Anda di halaman 1dari 52

Feb

17

reaksi eliminasi
Reaksi Eliminasi

Reaksi kebalikan dari reaksi adisi. Reaksi yang mengubah ikatan


sigma menjadi ikatan phi. berlaku eliminasi beta.

Contoh:
a. R-OH + H2SO4/110o C --> alkena + H2O

Ingat bahwa alkena merupakan produk utama sedangkan H2O


adalah produk samping.

Seringkali dalam reaksi kimia organik, produk samping tidak ditulis.


Kendati demikian agar anda dapat membuat reaksi kimia menjadi
setara koefisien reaksi maka semua produk samping yang dihasilkan
perlu ditulis.

b. R- X + NaOH/etanol --> alkena + Na-X + H2O

Berlaku untuk hal yang sama pada reaksi sebelumnya bahwa, Na-X
dan H2O adalah produk samping. Sedangkan Alkena merupakan
produk mayor sekaligus produk utamanya.
Reaksi eliminasi juga terdiri dari dua tahap:

1. Eliminasi 1

2. Eliminasi 2

Eliminasi 1:
Mekanisme E1 secara umum:

B: = basa
X = gugus pergi (umumnya halida atau tosilat)

Pada mekanisme E1, tahap pertama adalah hilangnya gugus pergi


yang berjalan pada tahap lambat sebagai penentu laju reaksi. Hasil
dari keadaan ini yaitu terbentuklah karbokation. Selanjutnya
hidrogen tetangga akan diserang oleh basa sehingga elektron dari
hidrogen-karbon akhirnya membentuk double bond. Keterlibatan
pembentukan karbokation memungkinkan terjaidnya reaksi
penataan ulang.

Contoh reaksi E1:

Basa kuat tidak diperlukan karena tidak terlibat dalam tahap


penentu laju reaksi.
Gugus pergi diperlukan seperti halida atau tosilat karena terlibat
pada tahap penentu laju reaksi.

Contoh lain E1: Dehidrasi alkohol

Mekanisme umum dehidrasi alkohol sbb:


Tahap awal adalah melibatkan protonasi alkohol oleh suatu asam
diikuti hilangnya molekul air sehingga dihasilkan karbokation (jalur
E1):

Eliminasi terjadi ketika asam konjugasi dari suatu basa menyerang


atom Hidrogen. Produk akhir dihasilkan alkena.

Contoh reaksi dehidrasi alkohol: (jelaskan mekanismenya)


Eliminasi 2:
Mekanisme reaksi umum untuk E2:

B: = basa
X = gugus pergi (halida atau tosilat)
Pada mekanisme reaksi E2, basa menyerang proton (atom H) yang
menjadi tetangga “gugus pergi”nya lalu mendorong elektron
membentuk ikatan rangkap (Double bond) sehingga mengusir gugus
pergi. Ketika reaksi basa yang menyerang proton terjadi bersamaan
dengan diusirnya gugus pergi maka reaksi ini disebut dengan reaksi
E2 atau eliminasi beta (concerted reaction).\
Contoh reaksi E2:
Basa kuat: Basa kuat diperlukan karena basa terlibat pada tahap
penentu laju reaksi

permasalahan :

mengapa pada reaksi E1 basa kuat tidak diperlukan ?


Diposting 17th February 2016 oleh Unknown
3

Lihat komentar

1.

Yulia Safitri Zulfiati17 Februari 2016 05.40

Basa kuat tidak diperlukan karena tidak terlibat dalam tahap penentu laju reaksi
Balas

2.

syafira tiaradipa17 Februari 2016 05.43

saya kan mencoba menjawab permasalahan dari saudari rini, sama seperti pendapat yulia
bahwa basa kuat tidak diperlukan karena tidak terlibat dalam tahap penentuan laju reaksi
yang terlibat dalam penetuan laju reaksi adalah gugus pergi seperti halida atau tosilat
selain itu umumnya basa kuat lebih dibutuhkan pada reaksi E2 dari pada E1
demikianlah penjelasan singkat saya terima kasih semoga membantu

Balas
3.

Rini Anjani17 Februari 2016 06.00

Dan mengapa laju reaksi pada E1 lebih lambat dibanding E2

Balas

KIMIA ORGANIK II

RINI ANJANI (A1C113011)


 Klasik

 Kartu Lipat

 Majalah

 Mozaik

 Bilah Sisi

 Cuplikan

 Kronologis

1.

Feb

resonansi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Resonansi adalah delokalisasi elektron pada molekul atau ion poliatomik tertentu
dimana ikatannya tidak dapat dituliskan dalam satu struktur Lewis. Struktur molekul
atau ion yang mempunyai delokaliasi elektron disebut dengan struktur
resonan. Masing-masing struktur resonan dapat melambangkan struktur Lewis,
dengan hanya satu ikatan kovalen antara masing-masing pasangan atom. Beberapa
struktur Lewis digunakan bersama-sama untuk menjelaskan struktur molekul. Namun
struktur tersebut tidak tetap, melainkan ada sebuah osilasi antara ikatan rangkap
dengan elektron, saling berbolak-balik. Maka dari itu disebut dengan resonansi.
Struktur yang sebenarnya mungkin saja adalah peralihan dari dua struktur resonan.
Bentuk peralihan (intermediet) dari struktut resonan disebut dengan hibrida resonan.
Pada makalah ini akan dibahas resonansi molekul organic dan efeknya terhadap
kestabilan, hiperkonjugasi, mesomeri dan efek induktif.

1.2. Rumusan Masalah


a) Apa yang dimaksud dengan Resonansi ?

b) Adakah aturan yang digunakan untuk suatu molekul beresonansi?

c) Apa yang dimaksud dengan Hiperkonjugasi?

d) Apa yang dimaksud dengan Mesomeri?

e) Apa yang dimaksud dengan Efek Induktif?

1.3.Tujuan

a) Untuk mengetahui pengertian Resonansi

b) Untuk mengetahui aturan yang digunakan untuk satu molekul beresonansi

c) Untuk mengetahui pengertian Hiperkonjugasi

d) Untuk mengetahui pengertian Mesomeri

e) Untuk mengetahui pengertian Efek Induktif


BAB II PEMBAHASAN

2.1. RESONANSI

Resonansi terjadi apabila suatu molekul dapat dinyatakan atau digambarkan


dengan lebih dari satu struktur yang satu sama lain berbeda hanya pada susunan
elektronnya, sedangkan intinya sama. Resonansi merupakan suatu delokalisasi yang
menyangkut elektron pi dan mempunyai tanda ↔ .

Tanda ↔ berarti bahwa :

(a) Tidak satupun dari struktur resonansi yang dihubungkan oleh tanda tersebut yang
menunjukkan sifat molekul yang sebenarnya.

(b) Struktur yang lebih tepat adalah hibrida dari semua struktur yang ada

(c) Struktur resonansi yang satu dengan yang lainnya hanya berbeda dalam posisi
elektronnya. Dalam hal ini tidak ada berlangsung perobahan mekanis seperti reaksi
kesetimbangan, reaksi searah, tautomeri atau perobahan lainnya.

