan bahwa mesin penghisap lendir berfungsi
dengan baik
2. Sambungkan kabel penghisap lendir dengan stop
kontak listrik sesuai dengan voltage
3. Gunakan sarung tangan karet
4. Atur posisi bayi kepala miring ke salah satu arah
5. Atur besar tekanan suction sesuai kebutuhan
6. Masukkan suction chateter ke lubang hidung/ mulut secara
4
PENGGUNAAN SUCTION (ALAT PENGHISAP
LENDIR)

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
004/08-15/
00 2/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
perlahan
7. Bilas suction catheter kemudian rendam pada
cairan desinfektan
1. Ruang Bersalin
2. Perinatal
3. Ruang rawat ibu dan bayi
UNIT TERKAIT
4. NICU
5. IGD / Ponek 24 jam
6. Ruang rawat anak
4
MERAWAT JENAZAH BAYI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
005/08-15/
SPO/PN/RSHK/V/ 00 1/1
2018
Ditetapkan oleh: Direktur RS
STANDAR
Tanggal terbit Harapan Keluarga
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Prosedur tindakan perawatan khusus kepada bayi yang baru saja


PENGERTIAN
meninggal.
- Jenazah bersih dan rapi
TUJUAN
- Rasa puas orangtua dan keluarga terpenuhi
SK Direktur RS Harapan Keluarga 092/PER/DIR/RSHK/V/2018
KEBIJAKAN
tentang pemberlakuan Pedoman Pelayanan Maternal dan Perinatal

1. Cuci tangan
2. Menutup lubang hidung, dubur, telinga dengan
kapas menggunakan pinset.
3. Mengikat kedua kaki supaya rapat dengan kain verband
4. Melipatkan kedua tangan di atas dada
5. Membungkus jenazah dengan cara dibedongg

PROSEDUR 6. Cuci tangan setelah melakukan tindakan


7. Siapkan surat kematian
8. Hubungi petugas jenazah untuk membawa ke kamar jenazah
9. Beri tahu orang tua dan keluarga jezah akan segera
dibawa ke kamar jenazah
10. Serah terima jenazah dengan petugas kamar
jenazah minimal 2 jam setelah meninggal.
1. Ruang Bersalin

UNIT TERKAIT 2. Perinatal


3. Ruang rawat ibu dan anak
4
BAYI BERAT LAHIR RENDAH

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
006/08-15/
SPO/PN/RSHK/V/ 00 1/2
2018
Ditetapkan oleh: Direktur RS
STANDAR
Tanggal terbit Harapan Keluarga
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat 2.500
gram atau kurang
Terbagi atas :
- Bayi premature ( preterm ) : bayi dengan umur

PENGERTIAN kehamilan kurang dari 37 minggu


- Bayi dismatur ( small for date, small for gestasional age )
: bayi dengan berat badan kurang dari persentil ke 10 dari
grafik pertumbuhan janin dalam uterus

Bayi ditempatkan di lingkungan yang aman dan nyaman


TUJUAN
Sesuai dengan peraturan RS Harapan Keluarga No 092/
KEBIJAKAN
PER/DIR/RSHK/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal
dan Perinatal
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
1. Rawat didalam incubator dengan suhu 36.5ºC
2. Pasang monitoring jantung
3. Monitor tanda vital
4. Pemeriksaan laboratorium :
- Darah lengkap, elektrolit, gula darah, fungsi
PROSEDUR
hati, fungsi ginjal
- Babygram
- Analisa gas darah
5. Nutrisi dan cairan sesuai kebutuhan
6. Terapi oksigen hati-hati sampai tekanan oksigen arteri 60 –
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
006/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

80 mmHg
7. Bila dibutuhkan terapi dengan antibiotik sesuai indikasi

- Perinatal

UNIT TERKAIT - NICU


- IGD / Ponek 24 jam
4
PENGGUNAAN ALAT INFANT WARMER

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
007/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

PENGERTIAN Mengoperasikan alat infant warmer

Memberikan penjelasan kepada petugas tentang langkah-


TUJUAN
langkah penggunaan infant warmer.
Sesuai Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan


Maternal dan Perinatal
A. Prosedur menghidupkan infant warmer :
1. Hubungkan alat dengan sumber listrik
2. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF ke
posisi
ON.
3. Lakukan pemanasan alat/warming up alat secukupnya.
4. Atur suhu infan warmer
5. Hidupkan lampu bila perlu tekan tombol ON.
PROSEDUR
6. Lakukan tindakan

B. Prosedur penyimpanan infant warmer :


1. Matikan lampu dengan menekan tombol ON/OFF
ke posisi OFF.
2. Lepaskan hubungan alat dari catu daya.
3. Bersihkan alat setelah digunakan.
4. Pasang penutup debu
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
007/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

5. Simpan alat pada tempatnya.

- Perina

UNIT TERKAIT - NICU


- Ruang Bersalin
4
TEKNIK MENYIMPAN ASI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
008/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/3

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Suatu cara penyimpanan ASI sebagai persediaan saat bayi dan ibu
PENGERTIAN
terpisah
Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
TUJUAN
Sesuai Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal


dan Perinatal.
1. Setelah ASI diberikan oleh ibu / keluarga, simpan dalam
jumlah yang sama dengan yang bisa dihabiskan bayi dalam
1 kali minum
2. Beri label setiap wadah dengan nama, tanggal dan waktu serta
jumlah
3. Jika ASI dibekukan, tinggalkan sedikit ruang dalam wadah
untuk pemuaian ASI
4. Cara penyimpanan ASI
PROSEDUR
No Tempat Suhu Durasi Keterangan
Meja Suhu 6-8 Wadah harus ditutupi dan
1 ruangan jam dijaga
(max. Sedingin mungkin, bila
25ºC) perlu di
balut dengan handuk
dingin.
2 Cooler -15-4ºC 24 jam Pastikan es batu
bag menyentuh wadah ASI
tertutup sepanjang waktu, hindari
membuka cooler bag
3 Lemari 4ºC 5 hari Simpan ASI pada bagian
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
008/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/3

es belakang lemari es
4 Freezer 2 mgg Simpan ASI pada bagian
dengan belakang freezer dimana
lemari suhu berada dalam
es 1 kondisi paling stabil, ASI
pintu yang
5 Freezer -18ºC 3-6 Disimpan lebih lama dari
dengan bln waktu yg dianjurkan tetap
lemari aman, tetapi
es 2 Kandungan lemak mulai
pintu
6 Freezer Terdegradasi sehingga
dengan kualitasnya menurun
pintu di
atas
5. Keluarkan ASI sesuai yang dibutuhkan
6. Cairkan ASI yang beku dengan “slow defrost” selama satu
malam dalam lemari es
7. Rendam susu sambil diputar-putar dalam mangkuk berisi air
suam kuku hingga hangat. Panaas berlebihan akan merubah
atau menghancurkan enzim dan protein
8. Cairkan seluruhnya karena lemak terpisah saat proses
pembekuan
9. Setelah dicairkan, ASI harus digunakan dalam waktu 24 ja

Hal yang perlu diperhatikan


- Jangan pernah menggunakan microwave untuk mencairkan
atau menghangtkan ASI
- Bayi prematur atau sakit memerlukan kehati-hatian lebih
saat pengumpulan dan penyimpanan ASI. Yang paling
aman adalah mendinginkan ASI segera dan tidak
membiarkannya di suhu kamar
- Membekukan kembali ASI yang telah dicairkan atau
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
008/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 3/3

dicairkan setengah tidak dianjurkan


- Jangan menggunakan kembali bagian ASI yang tidak
habis di botol karena telah terkontaminasi oleh air liur
- bayi
Ruang Rawat Ibu dan Bayi

UNIT TERKAIT - Perinatal


- Nicu
4
BILAS LAMBUNG PADA KLIEN
BAYI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
009/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/4

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Bilas lambung adalah membersihkan lambung dengan cara

PENGERTIAN memasukkan dan mengeluarkan air ke / dari lambung dengan


menggunakan slang lambung
Membersihkan dan mengeluarkan racun dari lambung.
TUJUAN
Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar operasional
prosedur yang berlaku sesuai dengan Peraturan Direktur Nomor
KEBIJAKAN
092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal
dan Perinatal
1. Persiapan alat :
Baki steril berisi slang lambung lengkap, dengan
ukuran sesuai kebutuhan.
Perlak dan handuk sebagai pengalas.
Bengkok besar.
Ember (penampung).
Gelas berisi air matang / Air hangat / dingin satu sampai
PROSEDUR dua liter (sesuai kebutuhan)
Gelas ukuran.
Kain kassa / tissue.
Celemek dari plastik / karet.
Perangkat pemberian oksigen lengkap.
Jelly
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
009/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/4

2. Persiapan klien :
Lakukan pendekatan kepada keluarga dengan memberi
penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan, sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kemampuan
berkomunikasi.

3. Cara kerja :
- Pakai celemek
(short).
- Pasang perlak dan alas disamping
bayi.
- Letakkan bengkok di atas perlak dekat pipa, ember
diletakkan disamping tempat tidur dekat kepala.
- Cuci tangan dan pakai handscon
steril
- Slang lambung diukur (lihat perasat pada pemberian
makanan dan cairan melalui slang lambung).
- Slang lambung
diklem
Pipa pembilas dibasahi / diolesi dengan jelly.
Slang lambung disorong secara perlahan – lahan sampai
batas 40 – 45 cm (lebih dalam sedikit dari prosedur
pemberian makanan dan cairan melalui slang lambung).
Periksa apakah slang betul – betul masuk lambung,
dengan cara memasukkan pangkalnya ke dalam air.
Setelah slang lambung masuk, klien diatur dengan posisi
miring tanpa bantal, atau kepala lebih rendah, selanjutnya
klem dibuka.
Asepto dipasang, air dituangkan ke dalam asepto
sampai penuh, tetapi sebelum habis dituangkan, air
yang
4
BILAS LAMBUNG PADA KLIEN
BAYI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
009/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 3/4

masuk tadi dikeluarkan dan ditampung kedalam ember.


Pembilasan lambung dilakukan berulang kali sampai air
yang keluar dari lambung sudah jernih.
Cabut pipa pembilas dan diletakkan dalam bengkok.
Setelah pembilasan lambung selesai, klien dirapikan.
Mulut dan sekitarnya dibersihkan dengan tissue.
Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke
tempat semula.
Cuci tangan
Catat kegiatan yang dilakukan dan keadaan anak
dalam lembaran catatan perawatan.
Bahan pemeriksaan dikirim ke laboratorium (bila
diperlukan).

Perhatian :
1. Bahan pemeriksaan diambil / dari cairan / muntahan
yang pertama.
2. Membilas lambung tidak boleh dilakukan pada :
Jika bayi tidak sadar, mulut dibuka dengan suip
lidah, yang dibungkus kain dan biarkan agar mulut tetap
terbuka.
3. Untuk melakukan pembilasan lambung dibutuhkan
paling sedikit dua orang.
4. Observasi kemungkinan terjadinya komplikasi, seperti :
- Aspirasi/ sesak
nafas.
- Lambung penuh air / perut kembung.
- Perlukaan pada lambung / adanya darah dalam tinja /
keluhan anak sakit perut.
- Bila hal tersebut terjadi, segera laporkan kepada
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
009/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 4/4
penanggung jawab.

- Perinatal dan Nicu


UNIT TERKAIT
4
PERAWATAN METODE
KANGURU

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
010/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Perawatan metode kanguru (Kangaroo Mother Care) atau disebut


juga asuhan kontak kulit dengan (skin to skin contact) merupakan
PENGERTIAN
metode khusus asuhan bagi bayi berat lahir rendah atau bayi
prematur.
1. Menurunkan angka kematian bayi (AKB) di RS Helsa
2. Mempersingkat lama rawat di rumah sakit sehingga bayi
cepat pulang dan tempat tersebut dapat digunakan bagi klien
TUJUAN
lain yang memerlukan (turn over meningkat).
3. Efisiensi tenaga karena ibu lebih banyak merawat
bayinya sendiri sehingga beban kerja petugas berkurang
Bayi berat badan < 1800 gram wajib dilakukan perawatan metode
kangguru diatur dalam prosedur yang telah ditetapkan (Peraturan
KEBIJAKAN
Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018
tentang Pedoman Pelayanan Maternal dan Perinatal)
1. Perawat melakukan penimbangan bayi dan mengukur tanda-
tanda vital. Jika Berat Badan < 1800 gram dan bayi keadaam
stabil 3 hari berturut-turut maka dilakukan perawatan kanguru.
2. Perawat/dokter/bidan melakukan Inform consent.
PROSEDUR
3. Perawat/bidan melakukan identifikasi ibu dan bayinya.
4. Ibu pasien melakukan kebersihan tubuh terutama daerah dada
dan perut dengan cara mandi memakai sabun 2-3 kali sehari
5. Ibu/pengganti ibu memotong kuku dan mencuci tangan.
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
010/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

6. Bayi dibersihkan dengan kain bersih dan hangat


7. Bayi dipasang topi dan popok bayi. Jika popok basah segara
diganti
8. Bayi diletakkan diantara payudara dengan posisi tegak, dada
bayi menempel ke dada ibu.
9. Bayi dijaga dengan kain panjang atau pengikat lainnya
dan kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri dengan
posisi sedikit tengadah. Ujung pengikat tepat berada dibawah
kuping bayi. Tungkai bayi haruslah dalam posisi “kodok”;
tangan harus dalam posisi fleksi.
10. Perawat/dokter/ibu/bidan/pengganti ibu melakukan
pengamatan pernafasan bayi Kesulitan bernafas (dada tertarik
ke dalam, merintih), bernafas sangat cepat atau sangat
lambat, serangan henti nafas (apnea) sering dan lama, bayi
terasa dingin: suhu bayi di bawah normal walaupun telah
dilakukan penghangatan, sulit minum (bayi tidak lagi terbangun
untuk minum, berhenti minum, berhenti minum atau
muntah), Kejang, Diare, Sklera/kulit menjadi kuning
11. Bayi oleh dipulangkan jika kesehatan bayi secara
keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada henti nafas
(apnea) atau infeksi, bayi minum dengan baik dan berat
bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15 g/KgBB/hari).

UNIT TERKAIT Ruang Perinatal


4
PENANGANAN SINDROMA GAWAT NAFAS

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
011/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Sindroma gawat nafas adalah kumpulan beberapa keadaan atau


penyakit yang mempunyai gejala yang sama yaitu
kesulitan ventilasi paru, gejala yang mungkin timbul antara lain :
- Dsypneu
PENGERTIAN
- Merintih ( grunting )
- Takipneu
- Rekraksi dinding thorax
- sianosis
Mencegah / mengurangi :

TUJUAN - morbiditas dan mortalitas


- kelainan neurologik
Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Perawatan Maternal dan


Perinatal
1. Menerangkan penyakit pasien dan prosedur perawatan serta
meminta ijin tertulis untuk melakukan tindakan medis kepada
orang tua pasien atau keluarga pasien
2. Meimbang berat badan
PROSEDUR
3. Rawat pasien dalam incubator
4. Bersihkan jalan nafas bagian atas
5. Memberikan oksigen nasal
6. Memperhatikan keadaan umum pasien
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
011/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

7. Memasang monitor jantung dan saturasi oksigen


8. Memasang infuse bila belum terpasang
9. Mengobservasi tanda-tanda vital
10. Melakukan pemeriksaan laboratorium
- Darah tepi lengkap
- Analisa gas darah
- Elektrolit serum
- Babygram
11. Pertimbangkan pemasangan CPAP/ ETT dan penggunaan
ventilator
12. Pertimbangkan pemberian antibiotik atas indikasi
13. Koreksi bila ada kelainan pada hasil laboratorium
14. Konsultasi kepada dokter sepasang anak untuk pengaturan
ventilasi mekanik bila dibutuhkan.

- NICU

UNIT TERKAIT - Perinatal


- IGD/Ponek 24 jam
4
MEMBERI MINUM BAYI DENGAN OROGASTRIK
TUBE

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
012/08-15/
00 1/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
Ditetapkan oleh: Direktur RS
STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Memasukkan makanan cair ke dalam lambung bayi /


PENGERTIAN
anak dengan menggunakan pipa lambung / maagslang.
Memenuhi kebutuhan tubuh akan zat makanan, cairan dan
TUJUAN
elektrolit
Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Perawatan Maternal dan


Perinatal
1. Persiapan alat :
• Susu atau cairan sesuai kebutuhan.
• Asepto / spuit sesuai kebutuhan.
• Pipa lambung atau maagslang sesuai ukuran.
• Air matang pada tempatnya.
• Alas dada.
• Plester. Gunting verband.
PROSEDUR • Nierbekken (bengkok).

2. Persiapan klien :
Bayi / anak diatur dalam posisi terlentang (semi fowlers,
kepala ekstensi).

3. Cara kerja :
Pasang alas dada pada bayi atau anak.
4
MEMBERI MINUM BAYI DENGAN OROGASTRIK
TUBE

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
012/08-15/
00 2/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
Bayi atau anak disiapkan dlam posisi telantang.
Bila pemberian cairan dilakukan melalui hidung, maka
lubang hidung harus dibersihkan dulu.
Asepto atau spuit dipasang pada pangkal pipa, lalu klem
pipa/ lipat
Pipa dibuka kemudian cairan dimasukkan sedikit demi
sedikit sesuai dengan ukuran (cairan yang dibutuhkan).
Bila cairan sudah hampir habis, tuangkan sedikit air
matang untuk membilas cairan.
Bila pipa lambung dipasang secara menetap, pangkal
pipa diklem atau ditutup.

Perhatian :
1. Pada saat memberi cairan perhatikan respon klien :
tersedak, sesak nafas, cyanosis
2. Pada saat memasukkan cairan jangan sampai udara ikut
masuk k e lambung.

- Perinatal
UNIT TERKAIT
- NICU
4
MERAWAT BAYI DALAM INKUBATOR

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
013/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Perawatan bayi yang karena keadaannya memerlukan perhatian


PENGERTIAN
khusus dengan menggunakan incubator
- Mempertahankan suhu tubuh bayi

TUJUAN - Mempermudah observasi dan pemberian oksigen


- Memberi rasa nyaman
Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Perawatan Maternal dan


Perinatal

A. Persiapan
1. Alat
a. Termometer
b. Inkubator / cauve

B. Pelaksanaan
1. Perawat mencuci tangan
PROSEDUR
2. Perawat memakai skort
3. Observasi suhu tubuh bayi, pernafasan, sianosis,
muntah, oedema
4. Memberi minum tepat pada waktunya dengan sonde /
pipet
5. Mengganti popok segera jika bayi bak / bab
6. Mencatat hasil observasi, nutrisi, defikasi, keistimewaan
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
013/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

lain
7. Perawat mencuci tangan

C. Hal yang perlu diperhatiakn


a. Suhu couve antara 35˚C-37˚C
b. Mengganti air humidifier setiap hari
c. Pintu couve / incubator jangan sering dibuka
d. Catat segala keistimewaan dan laporkan ke dokter

- Perinatal
UNIT TERKAIT
- Nicu
4
PERSIAPAN PENGGUNAAN
INKUBATOR

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
014/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

PENGERTIAN Menyiapkan tempat bayi yang membutuhkan inkubator

Untuk memberikan kepada petugas tentang langkah-


langkah
TUJUAN yang dilakukan pada persiapan bayi yang membutuhkan tempat di
inkubator, sehingga tindakan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan
Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Perawatan Maternal dan


Perinatal
1. Cuci tangan
2. Isi aquadest on steril di samping kanan incubator sampai
batas lengkungan
3. Buka pintu incubator
4. Pasang linen tempat tidur Urutan : sprei kecil (pink)→
bedong ½ bagian lipatan besar,→ perlak bayi → bantal
PROSEDUR 5. Tutup kembali pintu incubator
6. Pasang kabel pada steker lalu tekan tombol power (on/off)
7. Atur suhu incubator, tunggu sampai suhu
naik/sesuai yang diinginkan
8. Letakkan bayi di tempat tidur dan atur posisi bayi
9. Pastikan pintu incubator tertutup rapat
10. Perhatikan respon bayi
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
014/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

11. Cuci tangan

Catatan:
1. Perhatikan aquadest on steril jangan sampai kehabisan
2. Atur suhu incubator sesuai keadaan bayi
3. Bila sudah selesai penggunaan incubator, bereskan alat-alat
(cabut kabel dari steker, linen diambil, aquadest on steril
dibuang dan tempatnya dikeringkan, incubator dibersihkan )

- Perinatal
UNIT TERKAIT
- NICU
PENATALAKSANAAN ASFIKSIA BERAT
4
PENATALAKSANAAN ASFIKSIA BERAT
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
015/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Meberikan pertolongan kepada bayi yang sedang mengalami


PENGERTIAN
asfiksia berat
- Mencegah dan mengurangi komplikasi dari asfiksia berat
TUJUAN
- Mengurangi morbiditas / mortalitas
Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Perawatan Maternal dan


Perinatal
1. Resusitasi bayi baru lahir
2. Nilai APGAR score
3. Dengarkan denyut jantung anak:
- < 100 kali / menit lakukan ventilasi tekanan positif
(VTP)
- < 80 kali / menit lakukan rangsangan pada telapak kaki

PROSEDUR atau usapan pada dada


4. Resusitasi dihentikan bila denyut jantung > 100 kali /
menit lanjutkan dengan rawat gabung
5. Pertimbangkan pemasangnan ET bila usaha bernafas
tidak adekuat
6. Lanjutkan dengan prosedur resusitasi

1. Ruang Bersalin
UNIT TERKAIT
2. Perinatal
4

N 24 jam
No. Ha
o.
Revi la
D
si ma
o
n
k
u 0
0 2
m
/
e
2
n

015
/08
-
15/
S
P
O
/
P
N
/
R
S
H
/
V
/
2
0
1
8
3
.
N
I
C
U
4
.

I
G
D
/

P
o
n
e
k
MERAWAT BAYI DENGAN TERAPI SINAR
4
MERAWAT BAYI DENGAN TERAPI SINAR
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
016/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Merapikan perawatan bayi hiperbilirubin dengan menggunakan


PENGERTIAN
terapi sinar
- Menentukan kadar bilirubin dalam serum
TUJUAN
- Mencegah peningkatan bilirubinpeningkatan bilirubin
Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Perawatan Maternal dan


Perinatal
A. Persiapan
1. Alat
a. Lampu blue light
b. Kasa yang di dalamnya diberi
karbon c. Plester dan gunting
2. Pasien
a. Keluarga / orang tua diberitahu tentang prosedur

PROSEDUR yang akan dilakukan terhadap bayi


b. Meminta surat ijin tertulis melakukan tindakan
medis dari orang tua / keluarga pasien
B. Pelaksanaan
a. Perawat mencuci tangan
b. Menanggalkan pakaian bayi
c. Menutup mata bayi dan dan alat kelamin bayi laki-
laki dengan kasa yang sudah diberi karbon kemudian
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
016/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

diplaster
d. Observasi suhu tubuh bayi
e. Bayi diletakkan dalam box / couve kemudian
diberi sinar dengan blue light
f. Mencatat prosedur yang telah dilakukan pada catatan
perawatan dan daftar observasi bayi
g. Perawat mencuci tangan
C. Hal yang perlu diperhatikan :
- Bayi diberi terapi sinar biru sesuai dengan program
medik
- Lama penyinaran
- Suhu bayi dan suhu caouve
- Intake cairan

UNIT TERKAIT - Perinatal


PEMASANGAN KATETER UMBILIKAL
4
PEMASANGAN KATETER UMBILIKAL
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
017/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/1

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Pemberian akses cepat pada keadaan darurat ( saat resusitasi ),

PENGERTIAN pemberian produk darah atau obat-obatan, memonitoring


tekanan vena sentral dan transfusi tukar
1. Menurunkan angka kematian bayi di RS Helsa

TUJUAN 2. Melaksanakan terapi yang optimal terhadap bayi yang


dilahirkan di dalam RS Helsa
Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Perawatan Maternal dan


Perinatal
1. Dokter / perawat/ bidan melakukan identifikasi pasien
2. Dokter menjelaskan dan melakukan inform consent kepada
keluarga bahwa bayinya memerlukan dan pemasangan vena
umbilikalis
PROSEDUR 3. Perawat menyipakan fasilitas dan peralatan yang
dibutuhkan pasien
4. DPJP melakukan tindakan sesuai prosedur
5. DPJP melakukan pencatatan di status pasien

UNIT TERKAIT Ruang Perinatal


4
MERAWAT BAYI DENGAN KEJANG (NEONATAL
FIT)

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
018/08-15/
00 1/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
Ditetapkan oleh: Direktur RS
STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Memberikan pertolongan kepada bayi baru baru lahir yang sedang


PENGERTIAN
mendapat serangan
- Mencari penyebab kejang
- Mengatasi kejang
TUJUAN
- Mencegah dan mengurangi komplikasi akibat kejang / serangan
berulang
Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Perawatan Maternal dan


Perinatal
1. Bebaskan jalan nafas
2. Tidurkan pasien dengan posisi agak ekstensi
3. Pasang gudel ke dalam mulut bayi
4. Atasi Kejang:
- Fenobarbital 30 mg IM
- Fenobarbital 8-10 mg / kg BB / hari dalam 2 dosis selama

PROSEDUR 2 hari
5. Pasang infuse cairan parenteral
6. Bila kejang belum hilang : Berikan fenitoin IV 15 mg / kg BB
pelan-pelan (± 1 cc / menit )
7. Rawat inap indikasi :
- Kejang pertama kali
- Kejang berulang ( 2 kali atau lebih dalam 1 hari )
4
MERAWAT BAYI DENGAN KEJANG (NEONATAL
FIT)

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
018/08-15/
00 2/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
- Penurunan kesadaran pasca kejang
- Kecurigaan adanya proses intra cranial
8. Terapi antibiotic atas indikasi
9. Terapi penurun suhu tubuh ( bila panas ) : Parasetamol 10 mg /
kg BB / kali 4 kali
10. Pemeriksa laboratorium :
- Elektrolit lengkap
- Darah lengkap
- Gula darah sewaktu
- USG Kepala
- CT-scan kepala dengan/ tanpa kontras
- EEG
11. Memberikan oksigen per nasal 1-2 liter/menit
12. Mengobservasi tanda-tanda vital
13. Memperhatikan sifat kejang dan lamanya kejang
14. Merapihkan alat
15. Konsultasi dokter spesialis anak
16. Mendokumentasikan

- Ruang Rawat Ibu dan Bayi

UNIT TERKAIT - Perinatal


- Igd/Ponek 24 jam
4
IKTERUS NEONATORUM

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
019/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Ikterus neonatorum adalah proses diskolorisasi kuning pada kulit

PENGERTIAN atau organ lain


akibat penumpukan bilirubin pada bayi baru lahir
- Mencegah kenaikan bilirubin yang tidak terkontrol

TUJUAN - Menurunkan kadar bilirubin serum


- Mencegah kern ikterik
Sesuai dengan kebijakan RS HELSA Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal


dan Perinatal
1. Terangkan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua / keluarga pasien
2. Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan darah tepi lengkap dan golongan darah +
rhesus
- Kadar bilirubin darah ( total, direk dan indirek )

PROSEDUR - Coomb test atas indikasi inkompatibilitas


- Tes fungsi hati
- Kultur darah atau urin
- USG hepar
- Scant grafi system hepatoiler
- G.6.PD serum
3. Lakukan terapi sinar bila
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
019/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

- Kadar bilirubin meningkat


- Lama penyinaran 72 – 100 jam
4. Terapi medika mentosa
- Fenobarbital 2 – m mg / kg BB / dosis 2 kali sehari
- Asam ursodeoksikolat 10 mg / kg BB / dosis dalam 3 dosis
- Kolesteramin 1 sachet dibagi dalam dosis
- FFP bila dianggap perlu dapat diberikan bersamaan
dengan terapi sinar sebelum dilakukan transfuse darah
tukar
5. Pertimbangkan transfusi tukar bila :
- Kadar bilirubin indirek
NCB 18 mg/dl
BBLR 20 mg/dl
Kadar bilirubin indirek meningkat > 5 mg/dl dalam 24
jam pertama

- Ruang Rawat Ibu dan Bayi


- Perinatal
UNIT TERKAIT
- Nicu
- Igd/Ponek 24 jam
4
SEPSIS
NEONATORUM

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
020/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/1

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Sepsis neonatorum adalah infeksi luas pada neonatus dikarenakan


PENGERTIAN
berbagai hal
- Mencari penyebab sepsis neonatorum
TUJUAN
- Mengatasi sepsis pada neonatus
Sesuai dengan kebijakan RS HELSA Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal


dan Perinatal
1. Rawat di ruang perawatan intensive
2. Pasang monitor jantung
3. Pasang infuse sesuai indikasi
4. Pemeriksaan laboratorium :
- Darah tepi lengkap
- Pemeriksaan elektrolit serum lengkap
PROSEDUR
- Babygram
- Pemeriksaan analisa gas darah
5. Koreksi kelainan laboratorium
6. Pemberian antibiotik sesuai indikasi
7. Laporkan kepada dokter spesialis anak penanggung jawab
bulanan dan penanggung jawab icu
- NICU

UNIT TERKAIT - Perinatal


- IGD/ Ponek 24 jam
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
020/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/1
4
PERDARAHAN
INTRAKRANIAL

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
021/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Perdarahan intracranial adalah perdarahan yang terdapat di


intracranial, mencakup 4 tipe yaitu :
1. Perdarahan subdural terutama pada bayi cukup bulan
2. Perdarahan subaracnoid primer
PENGERTIAN 3. Perdarahan periventikuler – intraventikuler, dan
4. Perdarahan intraserebelum
Perdarahan no.3 dan 4 terutama terdapat pada bayi premature
patogenesisnya berbeda antara bayi cukup bulan dan bayi kurang
bulan.
Dapat mengatasi perdarahan
TUJUAN
Sesuai dengan kebijakan RS HELSA Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal


dan Perinatal
1. Cuci tangan
2. Timbang berat badan
3. Atasi kejang sesuai dengan anti konvulsan dosis pemeliharaan
4. Pemeriksaan laboratorium :

PROSEDUR - Darah tepi lengkap


- Elektrolit, analisis gas darah, foto thorax
- USG kepala (rujuk)
- CT scan bila perlu (rujuk)
5. Rawat inap bayi di ruang perinatal/ NICU tergantung pada
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
021/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

kondisi bayi
6. Konsultasi dengan dokter spesialis anak
7. Beritahukan kepada keluarga apabila ada kemungkinan untuk
dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap.

