Anda di halaman 1dari 10

BUDAYA ORGANISASI DAN PROFESIONALISME PERAWAT DI

RUMAH SAKIT SWASTA DI TEMANGGUNG

Raharjo Apriyatmoko*, Eko Susilo**


*Departemen Keperawatan Dasar, STIKES Ngudi Waluyo, Jln Gedongsongo Ungaran, Indonesia
**Departemen Keperawatan Dasar, STIKES Ngudi Waluyo, Jln Gedongsongo Ungaran, Indonesia
E-mail: radenmoko@yahoo.com

Abstrak
Organizational culture is one important aspect in achieving an organization’s objectives, including in
influencing professionalism. PKU Muhammadiyah Hospital in Temanggung regional is assumed have
strong organizational culture differently in raising the level of professionalism of the nurses. The
researcher’s goal is to determine the influence of the strength of cultural organization with
professionalism of nurses at PKU Muhammadiyah. The study was conducted by applied cross sectional
approach with 55 nurses. The questionnaires were used for data collecting tested by management experts
(content validity).The results show that there is a significant positive relation ( r = 0.445 ) between the
organizational culture and profesonalism. Based on the research, it is required to develop an
organizational and managerial system, from both hospitals and nursing profession in PKU
Muhammadiyah hospital in developing a system, therefore the cultural values of the organization that are
developed in the hospitals can be strengthened .

Key words: organizational, culture, professionalism, nurse

Pendahuluan kurangnya kinerja perawat yang


Penting bagi sebuah organisasi menganut budaya-buadaya organisasi
untuk memiliki budaya yang kuat. Hal yang diterapkan serta pasien tidak
ini akan memberikan kesetiaan yang diberikan pelayanan yang bagus baik
lebih besar. Dari sebuah penelitian juga dari bio,psiko,sosio dan spiritual.
terungkap bahwa budaya organisasi Dampak dari kinerja yang
yang kuat cenderung memperlihatkan rendah akan menurunkan
hubungan dengan kinerja organisasi keprofesionalan perawat dalam
yang baik Robbins (2010). Bila nilai- memberikan asuhan keperawatan.
nilai pokok organisasi dapat dipahami Tingkat profesionalisme perawat dalam
secara jelas dan diterima secara luas, melakukan tindakan asuhan
para karyawan akan mengetahui apa keperawatan dipengaruhi oleh kuatnya
yang harus dikerjakan dan apa yang budaya organisasi rumah sakit.
diharapkan dari diri mereka, sehingga Sehingga karyawan dapat
mereka selalu dapat bertindak dengan menumbuhkan sikap loyalitas, mengerti
cepat untuk mengatasi berbagai tujuan organisasi serta mengerti
permasalahan secara profesional. perilaku mana yang dipandang baik dan
Lemahnya kinerja perawat akan tidak baik. Akan tetapi tidak semua
berdampak pada buruknya kualitas rumah sakit memiliki budaya yang kuat
kerjanya yang ditunjukkan antara lain: dan kekuatan budaya disuatu rumah
tingginya angka kemangkiran (absensi) sakit bisa berbeda-beda.
perawat, sering terlambatnya perawat Berdasarkan kajian visi dan misi Rumah
masuk kantor atau pulang lebih cepat Sakit PKU Muhammadiyah dan hasil
dari jam yang telah ditentukan, penilaian budaya organisasi rumah
menurunnya semangat dan gairah kerja, sakit, bahwa perawat yang sudah
sering terjadinya konflik antar perawat, mampu menerapkan budaya yang telah
tidak terlaksananya supervisi, diterapkan rumah sakit sebanyak 70 –

