REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
-TULUNGAGUNG
RSU MUHAMMADIYAH
BANDUNG TANGGAL TERBIT
-TULUNGAGUNG 12 September 2019
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL (SPO) dr. ABU MARDAH
PENGERITAN lambung sekaligus, pasang jalur infus dan beri cairan infus
D10% sesuai dosis rumatan
7. Konseling pada keluarga
Bila resusitasi berhasil : beritahu ibu dan keluarga
tentang keadaan bayi, serta ditundanya untuk
dilakukan IMD dan rawat gabung
Bila resusitasi gagal : beri dukungan emosional pada
keluarga terutama orangtua bayi
UNIT TERKAIT
MANAJEMEN BBLR
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
RSU MUHAMMADIYAH
BANDUNG TANGGAL TERBIT
12 September 2019
-TULUNGAGUNG
STANDARPROSEDUR
dr. ABU MARDAH
OPERASIONAL (SPO)
PENGERITAN Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat kurang dari 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi.
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 24 jam
setelah lahir
Pemeriksaan fisik
Berat lahir kurang dari 2500 gram
Untuk BBLR kurang bulan
Tanda Prematuritas:
Tulang rawan telinga belum terbentuk
Masih terdapat lanugo
Reflek-reflek masih lemah
Alat kelamin pada perempuan lalium mayus belum
menutup labium minus, pada laki-laki belum terjadi
penurunan testis dan kulit testis rata (rugae testis
belum terbentuk)
Untuk BBLR kecil untuk masa kehamilan
Tanda janin tumbuh lambat:
Tidak dijumpai tanda prematuritas
Kulit keriput
Kuku lebih panjang
TUJUAN 1. Mengurangi kematian pada BBLR
2. Mencegah komplikasi atau efek lanjutan pada BBLR
3. Penanganan secara tepat pada BBRL
KEBIJAKAN Penanganan asfiksia neonatorum di RSU Muhammadiyah
Bandung Tulungagung harus sesuai dengan SPO yang telah
ditetapkan.
MANAJEMEN BBLR
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
RSU MUHAMMADIYAH
TANGGAL TERBIT
BANDUNG 12 September 2019
-TULUNGAGUNG
STANDARPROSEDUR
dr. ABU MARDAH
OPERASIONAL (SPO)
PROSEDUR 1. Medikamentosa :
Pemberian vitamin K1 : injeksi 1 mg/IM sekali pemberian
2. Mempertahankan suhu ketat
Keringkan badan bayi segera setelah lahir
Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang
kering dan hangat
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan
mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit
dengan kulit, KMC, Infant warmer, incubator atau
ruangan hangat ( sesuai tabel 1 yang terlampir)
Table 1. Cara menghangatkan bayi
MANAJEMEN BBLR
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
RSU MUHAMMADIYAH
TANGGAL TERBIT
BANDUNG 12 September 2019
-TULUNGAGUNG
STANDARPROSEDUR
dr. ABU MARDAH
OPERASIONAL (SPO)
STANDARPROSEDUR
dr. ABU MARDAH
OPERASIONAL (SPO)
Bayi Bayi
Keadaan Bayi Bayi
sangat keadaa
bayi sakit kecil
kecil n baik
MANAJEMEN BBLR
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
RSU MUHAMMADIYAH TANGGAL TERBIT
12 September 2019
BANDUNG
-TULUNGAGUNG
SEPSIS NEONATORUM
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
RSU MUHAMMADIYAH
BANDUNG TANGGAL TERBIT
-TULUNGAGUNG 12 September 2019
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL (SPO) dr. ABU MARDAH
RSU MUHAMMADIYAH
BANDUNG TANGGAL TERBIT
-TULUNGAGUNG 12 September 2019
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL (SPO) dr. ABU MARDAH
RSU MUHAMMADIYAH
BANDUNG TANGGAL TERBIT
-TULUNGAGUNG 12 September 2019
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL (SPO) dr. ABU MARDAH
UNIT TERKAIT
ANEMIA
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
-TULUNGAGUNG
STANDARPROSEDUR
dr. ABU MARDAH
OPERASIONAL (SPO)
-TULUNGAGUNG
STANDARPROSEDUR
dr. ABU MARDAH
OPERASIONAL (SPO)
berikan cairan sesuai kebutuhan harian.
Pucat dengan riwayat pendarahan atau tanpa pendarahan.
1. Bila ada pucat disertai gejala syok (pucat, akral teraba
dingin, denyut jantung lebih dari 180 x/menit, kesadaran
menurun) naikkan tetesan infuse menjadi 20 ml/kg dalam 1
jam.