- Nicu

UNIT TERKAIT - Perinatal


- Igd/Ponek 24 jam
4
TETANUS NEONATORUM

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
022/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/3

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Suatu penyakit yang diakibatkan terinfeksinya bayi akibat


PENGERTIAN
penanganan persalinan yang tidak steril
- Pasien mendapat pelayanan perawatan yang adekut sesuai

TUJUAN dengan kebutuhan pasien


- Menghindarkan pasien dari kematian dan kecacatan
Sesuai dengan kebijakan RS HELSA Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal


dan Perinatal
1. Menyiapkan tempat tidur lengkap
2. Pemeriksaan laboratorium :
- Darah tepi ( Hb, Lekosit, Trombosit, Hitung jenis sel )
- Analisa gas darah dan elektrolit ( apabila ada gangguan
asam basa, lakukan koreksi sesuai prosedur
- Biakan kuman dari sedian darah / lesi kulit / mukosa /
telinga.
PROSEDUR 3. Pemeriksaan lain bila ada indikasi
- Baby gram ( bila ada bronchopneumonia )
- Fungsi ginjal ( bila ada tanda gagal ginjal )
4. Pasang Infus
5. Penuhi kebutuhan dasr kalori, protein, cairan dan
elektrolit adekuat sesuai klinis menurut berat badan dan umur
6. Terapi antibiotik:
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
022/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/3

- Penisilin prokain 50.000 U/kgBB/hari IM diberikan


sampai 10 hari
7. Pengobatan spastisitas :
- ATS 100.000 unit, separuh diberikan IM dengan
didahului uji sensitifitas,
sisanya diberikan IV pela-pelan
8. Anti kejang dan spastisitas :
- Fenobarbital dengan dosis awal 30 mg ( IM ), dilanjutkan
dosis rumatan 6 x 30 mg IM
- Klopromazin dengan dosis 4-6 mg/kbBB/hari tiap 4-8
jam secara parenteral
- Diazepam dengan dosis 2-8 mg/kgBB/hari dapat
diberikan setiap 2-8 jam sekali IV
- Bila kejang mash tidak dapat diatasi, sebaiknya
dirawat di ruang rawat intensif
9. Perawatan dan antibiotik topikal untuk sumber infeksi.
Observasi penderita secara menyeluruh, bila perlu diberikan
oksigen dan perlu diperhatikan pembersihan jalan
nafas berkala dengan hati-hati secara manual atau dengan
suction. Kadang-kadang diperlukan tindakan trakeostomy
untuyk menghindari obstruksi jalan nafas.
10. Mengatasi tanda-tanda hiperaktivitas system syaraf
simati konsultasi ke bagian
- THT ( bila ada OMSK )
- Gigi dan mulut ( Bila ada karies dentis )
- Bedah ( Bila diperlukan untuk pembersihan luka )
11. Ruangan perawatan harus tenang dan ventilasi harus baik
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
022/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 3/3
12. 4 minggu setelah pemberian ATS harus diberikan vaksinasi.

- Nicu

UNIT TERKAIT - Perinatal


- Igd/Ponek 24 jam
4
GANGGUAN METABOLIK PADA
NEONATUS

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
023/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Sesuatu keadaan dimana terjadi gangguan keseimbangan metabolik


PENGERTIAN
dengan manifestasi berupa kejang pada neonatus
Koreksi ketidakseimbangan elektrolit
TUJUAN
Sesuai dengan kebijakan RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal


dan Perinatal
1. Timbangan berat badan bayi
2. Periksa elektrolit lengkap
3. Atasi kejang dengan arti konvulsan dosis pemeliharaan
4. Bersihkan jalan nafas
5. Bila diperlukan beri oksigen nasal
6. Koreksi sesuai kelainan :
- Hipoglikemia ( kadar gula darah < 30 mg % ) : Glukosa

PROSEDUR 15-20 mg %
Diberikan secara IV dosis 2-4 cc / kg BB
- Hipoglikemia ( kalsium serum < 7 mg % ) : Larutan 10 %
Ca glukonat secara intravena dosis 1-2 ml / kg BB
- Hipomagnesemia ( Mg < 1.5 mg % ) : Mg SO4 50% dosis
0,2 ml / kg BB secara intravena atau intramuscular
- Defisiensi B6 : Pridoksin ( vitamin B6 ) dosis 20-30 mg /
kg BB IV
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
023/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2
7. Dokumentasikan

- NICU

UNIT TERKAIT - Perinatal


- IGD/ Ponek 24 jam
4
KRITERIA PEMULANGAN RAWAT PERINATAL

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
024/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/1

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Bayi yang dirawat dalam ruangan perinatologi dan tidak

PENGERTIAN memerlukan tindakan medis serta bayi premature yang sudah


mengalami kenaikan berat badan ≥ 1800 gram.
Bayi stabil dan sudah dapat dirawat di rumah
TUJUAN
Sesuai dengan kebijakan RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal


dan Perinatal
1. Dokter DPJP menentukan bayi dari perinatologi
2. Dokter menjelaskan dan melakukan informed consent
kepada orang tua bahwa bayi boleh dipulangkan dari
perinatologi
PROSEDUR
3. Keluarga pasien mengurus administrasi pulang bayi
4. Perawat/bidan melakukan penyuluhan perawatan bayi di
rumah
5. Perawat/bidan memberikan resume pulang bayi.
UNIT TERKAIT Ruang Perinatal
4
PELAYANAN ANTENATAL KEHAMILAN
RESIKO TINGGI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
025/08-15/
00 1/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
Ditetapkan oleh: Direktur RS
STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Pelayanan antenatal risiko tinggi adalah: pemeriksaan yang harus

PENGERTIAN dilakukan pada ibu hamil di poliklinik pada ibu dengan kehamilan
risiko tinggi
Agar tidak terjadi kehamilan risiko tinggi yang tidak terkontrol
TUJUAN
selama anenatal care (ANC) di Rumah Sakit Helsa
Sesuai dengan kebijakan RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal


dan Perinatal
Lakukan dan anjurkan pemeriksaan yang berhubungan dengan
kehamilan risiko tinggi (KRT) pada :
1. Usia Kehamilan ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun yaitu :
a. Memantau ketat kenaikan berat badan dan tekanan
darah.
b. Menganjurkan untuk mengikuti senam hamil untuk
PROSEDUR melatih otot agar mencapai relaksasi saat
menghadapi persalinan.
2. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun yaitu :
Menyarankan agar persalinan dilaksanakan di rumah
sakit dengan pengawasan paramedis atau dokter.
Meningkatkan kesehatan ibu dalam menghadapi
persalinan.
4
PELAYANAN ANTENATAL KEHAMILAN
RESIKO TINGGI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
025/08-15/
00 2/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
3. Pada Ibu yang mengalami riwayar persalinan jelek, yaitu :
a. Memantau dengan ketat kesehatan ibu selama ANC
b. Memantau dengan ketat kesejahteraan bayi
dalam kandungan dengan pemeriksaan USG dan CTG
4. Faktor penyakit ibu yaitu : hipertensi, jantung, asma
dan diabetes mellitus yang harus diawasi secara ketat dalam
tekanan darah dan kenaikan berat badan.
- Unit Rawat Jalan
UNIT TERKAIT - Ruang Bersalin
4
IMUNISASI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
026/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/4

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Suatu tindakan untuk memberikan perlindungna ( kekebaalan


PENGERTIAN
didalam tubuh bayi)
- Memberikan perlindungan

TUJUAN - Mencegah tertular penyakit menular yang sangat


berbahaya bagi bayi, anak dan wanita usia subur
Sesuai dengan kebijakan RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal


dan Perinatal
IMUNISAS USI DOSIS PEMBERIA
IHepatitis B 1. Dalam
A 0,5 ml N
Intra
waktu muskular
12 jam
setelah
lahi
r
Polio 1. Pada saat 2 tetes Oral
lahir atau
saat bay
PROSEDUR diipulangk
an
( opv-o )
2. 2 Bulan
(opv- o
atauipv)
3. 4 Bulan
(opv- o
atauipv )
BCG Sebelum usia 0,05 ml Intrakutan
3 bulan,
optimal usia
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
026/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/4

Bila
diberikan
sesudah usia
3 bulan
perludilakuka
DPT 1. 2 Bulan 0,5 ml Intramuskula
paling r
cepat
pada
usia 6
minggu
2. 3 Bualan
3. 4 Bualan
4. 18-24
Bulan
5. 5 Tahun
6. 10-12
Hib 1. 2 Bualan 0,5 ml
2. 3 Bualan
3. 4 Bulan
4. 15-18
PCV 1. 2 Bulan 0.5 ml Intramuskul
2. 4 Bualan ar
3. 6 Bulan
4. 12-15
Bulan
Bila
diberikan
pada
umur 7-
12 bulan,
pcv
diberikan
2 kali
dengan
internal 2
bulan.
Bila iberikan
pada
umur
lebih dari
1 tahun
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
026/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 3/4

tau
minimal 2
bulan
setelah
dosis
terakhir
Bila diberikan
pada anak
umur
Rotavirus Momen
diberikan
2 kali
1. 6-14
minggu
2.
Diberik
an
dengan
interval
4
minggu
Pentavalen
diberikan 3
kali
1. 6-14
minggu
2.
Influenza - Diberikan 0,5 ml Intramuskula
pada usia r
minimal 6
bulan
diulang
setiap
tahun
- Imunisasi
pertama
kali pada
anak
umur
kurang
dari 9
tahun
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
026/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 4/4

6-<36
bulandos
is :
MR 1. 9 Bulan
0,25 ml ) 0,5 ml Intramuskula
2. 15 bulan r
3. 6 Tahun
Tifoid 24 Bulan-18 0,5 ml Intramuskula
Tahun r
Ulangantiap 3
Tahun
Hepatitis A 24 Bulan-18 0,5 ml Intramuskula
Tahun r
Dilakukan 2
kali, interval
6-12
Varicella 12 Bulan-18 0,5 ml Intramuskula
tahun. r
Terbaik
pada umur
sebelum
masuk
sekolah
dasar.
Biladi berikan
2
HPV 10 tahun-18 0,5 ml Intramuskula
tahun r
HPV divalent
diberikan 3
kali
denganin
terval
0,1,6bulan.
HPV
tetravalent
- Unit Rawat Jalan
UNIT TERKAIT - Ruang Rawat Ibu dan Bayi
4
PEMERIKSAAN PRENATAL

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
027/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/4

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

• Pada saat seorang ibu hamil muda mengetahui dirinya telah


hamil maka banyak saran dan pendapat yang diterimanya agar
ibu tersebut menjalankan sesuatu dan supaya janin yang
dikandungnya sehat dan dapat melahirkan dengan selamat.
PENGERTIAN
• Berbagai saran dan pendapat tersebut pada hakekatnya
adalah berbagai upaya agar ibu hamil tersebut dapat
melahirkan dengan jalan yang terbaik hingga ibu dan janinnya
selamat.
Pemeriksaan antenatal merupakan upaya yang harus dijalani oleh
ibu hamil dengan tujuan:
1. Setiap ibu hamil dan menyusui agar dapat
memelihara kesehatannya sebaik mungkin.
2. Setiap ibu hamil dan melahirkan bayi sehat tanpa
gangguan apapun dengan cara yang terpilih dan dapat
TUJUAN
merawat bayinya dengan baik.
3. Menjaring kehamilan resiko tinggi dan mengupayakan
pengelolaan selanjutnya sehingga ibu hamil tidak jatuh dalam
keadaan penyulit atau komplikasi yang berat ataupun sampai
meninggal.

Sesuai dengan kebijakan RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal


dan Perinatal
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
027/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/4

1. Pemeriksaan antenatal yang baik dengan pertumbuhan


janin yang sesuai dengan umur kehamilan, maka
diharapkan
dapat mencapai kesejahteraan janin sebaik mungkin.
2. Perjalan kehamilan dapat dibagi menjadi 3 trimester :
a. I:0-16 minggu.
b. II : 16-28 minggu.
c. III : 28-40 minggu.
3. Jadwal pemeriksaan antenatal disesuaikan dengan
pertumbuhan janin dan perubahan-perubahan yang
terjadi pada ibu hamil, sbb :
- Umur kehamilan 0-28 minggu : dilakukan setiap bulan.
- Umur kehamilan 28-36 minggu : dilakukan 2x/bulan.
- Umur kehamilan ≥ 36 minggu : dilakukan setiap
PROSEDUR
minggu.
4. Pada kehamilan resiko tinggi dan keadaan patologis
jadwal pemeriksaan hendaknya diperketat sesuai dengan
tingkat resiko kehamilan yang ada. Selanjutnya pada
pengelolaan antenatal dilakukan diberbagai upaya yang
semestinya dilakukan, antara lain:
a. Pemeriksaan ibu hamil meliputi :
Anamnesis/wawancara :
- Riwayat penyakit / kehamilan sekarang.
- Riwayat haid.
- Riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu.
- Riwayat keluarga/ penyakit yang diturunkan.
- Riwayat penyakit berat/operasi
yang pernah dideritanya.
4
PEMERIKSAAN PRENATAL

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
027/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 3/4

- Riwayat gizi, sosial ekonomi.


- Riwayat KB.
- Riwayat perkawinan.
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum.
- Organ vital.
- Pemeriksaan berat badan dan tekanan darah.
- Pemeriksaan khusus kebidanan.
- Pemeriksaan tentang janinnya meliputi :
- Besar dan letak janin.
- Gerak anak.
- Pemeriksaan DJJ.
- Keadaan anogenital.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan dilaksanakan secara
rutin: HB, lecosit, golongan darah,
trombosit.
- Pemeriksaan yang dilakukan bila ada
indikasi. b. Pemberian imunisasi.
Imunisasi yang diberikan di poliklinik
antenatal yaitu: TT dengan tujuan agar ibu dan
janinnya terhindar dari penyakit tetanus.
Aturan pemberian :
Berikan imunisasi TT sebanyak 2 kali selama
masa kehamilan
c. Pemberian multivitamin dan mineral yang
mengandung zat besi dan asam folat
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
027/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 4/4

ANTENATAL BREAST CARE:


Agar proses laktasi dapat berlangsung dengan sempurna, maka
selalu satu faktor yang perlu diperhatikan adalah perawatan
payudara yaitu mempersiapkan payudara ibu sebaik baiknya
agar dapat berproduksi secara optimal dan dapat menyusui dengan
baik dan lancar.

- Unit Rawat Jalan


UNIT TERKAIT - Ruang Rawat Ibu dan Bayi
4
SELEKSI KEHAMILAN RESIKO TINGGI DI
POLIKLINIK

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
028/08-15/
00 1/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
Ditetapkan oleh: Direktur RS
STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang mempunyai resiko


tinggi saat hamil maupun saat persalinan terhadap kesehatan ibu dan
PENGERTIAN
janin.

1. Ditemukan kasus kehamilan resiko tinggi lebih dini

TUJUAN 2. Menurunkan angka kehamilan resiko tinggi


3. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Sesuai dengan kebijakan RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal


dan Perinatal
1. Pastikan adanya kehamilan pada pasien
2. Lakukan anamnese pemeriksaan fisik rutin pada ibu hamil
dengan pemantauan kenaikan berat badan, tekanan darah dan
pemeriksaan fisik lainnya
3. Lakukan pemeriksaan laboratorium antara lain
- Prenatal baru pada trimester I (Pemeriksaan darah lengkap,

PROSEDUR HbsAg, urine lengkap)


- Prenatal rutin pada trimester III (pemeriksaan darah lengkap
dan urine lengkap)
4. Lakukan pemeriksaan USG print out pada kehamilan
5. Lakukan pemeriksaan pendukung lainnya atas indikasi
dan instruksi dokter pada tiap ibu hamil yang mempunyai
faktor prediposisi utnuk terjadinya Kehamilan Resiko Tinggi
(KRT).
4
SELEKSI KEHAMILAN RESIKO TINGGI DI
POLIKLINIK

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
028/08-15/
00 2/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
- 12 – 14 minggu untuk menentukan usia kehamilan
- 18 – 20 minggu untuk screening kelainan congenital mayor
6. Segera tindak lanjuti oleh dokter obsgyn apabila dari hasil
screening disimpulkan bahwa seorang pasien yang sedang
hamil mempunyai resiko tinggi terhadap kehamilannya
7. Beri tanda “KRT” di buku status rawat jalan dan buku biru
ibu dan tiap pasien ibu yang mempunyai kehamilan dengan
resiko tinggi.
8. Konsulkan ke bagiaan fetomaternal bila diperlukan
- Unit Rawat Jalan
UNIT TERKAIT - Ruang Rawat Ibu dan Bayi
4
PENGAJUAN SECTIO CAESARIA
ELEKTIF

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
029/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Pengajuan operasi Sectio Caesaria elektif adalah: pengajuan Sectio


PENGERTIAN Caesaria yang terencana bukan cito

1. Agar Sistem penjadwalan Sectio Caesaria elektif dapat berjalan


dengan baik.
TUJUAN
2. Memudahkan dalam mengatur penjadwalan Sectio Caesaria
elektif
Sesuai dengan kebijakan RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal


dan Perinatal
1. Setiap pasien yang mengajukan tindakan bedah, harus dibuatkan
surat pengajuan tertulis oleh dokter bedah bersangkutan
di poliklinik.
2. Untuk operasi yang direncanakan, surat pengajuan operasi
minimal dikirim 1 (satu) hari sebelum operasi dan untuk
tindakan darurat dapat dikirim 1 (satu) jam sebelum tindakan

PROSEDUR pembedahan.
3. Surat pengajuan dibuat rangkap 1 (satu) dan diserahkan ke
kamar operasi.
4. Pasien diantar ke kamar bersalin/kamar operasi untuk dilakukan
pengkajian, pencocokan usia kehamilan, tinggi fundus uteri dan
diterangkan jadwal masuk, puasa, pemeriksaan laboratorium
dan inform consent Sectio Caesaria dan anestesi.
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
029/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2
5. Pengisisan formulir rencana tindakan pada buku daftar rencana.

- Unit Rawat Jalan


- Ruang Rawat Ibu dan Bayi
UNIT TERKAIT - Kamar Bedah
- Ruang Bersalin
4
PEMASANGAN IUD (INTRA UTERINE
DEVICE)

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
030/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan oleh: Direktur RS


STANDAR
Tanggal terbit Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Pemasangan IUD adalah : tindakan yang dilakukan dengan cara


memasukkan alat kontrasepsi berbentuk spiral ke dalam rahim
PENGERTIAN
seorang pasien sesuai dengan prosedur yang berlaku

1. Untuk mencegah kehamilan pada seorang pasien

TUJUAN 2. Tercapainya kinerja efektif, efisien, dan cepat dalam


pemasangan IUD di Rumah Sakit Helsa
Sesuai dengan kebijakan RS Helsa Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal


dan Perinatal
1. Pelaksana adalah : Dokter
2. Berikan informed consent kepada pasien yang bersangkutan
mengenai tindakan yang akan dilakukan
3. Siapkan peralatan sebagai berikut :
1 pasang sarung tangan, 3 buah kapas savlon, 2 buah lidi
kapas steril

PROSEDUR 10cc bethadine 10%, 1 buah speculum cocor bebek, 1 buah


sonde uterus, 1 buah kogel tang
1 buah gunting benang, 1 buah IUD
4. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan, setelah itu
kenakan sarung tangan dan siapkan peralatan yang dibutuhkan
5. Lepaskan semua kain tenun/pakaian dalam yang melekat
di daerah kemaluan pasien. Kemudian arahkan pasein
untuk
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
030/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

berbaring di meja ginekologi dengan posisi litotomi.


6. Desinfektan daerah kemaluan dengan menggunakan kapas
savlon. Setalah itu, pasang speculum cocor bebek dan pasang
IUD. Pastikan pada posisi yang benar, kemudian gunting
benang IUD.
7. Masukkan semua kapas, sarung tangan yang telah digunakan
kedalam ember yang tersedia
8. Rapikan pasien dan kembalikan peralatan ketempatnya semula
9. Cuci tangan setelah selesai melakukan tindakan.

UNIT TERKAIT Unit Rawat Jalan


RAWAT GABUNG
4

No.
Doku N H
o a Ditetapkan :
STANDAR .
031/0 Tanggal lterbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR 15/ a
OPERASIONAL SPO R 17 Mei m 2018
N/RS e a
V/2018 v n Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
i
Prosess untuk menggabungkan
1 / menyatukan ruang perawatan ibu dan
PENGERTIAN i /
bayi pada bayi yang 1lahir sehat..
0
Membantu mempercepat pengeluaran kolostrum ASI.
Membantu ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin.
TUJUAN Mempererat hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.
Mempercepat proses pengecilan / involusi rahim.

Bayi lahir sehat wajib rawat gabung diatur dalam prosedur yang telah

KEBIJAKAN ditetapkan Peraturan Direktur RS Helsa Nomor:


094/PER/DIR/RSH/V/2018 Tentang Pedoman Rawat Gabung
1. Dokter/bidan memberi penjelasan terhadap tindakan atau gunanya
rawat gabung.
2. Bidan melakukan identifikasi saat bayi diberikan kepada ibunya.

PROSEDUR 3. Bidan mendekatkan box dan perlengkapan bayi dengan


tempat tidur ibu.
4. Bidan mengawasi bayi dan ibu selama rawat gabung.
5. Bidan mengambil bayi pada saat jam besuk dan mandi.

UNIT TERKAIT Ruang Rawat Ibu dan Bayi


4
PERAWATAN PASIEN POST SECTIO CAESARIA
(SC)
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
032/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 0 1/2
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Suatu langkah asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien


PENGERTIAN
setelah menjalani operasi SC.
Memberikan pelayanan kepada pasien post SC secara cepat dan tepat.
TUJUAN
Bayi lahir sehat wajib rawat gabung diatur dalam prosedur yang telah
ditetapkan Peraturan Direktur RS Helsa Nomor:
KEBIJAKAN
092/PER/DIR/RSH/V/2018 Tentang Pedoman Perawatan Maternal dan
Perinatal
PRA INTERAKSI :
1. Berikan penjelasan kepada keluarga atau pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan.
2. Siapkan ruangan atau kamar bayi.
3. Siapkan alat.
4. Cuci tangan.

INTERAKSI :
1. Lakukan observasi tanda-tanda vital, KU, TFU, kontraksi dan
PROSEDUR perdarahan
2. Lakukan explore pervaginam jika ada perdarahan
3. Kontrol diuresis selama 4 jam
4. Cek Laboratorium
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
5. Beri oksigen bila perlu
4
PERAWATAN PASIEN POST SECTIO CAESARIA
(SC)
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
032/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 0 2/2
6. Kontrol tetesan infuse sesuai advis
7. Laksanakan hasil kolaborasi
8. Motivasi ibu untuk mobilisasi

TERMINASI :
1. Cuci tangan.
2. Catat tindakan dan hasilnya direkam medis pasien.

UNIT TERKAIT - Rawat Ibu dan Bayi, Kamar Bersalin, ICU dan OK
TINDAKAN OPERATIF 24 JAM
4

No. Dokumen
033/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018
0 1/1
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Pelayanan tindakan operatif adalah : pelayanan yang diberikan kepada

PENGERTIAN pasien sesuai dangan tindakan yang diperlukan di Instalasi OK (Kamar


Bersalin).
Memberikan pertolongan yang cepat dan tepat untuk kasus – kasus
TUJUAN
emergency dalam rangka menyelamatkan ibu dan bayi.
Sesuai dengan Peraturan Direktur Nomor 095/PER/DIR/RSH/V/2018
KEBIJAKAN
tentang Pedoman PONEK
1. Beritahukan instalasi OK oleh perawat/bidan sebelum melakukan
tindakan (kamar operasi) bahwa ada tindakan dan kamar operasi
siap dipakai dalam ½ jam (30 menit)
2. Siapkan ruang operasi oleh petugas kamar operasi dalam waktu ½
jam (30 menit)
3. Berikan informed consent kepada pasien oleh dokter bersangkutan

PROSEDUR mengenai tindakan yang akan dilakukan


4. Berikan informasi kepada pasien mengenai biaya tindakan
5. Apabila pasien sudah menyetujui, maka pasien/keluarga pasien
harus menandatangani persetujuan tindakan
6. Dalam keadaan emergency, apabila keluarga tidak ada maka dokter
dapat melakukan tindakan demi menyelamatkan jiwa pasien atas
persetujuan pasien (apabila pasien dalam kondisi sadar).