116 Jurnal Manajemen Keperawatan . Volume 2, No. 2, November 2014; 116-125


75%. Dapat tersebut diasumsikan pernah – selalu) untuk dapat mengukur
bahwa budaya organisasi sudah melekat lebih detail internalisasi masing-masing
cukup erat pada perawat. Namun dari dimensi budaya. Pada bagian III,
sisi praktik profesional masih perlu kuesioner disusun untuk mengukur
ditingkatkan khususnya dalam tingkat profesionalisme perawat
pelaksanaan standar asuhan dan standar berdasarkan penilaian diri dari perawat
opersional prosedur. Jadi berdasarkan itu sendiri. Jumlah pertanyaan adalah 20
penomena diatas dapat disimpulkan dengan pilihan jawaban yang sama
bahwa budaya yang diterapkan di dengan kuesioner kekuatan budaya
rumah sakit belum sepenuhnya dapat organisasi.
mencerminkan keprofesionalan seorang Analisis yang digunakan untuk
perawat.Secara teori kekuatan budaya menggambarkan variabel budaya
berpengaruh terhadap tingkat organisasi, yaitu dengan menggunakan
profesionalisme. Namun berdasarkan ukuran rerata dan variabilitas persentil.
fenomena yang ditemui, hal tersebut Nilai persentil ini akan memberikan
perlu dibuktikan kembali. Berdasarkan gambaran pada lokasi dimana nilai dari
pemikiran tersebut, maka rumusan tiap karakteristik budaya berada dari
masalah pada penelitian ini adalah “ distribusi data secara keseluruhan.
Apakah ada pengaruh kekuatan budaya Dalam gambaran budaya organisasi ini
terhadap tingkat profesionalisme juga akan dianalisis nilai tertinggi dan
perawat?” nilai terendah. Tingkat profesionalisme
perawat, akan digambarkan berdasarkan
Metode Penelitian nilai central tendency (mean, median,
Penelitian ini adalah penelitian modus). Nilai rerata akan dipergunakan
korelasional dengan pendekatan cross untuk mengelompokkan tingkat
sectional. Populasi dalam penelitian ini profesionalisme perawat dalam kategori
adalah semua perawat yang bekerja di tinggi dan rendah. Analisis Inferensial
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah pada penelitian ini menggunakan uji
Temanggung yang berjumlah 120. komparasi data kuantitatif:
Pengambilan sampel dalam penelitian interval/rasio dengan uji pearson
ini menggunakan stratified random product moment..
sampling berdasarkan strata pendidikan
sejumlah 55 perawat. Hasil
Pengumpulan data dilakukan Nilai-nilai budaya dasar yang
dengan cara membagikan kuesioner sudah tertanam secara rata-rata adalah
kepada responden. Kuesioner terdiri sebesar 2.59. Jika diproporsikan dengan
dari 3 (tiga) bagian. Bagian I berupa nilai maksimum, yaitu 3, maka nilai
pertanyaan yang terkait dengan data rata-rata tersebut mencapai 68,3 %.
responden. Data tersebut tidak terkait Dengan letak persentil berada pada 51,
langsung dengan variabel penelitian, menunjukkan bahwa 51 % perawat
tetapi bisa dijadikan dasar untuk menilai penerapan nilai-nilai dasar
pembahasan hasil. Kuesioner II berisi budaya organisasi berdasarkan konsep
pertanyaan untuk mengukur kekuatan Denison tertanam cukup kuat di RS
budaya rumah sakit berdasarkan konsep Swasta di Temanggung.
Denison. Kuesioner ini terdiri dari 60
pertanyaan, dengan rincian dimensi dari
variabel terjelaskan di tabel 4.2 Pilihan
jawaban dalam skala likert (tidak

