A. Pendahuluan
Pada tahun 2009, sutradara Joko Anwar membuat sebuah film yang ber-genre
psikologi thriller. Saat itu film yang cukup mendapat sambutan oleh masyarakat
Indonesia ini dibintangi oleh jajaran aktor ternama, antara lain Fahri Albar,
Marsha Timothy, dan Tio Pakusodewo. Film ini berjudul Pintu Terlarang. Seakan
keluar dari tren perfilman Indonesia yang saat itu didominasi oleh nuansa roman
picisan dan horror, Joko Anwar menawarkan sebuah produk film yang
mengharuskan penonton untuk jeli dalam melihat dan merangkai setiap tanda-
tanda yang dimunculkan di dalamnya. Pintu Terlarang sebagai sebuah film
menjadi menarik untuk dibedah melalui ilmu semiotik, sehingga kita dapat
membaca tanda-tanda yang ditawarkan untuk menggali film ini lebih dalam lagi.
B. Rumusan Masalah
Pada Pintu Terlarang, alur cerita berfokus kepada tokoh utama Gambir yang
diperankan oleh Fahri Albar. Diceritakan bahwa “Gambir” merupakan seorang
seniman yang sukses dalam berkarya. Karya-karya yang dia buat memiliki konsep
maternity yang dipahat dalam bentuk-bentuk yang dinamis. Hasil karyanya sangat
dihargai oleh para kolektor seni. Dan dengan dukungan istrinya yang cantik serta
sosok ibunya yang selalu setia menemani, “Gambir” merupakan penggambaran
sosok lelaki sukses yang berada di tengah lingkungan ideal. Analisis yang kami
buat saat ini akan mengkaji tokoh Gambir sebagai tokoh sentral dalam film ini,
melalui karya-karyanya dan konflik-konflik yang dimunculkan ke dalam film,
kami menggunakan ilmu semiotik untuk membedah setiap tanda-tanda yang ada
di film ini.
C. Analisa Semiotik terhadap tokoh Gambir dan ibunya dalam Pintu
Terlarang
Film dibuka dengan adegan di sebuah pameran seni rupa, tempat Gambir
menampilkan karya-karyanya yang terbaru. Karya Gambir yang mengusung
konsep maternity ini mendapat sambutan hangat dari para kolektor seni, sampai
mereka mau membeli dengan harga yang mahal. Gambir ditampilkan sebagai
seorang sosok seniman yang sedang naik daun dan dikelilingi oleh sosok-sosok
yang mencintai dia. Kekasihnya yang bernama Taldya, ibu Gambir, serta kedua
teman laki-lakinya yang selalu memberi dukungan kepada Gambir.
Struktur ialah suatu bangun abstrak yang memiliki unsur-unsur yang saling
berhubungan
Menurut Roland Barthes lewat teori Semiotika Struktural, bahwa suatu teks memiliki
unsur-unsur, dan semiotika berfungsi untuk membaca teks tersebut, melalui
pemahaman dari struktur teks tersebut. Jadi untuk melihat lebih dalam mengenai
suatu teks, kita harus mencoba untuk menghubungkan setiap unsur-unsur di
dalamnya, guna melihat struktur besarnya secara keseluruhan.
Gambir yang dipenuhi amarah saat itu memutuskan untuk balas dendam
kepada ibunya istrinya, dan teman-temannya. Gambir membunuh mereka semua di
perayaan malam natal.
Lalu yang terjadi berikutnya adalah adegan Gambir yang berada di dalam sel.
Bukan sel penjara melainkan sel fasilitas rumah sakit jiwa. Ternyata apa yang terjadi
sepanjang film ini adalah imajinasi buah pemikiran Gambir. Gambir yang telah lama
mendekam di dalam sel, dimasukan ke dalam fasilitas tersebut karena membunuh
kedua orang tuanya saat berusia 8 tahun. Saat itu Gambir menerima kekerasan fisik
yang begitu dahsyat dari kedua orangtuanya sampai dia memutuskan untuk
mengakhiri kedua orangtuanya selamanya.
Ada beberapa detail-detail kecil yang terus berulang, seakan menjadi tanda-
tanda penting bagi alur film ini. Seperti saat Gambir memasuki gedung tempat dia
menonton tayangan-tayangan aneh, gedung itu terletak di jalan modus anomali. Suatu
nama jalan fiktif yang menandakan suatu keanehan terjadi di dalamnya, atau dalam
hal ini di dalam pikiran Gambir itu sendiri. Lalu ketika dia menemukan pintu merah
di dalam rumahnya, pintu itu terkunci dan dilarang dibuka oleh istrinya. Menurut film
ini bahwa setiap manusia memiliki satu pintu terlarang yang tidak boleh dibuka dan
harus dilupakan. Apakah yang ada di balik pintu tersebut? apakah Gambir akan
menghadapi ketakutan terbesarnya, atau menemukan kebenaran yang dapat
membebaskannya dari masa lalu. Ataukah pintu itu hanya imajinasi lain dari pikiran
Gambir ketika melihat pintu sel nya saja. Tidak pernah dijelaskan. Mungkin ini juga
suatu tanda bahwa pikiran manusia itu seperti lautan yang telalu dalam untuk
diselami, kita bisa memetakan tapi tak pernah benar-benar mengerti selain apa yang
terjadi di permukaannya saja.
D. Kesimpulan