UNIT TERKAIT Ruang Operasi (OK)


KRITERIA ON CALL PONEK 24 JAM
4

No.
Doku N H
n o a
. l
034/0
8-15/ R a
SPO/ e m Ditetapkan :
STANDAR v a
PN/R Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR SH/V i n
/2018 s17 Mei 2018
OPERASIONAL i 1
/ Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
0 1
PENGERTIAN Suatu prosedur pengaturan DPJP untuk pelayanan pasien diluar jam kerja.

TUJUAN Untuk mempercapat pelayanan pasien di luar jam kerja.

Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


KEBIJAKAN
095/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman PONEK
1. DPJP mengetahui jadwal On call
PROSEDUR 2. DPJP wajib hadir pada saat On call
3. DPJP yang berhalangan wajib mencari penggantinya pada On call
1. IGD/ Ponek 24 jam
UNIT TERKAIT 2. Kamar Bersalin (VK)
3. Kamar Operasi (OK)
PERAWATAN NIFAS
4
PERAWATAN NIFAS
No.
N H
Doku
o a
n
035/08-15/ . l
R a
SPO/
e m Ditetapkan :
STANDAR PN/
v a
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
RSH
PROSEDUR i n
/V/2
s17 Mei 2018
OPERASIONAL 018
i 1
/ Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
0 2
Masa nifas adalah : masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira

PENGERTIAN kira 6 minggu (+ 40 hari) dan dalam masa ini ibu menjalani
perubahan dari masa kehamilan ke masa paska persalinan yang masih
diawasi oleh petugas kesehatan
TUJUAN Rumah Sakit Helsa mengatur tata cara dalam perawatan nifas

Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Perawatan Maternal dan
KEBIJAKAN
Perinatal

1. Pengelolaan tentang menyusui ibu pada masa nifas meliputi :


Perawatan payudara
Kebersihan areola mammae
Cara menyusui yang baik dan benar
Penyuluhan mengenai manfaat pemberian ASI
2. Melakukan pengawasan terhadap kontraksi uterus, pendarahan
PROSEDUR pervaginam beberapa jam setelah melahirkan
3. Menghindari terjadinya infeksi pada masa nifas yang ditandai
dengan suhu tinggi, lochia berbau, luka episiotomi merah,
bernanah, nyeri, dan fundus uteri yang tidak turun.
4. Menjaga higiene pada luka episiotomi dan perineum dengan cara
memberikan kompres bethadine sesuai instruksi dokter
5. Mengajurkan / membantu pasien untuk mengganti pembalut menimal
PERAWATAN NIFAS
4
PERAWATAN NIFAS
No.
N H
Doku
o a
n
035/08-15/ . l
R a
SPO/
e m
PN/ 2x/hari
v a
RSH
6. Memperhatikan gizi
i n yang baik pada masa nifas
/V/2
s ke dokter/bidan 2 ( dua ) minggu atau tergantung
7. Kontrol
018
i 2
permintaan dkter bersangkutan
/ setelah melahirkan
0
8. Memberikan 2
penyuluhan tentang keluarga berencana sebelum
ibu pulang.

UNIT TERKAIT Ruang Rawat Ibu dan Bayi


PERAWATAN LUKA PERINEUM PASIEN
4
PERAWATAN LUKA PERINEUM PASIEN
No.
N H
Dok
o. a
me
036/08-15/ R l
ev a
SP
isi m Ditetapkan :
STANDAR O/
a
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR PN
0 n
OPERASIONAL /R
SH 17 Mei 2018
1
/V/
/ Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
20
2
18
Perawatan luka perineum adalah : perawatan luka yang di akbitkan
PENGERTIAN
oleh episiotomi ataupun ruptur pada saat pasien bersalin.

1. Menjaga agar luka perineum tetap bersih dan cepat sembuh


2. Menjaga agar luka terhindar dari infeksi
3. Agar pasien mampu melakukan perawatan luka perineum
TUJUAN
dengan baik dan benar
4. Tercapai kinerja efektif dan efisien dalam perawatan luka
perineum pasien.

Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu


Nomo
KEBIJAKAN
092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Perawatan Maternal
da
Perinatal
1. Peralatan yang digunakan adalah :
a. Povidone 10% / Bioplacenton Jelly
b. Kasa steril
c. Pot kecil untuk povidone Iodine
PROSEDUR d. Sarung tangan steril
2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
3. Siapkan pasien dan lingkungan yang nyaman. Kemudian tutp
scherm/pembatas pasien
4. Tuangkan povidone Iodine kedalam pot secukupnya
PERAWATAN LUKA PERINEUM PASIEN
4
PERAWATAN LUKA PERINEUM PASIEN
No.
N H
Dok
o. a
me
036/08-15/ R l
ev a
SP
5. isi m
O/ Masukkan kasa steril kedalam pot yang berisi povidone Iodine
a
PNdengan menggunakan sarung tangan saat melaksanakan tugas
0 n
/R
6.
SH Ambil kasa steril yang telah dibasahi povidone Iodine dan
2
/V/ tempelkan tepat pada luka perineum. Kemudian pasang pembalut
/
20
2
18 wanita dan gurita, setelah itu kenakan kembali pakaian pasien
bersangkutan
7. Jika menggunakan bioplacenton jelly, maka oleskan pada kasa
steril. Kemudian tempelkan pada luka perineum
8. Rapikan kembali peralatan ketempatnya semula
9. Cuci tangan kembali setelah selesai melakukan tindakan
10. Lakukan dokumentasi dengan lengkap dan rapi

UNIT TERKAIT Ruang Rawat Ibu dan Bayi


PENYULUHAN ASI
4
PENYULUHAN ASI
No.
N H
Doku
o. a
en
037/08-15/ R l
e a
SP
vi m Ditetapkan :
STANDAR O/
si a
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR PN/
n
OPERASIONAL RS
0
17 Mei 2018
H/
1
V/2
/ Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
018
1

Penjelasan tentang manfaat pemberian ASI pada ibu hamil dan


PENGERTIAN
ibu menyusui.

TUJUAN Ibu-ibu mengerti dan melaksanakan pemberian ASI.

Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


KEBIJAKAN
091/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman IMD dan ASI Eksklusif

1. Perawat/bidan/dokter mempersiapan alat berupa modul dan


gambar tentang ASI.
2. Perawat/bidan/dokter menjelaskan tentang manfaat ASI
dengan cara memperlihatkan gambar-gambar yang

PROSEDUR berhubungan dengan pemberian ASI.


3. Perawat/bidan/dokter memberi pengertian pada ibu
untuk tidak memberi minuman bayi selain ASI dan
bagaimana cara mempertahankan , menyediakan ASI bila
bayinya berpisah dengan ibu.
1. Ruang Rawat Ibu dan Bayi

UNIT TERKAIT 2. Ruang Poli Anak dan Kebidanan


3. Kamar Bersalin
PENGADAAN SUSU FORMULA (PASI) ATAS
INDIKASI
4

No.
N H
Doku
o a
en
038/08-15/ . l
R a
SP
e m Ditetapkan :
STANDAR O/P
v a
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR N/
is n
OPERASIONAL RS
i17 Mei 2018
H/
1
V/2
0 / Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
018
1
Makna ASI adalah makanan terbaik untuk bayi baru lahir Pada

PENGERTIAN keadaan tertentu / indikasi medis dimana ASI tidak mungkin


atau tidak ada untuk diberikan maka diperlukan PASI.
Terpenuhinya kebutuhan tubuh bayi.
TUJUAN

Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


KEBIJAKAN
091/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman IMD dan ASI Eksklusif

1. Dokter anak/asisten menentukan bahwa bayi tidak dapat/


tidak boleh diberi ASI.
2. Dokter anak/asisten mentukan pasi yang sesuai dengan
kondisi bayi.
3. Dokter anak/asisten menerangkan pada ibu /keluarga bahwa

PROSEDUR diberikan PASI sesuai dengan kondisi bayi.


4. Perawat/bidan/asisten mendokumentasikan
persetujuan pemberian PASI.
5. Dokter anak/asisten memberikan resep kepada keluarga.
6. Bidan/perawat memberikan PASI dengan sendok dot / selang
NGT
1. Ruang Rawat Ibu dan Bayi
UNIT TERKAIT
2. Ruang Perina dan Nicu
MENYUSUKAN BAYI PADA IBUNYA
4
MENYUSUKAN BAYI PADA IBUNYA
No.
N H
Dok
o a
en
039/08-15/ . l
R a
SP
e m Ditetapkan :
STANDAR O/P
vTanggal terbit
a Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR N/R
i n
OPERASIONAL SH/ s 17 Mei 2018
V/2
i 1
018
/ Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
0 2
Membawa bayi kepada ibunya untuk mendapatkan ASI (Air Susu Ibu)
PENGERTIAN
dengan cara mengisap langsung dari puting ibu.
Terpenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
TUJUAN

Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


KEBIJAKAN
091/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman IMD dan ASI Eksklusif

1. Bidan/perawat melakukan identifikasi bayi dan ibunya.


2. Bidan/perawat membaringkan bayi disamping ibunya
yang dialasi kain dan perlak.
3. Bidan/perawat membersihkan puting payudara dengan kapas
basah /bersih, lalu menggeluarkan ASI sedikit dan dioleskan
pada sekitar putting dan areola mammae untuk mendesinfeksi
serta melembabkan puting.
4. Bidan/perawat membuang kapas kotor ke tempat
PROSEDUR sampah plastik hitam.
5. Bidan/perawat menganjurkan ibu untuk memegang
payudara dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang
payudara dari bawah lalu melakukanmassage, jangan
menekan/menjeput puting susu.
6. Bidan/perawat merangsang bayi untuk membuka mulut
(rating reflex) dengan cara : menyentuh sisi mulut bayi dengan
jari/puting payudara.
7. Bidan/perawat memasukkan puting payudara dalam mulut
MENYUSUKAN BAYI PADA IBUNYA
4
MENYUSUKAN BAYI PADA IBUNYA
No.
H
Dok N
039/08-15/ o a
l
SPO .
a
N/RS
H/V/2 R sampaimaerola mammae dan puting berada di atas lidah bayi,
a
018 e setelahn mulai mengisap payudara tidak perlu ditopang
v
i lagi, susukan sampai kenyang (sekitar 15 menit tiap payudara).
s 2
8. Bidan/perawat
/ menyendawakan bayi dengan cara membuat
i
posisi bayi2 kepala lebih tinggi dari perut sambil mengetuk-
0
ngetuk punggung dengan telapak tangan.
9. Bidan/perawat merapikan bayi dan menidurkan di tempat tidur.

UNIT TERKAIT Ruang Rawat Ibu dan Bayi


4 MENIMBANG BERAT BADAN PADA KLIEN
BAYI/ANAK

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
040/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018
0 1/2
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

PENGERTIAN Menimbang berat badan dengan menggunakan timbangan badan.

1. Mengetahui berat badan dan perkembangan berat badan bayi.


TUJUAN
2. Membantu menentukan program pengobatan, diit, dll.

Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Perawatan Maternal


dan Perinatal

1. Timbangan harus diletakkan di tempat yang terang dan rata


serta datar.
2. Khusus untuk klien bayi, ditimbang :
a. Dengan timbangan bayi.
b. Bayi dalam keadaan telanjang.
c. Hindari bahaya jatuh.
3. Klien anak yang tidak dapat berdiri/berjalan
harus digendong hasilnya dikurangi berat badan yang
PROSEDUR
menggendong.
4. Persiapan alat
a. Timbangan bayi dalam keadaan siap
pakai b. Buku catatan
c. Kain pengalas timbangan
d. Persiapan klien: bayi diselimuti dengan kain khusu
(dibedong)
5. Cara Kerja
4 MENIMBANG BERAT BADAN PADA KLIEN
BAYI/ANAK

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
040/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018
0 2/2
Pada bayi :
a. Perawat memakai baju khusus (barakskort) dan
masker bila perlu.
b. Pintu dan jendela ditutup(bilaperlu).
c. Berikan pengalas pada timbangan dan siap ntuk dipakai.
d. Setel timbangan dengan angka penunjuk pada angka nol.
e. Buka selimut bayi, lalu baringkan diatas timbangan
f. Berat badan dicatat dalam catatan medic bayi.
g. Bayi dirapikan,alat–alat dibereskan dan dikembalikan
ke tempat semula.
Pada anak :
a. Timbangan disetel dengana ngka penunjuk pada angka
nol.
b. Anak berdiri di atas timbangan.
c. Berat badan dicatat dalam catatan medic bayi.
d. Anak dirapikan,alat–ala tdibereskan dan
dikembalikan ketempat semula

- Ruang Rawat Ibu dan Bayi


- Ruang Perina
- Ruang Perawatan Anak
UNIT TERKAIT
- Poli Anak
- IGD
- Ruang Bersalin
4 MENGUKUR PANJANG BADAN KLIEN BAYI
DAN TINGGI BADAN KLIEN ANAK

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
041/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018
0 1/2
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Mengukur panjang badan bayi dan tinggi badan anak


PENGERTIAN
dengan menggunakan alat pengukur.
Mengetahui panjang badan bayi dan tinggi badan anak.
TUJUAN

Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Perawatan Maternal


dan Perinatal

1. Ukuran panjang / tinggi harus dalam keadaan baik.


2. Klien bayi diukur dengan posisi berbaring.
3. Klien anak diukur dengan berdiri tanpa alas kaki.
4. Persiapan alat
Ukuran panjang (meteran) yang terbuat dari kayu / metal.
5. Persiapan klien
- Lakukan pendekatan kepada anak / keluarga
dengan memberikan penjelasan tentang tindakan –
PROSEDUR
tindakan yang akan dilakukan, sesuai tingkat
perkembangan dan kemampuan berkomunikasi.
- Persiapan bayi : bayi dibaringkan dalam posisi
sesuai kebutuhan.
6. Cara kerja
Pada bayi :
Alat pengukur disiapkan.
Bayi dibaringkan telentang tanpa dibedong dengan
4 MENGUKUR PANJANG BADAN KLIEN BAYI
DAN TINGGI BADAN KLIEN ANAK

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
041/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018
0 2/2
kedua kaki diluruskan.
Panjang badan diukur, mulai dari ujung kepala sampai ke
tumit dan hasilnya dicatat.
Bayi dirapikan dan diatur posisinya sesuai kebutuhan.
Alat – alat dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke
tempat semula.
Pada anak :
Alat pengukur disiapkan.
Alat diukur dengan posisi berdiri dan hasilnya dicatat.
Anak diberitahu bahwa tindakan telah selesai sambil
dirapikan.
7. Alat – alat dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke
tempat semula.

- Ruang Rawat Ibu dan Bayi


- Ruang Perina,

UNIT TERKAIT - IGD


- Ruang Anak
- Poliklinik Anak
4 MENGUKUR LINGKAR KEPALA KLIEN BAYI/
ANAK

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
042/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018
0 1/2
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Mengukur besarnya lingkaran kepala bayi / anak dengan


PENGERTIAN
menggunakan pita pengukur.

Mengetahui besarnya lingkaran kepala bayi / anak untuk


TUJUAN
mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi

Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Perawatan Maternal


dan Perinatal

1. Persiapan alat
Pita pengukur dari plastic
2. Persiapan klien
Lakukan pendekatan kepada anak / keluarga
dengan memberikan penjelasan tentang tindakan – tindakan
yang akan dilakukan, sesuai tingkat perkembangan dan

PROSEDUR kemampuan berkomunikasi.


3. Cara kerja
a. Tindakan ini dilakukan oleh satu/dua
orang petugas / perawat.
b. Untuk klien bayi, baringkan dalam posisi telentang
dan dalam keadaan tenang.
c. Kepala klien diukur dengan cara pita
pengukur dilingkarkan pada kepala klien, pada bagian
yang paling
4 MENGUKUR LINGKAR KEPALA KLIEN BAYI/
ANAK

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
042/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018
0 2/2
menonjol untuk mempermudah pelaksanaan tindakan ini,
klien diusahakan agar tidak bergerak.
d.Catat hasil pengukuran
e. Klien / keluarga diberitahu, bahwa tindakan
telah
selesai, sambil dirapikan.
f. Alat – alat dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke
tempat semula.
- Ruang Rawat Ibu dan Bayi, Ruang Perina, Ruang Rawat
UNIT TERKAIT
Anak dan poliklinik
MEMERAS ASI DENGAN
TANGAN
4
MEMERAS ASI DENGAN
No. TANGAN
N H
Dok
o. a
me
043/08-15/ R l
e a
SP
vi m Ditetapkan :
STANDAR O/
si a
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PN
PROSEDUR n
/R
0
17 Mei 2018
OPERASIONAL SH
1
/V/
/ Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
20
2
18
Salah satu cara untuk mengeluarkan ASI dengan menggunakan
PENGERTIAN tangan
(memeras ASI).
Mencegah bendungan ASI/ pembengkakan payudara.
Mengosongkan payudara dari ASI yang tersisa setelak menyusui.
TUJUAN
Tersedia ASI untuk bayi ibu yang bekerja/ yang mempunyai
masalah menyusui.

Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu


KEBIJAKAN Nomo
091/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman IMD dan ASI
Eksklusi
1. Perawat/bidan menyiapkan alat-alat berupa : cangkir /
gelas bertutup / Botol yang telah direbus dengan air
mendidih, handuk, waslap.
2. Perawat/bidan mengatur posisi ibu pada posisi duduk tegak
dan pakaian bagian atas dibuka dan letakkan handuk
dibawah payudara.
3. Perawat/bidan memijat payudara dengan tangan yang
PROSEDUR
telah dibungkus dengan waslap basah, dari pangkal payudara
ke arah Areola mamae secara merata sekeliling payudara.
4. Perawat/bidan memegang payudara dengan salah satu
tangan pada pisisi ibu jari diletakkan dibagian atas sekitar
areola dan jari telunjuk diposisi bawah.
5. Perawat/bidan tangan satu memegang cangkir /gelas atau
botol penampung ASI dibawah puting susu, lalu
tangan yang
MEMERAS ASI DENGAN
TANGAN
4
MEMERAS ASI DENGAN
No. TANGAN
N H
Dok
o. a
me
043/08-15/ R l
e a
SP
vimemegangmpayudara dengan melakukan gerakan tekan
O/
siareola a
PN
n
/R ke0 arah dada-peras-lepas tekan-peras-lepas sampai
SH
payudara kosong2 (peras dari seluruh sisi areola).
/V/
/
20 6. Perawat/bidan menyimpan ASI dalam wadah tertutup dan
2
18
beri etiket (nama, tanggal, jam peras).
7. Perawat/bidan memberikan ASI sesuai dengan waktu
pemberian dan kebutuhan.
8. Perawat/bidan mengamati keadaan payudara dan
kelancaran pengeluaran ASI, lalu rapikan alat-alat.

UNIT TERKAIT Ruang Rawat Ibu dan Bayi


MEMBERI ASI DENGAN
PIPET
4
MEMBERI ASI DENGAN
No. PIPET
N H
Dok
o. a
me
044/08-15/ R l
ev a
SP
isi m Ditetapkan :
STANDAR O/
Tanggal a
terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PN
PROSEDUR 0 n
/R
SH 17 Mei 2018
OPERASIONAL 1
/V/
/ Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
20
2
18
Salah satu cara pemberian ASI pada bayi yang tidak menyusui
PENGERTIAN
langsung pada payudara ibunya.
Bayi mendapat ASI sesuai kebutuhan tanpa menggunakan
TUJUAN "dot".
Mencegah bingung putting.

Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu


KEBIJAKAN Nomo
091/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman IMD dan ASI
Eksklusi
1. Perawat/bidan menyiapkan ASI/PASI dalam keadaan hangat
dalam tempatnya, pipet, kain pengalas dada bayi.
2. Ibu/bidan/perawat memangku bayi dengan posisi kepala
lebih tinggi dari badan dan mendekatkan perlengkapan pasang
alas dada bayi.
3. Perawat/bidan mengambil ASI/PASI dan memasukkan ke
mulut bayi dengan pipet melalui sudut bibir bayi secara
PROSEDUR
perlahan-lahan, berikan ASI/PASI sampai habis sesuai
kebutuhan (beri kesempatan untuk menelan sampai mulut bayi
kosong sebelum pemberian berikutnya) kemudian sendawakan
bayi, observasi reaksi selama pemberian minum.
4. Perawat/bidan merapikan bayi dan perlengkapannya
5. Perawat/bidan mendokumentasikan reaksi menelan, jumlah
ASI/PASI yang diminum.
MEMBERI ASI DENGAN
PIPET
4
MEMBERI ASI DENGAN
N PIPET
No. Hal
o.
Re am
D
visi an
o
k
0 2
u
/
m
2
e
n
044
/08
15/
S
P
O
/
P
N
/
R
S
H
/
V
/
2
0
1
8

UNIT TERKAIT
Ruang Rawat Ibu dan Bayi
MEMANDIKAN BAYI
4
MEMANDIKAN BAYI
No. Dokumen
045/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 1/4
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Memandikan bayi adalah suatu cara membersihkan tubuh bayi


PENGERTIAN dengan air dengan cara menyiram, merendam diri dalam
air berdasarkan urut- urutan yang sesuai

Tujuannya adalah:
- untuk menjaga kebersihan
- memberikan rasa segar
- memberikan rangsangan pada kulit.

Yang harus diperhatikan adalah :


TUJUAN
1. Mencegah kedinginan
2. Mencegah masuknya air kedalam mulut, hidung dan telinga
3. Memperhatikan adanya lecet pada pantat, lipatan-lipatan kulit
(ketiak bayi, lipatan paha, dan punggung bayi)
4. Bayi yang dimandikan bayi sehat maupun bermasalah
5. Bayi baru lahir tidak boleh dimandikan sebelum 6 jam
6. Dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari

Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomo


KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Perawatan Maternal da
Perinatal

A. Persiapan alat
PROSEDUR
1. Handuk 1 buah dan waslap bersih 2 buah,
4

No. Dokumen
045/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 2/4
2. sabun bayi dan sampo,
3. cotton bud atau kapas bersih,
4. kapas untuk membersihkan daerah perineal,
5. waskom 2 buah
6. bengkok,
7. air hangat,
8. popok dan pakaian bersih,
9. keranjang/plastic pakaian kotor.

B. Tahap Pre Interaksi


1. Cek catatan perawatan dan catatan medis klien
2. Cuci tangan
3. Siapkan/dekatkan alat-alat

C. Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien/keluarga dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada keluarga

D. Tahap kerja
1. Berikan kesempatan klien atau keluarga untuk
bertanya sebelum kegiatan dimulai
2. Tanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada
pada klien
3. Mulai tindakan dengan cara yang baik
4. Berikan privasi pada klien
5. Pastikan bayi dalam posisi nyaman dalam pegangan
atau terbaring dalam incubator
6. Periksa kembali temperatur air dengan suhu (37-38 derajat)
hangat- hangat kuku, air dalam waskom hanya digunakan
MEMANDIKAN BAYI
4
MEMANDIKAN BAYI
No. Dokumen
045/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 3/4
untuk membasuh (sponge bathing) dan membersihkan
rambut
7. Usap mata dari kantus dalam ke luar. Gunakan air
bersih dan bagian yang berbeda untuk tiap mata.
8. Bersihkan wajah dengan lembut. Gunakan air biasa
tanpa menggunakan sabun
9. Pegang bayi dengan aman, gunakan foot ball hold,
basahi rambut dengan air secara lembut
10. Usapkan sampo bayi dengan menggunakan waslap, bilas
rambut dan keringkan kulit kepala dengan cepat
11. Bersihkan telinga dengan gerakan memutar dan gunakan
bagian yang berbeda untuk tiap-tiap telinga.
12. Setelah melepas selimut mandi atau pakaian
bayi, bersihkan leher, dada, lengan dan punggung dengan
cara yang sama.
13. Bersihkan tubuh dengan sabun dan air, bilas dengan hati-
hati dan keringkan bagian tubuh yang dibersihkan
sebelum berpindah ke bagian lain
14. Bersihkan bagian genetalia
15. Bilas bayi hingga bersih.
16. Keringkan bayi dengan handuk dan diletakkan di atas meja
17. Perhatikan kelainan-kelainan pada bayi
18. Perawatan tali pusat
19. Kenakan pakaian bayi dengan lengkap ( celana / popok
tidak menutupi tali pusat atau lipatan popok di bawah tali
pusat
20. Sisir rambut kemudian rapikan tempat tidur bayi
21. Kembalikan bayi kepada orang tua
4

No. Dokumen
045/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 4/4
22. Bereskan semua alat-alat
23. Perawat mencuci tangan

UNIT TERKAIT Ruang Rawat Ibu dan Bayi, Ruang Perina dan ICU
KRITERIA PEMULANGAN PASIEN RAWAT
GABUNG
4

No.
N H
Dok
o a
en
046/08-15/ . l
R a
SP
e m Ditetapkan :
STANDAR O/
vTanggal terbit
a Direktur RS Helsa Jatirahayu
PN
PROSEDUR is n
/RS
i 17 Mei 2018
OPERASIONAL H/ 1
V/2
0 / Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
018
1
Proses untuk memulangkan bayi setelah rawat gabung, bayi
PENGERTIAN dalam
keadaan sehat dan bilirubin total <15 mg/dl
TUJUAN Bayi stabil dan dapat dirawat di rumah

Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Perawatan Maternal
dan Perinatal

1. Dokter DPJP menentukan bayi dipulangkan


2. Dokter menjelaskan kepada keluarga bahwa bayi boleh
dipulangkan
PROSEDUR
3. Keluarga pasien mengurus administrasi
4. Bidan melakukan penyuluhan perawatan bayi di rumah
5. Bidan memberikan discharged planning bayi.
UNIT TERKAIT Ruang Rawat Ibu dan Bayi
KRITERIA RAWAT ICU
4

No.
N H
Dok
o. a
me
047/08-15/ R l
e a
SP
vi m Ditetapkan :
STANDAR O/
si a
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR PN
n
OPERASIONAL /R
0
17 Mei 2018
SH
1
/V/
/ Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
20
1
18
PENGERTIAN Menentukan keadaan pasien untuk masuk ke ruang ICU.

TUJUAN Untuk mempercapat penanganan pasien yang memerlukan ICU.

Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu


Nomo
KEBIJAKAN
092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Perawatan Maternal
da
Perinatal
1. Dokter/Bidan menentukan pasien dalam keadaan baik atau
tidak.
2. Dokter/Bidan melaporkan kepada DPJP bila ada pasien
PROSEDUR
dengan kesadaran menurun atau kondisi lainnya yang
memerlukan perawatan ICU.
3. DPJP memutuskan pasien perlu perawatan ICU atau tidak.
1. IGD
2. Kamar Bersalin (VK)

UNIT TERKAIT 3. Ruang Perawatan


4. Kamar Operasi (OK)
5. ICU
PROSES MERUJUK PASIEN
4
PROSES MERUJUK PASIEN
No.
N H
Dok
o. a
me
048/08-15/ R l
e a
SP
vi m Ditetapkan :
STANDAR O/
si a
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PN
PROSEDUR n
/R
0
17 Mei 2018
OPERASIONAL SH
1
/V/
/ Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
20
2
18
Proses pemindahan pasien usia 0 – 7 hari dan ibu hamil atau
ibu
PENGERTIAN pasca persalinan dari ruang perawatan ke luar rumah sakit yang
memiliki fasilitas perawatan lebih lengkap / khusus sesuai
kebutuhan / kondisi pasien.
Pasien mendapatkan perawatan dan perlengkapan alat yang lebih
TUJUAN baik
sesuai dengan kebutuhan kondisi pasien.
Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor
KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Perawatan Maternal
dan Perinatal

1. Dokter spesialis (DPJP) menemukan masalah dalam


merawat pasien karena keterbatasan tenaga ahli dan
fasilitas.
2. Dokter menjelaskan kepada keluarga pasien alasan dirujuk
3. Perawat/bidan menghubungi rumah sakit yang memiliki
peralatan. sesuai dengan kebutuhan pasien, untuk
PROSEDUR
pemesanan tempat.
4. Perawat/bidan menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan
pasien.
5. Perawat/bidan menyiapkan transportasi yang diperlukan
pasien.
6. Dokter jaga dan perawat/ bidan mendampingi pasien
menuju tempat RS yang diperlukan pasien.
PROSES MERUJUK PASIEN
4
PROSES MERUJUK PASIEN
No. Dokumen
048/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018
0 2/2
1. Ruang Rawat Ibu dan Bayi
UNIT TERKAIT
2. Kamar Bersalin
3. Ruang Perina dan ICU
4
PELAYANAN PASIEN DI KAMAR
BERSALIN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
049/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/3

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Pelayanan pasien di kamar bersalin adalah kegiatan untuk

PENGERTIAN memberikan pelayanan kepada pasien menyangkut proses


persalinan dan lain sebagainya sesuai fungsi kamar bersalin.
1. Agar pasien mendapatkan pelayanan optimal sehingga pasien

TUJUAN puas dan tidak mendapat kesulitan


2. Perawat dapat bekerja sesuai prosedur secara efektif dan efisien
Rumah Sakit Helsa mengatur tata cara menerima dan
memberi
pelayanan kepada semua pasien yang masuk kedalam instalasi VK
KEBIJAKAN
(kamar bersalin) diatur dalam prosedur yang telah ditetapkan
Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor
092/PER/DIR/RSH/V/2018
1. Terima pasien oleh perawat/ bidan
2. Kaji masalah pasien oleh bidan
3. Apabila pasien mengalami His, observasi His, denyut
jantung janin dan tekanan darah, kemudian periksa dalam
4. Pasang CTG, dan jika hasil baik ulangi kembali 6-12 jam
berikutnya
PROSEDUR
5. Apabila His sering, lapor dokter setelah periksa dalam
dan lakukan CTG jika kondisi memungkinkan
6. Observasi His serta denyut jantung janin tiap 30 menit hingga
1 jam sekali
7. Buat partograf apabila pada saat periksa dalam sudah ada
pembukaan serviks 4 cm.
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
049/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/3

8. Apabila hasil CTG pertama tidak baik (deselerasi), beri O²


hasil pemeriksaan lapor kedokter
9. Jika ketuban pecah dini (KPD) dan tidak ada His,
usahakan untuk tidak melakukan periksa dalam. Jika His
sering, lakukan periksa dalam dan lapor dokter
10. Jika ketuban pecah spontan, lakukan periksa dalam dan
lapor dokter
11. Apabila ketuban peceh dini, istirahatkan pasien dengan
posisi berbaring dan ganti sesering mungkin alas bokong.
Kemudian observasi suhu setiap 8 jam dan berikan antibiotika
yang berkolaborasi dengan dokter
12. Apabila pasien dengan post mature atau ketuban berwarna
hijau, segera beri O2 dan tidurkan pasien dengan posisi miring
ke kiri, lakukan CTG ulang jika perlu dengan
berkolaborasi bersama dokter
13. Apabila pasien prematur, lapor dokter kebidanan dan anak
dan sebelum bayi lahir hubungi ruang perinatal
menyiapkan ruangan jika diperlukan
14. Pasien dengan HAP, usahakan untuk tidak dilakukan periksa
dalam. Kemudian observasi tanda vital, denyut jantung
janinss, perdarahan, dan berikan O2. Jika memungkinkan
lakukan CTG laporkan kedokter
15. Untuk primipara, beritahu dokter pada pembukaan 8-9
cm, sedangkan untuk multipara lapor dokter pada pembukaan
5-6 cm
16. Siapkan set partus, box resusitasi, lampu sorot, obat-
obatan yang diperlukan seperti syntocinon, methergin, silocin
2%, bethadine, benang jahit, dan lain sebagainya
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
049/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 3/3

17. Ambil sidik jari ibu (jempol kiri dan kanan) dan cap pada status
ibu
18. Pimpin ibu untuk melakukan persalinan, kemudian pecahkan
selaput ketuban
19. Apabila kepala sudah menekan perinium, sokong perinium
20. Setelah kepala bayi keluar, lakukan penghisapan lendir
melalui mulut dan hidung. Keluarkan bayi, klem tali pusat
dengan kocher I jarak 5 cm. Kemudian klem dengan kocher II
berjarak
5 cm dari yang pertama
21. Lakukan pemotongan tali pusat diantaranya dan berikan
bethadine solution pada ujung tali pusat yang dipotong.
22. Melakukan manajemen kala III keluarkan plasenta,
berikan pasien utero tonika. Kemudian lakukan penjahitan luka
perineum dan perawatan post partum.
23. Beri identitas di kaki bayi dengan micropone di hadapan ibu
24. IMD jika kondisi memungkinkan
25. Bedong bayi dan perlihatkan kepada ibu, kemudian bawa bayi
kedalam kamar bayi untuk dihangatkan.
26. Beritahukan kondisi bayi dan datanya kepada keluarga
sebelum dibawa ke ruang rawat Ibu dan Bayi
27. Catat data pada status ibu, status bayi dan statistik oleh
perawat yang melakukan tindakan.
28. Apabila pasien tidak dapat partus spontan atau harus Sectio
CaesariaBersalin
1. Kamar cito, segera siapkan pasien dan alat sesuai prosedur.

UNIT TERKAIT 2. Unit Rawat Ibu dan Bayi


3. Unit Gawat Darurat/ Ponek 24 jam
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
049/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 4/3
PEMERIKSAAN DETAK JANTUNG JANIN
DENGAN DOPPLER
4 PEMERIKSAAN DETAK JANTUNG JANIN
DENGAN DOPPLER
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
050/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Suatu urutan tindakan untuk melakukan pemeriksaan DJJ


PENGERTIAN
janin dengan alat doppler.
Untuk mengetahui Detak Jantung Janin pada Ibu Hamil
TUJUAN
yang merupakan tanda pasti kehamilan dengan janin hidup.
Seluruh pelayanan keperawatan dan kebidanan di RS Helsa
berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien (Sesuai dengan

KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Perawatan
Maternal dan Perinatal
PRA INTERAKSI :
1. Sapa dan perkenalkan diri : “ selamat pagi/siang…saya
bidan…
2. Tanyakan identitas pasien dengan cara berkata ”
untuk prosedur keselamatan pasien kami minta Ibu
menyebutkan nama dan tanggal lahir”.

PROSEDUR 3. Cocokan dengan gelang identitas (untuk pasien rawat inap).


4. Cocokkan dengan status untuk pasien IGD/IRJ.
5. Jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan.
6. Siapkan alat-alat.
7. Siapkan ruangan/penunggu dimohon keluar ruangan.
8. Dekatkan alat-alat.
9. Cuci tangan.
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
050/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

INTERAKSI :
Melakukan pemeriksaan :
1. Pada bagian perut ibu dibuka.
2. Lakukan palpasi untuk mencari punggung janin.
3. Letakkan monoscope /dopler pada punggung janin.
4. Rapikan ibu kembali dan bereskan alat-alat.

TERMINASI :
1. Cuci tangan.
2. Catat tindakan dalam rekam medis pasien.
1. Unit Rawat Jalan,
2. Unit Gawat Darurat/ Ponek 24 jam
UNIT TERKAIT
3. Ruang Bersalin
4. Unit Rawat Inap Ibu dan Bayi
4
PENANGANAN PERSALINAN AMAN

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
051/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Penanganan persalianan aman adalah proses untuk menangani

PENGERTIAN persalinan ibu sesuai dengan prosedur yang berlaku untuk


menghindari hal-hal yang tidak di inginkan.

TUJUAN Agar persalinan berlangsung aman.


Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor
KEBIJAKAN
092/PER/DIR/RSH/V/2018
1. Laksanakan asuhan atenatal di poliklinik secara teratur oleh
dokter kebidanan/bidan
2. Melengkapi kamar bersalin dengan peralatan dan obat-
obatan yang diperlukan
3. Lakukan penapisan resiko persalinan dan pemantauan
persalinan antara lain dengan partograf
4. Lakukan pemeriksaan CTG (Cardio Toco Graphie) pada ibu
yang akan bersalin
PROSEDUR
5. Apabila diperlukan tindakan operasi, maka kamar bedah dan
segala fasilitasnya harus siap dalam waktu yang diperlukan,
bergantung kegawatdaruratannya (klasifikasi urgensi SC
menurut RCOG / Royal College of Obstetricians and
Ginecologysts)
6. Kurang dari 30 menit untuk kegawatdaruratan tingkat I.
Lebih dari 75 menit untuk kegawatdaruratan tingkat II dan
III. Tingkat IV adalah operasi elektif
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
051/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2
7. Laksanakan program tiga bersih: bersih tempat persalinan,
bersih tangan penolong, bersih alat medis
8. Lakukan penyuluhan vulva hygiene
9. Setelah persalinan selesai, ibu pindahkan keruang
perawatan nifas.
1. Ruang Bersalin

UNIT TERKAIT 2. Poliklinik


3. Ruang rawat ibu dan bayi
4 PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN
KEHAMILAN GANDA

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
052/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 0 1 /2
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

PENGERTIAN Suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih.

1. Pasien mendapat tindakan tepat dan benar.


TUJUAN
2. Kesejahteraan ibu dan janin terpenuhi.
Sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor
KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan
Maternal dan Perinatal
PRA INTERAKSI :
1. Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga atau
pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Pasien menerima dan memberikan persetujuan
tentang tindakan yang akan dilakukan.
3. Menyiapkan ruangan / penunggu dimohon keluar ruangan.
4. Mendekatkan alat-alat ke dekat pasien.

PROSEDUR
INTERAKSI :
1. Posisikan ibu berbaring tiap setengah duduk
2. Memastikan posisi kedua janin.
3. Kolaborasi dengan dokter yang merawat.

TERMINASI :
1. Melaksanakan hasil kolaborasi.
2. Mencatat tindakan dan hasilnya di Rekam Medis pasien.
4 PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN
KEHAMILAN GANDA

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
052/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 0 2 /2

UNIT TERKAIT Ruang Bersalin dan Poliklinik


4 PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN
PARTUS TAK MAJU

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
053/08-15/
00 1/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak

PENGERTIAN menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala


dan putaran paksi selama 2 jam terakhir.
1. Pasien mendapatkan tindakan tepat dan benar.
2. Kesejahteraan ibu dan janin terpenuhi.
3. Dilakukan oleh dokter spesialis kandungan/ dokter
umum/bidan.
4. Ada persetujuan tindakan medis dari pasien/keluarga.
5. Tersedia alat-alat:

TUJUAN - Faetalphone.
- Lembar rekam medis.
- Oksigen.
- Set partus.
- Tensimeter.
- Termometer.
- Arloji.
Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas ibu
hamil
KEBIJAKAN dan Bayi baru lahir sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa
Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman
Pelayanan Maternal dan Perinatal.
1. Berikan penjelasan kepada keluarga atau pasien tentang

PROSEDUR tindakan yang akan dilakukan.


2. Mintakan persetujuan tindakan
4 PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN
PARTUS TAK MAJU

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
053/08-15/
00 2/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
3. Lakukan tindakan.
4. Laksanakan pemantaun kemajuan persalinan dengan
Partograf.
5. Catat dalam Rekam Medik pasien untuk semua tindakan.
6. Bila dalam pemeriksaan Partograf sudah masuk kolom
bertindak kolaborasi dengan dokter yang merawat.
7. Laksanakan hasil kolaborasi.
1. Ruang Bersalin
UNIT TERKAIT
2. Kamar Operasi
PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN PENYAKIT
JANTUNG
4 PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN PENYAKIT
JANTUNG

No.
N H
Doku
o a
n Ditetapkan :
STANDAR
054/08-15/ . l
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
R a
PROSEDUR SPO/
e m
PN/ 17 Mei 2018
OPERASIONAL v a
RSH
i n
/V/2 Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
s
018
i 1
Suatu tindakan perawatan
/ keadaan ibu hamil inpartu dengan penyakit
PENGERTIAN
jantung. 0 2
1. Ibu menjalani persalinan dengan aman.
2. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang maksud
dan tujuan tindakan.
3. Harus dirawat di kamar bersalin atau ICU.
4. Harus tersedia alat-alat khusus (peralatan extrasi

TUJUAN vakum/forceps).
5. Harus konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam
(jantung), bagian KIA, dokter ICU.
6. Harus dilakukan pemeriksaan khusus: Echokardiografi, ECG.
7. Harus tersedia alat monitor jantung.
8. Harus tersedia obat-obatan yang diperlukan.
Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas ibu hamil
dan
KEBIJAKAN bayi baru lahir sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu
Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan
Maternal dan Perinatal.

PRA INTERAKSI :
1. Berikan penjelasan kepada keluarga atau pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan.
PROSEDUR
2. Lakukan informed consent
3. Siapkan ruangan atau penunggu dimohon keluar ruangan.
4. Dekatkan alat-alat kedekat pasien.
5. Cuci tangan.
PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN PENYAKIT
JANTUNG
4 PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN PENYAKIT
JANTUNG

No.
H
Doku N
054/08-15/ o a
. l
SPO
a
N/RSINTERAKSI :
m
/V/2018 1.R Laksanakan pemeriksaan secara lengkap tentang
e a
n
v riwayat kehamilan..
i
2. Laksanakan2 pemeriksaan penunjang laboratorium, USG, dan
s
i EKG. /
2
3. 0Bantu dokter melakukan tindakan.
4. Observasi tanda-tanda vital.
5. Rapikan pasien.
6. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan dan perawatan
selanjutnya yang akan dilakukan.

TERMINASI :
1. Laksanakan hasil kolaborasi.
2. Catat tindakan dan hasilnya direkam medis pasien.

1. Ruang Bersalin,
UNIT TERKAIT 2. IGD/Ponek 24 jam
3. ICU
4 PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN
PENYAKIT PARU-PARU

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
055/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018
0 1/2
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

PENGERTIAN Suatu keadaan ibu hamil dengan penyakit paru-paru.

1. Ibu menjalani persalinan dengan aman.


2. Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan
tindakan kepada pasien.
3. Harus dirawat dikamar bersalin.
4. Harus dilakukan tindakan vakum ekstrasi atau forcep
TUJUAN untuk memperingan kala II.
5. Tersedia sarana/ alat-alat khusus : oksigen, EKG.
6. Tersedia obat-obat yang diperlukan.
7. Konsultasi dengan dokter spesialis penyakit Paru.
8. Harus tersedia sarana untuk mencuci tangan.
9. Setelah melahirkan dirawat di bangsal penyakit.
Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas
ibu
KEBIJAKAN hamil dan bayi baru lahir (Sesuai Peraturan
Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018
tentang Pedoman Pelayanan Maternal dan Perinatal
1. Berikan penjelasan kepada keluarga atau pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan.
2. Siapkan alat-alat.
3. Mintakan persetujuan tindakan.

PROSEDUR 4. Cuci tangan.


5. Atur posisi pasien.
6. Bantu dokter melakukan tindakan.
7. Observasi tanda-tanda vital.
8. Rapikan pasien.
4 PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN
PENYAKIT PARU-PARU

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
055/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018
0 2/2
9. Bereskan alat-alat.
10. Cuci tangan.
1. Unit Ruang Bersalin

UNIT TERKAIT 2. Unit Gawat Darurat/ Ponek 24 jam


3. Unit Radiologi
4 PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN
PENYAKIT TYROID

No. Dokumen
056/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 1 /2
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Suatu keadaan ibu hamil yang akan melahirkan dengan penyakit


PENGERTIAN
tyroid.
1. Pasien mendapatkan tindakan tepat dan benar.
2. Kesejahteraan ibu dan janin terpenuhi.
3. Dilakukan oleh dokter spesialis kandungan/ dokter
umum/ bidan.
4. Ada persetujuan tindakan medis dari pasien/keluarga.

TUJUAN 5. Ada konsultan dokter spesialis penyakit dalam.


6. Tersedia alat-alat :
a. Faetal phone.
b. Set partus, obat-obatan
c. Tensimeter.
d. Set infus.
Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas ibu hamil
dan bayi baru lahir (Sesuai Peraturan Direktur Nomor
KEBIJAKAN
092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal
dan Perinatal.

PRA INTERAKSI :
1. Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga atau
pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
PROSEDUR 2. Pasien menerima dan memberikan persetujuan tentang
tindakan yang akan dilakukan.

PRA INTERAKSI :
4 PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN
PENYAKIT TYROID

No. Dokumen
056/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 2 /2
1. Siapkan ruangan/penunggu dimohon keluar ruangan.
2. Dekatkan alat-alat kedekat pasien.
3. Cuci tangan.

INTERAKSI :
1. Petugas memeriksa secara detail riwayat kehamilan,
riwayat penyakit dan penanganannya.
2. Laksanankan observasi .
3. Laksanakan pemeriksaan darah rutin dan gula darah sewaktu.
4. Laksanakan pemeriksaan USG dan EKG.
5. Lakukan kolaborasi dengan dokter jaga/spesialis
penyakit dalam.
6. Laksanakan hasil kolaborasi.

TERMINASI :
1. Laksanakan hasil kolaborasi.
2. Catat tindakan dan hasilnya di Rekam Medis pasien.

1. Ruang Bersalin
UNIT TERKAIT 2. ICU
3. IGD / Ponek 24 jam
4 PASIEN INPARTU DENGAN TINGGI BADAN
KURANG DARI 145 CM

No. Dokumen
057/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 1 /2
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Suatu keadaan dimana ibu bersalin mempunyai tinggi badan

PENGERTIAN kurang dari


145 cm.
1. Pasien mendapat pelayanan secara tepat dan cepat.
TUJUAN
2. Ibu dan janin sejahtera.
Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas ibu

KEBIJAKAN hamil dan bayi baru lahir, sesuai dengan Peraturan Direktur RS
Helsa Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018
1. Dilakukan oleh dokter spesialis kandungan / dokter
umum / bidan.
2. Tersedia alat-alat :
Set partus.
Metelin.
Fetal phone.
Thermometer.
Tensimeter.
PROSEDUR
Arloji.
Jangka panggul.

Penatalaksanaan :
1. Sapa dan perkenalkan diri
2. Tanyakan identitas pasien meliputi nama, tanggal lahir,
alamat, nama suami, dsb.
4 PASIEN INPARTU DENGAN TINGGI BADAN
KURANG DARI 145 CM

No. Dokumen
057/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 2 /2
3. Berikan penjelasan kepada pasien / keluarga tentang tindakan
yang akan dilakukan.
4. Lakukan inform consent
5. Lakukan pemeriksaan head to toe
6. Periksa secara detail riwayat kehamilan, lakukan
pengukuran panggul luar bila pada ANC belum dilakukan
pengukuran panggul luar.
7. Ukur tafsiran berat janin.
8. Lakukan palpasi umtuk mengatur keadaan bagian bawah
janin.
9. Lakukan observasi .
10. Adakan kolaborasi dengan dokter jaga / spesialis kandungan.
11. Laksanakan hasil kolaborasi.
12. Catat tindakan, perkembangan pasien ke dalam rekam medis.

- Ruang Bersalin
UNIT TERKAIT
- Kamar Operasi
PENANGANAN PASIEN INPARTU
USIA LEBIH DARI 35 TAHUN
4

No. Dokumen
058/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 1/1
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Suatu tindakan ibu hamil yang akan melahirkan denganusia


PENGERTIAN lebih dari
35 tahun.
1. Pasien mendapatkan pelayanan yang tepat dan cepat.
TUJUAN
2. Ibu dan janin sejahtera.

Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal
dan Perinatal
1. Petugas memberikan penjelasan kepada pasien/keluarga
tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Pasien menerima dan menyetujui tindakan yang
akan dilakukan.
3. Pasien mempersilakan petugas untuk melakukan tindakan.
4. Petugas mempelajari riwayat kehamilan dan
PROSEDUR
persalinan terdahulu.
5. Melaksanakan observasi P-10 dan partograf.
6. Memeriksakan laboratoriumrutin GDS dan EKG.
7. Kolaborasi dengan dokter jaga/ dokter spesialis kandungan.
8. Melaksanakan hasil kolaborasi.
9. Mencatat tindakan kedalam rekam medis.

- Unit Rawat Inap


UNIT TERKAIT
- Ruang Bersalin
4 PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN
PENYAKIT HEPATITIS

No. Dokumen
059/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 1 /2
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Suatu tindakan pengelolaan ibu hamil yang akan


PENGERTIAN
melahirkan dengan penyakit hepatitis.

TUJUAN Ibu menjalani persalinan dengan aman.

Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas ibu hamil


dan
KEBIJAKAN
bayi baru lahir sesuai Peraturan Direktur RS Helsa
Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018

PRA INTERAKSI :
1. Berikan penjelasan tentang maksud dan tujuan tindakan.
2. Siapkan obat-obat dan alat-alat yang diperlukan.
3. Siapkan ruangan / penunggu dimohon keluar ruangan.
4. Dekatkan alat-alat ke dekat pasien.
5. Cuci tangan.
PROSEDUR
INTERAKSI :
1. Petugas memakai celemek, masker dan sarung tangan.
2. Bantu dokter melakukan tindakan.
3. Observasi tanda-tanda vital.
4. Rapikan pasien.
5. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan dan perawatan
selanjutnya yang akan dilakukan.
4 PENANGANAN PASIEN INPARTU DENGAN
PENYAKIT HEPATITIS

No. Dokumen
059/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 2 /2

TERMINASI :
1. Bereskan alat-alat.
2. Petugas mencuci tangan.
3. Catat hasil tindakan di Rekam Medis pasien.

UNIT TERKAIT Ruang Bersalin


PASIEN DENGAN MOLA HIDATIDOSA
4
PASIEN DENGAN MOLA HIDATIDOSA
No. Dokumen
060/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018
00 1/5
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Suatu tindakan pengelolaan tumor jinak trofoblas yang


ditandai
PENGERTIAN dengan adanya hiperplasi dan degenerasi trofoblas, seperti
rangkaian buah anggur dan sering disebut juga dengan ”hamil
anggur”.
Memberikan pedoman kepada petugas tentang langkah-

TUJUAN langkah pengelolaan mola hidatidosa sehungga tindakan


yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan.
Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas
ibu
KEBIJAKAN hamil dan bayi baru lahir (Sesuai Peraturan Direktur
RS Helsa Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018
tentang Pedoman Pelayanan Maternal dan Perinatal
Petugas mengetahui dan mengenali criteria diagnosis mola
hidatidosa, yaitu :
1. Anamnesis :
- Adanya riwayat terlambat haid
- Perdarahan pervaginam sedikit-sedikit atau
PROSEDUR banyak sekali sehingga penderita syok, perdarahan
dapat berwarna coklat”pure juice” atau merah cerah.
- Pengeluaran gelembung mola.
- Pembesaran uterus lebih cepat dari hamil biasa.
- Mual dan muntah lebih hebat.
- Dapat disertai febris walau tidak ada infeksi.
- Adanya gejala dari komplikasi medis :
preklampsi, hipertiroid,
4

No. Dokumen
060/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018
00 2/5
- Anemia dan gangguan keseimbangan elektrolit.

2. Pemeriksaan fisik :
- Muka tampak cekung dengan keadaan lebih merata dari
keadaan umumnya ( seperti muka mola ).
- Dapat disertai dengan tanda-tanda preeklampsi.
- Pembesaran uterus sesuai atau lebih besar dari usia
kehamilan.
- Dapat ditemukan kista lutein, kadang-kadang bilateral.
- Tidak didapatkan balloltement.
- Tidak terdengar DJJ.
- Perdarahan uterus kadang disertai dengan gelembung mola.
- Apabila OUE terbuka tak teraba adanya kulit ketuban
dan cairan uteri seperti mudah dimasuki ujung jari.
3. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan USG : ditemukan gambaran multiple
echo seperti sarang tawon atau badai salju dan didapatkan
gambaran kista lutein.
- Pemeriksaan urine : kadar HCG didalam urine > 1
juta IU dalam 24 jam.
- Pemeriksaan T3T4 ( bila didapatkan gejala tirotoxicosis ).
- Patologi anatomi :
Makroskopis : tampak adanya gelembung mola.
Mikroskopis : stroma villi mengalami degenerasi
hidrofik yang tampak sebagai kista.
Proliferasi trofoblast.
Tak adanya/berkurangnya pembelahan darah villi.
4. Diagnosis pasti
Keluarnya gelembung mola
PASIEN DENGAN MOLA HIDATIDOSA
4

No. Dokumen
060/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018
00 3/5
5. Diagnosa banding
- Abortus.
- Kehamilan normal.
- Kehamilan ganda.
- Kehamilan dengan mioma uteri.
- Hidramnion.

6. Standar persiapan pengeluaran mola hidatidosa


- Laboratorium lengkap.
- Factor pembekuan darah.
- USG.
- Ruang rontgen.
- Tes HCG urine dengan titrasi.
- Pemeriksaan lain : T3T4, fibrinogen sesuai dengan
kelainan penyerta.
- Usaha darah.

PRA INTERAKSI :
1. Berikan penjelasan kepada keluarga atau pasien
tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Orangtua bayi menerima dan memberikan
persetujuan tentang tindakan yang akan dilakukan.
3. Siapkan ruangan atau kamar bayi.
4. Siapkan alat.
5. Cuci tangan.

INTERAKSI :
1. Secara umum :
- Setelah diagnosis mola hidatidosa dipastikan
PASIEN DENGAN MOLA HIDATIDOSA
4
PASIEN DENGAN MOLA HIDATIDOSA
No. Dokumen
060/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018
00 4/5
evaluasi kemungkinan komplikasi medis
lain, segera dilakukan pengelolaan.
- Beri antibiotika profilaksis selama 48 jam.