Budaya Organisasi dan Profesionalisme Perawat 117


di Rumah Sakit Swasta di Temanggung
Raharjo Apriyatmoko, Eko Susilo
Tabel Rata-rata Nilai dan Letak penilaian diri terhadap pelaksanaan
Persentil Budaya Organisasi di RS nilai-nilai profesional berdasarkan
Swasta Temanggung aspek pendekatan asuhan lebih
menonjol nilainya yaitu 2,41 yang
Karakteristik Rerata Nilai Letak terletak di 55% perawat dibandingkan
Budaya Percentil dengan aspek pendekatan prinsip. Hal
Organisasi
ini menunjukkan aspek pendekatan
Keterlibatan 2,55 58
Penyesuaian 2,40 61 asuhan lebih tertanam kuat dikalangan
Konsistensi 2,60 40 perawat di RS Swasta di Temanggung.
Misi 2,85 56 Langkah pertama dalam analisis
Budaya Orgnisasi 2,59 51 inferensial pada penelitian ini adalah
Keterangan: nilai maksimum 3 melakukan uji kenormalan data yaitu
dengan Uji Kolmogorov-smirnov Z pada
Berdasarkan sebaran data pada kedua variabel (budaya organisasi dan
Tabel diatas terlihat nilai misi dengan profesionalisme perawat) dengan hasil
rata-rata adalah 2,85 (nilai maksimum uji menunjukkan bahwa nilai
3). Nilai tersebut terletak pada persentil siknifikansi melebihi dari nilai alpha
51, yang berarti rerata tersebut berada di (0,05) yang dapat disimpulkan bahwa
56 % perawat lebih menonjol kedua data berdistribusi normal.
dibandingkan dengan nilai-nilai yang Berdasarkan hal tersebut, maka uji
lain. Hal ini menunjukkan nilai misi korelasi antara kedua variabel dilakukan
lebih kuat dirasakan oleh para kalangan dengan uji parametrik yaitu Pearson
perawat ruangan di RS Swasta di Product Moment. Hasil uji
Temanggung. menunjukkan bahwa variabel bebas
Rata-rata nilai profesionalisme berhubungan secara bermakna dengan
perawat di RS Swasta di Temanggung variabel terikat (dengan nilai p adalah <
berdasarkan penilaian perawat ruangan 0,0001).
adalah sebesar 2.39 dengan nilai
maksimum 3. Perawat menilai bahwa Tabel Hasil Uji Pearson Product
48% perawat telah menerapkan 79,7% Moment antara Budaya Organisasi
dari nilai-nilai profesionalisme. Dengan Profesionalisme Perawat di
RS Swasta di Temanggung
Tabel Rata-rata Nilai dan Letak
Persentil Profesionalisme Perawat di Variabel Pearson Sig. (2-
RS Swasta di Temanggung Correlation tailed)
Budaya 0,445 0,001
Aspek Rata- Letak Organisasi
Profesionalisme rata Persentil Profesionalis 0,445 0,001
Perawat me
Pendekatan prinsip 2,31 47
Pendekatan asuhan 2,41 55 Dilihat pada tabel diatas, dimana
Profesionalisme 2,39 48 nilai koefisien korelasi bernilai positif
perawat yaitu 0,445. Dari nilai tersebut dapat
Keterangan: nilai maksimum 3 diinterpretasikan kekuatan hubungan
dengan menggunakan nilai koefisiensi
Dari 2 sub profesionalisme determinasi (R2) yaitu sebesar 0,198,
perawat di RS Swasta di Temanggung yang berarti sebesar 19,8 % varians
tidak begitu berbeda, dimana perilaku nilai profesionalisme dapat dijelaskan
perawat yang telah diukur berdasarkan oleh budaya organisasi.

118 Jurnal Manajemen Keperawatan . Volume 2, No. 2, November 2014; 116-125


Pembahasan sama juga dilakukan oleh Rosyidah
Jika diperhatikan dari gambaran (2011) di Rumah Sakit PKU
budaya organisasi di RS Swasta di Muhammadiyah Yogyakarta, dengan
Temanggung. Berdasarkan letak melakukan Analisis Bivariat, dimana
persentil nilai rerata, bahwa dikatakan menyimpulakan bahwa ada hubungan
rata-rata dari gabungan karakteristik yang signifikan dari budaya organisasi
budaya organisasi, dalam hal ini nilai dengan komitmen organisasi. Hal ini
keterlibatan sebanyak (2,55), berarti semakin efektifnya suatu
penyesuaian (2,40) , konsistensi (2,60) organisasi maka akan berdampak pada
dan misi (2,85), bisa dikatakan cukup menerapan budaya organisasi yang ada.
kuat dirasakan oleh perawat ruangan. Penelitian lain juga diperjelas oleh
Dengan rerata keseluruhan karakteristik Berson dan Linton (2005), menemukan
budaya organisasi di dapatkan hasil bahwa efek pengembangan budaya
adalah 2,59 (dari hasil maksimum 3) organisasi akan berdampak pada
terdapat pada 51 % perawat ruangan, manajemen organisasi. Pachuta (2012)
dapat dikatakan nilai dari gabungan 4 menganalisis bahwa manajemen
karakteristik budaya organisasi melekat memainkan peran penting dalam
kuat dikalangan perawat ruangan, menentukan budaya organisasi. Nilai-
khususnya budaya pada aspek misi. nilai, keyakinan dan pandangan dari
RS Swasta di Temanggung orang di atas menyaring turun melalui
mengembangkan budaya SOFT (smile, semua tingkatan dan menciptakan
openherated, friendly, dan tenderly) dan lingkungan operasional yang
FAST yang menggunakan sifat-sifat mempengaruhi semua anggota staf.
Rosulullah dalam penyebaran Da’wah. Promosi dan "rantai komando"
Penanaman nilai-nilai budaya tersebut ditentukan oleh seberapa dekat individu
melalui sosialisasi terus menerus dan selaras adalah dengan norma-norma
dapat diterima secara luas dikalangan yang berlaku dalam organisasi yang
perawat, dan dalam melakukan tindakan ditentukan oleh manajemen.
keperawatan, semua karyawan dapat Beberapa budaya organisasi
menerapkan budaya tersebut. dapat dikatakan kuat sedangkan yang
Pernyataan diatas dijelaskankan lainnya dapat dikatakan lemah. Semua
oleh ungkapan Robbins (2010), yang organisasi memiliki budaya, namun
menyatakan bahwa budaya yang kuat tidak semua organisasi sama kuatnya
(strong culture) yaitu budaya yang dalam mempengaruhi perilaku dan
menanamkan nilai-nilai utama secara tindakan para karyawan (Robbins,
kokoh dan diterima secara luas 2010). Sathe (1985) dalam Ndraha
dikalangan para karyawan. Semakin (2005) mengungkapkan budaya kuat
tinggi penerimaan karyawan maka adalah budaya organisasi yang ideal,
semakin kuat budaya organisasi dianut secara luas dan jelas
tersebut. Termasuk menciptakan penyampainnya serta kekuatan budaya
organisasi yang efektif. Penelitian mempengaruhi intensitas perilaku. Hal
dilakukan pada rumah sakit islam di ini senada dengan pendapat Robbins
surabaya, bahwa budaya organisasi (1990) dalam Ndraha (2005), yang
adalah salah satu pedoman dalam mengatakan budaya kuat adalah budaya
meningkatkan efektifnya suatu organisasi yang dipegang semakin
organisasi, dimana dalam menciptakan intensif (nilainya tertanam semakin
budaya organisasi berorientasi pada mendasar dan kokoh), semakin luas
nilai-nilai yang ada. Penelitian yang dianut (semakin banyak warga