Ada beberapa petunjuk penting untuk menuliskan struktur resonansi (biasa


disebut struktur kanonik) dan untuk prakiraan secara kualitatif tentang pentingnya.

i. Struktur resonansi adalah perubahan bolak-balik oleh satu atau sederet


pergeseran elektron.
Biasanya satu senyawa dapat dituliskan dengan satu struktur yang baik
untuknya, dan beberapa struktur yang lain diturunkan dari struktur pertama
tersebut untuk keperluan konsistensi dengan semua sifat-sifatnya yang teramati.
Sebagai ilustrasi, kovalensi unsur-unsur di dalam vinil klorida, rumus molekul
dan prinsip-prinsip kimia organik klasik mengarah pada struktur 10a sebagai
rumus struktur yang baik untuk senyawa tersebut. Akan tetapi bila dikaitkan
dengan hasil penghitungan panjang ikatan C-Cl, ikatan tersebut jauh lebih
pendek daripada ikatan C-Cl dalam alkil klorida sederhana (1,78 Å), momen
dipole-nya lebih kecil (1,44 D) daripada etil klorida (2,05 D), dan lebih inert
terhadap nukleofil; maka bentuk struktur 10b dipandang memberi kontribusi
yang penting kepada struktur hibrida resonansi vinil klorida. Struktur 10b
diturunkan dari struktur 10a melalui dua pergeseran elektron yang melibatkan
pasangan elektron bebas dan elektron π.

ii. Struktur-struktur resonansi harus mempunyai elektron tak berpasangan


dalam jumlah yang sama.
Apabila kedua struktur mempunyai total elektron yang berbeda maka
strukturstruktur tersebut menyatakan spesies molekul yang berbeda dan tidak
dapat menjadi kontributor resonansi kepada hidrida resonansi yang sama. Akan
tetapi ada kemungkinan struktur-struktur mempunyai elektron yang sama tapi
berbeda jumlah elektron tak berpasangannya.

Jika elektron tak berpasangan dalam 12 mempunyai spin antiparalel maka


elektronelektron tersebut akan bergabung membentuk ikatan dan akan
ekuivalen dengan 11. Jika spin antiparalel dalam 13 kemudian bergeser lagi
sampai membentuk pasangan elektron menghasilkan 11 maka pastilah 13
ekuivalen dengan 11. Akan tetapi jika elektron tak berpasngan dalam 12 dan 13
mempunyai spin yang paralel maka struktur-struktur tersebut mempunyai
multiplisitas yang berbeda, maka struktur-struktur tersebut bukan kontributor
kepada spesiaes molekul yang sama seperti struktur 11.

iii. Struktur resonansi yang mengikuti aturan (ii) adalah struktur yang paling
stabil.
Sistem ikatan kovalen dengan dua, empat, atau enam elektron adalah lebih
stabil daripada sistem ikatan satu atau tiga elektron. Panjang ikatan C-C dan
kekuatan ikatan dalam benzena semuanya sama, dan berada di antara nilai
ikatan dalam etana dan etilena. Hal yang perlu dipikirkan adalah ikatan dalam
benzena adalah sistem ikatan tiga elektron. Meskipun demikian, sistem ikatan
tiga elektron jauh lebih lemah (±60 kkal/mol) dibanding dengan ikatan yang
ada dalam benzena. Struktur di mana hidrogen mempunyai lebih dari dua
elektron dalam kulit valensinya (1s) atau atom unsur-unsur periode kedua
mempunyai lebih dari delapan elektron dalam kulit valensinya adalah jauh
lebih tidak stabil untuk menjadi kontributor dalam resonansi suatu molekul
dalam kondisi normal. Telah menjadi kenyataan bahwa unsur-unsur berusaha
untuk mempunyai delapan elektron valensi, dan prinsip ini disebut aturan oktet
Lewis. Unsurunsur dalam periode ketiga dapat menggunakan orbital 3s, 3p,
atau 3d dan bukanlah hal yang tidak umum bagi unsur-unsur periode tersebut
untuk menampun lebih dari delapan elektron dalam kulit valensinya. Sebagai
contoh adalah senyawa belerang dan fosfor.

iv. Semakin kovalen ikatan-ikatan yang ada dalam suatu struktur ikatan
kovalen, semakin tinggi kestabilannya.
Ketika atom-atom saling mendekati satu sama lain di dalam jarak ikatan
kovalen, masing-masing orbital valensinya akan berganbung membentuk
orbital molekul ikatan atau atom-atom tersebut saling tolak-menolak dengan
kuat sampai berpisah. Setiap ikatan akan menambah sekitar 50-100 kkal/mol
kepada kestabilan sistem, sedangkan perbedaan kestabilan bentuk resonansi
hanyalah satu bagian dari jumlah tersebut, struktur resonansi dengan jumlah
ikatan yang lebih besar biasanya akan lebih stabil.

v. Struktur ikatan kovalen dipolar umumnya lebih kurang stabil daripada


struktur nonpolar.
Dua struktur resonansi asam karboksilat (16a dan 16b) mempunyai jumlah
ikatan yang sama tetapi 16b kurang stabil karena adanya pemisahan muatan.
35 Semakin jauh terpisah muatan yang tak sejenis, semakin tidak stabil bentuk
resonansi tersebut.
Oleh karena itu, bentuk resonansi ionik butadiena 17d ialah yang paling tidak
stabil, dan 17b yang paling stabil. Tentu saja bentuk non polar 17a yang paling
stabil di antara semuanya dan memberikan kontribusi yang paling tinggi
kepada hibrida resonansi. Dapat dikatakan bahwa struktur molekul normal
adalah yang paling menyerupai 17a.

vi. Struktur yang melibatkan muatan formal akan lebih stabil apabila muatan
negatif berada pada atom yang paling elektronegatif dan muatan positif
pada atom yang paling kurang elektronegatif.
Aturan ini menunjukkan bahwa bagi keton, bentuk ionik 18b lebih stabil
daripada 18c, dan hal ini diperkuat secara eksperimen dengan momen dipole
dan sifat-sifat kimia keton. Jadi jika pereaksi karbonil mengadisi ke ikatan
rangkap dua suatu keton, bagian positif pengadisi selalu masuk kepada atom
oksigen.

vii. Semakin berdekatan derajat kestabilan struktur-struktur resonansi semakin


tinggi derajat resonansinya.
Sistem yang melibatkan struktur-struktur ikatan valensi yang ekuivalen
mempunyai derajat resonansi yang tinggi. Spesies-spesies tersebut boleh
bermuatan atau tidak bermuatan. Beberapa contoh sebagai berikut:

Di dalam hal tersebut di atas, muatan berpindah-pindah sehingga memberikan


efek penyebaran muatan dan menghindari akumulasi muatan berlebih pada satu
atom. Prinsip elektronetralitas Pauling ini diketahui mempunyai efek penstabil.
Resonansi struktur-struktur yang mempunyai jumlah ikatan yang sama (disebut
resonansi isovalen) memberikatn kontribusi beberapa kali lipat daripada jika
struktur kontributor mempunyai jumlah ikatan yang berbeda.

viii. Resonansi hanya dapat terjadi antara struktur yang hubungannya sangat
dekat di mana posisi semua inti atom relatif sama.
Hal ini harus karena berguna untuk membatasi antara resonansi dengan
isomerisomer. Isomer adalah kenyataan sedangkan struktur resonansi adalah
hipotetik dan hanya pendekatan kepada struktur nyata.
Contoh resonansi :

+ .. - .. - +
 H2C = CH – CH = CH2 ↔ CH2 – CH = CH – CH2 ↔ CH2 – CH = CH –
CH2
- +
 CH2 = CH – Cl ↔ :CH2 – CH = Cl

Kestabilan resonansi dipengaruhi oleh beberapa faktor :

a. Jumlah ikatan kovalen


Makin banyak jumlah ikatan kovalen dalam strukturnya, makin stabil
resonansinya.
b. Dalil Oktet
Jumlah elektron yang memenuhi dalil oktet adalah unsur perioda kedua,
sedangkan untuk hidrogrn dan unsur-unsur mulai perioda ketiga dan seterusnya
tidak oktet

c. Pemisahan muatan
 Adanya pemisahan muatan akan mengurangi kestabilan bentuk resonansi
 Uatan yang sama pada atom karbon yang sama atau yang berdekatan akan
mengurangi kestabilan bentuk resonansi.
 Bentuk yang mempunyai muatan negatif pada atom yang paling
elektronegatif merupakan bentuk yang paling stabil.
+ -
.. .. - +
C=O ↔ C – O: ↔ C–O
.. ..
Paling stabil tidak stabil
Makin banyak struktur resonansi yang ditulis makin stabil senyawanya karena
energinya makin kecil. Efek resonansi menurunkan kerapatan elektron pada satu
posisi dan menaikkan kerapatan elektron pada posisi yang lain.
a) Hambatan ruang terhadap resonansi
Telah dinyatakan bahwa atom yang mengambil bagian dalam resonansi harus
terletak pada suatu bidang datar. Hambatan ruang terhadap resonansi dapat
terjadipada suatu senyawaan, contohnya pada senyawaan turunan
trinitrobenzena.