2. Secara khusus :
- Histerektomi bila penderita cukup anak dan ingin steril
- Sunction Curetage bila masih mempertahankan
fertilitasnya.
3. Langkah-langkah pengelolaan dengan Sunction Curetage :
- Dilatasi servik, dilakukan dengan cara pemasangan
batang laminaria selama 18 sampai dengan 24 jam.
- Bila canalis servikalis sudah terbuka, langsung
dilakukan kuretage dengan keadaan umum memungkinkan
- Bila perdarahan banyak, langsung dilakukan kuretage
dengan segera diberikan infus oksitosin sebelum
dilakukan induksi anestesi
- Bila uterus lebih dari 14 minggu kehamilan,
tempatkan satu tangan difundus uteri untuk
merangsang kontraksi uterus dan mengurangi bahaya
perforasi
- Kuretase tajam dilakukan setelah ”siction
curetage” untuk membersihkan sisa jaringan mola yang
tertinggal dalam cavum uteri
4. Pengawasan lanjut :
- Penderita mola hidatidosa diamati selama
2 tahun, diperiksa kadar HCG urine dengan titrasi.
- Selama pengamatan lanjut
penderita disarankan menggunakan kontrasepsi barier
(kondom) untuk mencegah kehamilan.
- Yang diamati dalam pengawasan lanjut :
4

No. Dokumen
060/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018
00 5/5
Kadar HCG.
Involusi.
Ada tidaknya kista lutein.
Kemungkinan timbul ganas.
Jadwal pengamatan :
Selama 2 minggu dalam 3 bulan pertama.
Setiap 1 bulan dalam 3 bulan kedua.
Setiap 3 bulan sampai 2 tahun pertama.

POST INTERAKSI :
1. Cuci tangan.
2. Mencatat tindakan dan hasilnya direkam medis pasien.

1. Unit Ruang Bersalin

UNIT TERKAIT 2. Unit Rawat Jalan


3. Unit Gawat Darurat / PONEK 24 jam
4 PENATALAKSANAAN KEHAMILAN LEWAT
WAKTU

No. Dokumen
061/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 1 /2
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang berlangsung 42


PENGERTIAN minggu atau lebih pada siklus haid teratur rata-rata 28 hari
dan hari pertama haid (HPHT) diketahui dengan pasti.
Memberikan kepada petugas tentang langkah-langkah yang
TUJUAN dilakukan pada pengelolaan kehamilan lewat waktu, sehingga
tindakan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas
ibu
KEBIJAKAN hamil dan bayi baru lahir (sesuai Peraturan Direktur RS Helsa
Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman
Pelayanan Maternal dan Perinatal
Petugas mengetahui kriteria diagnosa kehamilan lewat
waktu yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Riwayat haid: HPHT diketahui dengan pasti.
2. Riwayat pemeriksaan antenatal.
3. Pemeriksaan USG: menilai maturitas plasenta, jumlah air
ketuban, keadaan janin dan berat, dan besarnya janin.
PROSEDUR 4. Pemeriksaan Rontgent: untuk mengetahui
inti penulangan terutama tulang kuboid, proximal tibia dan
bagian distal femur.
5. Pemeriksaan cairan amnion: rasio lesistin spingomyelin
(>12).

Prosedurnya adalah :
4 PENATALAKSANAAN KEHAMILAN LEWAT
WAKTU

No. Dokumen
061/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 2 /2
1. Pasien dirawat di RS, teliti ulang umur kehamilan,
kesejahteraan janin, syarat dan kontraindikasi.
2. Bila induksi gagal, istirahat 24 jam periksa ulang
kesejahteraan janin. Bila baik, induksi ulang. Dilakukan
bedah caesar bila kesejahteraan janin jelek dan ketuban
sudah pecah.
3. Bila induksi persalinan kedua gagal, maka dilakukan bedah
caesar.
4. Bila bishop score, untuk meramalkan keberhasilan
induksi persalinan.
5. Pada nilai bishop >5, induksi persalinan disertai
dengan pemecahan kulit ketuban.
6. Bedah caesar pada kehamilan lewat bulan dipertimbangkan
pada:
a. Ada tanda-tanda insufiensi plasenta.
b. Ada indikasi kontra persalinan pervaginam.
c. Indikasi klinis untuk segera mengakhiri persalinan
dan kehamilan (ibu, anak, waktu). Disertai dengan
faktor risiko yang lain seperti riwayat obstetri jelek,
riwayat infertilitas, pre eklamsia berat / eklamsia,
kelainan letak.
1. IGD/Ponek 24 jam
2. Ruang Bersalin
UNIT TERKAIT
3. Laboratorium
4. Kamar Operasi
4
PENGGUNAAN CTG

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
062/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/3

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

CTG (Cardio Toco Graphy) adalah : alat elektronik yang


digunakan
untuk mendiagnosis kesejahteraan janin pada kehamilan berusia
PENGERTIAN >
34 minggu, memantau denyut jantung janin (DJJ), gerakan
janin, dan kontraksi uterus pada saat yang sama sehingga pola
1. Tercapai kinerja efektif, efisien, dan cepat dalam penggunaan
perubahan dalam bentuk grafik yang terjadi dapat diketahui dan
alat CTG di lingkungan Rumah Sakit Helsa
TUJUAN
2. Agar pelaksana mampu mengoperasikan alat CTG dengan
baik dan benar sesuai standar yang berlaku.
Rumah Sakit Helsa menetapkan prosedur standar
tentang
penggunaan CTG (Cardio Toco Graphy) diatur dalam prosedur
KEBIJAKAN
yang telah ditetapkan (Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu
Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan
Maternal dan Perinatal
1. Siapkan peralatan sebagai berikut :
a. Alat CTG
b. Jellly
c. Tissue

PROSEDUR d. Doppler
e. Lingkungan
2. Pelaksana adalah Bidan.
3. Jelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan (informed consent)
4. Anjurkan pasien untuk buang air kecil terlebih dulu sebelum
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
062/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/3

dilakukan tindakan
5. Buka pakaian bagian bawah pasien (perut), kemudian
dengarkan denyut jantung janin dengan Doppler. Setelah
itu pasang tranduser merah utnuk grafik kontraksi dengan jarak
+ 3 (tiga) jari dibawah fundus
6. Kemudian Tanduser kuning diberi jelly, pasang trnduser kuning
untuk denyut jantung janin tepat dimana bunyi jantung
janin terdengar paling jelas
7. Setelah itu, anjurkan pasien untuk tidur miring/semi fowler
dengan posisi yang nyaman
8. Tekan tombol Printer yang letaknya dibawah ke posisi On.
Kemudian tekan tombol Disket tombol Monitor
Komputer, tombol Monitor DJJ ke posisi On
9. Setelah muncul data New Program, tekan Enter dan
masukkan data identitas pasein. Tekan Enter kembali dan pilih
Yes untuk keluar program. Tekan kembali Enter
10. Berikan kabel knop pada pasien dan ingatkan pasien untuk
menekan knop apabila dirasakan janin bergerak
11. Rekam CTG selama 20 (duapuluh) hingga 30 (tigapuluh) menit
12. Setelah selesai, tekan Esc (escape) dan tekan tombol S besar.
Kemudian tekan Enter hingga muncul tulisan Please Printing
Wait
13. Matikan tombol DJJ ke posisi Off
14. Sambil menunggu hasil cetak, lepaskan tranduser dan
bersihkan dengan tissue. Kemudian rapikan kembali pasien.
15. Jelaskan kepada pasien untuk menunggu hasil cetak selama
5 (lima) hingga 10 (sepuluh) menit
16. Setelah hasil cetak keluar, tekan tombol Enter yang dilanjutkan
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
062/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 3/3

menekan Enter pada Data Stop Program


17. Matikan alat CTG dengan menekan tombol Off mulai
dari tombol komputer, tombol disket, dan tombol printer
18. Rapikan kembali semua peralatan yang telah digunakan.

1. Ruang bersalin (VK)

UNIT TERKAIT 2. IGD/ Ponek 24 jam


PENGGUNAAN OKSITOSIN DRIP PADA
PERSALINAN
4 PENGGUNAAN OKSITOSIN DRIP PADA
PERSALINAN
No.
Dok N H
en o. a
R l
063
/08- e a
15/ vi m Ditetapkan :
STANDAR si a
SP Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR O/P n
N/ 170 Mei 2018
OPERASIONAL 1
RS
H/ / Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
V/2 3
018Suatu tindakan pada ibu hamil baik yang sudah inpartu maupun
PENGERTIAN yang belum inpartu dengan memasukkan Inf. D 5% dan
oksitosin 5 internasional Unit
1. Mempercepat proses persalinan

TUJUAN 2. Pasien mendapatkan tindakan yang tepat dan benar


3. Kesejahteraan ibu dan janin terpenuhi
Seluruh pelayanan keperawatan dan kebidanan di RS
HELSA
KEBIJAKAN berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien (sesuai Peraturan
Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018
tentang Pedoman Pelayanan Maternal dan Perinatal
1. Persiapan
1.1 Persiapan alat/ obat
Infus set
Kolf Dextrose 5%
Obat oksitosin 5 unit
Spuit 3cc
1.2 Persiapan pasien
PROSEDUR 1.3 Persiapan penolong
2. Pelaksanaan
2.1 Pastikan tidak ada kontra indikasi pemberiannya,
dan bila his memang tidak adekuat.
2.2 Siapkan 500 cc glukose/dextrose 5 % yang ditambah
dengan 5 IU oksitosin.
2.3 Tetesan dimulai dengan 8 tetes/menit
melakukan
PENGGUNAAN OKSITOSIN DRIP PADA
PERSALINAN
4 PENGGUNAAN OKSITOSIN DRIP PADA
PERSALINAN
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
063/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018
0 2/3
evaluasi selama 15 menit, bila his belum adekuat tetesan
dinaikkan menjadi 4 tetes/menit sampai timbul his
yang adekuat.
2.4 Tetesan maskimal adalah 40 tetesan/menit. Bila
dengan 40 tetesan/menit dan sudah 2 kolf dextrose
habis his tetap belum adekuat maka oksitosin dianggap
gagal.
2.5 Yang dimaksud dengan his yang adekuat dalam Minis
adalah his yang mempunyai sifat sebagai berikut:
Interval setiap 3 – 5 menit, dengan fase relaksasi
yang sempurna.
Lamanya: 40 – 60 detik.
lntensitas cukup, yang secara praktis dapat
ditentukan dengan menekan fundus uteri dengan
jari-jari tangan puncak kontraksi. lntensitas
dianggap
cukup apabila pada waktu ditekan uterus tidak menjadi
cekung.
2.6 Evaluasi dari kemajuan persalinan dimulai pada his
yang adekuat
2.7 Drip dianggap gagal dan dihentikan apabila:
Dengan tetesan 40 tetes/menit dan sudah 2 kolf
dextrose habis tidak didapatkan his yang adekuat.
Sesudah 2 jam dinilai dari permulaan his yang
adekuat, tidak terjadi kemajuan persalinan. Juga
termasuk bila dalam 2 jam tersebut, his yang
semula
sudah adekuat menjadi tidak adekuat lagi.
Pada waktu dilakukan drip timbul komplikasi
yaitu fetal distress, tetania uteri, ruptura uteri
imminens dan lain-lain. Bila terjadi penyulit-
4

No.
Dok N H
en o. a
R l
063
/08- e a
15/ vi m
penyulit seperti di atas, oxytosin drip tidak boleh
SP si a
diulang
n kembali.
O/P
N/ 2.8 0 Penentuan jumlah tetesan pada ositosin drip harus
RS 3
dilakukan oleh
/ dokter jaga sendiri.
H/
V/2 2.9 Bila 3
ekselerasi persalinan berhasil, maka
018 oksitosin drip dilanjutkan dalam kala II dan dihentikan
paling sedikit 2 jam post partum.
2.10 Secondary arrest adalah tidak adanya pembukaan
ostium uteri pada persalinan fase aktif setelah dilakukan
evaluasi selama 2 jam. Untuk menilai kemajuan ini
seyogyanya dilakukan 1 orang.
2.11 Bila terjadi secondary arrest, hendaknya dievaluasi
penyebab terjadinya hal tersebut. Bila persalinan
pervaginam tidak mungkin atau tidak terjadi
kelainan letak, maka dilakukan seksio caesarea.

UNIT TERKAIT Ruang Bersalin dan Ruang Operasi


INDUKSI PERSALINAN DENGAN MISOPROSTOL
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
064/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/1

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Induksi persalinan adalah upaya menstimulasi uterus untuk


PENGERTIAN
memulai terjadinya persalinan pervaginam.
Memulai terjadinya persalinan dengan cara pervagina muntuk
TUJUAN
menyelamatkan ibu hamil maupun janin
Tindakan induksi persalinan untuk membantu melahirkan
janin
KEBIJAKAN diatur dalam prosedur yang telah ditetapkan (Peraturan Direktur RS
Helsa Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang
Pedoman Pelayanan Maternal dan Perinatal
1. Surat persetujuan tindakan
2. Periksa kondisi skor pelvik
3. Kesejahteraan janin diperiksa dahulu
4. Pasien harus rawat inap (tidak poliklinis)

PROSEDUR 5. Kontraindikasi: bekas sc


6. Dosis 25-50 mcg tiap 6-8 jam pervaginal maksimal 4
kali pemberian, pemberian oral lebih dianjurkan
7. Jangan manipulasi dengan uterotonika lain atau pun ekspresi
kristeller

1. Ruang bersalin
UNIT TERKAIT
2. Ruang perawatan Ibu dan Bayi
OBSERVASI PERDARAHAN
4
OBSERVASI PERDARAHAN
No. N H
Dok o. a
me R l
06 ev a
5/0 isi m
8- a Ditetapkan :
STANDAR 0
15/ Tanggal terbit
n Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR SP
O/ 17 Mei 2018 1
OPERASIONAL /
PN
/R 2 Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
SH
/V/Observasi perdarahan adalah suatu tindakan
20 keperawatan/kebidanan untuk melakukan evaluasi
PENGERTIAN 18
perdarahan pada pasien post partum spontan maupun section
caesaria.
1. Tidak terjadi syok hipovolemik.
2. Tidak terjadi kegawatan maternal.
3. Dilakukan pada pasien :
- Post partum spontan.
TUJUAN
- Post partum SC.
- Observasi dilakukan setiap 30 menit, untuk pasien
pos partum spontan selama 2 jam, untuk pasien post
operasi sectio selama 12 jam.
RS Helsa Jatirahayu berusaha menekan angka kematian ibu dan
bayi sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor
KEBIJAKAN
092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal
dan Perinatal
1. Perawat melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
2. Perawat melihat perdarahan pada alas yang dipakai pasien.
3. Perawat mencatat pada RM pasien jumlah perdarahan
yang terjadi.

PROSEDUR 4. Perawat melakukan monitor vital sign dan mencatat pada


RM pasien (antisipasi awal terjadinya syok hipovolemi).
5. Apabila terjadi perdarahan dan tanda-tanda syok
hipovolemi segera lapor dokter yang merawat.
6. Perawat cuci tangan.
OBSERVASI PERDARAHAN
4
OBSERVASI PERDARAHAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
065/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 0 2/2
1. Ruang Bersalin
2. Ruang Rawat Ibu dan Bayi
UNIT TERKAIT
3. IGD/Ponek 24 jam
4. ICU
PERTOLONGAN PERSALINAN KALA
II
4
PERTOLONGAN PERSALINAN KALA
II Dokumen
No.
066/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 1/3
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Pertolongan persalinan yang dimulai saat pembukaan servic


PENGERTIAN
lengkap dan berakhir saat bayi dilahirkan.

1. Proses persalinan berjalan lancar


TUJUAN
2. Ibu dan bayi selamat
Setiap petugas bidan mampu menolong persalinan normal
sesuai
KEBIJAKAN dengan standar ( sesuai Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu
Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan
Maternal dan Perinatal)

1. Persiapan
1.1 Satu set Partus Set dan Hecting Set
1.2 Satu set resusitasi bayi
1.3 Bengkok
1.4 Timbangan + Metline
1.5 Bahan dekontaminasi (larutan presept) Teralin untuk
tempat tidur tiang infus
PROSEDUR
1.6 Tempat kotoran, tempat sampah, alas plastik dan
baskom dorong
1.7 Persiapan pasien: posisi litotomi / jonggens.
1.8 Persiapan penolong: cuci tangan, memakai APD
1.9 Bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan.

2. Pelaksanaan
4

No. Dokumen
066/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 2/3
2.1 Persiapan penolong memakai handscoun +APD berikan
posisi nyaman pada pasien
2.2 Penolong berada di depan vulva/disamping kanan
pasien
2.3 Tutup daerah sekitar vulva dengan duk steril.
2.4 Beri penjelasan pada pasien proses persalinan dan
langkah yang akan dikerjakan serta cara mengejan yang
benar.
2.5 Minta ibu mengejan waktu ada his.
2.6 Tidak ada episiotomi karena asuhan sayang ibu
2.7 Lahir kepala bayi dengan segara klasik
2.8 Tahan perineum dan menekan ke arah kranial
menggunakan ibu jari dan jari II, III penolong yang
tertutup duk steril
2.8.1 Tahan defleksi kepala dengan tangan kiri
2.8.2 Berturut-turut akan lahir dahi, mata,
hidung, mulut dan dagu.
2.8.3 Bersihkan lendir, mulut, dan hidung.
2.9 Biarkan kepala bayi melakukan putar paksi luar, bila
perlu membantu putar paksi luar.
2.10 Lahirkan bahu, dengan memegang kepala secara
biparietal dan menahan ke bawah untuk melahirkan bahu
depan, kemudian menari ke arah atas untuk melahirkan
bahu belakang.
2.11 Lahirkan badan dengan memegang kepala secara
bifarietal, melakukan tarikan ke arah lengkung panggul
sampai lahir seluruh badan bayi.
2.12 Letakkan badan bayi pada duk steril di atas perut ibu.
2.13 Bersihkan jalan nafas bayi dan menilai APGAR.
4

No. Dokumen
066/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 3/3
2.14 Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus (hamil tunggal)
2.15 Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar
uterus berkontraksi baik.
2.16 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir,suntikkan
oksitosin 10 Unit IM (intra muskuler)
2.17 Setelah 2 menit pasca persalinan,jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.Mendorong isi
tali pusat kea rah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada
2 cm distal dari klem pertama.
2.18 Potong tali pusat dengan satu tangan,pegang tali pusat
yang telah dijepit (lindungi perut bayi),dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut,dan
ikat tali pusat dengan umbilical klem.
2.19 Bersihkan badan bayi dan tengkurapkan bayi didada ibu
posisi IMD dan tutup punggung bayi dengan selimut
dan pakaikan topi
2.20 Tunjukkan bayi kepada ibu
UNIT TERKAIT Ruang Bersalin
PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN
KALA III (MELAHIRKAN PLASENTA)
4 PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN
KALA III (MELAHIRKAN PLASENTA)

No. Dokumen
067/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 1/3
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Pertolongan persalinan yang dimulai saat bayi lahir dan


PENGERTIAN
berakhir pada.kelahiran plasenta dan selaput janin.

1. Proses persalinan berjalan lancar


TUJUAN
2. Ibu selamat
Setiap petugas bidan mampu menolong persalinan
normal
KEBIJAKAN sesuai dengan standar (sesuai Peraturan Direktur RS Helsa
Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman
Pelayanan Maternal dan Perinatal)

1. Persiapan
1.1 Nelaton atau Foley catheter
1.2 Kapas savlon
1.3 Bengkok.
1.4 Bahan dekontaminasi
1.5 Tempat plasenta

PROSEDUR 2. Pelaksanaaan
2.1 Penolong berada didepan vulva atau sampaing
kanan pasien
2.2 Pasang duk steril untuk menutup daerah vulva
2.3 Lakukan vulva hygiene dengan kapas savlon
2.4 Kosongkan kandung kemih dengan katheter.
2.5 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
dari vulva
2.6 Letakkan satu tangan di atas duk pada perut ibu,di tepi atas
4

No. Dokumen
067/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 2/3
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat.
2.7 Setelah uterus berkontraksi,tegangkan tali pusat kearah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang atas (dorso cranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversion uteri).Jika plasenta tidak lahir
setelah
30-40 detik ,hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di
atas.
2.8 Pengeluaran plasenta : Lakukan penegangan dan dorongan
dorso cranial hingga plasenta terlepas, penolong menarik
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso
cranial).Jika tali pusat bertambah panjang,pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta. Jika tali pusat tidak lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat,beri dosis ulangan oksitosin 10
unit IM.
2.9 Saat plasenta muncul di introitus vagina,lahirkan plasenta
dengan kedua tangan.Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan.
2.10 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,lakukan
masase uterus dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
2.11 Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh tidak ada
yang tertinggal.
2.12 Ukur jumlah darah yang keluar
2.13 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum
4

No. Dokumen
067/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 3/3
2.14 Bersihkan dan rapikan pasien.
2.15 Lakukan dekontaminasi alat dengan laruran presept
2.16 Ukur gejala cardinal dan mencatat

UNIT TERKAIT Ruang Bersalin, IGD/ Ponek 24 jam


4
PENCEGAHAN PERDARAHAN DINI PASCA
PARTUM

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
068/08-15/
00 1/
SPO/PN/RSH/V/2018
3
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Upaya mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada

PENGERTIAN kala nifas dini yaitu perdarahan lebihdari 500 cc setelah


plasenta lahir sampai 24 jam pertarma setelah persalinan.
Sebagai pedoman untuk melakukan pencegahan dan pertolongan
TUJUAN
pertama kegawatdaruratan perdarahan pasca persalinan
Tindakan pencegahan perdarahan pasca partum dini sesuai
diatur
KEBIJAKAN dalam prosedur yang telah ditetapkan (Peraturan Direktur RS Helsa
Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman
Pelayanan Maternal dan Perinatal)
1. Indikasi
Terjadi perdarahan kala nifas (lebih atau diduga lebih 500
cc sejak plasenta lahir.
2. Petunjuk
Perhitungan secara visual (sulit karena sering sudah
menggumpal atau meresap dalam kain)
Atau dengan monitoring tanda vital dan menghitung jumlah
PROSEDUR urin
3. Penatalaksanaan
Pemasangan infuse ukuran besar apabila belum terpasang,
bila pendarahan banyak dan syok berat sebaiknya dipasang
lebih dari satu saluran infus.
Pemberian cairan pengganti (RL)
Pemasangan kateter tetap dengan mengukur produksi urin
4
PENCEGAHAN PERDARAHAN DINI PASCA
PARTUM

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
068/08-15/
00 2/
SPO/PN/RSH/V/2018
3
secara berkala.
Monitor tanda vital secara intensif selarna pertolongan
diberikan.
Massage uterus atau kompresi bimanual.
Pernberian uterotonika kalau perlu secara kontinyu melalui
drip, dengan 20 – 30 unit oksitosin dalam 1000 cc cairan
kristaloid dengan kecepatan 200 cc/jam. Quilliganm
enganjurkan pemberian oksitosin 10 – 20 unit RL 500
cc/jam disertai massase bimanual kemudian intermitten
fundal massase selama 10 – 20 menit dilakukan selama
beberapa jam sampai kontraksi uterus cukup keras tanpa
stimulus.
Apabila setelah pemberian oksitosin dalam 1000 cc cairan
tidak berhasil,dapat diberikan derifat ergot atau
prostagladin.
Penggunaan tampon uterus mungkin berhasil untuk
menghentikan perdarahan karena atonia yang gagal dengan
obat-obatan: Pemasangan tampon harus secara hati-hati dan
secara padat. Bahaya adalah memberi rasa aman yang
semu
sehingga menunda tindakan definitif yang perlu. Tampon
yang padat menyerap darah sampai 1000 cc. Untuk
mencegah infeksi sebaiknya diberikan antibiotika dan
diangkat dalam 24 jam.
Apabila usaha di atas juga gagal maka dapat
dipertimbangkan tindakan operatif yang ligasi arteri
hypogastrika pada wanita yang masih ingin anak
atau
histerektomi bila sudah tidak
menginginkan.
PENCEGAHAN PERDARAHAN DINI PASCA
PARTUM
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
068/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 3/3

UNIT TERKAIT 1. Ruang Bersalin (VK)


4
PENJAHITAN ROBEKAN
PERINEUM

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
069/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Memperbaiki robekan perineum dengan jalan menjahit kembali

PENGERTIAN luka jaringan perineum lapis demi lapis dengan tujuan


hemostasis dan memperbaiki kontinuitas jaringan.
Sebagai pedoman penjahita robekan pada perineum baik, yang

TUJUAN terjadi akibat luka episiotomy maupun ruptur perineum


spontan dapat dijahit dengan benar.
Tindakan penjahitan perineum sesuai diatur dalam prosedur yang
telah ditetapkan (Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor
KEBIJAKAN
092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal
dan Perinatal)
1. Jenis/tingkat
Robekan perineum dapatdibagiatas 3 tingkat :
Tingkat I :Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina
dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit.
Tingkat II :Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain
mengenai selaput lendir vagina juga mengenai muskulus
perinea transversalis, tapi tidak mengenai sphinter ani.
PROSEDUR
Tingkat III :Robekan yang terjadi mengenai seluruh
perineum sampai mengenai otot-otot sphinter ani.
2. Teknikmenjahit robekan perineum :
Tingkat I : Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat
dilakukan hanya dengan memakai catgut yang dijahit secara
jelujur (continouse suture) atau dengan cara angka
delapan
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
069/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

(figure of eight).
Tingkat II :Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan
perineum tingkat II maupun tingkat III, jika dijumpai
pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir
yang bergerigi tersebut yang diratakan terlebih
dahulu,
kemudian di gunting. Setelah pinggir robekan rata,
baru dilakukan penjahitan luka robekan.
Mula mula otot dijahitdengan catgut, kemudian selaput
lendir vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus
atau jelujur, penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari
puncak robekan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan
benang sutera secara terputus-putus.
UNIT TERKAIT 1. Kamar Bersalin (VK)
4
PERSALINAN NORMAL

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
070/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Persalinan normal adalah : persalinan yang berjalan secara alamiah


PENGERTIAN
dengan pertolongan minimal dari tenaga medis.
Agar pasien yang akan melahirkan secara normal dapat ditangani
TUJUAN
dengan baik dan efektif.
Rumah Sakit Helsa mengatur tata cara dalam penanganan pasien
yang akan melahirkan normal diatur dalam prosedur yang

KEBIJAKAN telah ditetapkan (Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu


Nomor
092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal
dan 1.
Perinatal).
Pasien datang ke kamar bersalin dengan membawa surat
pengantar atau buku catatan kesehatan ibu
2. Pasien diterima oleh bidan/perawat, apabila pasien belum
pernah registrasi maka suami/keluarga pasien disilahkan
untuk melakukan registrasi di Bagian Front Office
3. Pasien disilahkan ke kamar kecil untuk buang air kecil,

PROSEDUR kemudian disilahkan untuk berbaring di tempat tidur


4. Bidan melakukan palpasi dan auskultasi, serta hitung
denyut jantung anak (DJA) dengan menggunakan Doppler
5. Bidan/perawat memasang alat CTG selama + 30
(tigapuluh) menit, yang sebelumnya memberikan penjelasan
kepada pasien mengenai maksud dan tujuan CTG (Cardio
Toco Graphie).
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
070/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

6. Sambil merekam CTG, perawat/bidan melakukan anamnesis


dan mengisi status pasien, serta membawa surat pengantar
dokter/buku catatan kesehatan ibu apakah ada hal-hal
penting selama pasien antenatal.
1. Unit Gawat Darurat/Ponek 24 jam

UNIT TERKAIT 2. Unit Ruang bersalin


3. Unit Rawat Jalan
PERSALINAN
PRETERM
4
PERSALINAN
No. PRETERM
Dok N H
me o. a
R l
071
/08 e a
- vi m Ditetapkan :
STANDAR si a
15/ Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR SP n
170 Mei 2018
OPERASIONAL O/ 1
PN
/R / Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
SH 2
/V/ Persalinan neonatus pada usia kehamilan antara 20 minggu
PENGERTIAN 201
sampai 36 minggu di hitung dari hari pertama haid terakhir.
8
1. Memberikan kepada petugas tentang langkah – langkah
pengelolaan persalinan preterm, sehingga tindakan
yang dilakukan jelas dan dapat dipertanggung jawabkan.
2. Petugas mengetahui faktor – faktor resiko
terjadinya persalinan preterm.
3. Faktor – faktor tersebut dibagi atas kriteria mayor dan
minor untuk meramalkan terjadinya persalinan preterm
spontan :

TUJUAN a. Mayor.
Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,
servik terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32
minggu, riwayat persalinan
b. Minor.
Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat
pieolnefritis, meroko lebih dari 10 batang sehari, riwayat
abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I
Setiap lebih dari 2 mampu
petugas kali. memberikan asuhan pada ibu
hamil,
KEBIJAKAN bersalin, dan nifas (sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa
Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman
Pelayanan Maternal dan Perinatal)
PERSALINAN
PRETERM
4
PERSALINAN
No. PRETERM
Dok N H
me o. a
R l
071
/08 e a
vi
- PEMERIKSAAN m PENUNJANG :
si
15/ 1. USG untuk a
n mengetahui umur kehamilan, TBJ, air
SP
O/ 0ketuban, biofisik janin, dll.
PN 2. Pemeriksaan2 dalam (VT) secara berkala untuk
/R /
SH 2
mengetahui dilatasi servik.
/V/ 3. Pemeriksaan bakteri vagina.
201
8
PROSEDUR PENGELOLAAN :
1. Istirahat berbaring.
2. Deteksi dan pengelolaan terhadap faktor resiko
persalinan preterm.
PROSEDUR 3. Pemberian obat tokolitik sesuai petunjuk dokter.