2. Apabila belum terpasang infus, segera lakukan infuse
dengan dosis 20 ml/kg dalam 1 jam.
3. Bila haemoglobin kurang dari 12g/dl atau hematokrit
kurang dari 26% beri transfusi darah.
UNIT TERKAIT
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
PENGERITAN Infeksi tali pusat adalah infeksi pada tali pusat atau jaringan
kulit di sekitar tali pusat
TUJUAN Menangani bayi dengan infeksi tali pusat
KEBIJAKAN Penanganan infeksi tali pusat di RSU Muhammadiyah
Bandung Tulungagung harus sesuai dengan SPO yang telah
ditetapkan.
PROSEDUR Infeksi Tali Pusat Lokal Atau Terbatas
1. Bersihkan tali pusat menggunakan larutan anti septik
(iodium povidon 2,5%) dengan kain kasa yang bersih.
2. Olesi tali pusat dan daerah sekitarnya dengan larutan
antiseptik (iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari
sampai tidak nanah lagi pada tali pusat.
3. Anjurkan ibu melakukan ini kapan saja bila
memungkinkan.
Infeksi Tali Pusat Berat Atau Meluas
1. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk
pemeriksaan kultur dan sensitivitas.
2. Berikan kloksasilin peroral sesuai selama 5 hari
3. Cari tanda-tanda sepsis. Bila ada, tangani pasien sesuai
Protop Sepsi Neonatorum.
4. Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi
tali pusat local atau terbatas.
UNIT TERKAIT
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
UNIT TERKAIT
PERDARAHAN PADA NEONATUS
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
-TULUNGAGUNG
PENGERITAN Bayi dengan kondisi perdarahan atau dengan tanda pucat yang
terjadi baik saat lahir atau sesudahnya, dengan atau tanpa
gejala perdarahan internal atau eksternal.
TUJUAN Mengatasi keadaan yang ditimbulkan akibat perdarahan.
KEBIJAKAN Penanganan perdarahan pada neonatus yang muntah dan /
distensi abdomen di RSU Muhammadiyah Bandung
Tulungagung harus sesuai dengan SPO yang telah ditetapkan.
PROSEDUR Manajemen Umum
Perdarahan yang tampak atau riwayat perdarahan
1. Hentikan perdarahan
2. Beri vitamin K1 1 mg IM sekali, tanpa memandang apakah
bayi telah diberi pada saat lahir.
3. Bila ada tanda syok beri infus NaCl 0,9% dan Ringer laktat
dengan dosis 10 mL/kgbb selama 10 menit dan dapat
diulangi setelah 20 menit bila tanda syok masih berlanjut,
beri transfusi darah segera menggunakan darah golongan
O rhesus negatif.
4. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan hemoglobin dan
hematokrit serta
5. Bila syok belum teratasi, beri oksigen dan infus Ringer
Laktat atau NaCl 0,9% dengan tetesan 10 ml/kg dalam 10
menit, bila tidak ada perbaikan dapat diulang sekali lagi.
Pucat dengan riwayat perdarahan atau tanpa perdarahan
1. Bila ada pucat disertai syok, naikkan tetesan infus menjadi
20 ml/kgbb dalam 1 jam.
2. Periksa tanda sepsis. Bila ada tanda sepsis, berikan
PERDARAHAN PADA NEONATUS
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
sekali sehari.
2. Bila hemoglobin < 10 g/dL beri transfusi darah.
Kehilangan darah akibat masalah obstetrik
1. Ambil sampel darah setiap hari dan periksa kadar Hb
sekali sehari.
2. Bila hemoglobin < 10 g/dL beri transfusi darah.
3. Bila hemoglobin antara 10-13 g/dL : beri transfusi darah
bila ada tanda syok, dan bila tidak ada tanda syok ulangi
pemeriksaan hemoglobin setiap tiga hari dan beri transfusi
darah bila kapan saja hemoglobin < 10 g/dL.
POTENSIAL TERINFEKSI
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
-TULUNGAGUNG
PENGERITAN Bayi baru lahir dari ibu yang mengalami infeksi intrauterin,
demam yang dicurigai infeksi berat selama proses persalinan
atau ketuban pecah lebih 18 jam sebelum persalinan (KPD)
TUJUAN Melakukan tindakan pencegahan sepsis pada bayi yang
tampak sehat pada saat lahir
KEBIJAKAN Penanganan Potensial Terinfeksi di RSU Muhammadiyah
Bandung Tulungagung harus sesuai dengan SPO yang telah
ditetapkan.
PROSEDUR 1. UMUM
- Bila bayi berumur lebih 3 hari (tanpa melihat umur
kehamilan), tidak perlu penanganan.