Dalam sederet lambang resonansi, seringkali kita menunjukkan delokalisasi


electron dengan panah lengkung kecil yang memungkinkan kita secara bersistem maju
dari sat ke lain lambang resonansi. Geseran electron ini semata-mata buatan karena
electron tidak benar-benar bergeser, melainkan memang terdelokalisasi. Panah geseran-
elektron hanya dapat digambarkan dengan cara berikut :
Dari suatu ikatan pi ke sebuah atom sebelahnya :

Dari suatu ikatan pi ke suatu posisi ikatan sebelahnya :

Dari suatu atom ke posisi ikatan sebelahnya :

Bila suatu struktur merupakan hibrida resonansi dari dua atau lebih struktur
resonansi, energy struktur yang nyata adalah lebih rendah dari pada setiap
struktur resonansi tunggal. Struktur nyata dikatakan distabilkan-resonansi. Dalam
kebanyakan hal, perbedaan energy kecil, tetapi untuk system aromatic, seperti
benzene atau naftalena, perbedaan energinya berarti.

1.2. HIPERKONJUGASI

Hiperkonjugasi adalah suatu jenis resonansi yang disebabkan oleh interaksi


elektron suatu ikatan C-H dengan suatu sistem tak jenuh karena adanya tumpang
tindih dari orbital p suatu atom karbon dengan orbital sp 3 dari atom karbon yang
berdekatan. Hiperkonjugasi ini merupakan suatu jenis delokalisasi ikatan yang
menyangkut elektron sigma. Hiperkonjugasi terjadi bila sautu karbon mengandung
hidrogen paling sedikit satu, diikat pada atom yang tak jenuh atau orbital tak
berpasangan.
Bentuk utama bentuk “ canonical”

Pada bentuk canonical dapat dilihat bahwa tidak ada ikatan antara atom karbon
dengan atom hidrogen, sehingga resonansi ini disebut resonansi tak berikatan (no
bond resonance)

JENIS HIPERKONJUGASI
Ada dua jenis hiperkonjugasi yaitu:
1) “Sacrificial” Hiperkonjugasi.
Hiperkonjugasi ini terjadi pada keadaan dasar molekul netral. Pada bentuk
canonical dari hiperkonjugasi ini selain tidak ada ikatan antara karbon dan
hidrogen juga terjadi pemisahan muatan.
2) “isovalent” hiperkonjugasi
Hiperkonjugasi ini terjadi pada ion karbonium, radikal bebas dan berbagai
molekul dalam keadaan tereksitasi. Disini bentuk “ canonical” tidak
memperlihatkan pemisahan muatan yang lebih banyak daripada bentuk yang
utama.

2.2. MESOMERI

Efek mesomeri dianggap berlaku jika suatu gugus yang dapat menerima atau
memberikan elektron berkonjugasi dengan suatu sistem ikatan tak jenuh. Jika gugus
bersifat pemberi elektron, efek mesomeri adalah positif (+M), sedangkan gugus
bersifat penerima elektron efek mesomerinya adalah negatif (-M).

Besarnya +M dapat ditinjau dari ukuran atom dan sifat keelektronegatifan gugus
pemberi elektron. Untuk tumpang tindih memberikan ikatan rangkap. Ukuran atom
harus sama atau hampir sama. Efek +M keempat atom F, Cl, Br, I adalah C-F>C-
Cl>C-Br>C-I makin bertambah nomor atomnya makin berkurang efekk +M.

Jika gugus C=O terkonjugasi dengan C=C, polarisasi di atas dapat diteruskan lebih
lanjut oleh electron π, contohnya:
Delokalisasi terjadi, sehingga pada C3 terjadi kekurangan electron, begitu jugan
dengan C1. Perbedaan antara transmisi dengan system terkonjugasi ini dengan efek
indutif dalam suatu system jenuh adalah bahwa di sini efek kekurangan electron
disebabkan oleh transmisi tersebut, dan polaritasnya bergantian antara atom karbon
yang berdekatan.

Efek mesomerik, mirip dengan efek induksi, efeknya terpolarisasi secara ermanen
dalam keadaan dasar molekul, dan oleh karena itu dinyatakan dalam sifat fisika
senyawanya. Mesomeri hanya dapat terjadi pada senyawa tak jenuh, namun efek
induktif dapat terjadi pada senyawa jenuh maupun tak jenuh. Efek induksi hanya
terbatas pada jarak yang terbatas, sedangkan efek mesomeri dapat terjadi sepanjang
molekul masih menyediakan system terkonjugasi.

2.3. EFEK INDUKSI

Elektron yang dipolarisasikan dalam ikatan kovalen menimbulkan efek induktif


yaitu polarisai permanen pada ikatan tunggal antarberbagai atom yang berbeda
keelektronegatifannya. Sebagai standar adalah hidrogen.
X ← CR3 H – CR3 Y → CR3
I- standar I+
Substituen yang bersifat menarik elektron yang mempunyai efek induktif negatif
(I-), sedangkan substituen yang bersifat menolak elektron mempunyai efek induktif
positif (I+). Efek induktif ini dipengaruhi oleh jarak, makin jauh jaraknya makin
kecil pengaruhnya. Pada tabel dapat dilihat efek induktif bermacam-macam gugus
fungsi.

Electron memiliki kecenderungan untuk tertarik sedikit ataupun banyak kea


rah atom yang lebih elektronegatif dari keduanya. Misalnya dalam suatu alkil
klorida, kerapatan electron cenderung lebih besar pada daerah didekat atom Cl
daripada atom C. sebagai penunjuk bahwa atom yang satu lebih elektronegatif,
secara umum dituliskan sebagai berikut:

Jika atom karbon terikat pada klorin dan ia sendiri berikatan pada atom
karbon selanjutnya, efek induksi dapat diteruskan pada karbon tetangganya. Akibat
dari pengaruh atom klorin, electron pada ikatan karbon klorin didermakan sebagian
ke klorin, sehingga menyebabkan C1 sedikit kekurangan electron. Keadaan C1 ini
menyebabkan C2 mesti mendermakan juga sebagian elektronnya pada ikatan C2
dengan C1 agar menutupi kekurangan electron di C1. Begitu seterusnya. Namun,
efek ini dapat hilang pada suatu ikatan jenuh (ikatan rangkap), efek induktif ini juga
semakin mengecil jika melewati C2. Pengaruh distribusi electron pada ikatan sigma
ini dikenal sebagai efek induksi.
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Resonansi terjadi apabila suatu molekul dapat dinyatakan atau digambarkan dengan
lebih dari satu struktur yang satu sama lain berbeda hanya pada susunan elektronnya,
sedangkan intinya sama. Resonansi merupakan suatu delokalisasi yang menyangkut
elektron pi dan mempunyai tanda ↔. Hiperkonjugasi adalah suatu jenis resonansi yang
disebabkan oleh interaksi elektron suatu ikatan C-H dengan suatu sistem tak jenuh karena
adanya tumpang tindih dari orbital p suatu atom karbon dengan orbital sp 3 dari atom
karbon yang berdekatan. Hiperkonjugasi ini merupakan suatu jenis delokalisasi ikatan
yang menyangkut elektron sigma. Hiperkonjugasi terjadi bila sautu karbon mengandung
hidrogen paling sedikit satu, diikat pada atom yang tak jenuh atau orbital tak
berpasangan. Efek mesomeri dianggap berlaku jika suatu gugus yang dapat menerima
atau memberikan elektron berkonjugasi dengan suatu sistem ikatan tak jenuh. Elektron
yang dipolarisasikan dalam ikatan kovalen menimbulkan efek induktif yaitu polarisai
permanen pada ikatan tunggal antarberbagai atom yang berbeda keelektronegatifannya.
Sebagai standar adalah hidrogen.
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, 2009, Modul Kimia Organik Fisis 1, Makassar : LAPORAN PMR-PS FMIPA
UNHAS