CARA PERSALINAN :
1. Pervaginam.
Janin presentasi kepada bayi < 35 minggu dengan
episotomi lebar.
2. Bedah caesar :
• Janin sungsang.
• Fetal distress.
• Infeksi intra partum.
• Letak lintang, plasenta previa, dll.
1. Unit Gawat Darurat/ Ponek 24 jam
2. Unit Laboratorium
UNIT TERKAIT 3. Unit Kamar Operasi
4. Unit Ruang Ibu dan Bayi
5. Unit Ruang Bersalin
4
MANUAL PLASENTA DALAM KALA
URI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
072/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/3

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari


tempat
implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari
PENGERTIAN
kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan
invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan
langsung kedalam kavum uteri.
Mencegah terjadinya perdarahan pervaginam hebat pada kala uri
TUJUAN
sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu.
Tindakan manual plasenta sesuai diatur dalam prosedur yang telah
ditetapkan (Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor
KEBIJAKAN
092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal
dan Perinatal
Indikasi
Retensio plasenta
Pelaksanaan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Menyusun alat dan bahan secara berurutan sesuai dengan
penggunaan, dan memeriksa kelengkapan serta meletakkan
PROSEDUR
pada tempat yang mudah dijangkau.
2. Memberikan penjelasan pada ibu akan tindakan yang
akan dilakukan. dan mengatur posisi pasien dengan
posisi litotomi. Memperhatikan privacy dan kenyamanan
ibu.
3. Mencuci tangan hingga siku, dengan air mengalir, dan
sabun, kemudian keringkan.
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
072/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/3

4. Memakai sarung tangan pada kedua tangan dan


mengenakan sarung tangan panjang sampai siku pada
tangan kanan.
5. Membersihkan daerah perineum dan vulva dengan kapas
aseptic dan antiseptic, dan melakukan kateterisasi bila perlu.
6. Menegangkan tali pusat dengan menggunakan klem,
tegangkan secara perlahan, sejajar lantai.
7. Memasukkan tangan kanan ke dalam vagina secara
obstetric dengan menyatukan jari tangan ketika masuk ke
dalam vagina, sementara tangan kiri memegang tali pusat,
tangan kanan menyusur tali pusat hingga lokasi plasenta
berada.
8. Melepaskan pegangan tali pusat, dan memindahkan
tangan kiri untuk memegang fundus uteri dari luar untuk
membantu uterus berkontraksi.
9. Dengan bagian lateral jari – jari tangan kanan,
mencari insersi pinggir plasenta, membuka tangan obstetric
menjadi seperti memberi salam, jari – jari
dirapatkan secara perlahan, gerakan tangan menyisir
dengan gerakan ke kanan dan kekiri yang sangat lembut
sampai seluruh plasenta terpisah dari dinding rahim, curigai
adanya plasenta akreta. Jika plasenta sulit dilepaskan,
siapkan tindakan bedah, kemudian lakukan masase dari luar
dengan tangan kiri bila plasenta telah lepas seluruhnya.
10. Menarik plasenta secara hati – hati dengan tangan
kanan pada waktu uterus berkontraksi. Dan harus diingat,
sebelum mengeluarkan tangan kanan dari jalan lahir,
yakinkan tidak ada sisa plasenta yang tersisa pada cavum
uteri / melakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan
tidak ada bagian
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
072/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 3/3

plasenta yang masih tertinggal.


11. Memindahkan tangan kiri ke supra simfisis untuk menahan
uterus pada saat plasenta dikeluarkan.
12. Memeriksa plasenta setelah dilahirkan, lengkap / tidak.
Kontraksi uterus.
13. Memberikan 0,2 mg ergometrin IM untuk
membantu kontraksi uterus.
14. Memeriksa ibu dan melakukan penjahitan bila ada
robekan cerviks.

UNIT TERKAIT Ruang Bersalin (VK)


EW4
EKSTRAKSI VAKUM

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
073/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/4
EW4

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan


PENGERTIAN
ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepala janin.
Segera melahirkan janin sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu
TUJUAN
maupun janin.
Tindakan persalinan buatan dengan vakum untuk
membantu
KEBIJAKAN melahirkan kepala janin diatur dalam prosedur yang telah
ditetapkan (Peraturan Direktur Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018
tentang Pedoman Pelayanan Maternal dan Perinatal)
BENTUK DAN BAGIAN-BAGIAN EKSTRAKTOR VAKUM

Mangkuk (cup)

Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksedaneum


artifisialis. Dengan mangkuk inilah kepala di ekstraksi.
Diameter mangkuk : 3, 4, 5, 6, cm. Pada dinding belakang
mangkuk terdapat tonjolan, untuk tanda letak denominator.

PROSEDUR Botol

Tempat membuat tenaga negatif (vakum). Pada tutup botol


terdapat manometer, saluran menuju ke pompa penghisap, dan
saluran menuju ke mangkuk yang dilengkapi dengan pentil.

Karet penghubung.
Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang.
Pemegang (extraction bandle).

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
073/08-15/
00 2/4
SPO/PN/RSH/V/2018
Pompa penghisap (vakum pomp) II.
Indikasi
1. Ibu

Untuk memperpendek kala II, misalnya :

a. Penyakit jantung

kompensata b. Penyakit paru-

paru fibrotik.

Waktu :kala II yang mamanjang.

2. Janin

Gawat Janin (masih kontroversi)

3. Kontraindikasi

3.1. Ibu

Ruptura uteri membakat.

Pada penyakit-penyakit dimana ibu secara mutlak


tidak boleh mengejan, misalnya payah jantung,
preeclampsia berat

3.2. Janin

Letak muka.
After coming head.
Janin preterm.

4. Syarat

Syarat-syarat ekstraksi vakum sama dengan


ekstraksi cunarn, hanya disini syarat lebih luas, yaitu :
o Pembukaan lebihdari 7 cm (hanya pada multigravi) dan
EW4
EKSTRAKSI VAKUM

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
073/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 3/4

o Penurunan kepala janin boleh pada hodge III.

Harus ada kontraksi rahim dan ada tenaga

pengejan.

III. Tehnik

PEMASANGAN MANGKOK VAKUM

1. Masukkan mangkok vakum melalui introitus,


pasangkan pada kepala bayi (perhatikan agar tepi mangkok
tidak terpasang pada bagian yang tidak rata/moulage di
daerah ubun-ubun kecil.
2. Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan mangkok pada
posisinya dan dengan jari tengah dan telunjuk tangan lain.
Lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi mangkok untuk
memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang
terjepit di antara mangkok dan kepala.
3. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan
jari tangan pemeriksa dan tangan penahan mangkok tetap
pada posisinya.
4. Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan
(membuat vakum dalam mangkok) secara bertahap.
5. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2
(Malmstroom) setelah 2 menit, naikkan hingga skala 60
(silastik) atau -6 (Malmstroom) dan tunggu 2 menit.
6. Ingat: jangan gunakan tekanan maksimal pada kepala
bayi, lebih dari 8 menit.
7. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada
his puncak (fase acme) pasien harus mengedan sekuat dan
selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat siku
agar
EW4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
073/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 4/4

tekanan
8. Mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut
dengan lipat siku agar tekanan abdomen menjadi lebih
efektif.

PENARIKAN

1. Pada puncak dari his, minta pasien untuk untuk mengedan,


secara simultan lakukan penarikan dengan perineum yang
baku dilakukan pada saat kepala mendorong perineum dan
tidak masuk kembali.
2. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi
pada tarikan kedua. Episiotomy pada pasien dengan
perineum yang kaku dilakukan pada saat kepala mendorong
perineum dan tidak masuk kembali.
- Bila tarikan ketiga dilakukan dengan benar dan bayi
belum lahir, vakum dinyatakan gagal.
- Apabila pada penarikan ternyata mangkuk terlepas
hingga dua kali, kondisi ini juga dinyatakan gagal
3. Saat subosiput berada di bawah simfisis, arahkan tarikan
ke atas hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka dan dagu.

UNIT TERKAIT Ruang Bersalin


4 PENGELOLAHAN PASIEN DENGAN KETUBAN
PECAH DINI (KPD)

No. Dokumen
074/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 1 /4
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Suatu tindakan perawatan dan pengelolaan pasien inpartu dimana


PENGERTIAN pada pasien diketemukan pecahnya kulit ketuban sebelum
terjadinya persalinan pada umur > 20 minggu.
Memberikan langkah-langkah pada petugas dalam pengelolaan
TUJUAN ketuban pecah dini sehingga tindakan yang dilakukan dapat
dipertanggungjawabkan.
Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas
ibu
KEBIJAKAN hamil dan bayi baru lahir (sesuai Peraturan Direktur RS Helsa
Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman
Pelayanan Maternal dan Perinatal)

PROSEDUR :
Petugas mengetahui kriteria diagnosis ketuban pecah
dini sebagai berikut :
a. Umur kehamilan >20 minggu.
b. Keluar cairan dari vagina.
c. Pemeriksaan inspeculo : tampak cairan keluar dari OUE.
PROSEDUR
d. Test kertas nitrasin : terjadi perubahan warna menjadi
biru. e. Test ferning : positif.

FAKTOR ETIOLOGI :
Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab
berpengaruh terjadinya
KPD yaitu :
4 PENGELOLAHAN PASIEN DENGAN KETUBAN
PECAH DINI (KPD)

No. Dokumen
074/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 2 /4
a. Infe
ksi
b. Koitus.
c. Anomali janin.
d. Absormalitas struktur dan biokimia kulit
ketuban. e. Status sosial ekonomi yang rendah.

Diagnosa Banding :
a. Fistula vesico vaginalis dengan
kehamilan b. Stress incontinensis.

Pemeriksaan Penunjang :
a. Darah: jumlah leokosit > 15.000/mm3 kemungkinan
terjadi infeksi.
b. USG: membantu dan menentukan umur kehamilan,
letak dan berat janin, letak dan gradasi plasenta serta
jumlah airketuban
c. Kertas lakmus

PRA INTERAKSI :
1. Berikan penjelasan kepada keluarga atau pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan.
2. Lakukan inform consent
3. Siapkan ruangan/kamar.
4. Siapkan alat.
5. Cuci tangan.

INTERAKSI :
4 PENGELOLAHAN PASIEN DENGAN KETUBAN
PECAH DINI (KPD)

No. Dokumen
074/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 3 /4
a. Pengelolaan KPD bergantung pada :
- Umur kehamilan
- Kesejahteraan dan maturitas paru-paru janin
- Presentasi janin
- Ada/ tidaknya infeksi pada ibu dan janin
- Ada/ tidaknya tanda-tanda inpartu
- Cervical rippeners (untuk kepentingan induksi)
b. Lakukan secara konservatif:
- Rawat rumah sakit
- Jika kulit ketuban pecah > 6jam, beri
antibiotik sesuai dengan prosedur pemberian
antibiotik kemoterapi obstetric dan ginekologi.
- Jika umur kehamilan > 32-34mg dirawat selama air
ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak
keluar lagi.
- Beri kortikosteroid selama 7 hari untuk
memacu kematangan paru-paru janin.
- Bila umur kehamilan 32-34 mg, air ketuban masih
keluar, pertimbangkan untuk dilakukan terminasi pada
umur kehamilan 35 minggu.
c. Lakukan secara aktif bila:
- Umur kehamilan > 37 minggu, dilakukan induksi
persalinan dan bila gagal dilakukan bedah caesar.
- Pada keadaan DKP/ letak lintang dilakukan sectio
caesarea.
- Didapatkan infeksi, diberikan antibiotik (sesuai
prosedur pemberian antibiotik kemoterapi obstetri
dan ginekologi) dan kehamilan di akhiri dengan :
Sectio caesarea bila bishop score < 5 atau pada
4 PENGELOLAHAN PASIEN DENGAN KETUBAN
PECAH DINI (KPD)

No. Dokumen
074/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 4 /4
keadaan infeksi yang berat.
Induksi persalinan bila bishop score > 5.
d. Perawatan RS : dilakukan sampai pengeluaran air
ketuban berhenti atau setelah perawatan tindakan terminasi
selesai.

TERMINASI :
1. Cuci tangan.
2. Catat tindakan dan hasilnya di Rekam Medis pasien.

Ruang Bersalin, Igd/Ponek 24 jam, Laboratorium dan


UNIT TERKAIT
Kamar operasi
4 PERSIAPAN PASIEN PRE OPERASI SECTIO
CAESARIA

No. Dokumen
075/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 1 /2
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Adalah suatu langkah yang diberikan untuk memenuhi


PENGERTIAN
kebutuhan pasien yang akan dilakukan operasi SC.
1. Pasien mendapat pelayanan sesuai kebutuhannya.
2. Pasien yang akan di operasi dipersiapkan secara optimal.
3. Pelaksanaan operasi berjalan lancar.
4. Ada indikasi yang jelas untuk di lakukan tindakan SC dan
ketentuan jam.

TUJUAN 5. Ada surat prsetujuan tindakan yang di tanda tangani oleh


pasien, suami dan keluarga.
6. Ada kolaborasi dengan dokter anastesi, dokter
penyakit dalam, dokter anak untuk pelaksanaan operasi.
7. Memberi informasi ke bagian terkait (kamar operasi, ICU
bila diperlukan).
Setiap petugas mampu memberikan asuhan pada ibu
hamil,
KEBIJAKAN bersalin, dan nifas (Sesuai Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu
Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan
Maternal dan Perinatal)

1. Persiapan :
- Informed consent tentang indikasi, prosedur, resiko

PROSEDUR yang mungkin timbul


2. Tersedia alat
- Infus set
- DC
4 PERSIAPAN PASIEN PRE OPERASI SECTIO
CAESARIA

No. Dokumen
075/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018 0 2 /2
- Obat premedikasi
- Kasa alcohol
- Baju operasi dan topi
- Tensisimeter, thermometer, fetal phone
- Set bayi, beserta infuse set, infus, abiocath
3. Penatalaksanaan :
1) Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
2) Lakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan
- Darah rutin ( HB, Leukosit, Hematokrit, Trombosit
- BT,CT
- GDS
- CTG
- USG
3) Cuci tangan
4) Siapkan alat-alat ke dekat pasien
5) Pasang DC.
6) Lepaskan perhiasan, gigi palsu, hapus make up.
7) Lengkapi lembar persiapan pembedahan dan lembar
serah terima untuk diserahkan ke petugas kamar operasi.
8) Kirim pasien ke kamar operasi setelah ada panggilan dari
kamar operasi

UNIT TERKAIT Igd/Ponek 24 jam, Ruang Bersalin dan Kamar Operasi


4
CARA MENILAI APGAR SCORE

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
076/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/3

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

PENGERTIAN Penilaian yang dilakuakan pada bayi baru lahir

- Menilai kondisi bayi baru lahir terutama keadaan hipoksia.


TUJUAN
- Member pertolongan dan perawatan sesuai kebutuhan.
Sesuai Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal


dan Perinatal
1. Perawat melaksanakan penilaian satu menit pertama sesudah
bayi lahir lengkap. Cara menilai:
- Frekuensi Jantung
Tidak ada : 0
Frekuensi <100 : 1
Frekuensi >100 : 2
- Usaha Bernafas
Tidak ada : 0
Lambat, tak teratur : 1
Menangis kuat : 2
PROSEDUR - Tonus otot
Tidak ada : 0
Extremitas dalam fleksi sedikit : 1
Pergerakan aktif : 2
Reflek selaput lender hidung
Tidak ada : 0
Meringis : 1
Bersin/batuk/menangis : 2
Warna kulit
Seluruh tubuh biru/pucat : 0
Tubuh kemerahan, tangan dan
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
076/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/3

kaki pucat : 1
Seluruh tubuh kemerahan : 2
Hasil penilaian = jumlah dari lima penilaian tersebut diatas

2. Melaksanakan penilaian kedua lima menit setelah bayi lahir.


Cara menilai:
- Frekuensi Jantung
Tidak ada : 0
Frekuensi <100 : 1
Frekuensi >100 : 2
- Usaha Bernafas
Tidak ada : 0
Lambat, tak teratur : 1
Menangis kuat : 2
- Tonus otot
Tidak ada : 0
Extremitas dalam fleksi sedikit : 1
Pergerakan aktif : 2
Reflek selaput lender hidung
Tidak ada : 0
Meringis : 1
Bersin/batuk/menangis : 2
Warna kulit
Seluruh tubuh biru/pucat : 0
Tubuh kemerahan, tangan dan
kaki pucat : 1
Seluruh tubuh kemerahan : 2
Hasil penilaian = jumlah dari lima penilaian tersebut diatas

3. Melakasanakan peneilaian ketiga lima menit setelah


bayi lahir.
Cara menilai :
- Frekuensi Jantung
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
076/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 3/3

Tidak ada : 0
Frekuensi <100 : 1
Frekuensi >100 : 2
- Usaha Bernafas
Tidak ada : 0
Lambat, tak teratur : 1
Menangis kuat : 2
- Tonus otot
Tidak ada : 0
Extremitas dalam fleksi sedikit : 1
Pergerakan aktif : 2
Reflek selaput lender hidung
Tidak ada : 0
Meringis : 1
Bersin/batuk/menangis : 2
Warna kulit
Seluruh tubuh biru/pucat : 0
Tubuh kemerahan, tangan dan
kaki pucat : 1
Seluruh tubuh kemerahan : 2
Hasil penilaian = jumlah dari lima penilaian tersebut diatas

4. Mencatat hasil penilaian pada rekam medis pasien

1. Ruang bersalin
UNIT TERKAIT
2. Kamar operasi
4
PENGISIAN APGAR SCORE

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
077/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/1

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Teknis menilai kondisi derajat asfiksia bayi baru lahir pada menit
PENGERTIAN
pertama dan kelima.
- Penentuan derajat asfiksia
TUJUAN
- Penentuan terapi, perawatan dan prognosis
Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan


Maternal dan Perinatal
1. Pantau bayi dan berikan nilai sesuia table APGAR score
2. Dokumentasikan penilaian
3. Nilai APGAR : 8 - 10 bayi sehat, tindakan rawat gabung
4. Nilai APGAR : 5 – 7 bayi asfiksia ringan, tindakan

PROSEDUR perawatan di ruang bayi


5. Nilai APGAR : 4 – 6 bayi asfiksia sedang, tindakan
perawatan NICU
6. Nilai APGAR : 0 – 3 bayi asfiksia berat, tidakan perawatan
NICU
1. Ruang Bersalin
UNIT TERKAIT
2. Perinatal
4
PENATALAKSANAAN AWAL BAYI BARU LAHIR

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
078/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Melakukan penatalaksanaan awal pada bayi baru lahir di ruang


PENGERTIAN
bersalin dan di ruang operasi.
Untuk memberikan kepada petugas tentang langkah-langkah yang

TUJUAN dilakukan pada penatalaksanaan awal bayi baru lahir, sehingga


tindakan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
Seluruh pelayanan keperawatan dan kebidanan di Instalasi Rawat
Inap Ibu dan Anak berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien

KEBIJAKAN (sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan
Maternal dan Perinatal)
Penatalaksanaan awal BBL di ruang bersalin :
1. Saat seluruh badan bayi lahir segera nilai bayi.
2. Pada mulut bila masih banyak lendir hisap lendir
terlebih dahulu.
3. Klem tali pusat 3cm dari pangkal dan 2cm dari klem
pertama, gunting di tengah-tengah klem.
PROSEDUR 4. Dokter/bidan menyuntikan Vit ssK 1mg secara IM
5. Keringkan tubuh bayi kecuali telapak tangan, posisikan bayi
tengkurap di dada ibu agar mencari putting susu untuk IMD
6. Bila nilai APGAR < 5 bawa bayi ke ruang perina
7. Selimuti bayi, kenakan topi pada kepala bayi
8. Setelah itu angkat bayi, hangatkan dengan selimut di bawah
lampu penghangat.
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
078/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

9. Bawa ke ruang bayi untuk dilakukan pemeriksaan bayi baru


lahir

Penatalaksanaan awal BBL dengan SC di ruang operasi :


1. Setelah bayi lahir letakkan bayi di dalam heater dan segera
nilai bayi
2. Hisap lendir bayi dengan suction
3. Keringkan seluruh tubuh bayi.
4. Dokter/bidan menyuntikan K 1mg secara IM
5. Ganti kain basah dengan kain kering
6. Bedong bayi dengan kain kering
7. Segera tunjukan bayi pada ibunya dan lakukan IMD bila
kondisi bayi memungkinkan
8. Bila nilai APGAR < 5, bawa bayi ke ruang perina
9. Setelah IMD bawa ke ruang bayi untuk dilakukan
pemeriksaan bayi Baru lahir
1. Ruang bersalin
2. Unit Kamar Operasi
UNIT TERKAIT
3. Unit Rawat Inap Ibu dan Bayi
4. Unit Perinatologi
MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS BAYI BARU
LAHIR DENGAN MESIN SUCTION
4 MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS BAYI BARU
LAHIR DENGAN MESIN SUCTION
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
079/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Membersihkan mulut, hidung, kerongkongan dari lendir atau air

PENGERTIAN ketuban yang terhisap dengan bantuan alat penghisap lendir pada
bayi baru lahir.
Jalan nafas bayi bersih dan segera bernafas adekuat
TUJUAN
Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan


Maternal dan Perinatal
1. Cuci tangan
2. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan
3. Posisikan bayi sedemikian rupa sehingga jalan nafas bebas
4. Menekan lidah bayi sedikit kebawah dengan jari
telunjuk yang dibungkus kain kasa steril
5. Memasukkan ujung selang penghisap lendir dengan
tangan kanan ke mulut bayi sampai kekerongkongan dengan

PROSEDUR hati- hati


6. Menghisap lendir sambil mengeluarkan selang dari
mulut bayi secara perlahan –lahan dan berulang-ulang
sampai bersih
7. Masukkan ujung penghisap lendir untuk bayi
kedalam lubang hidung bayi, lakukan penghisapan sambil
menarik selang penghisap lendir keluar
8. Letakkan selang penghisap lendir yang telaah dipakai
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
079/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

kedalam bengkok
9. Merapikan bayi dan alat-alat
10. Membuang sampah pada tempatnuya (sampah medic)
11. Mendokumentasikan tindakan

1. Ruang Bersalin

UNIT TERKAIT 2. Kamar operasi


3. Perinatal
4
RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
080/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
17 Mei 2018
OPERASIONAL
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Suatu usaha untuk mengembalikan fungsi jantung agar pernafasan

PENGERTIAN dan sirkulasi yang terhenti/terganggu menjadi normal


kembali dalam waktu yang singkat.
Bayi dapat bernafas adekuat.
TUJUAN
Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor

KEBIJAKAN 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal


dan Perinatal
1. Memperkenalkan diri kepada keluarga pasien dan penolong
persalinan.
2. Menanyakan riwayat kehamilan kepada penolong persalinan
3. Memanaskan meja resusitasi
4. Menyiapkan oksigen yang siap pakai.
5. Segera setelah bayi lahir, bersihkan mulut dengan kain kasa.
6. Bersihkan jalan nafas mulai dari mulut lalu hidung dengan

PROSEDUR suction.
7. Nilai APGAR score menit pertama.
8. Dokumentasikan nilai APGAR
9. Atur posisi bayi sedemikian rupa sehingga jalan nafas bebas.
10. Keringkan badan bayi, singkirkan kain basah bekas
mengeringkan bayi
11. Dengar denyut jantung bayi :
Bila denyut jantung ≤ 100 x/menit, beri rangsang taktil
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
080/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

Bila denyut jantung ≤ 80 x/menit , mulai berikan ventilasi


udara tekan (VTP) sampai frekwensi ≥ 100 x/menit.
12. Nilai APGAR score menit ke lima, dokumentasikan.
13. Hitung denyut bayi, bila frekwensi ≥ 100 x/menit badan bayi
dapat dibersihkan dan dibungkus kain yang kering.
1. Ruang bersalin
2. Kamar Operasi
UNIT TERKAIT
3. NICU
4. Perinatal
PENDELEGASIAN WEWENANG RESUSITASI
NEONATUS
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
081/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/1

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Kebijakan yang diberikan oleh dokter spesialis anak kepada asisten


PENGERTIAN
dokter spesialis anak untuk melakukan resusitasi neonatus.
Memberikan penanganan awal yang maksimal pada bayi baru lahir.
TUJUAN
Bayi lahir wajib dilaporkan kepada dokter spesialis anak
diatur
KEBIJAKAN dalam prosedur yang telah ditetapkan (Peraturan Direktur RS Helsa
Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman
Pelayanan Maternal dan Perinatal)
1. Asisten dokter spesialis anak melakukan tindakan resusitasi
neonatus pada ibu persalinan normal (spontan pervaginam).
2. Asisten dokter spesialis anak wajib melaporkan tindakan
yang telah dilakukan dan keadaan pasien saat diresusitasi.