- Beritahu ibu tentang tanda tanda sepsis dan nasehati ibu
untuk membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis
muncul
- Bila bayi berumur 3 hari atau kurang, amati bayi untuk
gejala/tanda sepsis.
- Bila ada gejala/tanda sepsis, ambil sampel darah bayi,
dan kirim ke Laboratorium untuk pemeriksaan kultur
dan tes sensitivitas.
- Kelola bayi sesuai Protap Sepsis.
2. Bayi dengan umur kehamilan 35 minggu atau lebih, atau
berat lahir 2000 gram atau lebih.
a. Infeksi intrauterin, atau ibu demam, dengan/tanpa KPD
Ambil sampel darah, beri antibiotika seperti pemberian
untuk kemungkinan besar sepsis
POTENSIAL TERINFEKSI
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
UNIT TERKAIT
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
PENGERITAN Apnea adalah henti napas selama 20 detik atau lebih, atau sebagai
satu episode singkat dengan disertai bradikarida (denyut jantung <
80 kali/menit), sianosis sentral atau pucat.
TUJUAN 1. Memberikan bantuan napas dna rangsang taktil setiap neonatus
yang mengalami apnea.
2. Memberikan pengobatan untuk merangsang pusat napas.
KEBIJAKAN Penanganan Bayi denga ibu diabetes melitus di RSU
Muhammadiyah Bandung Tulungagung harus sesuai dengan
SPO yang telah ditetapkan.
PROSEDUR 1. Rangsang taktil
2. Jika tidak ada respon, lakukan VTP dengan oksigen 40%
3. Bila gagal gunakan CPAP
4. Jaga saluran napas bagian atas
5. Pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab apnu
6. Terapi tergantung penyebab apnu
7. Terapi untuk kelahiran kurang bulan berikan :
- Aminofillin 6 mg/kgBB selanjutnya 2 mg/kg/8 jam
8. Apnu berulang bayi dipuasakan
9. Bila gagal rujuk bayi ke NICU ( bila fasilitas tersedia)
9. Pantau ketat vital sign minimal umur 1 minggu atau 5 hari setelah
serangan apnu berakhir
UNIT TERKAIT
FOTO TERAPI
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
arah bayi
Cara melakukan fototerapi
1. Letakkan bayi di bawah lampu terapi sinar
a) Bila berat badan bayi 2000 gram atau lebih, letakkan
bayi dalam keadaan telanjang di boks bayi. Letakkan
bayi yang lebih kecil di inkubator.
b) Tutup mata bayi dengan penutup, pastikan penutup
mata idak menutupi lubang hidung. Jangan gunakan
plester untuk fiksasi penutup
2. Letakkan bayi sedekat mungkin dengan lampu sesuai
dengan petunjuk atau manual dan pabrik pembuat unit
3. Diusahakan permukaan tubuh seluas-luasnya terpapar
sinar.
4. Ubah posisi bayi tiap 3 jam
5. Pastikan bayi diberi minum :
a) Anjurkan ibu untuk memberi minum setiap diperlukan,
paling tidak setiap 3 jam.
b) Pindahkan bayi dari unit fototerapi selama diberi
minum dan lepaskan penutup mata
c) Tidak diperlukan untuk menambah atau mengganti ASI
dengan air, dekstrosa atau PASI
d). Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras
dengan menggunakan salah satu cara alternatip
pemberian minum. Naikkan volume pemberian ASI
peras dalam sehari (10-15% dari kebutuhan rumatan
sehari, mungkin sampai 25%) atau dengan menambah
25 ml/kg susu selama bayi di bawah lampu terapi sinar.
Jika masukan cairan tidak mencukupi, diberikan cairan
per infus.
FOTO TERAPI
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
PENGERITAN Membuat lubang pada telinga pada bagian bawah telinga baik
kiri ataupun kanan yang bertujuan untuk kecantikan
TUJUAN sebagai acuan dalam melakukan tindik pada bayi
KEBIJAKAN Pemberian tindik pada bayi di RSU Muhammadiyah
Bandung Tulungagung harus sesuai dengan SPO yang telah
ditetapkan.
PROSEDUR 1. Persiapan alat
Handscond
Kapas alkohol 70% ( alkohol swab )
Betadine
Needle no 20
Kasa steril secukupnya.
2. Persiapan Pasien
Bayi datang dalam keadaan sehat.
Anting / giwang
3. cara kerja :
Petugas mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri serta menjelaskan
tindakan
Petugas mencuci tangan dan memakai sarung
tangan.