Budaya Organisasi dan Profesionalisme Perawat 119


di Rumah Sakit Swasta di Temanggung
Raharjo Apriyatmoko, Eko Susilo
organisasi yang menganutnya), dan perawat dibandingkan dengan aspek
semakin jelas disosialisasikan dan pendekatan prinsip yaitu 2,31 yang
diwariskan. Semakin kuat budaya, terletak di 47 % perawat. Jika dianalisis
semakin kuat efek atau pengaruhnya berdasarkan jawaban yang diberikan,
terhadap lingkungan dan prilaku mempunyai arti bahwa rata-rata perawat
manusia. ruangan sering mempraktekkan
Robbins (2010) menyatakan komponen-komponen profesionalisme
bahwa para menejer bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan
secara langsung atas keberhasilan atau sehari-hari.
kegagalan organisasi yang mereka Observasi nilai profesionalisme
pimpin. Manajer bertugas membuat juga dilakukan di RS Swasta di, dalam
keputusan, dan mereka ingin keputusan hal ini perawat ruangan. Terlihat bahwa
tersebut menjadi keputusan yang baik. setiap perawat dituntut untuk
Pengamatan yang dilakukan oleh Schein menerapkan nilai-nilai budaya yang
(1992) dalam Kusdi (2011) barangkali dikembangkan. Hal ini dikembangkan
ada benarnya bahwa kultur organisasi dalam kebijakan mutu rumah sakit yaitu
pada umumnya dibentuk dan dibangun perawat dalam melaksanakan tindakan
oleh pendiri organisasi. Pendiri keperawat menuntun perawat agar
mempunyai suatu visi bagaimana selalu tersenyum (smile), dengan hati
seharusnya organisasi. Kuatnya budaya yang terbuka (openherated), bersikap
organisasi di RS Swasta di Temanggung seolah sebagai teman atau saudara
tidak terlepas dari peran para manajer secara pribadi terhadap pelanggan
yang selalu menekankan kepada semua (friendly), lembut (tenderly) dan
karyawan, termasuk perawat, untuk menerapkan sifat-sifat Rosulullah yaitu
menjalankan nilai-nilai yang diyakini. Fatonah, Amanah, Sidiq, dan Tabligh
Pertemuan rutin yang dijalankan dalam yang merupakan pencerminan ajaran
setiap bulan, memudahkan internalisasi agama Islam.
budaya pada pegawainya. Kuatnya Cukup kuatnya nilai-nilai
budaya misi dapat dikaitkan dengan profesionalisme yang ditanamkan oleh
nilai-nilai dasar ke-Islaman yang perawat di RS Swasta di tentunya akan
ditanamkan. Perawat selalu berdampak pada kontribusi optimal
mendasarkan perilaku pada patokan yang ditunjukkan oleh para perawat.
benar baik suatu tindakan berdasarkan Hal tersebut dipahami karna konsep
nilai agama. dan fungsi profesional yang saat ini
Penelitian ini juga menunjukkan mulai dikembangkan. Menetapkan dan
bahwa nilai rerata tingkat menerapkan nilai-nilai profesionalisme
profesionalisme perawat dari gabungan merupakan landasan dalam bekerja
2 sub komponen profesionalisme yaitu dalam peningkatan kepuasan pelayanan.
pendekatan prinsip dan pendekatan Landasan profesionalisme secara jelas
asuhan. Dimana perilaku yang diukur mencerminkan fungsi dan aktivitas para
berdasarkan aspek profesionalisme di perawat. Standar praktik keperawatan
RS Swasta di cukup tinggi yaitu 2,39 klinis ANA terdiri dari standar asuhan
(nilai maksimum 3), terdapat pada 48 % dan standar performa profesional,
perawat ruangan yang menilai 79,7 % dimana menjelaskan tingkat kompetensi
telah menerapkan nilai-nilai perilaku profesionalisme perawat Blais,
profesionalisme, dimana aspek Hayes, Kozier dan Erb (2002).
pendekatan asuhan lebih menonjol Penjelasan tersebut dijelaskan
nilainya yaitu 2,41 yang terletak di 55% pada penelitian yang dilakukan oleh

120 Jurnal Manajemen Keperawatan . Volume 2, No. 2, November 2014; 116-125


Saragih (2002), menemukan bahwa Rumah Sakit Magnet (Swasta) dan
profesionalisme dalam keperawatan Rumah Sakit Non-Magnet (Daerah) di
menjamin kualitas pelayanan yang Amerika, dimana atribut rumah sakit
diberikan kepada masyarakat. Brent magnet yang menarik perawat: otonomi
(2001) menyatakan bahwa pada tinggi, struktur organisasi desentralisasi,
hakekatnya profesionalisme dalam manajemen yang mendukung dan self-
keperawatan didasarkan pada governance. Di sisi lain, bukti-bukti
pemahaman suatu landasan ilmiah yang yang terbatas menunjukkan bahwa
spesifik dan menjadi dasar pada praktek rumah sakit Magnet memiliki
keperawatan, disertai dengan adanya keselamatan pasien serta menanamkan
kemampuan tenaga keperawatan untuk nilai profesionalisme dan hasil pasien
melaksanakan praktek keperawatan yang baik dibandingkan dengan mereka
tersebut dan diterapkan untuk non-Magnet. Studi yang dilakukan ini
kesejahteraan manusia. menggambarkan bahwa kekuataan
Tidak mudah untuk budaya dirumah sakit swasta dalam
menunjukkan seseorang dalam meningkatkan kualitas kinerja khusunya
pelaksanaan profesionalisme perawat, nilai-nilai profesionalisme lebih
harus ada kriteria-kriteria tertentu yang ditanamkan dibandingkan dengan
mendasarinya. Menurut Herlambang rumah sakit daerah. Penelitian Llliois
(2011), menjelaskan ciri-ciri dan Carolina (2004) ditemukan bahwa
profesionalisme adalah, bagaimana RS Swasta lebih mengembangakan
profesionalisme menghendaki sifat manajemen organisasi yaitu budaya
mengejar kesempurnaan hasil (perfect dalam menciptakan kualitas pelayanan
result), sehingga anda di tuntut untuk keperawatan khususnya dalam
selalu mencari peningkatan mutu, meningkatkan nilai-nilai
bagaimana profesionalisme memerlukan profesionalisme dibandingkan dengan
kesungguhan dan ketelitian kerja yang Rumah Sakit Daerah.
hanya dapat diperoleh melalui Berbagai teori atau hasil
pengalaman dan kebiasaan, bagaimana penelitian yang telah ada sebelumnya,
seorang profesionalisme menuntut pengaruh budaya organisasi terhadap
ketekunan dan ketabahan, dan seorang profesionalisme sudah banyak
Profesionalisme memerlukan adanya dijelaskan. Berdasarkan pendapat para
kebulatan fikiran dan perbuatan, ahli (Gibson, 2003; Robbins, 2001)
sehingga terjaga efektivitas kerja yang mangungkapkan bahwa tingkat
tinggi. Hal ini senada dengan profesionalisme karyawan cenderung
Herlambang (2011) yang dipengaruhi oleh budaya organisasi
mengungkapkan bahwa profesionalisme yang berlaku. Kotter (1997) dalam
mengandung unsur, yaitu unsur Kusdi (2011) juga menyatakan bahwa
keahlian dan unsur panggilan, unsur budaya pada dasarnya berpengaruh kuat
kecakapan teknik dan kematangan etika, terhadap perilaku manusia.
unsur akal dan unsur moral. Budaya organisasi mengacu
Penelitian ini didapatkan suatu pada keyakinan dan nilai-nilai yang
hubungan yang bermakna antara budaya telah ada dalam sebuah organisasi untuk
organisasi dengan profesionalisme waktu yang lama, dan dengan
perawat. Kesimpulan tersebut di kepercayaan staf dan nilai diramalkan
buktikan penelitian serupa oleh Alison pekerjaan mereka yang akan
dkk (2010), yang membandingkan mempengaruhi sikap dan perilaku
pengaruh budaya yang dikembangkan di mereka. Administrator biasanya

Budaya Organisasi dan Profesionalisme Perawat 121


di Rumah Sakit Swasta di Temanggung
Raharjo Apriyatmoko, Eko Susilo
menyesuaikan perilaku perawat untuk dapat dipahami sebagai agen/target dari
mencapai misi organisasi. Oleh karena proses manajemen, dalam arti wadah
itu penting untuk memahami hubungan berlangsungnya proses tersebut, atau
antara budaya organisasi dengan sebagai efek dari proses manajemen.
profesionalisme perawat. Dalam hal ini organisasi sangat
Penelitian dilakukan oleh Tsai mempengaruhi aspek-aspek dari
(2010) di Rumah Sakit Taiwan, yang manajemen, salah satunya
menyimpulkan, budaya dalam suatu profesionalisme perawat. Manojlovich
organisasi sangat penting, memainkan & Ketefian (2002) menyatakan bahwa
peran besar dalam apakah itu profesionalisme keperawatan dan
lingkungan yang bahagia dan sehat di lingkungan rumah sakit yang terbentuk
mana untuk bekerja. Dalam oleh budaya yang kuat adalah dua
berkomunikasi dan mempromosikan sumber kesehatan yang dapat
etos organisasi kepada karyawan, mendukung peningkatan hasil pada
pengakuan dan penerimaan dapat pasien (patient outcomes).
mempengaruhi perilaku kerja mereka Penelitian dengan menggunakan
dan sikap (nilai-nilai profesionalisme). pendekatan cross sectional pada
Ketika interaksi antara pimpinan dan penelitian ini tidak secara langsung
karyawan yang baik, yang terakhir akan berdampak dalam mengatasi suatu
memberikan kontribusi yang lebih besar permasalahan manajemen keperawatan,
untuk komunikasi tim dan kolaborasi, khususnya yang terkait dengan budaya
dan juga akan didorong untuk mencapai organisasi dan profesionalisme perawat,
misi dan tujuan yang ditetapkan oleh karena banyak faktor-faktor lain yang
organisasi. Dalam bidang manajemen bisa mempengaruhi profesionalisme
lainnya, penelitian empiris dari budaya seseorang, tetapi penelitian ini
organisasi telah melibatkan perspektif merupakan unsur yang penting dalam
fungsionalis, memberikan bukti yang merencanakan suatu perbaikan dalam
mengesankan peranan budaya pelayanan keperawatan. Fenomena
organisasi dalam meningkatkan kinerja. budaya organisasi adalah merupakan
Dalam hal ini budaya organisasi hasil interaksi dari beberapa faktor yang
memerlukan manajemen yang sangat komplek meliputi orang, sejarah
mengakui dimensi fondasi dan dan lainnya. Penggunaan satu metode
dampaknya terhadap variabel karyawan ini mungkin dapat menghasilkan
terkait, salah satunya nilai-nilai penafsiran yang masih dangkal. Data
profesionalisme. budaya organisasi yang diperoleh juga
Hasil penelitian ini konsisten merupakan penilaian dari perawat
dengan penelitian yang dilakukan ruangan, sehingga penilaian masih
Supomo dan Indriantoro (1998) dalam bersifat pada satu sisi, yaitu perawat
Lako (2004), yang menyatakan bahwa ruangan, sedangkan penilaian dari staf
budaya organisasi berpengaruh terhadap keperawatan belum diperoleh.
tingkat kinerja. Pengaruh budaya
terhadap kinerja khusunya Kesimpulan dan Saran
profesionalisme perawat biasanya Rata-rata nilai budaya organisasi
digambarkan sebagai suatu di RS Swasta di Temanggung yang
kesinambungan dengan praktik meliputi aspek keterlibatan,
manajerial. penyesuaian, konsistensi dan misi,
Gerloff (1985) dalam Kusdi berdasarkan penilaian perawat adalah
(2011) menyatakan bahwa organisasi 2,59 (nilai maksimum 3) yang dinilai

122 Jurnal Manajemen Keperawatan . Volume 2, No. 2, November 2014; 116-125


cukup kuat, dan terdapat pada 51 % Measure Of Organizational
perawat. Rata-rata tingkat Culture”. Dalam Ashkanasy,
profesionalisme perawat di RS Swasta N.M., C.P.M. Wilderom, dan
di Temanggung yang meliputi M.F. Peterson (eds.), Handbook
pendekatan prinsip dan pendekatan of Organizational Culture and
asuhan, berdasarkan penilaian perawat Climate. California: Sage
adalah cukup tinggi yaitu 2,39 (nilai Blais, Kathleen Koenig; Hayes, Janice
maksimum 3), yang terdapat pada 48 % S; Kozier, Barbara; Erb,
perawat. Ada hubungan yang bermakna Glenora. 2002. PROFESSIONAL
antara kekuatan budaya organisasi NURSING PRACTICE:
dengan tingkat profesionalisme perawat CONCEPTS AND
di RS Swasta di Temanggung. PERSPECTIVES. 4th Edition.
Walaupun nilai budaya New Jersey: Pearson Education,
organisasi ditanamkan kuat dikalangan Inc.
perawat, namun perlu adanya Brent, NJ. 2001. Nurse and The Law. A
peningkatan nilai budaya organisasi Guide To Principle And
keterlibatan, penyesuaian, konsistensi Aplication. 2nd Edition.
dan misi dalam aktifitas organisasi Philadelphia, WB. Sounders
khususnya budaya misi yang memiliki Company.
hubungan paling erat. Sehingga Depkes RI Departemen Kesehatan RI,
kedepan dapat di aplikasikan lebih kuat 2003, Sistem Informasi Rumah
lagi oleh kalangan perawat dalam Sakit di Indonesia (sistem
maningkatkan nilai-nilai pelaporan rumah sakit revisi
profesionalisme. Sebagai upaya dalam V),Jakarta: Dirjen Yanmed
peningkatan kualitas pelayanan, penting Depkes RI.
dimiliki oleh perawat ruangan adalah Denison,D.R. (2000). Organizational
kemampuan mengaplikasikan nilai-nilai Culture Introduction,
profesionalisme dalam memberikan http://www.denisonculture.com,
asuhan keperawatan. Salah satu hal diperoleh dari Tesis Raharjo
yang dapat dilakukan adalah Apriyatmoko
memperkuat, memahami, menjalankan Gobson, Konopaske,R., 2003.
serta menjunjung tinggi nilai-nilai inti Organisation: Behavior,
didalam organisasi. Upaya tersebut Structure, procces, 11 th ed,
merupakan salah satu bentuk dalam International Edition, New York:
memperkuat budaya organisasi: Mc Graw Hill/Iswin.
keterlibatan. Hasyim, Masruroh,; Prasetyo, Joko,
2012. Etika Keperawatan. Edisi
DAFTAR PUSTAKA pertama. Penerbit bangkit,
Alison; Storr; Hang; Yulan, Liang. Yogyakarta.
(2010). A Comparison of Henderson, V. (1966). The nature of
Working Conditions Among nursing: A definition and its
Nurses in Magnet® and Non- implications for practice,
Magnet® Hospitals; education, and research. New
http://www.nursingcenter.com/ln York: Macmillan.
c/journalarticle?Article_ID=104 Herlambang. Susatyo. 2011. Etika
3474 diperoleh Agustus 2013 Profesi Tenaga Kesehatan:
Ashkanasy, N.M, L.E. Broadfoot, dan Pedoman Untuk Sukses
S. Falkus.2000. “Questioner Berkarya Bagi Tenaga