PROSEDUR 3. Dokter spesialis anak menentukan bayi dirawat di ruang


Perina atau rawat gabung.
4. Dokter spesialis anak datang apabila keadaan umum pasien
semakin menurun.
5. Dokter spesialis anak menandatangani lembar terintegrasi.
1. Ruang bersalin

UNIT TERKAIT 2. Ruang perina


3. IGD
4
IMD PADA POST PARTUM

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
072/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Inisiasi Menyusu Dini adalah menaruh bayi didada bayi, kontak

PENGERTIAN kulit dengan kulit (skin to skin kontak) segera setelah lahir,
setidaknya satu jam atau lebih sampai bayi menyusu sendiri.
1. Menyebabkan rahim berkontraksi membantu
mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan ibu.
2. Merangsang hormone lain yang membuat ibu menjadi
TUJUAN
tenang, rileks, dan mencintai bayi lebih kuat.
3. Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI
matang (yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar.
Penyelenggaraan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI eksklusif
diatur
KEBIJAKAN dalam prosedur (sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa
Jatirahayu Nomor 091/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman
IMD dan ASI Eksklusif)
Inisiasi Menyusui Dini Pada Partus Spontan :
1. Anjurkan SUAMI atau keluarga mendampingi ibu
dikamar bersalin.
2. Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala,
kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix Mulut
PROSEDUR
dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.
3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, tengkurapkan bayi
di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu
dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti.
Bayi dapat diberi topi.
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
072/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

4. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi.


Biarkan bayi mencari puting sendiri.
5. Dukung dan bantu mengenali perilaku bayi sebelum
menyusui.
6. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu
selama paling tidak satu jam; bila menyusui awal terjadi
sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu – bayi
bersentuhan sampai setidaknya 1 jam.
7. Bila dlm 1 jam menyusui awal belum terjadi, bantu ibu
dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan
puting ke mulut bayi. Beri waktu kulit melekat pada kulit 30
menit atau 1 jam lagi.
8. Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya
1 jam atau selesai menyusui awal, bayi baru dipisahkan
untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vit K.
9. Rawat gabung bayi: Ibu – bayi dirawat dalam satu
kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam.
10. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain
kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.
1. Unit Rawat Inap Ibu dan Bayi,
2. Unit Gawat Darurat,

UNIT TERKAIT 3. Unit Laboratorium,


4. Unit Kamar Operasi
5. Ruang Bersalin
4
IMD PADA PERSALINAN
GEMELLI
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
083/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/3

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Inisiasi Menyusu Dini adalah menaruh bayi didada bayi, kontak

PENGERTIAN kulit dengan kulit (skin to skin kontak) segera setelah


lahir, setidaknya satu jam atau lebih sampai bayi menyusu sendiri.
1. Menyebabkan rahim berkontraksi membantu
mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan ibu.
2. Merangsang hormone lain yang membuat ibu menjadi
TUJUAN
tenang, rileks, dan mencintai bayi lebih kuat.
3. Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI
matang (yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar.
Penyelenggaraan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI eksklusif diatur
dalam prosedur (sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa
KEBIJAKAN
Jatirahayu Nomor 091/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman
IMD dan ASI Eksklusif)
Inisiasi Menyusui Dini Pada Gemelli :
1. Anjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu
dikamar bersalin.
2. Bayi pertama lahir, segera keringkan secepatnya terutama
kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix .
PROSEDUR
Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.
3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi,
TENGKURAPKAN bayi di dada-perut ibu dengan
KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu dan mata
bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat
diberi topi.
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
083/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/3

4. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan


bayi mencari puting sendiri.
5. Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua, berikan bayi
pertama pada ayah. Ayah memeluk bayi dengan kulit bayi
melekat pada kulit ayah seperti pada perawatan metoda
kanguru. Keduanya ditutupi baju ayah.
6. Bayi kedua lahir, segera keringkan secepatnya terutama
kepala, kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix .
Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.
7. Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi
kedua terngkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu. Letakkan kembali bayi pertama didada
ibu berdampingan dengan saudaranya, Ibu dan kedua
bayinya diselimuti. Bayi – bayi dapat diberi topi.
8. Biarkan KULIT kedua bayi bersentuhan dengan KULIT ibu
selama PALING TIDAK SATU JAM; bila menyusui awal
terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu – bayi
bersentuhan sampai setidaknya 1 jam.
9. Bila dlm 1 jam menyusui awal belum terjadi, bantu ibu
dengan MENDEKATKAN BAYI KE PUTING tapi jangan
memasukkan puting ke mulut bayi. BERI WAKTU 30
MENIT atau 1 JAM lagi kulit melekat pada kulit
10. RAWAT GABUNG BAYI :Ibu – bayi dirawat dalam satu
kamar, dalam jangkauan ibu selama 24 jam.Berikan
ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas
indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Rawat Inap Ibu dan Bayi,


4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
083/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 3/3

2. Unit Gawat Darurat,


3. Unit Laboratorium,
4. Unit Kamar Operasi
5. Ruang Bersalin
4
IMD PADA OPERASI
CAESAR

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
084/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Inisiasi Menyusu Dini adalah menaruh bayi didada ibu, kontak

PENGERTIAN kulit bayi dengan kulit ibu (skin to skin kontak) segera
setelah lahir, setidaknya satu jam atau lebih sampai bayi menyusu
sendiri.
1. Menyebabkan rahim berkontraksi membantu
mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan ibu.
2. Merangsang hormone lain yang membuat ibu menjadi
TUJUAN
tenang, rileks, dan mencintai bayi lebih kuat.
3. Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI
matang (yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar.
Penyelenggaraan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI eksklusif
diatur
KEBIJAKAN dalam prosedur (sesuai dengan Peraturan Direktur RS Helsa
Jatirahayu Nomor 091/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman
IMD dan ASI Eksklusif)
Inisiasi Menyusui Dini Pada Operasi Caesar :
1. Anjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu
dikamar pemulihan.
2. Letakkan bayi setelah lahir di meja resusitasi untuk
DINILAI, keringkan secepatnya terutama kepala tanpa
PROSEDUR
menghilangkan vernix ; kecuali tangannya. Dibersihkan
mulut dan hidung bayi, talipusat diikat.
3. Bedong bayi, bawa ke ibu. Perlihatkan
kelaminnya pada ibu kemudian mencium ibu.
4. Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi melekat
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
084/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2
pada kulit ibu. Kaki bayi agak sedikit serong/melintang
menghindari sayatan operasi. Bayi dan ibu diselimuti.
Bayi diberi topi.
5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi
mendekati puting. Biarkan bayi mencari puting sendiri.
6. Biarkan kulit Bayi bersentuhan dengan kulit ibu
paling tidak selama satu jam, bila menyusui awal selesai
sebelum 1 jam; tetap kontak kulit ibu-bayi selama setidaknya
1 jam .
7. Bila bayi menunjukan kesiapan untuk minum, bantu
ibu dgn mendekatkan bayi ke puting ibu tapi tidak
memasukkan puting ke mulut bayi.
8. Selesai menyusui awal, pisahkan bayi untuk diberi vit K.
9. Bila ayah tidak dapat menyertai ibu di kamar operasi,
diusulkan untuk mendampingi ibu dan mendoakan
anaknya saat di kamar perawatan ibu dan bayi
10. RAWAT GABUNG: Ibu – bayi dirawat dalam satu kamar,
bayi dalam jangkauan ibu selama 24 jam.Berikan ASI
saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi
medis.
1. Unit Tidak
Rawat diberi
Inap Ibu dot
danatau empeng
Bayi,
2. Unit Gawat Darurat,

UNIT TERKAIT 3. Unit Laboratorium,


4. Unit Kamar Operasi
5. Ruang Bersalin
KURETASE
4
KURETASE

No.
Doku N H
n o a
Ditetapkan :
STANDAR . l
085/0 Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR R a
8-15/
OPERASIONAL e m
SPO/ 17 Mei 2018
PN/R v a
SH/V i n
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
/2018 s
i 1
Serangkaian proses / pelepasan jaringan yang melekat pada
dinding 0 4
PENGERTIAN kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrumen
(sendok kuret) ke dalam kavum uteri. Sendok kuret akan melepaskan
jaringan tersebut dengan teknik pengerokan secara sistematis.
Abortus Inkompletus.
Abortus septik.
TUJUAN
Hati-hati pada : abortus dengan cidera intra abdomen, abortus
mola, abortus terkomplikasi.

Setiap petugas mampu untuk mendeteksi sedini mungkin gangguan


atau kelainan baik pada ibu, bayi dan anak selama dalam
KEBIJAKAN masa perawatan (sesuai Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu
Nomor
092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal dan
Perinatal)
PRA INTERAKSI :
1. Sapa dan perkenalkan diri :’ selamat pagi/siang... saya bidan...
2. Tanyakan identitas pasien dengan cara berkata ” sesuai dengan
stndart prosedure keselamatan pasien kami minta Ibu/Sdri untuk
menyebutkan nama dan tanggal lahir”
PROSEDUR
3. Berikan penjelasan kepada keluarga atau pasien tentang tindakan
yang akan dilakukan.
4. Meminta persetujuan Inform Concent.
5. Siapkan ruangan
6. Siapkan alat.
7. Cuci tangan.
KURETASE
4
KURETASE

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
085/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018
0 2/4

INTERAKSI :
A. Persiapan sebelum tindakan.
Pasien :
- Dipasang infus dan bersihkan perut bagian bawah
dan lipat paha dengan air sabun.
- Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
kardio pulmoner.
- Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup
perut bawah.
Medikamentosa : Analgetika, Sedativa, Sulvas Atropin.
Larutan antiseptik.
Oksigen dengan regulator.
Instrumen :
- Cunam
tampon.
- Tenaculum atau klem ovarium.
- Speculum dan kateter
karet.
- Sendok kuret.
- Sondage uterine.
- Dilatator.
- Tabung 5ml.
Penolong
Baju kamar tindakan, masker, topi, alas kaki dan sarung
tangan steril.
Instrumen :
- Penampung darah dan jaringan.
- Mangkok
logam.
- Lampu sorot.
B. Pencegahan infeksi sebelum tindakan.
KURETASE
4
KURETASE

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
085/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018
0 3/4
Tindakan :
Instruksi asisten untuk berikan sedatifa dan analgetik.
Lakukan kateterisasi kandung kemih.
Lakukan pemeriksaan ulang bimanual.
Bersihkan dan lakukan dekontaminasi.
Pakai sarung tangan yang steril.
Masukkan spekulum siris secara vertikal ke dalam vagina
setelah itu diputar ke bawah hingga posisi menjadi transversal.
Minta asisten untuk menahan spekulum tersebut.
Dengan sedikit menarik ke bawah, masukkan belah spekulum
atas secara vertikal kemudian putar dan tarik ke atas hingga
jelas terlihat serviks.
Minta asisten untuk memegang spekulum atas pada posisinya.
Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina dan tentukan bagian
serviks yang akan dijepit (jam 11 dan 13).
Jepit serviks dan tenakulum pada tempat yang ditentukan.
Setelah penjepitan terpasang baik, keluarkan spekulum atas.
Lakukan pemeriksaan sondage kavum uteri untuk mengetahui ke
dalam dan lengkung uterus.
Pegang tenakulum dan masukkan abortus tang melalui serviks
dan keluarkan dulu jaringan yang tertahan pada kanalis
servikalis (jika ada).
Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk,
masukkan ujung sendok kuret melalui kanalis servikalis ke
dalam uterus hingga menyentuh fundus uteri (untuk mengukur
kedalaman).
Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah
jarum jam hingga bersih.
Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang
menggenangi lumen vagina.
4

No.
Doku N H
o
n Lepaskan a
. jepitan
l tenakulum pada serviks.
085/0
R
8-15/ Lepaskan a
speculum bawah.
e m
SPO/ Kumpulkan jaringan untuk dikirim ke laboratorium patologi
PN/R v a
anatomi.
i n
SH/V
s
C. Dekontaminasi.
/2018
i 4
D. Cuci tangan pasca /tindakan
0
E. Perawatan 4
pasca tindakan:
Periksa tanda-tanda vital, bersihkan instrumen dan lakukan
segera bila terjadi komplikasi.
Catat kondisi dan buat laporan tindakan.
Buat instruksi pengobatan lanjutan.
Beri tahu pada pasien dan keluarga, tindakan selesai dan
pasien masih perlu perawatan.
Jelaskan pada petugas tentang perawatan yang diperlukan
dan kondisi yang harus dilaporkan.

TERMINASI :
1. Cuci tangan.
2. Mencatat tindakan dan hasilnya di rekam medis pasien.

UNIT TERKAIT Ruang Bersalin dan OK


KEMATIAN JANIN INTRA UTERIN
(IUFD)
4
KEMATIAN JANIN INTRA UTERIN
(IUFD)

No.
Dok N H
me o. a
Ditetapkan :
STANDAR R l
086 Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR e a
/08
OPERASIONAL vi m
- 17 Mei 2018
15/ si a
SP n
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
O/ 0
PNKematian janin intra 1
/R / uterin (IUFD) adalah janin yang sejak di
4
PENGERTIAN SHdalam rahim sudah tidak menunjukan tanda-tanda kehidupan yang
/V/dapat diperoleh dengan alat bantu diagnostik.
201
8 Memberikan kepada petugas tentang langkah-langkah

TUJUAN pengelolaan pada kasus-kasus IUFD, sehingga tindakan yang


akan dilakukan dapat dipertanggung jawabkan.
Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas
ibu
KEBIJAKAN hamil dan bayi baru lahir (sesuai Peraturan Direktur
RS Helsa Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang
Pedoman Pelayanan Maternal dan Perinatal)
Petugas mengetahui factor-faktor kriteria diagnosis IUFD, yaitu :
1. Anamnesa : penderita merasa tidak ada atau hilangnya gerak
janin, berat badan yang tidak naik atau menurun
2. Pemeriksaan
- Pengukuran TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan
- Gerakan janin dalam Rahim dapat dirasakan pada umur
kehamilan 18-20 minggu
- DJJ tidak ada
PROSEDUR
- Pemeriksaan penunjang:
USG
Echodisreption dari gestational sac
Pengurangan penampang GS (2 minggu teratur)
Tak tampak gerakan janin, tak tampak denyut
jantung janin, spalding sign (+)
Radiologi
Angulasi tulang belakang, spalding sign +
KEMATIAN JANIN INTRA UTERIN
(IUFD)
4
KEMATIAN JANIN INTRA UTERIN
(IUFD)

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
086/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018
0 2/4
Terdapat udara pada lapisan tengkorak atau “halo
sign” pada besar

PRA INTERAKSI :
1. Berikan penjelasan kepada keluarga atau pasien
tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Pasien menerima dan memberikan persetujuan
tentang tindakan yang akan dilakukan.
3. Siapkan ruangan atau penunggu dimohon keluar ruangan.
4. Dekatkan alat-alat kedekat pasien.
5. Cuci tangan.

INTERAKSI :
1. Periksa secara detail riwayat kehamilan,
riwayat penyakit, dan penanganannya.
2. Laksanankan observasi P-10.
3. Laksanankan pemeriksaan darah, ritun, dan gula
darah sewaktu.
4. Laksanankan pemeriksaan USG dan ECG.
5. Lakukan kolaborasi dengan dokter jaga atau spesialis
atau dokter spesialis.
6. Janin yang mati dalam rahim, sebelum segera
dikeluarkan secara:
• Lahir spontan.
• Induksi persalinan.
7. Cuci Tangan

Dilakukan tindakan :
- Dilatasi serviks dengan batang laminaria setelah dipasang
12-24 jam, kemudian dilepas dan dilanjutkan dengan
KEMATIAN JANIN INTRA UTERIN
(IUFD)
4
KEMATIAN JANIN INTRA UTERIN
(IUFD)

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
086/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018
0 3/4
infus oksitosin sampai terjadi pengeluaran janin dan
plasenta.
- Dilatasi servuks dengan kateter folley :
Untuk umur kehamilan 24 minggu.
Kateter folley no.18 dimasukkan dalam kanalis
servikalis diluar kantong amnion.
Diisi 50cc aquadest steril.
Ujung kateter diikat dengan tali kemudian diberi
beban.
Dilanjutkan infus oksitosin 10 u dalam 500 D5 %
mulai 8 tetes/mnt dinaikan 4tetes tiap 15 mnt
sampai his adekuat
- Infus oksitosin :
Mulai bishopscore dulu (≥ 5 berarti berhasil).
Oksitosin 5-10 u dalam D5% 500cc dimulai 8 tetes
dinaikan 4 tetes/mnt setiap 15 menit
sampai his adekuat.
- Induksi prostaglandin atau misoprostol :
Pg e2 supp : 20mg diulang 4-5jam.
Misoprostol : 50 ugr pervaginam tiap 6 jam ( maximal
4x pemberian ).

Persalinan Buatan.
Tindakan untuk mengakhiri persalinan buatan
yang sedang berlangsung :
- Kuret vagina
- Bedah dekstruktif : kraniotomi, evisivasi, kleidotomi.
- Lewat abdomen :
Bedah caesar : bila ada induksi obstetri yang jelas.
Laparotomi : pada kasus ruptur uteri untuk
4

No.
Dok N H
me o. a
mengambil anak dilanjutkan histerektomi.
R l
086
/08 e a
vi
- Kemudian m
dilanjutkan petugas memberi
15/ si a
n
SPpenyuluhan pencegahan meliputi :
0
O/- Periksa hasil sekurang-kurangnya 4x : TM I 1X, TM II 1X,
PN 4
/R TM III 2X. /
SH- Keadaan yang 4 merupakan tindakan bahaya dan perlu
/V/
201 segera dilaporkan oleh ibu hamil, pendarahan keluar jalan
8 lahir, pembengkakan muka/kaki, sakit kepala berat,
kaku kuduk, penglihatan kabur, nyeri perut, muntah-
muntah, demam, keluar cairan banyak lewat jalan lahir, tidak
mersakan gerakan janin.
- Makan dengan nilai gizi baik.

TERMINASI :
1. Melaksanakan hasil kolaborasi.
2. Mencatat tindakan dan hasilnya di Rekam Medis pasien.
1. Unit Ruang Bersalin
2. Unit Ruang Keperawatan Ibu dan Bayi
3. Unit Gawat Darurat / Ponek 24 jam,
UNIT TERKAIT
4. Unit Laboratorium
5. Unit Kamar Operasi
6. Unit Rawat Jalan
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
(KET)
4
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
(KET)

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018
087/08-15/
STANDAR 0 1/2
Tanggal terbit DirekturDitetapkan
RS Helsa Jatirahayu
:
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah suatu keadaan dimana


hasil konsepsi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium
PENGERTIAN kavum uteri. Lebih dari 45% kehamilan ektopik terjadi pada tuba
dan baru memberi gejala dan tanda sebagai kehamilan ektopik
bila trjadi gangguan baik sebagai rupture maupun hanya abortus tuba.
1. Memberikan pedoman kepada petugas tentang langkah-langkah
pengelolaan KET, sehingga tindakan yang dilakukan
dapat dipertanggungjawabkan.
2. Mengantisipasi agar penderita tidak sampai jatuh dalam
keadaan yang lebih buruk.
3. Petugas dapat mengenali KET dengan memeriksa sesuai dengan
kriteria diagnosis sebagai berikut :
1) Anamnesis :
a. Nyeri perut pada satu sisi/perut bagian bawah
b. Riwayat terlambat haid

TUJUAN c. Perdarahan pervaginam


d. Adanya riwayat pingsan
2) Pemeriksaan fisik:
a. Di dapatkan ada tanda-tanda syok hipovolemik, KU pucat,
anemis, hipotermi, tachicardi dan keringat dingin
b. Adanya tanda-tanda akut abdomen berupa : perut
tegang terutama bagian bawah
c. Defence muskular (+) adanya tanda-tanda cairan
bebas intra abdomen
d. Pemeriksaan dalam (VT) ada fluksus portio lembut
dan nyeri goyang portio (+), nyeri putar (slinger pain) (+)
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
087/08-15/ ny
SPO /P ND/RidSaHp/aVt /m20a1s8a di eri tekan 2/2
f.e .Cavum
0 douglas menonjol
adneksa dan banding
3) Diagnosa
a. Abortus imminens
b. Apendicitis.
c. Radang panggul.
d. Neoplasma ovarii yang terinfeksi.
e. Torsi.
f. Ruptur tanpa kehamilan.
4) Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium darah
b. Tes kehamilan.
c. Kuldusintesis.
d. USG : adanya GS diluar kavum uteri dan di sertai
gambaran cairan bebas.
Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas ibu hamil dan bayi
baru lahir (sesuai Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor
KEBIJAKAN
092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal dan
Perinatal)
1. Perbaiki keadaan umum dengan memberikan cairan dan
transfusi.
2. Operasi segera: bila diagnosa KET ditegakkan operasi dapat
dilakukan tergantung keadaan kurante operasi, berupa:
PROSEDUR
• Salphingektomi.
• Wedge resection pada cavum uteri.
• Ooforektomi, dll.
3. Persetujuan medis tertulis.
1. IGD/Ponek 24 jam, Laboratorium, Kamar Operasi dan Kamar
UNIT TERKAIT
Bersalin
PENATALAKSANAAN
ABORTUS
4
PENATALAKSANAAN
ABORTUS

No.
Doku N H
n o a
Ditetapkan :
STANDAR . l
088/0 Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR R a
8-15/
OPERASIONAL e m
SPO/ 17 Mei 2018
PN/R v a
SH/V i n
Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
/2018 s
i 1
Adalah suatu tindakan/ dalam pengelolaan pasien yang
mengalami
0 2
PENGERTIAN ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan pada umur kehamilan kurang dari atau sama dengan 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Memberikan pedoman kepada petugas tentang langkah-langkah

TUJUAN pengelolaan abortus, sehingga tindakan yang dilakukan dapat


dipertanggungjawabkan.
Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas ibu hamil dan
bayi baru lahir (sesuai Peraturan Direktur RS Helsa Nomor
KEBIJAKAN
092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal dan
Perinatal)
KRITERIA DIAGNOSIS :
1. Terlambat haid (amenorrhea), 20 minggu dengan
disertai tanda-tanda kehamilan subyektif / obyektif.
2. Perdarahan pervaginam dan kadang disertai keluarnya
jaringan hasil konsepsi.
3. Rasa sakit atau kram perut di daerah atas simpisis.

PROSEDUR
DIAGNOSIS BANDING :
1. Abortus imminens.
2. Abortus incipiens.
3. Abortus inkompletus.
4. Abortus habitualis.
5. Missed abortion.
6. Kehamilan ektopik yang terganggu.
PENATALAKSANAAN
ABORTUS
4
PENATALAKSANAAN
ABORTUS

No.
Doku N H
o
n 7. Mola a
hidatidosa.
. l
088/0
8-15/ R a
SPO/ e m
PEMERIKSAAN
v aPENUNJANG :
PN/R
i
SH/V 1. Test n
kehamilan.
s
/2018 2. Pemeriksaan Doppler / USG untuk menilai keadaan kehamilan
i 2
/ prognosisnya.
serta menentukan
0 2
3. Pemeriksaan faktor koagulasi (waktu perdarahan, waktu
pembekuan, dan kadar fibrinogen) pada kasus-kasus missed
abortion.

1. Ruang Bersalin
2. Poliklinik
UNIT TERKAIT
3. IGD/Ponek 24 jam
4. Laboratorium
PRE EKLAMPSI DAN
EKLAMPSI
4
PRE EKLAMPSI DAN
EKLAMPSI

No.
N H
Doku
o a
n Ditetapkan :
STANDAR
089/08-15/ . l
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR R a
SPO/
OPERASIONAL e m
PN/ 17 Mei 2018
v a
RSH
i n
/V/2 Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS
s
018
i 1
Suatu tindakan pengelolaan
/ pasien hamil dengan penyakit penyerta sbb:
0
1. Preeklampsi 8 timbulnya hipertensi disertai oedema dan
adalah
proteinuria akibat kehamilan setelah umur kehamilan ≥ 20
mgg
PENGERTIAN
atau segera setelah persalinan.
2. Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil dalam
persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang /
koma (kelainan tersebut bukan akibat kelainan neurologis)
yang sebelumnya
Memberikan ditandai dengan
langkah-langkah pada gejala pre-eklampsia.
petugas kesehatan tentang

TUJUAN pengelolaan preeklampsia dan eklampsia sehingga tindakan


yang dilakukan jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas ibu hamil dan
bayi baru lahir (sesuai Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor
KEBIJAKAN
092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal dan
Perinatal)
Petugas mengetahui kriteria diagnosis dari :
1. Preeklampsia yaitu sekelompok penyulit yang timbul pada
ibu hamil ≥ 20 mg, bersalin/nifas dan ditandai dengan
hipertensi, edema dan atau proteinuria.
a. PE ringan; ditemukan gejala sbb : Tensi sistolik ≥ 140
PROSEDUR mmhg, tensi diastolik ≥ 90 mmhg.
Kenaikan T sistolik ≥ 30 mmhg.
Kenaikan T diastolik ≥ 15 mmhg.
b. PE berat bila didapatkan satu / lebih gejala dibawah
ini adalah sbb:
PRE EKLAMPSI DAN
EKLAMPSI
4
PRE EKLAMPSI DAN
EKLAMPSI

No. Dokumen
089/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018
0 2/8
T sistolik ≥ 160 mmhg, T diastolik ≥ 110.
Proteinuria > 5gr/24 jam atau +4 dalam
pemeriksaan kwantitatif.
Oliguria: produksi urin < 500 cc/24 jam yang
disertai dengan kenaikan kadar kreatin plasma.
Gangguan visus dan serebral.
Nyeri epigastrikan/nyeri pada kwadran kanan atas
abdomen.
Edema paru-paru dan sianosis.
Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat (PJT)
Adanya ”HELLP SINDROME” (Hemolysis, elevated
liver enzym, low platellet count). DD :
i. Hipertensi menahun.
ii. Kelainan ginjal.
iii. Epilepsi.

Pemeriksaan penunjang :
1. Darah lengkap.
2. Urine lengkap.
3. Asam urat darah.
4. Fungsi hati dan ginjal.

2. Eklampsia : timbulnya kejang/koma yang sebelumnya


didahului oleh adanya gejala PE.

PRA INTERAKSI :
1. Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga atau
pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Pasien menerima dan memberikan persetujuan
tentang tindakan yang akan dilakukan
PRE EKLAMPSI DAN EKLAMPSI
4

No. Dokumen
089/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018
0 3/8
3. Menyiapkan ruangan / penunggu dimohon keluar ruangan
4. Mendekatkan alat-alat ke dekat pasien
5. Cuci tangan

PRE EKLAMPSI :
a. PE ringan: istirahat dan sedatif.
Rawat jalan :
Istirahat banyak
Diet cukup protein, rendah karbohirat, lemak dan
garam.
Berikan sedative ringan: fenobarbital 3 x 30 mg
selama 7 hari atau diazepam 3 x 2 mg selama 7 hari.
Roborantia.
Kunjungan ulang tiap 1 minggu.
Rawat inap bila :
Pada kehamilan preterm (< 37 mg). Bila tensi
mencapai normal selama perawatan.
1) Maka persalinan ditunggu sampai aterm.
2) Bila tensi turun belum mencapai nomal
maka diakhiri pada kehamilan > 37 mg.
3) Pada umur kehamilan > 37 mg persalinan
ditunggu spontan atau dipertimbangkan untuk
dilakukan induksi persalinan.
b. PE berat : beri anti hipertensi dan anti kejang. Rawat segera
dan tentukan jenis perawatan/tindakan :
1. Aktif : kehamilan segera diakhiri bersama dengan
pemberian pengobatan medisinalis.
Induksi
Ibu.
- Kehamilan >37 mg.
PRE EKLAMPSI DAN EKLAMPSI
4

No. Dokumen
089/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018
0 4/8
- Adanya gejala/tanda eklampsia.
- Kegagalan terapi pada perawatan konservatif yaitu :
a. Dalam waktu setelah 6 jam sejak dimulainya
pengobatan medisinalis terjadi kenaikan tensi.
b. Setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan
medisinalis tak ada perubahan.
Anak.
- Adanya tanda-tanda fetal distress.
- Adanya tanda-tanda IUGR (PJT).
- Hasil pemeriksaan Laboratorium ditemukan adanya
”HELLP SINDROME”.

2. Pengobatan medisinalis :
Segera dirawat di RS.
Istirahat berbaring kesatu sisi (kiri).
Infus RL 500cc (60-125cc/jam).
Beri antasida.
Diet cukup protein, rendah KH, lemak dan garam.
Beri obat anti kejang (Mg SO4) bila syarat terpenuhi
- Loading dose : 4 gr MgSO4 40%dalam 100 cc
Nacl habis dalam 30 menit ( 73 tts/menit )
- Maintance dose : 6 gr MgSO4 40% dalam 500 cc
RL selama 6 jam( 28 tetes / menit )
- Bila ada kejang ulangan berikan 2gr MgSO4 40% IV
( berikan 5 cc MgSO4 40% di encerkan dengan 5 cc
aquabidest).berikan selama 2 - 5 menit
Beri diuretik bila ada tanda-tanda :
- Edema paru-paru.
- Payah jantung kongestif.
- Edema
anasarka.
PRE EKLAMPSI DAN EKLAMPSI
4

No. Dokumen
089/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018
0 5/8
Anti hipertensi diberikan bila :
- T sistolik ≥ 180 mmhg dan T sistolik ≥ 110 mmhg.
- Clonidin 0,15mg/cc dilarutkan dalam 10cc larutan
garam fisiologis -> disuntikkan 5cc IV pelan-pelan
bila ada penurunan maka diberikan lagi 5cc IV
pelan-pelan dalam 5menit, diberikan tiap 4 jam T
diastolik menjadi normaltensi.
- Kardiotonik : bila ada tanda-tanda payah jantung,
perawatan dilakukan bersama dengan penyakit
dalam.
- Obat-obatan lain
:
a. Antiptoretika: bila suhu rektal > 38,5c dan
dibantu kompres dingin.
b. Antibiotika: diberikan atas
indikasi. c. Analgetik: bila ada nyeri.

3. Pengobatan Obstetric: cara terminasi kehamilan.


Belum Inpartuc:
- Induksi persalinan.
- Bedah caesar :
Bishop score <5.
Primigravida / bila sudah melahirkan
pervaginam.
Sudah Inpartu :
- Kala I :
Fase laten: 6 jam tidak masuk fase
aktif dilakukan SC.
Fase aktif :
Amniotomi.
Bila 6 jam dari amniotomi pembukaan
PRE EKLAMPSI DAN EKLAMPSI
4

No. Dokumen
089/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018
0 6/8
belum lengkap dilakukan SC.
Kala II: persalinan pervaginam dengan
buatan.
4. Konservatif : kehamilan tetap dipertahankan
bersamaan dengan pemberian pengobatan medisinal.
Indikasi.
- Kehamilan preterm (<37 minggu) tanpa disertai
dengan tanda-tanda impending eklamsia dan
keadaan janin baik.
Pengobatan medisinal
- Sama dengan pengobatan mediasal pada
pengelolaan aktif.
Pengobatan obstetri.
- Selama perawatan konservatif, observasi
dan evaluasi sama seperti perawatan aktif tapi tidak
ada terminasi.
- mgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-
tanda preeklamsi ringan, selambat-lambatnya dalam
waktu 24 jam.
- Bila dalam 24 jam tidak ada perbaikan keadaan ini
dianggap sebagai kegagalan terapi medisinal dan
harus segera diterminasi.

EKLAMPSIA :
a. Pengobatan medisinal
Beri obat anti kejang (Mg SO4) bila syarat terpenuhi
- Loading dose : 4 gr MgSO4 40%dalam 100 cc
Nacl habis dalam 30 menit ( 73 tts/menit )
- Maintance dose : 6 gr MgSO4 40% dalam 500 cc
RL selama 6 jam( 28 tetes / menit )
PRE EKLAMPSI DAN
EKLAMPSI
4
PRE EKLAMPSI DAN
EKLAMPSI

No. Dokumen
089/08-15/ No. Revisi Halaman
SPO/PN/RSH/V/2018
0 7/8
- Bila ada kejang ulangan berikan 2gr MgSO4 40% IV
( berikan 5 cc MgSO4 40% di encerkan dengan 5 cc
aquabidest).berikan selama 2 - 5 menit
Bila masih kejang, maka 20 menit setelah pemberian anti
kejang terakhir diberikan amobarbital 3-5mg/kg BB/IV
pelan.
Monitoring tanda-tanda keracunan MgSO4.
Obat-obat supportif: sama dengan obat-obat preeklamsi
berat.
Perawatan pada serangan kejang :
- Dirawat di kamar isolasi yang cukup terang.
- Masukkan sudip lidah ke mulut penderita.
- Kepala direndahkan, orofaring dihisap dengan
alat penghisap.
- Fiksasi badan pada tempat tidur, harus cukup
kendor untuk mencegah terjadinya fraktur.
Perawatan penderita dengan koma :
- Monitoring kesadaran dan dalamnya koma
dengan menggunakan ”Glasgow Pittsborgh Coma
Scale”.
- Cegah dikubitus dan pemberian makanan per sonde
(pada koma yang lama).

b. Pengobatan obstetri.
Sikap dasar.
Prinsip semua kehamilan dengan eklampsia harus
diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan
janin.
Bila diakhiri, sikap dasar : bila sudah terjadi stabilitas
(pemulihan ) hemodinamik dan metabolisme ibu yaitu 4-8
jam setelah salah satu/lebih keadaan dibawah ini :
- Setelah pemberian obat anti kejang terakhir.
4

No.
N H
Doku
o a
n - Setelah kejang terakhir.
089/08-15/ . l
R - a pemberian obat anti hipertensi terakhir.
Setelah
SPO/
e m
PN/ - Penderita mulai sadar ( responsif dan orientasi ).
v a
RSH
i - Caran terminasi kehamilan : sama dengan pre eklampsia
/V/2
s
018 berat.
i 8
/
0 8
c. Penyulit.
Gagal ginjal.
Gagal jantung.
Oedema paru-paru.
Kelainan pembekuan darah.
Perdarahan otak.
Kematian janin.

TERMINASI
1. Laksanakan hasil kolaborasi.
2. Catat tindakan dan hasilnya di Rekam medis pasien.

1. Instalasi Gawat Darurat PONEK


2. Instalasi Laboratorium
3. Instalasi Kamar Operasi
UNIT TERKAIT
4. ICU/HCU
5. Kamar Bersalin
6. Ruang Rawat Ibu dan Bayi
4
HISTEREKTOMI TOTAL

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
090/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/3

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Histerektomi total adalah tindakan operatif pengangkatan rahim


PENGERTIAN
secara keseluruhan (corpus, fundus, dan cervix uteri).
Sebagai tindakan terakhir untuk menghentikan perdarahan pasca
TUJUAN
partum hebat yang berasal dari rahim
Tindakan histerektomi total untuk mengatasi perdarahan pasca
persalinan sesuai diatur dalam prosedur yang telah ditetapkan

KEBIJAKAN (sesuai Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal
dan Perinatal)
Persiapan
1. Informed consent mengenai indikasi, prosedur
singkat, resiko yang mungkin timbul dan komplikasi
2. Pemasangan IV line
3. Puasa pre operasi
4. Pemeriksaan laboratorium darah perifer lengkap,
Hemostasis dan HbSAg, urin lengkap, golongan darah, foto
PROSEDUR
thoraks, ekg
5. Konsultasi resiko operasi
6. Pemasangan Foley catheter
7. Pencukuran pada daerah sekitar insisi
8. Vaginal toilet dengan larutan antiseptic
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
090/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/3

Prosedur
1. Pasien tidur terlentang di atas meja operasi dengan
anestesi umum.
2. Dilakukan pemasangan dower kateter
3. Dilakukan asepsis dan antisepsis pada regio genitalia
eksterna dan interna serta regio abdomen dengan betadine,
lapangan operasi dipersempit dengan doek steril.
4. Dilakukan insisi pfannestiel di lipatan kulit regio bawah
atau mediana ± 10 cm, insisi diperdalam berturut-turut dari
subkutis, fascia, m.rectus abdominis lalu disisihkan secara
tumpul ke lateral, perdarahan yang terjadi dirawat.
5. Peritoneum dibuka ke arah atas dan bawah, sehingga
tampak uterus
6. Dilakukan penjepitan, pemotongan, pengikatan ligamen
rotundum kanan dan kiri.
7. Plika vasika uterina dibebaskan
8. Dilakukan pemotongan, pengikatan ligamentum kardinal
kanan dan kiri.
9. Dilakukan penjepitan, pemotongan, pengikatan
ligamentum sakro uterina kanan dan kiri
10. Dilakukan pengikatan ligamentum rotundum dengan
puncak vagina dilanjutkan penjahitan puncak vagina secara
jelujur melintang.
11. Dilakukan reperitonealisasi plika vesika uterina
12. Dilakukan eksplorasi rongga abdomen
13. Setelah yakin tidak ada perdarahan dilakukan penutupan
rongga abdomen lapis demi lapis
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
090/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 3/3

14. Luka operasi dibersihkan dengan NaCl, betadine, kemudian


ditutup dengan supratule, kasa steril dan hipafix
15. Operasi selesai
16. Pemeriksaan jaringan PA jika diperlukan

UNIT TERKAIT 1. Kamar operasi (OK)


4
PROTOKOL SECTIO
CAESARIA

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
091/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/3

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Protokol Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan bayi


PENGERTIAN
melalui pensayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact).
1. Terciptanyan kinerja yang efektif, efisien, dan aman dalam

TUJUAN melakukan tindakan Sectio Caesaria.


2. Menghindari terjadinya komplikasi terhadap pasien.
Dalam rangka kepentingan dan keselamatan ibu dan anak
maka,
Rumah Saki Helsa mengatur tata cara tindakan Sectio
Caesaria agar sesuai dengan indikasi yang ditetapkan serta
KEBIJAKAN
ditunjang oleh peralatan operasi yang memenuhi standar Rumah
Sakit diatur dalam prosedur yang telah ditetapkan (Peraturan
Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor 092/PER/DIR/RSH/V/2018
tentang Pedoman Pelayanan Maternal dan Perinatal)
1. Indikasi seorang pasien untuk dilakukan tindakan Sectio
Caesaria adalah tidak adanya toleransi persalinan per
vaginam baik oleh karena ibu maupun janin

PROSEDUR 2. Teknik Sectio Caesaria dapat dikerjakan sesuai metode


Pfannenstiehl/Soescohen.
3. Selama pelaksanaan Sectio Caesaria prinsip
universal precauntion dan atau antiseptic menjadi acuan utama
1. Unit Kamar Operasi
UNIT TERKAIT
2. Unit Ruang Bersalin
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
091/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/3
4
PENANGGULANGAN PASIEN RESIKO
TINGGI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
092/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Persalinan resiko tinggi adalah semua pasien di kamar bersalin

PENGERTIAN yang masuk kategori KRT (Kehamilan Resiko Tinggi) baik pasien
dari dalam yang statusnya sudah ada cap KRT maupun pasien dari
luar

Pasien – pasien dengan kriteria KRT yang status rawat


TUJUAN
jalan terdapat cap KRT perlu penanganan persalinan resiko tinggi.

Pasien – pasien dengan kriteria KRT perlu penanganan persalinan


resiko tinggi diatur dalam prosedur yang telah ditetapkan (sesuai

KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


092/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Maternal
dan Perinatal

1. Anamnesa pasien oleh bidan VK


2. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan obstetric
pasien oleh bidan
3. Pemeriksaan CTG untuk melihat kesejahteraan janin
PROSEDUR
4. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
5. Bila ditemukan adanya kelainan pemeriksaan/masalah
pada pasien segera laporkan ke dokter yang merawat
6. Tata laksana pasien oleh dokter obsgyn sesuai masalah yang
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
092/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

dihadapi
7. Bila diperlukan didatangkan dokter ahli perinatologi
untuk membantu pertolongan bayi
1. Ruang bersalin
2. IGD / Ponek 24 jam
UNIT TERKAIT
3. Ruang Rawat Ibu dan Bayi
4. Laboratorium
4
EKSTRAKSI FORCEP

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1/3

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
03 Agustus 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS


Direktur
Suatu tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan pada
PENGERTIAN
suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya
Untuk segera melahirkan janin sehingga dapat menyelamatkan jiwa
TUJUAN
ibu maupun janin.
Tindakan persalinan buatan dengan cunam untuk membantu
melahirkan kepala janin diatur dalam prosedur yang
KEBIJAKAN
telah ditetapkan (Keputusan Direksi RS Helsa
Nomor:
004/SK/DIRUT/RS
I. Persiapan Helsa/01.2018).
1. Persiapan untuk lbu.
• Posisi tidur lithotomi.
• Kandung kemih dan rectum dikosongkan
• Desinfeksi vulva.
• Infus Set
• Narkosis

PROSEDUR • Kain penutup pembedahan


• Gunting episiotomi.
• Alat-alat untuk menjahit robekan jalan lahir.
• Uterotonika.
2. Persiapan untuk Janin.
• Alat-alat pertolongan persalinan.
• Alat penghisap lendir.
• Oksigen.
4

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 2/3

• Alat-alat untuk resusitasi bayi


3. Persiapan untuk Dokter,
• Mencuci tangan.
• Sarung tangan steril.
• Aprone
II. Teknik
3.1. Cara Pcmasangan Cunam.
Ditinjau dari posisi daun cunam terhadap kcpala
janin dan panggul ibu pada waktu cunam tersebut
dipasang, maka pemasangan cunam dibagi :
3.1.1 Pemasangan Cephalik pemasangan biparietal,
melintang terhadap kepala, ialah pasangan
cunam dimana sumbu panjang cunam sesuai
dengan diameter mento¬oksipitalis kepala
janin, sehingga daun cunam terpasang secara
simetrik di kiri kanan kepala.
3.1.2. Pemasangan Pelvik (melintang terhadap panggul)
ialah pemasangan cunam sehingga sumbu
panjang cunam sesuai dengan sumbu panggul.
Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila
cunam terpasang bilateral kepala dan melintang
panggul. Hal ini hanya terjadi bila kepala janin
sudah dipintu bawah panggul dan ubun-ubun
kecil berada di depan di bawah simfisis.
Oleh karena itu kriteria pemasangan cunam
yang sempurna (ideal) ialah bila :
• Sutura sagitalis tegak lurus dengan bidang
tangkai cunam
4

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 3/3

• Ubun-ubun kecil terletak 1 jari di atas bidang


tersebut.
• Kedua daun cunam teraba simetris disamping
kepala.

3.2. Cara Ekstraksi Cunam.


Ekstraksi cunam terdiri dari tujuh langkah, yaitu :
• Penolong membayangkan bagaimana cunam
akan dipasang.
• Pemasangan daun cunam pada kepala janin.
• Mengisi sendok cunam.
• Menilai hasil pemasangan hasil cunam
• Ekstraksi cunam pcrcobaan.
• Ekstraksi cunam definitif.
• Membuka dan melepaskan scndok cunam.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Bersalin (VK)


4
PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL
EMERGENSI KOMPEREHENSIF 24 JAM

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
093/08-15/
00 1/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Pelayanan obsterti neonatal komperehensif adalah


pelayanan
PENGERTIAN kesehatan maternal fisiologis dan resiko tinggi pada
masa antenatal, intranatal dan postnatal, dan pelayanan
neonatal fisiologis dan resiko tinggi
Memberi pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal untuk

TUJUAN menurunkan angka kematian ibu dalam proses melahirkan


dan angka kematian bayi.

Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


KEBIJAKAN
095/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman PONEK

1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitive


2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK di
ruang tindakan.
3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan
seksio sesaria
PROSEDUR
4. Standar respon time di UGD adalah kurang dari 10 menit.
Standar respon time di kamar bersalin kurang dari 30
menit. Standar pelayanan darah kurang dari 1 jam
5. Perawatan intermediate dan intensif ibu dan bayi.
6. Pelayanan asuhan antenatal resiko tinggi.
1. IGD/ PONEK 24 jam

UNIT TERKAIT 2. Kamar operasi


3. Ruang Bersalin
4
PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL
EMERGENSI KOMPEREHENSIF 24 JAM

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
093/08-15/
00 2/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
4. Poliklinik
4
PELAYANAN PASIEN RUJUKAN IBU HAMIL
RESIKO TINGGI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
094/08-15/
00 1/
SPO/PN/RSH/V/2018
4
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Suatu tindakan/ pengelolaan pada pasien rujukan kasus kebidanan

PENGERTIAN yang dikirim ke RS Helsa baik rawat jalan maupun rawat


inap dengan kelainan yang disertai kelainan.
Agar dapat digunakan sebagai standar prosedur dengan
TUJUAN
melaksanakan pelayanan pasien rujukan dengan sebaik baiknya.

Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


KEBIJAKAN
095/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman PONEK

PRA INTERAKSI :
1. Berikan penjelasan kepada keluarga atau pasien
tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Keluarga pasien/pasien menerima dan memberikan
persetujuan tentang tindakan yang akan dilakukan.
3. Siapkan ruangan/kamar.
4. Siapkan alat.
PROSEDUR 5. Cuci tangan.

INTERAKSI :
1. Semua pasien rujukan kasus kebidanan yang dikirim
ke RS Helsa mendaftarkan diri, nama, alamat,
umur dll ke bagian pendaftaran untuk dicatat
identitasnya di kartu CM (Catatan Medis).
4
PELAYANAN PASIEN RUJUKAN IBU HAMIL
RESIKO TINGGI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
094/08-15/
00 2/
SPO/PN/RSH/V/2018
4
Untuk pasien kasus kebidanan yang memerlukan rawat
jalan, maka pasien tersebut dibawa ke ruang poli
kebidanan dan kandungan untuk dilakukan pemeriksasan
oleh dokter spesialis obstetri ginekologi. Di poli
kebidanan dan kandungan pasien dilakukan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan ( misal
laboratorium, USG)
2. Bila membawa hasil dari luar, maka hasil pemeriksaan
tersebut oleh pasien dibawa ke ruang poli kebidanan dan
kandungan dan diserahkan kepada dokter ahli yang
memeriksanya.
3. Pasien diberi obat dan diberi pesan-pesan khusus oleh
dokter ahli (SpOg) untuk kembali periksa ulang sesuai
sarannya, kemudian pasien bisa pulang. Karena hasil
pemeriksaan yang diperlukan tersebut ada kelainan, maka
dokter ahli menyarankan untuk di lakukan rawat inap guna
pemantauan lebih lanjut di ruangan.
4. Pasien yang akan di rawat inap di antar oleh petugas
kebagian admisi untuk melengkapi status/catatan medisnya
kemudian selanjutnya di antar ke ruangan kebidanan dan
kandungan.
5. Setelah diruangan pasien dilakukan pemeriksaan lanjut dan
pemeriksaan penunjang lainnya yang diperlukan.
6. Bila ternyata dokter ahli (SpOg) melakukan sesuatu
tindakan, maka pasien dikirim keruang tindakan (VK).
7. Setelah pasien selesai dilakukan tindakan maka pasien
dikembalikan ke ruangan tempat semula.
4
PELAYANAN PASIEN RUJUKAN IBU HAMIL
RESIKO TINGGI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
094/08-15/
00 3/
SPO/PN/RSH/V/2018
4
8. Pasien menjalani perawatan diruangan dan bila oleh dokter
ahli (SpOg) diperbolehkan pulang maka keluarga
pasien memberesi biaya administrasi selama perawatan ke
kasir
9. Semua sudah beres pasien boleh pulang dengan
diberi penjelasan mengenai kontrol/pemeriksaan
ulangnya (hari, tanggal/waktu dan jam).

Untuk pasien-pasien kasus kebidanan yang gawat /


yang perlu rawat inap langsung ke IGD:
1. D i IGD pasien di periksa oleh dokter jaga IGD
kemudian dikonsultasikan untuk diperiksa di dokter ahli
(SpOg).
2. Pasien setelah diperiksa :
- Perlu rawat
keruangan.
- Perlu tindakan
segera.
- Perlu pemeriksaaan penunjang (lab, USG).
3. Pasien dikirim keruangan untuk pengawasan lanjut.
4. Bila diruangan pasien perlu tindakan, pasien perlu
dikirim ke VK tergantung tindakan yang akan
dilakukan dengan persiapan sebelumnya.
5. Setelah dilakukan tindakan (di VK) maka pasien
diantar keruangan ke tempat semula.
6. Dalam kondisi yang sudah baik dan dokter
menyatakan boleh pulang maka keluarga pasien
memberesi biaya administrasi selama perawatan di RS ke
kasir
10. Bila semua sudah beres, pasien boleh pulang dengan
diberi penjelasan mengenai kontrol/periksa
PELAYANAN PASIEN RUJUKAN IBU HAMIL
RESIKO TINGGI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
094/08-15/
00 4/
SPO/PN/RSH/V/2018
ulangnya (hari, waktu/tanggal dan jam). 4
4
PELAYANAN PASIEN RUJUKAN IBU HAMIL
RESIKO TINGGI

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
094/08-15/
00 5/
SPO/PN/RSH/V/2018
4
TERMINASI :
1. Cuci tangan.

Mencatat tindakan dan hasilnya di Rekam Medis pasien.

Ruang Bersalin
Ruang Rawat Ibu dan Bayi
Poliklinik
UNIT TERKAIT Unit Gawat Darurat/ Ponek 24 jam
Kamar Operasi
Laboratorium
4
PERSIAPAN PELAKSANAAN OPERASI SECTIO
CAESARIA

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
095/08-15/
00 1/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Persiapan pelaksanaan operasi sectio caesaria adalah : persiapan


segala hal yang berhubungan dengan tindakan operasi SC
PENGERTIAN
untuk melahirkan bayi dengan berat badan diatas 500 gram
melalui sayatan pada dinding uterus pasien yang masih utuh
(intact).
1. Terciptanya kinerja efektif dan efisien dalam menyiapkan
operasi sectio caesaria
2. Menghindari terjadinya keluhan dari pasien/keluarga pasien

TUJUAN dekemudian hari


3. Agar operasi dapat berjalan dengan baik dan tidak
menimbulkan penyakit yang membahayakan keselamatan
pasien dan tim operasi

Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


KEBIJAKAN
095/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman PONEK

1. Lakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan dan


sesuaikan dengan indikasi dalam mengahadapi persiapan
operasi SC yaitu :
Darah rutin (HB< leukosit, hematokrit, trombosit)
PROSEDUR BT, CT
Fibrinogen
Protrombin
HbsAg, HbEAg
4
PERSIAPAN PELAKSANAAN OPERASI SECTIO
CAESARIA

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
095/08-15/
00 2/
SPO/PN/RSH/V/2018
2
CTG (Cardio Toco Graphy)
EKG (Electro Cardio Graphy)
USG (Ultra Sono Graphy)

2. Lakukan koreksi dan tindakan untuk menstabilkan kondisi


apabila ditemukan kelainan pada pemeriksaan penunjang
3. Konsulkan ke bidang disiplin ilmu terkait untuk kondisi
pasien yang memerlukan
4. Lakukan tindakan operasi SC setelah kondisi pasien stabil
dengan dengan didukung oleh dokter spesialis anestesi
5. Lakukan tindakan operasi atas kesepakatan tim operasi apabila
terjai kasus yang memerlukan life saving.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Operasi (OK)


PROTOKOL SECTIO CAESARIA
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
096/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Protokol Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan bayi


PENGERTIAN
melalui pensayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact).
1. Terciptanyan kinerja yang efektif, efisien, dan aman dalam

TUJUAN melakukan tindakan Sectio Caesaria.


2. Menghindari terjadinya komplikasi terhadap pasien.

Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


KEBIJAKAN
095/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman PONEK

1. Indikasi seorang pasien untuk dilakukan tindakan Sectio


Caesaria adalah tidak adanya toleransi persalinan per
vaginam baik oleh karena ibu maupun janin

PROSEDUR 2. Teknik Sectio Caesaria dapat dikerjakan sesuai metode


Pfannenstiehl/Soescohen.
3. Selama pelaksanaan Sectio Caesaria prinsip
universal precauntion dan atau antiseptic menjadi acuan utama

UNIT TERKAIT 1. Kamar Operasi dan Ruang Bersalin


4
SECTIO
CAESARIA

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
097/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 1/2

Ditetapkan :
STANDAR
Tanggal terbit Direktur RS Helsa Jatirahayu
PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Mei 2018

Dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Sectio caesaria adalah melahirkan janin, plasenta melalui insisi


pada dinding abdomen dan dinding uterus.
PENGERTIAN
Sectio cesarean transperitoneal profunda adalah section
cesarean dengan sayatan pada pubic hairline dan segmen bawah
uterus. tindakan operatif melahirkan janin secara perabdominal.
Sebagai
TUJUAN

Peraturan Direktur RS Helsa Jatirahayu Nomor


KEBIJAKAN
095/PER/DIR/RSH/V/2018 tentang Pedoman PONEK

Persiapan
1. Informed consent mengenai indikasi, prosedur
singkat, resiko yang mungkin timbul dan komplikasi
2. Pemasangan IV line
3. Pemeriksaan laboratorium darah Hb, Leu, HT,
Trombosit, BT,CT dan GDS
4. Mencukur rambut pubis
PROSEDUR
5. Pemasangan foley catheter dikamar operasi, pada FEB
pemasangan foley catheter di ruang bersalin

Prosedur
1. Pasien berbaring terlentang dengan analgesi spinal
2. Dilakukan asepsis dan antisepsis pada lapangan operasi
dan area steril dipersempit dengan duk steril
4

No. Dokumen
No. Revisi Halaman
097/08-15/
SPO/PN/RSH/V/2018 00 2/2

3. Dilakukan insisi Pfannenstiel yang mengikuti garis Langer


pada kulit sepanjang ±10cm.
4. Insisi dilanjutkan sampai ke lapisan subkutan hingga
fascia. pembuluh darah yang terbuka di ligasi atau di
koagulasi dengan pisau bedah elektrik
5. Dilakukan insisi mediana pada otot rektus abdominis dan
peritoneum yang kemudian disisihkan secara tumpul
kearah lateral
6. Plika vesikouterina disisihkan secara tumpul
kearah samping dan bawah
7. Dilakukan sayatan pada segmen bawah rahim sehingga
tampak selaput ketuban dan dipecahkan
8. Janin dilahirkan dengan meluksir kepalanya. Badan
janin dilahirkan dengan mengaitkan kedua ketiaknya.
9. Tali pusat dijepit dan dipotong, plasenta dilahirkan
secara manual.
10. Dilakukan penjahitan uterus dengan jelujur interlocking
11. Dilakukan penjahitan plika vesico uterine dengan jelujur
12. Perdarahan dirawat
13. Dilakukan penutupan abdomen lapis demi lapis

1. Kamar operasi

UNIT TERKAIT 2. Ruang Bersalin


3. Ruang Perawatan Ibu dan Bayi

Anda mungkin juga menyukai