Hart, dkk, 2003, Kimia Organik Edisi Sebelas, Jakarta : Erlangga

Sumo & Channah, 1992, Pengantar Kimia Organik, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Umum

Tobing, dkk, 1989, Kimia Organik Fisik, Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Diposting 5th February 2017 oleh Unknown

Tambahkan komentar

2.

Mar

16

bahan ujian
Reaksi reaksi senyawa organik
Mekanisme substitusi nukleofilik alkil halida, eliminasi alkil halida, dan alkohol

1. Satu senyawa organik


2. Satu senyawa alkil halida
3. Satu Senyawa alkil halida
4. Satu senyawa organik tak jenuh
5. Satu senyawa organometalik
6. Satu monosakarida
7. Satu disakarida
Diposting 16th March 2016 oleh Unknown

Tambahkan komentar

3.

Mar
14

disakarida dan polisakarida


Disakarida

Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari 2 molekul monosakarida, yang


dihubungkan oleh ikatan glikosida. Ikatan glikosida terbentuk antara atom C 1 suatu
monosakarida dengan atom O dari OH monosakarida lain. Hidrolisis 1 mol disakarida
akan menghasilkan 2 mol monosakarida. Berikut ini beberapa disakarida yang banyak
terdapat di alam.

1. Maltosa
Maltosa adalah suatu disakarida dan merupakan hasil dari hidrolisis parsial tepung
(amilum). Maltosa tersusun dari molekul α-D-glukosa dan β-D-glukosa.

Struktur maltosa

Dari struktur maltosa, terlihat bahwa gugus -O- sebagai penghubung antarunit yaitu
menghubungkan C 1 dari α-D-glukosa dengan C 4 dari β-D-glukosa. Konfigurasi
ikatan glikosida pada maltosa selalu α karena maltosa terhidrolisis oleh α-
glukosidase. Satu molekul maltosa terhidrolisis menjadi dua molekul glukosa.

2.Sukrosa
Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan gula bit. Dalam kehidupan sehari-hari sukrosa
dikenal dengan gula pasir. Sukrosa tersusun oleh molekul glukosa dan fruktosa yang
dihubungkan oleh ikatan 1,2 –α.

Sukrosa terhidrolisis oleh enzim invertase menghasilkan α-D-


glukosa dan β-D-fruktosa. Campuran gula ini disebut gula
inversi, lebih manis daripada sukrosa.

Jika kita perhatikan strukturnya, karbon anomerik (karbon


karbonil dalam monosakarida) dari glukosa maupun fruktosa di
dalam air tidak digunakan untuk berikatan sehingga keduanya
tidak memiliki gugus hemiasetal.

Struktur sukrosa
Akibatnya, sukrosa dalam air tidak berada dalam kesetimbangan dengan bentuk
aldehid atau keton sehingga sukrosa tidak dapat dioksidasi. Sukrosa bukan
merupakan gula pereduksi.

3.Laktosa
Laktosa adalah komponen utama yang terdapat pada air susu ibu dan susu sapi.
Laktosa tersusun dari molekul β-D-galaktosa dan α-D-glukosa yang dihubungkan
oleh ikatan 1,4'-β.

Struktur laktosa

Hidrolisis dari laktosa dengan bantuan enzim galaktase yang dihasilkan dari
pencernaan, akan memberikan jumlah ekivalen yang sama dari α-D-glukosa dan β-D-
galaktosa. Apabila enzim ini kurang atau terganggu, bayi tidak dapat mencernakan
susu. Keadaan ini dikenal dengan penyakit galaktosemia yang biasa menyerang bayi.

Polisakarida
Polisakarida merupakan polimer monosakarida, mengandung banyak satuan
monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Hidrolisis lengkap dari
polisakarida akan menghasilkan monosakarida. Glikogen dan amilum merupakan
polimer glukosa. Berikut beberapa polisakarida terpenting.

1. Selulosa
Selulosa merupakan polisakarida yang banyak dijumpai dalam dinding sel pelindung
seperti batang, dahan, daun dari tumbuh-tumbuhan. Selulosa merupakan polimer
yang berantai panjang dan tidak bercabang. Suatu molekul tunggal selulosa
merupakan polimer rantai lurus dari 1,4’-β-D-glukosa. Hidrolisis selulosa dalam HCl
4% dalam air menghasilkan D-glukosa.

Struktur selulosa

Dalam sistem pencernaan manusia terdapat enzim yang dapat memecahkan ikatan α-
glikosida, tetapi tidak terdapat enzim untuk memecahkan ikatan β-glikosida yang
terdapat dalam selulosa sehingga manusia tidak dapat mencerna selulosa. Dalam
sistem pencernaan hewan herbivora terdapat beberapa bakteri yang memiliki enzim β-
glikosida sehingga hewan jenis ini dapat menghidrolisis selulosa. Contoh hewan yang
memiliki bakteri tersebut adalah rayap, sehingga dapat menjadikan kayu sebagai
makanan utamanya. Selulosa sering digunakan dalam pembuatan plastik. Selulosa
nitrat digunakan sebagai bahan peledak, campurannya dengan kamper menghasilkan
lapisan film (seluloid).

2. Pati / Amilum
Pati terbentuk lebih dari 500 molekul monosakarida. Merupakan polimer dari glukosa.
Pati terdapat dalam umbi-umbian sebagai cadangan makanan pada tumbuhan. Jika
dilarutkan dalam air panas, pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi utama, yaitu
amilosa dan amilopektin. Perbedaan terletak pada bentuk rantai dan jumlah
monomernya.
Amilosa adalah polimer linier dari α-D-glukosa yang dihubungkan dengan ikatan 1,4-α.
Dalam satu molekul amilosa terdapat 250 satuan glukosa atau lebih. Amilosa
membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan iodium. Warna ini merupakan
uji untuk mengidentifikasi adanya pati.

Struktur amilosa

Molekul amilopektin lebih besar dari amilosa. Strukturnya bercabang. Rantai utama
mengandung α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4'-α. Tiap molekul glukosa
pada titik percabangan dihubungkan oleh ikatan 1,6'-α.

Struktur amilopektin

Hidrolisis lengkap pati akan menghasilkan D-glukosa. Hidrolisis dengan enzim


tertentu akan menghasilkan dextrin dan maltosa.

Permasalahan :

Apa yang terjadi jika galaktosa tidak dapat diubah menjadi glukosa ?
Diposting 14th March 2016 oleh Unknown

Tambahkan komentar

4.

Mar

tugas portofolio
Tentukan monosakarida C4 dan C5 memiliki berapa banyak variasi jenis
struktur dan tulis minimal 5 struktur serta tentukan yang paling penting
dalam kehidupan sertakan pula berapa banyak C kiral yang dimilikinya ?