Budaya Organisasi dan Profesionalisme Perawat 123


di Rumah Sakit Swasta di Temanggung
Raharjo Apriyatmoko, Eko Susilo
Kesehatan. Cetakan pertama pertama. Jakarta: PT RINEKA
2011. Yogyakarta: KDT CIPTA
Huber, Diane. 2000. Leadership and Notoatmodjo, S, (2007). Promosi
nursing care management. Kesehatan & Ilmu Perilaku.
Sekond edition. Philadelphia: Cetakan 1, Jakarta: Penerbit
W.B. Saunders Company Salemba Medika
Ilyas,Y., 1999. Kinerja. Teori, Penilaian Nursalam, 2008. Konsep dan
dan penelitian, Jakarta: FKM UI. Penerapan Metodologi
Kusdi. 2011. Budaya Organisasi: Teori, Penelitian Ilmu Keperawatan:
Penelitian, dan Praktik. Pedoman Skripsi, Tesis, dan
Jagakarsa, Jakarta: Salemba Instrumen Penelitian
Empat. Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:
Loko, 2004. Kepemimpinan dan kinerja Salemba Medika
Organisasi. Isu, Teori. Dan Pachuta.Jack (2012). Organizational
solusi, cetakan pertama, Culture., www.cultural-
penerbit. Amara Books, analysis.com/Home_Page.html.
Yogyakarta. diperoleh Agustus 2013
M. N-R Hadjam, 2002. “Efektivitas Potter ; Perry, 2005. Buku Ajar
Pelayanan Prima Sebagai Upaya Keperawatan : Konsep, Proses,
Meningkatkan Pelayanan di dan praktik. Volume 1. Ed. 4.
Rumah Sakit (Perspektif Jakarta : EGC
Psikologi)”. Jurnal Psikologi. Robbins,Stephen,P. 2001.
Manley, K. (2000). Organizatiomal Organisational behavior, Runth
culture and consultant nurse Edition, New Jersey: Prentice
outcomes: part I organizational Hall International, inc.
culture. Art & science research: Robbins,Stephen, P.; Coulter, Mary
nursing standart, may 24/vol 2010. MANAGEMENT, Tenth
14/no 36/2000. Edition. Jakarta : Erlangga
http://www.nursing- Saragih, Rosita. (2002). Profesionalisme
satndart.co.uk, diperoleh dari Keperawatan Dalam Lingkup
Tesis Raharjo Apriyatmoko Rumah Sakit.
Majer, K., 2006. Values Based http://uda.ac.id/jurnal/files/PRO
Leadership. Kepemimpinan FESIONALISME%20KEPERAW
Berbasis Nilai. Edisi Bahasa ATAN%20DALAM%20LINGKU
Indonesia, Jakarta: PT. P%20RUMAH%20SAKIT_1_.pd
Gramedia Pustaka Utama. f . diperoleh Agustus 2013
Monojlovich, M. & Ketefian, S. (2002). Rosyidah .(2011). Hubungan Budaya
The effect of organizational Organisasi Dengan Komitmen
culture on nursing Organisasi.journal.unair.ac.id/de
proffesionalism : implication for tail_jurnal.php?id=2362&med=6
healt resources planning. &bid=3 diperoleh Agustus 2013
Canadian of Jurnal Nursing Sigit, S., 2003. Perilaku
Researc, vol 33 (4)., http:/ Organisasional. Yogyakarta:
www.CJNR.nursing.megill.ca/ac BPFT Universitas Sarjanawiyata
hive 33/abst33, diperoleh Tamansiswa.
Agustus 2013 Suryono.2001. Manajemen Sumber
Ndraha, Taliziduhu, 2005. Teori Daya Manusia, Cetakan Pertama
Budaya Organisasi. Cetakan 2011. Surabaya: Anggota IKAPI

124 Jurnal Manajemen Keperawatan . Volume 2, No. 2, November 2014; 116-125


Tsay, Yafang . (2010). Relationship Widodo,J., 2005 Membangun Birokrasi
between Organizational Culture, Berbasis Kinerja, Malang: Bayu
Leadership Behavior and Job Media Publishing.
Satisfaction. Wutun, R.,F., 2004. Sistem Nilai dan
http://www.biomedcentral.com/1 Praktik-Praktik Organisasi
472-6963/11/98 Diperoleh Perusahaan, di dalam buku
Agustus 2013. Corporate Culture. Challenge to
Tika, Moh. Pabundu. 2006. Budaya Excellence, editor: Moeljono,
Organisasi dan Peningkatan D., Jakarta: PT Elex Media
Kinerja Perusahaan. Jakarta : Komputindo.
Bumi Aksara Zammuto, R.F.,B. Fifford, dan E.A.
Umam, Khaerul. 2011. Manajemen Goodman. 2000. “Managerial
Organisasi. Bandung : Pustaka Ideologies, Organization
Setia. Untuk Perguruan Tinggi Culture, and the Outcomes of
dan Umum. Innovation: A Competing Value
Perpective”. Dalam Ashkanasy,
N.M., C.P.M. Wilderom, dan
M.F. Peterson (eds). Handbook
of Organizational Culture and
Climate. California: Sage

Budaya Organisasi dan Profesionalisme Perawat 125


di Rumah Sakit Swasta di Temanggung
Raharjo Apriyatmoko, Eko Susilo

Anda mungkin juga menyukai