Mengucapkan basmalah
bayi ditempatkan pada posisi yang nyaman dan
digedong
Petugas menentukan daerah yang akan
dilakukan tindik ( pada daun telinga yang tidak
TINDIK PADA BAYI
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
1. Kondisi bayi
- Semua bayi
- Kecuali bayi beresiko dan mempunyai
kelainan yang tidak memungkinkan untuk
menyusu pada ibu.
2. Ibu
Dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
3. Ruang rawat gabung
Untuk bayi
1. Bayi ditempatkan dalam box tersendiri
dengan tempat tidur ibu.
RAWAT GABUNG ( IBU DAN BAYI )
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
-TULUNGAGUNG
Pencegahan hipotermi.
-TULUNGAGUNG
Perawatan payudara.
-TULUNGAGUNG
STANDARPROSEDUR
dr. ABU MARDAH
OPERASIONAL (SPO)
Suction
Mucus extraxtor
2. Persiapan Klien :
3. Pelaksanaan :
Mencuci tangan
STANDARPROSEDUR
dr. ABU MARDAH
OPERASIONAL (SPO)
Membereskan alat – alat
UNIT TERKAIT Kamar operasi
Unit kebidanan
Unit Perinatologi
PENGGUNAAN INFANT RADIANT WAMER HKN 90
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
-TULUNGAGUNG
2. Pelaksanaan :
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
Catatan :
PENGGUNAAN INFANT RADIANT WAMER HKN 90
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
-TULUNGAGUNG
PENGERITAN Catatan :
Kamar Operasi
Ponek
PEMELIHARAAN DAN PEMAKAIAN SYRIGE PUMP
TERUMO TE-331 S
NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN
04/PRW/IX/2019 0 1/1
DitetapkanOleh,
Direktur,
RSU MUHAMMADIYAH
BANDUNG TANGGAL TERBIT
-TULUNGAGUNG 12 September 2019
STANDARPROSEDUR
OPERASIONAL (SPO) dr. ABU MARDAH
Syringe Pump
Injectomat line
Tri way
2. Pesiapan Pasien
3. Cara Kerja
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
-TULUNGAGUNG
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
h. Persiapan petugas
- Petugas cuci tangan, lalu memakai APD
- Setiap persalinan hendaknya dihadiri 1 orang yang terlatih resusitasi
dan 1 orang asisten
- Untuk persalinan gemeli dihadiri 2 tim terlatih, 1 tim terdiri dari 2 orang
2. Penatalaksanaan
a. Penilaian awal
- Menanyakan riwayat perinatal yang relevan : umur gestasi, cairan
ketuban, jumlah bayi, faktor resiko lain
- Memeriksa kelengkapan peralatanr
- Mendiskusikan rencan dan membagi peran anggota tim
- Bayi lahir lakukan penilaian awal. Cukup bulan?, bernapas atau
menangis?, tonus baik? Bila jawaban ketiganya “YA” maka lakukan
perawatan rutin yaitu berikan kehangatan, bersihkan jalan napas bila
perlu, keringkan badan bayi, rawat gabung bersama ibunya, sambil terus
di evaluasi. Bila jawaban salah satunya adalah “TIDAK” , lanjutkan
kelangkah awal
b. Langkah awal ( blok A/ airway) untuk membebaskan jalan napas dan
memulai resusitasi
- Hangatkan bayi dengan menyelimutinya dengan handuk dan
menempatkannya dibawah pemancar panas dimeja resusitasi
- Posisikan kepala bayi untuk membuka jalan napas. Bebaskan jalan
napas bila diperlukan bila ada mekonium denga penghisapan trachea
- Keringkan badan bayi dengan handuk atau selimut yang telah
dihangatkan
- Singkirkan kain basah
- Rangsang bayi dengan menggosok punggung bayi atau menepuk
punggung bayi
- Lakukan selama 30 detik
- Evaluasi pernapasan dan frekuensi jantung
• Bila bayi tidak bernapas ( apnu atau megap – megap ) atau frekuensi
jantung dibawah 100 dpm beranjak ke blok B (sisi kiri pada diagram)
• Bila bayi bernapas tetapi mengalami kesulitan atau tampak sianotik
terus – menerus beranjak ke blok B ( sisi kanan )
c. Blok B ( Breathing )
- Panggil bantuan orang kedua yang bertugas memasang oksimeter
nadi, mengawasi frekuensi jantung dan suara napas dengan
stetoskop
- Pilih sungkup sesuai ukuran
- Pastikan jalan napas bersih, hisap mulut dan hidung untuk
memastikan tidak ada sumbatan
- Posisikan kepala bayi sedikit tengadah atau posisi menghidu
- Posisikan diri penolong ditepi tempat tidur
- Lakukan VTP dengan balon mengembang sendiri dan sungkup,
- Mulai memompa dengan tekanan inspirasi dimulai dari 20 cmH2O,
dengan frekuensi 40 sampai 60 napas permenit. Dengan irama :
Napas .................. dua................tiga
( remas ) ( lepas.................). Ucapkan yang keras
- Menilai kenaikkan frekuensi jantung dan saturasi oksigen setelah 5-10
kali tarikan napas pertama
- Menilai gerakan dada dan suara napas bilateral
RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
- Bila FJ dibawah 100 dpm lakukan langkah koreksi SR IBTA yaitu
Sungkup melekat rapat Reposisi jalan napas Isap mulut dan hidung Buka
mulut Tekanan dinaikkan Alternatif jalan napas
- Meminta menilai suara napas bilateral dan gerakan dada
- Melakukan VTP efektif selama 30 detik
- Evaluasi frekuensi jantung, pernapasan dan saturasi oksigen
- Pertimbangkan untuk memasan pipa orogastrik jika ventilasi dilanjutkan.