Jawaban :

C4 (tetrosa)

Struktur dari C4
C kiral yang dimiliki C4

C4 memiliki 2 atom C kiral, seprti yang dapat dilihat pada gambar berikut :

Variasi struktur dari C4

Variasi struktur dari C4 dapat ditentukan dari jumlah atom kiral yang dimiliki
dengan rumus 2 pangkat n. sehingga pada C4 memiliki 4 variasi struktur.
Karean variasi struktur pada soal dibuat 5, hal ini tidak bisa dilakukan. Hal ini
berdasarkan teori jumlah variasi struktur 2^n sedangkan nilai n pada C4
adalah 2 sehingga variasi strukturnya hanya 4.
struktur yang paling penting/berharga adalah ylulosa. Gula ini tidak banyak
ditemui, walaupun beberapa bentuk berperan dalam proses fotosintesis dan
respirasi.

C5 (pentosa)

Struktur dari C5 adalah sebagai berikut :

C kiral yang dimiliki C5

C5 memiliki 3 C atom kiral, seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut :
Variasi struktur dari C5

Variasi struktur dari C5 dapat ditentukan dari jumlah atom kiral yang dimiliki
dengan rumus 2 pangkat n. sehingga pada C5 memiliki 8 variasi struktur. Hal
ini berdasarkan teori jumlah variasi struktur 2^n sedangkan nilai n pada C5
adalah 3 sehingga variasi strukturnya hanya 4. Hal ini memenuhi kriteria pada
soal.
Struktur yang paling penting pada pentosa yaitu: dua jenis pentose (ribose
dan deoksiribosa) juga membentuk unsur pembangun utama untuk asam
nukleat, yang penting bagi semua kehidupan. Senyawa ini sangat penting dalam
fotosintesis dan respirasi.

Diposting 9th March 2016 oleh Unknown

Tambahkan komentar

5.

Mar

beberapa monosakarida
Satuan karbohidrat yang paling sederhana dengan rumus CnH2nOn
dimana n = 3 – 8 .Monosakarida sering disebut gula sederhana (simple
sugars) adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
bentuk yang lebih sederhana lagi. Molekulnya hanya terdiri atas
beberapa atom karbon saja. Monosakarida dapat dikelompokkan
berdasarkan kandungan atom karbonnya, yaitu triosa, tetrosa,
pentosa, dan heksosa atau heptosa.

C3H6O3 : triosa

C4H8O4 : tetrosa

C5H10O4 : pentose

C6H12O4 : heksosa

Monosakarida atau gula sederhana hanya terdiri atas satu unit


polihidroksialdehida atau keton atau hanya terdiri atas satu molekul
sakarida. Kerangka monosakarida adalah rantai karbon berikatan
tunggal yang tidak bercabang. Satu diantara atom karbon berikatan
ganda terhadap suatu atom oksigen membentuk gugus karbonil,
masing-masing atom karbon lainnya berikatan dengan gugus hidroksil.
Jika gugus karbonil berada pada ujung rantai karbon, monosakarida
tersebut adalah suatu aldosa, dan jika gugus karbonil berada pada
posisi lain, monosakarida tersebut adalah suatu ketosa. Berbagai jenis
monosakarida aldosa dan ketosa.

· Macam-macam monosakarida

a. Aldosa: monosakarida yang mengandung gugus aldehid.

Contoh: Gliseraldehid

b. Ketosa: monosakarida yang mengandung gugus keton.

Contoh: Dihidroksiaseton

Contoh beberapa monosakarida :

1. Glukosa

Glukosa merupakan suatu aldoheksosa, disebut juga dekstrosa karena


memutar bidang polarisasi ke kanan. Glukosa merupakan komponen
utama gula darah, menyusun 0,065- 0,11% darah kita.

Glukosa dapat terbentuk dari hidrolisis pati, glikogen, dan maltosa.


Glukosa sangat penting bagi kita karena sel tubuh kita
menggunakannya langsung untuk menghasilkan energi. Glukosa dapat
dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut seperti pereaksi Tollens
sehingga sering disebut sebagai gula pereduksi.

D-glukosa

β-D-glukosa

α-D-glukosa

2. Galaktosa

Galaktosa merupakan suatu aldoheksosa. Monosakarida ini jarang


terdapat bebas di alam. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam
bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa
mempunyai rasa kurang manis jika dibandingkan dengan glukosa dan
kurang larut dalam air. Seperti halnya glukosa, galaktosa juga
merupakan gula pereduksi.
D-galaktosa

α-D-galaktosa

β-D-galaktosa

3. Fruktosa

Fruktosa adalah suatu heksulosa, disebut juga levulosa karena


memutar bidang polarisasi ke kiri. Merupakan satu-satunya heksulosa
yang terdapat di alam. Fruktosa merupakan gula termanis, terdapat
dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa.

Fruktosa dapat terbentuk dari hidrolisis suatu disakarida yang disebut


sukrosa. Sama seperti glukosa, fruktosa adalah suatu gula pereduksi.

(a)

(b)

Struktur fruktosa: (a) struktur terbuka (b) struktur siklis

permasalahan :

jelaskan bagaimana fruktosa dapat terbentuk dari hidrolisis suatu


disakarida !

Diposting 9th March 2016 oleh Unknown

Tambahkan komentar

6.
Mar

tugas portofolio
1. rancanglah ikatan karbon-karbon reagen pembentuknnya tersier ?

JAWAB :

2. Membuat karbon-karbon atom karbon dari tersier grignar dan tersier apa saja (nukleodil
dan elektrofilik)?

JAWAB :

Reagen Grignard berfungsi sebagai nukleofil, menyerang atom karbon elektrofilik yang hadir
dalam ikatan polar gugus karbonil. Penambahan pereaksi Grignard untuk karbonil biasanya
hasil melalui keadaan transisi enam-beranggota cincin.
Mekanisme dari reaksi Grignard:
Namun, dengan pereaksi Grignard terhalang, reaksi dapat melanjutkan dengan transfer
elektron tunggal. Jalur serupa diasumsikan untuk reaksi lain dari reagen Grignard, misalnya,
dalam pembentukan ikatan antara karbon-fosfor, timah-karbon, karbon-silikon, boron-karbon
dan karbon-heteroatom.

Diposting 2nd March 2016 oleh Unknown

Tambahkan komentar

7.

Mar

senyawa organometalik
GRIGNARD REAGENT
PENGERTIAN PEREAKSI GRIGNARD

o Reaksi Grignard adalah reaksi kimia organologam di mana alkil - atau Aril-

magnesium halides (reagen Grignard) menambah gugus karbonil Aldehida atau keton. Reaksi
ini adalah alat penting untuk pembentukan ikatan antar karbon. Reaksi Halida organik dengan
magnesium bukan reaksi Grignard, tetapi menyediakan peraksi Grignard. Pereaksi Grignard
memiliki rumus umum RMgX dimana X adalah sebuah halogen, dan R adalah sebuah gugus
alkil atau aril (berdasarkan pada sebuah cincin benzen). Pereaksi Grignard sederhana bisa
berupa CH3CH2MgBr.

Sebuah contoh dari reaksi grignard

Reaksi dan pereaksi Grignard ditemukan oleh dan diberi nama sesuai dengan penemunya
yaitu kimiawan Perancis François Auguste Victor Grignard (Universitas Nancy, Perancis),
yang dianugerahi Nobel Kimia tahun 1912 ini bekerja Grignard reagen mirip dengan
menghasilkan reagen karena keduanya nukleofil kuat yang dapat membentuk ikatan antar
karbon yang baru.

MEKANISME REAKSI

o Reagen Grignard berfungsi sebagai nukleofil, menyerang atom karbon elektrofilik

yang hadir dalam ikatan polar gugus karbonil. Penambahan pereaksi Grignard untuk karbonil
biasanya hasil melalui keadaan transisi enam-beranggota cincin.
Mekanisme dari reaksi Grignard:
Namun, dengan pereaksi Grignard terhalang, reaksi dapat melanjutkan dengan transfer
elektron tunggal. Jalur serupa diasumsikan untuk reaksi lain dari reagen Grignard, misalnya,
dalam pembentukan ikatan antara karbon-fosfor, timah-karbon, karbon-silikon, boron-karbon
dan karbon-heteroatom.

PEMBUATAN PEREAKSI GRIGNARD

o Pereaksi Grignard dibuat dengan menambahkan halogenalkana ke dalam sedikit

magnesium pada sebuah labu kimia yang mengandung etoksietana (umumnya disebut dietil
eter atau hanya "eter"). Labu kimia dihubungkan dengan sebuah kondensor refluks, dan
campuran dipanaskan di atas penangas air selama 20 hingga 30 menit.

Segala sesuatunya akan mengering sempurna karena pereaksi Grignard bereaksi dengan air
(lihat berikut). Setiap reaksi yang menggunakan pereaksi Grignard dilakukan dengan
campuran yang dihasilkan dari reaksi di atas. Digunakan campuran sebab pereaksi Grignard
tidak bisa dipisahkan.
Bentuk pereaksi Grignard melalui reaksi Halida alkil atau Aril dengan magnesium logam.
Reaksi dilakukan dengan menambahkan Halida organik ke suspensi dari magnesium dalam
pelarut etherial, dimana yang menyediakan ligan diperlukan untuk menstabilkan
organomagnesium senyawa. Bukti empiris menunjukkan bahwa reaksi terjadi pada
permukaan logam. Reaksi hasil melalui transfer elektron tunggal: dalam reaksi pembentukan
Grignard, radikal dapat dikonversi ke karbanions melalui transfer elektron kedua.
R−X + Mg → R−X•− + Mg•+
R−X•− → R• + X−
R• + Mg•+ → RMg+
RMg+ + X- → RMgX
Batasan pereaksi Grignard adalah bahwa mereka tidak siap bereaksi dengan alkil halida
melalui mekanisme SN2. Di sisi lain, mereka siap berpartisipasi dalam reaksi
transmetalation:
RMgX + ArX → ArR + MgX2
Untuk tujuan ini, tersedia secara komersial pereaksi Grignard sangat berguna karena rute ini
menghindari masalah dengan inisiasi.
Dalam pembuatan pereaksi Grignard harus diperhatikan beberapa hal :

1. 1.Kondisi Reaksi

Dalam reaksi melibatkan pereaksi Grignard, sangat penting untuk mengecualikan air dan
udara, yang dengan cepat memusnahkan pereaksi dengan protonolysis atau oksidasi. Karena
kebanyakan reaksi Grignard dilakukan di anhidrat dietil eter atau tetrahidrofuran, reaksi
samping dengan air dibatasi oleh selimut pelindung yang disediakan oleh uap pelarut. Skala
kecil atau kuantitatif persiapan harus dilakukan di bawah nitrogen atau argon atmosfer,
menggunakan teknik udara bebas. Meskipun reagen yang masih perlu kering, USG dapat
memungkinkan Grignard reagen untuk membentuk dalam pelarut basah dengan
mengaktifkan magnesium sedemikian rupa sehingga itu mengkonsumsi air.

2. 2.Magnesium

Ciri khas reaksi Grignard melibatkan penggunaan pita magnesium. Semua magnesium
dilapisi dengan lapisan pemasifan magnesium oksida, yang menghambat reaksi dengan
Halida organik. Magnesium khusus diaktifkan, seperti Rieke magnesium, circumvents
masalah ini. Lapisan oksida juga dapat broken menggunakan USG, atau menambahkan
beberapa tetes yodium atau 1,2-diiodoethane.

3. 3.Pelarut

Biasanya reagen Grignard ditulis sebagai RMgX, tetapi kenyataannya pusat magnesium(II)
tetrahedral ketika larut dalam pelarut dasar Lewis, seperti yang ditunjukkan di sini untuk bis
adisi methylmagnesium klorida dan THF.
Kebanyakan reaksi Grignard dilakukan dalam pelarut halus, terutama dietil eter dan THF.
Dengan dioksan diether chelating, reagen Grignard beberapa mengalami reaksi redistribusi
memberikan senyawa diorganomagnesium (R = organik grup, X = Halida):
2 RMgX + dioxane dalam keseimbangan dengan R2Mg + MgX2(dioxane)
Reaksi ini adalah yang dikenal sebagai kesetimbangan schlenk.

4. 4.Pengujian Pereaksi Grignard

Karena pereaksi Grignard sangat sensitif terhadap kelembaban dan oksigen, banyak metode
telah dikembangkan untuk menguji kualitas dari batch. Tes khas melibatkan titrations dengan
reagen protic weighable, anhidrat, misalnya mentol hadapan warna-indikator. Interaksi
pereaksi Grignard dengan phenanthroline atau 2,2-bipyridine menyebabkan perubahan
warna.
Proses Inisiasi
Banyak metode telah dikembangkan untuk memulai reaksi Grignard lamban. Metode ini
melemahkan lapisan pemasifan MgO, sehingga mengekspos sangat reaktif magnesium untuk
Halida organik. Metode mekanis meliputi menghancurkan potongan Mg di situ, aduk cepat
dan sonication dari suspensi. Yodium, metil iodida dan 1,2-dibromoethane yang umum
mengaktifkan agen. Penggunaan 1,2-dibromoethane sangat menguntungkan karena tindakan
dapat dipantau dengan pengamatan dari gelembung etilen. Selain itu, produk samping tidak
berbahaya:
Mg + BrC2H4Br → C2H4 + MgBr2
The amount of Mg consumed by these activating agents is usually insignificant. A small
amount of mercuric chloride will amalgamate the surface of the metal, allowing it to react.
Jumlah Mg yang dikonsumsi oleh agen ini mengaktifkan biasanya tidak signifikan. Sejumlah
kecil mercuric chloride akan menggabungkan permukaan logam, memungkinkan untuk
bereaksi.
Produksi Industri
Reagen Grignard diproduksi di industri untuk digunakan di situ, atau dijual. Sebagai dengan
pada skala bangku, masalah utama adalah bahwa inisiasi; sebagian dari kumpulan
sebelumnya reagen Grignard sering digunakan sebagai inisiator. Reaksi Grignard eksotermik,
dan exothermicity ini harus dipertimbangkan ketika reaksi adalah skala-up dari laboratorium
untuk produksi tanaman. Reagen Grignard banyak methylmagnesium bromida,
methylmagnesium klorida, phenylmagnesium bromida dan allylmagnesium bromida tersedia
secara komersial sebagai tetrahidrofuran atau dietil eter solusi.
Sebuah contoh dari reaksi Grignard adalah langkah kunci dalam produksi industri Tamoxifen
(saat ini digunakan untuk pengobatan kanker payudara reseptor estrogen perempuan)

REAKSI-REAKSI DARI PEREAKSI GRIGNARD

Reaksi pereaksi Grignard dengan air

Pereaksi Grignard bereaksi dengan air menghasilkan alkana. Inilah sebabnya mengapa segala
sesuatunya harus menjadi kering selama pembuatan seperti dijelaskan di atas.

Sebagai contoh:

Produk organik yang dihasilkan pada reaksi di atas, Mg(OH)Br, disebut sebagai sebuah
"bromida basa". Anda bisa menganggap produk ini sebagai produk transisi antara magnesium
bromida dan magnesium hidroksida.

2. Reaksi pereaksi Grignard dengan karbon dioksida

Pereaksi Grignard bereaksi dengan karbon dioksida dalam dua tahapan. Pada tahapan
pertama, pereaksi Grignard diadisi ke karbon dioksida. Karbon doksida kering
digelembungkan melalui sebuah larutan pereaksi Grignard dalam etoksietana, yang dibuat
seperti dijelaskan di atas.
Sebagai contoh:

Produk yang terbentuk ini selanjutnya dihidrolisis (direaksikan dengan air) dengan bantuan
asam encer. Biasanya, anda bisa menambahkan asam sulfat encer atau asam hidroklorat encer
ke dalam larutan yang dihasilkan oleh reaksi dengan CO2. Jika ditambahkan satu atom
karbon lagi, maka akan terbentuk asam karboksilat bukan pereaksi Grignard.
Persamaan reaksinya bisa dituliskan sebagai berikut:

Hampir semua sumber menyebutkan pembentukan sebuah halida basa seperti Mg(OH)Br
sebagai produk lain dari reaksi ini. Anggapan ini tidak tepat karena senyawa-senyawa ini
bereaksi dengan asam-asam encer. Hasil dari reaksi ini adalah campuran antara ion-ion
magnesium terhidrasi biasa, ion-ion halida dan ion-ion sulfat atau klorida – tergantung pada
asam encer apa yang ditambahkan.

2. Reaksi pereaksi Grignard dengan senyawa-senyawa karbonil

Reaksi antara berbagai macam senyawa karbonil dengan pereaksi Grignard bisa terlihat
sedikit rumit, walaupun pada kenyataannya semua senyawa karbonil bereaksi dengan cara
yang sama – yang berbeda hanyalah gugus-gugus yang terikat pada ikatan rangkap C=O.
Apa yang terjadi pada reaksi ini jauh lebih mudah dipahami dengan mencermati persamaan
umumnya (menggunakan gugus "R" bukan gugus tertentu) – setelah anda memahami dengan
gugus R barulah bisa diganti dengan gugus yang sesungguhnya jika diperlukan.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada dasarnya sama untuk reaksi dengan karbon dioksida – yang
membedakan hanya sifat-sifat produk organiknya.
Pada tahap pertama, pereaksi Grignard diadisi ke ikatan rangkap C=O:

Asam encer selanjutnya ditambahkan untuk menghidrolisisnya. (Pada persamaan berikut


digunakan persamaan umum dengan tidak mempertimbangkan fakta bahwa Mg(OH)Br akan
bereaksi lebih lanjut dengan asam yang ditambahkan.)

Alkohol terbentuk. Salah satu kegunaan penting dari pereaksi Grignard adalah
kemampuannya untuk membuat alkohol-alkohol kompleks dengan mudah. Jenis alkohol
yang dihasilkan tergantung pada senyawa karbonil yang digunakan – dengan kata lain, gugus
R dan R’ yang dimiliki.
2. Reaksi antara pereaksi Grignard dengan metanal

Pada metanal, kedua gugus R adalah hidrogen. Metanal merupakan aldehid paling sederhana
yang bisa terbentuk.

Dengan mengasumsikan bahwa anda memulai dengan CH3CH2MgBr dan menggunakan


persamaan reaksi umum di atas, maka alkohol yang diperoleh akan selalu dalam bentuk
berikut:

Karena kedua gugus R adalah atom hidrogen, maka produk akhirnya akan menjadi:

Sebuah alkohol primer terbentuk. Sebuah alkohol primer hanya memiliki satu gugus alkil
terikat pada atom karbon yang mengikat gugus -OH. Jika anda menggunakan pereaksi
Grignard yang berbeda, maka akan terbentuk alkohol primer yang berbeda pula.

2. Reaksi antara pereaksi Grignard dengan aldehid-aldehid lain

Aldehid setelah metanal adalah etanal. Salah satu dari gugus R nya adalah hidrogen dan yang
lainnya adalah CH3.

Untuk memudahkan, anggap kembali gugus-gugus ini sebagai gugus R dan R’ pada
persamaan umum. Alkohol yang terbentuk adalah:
Jika gugur R dan R’ diganti masing-masing dengan hidrogen dan CH3 (sebagaimana
semestinya) maka produk tersebut akan menjadi:

Sebuah alkohol sekunder memliki dua gugus alkil (bisa sama atau berbeda) terikat pada atom
karbon yang mengikat gugus -OH.
Anda bisa merubah sifat dari alkohol sekunder ini dengan salah satu cara berikut:

 Mengubah sifat-sifat pereaksi Grignard – yang mana akan mengubah


gugus CH3CH2 menjadi beberapa gugus alkil yang lain;

 mengubah sifat-sifat aldehid – yang mana akan mengubah gugus CH3


menjadi beberapa gugus alkil lainnya.

6. Reaksi antara pereaksi Grignard dengan keton

Keton memiliki dua gugus alkil yang terikat pada ikatan rangkap C=O. Keton yang paling
sederhana adalah propanon.

Kali ini, jika gugus R diganti pada rumus umum untuk alkohol yang terbentuk, maka akan
dihasilkan alkohol tersier.

Alkohol tersier memiliki tiga gugus alkil yang terikat pada atom karbon yang mengikat gugus
-OH. Ketiga gugus alkil tersebut bisa sama atau berbeda.
Anda bisa mengatur perubahan pada produk dengan cara

 mengubah sifat-sifat pereaksi Grignard – yang mana akan merubah


gugus CH3CH2 menjadi beberapa gugus alkil yang lain;
 mengubah sifat-sifat keton – yang mana akan mengubah gugus-gugus
CH3 menjadi gugus-gugus alkil lain sesuai dengan gugus pada keton
yang digunakan.

7. Reaksi pereaksi Grignard dengan air

Pereaksi Grignard bereaksi dengan air menghasilkan alkana. Inilah sebabnya mengapa segala
sesuatunya harus menjadi kering selama pembuatan seperti dijelaskan di atas.
Sebagai contoh:

Produk organik yang dihasilkan pada reaksi di atas, Mg(OH)Br, disebut sebagai sebuah
"bromida basa". Anda bisa menganggap produk ini sebagai produk transisi antara magnesium
bromida dan magnesium hidroksida.

Permasalahan :
Jelaskan reaksi oksidasi dari pereaksi gridnard ?

Diposting 2nd March 2016 oleh Unknown

Tambahkan komentar

2.

Feb

24

tugas portofolio
1.Adisi klor dan klor pada reaksi berikut:
Tentukan tetapan konformasi satabil dan tidak stabil serta suhu,pelarut,dan mekanismenya?

Jawab :

Dalam system sebuah Konformasi Dasar adalah ikatan tunggal dapat diputar dan Proyeksi
Newman adalah cara memandang ikatan C-C dari salah satu ujung rantai.dapat di lihat dalam
reaksi di bawah ini :
Stuktur yang lebih stabil adalah yang lebih besar memberikan kontribusi terhadap sistim
hibridiasi. Contoh :

Struktur A mempunyai kontribusi lebih besar dari B, karna stuktur A merupakan karbonium tersier,
sedangkan B adalah karbonium sekunder.

PRAKIRAAN KESTABILAN STRUKTUR RESONANSI

a. stuktur yang mempunyai ikatan kovalen lebih banyak adalah stuktur yang paling stabil. Stuktur
1 paling stabil, karena mempunyai lebih dari 1 ikatan rangkap.

b. stuktur yang memiliki atom dengan electron yang sesuai dengan gas mulai adalah yang paling
stabil. Stuktur 2 lebih stabil karena mempunyai 8 elektron.
c. pemisahan muatan menurunkan kestabilan. Stuktur 1 lebih stabil dari 2 karena yang terjadi
pemisahan muatan.

Diposting 24th February 2016 oleh Unknown

Tambahkan komentar

3.

Feb

24

reaksi adisi
Reaksi adisi
Pada senyawa alkena terdapat elektron π yang letaknya lebih jauh dari
inti dibanding elektron pada ikatan σ, sehingga lebih mudah diserang
oleh suatu elektrofil. Elektron pi adalah suatu nukleofil lemah.

Mekanisme reaksi adisi dari air terhadap etilen, suatu alkena


sederhana

Tahapan reaksi

Serangan elektrofil terhadap ikatan π membentuk suatu karbokation

Serangan nukleofil terhadap karbokation

Tahap pertama berjalan lambat, dan merupakan tahap penentu laju

Bila alkena yang bereaksi adalah propena (alkena tak simetris karena
substituen yang terikat pada karbon alkena tidak sama), maka ada dua
kemungkinan produk yang terbentuk karena gugus OH dapat masuk
pada karbon CH2 atau karbon CH3CH .
Kita dapat mengatakan bahwa produk yang terbentuk lebih cepat akan menjadi
produk dominan dalam campuran. Dan kenyataannya kecepatan pembentukkan
produk satu 100 kali lebih cepat dibanding produk yang lain. Sehingga secara
teknis praktis hanya satu produk yang dapat diamati. Dengan kata lain produk
yang diramalkan adalah produk yang laju pembentukannya lebih
cepat.Masalahnya adalah bila ada dua kemungkinan, kita harus bisa menentukan
produk mana yang terjadi dengan laju lebih cepat . Hal ini tergantung energi
aktivasi untuk mencapai keadaan teraktifkan . Reaksi dengan energi keadaan
transisi lebih rendah akan berlangsung lebih cepat dan menghasilkan produk
lebih melimpah

Karbokation sekunder lebih stabil (mempunyai tingkat energi lebih rendah)


dibanding carbocation primer . Gugus metil bersifat pendorong elektron yang
membantu stabilisasi karbokation.

Secara umum dapat dikatakan mekanisme reaksi adisi alkena adalah


serangan electrophile pada karbon yang kurang tersubstitusi pada
tahap pertama dan serangan nucleophile pada karbon yang lebih
tersubstitusi pada tahap kedua.

Mekanisme ini dapat digunakan untuk memprediksi produk adisi


terhadap alkena tak simetris dengan syarat dapat menentukan gugus
elektrofil dan nukleofil dari molekul yang akan diadisikan pada alkena
tersebut . Sebagai contoh adisi menggunakan HBr . Ikatan dalam HBr
bersifat polar dengan H positive dan Br negative. H+ adalah
elektrofil dan Br- adalah nukleofil.
Penerapan dari mekanisme umum diatas adalah :

Metode alternatif untuk membuat suatu alkohol primer dikembangkan oleh


H.C.Brown mengikuti rute di bawah:
Molekul Halogen misalnya Cl2 dan Br2 juga dapat ditambahkan pada
ikatan rangkap alkena. Pada kasus ini tidak perlu mempertimbangkan
orientasi masuknya gugus karena gugus yang masuk identik , tetapi
aspek yang perlu dipahami adalah aspek stereokimia.
Jika bromine ditambahkan pada cyclopentene, ada dua kemungkinan
produk yang dihasilkan tergantung orientasi ruang serangan kedua
atom bromine. Bila dua atom menyerang dari arah yang sama produk
yang terjadi adalah cis. Bila berlawanan produk yang terbentuk adalah
trans. Hasil eksperimen menunjukkan produk yang terbentuk hanya
trans .

Dari hasil pengamatan disimpulkan mekanisme yang terjadi adalah :


Tahap pertama

Tahap kedua
Sama dengan pada reaksi SN1 , serangan nukleofil terhadap
karbokation dapat terjadi dari dua arah sehingga dihasilkan produk
campuran cis dan trans.

Bila eksperimen hanya menghasilkan satu jenis produk, berarti dapat


disimpulkan mekanisme reaksi tidak melalui pembentukan karbokation. Jadi
harus ada mekanisme lain yang menyebabkan terhalangnya serangan nukleofilik
dari arah yang sudah ada atom Br yang pertama. Ternyata pada tahap pertama
atom Br menyerang kedua atom karbon alkena. Satu ikatan menggunakan
elektron pi dari alkena, ikatan lain menggunakan elektron bebas Br. Hasilnya
terbentuk suatu siklik antara dua karbon alkena dan Br bentuk ini disebut ion
brominium

Serangan Br selanjutnya sama dengan pada reaksi SN2. Arah serangan adalah
berlawanan dengan posisi Br yang pertama. Dan produk akhir adalah trans .si-
elektrofilik.
Permasalahan :
Jelaskan Apa syarat agar mekanisme reaksi adisi dapat digunakan untuk
memprediksi produk pada alkena tak simetris !

Diposting 24th February 2016 oleh Unknown


0

Tambahkan komentar

4.

Feb

17

tugas reaksi persaingan


PERSAINGAN SUBSTITUSI DAN ELIMINASIELIMINASI

Ditinjau reaksi antara alkil halida dengan kalium hidroksida yang dilarutkan
dalam metil alkohol. Nukleofilnya adalah ion hidroksida, OH-, yaitu nukleofil kuat
dan sekaligus adalah basa kuat. Pelarut alkohol kurang polar jika dibandingkan
dengan air. Keadaan-keadaan ini menguntungkan proses-proses SN2 dan E2 jika
dibandingkan dengan SN1 dan E1.
Misalnya, gugus alkil pada alkil halida adalah primer, yaitu 1-bromobutana.
Kedua proses dapat terjadi.
Hasilnya adalah campuran 1-butanol dan 1-butena. Reaksi SN2 cenderung terjadi jika
digunakan pelarut yang lebih polar (air), konsentrasi basa yang sedang, dan suhu
sedang. Reaksi E2, cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang kurang polar,
konsentrasi basa yang tinggi, dan suhu tinggi.
Seandainya kita mengganti alkil halida primer menjadi tersier, reaksi substitusi
akan terhambat (ingat, urutan reaktivitas untuk reaktivitas SN2 adalah 1o >2o >> 3o).
Tetapi, reaksi eliminasi akan cenderung terjadi karena hasilnya adalah alkena yang
lebih tersubtitusi. Pada kenyataannya, dengan t-butil bromida, hanya proses E2 yang
terjadi.

Jadi, bagaimana kita mengubah butil bromida tersier menjadi alkoholnya? Kita
tidak menggunakan ion hidroksida, melainkan air. Air merupakan basa yang lebih
lemah daripada ion hidroksida, sehingga reaksi E2 ditekan. Air juga merupakan
pelarut polar, yang menguntungkan mekanisme ionisasi. Dalam hal ini, E1 tidak
dapat dihindari sebab persaingan antara E1 dan SN1 cukup berat.
Hasil utama adalah hasil subtitusi (80%), tetapi eliminasi masih terjadi (20%).
Ringkasannya, halida tersier bereaksi dengan basa kuat dalam pelarut nonpolar
memberikan eliminasi (E2), bukan subtitusi. Dengan basa lemah dan nukleofil
lemah, dan dalam pelarut polar, halida tersier memberikan hasil utama subtitusi
(SN1), tetapi sedikit eliminasi (E1) juga terjadi. Halida primer bereaksi hanya melalui
mekanisme-mekanisme SN2 dan E2, karena mereka tidak terionisasi menjadi ion
karbonium. Halida sekunder menempati kedudukan pertengahan, dan mekanisme
yang terjadi sangat dipengaruhi oleh keadaan reaksi. Halida-halida sekunder dapat
bereaksi melalui mekanisme SN1 dan SN2 secara serentak.
Diposting 17th February 2016 oleh Unknown

Tambahkan komentar

Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai