Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

Pengertian Dasar
Tubuh manusia merupakan suatu sistem terdiri dari berbagai proses fisikokimia yang menunjang
kehidupan sehari–hari. Tubuh selalu berusaha agar seluruh nilai yang ada berada dalam rentang normal,
atau dengan kata lain, berada dalam suatu rentang konstan dalam suatu kondisi yang disebut
homeostasis. Dengan demikian, homeostasis adalah sistim kendali pada tubuh dalam mempertahankan
nilai berbagai faktor relatif stabil. Pada keadaan ini, seluruh sistem metabolisme bekerja sama satu
dengan lainnya secara harmonis dalam menjalankan fungsinya.

Salah satu syarat agar seluruh sistem metabolisme tubuh dapat bekerja secara optimal ialah
konsentrasi ion hidrogen atau pH berada dalam rentang normal. Sebagian besar enzim yang terlibat
dalam proses metabolisme dapat bekerja optimal pada pH 7,35–7,45. Perubahan pH akan menyebabkan
gangguan fungsi dan perubahan struktur enzim yang terlibat pada berbagai proses metabolisme. Nilai
pH normal tersebut dipertahankan oleh beberapa faktor, antara lain keseimbangan air dan elektrolit,
sistem bufer, sistem respirasi dan ginjal. Bila sistem bufer, respirasi, dan ginjal tidak mampu
mengendalikan pH, maka fungsi organ dengan sendirinya akan terganggu.

1. Konsep dasar energi

Energi adalah kapasitas suatu obyek melakukan aktivitas (kerja). Aktivitas sendiri merupakan suatu
bentuk pergerakan atau perubahan struktur fisik suatu obyek. Sebuah sel akan mengalami aktivitas
dalam bentuk pergerakan atau perubahan fisik, atau keduanya.

Terdapat dua bentuk energi, yaitu energi potensial dan energi kinetik. Energi potensial adalah
energi tersimpan di dalam suatu obyek (baik posisi maupun struktur) yang diperlukan untuk melakukan
aktivitas. Energi kinetik merupakan bentuk energi bergerak yang diperlukan untuk kelangsungan
aktivitas.

Energi tidak dapat habis, namun mengalami perubahan menjadi bentuk lain. Sebelum melakukan
aktivitas, energi potensial diubah menjadi suatu bentuk energi kinetik. Namun, perubahan bentuk energi
tersebut tidak pernah mencapai efisiensi seratus persen karena sebagian energi diubah menjadi panas.
Saat istirahat otot rangka memiliki energi potensial dan ketika otot tersebut berkontraksi, energi
potensial diubah menjadi energi kinetik dan panas. Jumlah panas yang dihasilkan berbanding secara
proporsional dengan aktivitas yang dilakukan.

Reaksi yang melepaskan energi disebut sebagai reaksi yang bersifat eksergonik; sebaliknya reaksi
yang menyerap energi disebut sebagai reaksi yang bersifat endergonik.

2. Tingkat Energi

Pada sebuah atom, elektron beredar mengelilingi nukleus di berbagai orbit (circular electron
shell). Jumlah elektron maksimal pada setiap orbit sesuai dengan rumus n2n (dimana, n adalah jumlah
orbit). - Orbit pertama maksimal memuat 1 x 21 = 2 elektron, orbit kedua 2 x 22 = 8 elektron, demikian
seterusnya. - Orbit pertama harus sudah terisi penuh sebelum elektron mengisi orbit kedua. Orbit kedua
harus sudah terisi penuh sebelum elektron mengisi orbit ketiga, demikian seterusnya.
Jumlah elektron pada orbit terluar menentukan sifat kimia setiap atom. Atom yang orbit terluarnya
sudah penuh terisi elektron merupakan atom yang stabil dan tidak bereaksi dengan atom lain.
Sedangkan atom yang orbit terluarnya belum penuh terisi elektron merupakan atom yang tidak stabil
(disebut juga atom reaktif) dan dapat bereaksi dengan atom lain untuk mencapai bentuk stabil. Hal ini
dicapai dengan cara memberi, menerima atau berbagi (sharing) elektron pada orbit terluar. Sebuah
atom atau molekul yang mengandung elektron yang tidak berpasangan di orbit terluarnya disebut
radikal bebas.

3. Ikatan Kimia

Ikatan kimia (chemical bond) terbentuk karena adanya kecende¬rungan suatu atom memiliki
konfigurasi gas mulia (teori oktet). Interaksi antar atom dengan elektron–elektron tersebut akan
menyebabkan terbentuknya suatu ikatan kimia yang dapat mengikat beberapa atom sekaligus. Ada
beberapa jenis ikatan kimia antar atom dan antar molekul yang penting; yaitu ikatan kovalen (covalent
bond), ikatan hidrogen (hydrogen bond), dan ikatan ion (ionic bond).

3.1. Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terbentuk oleh pemakaian bersama pasangan elektron dari
atom–atom yang bergabung dalam usahanya untuk memenuhi teori oktet.

Berdasarkan jumlah ikatan yang mungkin terbentuk, ikatan kovalen dibagi menjadi ikatan
kovalen tunggal dan ikatan kovalen ganda. Sedangkan berdasarkan polaritasnya, ikatan kovalen dibagi
menjadi ikatan kovalen nonpolar dan ikatan kovalen polar

 Ikatan Kovalen Tunggal


Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan yang terbentuk oleh dua buah atom yang masing–masing
memiliki kelebihan atau kekurangan satu elektron pada orbit terluarnya. Sebagai contoh,
sebuah atom hidrogen memiliki satu elektron pada orbitnya dan siap bereaksi dengan atom
hidrogen lain atau dengan atom dari elemen lainnya. Pada molekul hidrogen (H2 ), dua atom
hidrogen berbagi elektron yang mengisi lingkar luar orbit atom; membentuk ikatan kovalen
tunggal.
 Ikatan Kovalen Ganda
Ikatan kovalen ganda adalah ikatan yang terbentuk antara dua pasang elektron. Sebagai contoh,
oksigen dengan nomor atom delapan memiliki dua elektron pada orbit pertama dan enam
elektron pada orbit kedua. Pada molekul oksigen, dua buah atom oksigen akan saling berikatan
dengan dua pasang elektron dan membentuk ikatan kovalen ganda.
 Ikatan Kovalen Nonpolar
Ikatan kovalen nonpolar adalah ikatan antara atom–atom dengan nilai elektronegativitas
(kemampuan menarik elektron) yang seimbang. Ikatan ini membentuk dan menyusun rangka
dari molekul–molekul berukuran besar yang merupakan bentuk pada hampir seluruh komponen
tubuh manusia.
 Ikatan Kovalen Polar
Ikatan kovalen polar adalah ikatan yang terbentuk antara atom– atom dengan nilai
elektronegativitas tidak seimbang. Muatan atom yang tidak seimbang ini menyebabkan ikatan
kovalen polar lebih lemah dibanding ikatan kovalen non polar. Pada ikatan kovalen polar
dijumpai berbagai macam atom dengan elektron–elektron dengan nilai keseimbangan sangat
bervariasi; elemen–elemennya berbeda dalam hal kekuatan menarik electron.

Pada molekul air, atom oksigen akan membentuk ikatan kovalen dengan dua atom
hidrogen. Dalam hal ini, atom oksigen memiliki kekuatan menarik elektron jauh di atas
kemampuan atom hidrogen, oleh karena itu elektron–elektron yang membentuk ikatan akan
lebih tertarik ke arah atom oksigen dibandingkan dengan ke arah atom hidrogen. Dengan
demikian atom oksigen akan bermuatan relatif negatif (ditunjukkan dengan simbol δ- ) dan atom
hidrogen bermuatan relatif positif (ditunjukkan dengan simbol δ+). Muatan elektron yang tidak
seimbang ini menyebabkan ikatan kovalen polar merupakan ikatan yang lebih lemah
dibandingkan ikatan kovalen non polar.

3.2. Ikatan Hidrogen


Salah satu ikatan antar molekul yang penting adalah ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen
terbentuk di antara atom hidrogen yang bermuatan positif (δ+) dari suatu senyawa kovalen
polar dengan atom lain yang bermuatan negatif (δ-) dari senyawa kovalen polar lain
Ikatan hidrogen terlalu lemah untuk membentuk suatu molekul, namun dapat merubah
bentuk dan menarik molekul secara bersamaan. Contoh ikatan hidrogen adalah ikatan antara
atom hidrogen yang bermuatan positif (δ+) dari suatu molekul air dengan atom oksigen yang
bermuatan negatif (δ-) dari molekul air lainnya.
Ikatan hidrogen yang terbentuk merupakan interaksi elektrostatik antara inti hidrogen
dari satu molekul air dengan pasangan elektron yang tidak terpakai dari atom oksigen pada
molekul air lainnya .
Selain itu, ikatan hidrogen dapat juga terjadi antara molekul air dengan atom lain yang
bersifat elektronegatif (misalnya oksigen dan nitrogen). Sebagai contoh, ikatan hidrogen yang
terbentuk di antara asam–asam amino yang terdapat pada struktur protein sekunder. Bersama
dengan ionisasi air, ikatan hidrogen sangat berperan pada fungsi protein dan asam nukleat
Struktur molekul air bersifat bipolar dengan kutub hidrogen bermuatan relatif lebih
positif dan kutub oksigen bermuatan relatif lebih negatif. Keadaan ini membuat keduanya
sangat mudah berinteraksi melalui ikatan hidrogen yang lemah, namun secara keseluruhan
molekul air bermuatan netral.
Kutub positif molekul air menarik kutub negatif molekul air lainnya sehingga
terbentuklah ikatan hidrogen yang merupakan interaksi elektrostatik antara inti hidrogen dari
satu molekul air dengan pasangan elektron yang tidak terpakai dari atom lainnya (empat
molekul air dapat membentuk satu kesatuan yang masing–masing dihubungkan oleh ikatan
hidrogen). Bersama dengan ionisasi air, ikatan hidrogen sangat berperan pada fungsi protein
dan asam nukleat.

3.3. Ikatan Ion


Ikatan ion adalah suatu ikatan yang terbentuk akibat gaya tarik– menarik elektrostatik
antara ion positif dengan ion negatif (gambar 5). Ion positif yang terbentuk dari satu atom yang
melepaskan elektron (misalnya natrium) dengan ion negatif yang terbentuk dari atom yang
menerima elektron (misalnya klorida).
Natrium klorida (NaCl) merupakan suatu contoh senyawa dengan ikatan ion dalam
bentuk kristal. Natrium memiliki nomor atom sebelas. Pada keadaan normal terkandung sebelas
proton dan sebelas elektron. Dua elektron menempati orbit pertama, delapan elektron
menempati lingkar orbit kedua, dan satu elektron menempati orbit ketiga atau terluar. Bila
atom natrium melepaskan satu elektron, maka ion natrium akan bermuatan +1. Atom klorida
memiliki tujuh elektron pada orbit terluarnya. Untuk memperoleh kestabilan, atom klorida
memerlukan satu elektron; dengan demikian ion klorida bermuatan –1. Setelah berlangsung
transfer elektron, natrium bermuatan positif akan diikat oleh klorida bermuatan negatif dengan
ikatan ion dari komponen ion natrium–klorida. Kristal NaCl terbentuk karena adanya ikatan ion
antara ion Na+ dan ion Cl– . Bila kristal NaCl dilarutkan dalam air, ikatan ion antara Na+ dan Cl−
mengalami disosiasi atau ionisasi (terjadi penguraian) sehingga terbentuk ion Na+ dan ion Cl−
dalam larutannya.

4. Lingkungan Hidrasi
Lingkungan hidrasi adalah molekul air yang terhimpun di sekitar molekul. Molekul–
molekul yang cepat berinteraksi dengan molekul air disebut memiliki sifat hidrofilik (misal,
glukosa). Molekul organik mengandung ikatan kovalen polar yang menarik molekul air. Dengan
demikian, lingkungan hidrasi menyebabkan molekul ini akan berubah menjadi suatu larutan.
Molekul yang tidak berinteraksi dengan air disebut sebagai hidrofobik. Molekul hidrofobik
memiliki ikatan polar kovalen sangat sedikit, sehingga disebut sebagai molekul non–polar.
Lemak misalnya, terdiri dari molekul–molekul hidrofobik tidak larut, berbentuk butiran– butiran
yang terperangkap di sisi dalam sebuah sel yang berbasis cairan. Saat molekul non–polar
terpapar dengan air, lingkungan hidrasi tidak terbentuk dan molekul tidak larut di dalamnya 5.
Sel dan Zat Kimia Tubuh manusia merupakan kumpulan dari berbagai bahan kimia yang terdapat
di dalam sel. Sel adalah suatu unit fungsional yang dibentuk oleh berbagai bangunan kimiawi.
Dinding sel merupakan suatu membran fosfolipid yang memisahkan atau membatasi sel dengan
lingkungannya. Di dalam sel terdapat membran interna yang membagi sel dalam beberapa
kompartemen.
Sel merupakan suatu struktur dinamik yang beradaptasi terhadap lingkungannya. Hal ini
dimungkinkan karena setiap sel memiliki organela yang memberi respons terhadap stimulasi
internal maupun eksternal. Perubahan sel dapat terjadi karena adanya molekul organik antara
lain deoxyribonucleic acid (DNA); suatu komponen di dalam inti sel yang berperan pada proses
sintesis seluruh protein di tingkat sel.
Untuk berlangsungnya reaksi terhadap respons dibutuhkan waktu. Waktu yang
diperlukan antara berlangsungnya proses sintesis dan degradasi disebut turnover rate. Sebagian
besar molekul organik di dalam sel memiliki turnover rate yang berkisar beberapa jam sampai
beberapa bulan. Proses perubahan molekul organik sel yang terjadi secara berkesinambungan
disebut metabolic turnover.

5.1. Komponen Anorganik


Pada umumnya, struktur primer komponen anorganik tidak mengandung atom karbon
dan hidrogen. Komponen anorganik tubuh yang terpenting adalah air, karbondioksida, oksigen,
asam anorganik, basa dan garam–garam yang membentuk ikatan ion. Komponen anorganik
umumnya diikat oleh suatu ikatan ion. 5.1.1. Air Air merupakan komponen terpenting yang
membentuk tubuh; mencakup dua per tiga berat badan (BB). Perubahan kandungan air dapat
berakibat fatal karena memengaruhi faal sistemik. Air memiliki keunikan, karena pada suatu
reaksi akan terbentuk ikatan hidrogen yang terjadi di antara molekul–molekul air.

5.1.2. Asam dan basa anorganik


Tubuh mengandung asam dan basa anorganik yang berperan penting sebagai donor dan
atau akseptor proton.

- Asam
Asam adalah suatu zat yang menghasilkan ion hidrogen. Suatu asam akan terdisosiasi
dalam larutan dan melepaskan ion hidrogen. Atom hidrogen yang kehilangan elektron
sepenuhnya terdiri dari proton, dalam hal ini ion hidrogen bertindak sebagai proton; dan asam
selanjutnya disebut sebagai donor proton. Suatu asam kuat akan berdisosiasi atau terionisasi
lengkap di dalam suatu larutan. Secara mendasar, reaksi yang timbul terjadi berlangsung satu
arah. Asam lemah tidak mengalami disosiasi atau tidak terionisasi lengkap; pada keseimbangan,
sejumlah molekul masih utuh di dalam larutan. Oleh karena itu, asam lemah kurang berperan
dibanding asam kuat dalam memengaruhi konsentrasi ion hidrogen (pH). Asam karbonat adalah
contoh asam lemah di tubuh. Di dalam larutan, asam karbonat mengalami disosiasi membentuk
ion hidrogen dan ion bikarbonat secara reversible.

-Basa
Basa adalah suatu zat yang dalam suatu larutan melepaskan ion hidroksida yang akan
mengikat ion hidrogen, sehingga basa bertindak sebagai akseptor proton. Ion hidroksida
memiliki afinitas kuat terhadap ion hidrogen yang terdapat di dalam molekul air, sehingga basa
akan menghilangkan ion hidrogen dalam suatu larutann. Suatu basa kuat akan mengalami
disosiasi atau terionisasi lengkap di dalam larutan; secara mendasar, reaksi terjadi berlangsung
satu arah. Basa lemah tidak mengalami disosiasi atau ionisasi lengkap, pada keseimbangan,
sejumlah molekul masih utuh di dalam larutan. Oleh karena itu, basa lemah kurang berperan
dalam memengaruhi konsentrasi ion hidrogen (pH); dibandingkan dengan basa kuat.

- Garam
Garam adalah komponen ion (elektrolit) yang mengandung kation selain hidrogen (H+) dan
anion selain hidroksida (OH––). Karena terikat oleh ikatan ion, maka garam mengalami disosiasi
lengkap di dalam air; melepaskan kation and anion

-Elektrolit
Elektrolit adalah molekul anorganik terlarut yang berperan sebagai ion dalam konduksi
aliran listrik (baca lebih lanjut: kelarutan pada halaman 23).

5.2. Komponen organik


Dalam struktur primer komponen organik selalu terkandung karbon, hidrogen dan oksigen.
Banyak molekul organik memiliki atom karbon rantai panjang yang dihubungkan melalui ikatan
kovalen. Atom–atom ini kemudian membentuk ikatan kovalen tambahan bersama atom
hidrogen atau oksigen; jarang bersama nitrogen, fosfor, sulfur, besi atau elemen lainnya.
Pola struktural merupakan hal yang umum dijumpai pada hampir semua jenis komponen
organik. Kelompok fungsional merupakan kumpulan atom yang turut berperan dalam
menentukan properti seluruh molekul. Kelompok fungsional yang penting antara lain adalah
kelompok karboksil (–COOH), amino (–NH2 ), hidroksil (–OH) dan fosfat (–PO4 ). Umumnya
molekul organik larut dalam air.
Kelompok komponen organik antara lain adalah: karbohidrat, lipid, protein, asam nukleat
dan komponen berenergi tinggi.

5.2.1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah molekul organik yang mengandung karbon, hidrogen dan oksigen
dengan rasio 1 : 2 : 1. Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting; energi ini lebih
cenderung mengalami proses katabolisme dibandingkan disimpan. Karbohidrat merupakan
sumber energi terpenting dalam proses metabolisme (dengan cara melakukan transfer
komponen berenergi tinggi) untuk menunjang aktivitas vital dan membentuk komponen khusus
seperti proteoglikan dan glikolipid. Terdapat tiga bentuk utama karbohidrat, yaitu
monosakarida, disakarida dan polisakarida.

5.2.1.1. Monosakarida
Monosakarida atau gula sederhana adalah suatu bentuk karbohidrat yang mengandung 3
sampai 7 atom karbon. Suatu monosakarida dapat disebut triosa, tetrosa, pentosa, heksosa atau
heptosa (tergantung jumlah atomnya). Glukosa (suatu heksosa) merupakan bahan bakar
terpenting dalam proses metabolisme di dalam tubuh.

5.2.1.2. Disakarida dan Polisakarida


Karbohidrat selain monosakarida; merupakan molekul–molekul kompleks monosakarida
yang membentuk suatu bangunan melalui proses sintesis dehidrasi. Sintesis–dehidrasi atau
kondensasi, menghubungkan molekul–molekul dengan cara menghilangkan molekul air.
Sintesis–dehidrasi berlanjut melakukan penambahan monosakarida membentuk karbohidrat
yang sangat kompleks. Molekul–molekul besar ini disebut polisakarida. Starch adalah
karbohidrat yang berbasis polisakarida. Selulosa adalah polisakarida yang tidak dapat dicerna,
membentuk massa feses. Hidrolisis dari disakarida menjadi suatu bentuk monosakarida
berlangsung melalui penambahan molekul air.

5.2.1.3. Glikogen
Glikogen atau animal starch dibentuk oleh molekul glukosa yang saling berhubungan.
Sebagaimana kebanyakan polisakarida, glikogen tidak larut dalam air atau cairan tubuh. Hepar
dan jaringan otot membuat dan menyimpan glikogen. Pada saat kebutuhan glukosa meningkat,
molekul glikogen dipecah, sebaliknya bila kebutuhan berkurang, hepar dan jaringan otot
menyerap glukosa dari darah dan menyimpannya dalam bentuk glikogen.

5.2.2. Lipid
Lipid mengandung karbon, hidrogen dan oksigen. Rasio karbon terhadap hidrogen
umumnya 1 : 2. Lipid lebih sedikit mengandung oksigen dibanding karbohidrat. Rasio hidrogen
terhadap oksigen sangat besar. Lipid dapat mengandung sejumlah kecil fosfor, nitrogen atau
sulfur.
Molekul lipid umumnya tidak larut di dalam air, termasuk fats, oils, dan waxes; sehingga
diperlukan mekanisme transportasi khusus untuk membawa lipid di dalam sirkulasi darah. Lipid
membentuk komponen
struktur penting dari seluruh sel dan deposit lipid berperan penting sebagai cadangan energi.

Ada lima bentuk lipid yang penting yaitu: asam lemak (fatty acids), eikosanoid, gliserida,
steroid, fosfoslipid, dan glikolipid.

5.2.2.1. Asam lemak


Asam lemak adalah suatu bentuk rantai karbon yang mengandung atom hidrogen dan
oksigen. Pada satu ujung rantai karbon ini selalu terdapat gugus karboksil (−COOH) dan ujung
yang berlawanan dikenal sebagai ujung hidrokarbon asam lemak. Hanya ujung karboksil yang
dapat bergabung dengan molekul air, karena merupakan bagian hidrofilik dari molekul;
sedangkan ujung hidrokarbon bersifat hidrofobik. Makin panjang rantai karbon suatu asam
lemak semakin rendah kelarutan asam lemak ini.
Asam lemak jenuh memiliki ikatan kovalen tunggal sedangkan asam lemak tak jenuh
memiliki ikatan kovalen ganda. Asam lemak tak jenuh tunggal memiliki sebuah ikatan rangkap di
antara rantai karbonnya, sedangkan asam lemak tak jenuh jamak memiliki lebih dari satu ikatan
rangkap.

5.2.2.2. Gliserida
Asam lemak dapat menyatu dengan gliserol menghasilkan suatu bentuk lipid yang dikenal
dengan sebutan gliserida. Sintesis–dehidrasi akan menghasilkan monogliserida, digliserida dan
trigliserida. Proses hidrolisis akan menguraikan gliserida menjadi asam lemak dan gliserol.
Monogliserida mengandung satu molekul asam lemak dengan gliserol. Digliserida
mengandung dua molekul asam lemak dengan gliserol. Trigliserida (asam netral) mengandung
tiga molekul asam lemak dengan gliserol. Trigliserida sebagai lipid netral berperan penting
sebagai sumber energi insulasi dan proteksi. Trigliserida disimpan dalam bentuk granul lipid di
dalam sel. Lipid ini berfungsi dalam absorpsi dan akumulasi vitamin yang larut dalam lemak,
berbagai jenis obat dan toksin. 5.2.2.3. Eikosanoid Eikosanoid adalah suatu derivat lipid yang
berasal dari asam– asam tak jenuh jamak, antara lain asam arakidonat. Terdapat dua jenis
eikosanoid, yaitu leukotrien dan prostaglandin.

5.2.2.3. Eikosanoid
Eikosanoid adalah suatu derivat lipid yang berasal dari asam– asam tak jenuh jamak,
antara lain asam arakidonat. Terdapat dua jenis eikosanoid, yaitu leukotrien dan prostaglandin.
 Leukotrien
Leukotrien terutama diproduksi oleh sel–sel yang terlibat dalam respons tubuh pada
suatu trauma atau penyakit.
 Prostaglandin
Prostaglandin merupakan suatu bentuk asam lemak rantai pendek dalam cincin yang
mengandung lima atom karbon. Prostaglandin adalah suatu messenger kimia yang
berfungsi melakukan koordinasi aktivitas lokal. Zat ini tidak dilepaskan ke sirkulasi untuk
mencapai sel target; sehingga seringkali disebut sebagai suatu hormon lokal.
Prostaglandin bersifat sangat kuat meskipun dalam jumlah kecil, efeknya sangat
tergantung pada jenis prostaglandin dan tempat prostaglandin itu dilepaskan.
Prostaglandin yang dilepaskan oleh jaringan yang mengalami cedera atau kerusakan
akan merangsang ujung saraf dan menimbulkan sensasi nyeri, sedangkan prostaglandin
yang dilepaskan oleh uterus akan memicu kontraksi yang diperlukan pada proses
persalinan. Umumnya, semua jaringan mensintesis dan memberikan respons terhadap
prostaglandin melalui koordinasi aktivitas sel.

5.2.2.4. Steroid
Steroid berperan sangat penting pada membran sel. Hormon steroid terlibat
dalam pengaturan fungsi seksual, seperti testosteron dan estrogen. Hormon ini penting
dalam metabolisme jaringan dan keseimbangan mineral kortikosteroid dan kalsitrol.
Hormon seks turut berperan dalam pengaturan aktivitas metabolisme.
Getah empedu adalah derivat steroid yang diperlukan dalam proses digesti lemak
yang terdapat di dalam diet. Getah empedu berinteraksi dengan lipid yang terdapat di
saluran cerna serta memfasilitasi proses digesti dan absorpsi lipid.
Steroid adalah molekul berukuran besar yang memiliki rangka karbon tertentu.
Masing–masing molekul memiliki empat cincin, dan setiap molekul yang tergabung
memiliki rangka cincin yang berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada sisi struktur
rangka yang melekat pada cincin karbon.

5.2.2.5. Kolesterol
Sel membutuhkan kolesterol untuk mempertahankan membran sel, khususnya
dalam proses pertumbuhan dan pemisahan sel. Karena 16 seluruh membran sel
mengandung kolesterol, maka ka

5.3. Asam dan Basa Organik


Di dalam tubuh terdapat asam dan basa organik penting. Asam laktat adalah
suatu asam organik yang dihasilkan oleh jaringan otot aktif, yang harus dinetralisir oleh
suatu bufer di cairan tubuh.

6. Kelarutan
6.1. Larutan
lartan(solusi) merupakan campuran homogen yang terdiri atas dua komponen
(zat) atau lebih. Komponen yang jumlahnya sedikit dinyatakan sebagai solut (zat
terlarut), sedangkan yang jumlahnya lebih banyak dinyatakan sebagai solven (pelarut).
Baik solut maupun solven dapat berwujud padat, cair atau gas. Solut dapat
berupa atom, ion atau molekul yang mengalami dispersi. Bila larutan berujud suatu
cairan, maka pelarutnya adalah cairan. Bila pelarutnya air, larutan cukup dinyatakan
dengan larutan dan tidak perlu dinyatakan larutan dalam air (aquaeus: describing a
solution in water), misalnya NaCl yang dilarutkan dalam air, cukup dinyatakan sebagai
larutan NaCl. Sedangkan untuk larutan dengan pelarut organik, maka pelarutnya harus
disebutkan, misalnya larutan lemak dalam alkohol.
Struktur kimia air memungkinkan air bertindak sebagai suatu pelarut unik yang
efektif, karena pada suatu reaksi akan terbentuk ikatan hidrogen yang terjadi di antara
molekul–molekul air. Molekul– molekul air memiliki kutub positif dan negatif, sehingga
disebut sebagai molekul polar atau dipole. Ikatan pada molekul air menyebabkan atom
hidrogen demikian dekatnya.
Larutan dengan pelarut air dapat mempunyai solut dengan wujud padat, cair atau
gas. Pada larutan yang mengandung kation dan anion akan terjadi proses konduksi
aliran listrik. Listrik akan melintasi membran sel dan memengaruhi aktivitas sel. Molekul
anorganik terlarut yang berperan sebagai ion dalam konduksi aliran listrik ini disebut
elektrolit.

6.2. Koloid
Koloid adalah larutan yang mengandung molekul protein terdispersi atau
molekul–molekul lain berukuran besar.

6.3. Suspensi
Suspensi mengandung partikel larutan yang tidak stabil, karena dipengaruhi oleh
gravitasi. Whole blood adalah suatu bentuk suspensi yang bersifat temporer, karena
sel–sel darah merah tersuspensi di plasma darah.

7. Konsentrasi
Konsentrasi suatu zat menjelaskan jumlah zat tersebut (solut) dalam suatu
pelarut (solven) tertentu atau dalam larutan. Solven yang paling umum adalah air.
Banyak cara untuk menyatakan konsentrasi suatu zat dalam larutannya. Beberapa
pernyataan konsentrasi diuraikan berikut ini

8. Reaksi Kimia
Pada tubuh manusia, reaksi kimia terjadi di dalam air. Molekul air akan turut
berpartisipasi dalam reaksi. Proses sintesis, hidrolisis– dehidrasi adalah contoh dari
reaksi kimia di dalam tubuh.
Melalui suatu reaksi kimia, sel berperan dalam memenuhi kebutuhan energi (sel
dapat menangkap, menyimpan dan menggunakan energi) yang diperlukan untuk
mempertahankan homeostasis dan penyelenggaraan fungsi–fungsi esensial tubuh.
Setiap sel merupakan sumber produksi bahan kimia; dan setiap sel hidup akan tetap
berfungsi dalam mengendalikan berbagai reaksi kimia.
Di dalam suatu reaksi kimia akan terbentuk dan atau terurai suatu ikatan kimia di
antara atom–atom. Selanjutnya atom yang terdapat dalam reaksi di antara beberapa
substansi atau reaktan mengalami pengaturan kembali; membentuk substansi atau
produk lain yang berbeda.
BAB 2
Fisiologi

1. Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit


1.1. Karakteristik Air
Air adalah senyawa esensial untuk semua makhluk hidup dan mempunyai
beberapa karaterisitk fisiologik:
 Media utama pada reaksi intrasel
 Diperlukan oleh sel untuk mempertahankan kehidupan. Hampir semua reaksi
biokimiawi tubuh terjadi dalam media air, sehingga dapat dikatakan bahwa air
merupakan pelarut untuk kehidupan.
 Pelarut terbaik untuk solut polar dan ionik.
 Media transportasi pada sistem sirkulasi, ruang di sekitar sel (ruang
intravaskular, interstisium), dan intrasel.
 Memiliki panas jenis, panas penguapan dan daya hantar panas yang baik
sehingga berperan penting dalam pengaturan suhu tubuh.

1.2. Jumlah Air Tubuh


Jumlah air total (total body water) dapat ditentukan melalui beberapa perhitungan yang
menerapkan teknik dilusi menggunakan berbagai zat seperti deuterium, tritium dan
antipirin. Penentuan jumlah cairan ekstrasel biasanya diukur secara langsung tetapi
lebih sulit dibanding pengukuran air tubuh total. Hal ini disebabkan bahan yang
digunakan dalam proses dilusi harus hanya terdapat pada cairan ekstrasel dan tersebar
pada seluruh kompartemen ekstrasel.
Ada beberapa cara mengukur kompartemen cairan tubuh, yaitu:
1. Pengukuran cairan kompartemen tubuh berdasarkan konsentrasi suatu zat di
dalam kompartemen:
2. Dalam melakukan pengukuran jumlah air di kompartemen, perlu dilakukan
perhitungan (koreksi) zat–zat yang diekskresikan dalam kurun waktu yang
dibutuhkan oleh zat tersebut sejak diberikan dan terdistribusi ke dalam
kompartemen.
3. Untuk mengukur volume cairan kompartemen, diperhitungkan zat tertentu yang
terdistribusi dengan sendirinya di dalam kompartemen. Sementara pengukuran
volume kompartemen yang tidak mengandung zat tertentu, dilakukan dengan
melakukan pengurangan.
 Untuk mengukur jumlah air tubuh total (total body water, TBW). Dibubuhkan
zat deuterium atau disebut deuterated water (D2 O), tritium atau disebut
tritiated water (THO), dan antipirin.
 Volume ekstrasel (extracellular fluid volume, ECFV) diukur dengan melakukan
pemberian label dengan inulin, sukrosa, mannitol dan sulfat.
 Volume plasma (plasma volume, PV) diukur dengan melakukan pemberian label
radioaktif, yaitu radiolabeled albumin atau zat warna biru Evans (Evans blue dye
yang berikatan dengan albumin).
 Jumlah cairan tubuh total kurang lebih 55–60% dari BB dan persentase ini
berhubungan dengan jumlah lemak dalam tubuh, jenis kelamin dan umur.
Pengaruh terbesar berhubungan dengan jumlah lemak tubuh. Kandungan air di
dalam sel lemak lebih rendah dibandingkan kandungan air di dalam sel otot,
sehingga cairan tubuh total pada orang yang gemuk (obes) lebih rendah dari
mereka yang tidak gemuk. Pada bayi dan anak, persentase cairan tubuh total
lebih besar dibanding dengan orang dewasa dan akan menurun sesuai dengan
pertambahan usia. Pada bayi prematur jumlah cairan tubuh total sebesar 80%
dari BB, sedangkan pada bayi normal 70%–75% dari BB, pra–pubertas 65%–70%
dari BB, dan pada orang dewasa sebesar 55–60% dari BB.
• Volume intrasel (intracellular fluid volume, ICFV) diukur dengan melakukan substraksi:
• Volume cairan interstisium (interstisium fluid volume, ISFV) diukur dengan melakukan
substraksi
Jumlah cairan tubuh total kurang lebih 55–60% dari BB dan persentase ini
berhubungan dengan jumlah lemak dalam tubuh, jenis kelamin dan umur. Pengaruh
terbesar berhubungan dengan jumlah lemak tubuh. Kandungan air di dalam sel lemak
lebih rendah dibandingkan kandungan air di dalam sel otot, sehingga cairan tubuh total
pada orang yang gemuk (obes) lebih rendah dari mereka yang tidak gemuk. Pada bayi
dan anak, persentase cairan tubuh total lebih besar dibanding dengan orang dewasa
dan akan menurun sesuai dengan pertambahan usia. Pada bayi prematur jumlah cairan
tubuh total sebesar 80% dari BB, sedangkan pada bayi normal 70%–75% dari BB, pra–
pubertas 65%–70% dari BB, dan pada orang dewasa sebesar 55–60% dari BB.
Kadar lemak pada wanita umumnya lebih banyak dibanding dengan pria,
sedangkan kadar air pada pria lebih besar dari pada wanita. Makin tua seseorang,
biasanya jumlah lemaknya meningkat sedangkan jumlah airnya makin berkurang.

1.3. Distribusi air di dalam tubuh


Di dalam tubuh, air terdapat dalam dua kompartemen besar, yaitu intrasel dan
ekstrasel.
1.3.1. Kompartemen Intrasel
Cairan intrasel (intracellular fluid) adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh. Volume
cairan intrasel lebih kurang 33% BB atau 60% dari jumlah air tubuh total; merupakan air
yang terdapat di dalam sel. Kandungan air di intrasel lebih banyak dibanding di ekstrasel
dan persentase volume cairan intrasel pada anak lebih kecil dibandingkan orang dewasa
karena jumlah sel lebih sedikit dan ukuran sel lebih kecil. Cairan intrasel berperan
menghasilkan, menyimpan, dan penggunaan energi serta proses perbaikan sel. Selain
itu, cairan intrasel juga berperan dalam proses replikasi dan berbagai fungsi khusus
antara lain sebagai cadangan air untuk mempertahankan volume dan osmolalitas cairan
ekstrasel.
1.3.2. Kompartemen Ekstrasel
Cairan ekstrasel adalah cairan yang terdapat di luar sel tubuh. Cairan ekstrasel terdiri
dari: - Cairan interstisium atau cairan antar–sel, yang berada di antara sel–sel - Cairan
intra–vaskular, yang berada dalam pembuluh darah yang merupakan bagian air dari
plasma darah. - Cairan trans–sel, yang berada dalam rongga–rongga khusus, misalnya
cairan otak (likuor serebrospinal), bola mata, sendi. Jumlah cairan trans–sel relatif
sedikit. Dengan menggunakan berbagai marker, diperoleh volume cairan ekstrasel
sebesar 42–53% jumlah cairan tubuh total untuk marker klorida dan 30–33% untuk
marker inulin dan sulfat. Volume cairan ekstrasel sebesar 24% dari BB pada orang
dewasa. Untuk penggunaan di klinik umumnya digunakan nilai 40% dari jumlah air
tubuh total.

Anda mungkin juga menyukai