- Bila frekuensi jantung tetap dibawah 60 dpm, beranjak ke Blok C
d. Blok C ( Circulation )
Kompresi dada
- Bila FJ < 60 dpm lakukan kompresi dada berkoordinasi dengan VTP
- Memanggil bantuan
- Lakukan dengan menggunakan tehnik 2 ibu jari ( lebih dipilih ) atau
dua jari dengan menekan sepertiga bawah sternum
- Kedalaman ±1/3 diameter antero posterior dada
- Frekuensi 30 ventilasi ditambah 90 kompresi dada ( 1:3 )
- Hitungan satu...dua...tiga...pompa...............dst
Intubasi Endotracheal
- Dilakukan oleh petugas yang berkompeten yaitu
spesialis anak terlatih, dokter anestesi atau perawat
anestesi, ataupun dokter umum yang terlatih.
- Indikasi : bila ada mekonium lakukan inubasi lebih awal,
bila VTP tidak menghasilkan perbaikkan klinis, bila ada
- indikasi khusus seperti bayi sangat prematur, pemberian
surfaktan, dicurigai hernia diafragmatika
- Letakkan bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi
- Stabilkan kepala bayi dengan tangan kanan. Oksigen
aliran bebas harus diberikan selama prosedur.
- Masukkan daun laringoskop di atas sebelah kanan
lidah, tekan lidah ke sisi kiri mulut, teurs masukkan lagi
daun laringoskop sampaiujungnya di valekula, tepat di
bawah lidah.
- Angkat daun sedikit, mengangkat lidah sehingga tidak menghalangi
pandangan untuk memvisualisasikan daerah faring. Pada waktu
mengangkat daun, naikkan seluruh daun dengan menekan ke atas
searah dengan pegangan laringoskop.
- Visualisasikan glottis dengan memberikan tekanan ke bawah pada
krikoid
- Masukkan pipa endoktrakheal dengan ukuran yang sesuai
menggunakan tangan kanan lewat sisi kanan mulut.
- Fiksasi pipa ET dengan tangan kanan, dan keluarkan laringoskop
dengan tangan kiri.
- Lakukan prosedur tersebut dalam 20 detik saja, bila dalam 20 detik
pipa endoktrakheal belum berhasil dimasukkan, lakukan vetilasi
dengan balon dan sungkup sampai keadaan bayi stabil dan
lanjutkan memasang pipa ET kembali
Evaluasi
- Setelah minimal 45-60 detik kompresi dada, evaluasi frekuensi
jantung, pernapasan dan saturasi oksigen
- Bila frekuensi jantung <60 dpm, apnu pertimbangkan untuk
melangkah ke blok D
RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
e. Blok D ( Drug )
Indikasi :
- Denyut jantung tetap < 60 kali/menit setelah dilakukan VTP selama
30 detik dilanjutkan kompresi dada bersama VTP selama 30 detik.
Cara pemberian
1. Dapat diberikan melalui pipa ET dan vena umbilikalis
2. Melalui pipa ET, suntikkan epinefrin langsung melalui pipa ET,
kemudian didorong ke paru-paru dengan melakukan VTP.untuk
dosis 0,5 – 1 mL/kg
3. Melalui v. umbilikalis:
o Pasang tali umbilical secara longgar di sekitar dasar tali pusat.
o Isi kateter 3,5F/5F dengan salin normal
o Potong tali pusat secara steril dengan skalpel di bawah klem 1- 2
cm di atas garis kulit
o Masukkan kateter ke v. umbilikalis dengan arah ke atas menuju
ke jantung, sedalam 2-4 cm sampai darah mengalir.
o Suntikkan epinefrin sesuai dosis (0,1 – 0,3 ml/kg BB larutan
1:10.000, kemudian diikuti injeksi salin normal 0,5-1 ml
o Bila dalam 30 detik denyut jantung tidak meningkat > 60
kali/menit, ulangi pemberian setiap 3 sampai 5 menit
o Bila bayi tampak lemah dan ada bukti ada perdarahan, pikirkan
kemungkinan hipovolemia dan asidosis metabolik
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR TETAP
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS
Sepsis adalah sindroma klinin dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu
Pengertian
bulan pertama kehidupan.
- Pengelolaan terapi sepsis yang tepat
Tujuan - Mengurangi morbiditas dan mortalitas
- Mencegah resistensi
- Untuk menyeragamkan pemberian terapi pada bayi
Kebijakan
- Seluruh dokter spesialis anak
Prosedur Antibiotik harus diberikan pada kondisi sebagai berikut:
1. Jika terdapat 1 dari faktor risiko mayor (ketuban pecah ≥24 jam, ibu
demam saat intrapartum, korioamnionitis, ketuban berbau)
2. Jika terdapat adanya gejala respiratory distress pada neonatus berupa
sesak, napas cuping hidung dan retraksi dada.
3. Jika terdapat kecurigaan sepsis secara klinis berupa:
a. Grunting/merintih
b. Fontanel menonjol
c. Kejang
d. Terdapat pus dari lubang-lubang tubuh
e. Kemerahan pada umbilikal yang melebar ke kulit
f. Suhu > 37,7oC atau < 35,5oC
g. Letargi/kesadaran menurun
h. Aktivitas menurun
i. Tidak bisa minum
j. Tidak bisa menetek
k. Tidak bisa menghisap
4. Jika terdapat kadar CRP ≥10( bila fasilitas tersedia ) dan atau lekosit
≥30.000/L atau leukositopenia.
5. Jika terdapat hasil kultur yang positif ( bila fasilitas tersedia ).
Antibiotik dihentikan apabila:
1. Bayi dengan 1 faktor risiko mayor dan klinis baik, antibiotik dapat
dihentikan apabila pemeriksaan CRP ulang pada usia 48-72 jam
didapatkan hasil ≤ 10 dan atau hasil kultur steril. Nilai leukosit mendekati
normal.
2. Bayi dengan sepsis (klinis dan atau kultur positif) yang telah mendapatkan
antibiotik selama minimal 7 hari untuk infeksi bakteri Gram positif dan
minimal 14 hari untuk infeksi bakteri Gram negatif; jika klinis baik dan hasil
CRP terakhir ≤ 10.
Jenis antibiotik :
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
Table 2. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1750 – 2500g
Umur ( hari )
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV ( tetes
5 4 3 2 1 0 0
mikro/menit )
Jumlah ASI tiap 3 jam
0 6 14 22 30 35 38
( ml/kali )
Cara pemberian minum dengan ASI peras melalui pipa lambung.
Apabila bayi sudah stabil dan reflek hisap sudah kuat maka bayi bisa
langsung menyusu.
Table 6. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1250 – 1499g.
Umur ( hari )
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV ( tetes
3 3 3 2 2 0 0
mikro/menit )
Jumlah ASI tiap 3 jam
0 6 9 16 20 28 30
( ml/kali )
Cara pemberian minum : ASI peras dengan pipa lambung sampai
kondisi stabil minum membaik dilanjut dengan cangkir atau sendok,
atau menyusu langsung.
Table 7. Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat <1250g
Umur ( hari )
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV ( tetes 4 4 3 3 2 2 0
mikro/menit )
Jumlah ASI tiap 3 jam
0 0 3 5 8 11 15
( ml/kali )
Cara pemberian minum : tidak tergantung kondisi beri ASI peras
dengan pipa lambung mulai hari ketiga
MEMERAS ASI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
- Bersama – sama membaca hamdalah
- Beri nama, tanggal dan jam pada botol ASI untuk mengetahui masa
basinya
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
5. Prosedur penyiapan
- ASI yang dikeluarkan dari freezer atau lemari pendingin, bila tidak beku
tuang dalam wadah secukupnya
- Lalu bersama wadah tersebut rendam dalam Waskom air hangat
- Berikan pada bayi sesuai kebutuhan dan kondisi bayi, serta
menggunakan alternative cara pemberian minum
- Bila sisa ASI harus dibuang
- Bersihkan peralatan
- Melepas APD
- Cuci tangan
- Membaca hamdalah
- Tulis pada lembar status rekam medis bayi
Unit terkait R. PERINATOLOGI
RSU’Aisyiyah
Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
RS
U’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Bayi tidak dapat BAB dalam 24 jam.
- Selesai memberikan minum tulis pada status bayi jumlah susu yang
masuk atau yang sudah dihabiskan oleh bayi.
- Untuk pemberian disesuaikan dengan lembar pemberian minum pada
bayi
Unit terkait R. PERINATOLOGI
TERAPI OKSIGEN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
PROSEDUR TETAP Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
Yang tetap
Cukup bulan? bersama ibu
Perawatan rutin :
Lahir Bernapas atau menangis?
I Tonus baik? Berikan kehangatan
I Bersihkan jalan napas
Keringkan
I
Tidak Evaluasi
I
I
Hangatkan, bersihkan jalan napas bila
I perlu,keringkan, rangsang Tidak
I
I Tidak
Fj dibawah 100 dpm, Sulit bernapas atau
30 detik megap-megap, atau apnu sianosis menetap?
I
I Ya Ya
I
VTP, monitor Spo Bersihkan jalan napas monitor Spo2
I
Tidak
Fj di bawah 100dpm?
Ya
Tidak
Fj di bawah 60dpm?
Ya Target Spo2
Pertimbangkan intubasi kompresi 1 menit 60%-65%
dada kordinasikan dengan VTP
2 menit 65%-70%
3 menit 70%-75%
Epinefrin IV
Pertimbangkan
Hipovolemia
pneumotoraks sumber : AHA, 2012
IKTERUS NEONATORUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Prosedur Tetap Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
d. Amati ada tidaknya air dalam selang sirkuit
e. Amati apakah ujung selang pada botol outlet berada pada ketinggian 5
cm dan batas atas air pada 0 cm
f. Amati apakah botol outlet mengeluarkan gelembung-gelembung
g. Amati apakah bayi kembung
h. Lakukan penghisapan lendir pada hidung bayi setiap 2 – 4 jam sekali
9. Prosedur penyapihan CPAP
a. Setelah pemasangan CPAP, bayi harus dapat bernafas dengan mudah
disertai penurunan kecepatan respirasi dan berkurangnya retraksi
b. FiO2 harus diturunkan secara bertahap dengan penurunan 2-5%
secara bertahap dipandu oleh pembacaan pulse-oximeter atau hasil
pemeriksaan gas darah
c. Jika bayi bernafas nyaman dengan CPAP pada FiO2 21%, bayi harus
dicoba untuk lepas dari CPAP
d. Bayi harus dinilai selama percobaan tersebut untuk munculnya tanda-
tanda takipnea, retraksi, turunnya saturasi oksigen atau apnea. Jika
tanda-tanda ini teramati maka percobaan dianggap
10.Kriteria kegagalan CPAP
BBL dengan CPAP nasal H2O 5 cm akan memerlukan ventilasi mekanik
jika salah satu di bawah ini terjadi:
FiO2 pada CPAP > 60%
PaCO2 >65 mm Hg
Asidosis metabolic yang terus bertahan dengan defisit basa
≥ -10
Retraksi yang jelas teramati ketika sedang diterapi CPAP
Sering terjadi episode apnea dan/atau bradikardia
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
Dr. Hj. Rini Krisnawati, MARS
0
Pengertian Hipertermia adalah suhu tubuh lebih dari 37,5 C
Tujuan a.Mencegah dan mengatasi hipertermia pada neonatus
b.Menstabilkan termoregulasi pada bayi
Kebijakan Hipertermia pada neonatus ditangani dengan cara ilmu kedokteran mutakhir dan
berbasis bukti
Prosedur Bila suhu diduga karena paparan panas yang berlebihan:
1. Bila bayi tidak pernah diletakkan di dalam alat penghangat:
Letakkan bayi di dalam suhu lingkungan yang normal (25-28 0C)
Lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perlu
Periksa suhu aksiler setiap jam sampai dicapai suhu dalam batas normal
Bila suhu sangat tinggi (> 39 0C), bayi di kompres atau dimandikan selama
10 sampai 15 menit dalam air yang suhunya 4 0C lebih rendah dari suhu
tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang suhunya lebih
rendah dari 40C dibawah suhu bayi.
2. Bila bayi pernah diletakkan di bawah pemancar panas atau inkubator;
Kurangi pengatur suhu alat penghangat. Bila bayi di dalam inkubator,
buka inkubator sampai suhu dalam batas normal;
3. Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit kemudian beri
pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan
4. Periksa suhu bayi setiap jam sampai suhu dalam batas normal
5. Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan
pengatur suhu
Bila bukan karena paparan panas yang berlebihan:
1. Terapi untuk Kemungkinan besar Sepsis;
2. Letakkan bayi di lingkungan suhu normal (25 – 280C);
3. Lepas pakaian bayi sebagian atau selutuhnya bila perlu;
4. Periksa suhu bayi setiap jam sampai dicapai suhu tubuh dalam batas normal.
5. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 0C), bayi di kompres atau dimandikan
selama 10-15 menit dalam air yang suhunya 40C lebih rendah dari suhu
tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang suhunya lebih
rendah dari 4oC dibawah suhu bayi.
Manajemen lanjutan suhu lebih dari 37,5 oC
1. Yakinkan Bayi mendapat cukup cairan atau minuman:
Anjur ibu untuk menyusi bayinya. Bila bayi tidak dapat disusui, beri ASI
peras dan gunakan cara alternatif pemberian minum.
Bila terdapat tanda dehidrasi (mata atau ubun ubun besar cekung,
elastisitas kulit berkurang, lidah dan membrane mukosa kering), tangani
untuk dehidrasi
1. Periksa kadar glokuso darah, bila < 45 mg/dl (2.6 mmol/l), tangani untuk
hipoglikemia
PENANGANAN HIPERTERMIA PADA NEONATUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
3. Cari tanda sepsis sekarang dan ulangi lagi bila suhu telah mencapai batas
normal.
4. Setelah suhu bayi normal:
Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam.
5. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta
tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit, bayi
dapat dipulangkan. Nasehati ibu cara menghangatkan bayi di rumah dan
melindungi dari pemanasan yang berlebihan.
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
3. Periksa kadar glukosa darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian
minum berikutnya :
a. Jika kadar glukosa darah kurang 25 mg/dl, atau terdapat tanda
hipoglikemia, tangani seperti tersebut di atas
b. Jika kadar glukosa darah masih antara 25 – 45 mg/dl, naikkan frekuensi
pemberian minum ASI atau naikkan volume pemberian minum dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
c. Jika kadar glukosa darah 45 mg/dl atau lebih, lihat tentang frekuensi
pemeriksaan kadar glukosa darah di bawah ini
Frekuensi pemeriksaan glukosa darah setelah glukosa darah kembali normal
Jika bayi mendapatkan cairan IV, dengan alasan apapun, lanjutkan
pemeriksaan kadar glukosa darah setiap 12 jam selama bayi masih
memerlukan infus. Jika kapan saja kadar glukosa darah turun, tangani
seperti tersebut di atas.
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV, periksa kadar glukosa
darah setiap 12 jam selama dua kali pemeriksaan
Jika kapan saja kadar glukosa darah turun, tangani seperti tersebut di atas
Jika kadar glukosa darah tetap normal selama waktu tersebut, maka
pengukuran dihentikan
Unit terkait SMF Ilmu Kesehatan Anak
Instalasi Maternal-Perinatal
RSU’Ai
syiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur
Prosedur Tetap
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
Prosedur Tetap Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur
RSU’Aisyiyah Ponorogo
Jl. Dr Sutomo 18-24
- Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah < 45
mg/dl, tangani untuk hipoglikemia.
- Nilai bayi untuk tanda kegawatan (misalnya gangguan
napas, kejang atau tidak sadar) setiap jam dan nilai juga
kesiapan untuk minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh
kembali ke batas normal.
- Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai standar
pelayanan untuk penanganan Sepsis.
- Anjurkan menyusu secara setelah bayi siap.
- Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatip cara pemberian minum.
- Bila refleksi menelan bayi tidak baik, pasang pipa lambung
dan beri ASI peras begitu suhu bayi mencapai 35oC.
o Periksa suhu bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5oC/jam,
berarti upaya menghangatkan berhasil kemudian lanjutkan dengan
memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
o Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu
ruang setiap jam.
o Setelah suhu tubuh bayi normal:
- Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
- Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya tiap 3
jam.
o Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila
suhu bayi tetap dalam bayas normal dan bayi minum dengan baik
dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di Rumah
Sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu bagaimana cara
menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.
3. Penanganan hipotermia sedang (suhu tubuh 32-35oC)
o Ganti pakaian yang dingin dan basah, dengan pakaian yang hangat,
memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.
o Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan
melakukan kontak kulit dengan kulit (perawatan bayi lekat).
o Bila ada ada :
- Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar
panas. Gunakan inkubator dan ruangan hangat bila perlu.
- Periksa suhu alat penghangat dan ruangan hangat, beri ASI
peras dengan menggunakan salah satu alternatip cara
pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu.